Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia
|
|
- Yandi Jayadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan sebagian besar hasil bumi merupakan hasil pertanian dan perkebunan. Hasil bumi tersebut merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia yaitu pangan. Masyarakat Indonesia memiliki kebudayaan tentang pangan yang beragam akan tetapi pemerintah telah mengelompokan pangan tersebut yang pokok bagi masyarakat. Menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 115 tahun 1998 tentang Jenis Barang Kebutuhan Pokok Masyarakat menyatakan bahwa barang kebutuhan pokok yang diperlukan masyarakat meliputi jenis barang sebagai berikut beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging sapi dan ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, dan garam beryodium. Sembilan bahan pangan pokok tersebut lalu disebut dengan sembako. Sembako harus ada dan terpenuhi di seluruh masyarakat Indonesia agar dapat terwujud ketahanan pangan nasional. Menurut Badan Pusat Statistik (2015) terdapat 3 bahan pokok dari Sembako yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk di Indonesia yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Persentase konsumsi pangan di Indonesia 1
2 2 Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa persentase konsumsi beras 46%, gula pasir 37% dan minyak goreng 6% dari total konsumsi penduduk Indonesia. Selain beras, gula dan minyak goreng, Sembako yang lain hanya dikonsumsi dibawah 3% dari total konsumsi penduduk Indonesia. Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan merupakan hal yang sangat penting pada pembangunan nasional agar masyarakat Indonesia memiliki kaulitas yang tinggi dengan cara mewujudkan ketersediaan pangan yang cukup, merata dan terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Pernyataan Dewan Ketahanan Pangan wilayah Indonesia pada tahun 2015 masih memiliki banyak sekali daerah yang rentan akan kekurangan pangan walaupun jumlah wilayah dengan kerentanan pangan paling tinggi mengalami penurunan dari 9% menjadi 5% dari total wilayah Indonesia. Pernyataan tersebut didukung dengan Gambar 1.1 yang menunjukkan wilayah Indonesia dengan masing-masing tingkat kerawanan atau ketahanan pangan.
3 Gambar 1.2 Peta kerawanan pangan nasional (Dewan Ketahanan Pangan, 2015) 3
4 4 Pada Gambar 1.2 diterangkan bahwa terdapat enam prioritas ketahanan pangan di Indonesia dengan warna merah adalah wilayah yang paling rentan terhadap kerawanan pangan dan warna hijau adalah wilayah yang ketahanan pangan tinggi. Kerawanan dan ketahanan pangan dipengaruhi oleh jumlah konsumsi dan ketersediaan pangan pada wilayah tersebut. Semakin tinggi jumlah konsumsi dan ketersediaan pangan di suatu wilayah maka wilayah tersebut makin tinggi ketahanan pangan dan juga sebaliknya. Kerawanan pangan di Indonesia disebabkan oleh kurang memadainya akses fisik atau distribusi makanan serta masalah ekonomi terutama di daerah yang tertinggal. Pernyataan tersebut dibuktikan pada prioritas tertinggi kerawanan pangan berada di Papua dengan 14 Kabupaten karena merupakan wilayah terjauh Indonesia dan merupakan daerah tertinggal. Jika melihat Gambar 1.2 dan pengertian ketahanan pangan tersebut maka dapat dilihat bahwa Indonesia belum mencapai ketahanan pangan nasional. Salah satu syarat ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan yang merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Selain ketersediaan pangan, cadangan pangan nasional merupakan salah satu syarat terwujudnya ketahanan pangan. Pemerintah perlu mengadakan rencana pangan nasional untuk mewujudkan ketahanan pangan yang berisi: 1. Kebutuhan konsumsi pangan dan status gizi masyarakat; 2. Produksi pangan; 3. Cadangan pangan terutama pangan pokok; 4. Ekspor pangan; 5. Impor pangan; 6. Penganekaragaman pangan; 7. Distribusi, perdagangan, dan pemasaran pangan, terutama pangan pokok; 8. Stabilisasi pasokan dan harga pangan pokok; 9. Keamanan pangan; 10. Penelitian dan pengembangan pangan; 11. Kebutuhan dan diseminasi ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pangan;
