ANALISIS PENGELOMPOKAN JENIS-JENIS KEJAHATAN UMUM PADA KASUS KRIMINALITAS DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 (STUDI KASUS : DKI JAKARTA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGELOMPOKAN JENIS-JENIS KEJAHATAN UMUM PADA KASUS KRIMINALITAS DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 (STUDI KASUS : DKI JAKARTA)"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGELOMPOKAN JENIS-JENIS KEJAHATAN UMUM PADA KASUS KRIMINALITAS DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012 (STUDI KASUS : DKI JAKARTA) Loading Presentation _ click anywhere to start RISFIAN EKA KURNIAWAN ( )

2 TUGAS AKHIR PENDAHULUAN LANDASAN TEORI METODOLOGI PROPOSAL TUGAS AKHIR Pembimbing : Adatul Mukarromah, S.Si. M.Si Penguji : Dr. Brojol Sutijo, S.Si.M.Si Dr. rer pol Heri Kuswanto, S.Si. M.Si ANALISIS

3 LATAR BELAKANG Pengelompokan daerah yang rawan kejahatan menggunakan analisis cluster (Salsabielah, 2013) PERMASALAHAN PENDAHULUAN DKI JAKARTA REFERENSI Pengelompokan jenis-jenis kejahatan dan wilayah sub rayon dengan analisis korespondensi (Tyan, 2013) KECENDERUNGAN Analisis korespondensi dan analisiss cluster A.S. Alam (1992)

4 PENDAHULUAN PERMASALAHAN Deskripsi Jenis-Jenis Kejahatan di DKI Jakarta pada tahun 2012 Data Kriminalitas DKI Jakarta Tahun 2012 Pola Kecenderungan Jenis kejahatan berdasarkan wilayah di DKI Jakarta pada tahun 2012

5 PENDAHULUAN MANFAAT Memberikan gambaran kepada pihak Kepolisian untuk tindakan pengamanan dan pencegahan dalam mengatasi masalah kriminalitas di Provinsi DKI Jakarta. masyarakat agar lebih berpartisipasi dan berhati-hati dalam masalah kriminalitas.

6 PENDAHULUAN BATASAN MASALAH Objek penelitian yang dilakukan adalah data rekap kejadian kriminalitas yang tercatat pada Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (POLDA) Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2012.

7 LANDASAN TEORI TABEL KONTINGENSI (CROSS TABULATION) Tabel yang berisi data jumlah atau frekuensi atau beberapa klasifikasi (kategori), Tabel kontingensi merupakan suatu metode statistik yang menggambarkan dua atau lebih variabel secara simultan dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel yang merefleksikan distribusi bersama dua atau lebih variabel dengan jumlah kategori yang terbatas Baris Kolom J Total 1 n 11 n 12 n 13.. n 1j n 1. STRUKTUR DATA 2 n 21 n 22 n 23.. n 2j n 2. 3 n 31 n 32 n 33.. n 3j n I n i1 n i2 n i3.. n ij n i. Total n.1 n.2 n.3.. n.j n..

8 LANDASAN TEORI UJI INDEPENDENSI H 0 H 1 : Tidak ada Hubungan antara variabel 1 dan 2 (Independen) : Terdapat hubungan antara variabel 1 dan 2 (Dependen) Statistik Uji : X 2 I J i1 j1 ( n ij e eij ij ) 2 Tolak H 0 apabila nilai X 2 hitung> nilai X 2 (I-1)(J-1) atau bisa diketahui apabila p- value yang lebih kecil dari α

9 Dimana : r 1 Massa Baris c 1 Massa Kolom MATRIKS DATA LANDASAN TEORI Matriks Profit Baris: Matriks Profit Kolom: T I T T r r... r P D R ~ ~ 1 1 T J T T c c... c P D C ~ ~ 1 1 P ij = n ij n.. atau P = 1 n N Menyusun matriks proporsi J c J c I r I r c c atau c c r r atau r r 1,..., 1 diag,..., diag 1,..., 1 diag,..., diag D D D D Menghitung diagonal matriks akar kuadrat ANALISIS KORESPONDENSI

10 LANDASAN TEORI Singular Value Decomposition (SVD) Nilai singular dicari untuk memperoleh koordinat profit baris dan kolom Koordinat Profit Baris F D k Penguraian nilai singular pada alogaritma matriks dan terdiri dari konsep dekomposisi eigenvalue atau eigenvektor 1 2 r u k P rc T K k1 k D u D v r k c k Koordinat Profit Kolom G T D k 1 2 c v k k u k v k : nilai singular : vektor dengan ukuran I x 1 : vektor dengan ukuran J x 1

11 LANDASAN TEORI tr Nilai Dekomposisi Inersia 1 2 T T 1 2 T pij rc i j D P rc D D P rc D r Nilai Inersia merupakan Jumlah kuadrat dari nilai signular yang menunjukan kontribusi baris ke-i dan kolom ke-j pada inersia total. Total inersia adalah ukuran variasi data dan ditentukan dengan jumlah kuadrat terboboti. c r c rc i j i i 2 K k1 2 k in(i) in(i) i r i trace Inersia Baris (i) ~ T 1 r c D ~ r c i D r c i T 1 T T R 1c D R 1c c atau in(j) in(j) Inersia Kolom ( j ) c j j trace D ~ T 1 cj r Dr ~ cj r atau T 1 T C 1r D C 1r c r T

12 LANDASAN TEORI Kontribusi Relatif Kontribusi relatif atau korelasi baris ke-i atau kolom ke-j dengan komponen k adalah kontribusi axis ke inersia baris ke-i atau kolom ke-j di dalam dimensi ke-k dinyatakan dalam persen inersia baris ke-i atau kolom ke-j. Kontribusi baris ke-i menuju inersia = r if ik 2 λ k 2 Kontribusi kolom ke-j menuju inersia= c ig jk λ k Dimana : f ik 2 Koordinat profil baris ke imenuju axis dengan dimensi ke-k g jk 2 Koordinat profil kolom ke j menuju axis dengan dimensi ke-k

13 LANDASAN TEORI Kontribusi Mutlak Kontribusi Axis menuju inersia baris ke-i atau kolom ke-j disebut kontribusi mutlak. Kontribusi dari axis menuju inesia baris ke-i= f ik 2 f ik 2 Kontribusi dari axis menuju inesia kolom ke-j = g jk 2 g 2 jk Dimana : f ik 2 Koordinat profil baris ke imenuju axis dengan dimensi ke-k g jk 2 Koordinat profil kolom ke j menuju axis dengan dimensi ke-k

14 LANDASAN TEORI JARAK EUCLIDIAN Ukuran jarak digunakan ketika terdapat dua objek yang berada pada titik yang berbeda, jarak antar objek sering juga disebut dengan ukuran kemiripan atau similarity. Digunakan untuk mengukur perbedaan yang berasal dari objek untuk menggambarkan karakteristik dan pola kecenderungan. d F, G = k i=1 F i G i 2 Keterangan : K : banyaknya solusi dimensi F : koordinat titik pada profil baris G : koordinat titik pada profil kolom F i : nilai kordinat profil baris pada dimensi ke-i : nilai kordinat profil kolom pada dimensi ke-i G i

15 LANDASAN TEORI ANALISIS CLUSTER Analisis cluster mengklasifikasi objek sehingga setiap objek yang paling dekat kesamaannya dengan objek lain berada dalam cluster yang sama. Kelebihan 1. Dapat Mengelompokan data observasi dalam jumlah besar dan variabel relatif banyak. 2. Skala Pengukuran ordinal,interval,dan rasio. Kelemahan 1. Pengelompokan bersifat subjektif. 2. Hanya dilihat dari dendogram. 3. Sulit pengelompokkanna bila data terlalu heterogen.