5 5 12. Kelembagaan pangan; dan 13. Tingkat pendapatan petani, nelayan, pembudi daya ikan, dan pelaku usaha pangan. Pada nomor satu disebutkan kebutuhan konsumsi pangan, hal tersebut berarti paling penting dari poin-poin yang ada. Menurut Dewan Ketahanan Pangan (2015) ketersediaan pangan sangat bergantung pada konsumsi pangan, ketika suatu daerah dengan konsumsi lebih besar dibanding ketersediaan pangan maka daerah tersebut dapat dinyatakan daerah rawan pangan dan juga sebaliknya. Jumlah konsumsi masyarakat mampu memberikan informasi tentang jumlah pangan yang harus terdistribusi ke daerah tersebut. Maka dalam menyediakan pangan oleh Pemerintah perlu diketahui terlebih dahulu jumlah konsumsi pangan masyarakat. Hal tersebut dilakukan agar semua daerah mendapatkan pangan yang merata sehingga tidak terjadi rawan pangan. Pemerintah telah merencanakan pangan nasional menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun menyatakan bahwa Indonesia memiliki rencana pembangunan jangka panjang nasional untuk periode 20 tahun yaitu tahun 2005 hingga tahun Rencana tersebut diwujudkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) untuk tahun 2005 hingga tahun 2025 yang merencanakan Indonesia merupakan negara dengan predikat maju pada tahun Pemerintah telah menetapkan akan fokus pada delapan sektor yang akan dikembangkan untuk percepatan dan perluasan ekonomi Indonesia yaitu sektor pertanian, sektor tambang, sektor energi, sektor industri, sektor kelautan, sektor pariwisata, sektor telekomunikasi dan pengembangan wilayah strategis. Pada sektor pertanian terdapat aktivitas ekonomi pada produk minyak sawit atau minyak goreng serta pertanian untuk makanan yang merupakan sembako di Indonesia.
6 6 Pada penelitian ini akan memperkirakan jumlah konsumsi di Indonesia pada tahun 2016 hingga 2025 menurut MP3EI yang mengacu pada isi Rencana Pangan Nasional nomor 1 yaitu kebutuhan konsumsi pangan nasional untuk tahun yang akan datang. Hal tersebut sangat penting dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional di Indonesia dalam hal perencanaan logistik bahan pangan. Pangan dalam hal ini merupakan sembako yang diambil tiga bahan pokok dengan konsumsi paling besar yaitu beras, gula, dan minyak goreng. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan pada sub bab 1.1 maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah menentukan model dari metode yang tepat untuk meramalkan konsumsi beras, gula, dan minyak goreng serta hasil peramalan konsumsi di setiap provinsi Indonesia pada tahun 2016 hingga tahun Asumsi dan Batasan Masalah 1. Data yang akan digunakan pada tahun 1996 hingga Data konsumsi beras, gula, dan minyak goreng hanya menggunakan data yang telah disediakan BPS (Badan Pusat Statistik). 3. Model yang dibangun hanya dapat digunakan untuk tahun 2016 hingga Terdapat delapan pemekaran provinsi selama tahun 1996 hingga 2015 sehingga data konsumsi provinsi-provinsi tersebut akan digabung untuk perhitungan dan analisis. Provinsi yang mengalami pemekaran yaitu Provinsi Riau dan Kepulauan Riau, Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung, Jawa Barat dan Banten, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Gorontalo, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, Maluku dan Maluku Utara, serta Papua dan Papua Barat. 5. Metode yang digunakan hanya kuantitatif dengan time-series.
7 7 1.4 Tujuan Penelitian 1. Menentukan metode yang tepat untuk meramalkan konsumsi beras, gula, dan minyak goreng untuk setiap provinsi di Indonesia. 2. Menentukan model yang tepat untuk meramalkan konsumsi beras, gula, dan minyak goreng untuk setiap provinsi di Indonesia. 3. Menentukan hasil peramalan konsumsi beras, gula, dan minyak goreng untuk setiap provinsi di Indonesia untuk tahun 2016 hingga Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan bagi pemerintah dalam memperkirakan konsumsi sembako khususnya beras, gula, dan minyak goreng sebagai acuan jumlah ketersediaan pangan yang optimal sehingga dapat menciptakan ketahanan pangan nasional di negara Indonesia khususnya pada tahun 2016 hingga 2025.
DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014
DATA STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2014 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 1 Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2010 2014 Komoditas Produksi Pertahun Pertumbuhan Pertahun
Lebih terperinciSTATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013
STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi kawasan kota atau daerah sangat tergantung pada kelancaran dan keandalan pasokan suatu barang atau komoditas (Herzog, 2010). Kelancaran
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
Lebih terperinciSURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016
SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.11-/216 DS13-4386-848-854 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut memiliki peranan yang cukup penting bila dihubungkan dengan masalah penyerapan
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017
PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 10,64 PERSEN No. 66/07/Th. XX, 17 Juli 2017 Pada bulan Maret 2017, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI MEI 2016
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No. 43/07/Th. XII, 1 Juli 2009 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2009 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014
BADAN PUSAT STATISTIK No. 52/07/Th. XVII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 28,28 JUTA ORANG Pada Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciPEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN
PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN BERDASARKAN KEMANDIRIAN DAN KEDAULATAN PANGAN Oleh : Tenaga Ahli Badan Ketahanan Pangan Dr. Ir. Mei Rochjat Darmawiredja, M.Ed SITUASI DAN TANTANGAN GLOBAL Pertumbuhan Penduduk
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XVII, 2 Januari 2014 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2013 MENCAPAI 28,55 JUTA ORANG Pada bulan September 2013, jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Amang (1993), Pangan merupakan salah satu kebutuhan manusia yang cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat emosional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 12/02/21/Th. XI, 1 Februari PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JANUARI Pada Januari NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 0,11 persen dibanding
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan, manfaat dan sistematika penulisan penelitian. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk menjelaskan latar belakang penelitian sesuai
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016
BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 22/03/21/Th.XI 1 Maret PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI Pada Februari NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat sebesar 0,27 persen dibanding
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI MEI 2017
RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.105, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Penugasan. PERUM BULOG. Ketahanan Pangan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN
INDIKATOR KINERJA (IKU) INSTANSI VISI MISI TUJUAN TUGAS : BADAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI JAWA TIMUR : MEWUJUDKAN JAWA TIMUR LEBIH SEJAHTERA, BERDAYA SAING MELALUI KETAHANAN PANGAN YANG BERKELANJUTAN :
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 06/01/Th. XV, 2 Januari 2012 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2011 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2011 MENCAPAI 29,89 JUTA ORANG Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 37/05/21/Th. X, 4 Mei PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU APRIL Pada April NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,69 mengalami penurunan sebesar
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016
No. 05/01/Th. XX, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 10,70 PERSEN Pada bulan September 2016, jumlah penduduk miskin (penduduk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016.
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No.81/10/21/Th. XI, 3 Oktober 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2016. Pada September 2016 NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 97,02
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36
No. 39/07/34/Th.XVII, 1 Juli 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juni 2015, NTP Daerah
Lebih terperinciDIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN
DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN Jakarta, 26 Januari 2017 Penyediaan pasokan air melalui irigasi dan waduk, pembangunan embung atau kantong air. Target 2017, sebesar 30 ribu embung Fokus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi
Lebih terperinciGambar 1.1 Provinsi Dengan Kepadatan Penduduk Tertinggi Tahun 2014 (Badan Pusat Statistik, 2015)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah merupakan provinsi dengan kepadatan penduduk tertinggi ke-4 dan ke-5 se- Indonesia (Badan Pusat Statistik,
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Profil Kemiskinan Provinsi Bengkulu September 2017 No. 06/01/17/Th. XII, 2 Januari 2018 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI BENGKULU Profil Kemiskinan Provinsi Bengkulu September 2017 Persentase Penduduk Miskin
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017
RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 05/01/76/Th.XI, 3 Januari 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 146,90 RIBU JIWA (11,19 PERSEN) Persentase penduduk