16 LANDASAN TEORI UJI BARLETT H 0 : Tidak ada korelasi antar variabel (ρ = 1) H 1 : Terdapat korelasi antar variabel (ρ 1) Statistik Uji : Barlett ln R n 1 2 p 5 6 Tolak H 0 apabila nilai Barlett hitung> nilai X 2 α; 1 2 p (p 1) maka variabel saling berkorelasi sehingga terdapat hubungan antar variabel.

17 LANDASAN TEORI Analisis Faktor Analisis faktor merupakan suatu teknik analisis yang bertujuan untuk mendefinisikan struktur yang mendasar pada antar variabel. Analisis faktor dapat dikatakan salah satu teknik analisis ketergantungan. Tujuan utama analisis faktor adalah untuk menjelaskan struktur hubungan di antara banyak variabel dalam bentuk faktor atau vaiabel laten atau variabel bentukan (mereduksi variable)

18 LANDASAN TEORI METODE PENGELOMPOKAN HIRARKI Metode pengelompokan hirarki berawal dari objek individual, dengan demikian akan terdapat proses awal sebanyak objek cluster (kelompok). Objek-objek yang paling banyak memiliki kesamaan adalah yang pertama dikelompokkan

19 LANDASAN TEORI Single Linkage Single linkage dapat berupa jarak atau kesamaan antara pasangan-pasangan objek. Grup dibentuk dari kesatauan individu dengan menggabungkan tetangga terdekatnya, dimana kata tetangga terdekat mengandung arti jarak terkecil atau kesamaan terbesar (terbanyak) d (UV)W =min{d UW, d VW }. Di sini nilai d UW dan d VW adalah jarak antara tetangga terdekat dari kelompok U dan W serta kelompok V dan W, begitupun sebaliknya

20 LANDASAN TEORI Complete Linkage Prosedur pengelompokan complete linkage hampir sama dengan single linkage, dengan satu pengecualian. Pada setiap tingkat, jarak (kesamaan) antar kelompok ditentukan dengan jarak (kesamaan) antara dua elemen yaitu yang paling jauh. d (UV)W =max{d UW, d VW } Dimana d UW dan d VW merupakan jarak terjauh antara anggota kelompok U dan W serta kelompok V dan W, begitupun sebaliknya.

21 LANDASAN TEORI Average Linkage Average linkage didasarkan pada rata-rata jarak dari seluruh objek pada suatu cluster dengan seluruh objek pada cluster lain d UV W i N k ( UV ) d N ik W Dimana d ik adalah jarak antara objek i pada cluster (UV) dan objek k pada cluster W, dan N (UV) dan N W adalah jumlah dari item-item pada cluster (UV) dan W

22 LANDASAN TEORI Rumus Pseudo F Penentuan Jumlah Kelompok Optimum (Pseudo F-Statistic) R 2 = proporsi jumlah kuadrat jarak antar pusat kelompok dengan jumlah kuadrat sampel terhadap rata-rata keseluruhan SST = total jumlah dari kuadrat jarak terhadap rata-rata keseluruhan SSW = total jumlah dari kuadrat jarak sampel terhadap rata-rata kelompoknya k N = banyaknya sampel X ij = sampel ke-i pada kelompok ke-j dan variabel ke-k c = banyaknya kelompok X k = rata-rata sampel pada variabel-k n c = banyaknya data pada kelompok ke-i p = banyaknya variabel X k j = rata-rata sampel pada kelompok ke-j & variabel ke-k metode alternatif yang digunakan untuk menentukan banyaknya kelompok optimum n c c p k k SST x ij x 2 R c R n c R ( SST SSW ) SST 2 SSW i1 j1 k1 c p k k x ij x j n c i1 j1 k1

23 LANDASAN TEORI Icdrate ( Internal Cluster Disersion Rata) Dimana Nilai icdrate yang semakin kecil menunjukkan perbedaan keanggotaan tiap kelompok yang artinya pengelompokan berdasarkan data yang sangat mirip dikelompokkan dalam satu cluster. Digunakan untuk pemilihan metode yg terbaik dlam analisis cluster. Icdrate = 1 - SSB SST = 1-R2 Keterangan : SSB = c p i=1 j=1 x ik x k 2 SSB SST R 2 : Sum of Squared Between-Groups : Total jumlah dari kuadrat jarat terhadap rata-rata keseluruhan : Proporsi jumlah kuadrat jarak antar pusat kelompok dengan jumlah kuadrat sampel terhadap rata-rata keseluruhan C : Bnyaknya Cluster n x k x ik : Banyaknya data dalam cluster : Rata rata sampel pada variable-k : Rata rata sampel pada kelompok ke-i variabel ke-k

24 LANDASAN NON STATISTIK Kriminalitas Jenis Kejahatan di DKI Jakarta 1. Kejahatan Konvensional kejahatan jalanan 2. Kejahatan Trans nasional kejahatan yang melibatkan lintas Negara 3. Kejahatan Terhadap Kekayaan Negara terhadap kepentingan hukum atau benda milik Negara 4. Kejahatan Berimplikasi Kontijensi Kejahatan yang dapat mengganngu aspek aspek keamanan, politik, dan ekonomi 5. Kejahatan Terhadap Hak Asasi Manusia Kejahatan yang secara melawan hukum membatasi dan mencabut Hak Asasi Manusia 6. Hukum Pidana dasar atau aturan untuk Menentukan perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai ancaman atau sangsi berupa pidana 7. Hukum Perdata Suatu peraturan yang mengatur tentang hal-hal yang sangat esensial bagi kebebasan individu, seperti orang dan keluarganya, hak milik dan perikatan 8. Kejahatan Mengganggu Ketrentraman dan Ketertiban merupakan kata-kata yang dipakai oleh pembentuk undang-undang sebagai nama kumpulan bagi kejahatan-kejahatan yang di dalam undang-undang 9. Kejahatan Golongan Bencana Kejahatan yang terjadi pada kasus sumber daya alam dan lingkungan hidup

25 METODOLOGI PENELITIAN SUMBER DATA Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data kriminalitas di Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah (POLDA) Provinsi DKI Jakarta tahun 2012.

26 METODOLOGI PENELITIAN VARIABEL PENELITIAN Variabel Wilayah POLRES di setiap Kabupaten DKI Jakarta Kode KESATUAN (POLRES) Kode KESATUAN (POLRES) Y 1 Mapolda Y 8 Resta Pel. Tanjung Priok Y 2 Resto Jakarta Pusat Y 9 Resta Bekasi Kota Y 3 Resto Jakarta Utara Y 10 Resta Depok Y 4 Resto Jakarta Barat Y 11 Kepol. Bandara Soetta Y 5 Resto Jakarta Timur Y 12 Resta Tanggerang Y 6 Resto Jakarta Selatan Y 13 Resta Bekasi Y 7 Resto Tanggeran Kota Y 14 Res. Kep. Seribu

27 METODOLOGI PENELITIAN VARIABEL PENELITIAN Variabel Wilayah POLRES di setiap Kabupaten DKI Jakarta Kode JENIS KEJAHATAN Kode JENIS KEJAHATAN X 1 Pencurian X 36 Terorisme X 2 Laka Lantas X 37 Penyalahgunaan senpi X 3 Penipuan X 38 Perbankan X 4 Curanmor X 39 Agraria X 5 Narkotika X 40 Psikotropika X 6 Penggelapan X 41 Senpi ilegal X 7 Unjuk rasa X 42 Tki ilegal X 8 Penganiayaan X 43 Korupsi X 9 Gangguan umum X 44 Perlindungan anak X 10 Kdrt X 45 Kehilangan X 11 Penemuan mayat X 46 Prod & dagang X 12 Kebakaran X 47 Bbm illegal X 13 Pemerasan X 48 Perdagangan manusia X 14 Pemalsuan surat X 49 Lingkungan hidup X 15 Curas X 50 Asal usul dan perkawinan X 16 Perjudian X 51 Penembakan X 17 Merusak barang X 52 Menerima suap Kode JENIS KEJAHATAN Kode JENIS KEJAHATAN X 18 Pemalasuan X 53 Aborsi X 19 Kejahatan lahan X 54 Miras X 20 Laka ka X 55 Merugikan pemiutang X 21 Penadahan X 56 Laka laut X 22 Pembunuhan X 57 Kepentingan orang X 23 Kecelakaan X 58 Orang yang ditolong X 24 Penghinaan X 59 Han berbahaya X 25 Jabatan X 60 Poa X 26 Perzinahan X 61 Sara X 27 Bunuh diri X 62 Laka udara X 28 Cabul X 63 Kewajiban dan hak kenegaraan X 29 Penculikan X 64 Ledakan bom X 30 Premanisme X 65 Illegal fishing X 31 Uang palsu X 66 Hewan dgn pas lain X 32 Hki X 67 Pengerusakan ringan X 33 Perkosaan X 68 Membakar gedung X 34 Orang hilang X 69 Penguasa umum X 35 Kenakalan remaja X 70 Pelayaran

28 METODOLOGI PENELITIAN LANGKAH - LANGKAH ANALISIS Mulai Mulai Mengumpulkan Data sekunder Mengumpulkan Data sekunder Data Kriminalitas DKI Jakarta Tahun 2012 Data Kriminalitas DKI Jakarta Tahun 2012 Tabulasi Silang Uji Barlett Uji Independensi Analisis Faktor Uji Korespondensi Analisis Pseudo F Visualisasi Plot Analisis Cluster Intrepertasi Hasil Analisis Korespondensi Intrepertasi Hasil Analisis Cluster Selesai Langkah Analisis Korespondensi Selesai Langkah Analisis Cluster

29 ANALISIS DAN PEMBAHASAN STATISTIK DESKRIPTIF Karakteristik Kejahatan berdasarkan Polres Polres Jenis Kejahatan KEP.SRB BKS KAB TNG KAB BSH DEPOK BEKASI KPPP 0.2% 0.6% 0.9% 4.6% 6.3% 7.8% 10.8% 20.0% 15.0% 10.0% 5.0% 0.0% 16.8% 14.9% 12.2% % % % TNG JAKTIM 3.5% 9.7% Karakteristik Kejahatan di DKI Jakarta JAKSEL JAKBAR JAKUT JAKPUS MAPOLDA 11.7% 7.2% 8.0% 10.1% 18.7% Tingkat kejahatan tertinggi kasus penipuan, lalu kedua pencurian, dan ketiga laka lantas, dan kejahatan yang jarang terjadi agrarian sampai pelayaran (X 59 - X 70 ) 0.0% 5.0% 10.0% 15.0% 20.0%

30 ANALISIS DAN PEMBAHASAN UJI INDEPENDENSI Hipotesis H 0 H 1 : Tidak ada hubungan antara jenis kejahatan umum dengan wilayah rayon polres (independen) : Ada hubungan antara jenis kejahatan umum dengan wilayah rayon polres (dependen) Keputusan Nilai Chi-Square 30550,290 Nilai Chi-Square Tabel 967,789 P-value 0,000 df (I=70, J=14) 897 Tolak H 0 karena nilai X 2 hitung (30550,290) > nilai X 2 table (967,789) atau bisa diketahui apabila p-value (0,00) yang lebih kecil dari α (0,05)

31 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS KORESPONDENSI Reduksi Dimensi Dimension Singular Inersia Proporsi Proporsi Kumulatif

32 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS KORESPONDENSI Nilai Kontribusi Mutlak dan Relatif pada Profil Baris Kriteria yang masuk Dimensi 1 1. Pencurian Mutlak = 26,4%, Relatif = 73,1% 2. Laka Lantas Mutlak = 2,8%, Relatif = 1,05% 3. dst Kriteria yang masuk Dimensi 2 1. Penipuan Mutlak = 77,5%, Relatif = 96,9% 2. Curanmor Mutlak = 8%, Relatif = 24,1% 3. dst Kontribusi kejahatan Mutlak Relatif Total 1 0,264(II) 0,000 0,731 0,001 0, ,028 0,013 0,105 0,031 0, ,000,775(I) 0 0,969(I) 0, ,004 0,08 0,018 0,241 0,26 5 0,199(III) 0,044 0,747 0,109 0, ,005 0,013 0,147 0,231 0, ,353(I) 0,021 0,922(I) 0,036 0, ,000 0,000 0, , ,122 0,039 0,681 0,144 0, ,004 0,000 0, , ,008 0,002 0,31 0,059 0, ,000 0,000 0,041 0,002 0, ,005 0,007 0,227 0,199 0, ,001 0,000 0,056 0,026 0, ,001 0,000 0,476 0,123 0,6 16 0,000 0,000 0,308 0,152 0, ,001 0,000 0,223 0,001 0, ,000 0,000 0,154 0,08 0, ,001 0,002 0,232 0,197 0, ,000 0,000 0,119 0,003 0, ,001 0,000 0,248 0,162 0,41 : : : : : : 65 0,000 0,000 0,169 0,209 0, ,000 0,000 0,003 0,002 0, ,000 0,000 0,085 0,000 0, ,000 0,000 0,104 0,000 0, ,000 0,000 0,018 0,793 0, ,000 0,000 0,018 0,793 0,811 Total 1,000 1,000 0,731 0,001 0,732

33 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ANALISIS KORESPONDENSI Nilai Kontribusi Mutlak dan Relatif pada Profil Kolom Kontribusi Polres Mutlak Relatif Total Mapolda 0,091 0,180 0,227 0,296 0,523 Jak_Pus 0,768(I) 0,013 0,971 0,011 0,982 Jak_Ut 0,038 0,001 0,606 0,009 0,615 Jak_Bar 0,012 0,034 0,068 0,123 0,190 Jak_Sel 0,019 0,006 0,177 0,038 0,215 Jak_Tim 0,048 0,001 0,854 0,009 0,863 Tanggerang 0,000 0,010 0,004 0,188 0,192 Pel.Priok 0,001 0,001 0,141 0,139 0,280 Bekasi 0,007 0,000 0,235 0,009 0,243 Depok 0,000 0,025 0,000 0,255 0,255 Band.Soetta 0,000 0,001 0,027 0,168 0,195 Kab.Tanggerng 0,001 0,724(I) 0,003 0,956 0,959 Kab. Bekasi 0,014 0,004 0,102 0,020 0,122 Kep. Seribu 0,000 0,000 0,137 0,092 0,229 Total 1,000 1,000 Kriteria yang masuk Dimensi 1 1. Polres Jakarta Pusat Mutlak = 76,8%, Relatif = 97,1% 2. Polres Jakarta Utara Mutlak = 3,8%, Relatif = 60,6% 3. dst Kriteria yang masuk Dimensi 2 1. Polres Mapolda Mutlak = 18%, Relatif = 29,6% 2. Polres Jakarta Barat Mutlak = 3,4%, Relatif = 12,3% 3. dst Dari Pengelompokan berdasarkan nilai kontribusi mutlak pada profil baris dan kolom diperoleh kecenderungan di setiap dimensi yang berkaitan yaitu : 1. Jenis kejahatan Unjuk Rasa, Pencurian, dan Narkotika cenderung terjadi di Polres Jakarta Pusat. 2. Jenis Kejahatan Penipuan cenderung terjadi di Polres Kabupaten Tanggerang

34 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Nilai Euclidian ANALISIS KORESPONDENSI Kejahatan Wilayah Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 Y 5 Y 6 Y 7 Y 8 Y 9 Y 10 Y 11 Y 12 Y 13 Y 14 X X X X X X X X X X : : : : : : : : : : : : : : : X X X X X X X X X X X Kriteria Kasus kejahatan pada Polres Mapolda : Pencurian (X1), Laka Lantas (X2), dan Curanmor (X4) Kriteria kasus kejahatan pada Polres Jakarta Pusat : Narkotika (X5), Unjuk rasa (X7), dan Ganguan Umum (X9) Kriteria kasus kejahatan pada Polres Jakarta Utara : KDRT (X10) Kriteria kasus kejahatan pada Polres Jakarta Selatan : Penggelapan (X6) dst