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 34/05/64/Th.XIX, 2 Mei 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KALIMANTAN TIMUR*) MENURUT SUB SEKTOR BULAN APRIL 2016 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Timur
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 5/01/76/Th. X, 4 Januari 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT SEPTEMBER 2015 JUMLAH PENDUDUK MISKIN SEPTEMBER 2015 SEBANYAK 153,21 RIBU JIWA Persentase penduduk
Lebih terperinciMENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA
MENINGKATKAN NILAI TAMBAH IKM MELALUI SISTEM PEMBINAAN YANG TEPAT DAN KOORDINASI YANG EFEKTIF (RENCANA KERJA 2010) Oleh : Dirjen Industri Kecil dan Menengah Disampaikan ik pada acara : Rapat Kerja Departemen
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG PENUGASAN KEPADA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) BULOG DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN
BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN OLEH : Dr. Ir. Gardjita Budi, M.Agr.St KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN Hotel Bidakara Jakarta, 4 Januari 2017 1 A Kebijakan Pangan DAFTAR ISI B Evaluasi Ketahanan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SD LOKAL UNTUK KEMANDIRIAN
July 11 Issue No. 99 Mukh Arifin FPP UNDIP MENGGALI POTENSI SUMBERDAYA LOKAL: MELALUI PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK PENGEMBANGAN SD LOKAL UNTUK KEMANDIRIAN Topik Diskusi Lalu harus bagaimana? Topik
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015
No. 97/12/21/Th.X, 1 Desember PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER Pada November NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,99 mengalami kenaikkan sebesar 0,43 persen dibanding
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 45/07/Th. XIII, 1 Juli 2010 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2010 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2010 MENCAPAI 31,02 JUTA Jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran
Lebih terperincipertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju kehidupan yang lebih
1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum dan khususnya program pembangunan bidang pertanian pada hakekatnya, adalah semua upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tani menuju
Lebih terperinciSTABILISASI HARGA PANGAN
STABILISASI HARGA PANGAN Oleh : Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2008 PERANAN KOMODITAS PANGAN PRODUSEN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KONSUMEN RUMAH TANGGA AKSES UNTUK GIZI KONSUMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dalam kehidupan setiap individu. Pangan merupakan sumber energi untuk memulai segala aktivitas. Menurut Undang-Undang No.18 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA
KELOMPOK I KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA TOPIK : PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO DAN KIMIA MELALUI PENDEKATAN KLASTER KELOMPOK INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN, KIMIA HULU DAN
Lebih terperinciSensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciSTUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
STUDI KASUS PERMASALAHAN KOMODITAS KEDELAI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena berkah kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber
Lebih terperincitersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau (UU No.7 tahun 1996 tentang Pangan).
Pangan : segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN DAN PENYIMPANAN BARANG KEBUTUHAN POKOK DAN BARANG PENTING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciANALISIS RASIO KETERSEDIAAN PANGAN DAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI
ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN PANGAN DAN KONSUMSI PANGAN DI KOTA MEDAN SKRIPSI OLEH PUJI ADELINA S 080304024 AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012 Lembar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warung-warung kecil, pasar tradisional, swalayan sampai mall sekalipun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sembilan bahan pokok atau sering disingkat sembako adalah sembilan jenis kebutuhan pokok masyarakat yang terdiri atas berbagai bahan-bahan makanan dan minuman. Menurut
Lebih terperinciPMT-AS Berbasis Pangan Lokal Sebagai Intervensi Gizi Sensitif di Propinsi NTT and Papua
PMT-AS Berbasis Pangan Lokal Sebagai Intervensi Gizi Sensitif di Propinsi NTT and Papua KENAPA PERLU PMTAS? DI INDONESIA MASIH BANYAK TERDAPAT KABUPATEN YANG RAWAN PANGAN & GIZI (FSVA, 2014) MASIH RENDAHNYA
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 41/07/76/Th.XI, 17 Juli 2017 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2017 JUMLAH PENDUDUK MISKIN sebesar 149,76 RIBU JIWA (11,30 PERSEN) Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciPROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI SULAWESI BARAT No. 42/07/76/Th. X, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI BARAT MARET 2016 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2016 SEBANYAK 152,73 RIBU JIWA Persentase penduduk miskin
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 13/02/64/Th.XX, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KALIMANTAN TIMUR *) MENURUT SUB SEKTOR BULAN JANUARI 2017 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPRI FEBRUARI 2010
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No.170/04/21/Th. V, 1 April 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPRI FEBRUARI 2010 Pada bulan Februari 2010 NTP di Provinsi Kepri tercatat 99,43
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI JULI 2016
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm
Lebih terperinciCATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,
CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI LAMPUNG NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN Nilai Tukar Petani Subsektor Peternakan Merupakan NTP tertinggi, dengan Angka 116,18 NTP Provinsi Lampung Oktober
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016
No. 37/ 07/ 94/ Th.VIII, 18 Juli 2016 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2016 MENCAPAI 28,54 PERSEN Persentase, penduduk Miskin di Papua selama enam bulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2016
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 54/07/21/Th.XI. 01 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI Pada Juni NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,60 mengalami penurunan sebesar
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR
Lebih terperinciKetahanan Pangan dan Pertanian. disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55
Ketahanan Pangan dan Pertanian disampaikan pada : Workshop Hari Gizi Nasional (HGN) ke-55 Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan Februari 2015 KONDISI KETAHANAN PANGAN
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL Dalam Mendukung KEMANDIRIAN PANGAN DAERAH Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 05/01/21/Th.XI, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU DESEMBER Pada Desember NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,78 mengalami
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling azasi, sehingga ketersedian pangan bagi masyarakat harus selalu terjamin. Manusia dengan segala kemampuannya selalu berusaha
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 45/07/21/Th. VII, 2 Juli 2012 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2012 Pada bulan Juni 2012 NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat
Lebih terperinciKEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017
No. 38/07/94/Th.IX 17 Juli 2017 KEADAAN KEMISKINAN DI PROVINSI PAPUA MARET, 2017 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN MARET 2017 MENCAPAI 27,62 PERSEN Persentase penduduk miskin di Provinsi Papua selama enam bulan
Lebih terperinciStatistik Konsumsi Pangan 2012 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan ketersediaan dan pelayanan data dan informasi pertanian, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian menerbitkan Buku Statistik Konsumsi Pangan 2012. Buku ini berisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak negara di dunia dan menjadi masalah sosial yang bersifat global. Hampir semua negara berkembang memiliki
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU SEPTEMBER 2017 No.69/09/21/Th. XII, 2 Oktober 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERKEMBANGAN NILAI TUKAR
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71
No. 27/05/34/Th.XVII, 4 Mei 2015 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada April 2015, NTP Daerah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 24/03/21/Th.X, 2 Maret PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI Pada Februari NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 100,54 mengalami kenaikan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN
No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciBPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
ahk BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No. 102/12/64/Th.XIX, 1 Desember 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) KALIMANTAN TIMUR*) MENURUT SUB SEKTOR BULAN NOVEMBER 2016 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih
Lebih terperinciStandar Pelayanan Minimal
Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) Provinsi Bidang Ketahanan No. Jenis Pelayanan Dasar A. Ketersediaan dan Cadangan B. Distribusi dan Akses Standar Pelayanan Minimal Indikator Nilai (%) 1 Penguatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
Lebih terperinciDITJEN PPHP KEMENTERIAN PERTANIAN 2015
PEMAPARAN PROGRAM PRIORITAS PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DITJEN PPHP KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Oleh Oleh:: Kepala Bagian Perencaan POKOK BAHASAN I PROGRAM PRIORITAS PENGOLAHAN DAN PEMASARAN
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57
No. 42/08/34/Th.XVIII, 1 Agustus 2016 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JULI 2016 SEBESAR 104,57 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Juli 2016, NTP Daerah
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN
NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN No. 06/02/14/Th.XII, 1 Februari 2011 Pada bulan Januari 2011, Nilai Tukar Petani (NTP) di Provinsi Riau sebesar 105,96 atau naik
Lebih terperinciNILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05
No. 19/04/34/TH.XVI, 1 April 2014 NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05 A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI 1. Nilai Tukar Petani (NTP) Pada Maret 2014, NTP Daerah
Lebih terperinciPERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI 2015
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI No. 54/07/21/Th. X, 1 Juli PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU JUNI Pada Juni NTP di Provinsi Kepulauan Riau tercatat 98,93 mengalami penurunan sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pangan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,
Lebih terperinciLAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN
SAMBUTAN Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, MA LAUNCHING RENCANA AKSI NASIONAL PANGAN DAN GIZI (RAN-PG) TAHUN 2011-2015 Jakarta, 28 Februari 2011
Lebih terperinci