35 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Cluster Uji Barlett Hipotesis H 0 : ρ = I (antar variabel dari data faktor-faktor yang mempengaruhi indikator jenis kejahatan tidak berkorelasi) H 1 : ρ I (antar variabel dari data faktor-faktor yang mempengaruhi indikator jenis kejahatan berkorelasi) Pada Uji Barlett menggunakan sofware SPSS dapat diketahui bahwa terjadi kombinasi linier dimana ada korelasi antar variabel sehingga matriks determinan nol yang menyebabkan matriks korelasi bukan matriks definite positif sehingga ada kombinasi linier minimal 2 variabel dependen dibuktikan dengan uji korelasi antar variabel pada lampiran (D1). Sehingga dapat dikatakan bahwa antar variabel dari data faktor-faktor yang mempengaruhi indikator jenis kejahatan tahun 2012 berkorelasi.

36 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Factor Initial Eigenvalues Component % of Cumulati Total Variance ve % 1 16,078 22,968 22, ,651 18,072 41, ,668 13,811 54, ,263 10,376 65, ,699 8,142 73, ,534 6,477 79, ,763 5,376 85, ,500 5,000 90, ,827 4,038 94, ,996 2,852 97, ,339 1,913 99, ,504 0,721 99, ,178 0, ,000 : : : : E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E Nilai Eigenvalue Variabel 70 Variabel 11 Keragaman Min 70% Total Eigenvalue lebih dari 1

37 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Factor Nilai Loading Factor Faktor Jenis Kejahatan Faktor 1 X 13,X 19,X 38,X 42,X 43,X 45,X 56,X 65 Faktor 2 X 3,X 21,X 31,X 35,X 39,X 46,X 50,X 60,X 69,X 70 Faktor 3 X 5,X 7,X 9,X 40,X 54,X 59 Faktor 4 X 10,X 34,X 36,X 44,X 52,X 55,X 62 Faktor 5 X 14,X 26,X 27,X 29,X 30,X 33,X 63 Faktor 6 X 37,X 47,X 49,X 68 Faktor 7 X 8,X 61 Faktor 8 X 1,X 6,X 12,X 15,X 17,X 24,X 25,X 51,X 57,X 67 Faktor 9 X 4,X 18,X 28 Faktor 10 X 2,X 16,X 22,X 23,X 32,X 48,X 53,X 64 Faktor 11 X 11,X 20,X 41,X 58,X 66 Kejahatan Kekayaan Negara Kejahatan Materi Kejahatan Pidana Kejahatan dengan Kekerasan Kejahatan Asusila Kejahatan Terencana Kejahatan Psikis Kejahatan Gangguan Barang/orang Kejahatan Moral Kejahatan Terorganisir Kejahatan Non Pidana

38 Nilai Eigenvalue ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Cluster Banyaknya Kelompok Pseduo F Single Complete Average Berdasrakan Penilaian Pseudo F Statistic : Single Linkage : 3 kelompok Complete Linkage : 3 kelompok Average linkage : 4 kelompok

39 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Cluster Nilai Icdrate Kelompok Single Complete Average Sw Sb Icdrate Sw Sb Icdrate Sw Sb Icdrate E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E E-01 Analisis Banyaknya Kelompok Sw Sb Icdrate Single Linkage 3 2,99x10 7 8,21x10 6 0,7614 Complete Linkage 3 8,65x10 6 2,58x10 7 0,2512 Average Linkage 4 1,25x10 7 2, ,3634 Berdasrakan Penilain Icdrate didapatkan pemilihan metode terbaik yaitu Complete Linkage

40 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Single Linkage Analisis Cluster Cluster Anggota 1 Mapolda 2 Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Depok, Kab.Bekasi, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Kab. Tanggerang, Tanggerang, Pelabuhan Priok, Band. Soetta, dan Kep. Seribu 3 Bekasi Keterangan Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 : Daerah yg rawan kejahatan : Daerah yang sering terjadi kejahatan : Daerah yang jarang terjadi kejahatan

41 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Complete Linkage Analisis Cluster Cluster 1 Anggota Mapolda, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Tanggerang, Pelabuhan Priok, Kab Bekasi,,Kab. Tanggerang, Kep. Seribu, dan Band. Soetta, 2 Jakarta Pusat 3 Jakarta Barat, Depok, Bekasi, dan Jakarta Timur Keterangan Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 : Daerah yg rawan kejahatan : Daerah yang sering terjadi kejahatan : Daerah yang cukup terjadi kejahatan

42 Cluster 1 Average Linkage 2 Jakarta Pusat 3 Jakarta Barat 4 Bekasi ANALISIS DAN PEMBAHASAN Analisis Cluster Anggota Mapolda, Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Tanggerang, Pelabuhan Priok, Depok, Band.Soetta,Kab.Tanggerang,Kab.Bekasi,Kep.Seribu Keterangan Cluster 1 Cluster 2 Cluster 3 Cluster 4 : Daerah yg rawan kejahatan : Daerah yang sering terjadi kejahatan : Daerah yang cukup rendahi kejahatan : Daerah yang jarang terjadi kejahatan

43 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan Statistik Deskriptif didapatkan jenis kejahatan tertinggi di DKI Jakarta pada tahun 2012 yaitu Penipuan sebesar 16,8% dan terendah yaitu jenis kejahatan (X59-X70). Sedangkan wilayah Polres didapatkan kejahatan terbanyak yaitu Polres Jakarta Pusat sebesar 18,7% dan yang terendah yaitu Polres Kep.Seribu sebesar 0,2%. Berdasarkan analisis korespondensi dari pengelompokkan dimensi yaitu Polres Jakarta Pusat memiliki kecenderungan kejahatan unjukrasa, pencurian, dan narkotika. Sedangkan perhitungan nilai jarak Euclidian wilayah Polres Jakarta Pusat terdapat kecenderungan kejahatan noarkotika dst. Berdasarkan analisis Factor dari 70 variabel terbentuk 11 factor jenis kejahatan di DKI Jakarta dengan nilai kumulatif sebesar 99,025% dengan nilai eigenvalue lebih dari 1. Berdasarkan analisis Cluster dengan perhitungan Pseudo F didapatkan kelompok optimum yaitu single linkage terbentuk 3 kelompok, complete linkage terbentuk 3 kelompok, dan average linkage terbentuk 4 kelompok. Dan berdasarkan perhitungan Icdrate pemilihan metode cluster terbaik yaitu metode complete linkage dengan nilai terkecil sebesar 0,2512

44 KESIMPULAN DAN SARAN SARAN Pihak Kepolisian DKI Jakarta hendakanya melakukan melakukan tindakan preventif terhadap pola-pola kecenderungan jenis kejahatan umum disetiap Polres. Misalnya di wilayah Polres Kabupaten Bekasi mengadakan penyuluhan mengenai bahaya tindakan penipuan yang sering terjadi dan cara mencegah kejahatan tersebut di masyarakat. Kedepannya pihak Kepolisian DKI Jakarta bisa menerapakan sistem monitoring serta evaluasi dengan cara melihat pola kencenderungan kejahatan disetiap Polres secara berkala. Sehingga dapat dilakukan tindak pencegahan secara efektif.

45 ANALISIS PENGELOMPOKAN JENIS-JENIS KEJAHATAN UMUM PADA KASUS KRIMINALITAS THANK S DI PROVINSI FOR YOUR DKI JAKARTA ATTENTION TAHUN 2012 (STUDI KASUS : DKI JAKARTA) RISFIAN EKA KURNIAWAN ( )

DOSEN PEMBIMBING : DWI ENDAH KUSRINI, S. Si, M. Si

DOSEN PEMBIMBING : DWI ENDAH KUSRINI, S. Si, M. Si DOSEN PEMBIMBING : DWI ENDAH KUSRINI, S. Si, M. Si ANALISIS KORESPONDENSI DATA CURANMOR DI WILAYAH POLSEK WONOCOLO SURABAYA PADA BULAN JANUARI 2006-AGUSTUS 2010 Dimas Aditya Yudistira 1307030026 LATAR

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI TERHADAP DATA KEJADIAN KRIMINALITAS DI POLSEK SIMOKERTO

ANALISIS KORESPONDENSI TERHADAP DATA KEJADIAN KRIMINALITAS DI POLSEK SIMOKERTO ANALISIS KORESPONDENSI TERHADAP DATA KEJADIAN KRIMINALITAS DI POLSEK SIMOKERTO Oleh: Putri Rintan Aryasita 308030035 Pembimbing: Ir. Dwi Atmono Agus W, M. Ikom Latar Belakang Penelitian Sebelumnya Hubungan

Lebih terperinci

Pemetaan Akibat Kecelakaan dan Jenis Kriminalitas di Wilayah Surabaya Menggunakan Pendekatan korespondensi

Pemetaan Akibat Kecelakaan dan Jenis Kriminalitas di Wilayah Surabaya Menggunakan Pendekatan korespondensi Pemetaan Akibat Kecelakaan dan Jenis Kriminalitas di Wilayah Surabaya Menggunakan Pendekatan korespondensi ANDREW NOFENESIA DOSEN PEMBIMBING M. SJAHID AKBAR,S.SI,M.SI PROGRAM STUDI DIPLOMA III JURUSAN

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING : DWI ENDAH KUSRINI, S. Si, M. Si

DOSEN PEMBIMBING : DWI ENDAH KUSRINI, S. Si, M. Si DOSEN PEMBIMBING : DWI ENDAH KUSRINI, S. Si, M. Si EFEKTIFITAS ALIRAN DAN PENGGUNAAN DANA BOS UNTUK PENGEMBANGAN SEKOLAH DI WILAYAH SURABAYA DENGAN METODE ANALISIS KORESPONDENSI Nalini Yaiwan 1307030055

Lebih terperinci

Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya

Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya Pemetaan Wilayah Berdasarkan Tindak Kriminalitas Dengan Pendekatan Analisis Korespondensi di Kota Surabaya Oleh Putri Ayu Sekar Karimah : (1313 030 004) Dosen Pembimbing : Dr. Dra. Ismaini Zain, M.Si Dosen

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir D3-Statistika 2009

Laporan Tugas Akhir D3-Statistika 2009 Laporan Tugas Akhir D3-Statistika 2009 Selasa, 12 Juni 2012 ANALISIS KORESPONDENSI KECENDERUNGAN DARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI GIZI BALITA DI JAWA TIMUR OLEH : RATNA AYU M DOSEN PEMBIMBING : IR.

Lebih terperinci

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TENGAH DARI BULAN JANUARI - DESEMBER TAHUN 2016

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TENGAH DARI BULAN JANUARI - DESEMBER TAHUN 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TENGAH DARI BULAN JANUARI - DESEMBER TAHUN 206 Tabel Jumlah produk Intelijen

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) JENJANG SEKOLAH DASAR (SD) DI SELURUH

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) JENJANG SEKOLAH DASAR (SD) DI SELURUH ANALISIS KORESPONDENSI EFEKTIFITAS PENGGUNAAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) JENJANG SEKOLAH DASAR (SD) DI SELURUH WILAYAH SURABAYA Ika Estuningtyas 1307 030 047 www.wondershare.com LOGO Pendahuluan

Lebih terperinci

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016 Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 216 Tabel 1 Jumlah produk Intelejen yang dapat digunakan oleh Pimpinan dalam Giat Lintas Sektoral Jenis Kegiatan ( Naik/Turun ) 1 Intel Dasar 1-1

Lebih terperinci

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016

Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. 2016 Data Kinerja, Evaluasi Kinerja, Polres Lombok Barat TA. Tabel 1 Jumlah produk Intelejen yang dapat digunakan oleh Pimpinan dalam Giat Lintas Sektoral Jenis Kegiatan (Naik/Turun) 1 Intel Dasar 1 0-1 2 Kir

Lebih terperinci

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi

Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi Pemetaan Status Gizi Balita Terhadap Kecamatan-Kecamatan Di Kabupaten Trenggalek Dengan Metode Analisis Korespondensi Oleh : Teguh Purianto (0 09 06) Dosen Pembimbing : Wibawati, S.Si., M.Si. ABSTRAK Anak

Lebih terperinci

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

Oleh : Fanial Farida Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D Analisis Korespondensi Pengguna Jenis Alat Kontrasepsi Peserta KB Aktif dan KB Baru Terhadap Kecamatan di Kota Surabaya Oleh : Fanial Farida 1311030064 Dosen Pembimbing : Santi Wulan Purnami, M.Si. Ph.D

Lebih terperinci

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2016

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES LOMBOK TIMUR BULAN JANUARI S.D AGUSTUS Tabel 1 Jumlah produk intelejen yang dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol 3 TINJAUAN PUSTAKA Analisis Gerombol Analisis gerombol merupakan analisis statistika peubah ganda yang digunakan untuk menggerombolkan n buah obyek. Obyek-obyek tersebut mempunyai p buah peubah. Penggerombolannya

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA

ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA ANALISIS KORESPONDENSI KABUPATEN/KOTA DI JAWA TIMUR BERDASARKAN PENYEBARAN PENYAKIT ISPA IKO PUTRI TYASHENING 1311 030 013 Dosen Pembimbing : Dr Santi Wulan Purnami, MSi PENDAHULUAN PENDAHULUAN RUMUSAN

Lebih terperinci

Wara Pramesti. Program Studi Statistika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK

Wara Pramesti. Program Studi Statistika Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK J-Statistika Vol 4 No ANALISIS KORESPONDENSI UNUK MENGEAHUI KEERKAIAN INDAK PIDANA DENGAN USIA, JENIS KELAMIN, INGKA PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN ALASAN MELAKUKAN INDAK PIDANA Wara Pramesti Program Studi

Lebih terperinci

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d MEI TA. 2016

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d MEI TA. 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d MEI TA. 2016 Tabel 1 Jumlah produk Intelijen yang dapat digunakan

Lebih terperinci

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d OKTOBER TA. 2016

DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d OKTOBER TA. 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA DATA EVALUASI KINERJA SATKER POLRES BIMA BULAN JANUARI s/d OKTOBER TA. 2016 Tabel 1 Jumlah produk Intelijen yang dapat digunakan

Lebih terperinci

DATA EVALUASI KINERJA POLRES SUMBAWA BARAT BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2017

DATA EVALUASI KINERJA POLRES SUMBAWA BARAT BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2017 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT DATA EVALUASI KINERJA POLRES SUMBAWA BARAT BULAN JANUARI S.D AGUSTUS 2017 Tabel 1 Jumlah kegiatan Intelijen yang dapat

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriminalitas merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu tindakan yang dapat menyebabkan pihak tertentu dirugikan baik secara

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS IKLAN PROVIDER TELEPON SELULER DI MEDIA TELEVISI

ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS IKLAN PROVIDER TELEPON SELULER DI MEDIA TELEVISI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MENGETAHUI EFEKTIVITAS IKLAN PROVIDER TELEPON SELULER DI MEDIA TELEVISI Maya Evayani Gurning 1308 030 013 Dosen Pembimbing : Dra. Destri Susilaningrum, M.Si LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran??

TINJAUAN PUSTAKA. dianalisis dan hasilnya ditransformasi menjadi matriks berukuran?? TINJAUAN PUSTAKA Data Disagregat dan Agregat Berdasarkan cara pengumpulannya, data dapat dibedakan atas data internal dan data eksternal. Data internal berasal dari lingkungan sendiri sedangkan data eksternal

Lebih terperinci

Trihastuti Agustinah

Trihastuti Agustinah TE 9467 Teknik Numerik Sistem Linear Trihastuti Agustinah Bidang Studi Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro - FTI Institut Teknologi Sepuluh Nopember O U T L I N E OBJEKTIF TEORI CONTOH 4 SIMPULAN

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI PENYAKIT MENULAR DI KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2010

ANALISIS KORESPONDENSI PENYAKIT MENULAR DI KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2010 TUGAS AKHIR ANALISIS KORESPONDENSI PENYAKIT MENULAR DI KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2010 Oleh : Danang Wahyu Prasetyo (1307 030 048) Dosen Pembimbing : Dr. rer. pol. Heri Kuswanto Pendahuluan Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Kriminalitas merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan suatu tindakan

Lebih terperinci

Kepanjangan dari KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

Kepanjangan dari KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT PENDAHULUAN O TRANTIBMAS Kepanjangan dari KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT O TENTRAM ialah aman atau (tidak rusuh, tidak dalam kekacauan)misalnya didaerah yang aman, orang - orang bekerja dengan senang,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks

BAB II KAJIAN TEORI. linier, varian dan simpangan baku, standarisasi data, koefisien korelasi, matriks BAB II KAJIAN TEORI Pada bab II akan dibahas tentang materi-materi dasar yang digunakan untuk mendukung pembahasan pada bab selanjutnya, yaitu matriks, kombinasi linier, varian dan simpangan baku, standarisasi

Lebih terperinci

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang

BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA. Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang BAB III PEREDUKSIAN RUANG INDIVIDU DENGAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA Analisis komponen utama adalah metode statistika multivariat yang bertujuan untuk mereduksi dimensi data dengan membentuk kombinasi linear

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang akan digunakan dalam bab selanjutnya. 2.1 Matriks Sebuah matriks, biasanya dinotasikan dengan huruf kapital tebal seperti A,

Lebih terperinci

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster

Analisis Cluster, Analisis Diskriminan & Analisis Komponen Utama. Analisis Cluster Analisis Cluster Analisis Cluster adalah suatu analisis statistik yang bertujuan memisahkan kasus/obyek ke dalam beberapa kelompok yang mempunyai sifat berbeda antar kelompok yang satu dengan yang lain.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang

BAB III PEMBAHASAN. Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk. mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang BAB III PEMBAHASAN Analisis cluster merupakan analisis yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek pengamatan berdasarkan karakteristik yang dimiliki. Asumsi-asumsi dalam analisis cluster yaitu sampel

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KORESPONDENSI PADA DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI INDONESIA

PENERAPAN ANALISIS KORESPONDENSI PADA DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI INDONESIA Jurnal Matematika UNAND Vol 5 No 2 Hal 56 64 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENERAPAN ANALISIS KORESPONDENSI PADA DATA JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA DI INDONESIA CITRA KOMANG

Lebih terperinci

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur

Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Analisis Cluster Average Linkage Berdasarkan Faktor-Faktor Kemiskinan di Provinsi Jawa Timur Qonitatin Nafisah, Novita Eka Chandra Jurusan Matematika Fakultas MIPA Universitas Islam Darul Ulum Lamongan

Lebih terperinci

PROSIDING ISSN: M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI

PROSIDING ISSN: M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI M-19 PROFIL PROVINSI DI INDONESIA BERDASARKAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN MENGGUNAKAN ANALISIS KORESPONDENSI Titi Purwandari 1, Yuyun Hidayat 2 1,2) Departemen Statistika FMIPA Universitas Padjadjaran email

Lebih terperinci

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING

LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA. Modul II CLUSTERING LABORATORIUM DATA MINING JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Modul II CLUSTERING TUJUA PRAKTIKUM 1. Mahasiswa mempunyai pengetahuan dan kemampuan dasar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Peubah Ganda Analisis peubah ganda merupakan salah satu jenis analisis statistika yang digunakan untuk menganalisis data dengan lebih dari satu peubah bebas (independen

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KECENDERUNGAN JENIS PELANGGARAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA TIAP POLISI SEKTOR (POLSEK) DI SURABAYA

ANALISIS POLA KECENDERUNGAN JENIS PELANGGARAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA TIAP POLISI SEKTOR (POLSEK) DI SURABAYA TUGAS AKHIR SS 145561 ANALISIS POLA KECENDERUNGAN JENIS PELANGGARAN LALU LINTAS KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA TIAP POLISI SEKTOR (POLSEK) DI SURABAYA FIRDA ARFIAH NRP 1314 030 085 Dosen Pembimbing Dra. Destri

Lebih terperinci

ANALISIS KORESPONDENSI HUBUNGAN ANTARA KONDISI SEKOLAH, TENAGA PENGAJAR, DAN SARANA BELAJAR TERHADAP PRESTASI SEKOLAH. Anggraini

ANALISIS KORESPONDENSI HUBUNGAN ANTARA KONDISI SEKOLAH, TENAGA PENGAJAR, DAN SARANA BELAJAR TERHADAP PRESTASI SEKOLAH. Anggraini ANALISIS KORESPONDENSI HUBUNGAN ANTARA KONDISI SEKOLAH, TENAGA PENGAJAR, DAN SARANA BELAJAR TERHADAP PRESTASI SEKOLAH (Studi kasus SMA dan SMK Jakarta Selatan 2010) Anggraini PROGRAM STUDI MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa

TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa TINJAUAN PUSTAKA Analisis Biplot Biasa Analisis biplot merupakan suatu upaya untuk memberikan peragaan grafik dari matriks data dalam suatu plot dengan menumpangtindihkan vektor-vektor dalam ruang berdimensi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

BAB III ANALISIS FAKTOR. berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal BAB III ANALISIS FAKTOR 3.1 Definisi Analisis faktor Analisis faktor adalah suatu teknik analisis statistika multivariat yang berfungsi untuk mereduksi dimensi data dengan cara menyatakan variabel asal

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR

GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR GAMBARAN UMUM TUJUAN ANALISIS FAKTOR 1. Latar Belakang Analisis faktor adalah alat analisis statistik yang dipergunakan untuk mereduksi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu variabel menjadi beberapa set

Lebih terperinci

Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi. Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception

Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi. Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception Jurnal EKSPONENSIAL Volume, Nomor, Mei ISSN 85-89 Analisis Hibrid Korespondensi Untuk Pemetaan Persepsi Hybrid Correspondence Analysis for Mapping Perception Fitriani, Rito Goejantoro, dan Darnah Andi

Lebih terperinci

Oleh : Amilia Firda Rahmana ( ) Dosen Pembimbing : Santi Puteri Rahayu, M.Si, Ph.D

Oleh : Amilia Firda Rahmana ( ) Dosen Pembimbing : Santi Puteri Rahayu, M.Si, Ph.D Analisis Pola Hubungan Besarnya Kerugian Negara Akibat Korupsi Dengan Demografi Koruptor di Jawa Timur Oleh : Amilia Firda Rahmana (1311 105 008) Dosen Pembimbing : Santi Puteri Rahayu, M.Si, Ph.D Seminar

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR

IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Saintia Matematika Vol. 2, No. 1 (2014), pp. 1 11. IDENTIFIKASI FAKTOR PENDORONG PERNIKAHAN DINI DENGAN METODE ANALISIS FAKTOR Aswin Bahar, Gim Tarigan, Pengarapen Bangun Abstrak. Pernikahan dini merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytic Hierarchy Process (AHP) Sumber kerumitan masalah keputusan bukan hanya dikarenakan faktor ketidakpasatian atau ketidaksempurnaan informasi saja. Namun masih terdapat penyebab

Lebih terperinci

P E R K A R A P I D A N A

P E R K A R A P I D A N A PENGADILAN NEGERI BULAN : JANUARI 1 Sisa dari bulan lalu 56 1 Kejahatan terhadap Keamanan Negara - - - - 2 Masuk dalam bulan ini 31 2 Kejahatan terhadap Martabat Presiden/Wakil - - - - 3 Putus dalam bulan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS

PENDAHULUAN LANDASAN ANALISIS 10 PENDAHULUAN Latar Belakang Biplot merupakan metode eksplorasi analisis data peubah ganda yang dapat memberikan gambaran secara grafik tentang kedekatan antar objek, keragaman peubah, korelasi antar

Lebih terperinci

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR

PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA TIMUR Jur. Ris. & Apl. Mat. I (207), no., xx-xx Jurnal Riset dan Aplikasi Matematika e-issn: 258-054 URL: journal.unesa.ac.id/index.php/jram PERBANDINGAN ANALISIS BIPLOT KLASIK DAN ROBUST BIPLOT PADA PEMETAAN

Lebih terperinci

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda

STK511 Analisis Statistika. Pertemuan 13 Peubah Ganda STK511 Analisis Statistika Pertemuan 13 Peubah Ganda 13. Peubah Ganda: Pengantar Pengamatan Peubah Ganda Menggambarkan suatu objek tidak cukup menggunakan satu peubah saja Kasus pengamatan peubah ganda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Analisis statistik multivariat adalah metode statistik di mana masalah yang diteliti bersifat multidimensional dengan menggunakan tiga atau lebih variabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Diagram kotak garis TINJAUAN PUSTAKA Diagram Kotak Garis Metode diagram kotak garis atau boxplot merupakan salah satu teknik untuk memberikan gambaran tentang lokasi pemusatan data, rentangan penyebaran dan kemiringan pola

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Laporan. Gangguan Keamanan. Kamtibmas. Pencabutan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Laporan. Gangguan Keamanan. Kamtibmas. Pencabutan. No.115, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN. Laporan. Gangguan Keamanan. Kamtibmas. Pencabutan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM LAPORAN

Lebih terperinci

APLIKASI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK USAHA PARIWISATA DI PROVINSI BALI

APLIKASI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK USAHA PARIWISATA DI PROVINSI BALI E-Jurnal Matematika Vol. 5 (2), Mei 2016, pp. 76-81 ISSN: 2303-1751 APLIKASI ANALISIS KORESPONDENSI UNTUK MELIHAT KARAKTERISTIK USAHA PARIWISATA DI PROVINSI BALI Agust Wiras Ardi Kusuma 1, I Gusti Ayu

Lebih terperinci

Analisis Faktor Terhadap Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kota Ambon

Analisis Faktor Terhadap Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kota Ambon Statistika, Vol. 15 No. 2, 59-64 November 2015 Analisis Faktor Terhadap Resiko Kejadian Diare pada Anak Balita di Kota Ambon Ferry Kondo Lembang 1, Yuanita Samangun 2 1,2Jurusan Matematika Fakultas MIPA

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI 17 Bab 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan dewasa Sulistyawati (2014). fisik, psikis dan lingkungan Willis (2014). Tuntutan-tuntutan inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Soetjiningsih (2010) tumbuh kembang merupakan suatu peristiwa yang saling berkaitan tetapi berbeda sifatnya dan sulit untuk dipisahkan yaitu pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMETAAN TINDAK KRIMINAL DI WILAYAH MADIUN DENGAN ANALISIS KORESPONDENSI BERGANDA. DOI: /medstat

PEMETAAN TINDAK KRIMINAL DI WILAYAH MADIUN DENGAN ANALISIS KORESPONDENSI BERGANDA. DOI: /medstat p-issn 1979 3693 e-issn 477 0647 MEDIA SAISIKA 10() 017: 131-143 http://ejournal.undip.ac.id/index.php/media_statistika PEMEAAN INDAK KRIMINAL DI WILAYAH MADIUN DENGAN ANALISIS KORESPONDENSI BERGANDA Anindia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Uji Hipotesis BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas tentang pengujian hipotesis, metode klasifikasi berstruktur pohon, metode-metode statistika yang menjadi dasar pada metode QUEST, dan algoritme QUEST..1

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang

BAB III PEMBAHASAN. survei yang dilakukan BPS pada 31 Oktober Langkah selanjutnya yang BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam skripsi ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari buku saku Ikhtisar Data Pendidikan Tahun 2016/2017. Data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1. Data

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas pengertian metode klasifikasi berstruktur pohon, konsep-konsep dasar pada QUEST dan CHAID, algoritma QUEST, algoritma CHAID, keakuratan dan kesalahan dalam

Lebih terperinci

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE

PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER ENSEMBLE Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 13 23 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGGEROMBOLAN SMA/MA DI KOTA PADANG BERDASARKAN INDIKATOR MUTU PENDIDIKAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLUSTER

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah dalam penelitian ini maka desain penelitian menggunakan pengujian beda rata-rata. Di mana pengujian beda ratarata merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan.

BAB II KAJIAN TEORI. Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. BAB II KAJIAN TEORI A. Matriks 1. Definisi Matriks Sebuah Matriks adalah susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks (Howard

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang 7 BAB TNAUAN PUSTAA 2.1. Pengertian Lanjut Usia Pengertian lanjut usia menurut undang-undang no.13/1998 tentang kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi Lanjut Usia adalah seseorang yang mencapai usia 60

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Traveling Salesmen Problem (TSP) Travelling Salesman Problem (TSP) merupakan sebuah permasalahan optimasi yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan seperti routing. Masalah

Lebih terperinci

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k)

(2.1) keterangan: i = Banyaknya faktor yang terbentuk; (i=1,2,3,...,k) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Faktor Menurut J. Supranto (2004), analisis faktor merupakan teknik statistika yang utamanya dipergunakan untuk mereduksi atau meringkas data dari variabel yang banyak

Lebih terperinci

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP /J.A/03/1994 TENTANG

JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP /J.A/03/1994 TENTANG JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP - 027 /J.A/03/1994 TENTANG PENGELOMPOKKAN JENIS-JENIS PERKARA TINDAK PIDANA UMUM JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

Dirinci per Jenis Perkara Tahun Lawsuits which Came in Prosecutor by Its Kind,

Dirinci per Jenis Perkara Tahun Lawsuits which Came in Prosecutor by Its Kind, Court Tabel Perkara Yang Masuk pada Kejaksaan Negeri Table 4.3.1 : Dirinci per Jenis Perkara Tahun 2009-2013 Lawsuits which Came in Prosecutor by Its Kind, 2009-2013 Jenis Perkara 2009 2010 2011 2012 2013

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY TUGAS AKHIR SS 145561 PENGELOMPOKAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR BERDASARKAN INDIKATOR PENDIDIKAN FORMAL WAJIB BELAJAR 12 TAHUN MENGGUNAKAN CLUSTER HIERARCHY PUSPA DESI TRI ANDINI NRP 1314 030

Lebih terperinci

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016

Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Analisis Klaster untuk Pengelompokan Kemiskinan di Jawa Barat Berdasarkan Indeks Kemiskinan 2016 Rana Amani Desenaldo 1 Universitas Padjadjaran 1 rana.desenaldo@gmail.com ABSTRAK Kesejahteraan sosial adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemenelemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom berbentuk

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM LAPORAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM LAPORAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM LAPORAN GANGGUAN KEAMANAN DAN KETERTIBAN MASYARAKAT 2 DAFTAR LAMPIRAN 1. DAFTAR PENGGOLONGAN DATA GANGGUAN

Lebih terperinci

Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda terhadap Pemetaan Perkembangan Pembangunan Kota Ambon

Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda terhadap Pemetaan Perkembangan Pembangunan Kota Ambon Statistika, Vol. 17 No. 2, 89 97 November 2017 Aplikasi Analisis Korespondensi Berganda terhadap Pemetaan Perkembangan Pembangunan Kota Ambon Y. A. Lesnussa, H. Kelian, E.R. Persulessy, R. J. Djami, M.W.

Lebih terperinci

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak

Cluster Analysis. Hery Tri Sutanto. Jurusan Matematika MIPA UNESA. Abstrak S-17 Cluster Analysis Hery Tri Sutanto Jurusan Matematika MIPA UNESA Abstrak Dalam analisis cluster mempelajari hubungan interdependensi antara seluruh set variabel perlu diteliti. Tujuan utama analisis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau

Lebih terperinci

LAPORAN PENGUKURAN KINERJA

LAPORAN PENGUKURAN KINERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT UNIT ORGANISASI : KEPOLISIAN DAERAH NTB TAHUN ANGGARAN : 2016 LAPORAN PENGUKURAN KINERJA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

LAMPIRAN Case Processing Summary Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN Case Processing Summary Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN ANALISIS SPSS : 1. Analisis Crosstabs Tujuannya adalah untuk mencari koef. Contingency menggunakan chi-square test Case Processing Summary Cases Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sering

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat modern dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah sering mendapatkan permasalahan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya yaitu kebutuhan primer, kebutuhan

Lebih terperinci

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI

LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN FEBRUARI DIBANDING BULAN JANUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN

Lebih terperinci

LAPORAN JENIS PERKARA PIDANA Hkm Pid - 1 SATUAN KERJA JENIS TINDAK PIDANA BULAN SUDAH BELUM

LAPORAN JENIS PERKARA PIDANA Hkm Pid - 1 SATUAN KERJA JENIS TINDAK PIDANA BULAN SUDAH BELUM LAPORAN JENIS PERKARA PIDANA Hkm Pid - 1 SATUAN KERJA : SISA SISA MINUTASI No. JENIS TINDAK PIDANA BULAN MSK PUTUS PRIA WANITA ANAK2 AKHIR BULAN SUDAH BELUM 1. 2. 3. 4. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 1. Kejahatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah kelompok besar individu yang mempunyai karakteristik umum yang sama atau kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

NO ISI SURAT LAMPIRAN KETERANGAN

NO ISI SURAT LAMPIRAN KETERANGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH METRO JAYA RESORT METRO TANGERANG KOTA Jalan Daan Mogot no. 52 Tangerang 15111 Nomor : B/ /II/2016/Restro Tng Kota Klasifikasi : BIASA Tangerang, Pebruari 2016

Lebih terperinci

NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU

NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU NANGGROE ACEH SUMATERA SUMATERA KEPULAUAN SUMATERA BANGKA NO KASUS PERLINDUNGAN ANAK RIAU JAMBI BENGKULU DARUSSALAM UTARA BARAT RIAU SELATAN BELITUNG 1 Sosial dan Anak Dalam Situasi Darurat 380 110 70

Lebih terperinci

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur

Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Nama : Analisis Pengelompokkan Berdasarkan Indikator Partisipasi Perempuan di Propinsi Jawa Timur Dimas Okky S. (1307030006) Dosen Pembimbing : Dr.Dra.Ismaini Zain, MSi PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Partisipasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan merupakan suatu uji dalam atau deretan uji baik menggunakan statistika deskripsi maupun statistika inferensia, yang bertujuan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian kriminalitas menurut para ahli adalah sebagai berikut:

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian kriminalitas menurut para ahli adalah sebagai berikut: BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriminalitas Pengertian kriminalitas menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut Kartini Kartono (1992:122) Kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan norma-norma

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang merupakan penggerak utama dalam pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia. Sebagai lembaga Intermediasi, bank memiliki

Lebih terperinci

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali

Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali Jurnal Matematika Vol. 6 No. 1, Juni 2016. ISSN: 1693-1394 Analisis Biplot untuk Pemetaan Posisi dan Karakteristik Usaha Pariwisata di Provinsi Bali I Gusti Ayu Made Srinadi Jurusan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

LAPORAN JENIS PERKARA PIDANA Hkm Pid - 1 SATUAN KERJA JENIS TINDAK PIDANA BULAN SUDAH BELUM

LAPORAN JENIS PERKARA PIDANA Hkm Pid - 1 SATUAN KERJA JENIS TINDAK PIDANA BULAN SUDAH BELUM LAPORAN JENIS PERKARA PIDANA Hkm Pid - 1 SATUAN KERJA : SISA SISA MINUTASI No. JENIS TINDAK PIDANA BULAN MSK PUTUS PRIA WANITA ANAK2 AKHIR BULAN SUDAH BELUM 1. 2. 3. 4. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13 1. Kejahatan

Lebih terperinci

(M.8) STRATEGI PENILAIAN SAHAM BERDASARKAN UKURAN TINGKAT LIKUIDITASNYA SEBAGAI ACUAN PENDUKUNG INDEKS LQ45

(M.8) STRATEGI PENILAIAN SAHAM BERDASARKAN UKURAN TINGKAT LIKUIDITASNYA SEBAGAI ACUAN PENDUKUNG INDEKS LQ45 (M.8) STRATEGI PENILAIAN SAHAM BERDASARKAN UKURAN TINGKAT LIKUIDITASNYA SEBAGAI ACUAN PENDUKUNG INDEKS LQ45 Muhammad Rifqi Syauqi PT Bursa Efek Indonesia Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190 rifqi.syauqi@idx.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) ANALISIS MULTIVARIAT ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) Oleh : Rizka Fauzia 1311 100 126 Dosen Pengampu: Santi Wulan Purnami S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Regresi spasial merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel prediktor terhadap variabel respon yang memperhatikan pengaruh lokasi pengamatan.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 2, No. 4 (2014), pp. 323 332. ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI PADI SAWAH DI KABUPATEN PADANG LAWAS Ida Yanti Hasibuan, Pengarapen Bangun, Ujian

Lebih terperinci

Abstrak. Keywords: correspondence analysis, alumni, service.

Abstrak. Keywords: correspondence analysis, alumni, service. Persepsi Alumni Matematika Terhadap Layanan dan Fasilitas Akademik Serta Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Di Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT dengan Menggunakan Analisis Korespondensi 1

Lebih terperinci

Model Log Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok (Studi Kasus Perokok Di Kelurahan Kandang Limun)

Model Log Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok (Studi Kasus Perokok Di Kelurahan Kandang Limun) Jurnal Gradien Vol. 11 No. 1 Januari 2015 : 1054-1060 Model Log Linear Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Merokok (Studi Kasus Perokok Di Kelurahan Kandang Limun) Dian Agustina, Joko Purnomo Jurusan

Lebih terperinci

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya)

Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati (Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sriwijaya) (M.2) ANALISIS BIPLOT UNTUK MENGETAHUI KARAKTERISTIK PUTUS SEKOLAH PENDIDIKAN DASAR PADA MASYARAKAT MISKIN ANTAR WILAYAH KECAMATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR Didin Astriani P, Oki Dwipurwani, Dian Cahyawati

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aljabar Matriks 2.1.1 Definisi Matriks Matriks adalah suatu kumpulan angka-angka yang juga sering disebut elemen-elemen yang disusun secara teratur menurut baris dan kolom sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana

BAB 1 PENDAHULUAN. Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kriminalitas berasal dari kata crimen yang berarti kejahatan. Berbagai sarjana telah berusaha memberikan pengertian kejahatan secara yuridis berarti segala tingkah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari BAB 2 LANDASAN TEORI 21 Analisis Komponen Utama 211 Pengantar Analisis Komponen Utama (AKU, Principal Componen Analysis) bermula dari tulisan Karl Pearson pada tahun 1901 untuk peubah non-stokastik Analisis

Lebih terperinci