BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN"

Transkripsi

1 BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN 6.1. Basis Pengetahuan Metodologi AMDAL Dalam penyusunan laporan AMDAL, semua faktor lingkungan harus dimasukkan dalam analisa dampak secara komprehensif. Akibat rumitnya interaksi antar faktor-faktor lingkungan yang ada, analisa dampak juga membutuhkan metodologi yang tepat guna dan efektif. Dalam perkembangannya, telah banyak sekali metodologi yang dipergunakan dalam proyek-proyek AMDAL, sehingga telah berkembang pula metode perbandingan dan klasifikasinya. Basis pengetahuan yang disusun pembuat program merupakan implementasi dari studi perbandingan yang dilakukan oleh Warner dan Preston. Implementasi dilakukan dengan mempertimbangkan empat komponen utama penilaian dampak. Seperti yang telah dibahas pada teori dasar, komponen-komponen ini adalah identifikasi dampak, pengukuran dampak, interpretasi, serta komunikasi. Dalam studi Warner-Preston, metodologi-metodologi diperiksa dengan serangkaian pertanyaan. Semua pertanyaan tersebut hanya membutuhkan jawaban ya atau tidak untuk menilai kriteria pendukung komponen penilaian tersebut. Untuk identifikasi dampak, kriteria yang menjadi penilaian merupakan komprehensivitas, spesifisitas, isolasi dampak, konsiderasi waktu, serta sumber data. Kriteria-kriteria ini dijawab dengan kriteria-kriteria yang dicantumkan pada tabel 6.1. Untuk pengukuran dampak, yang dijadikan kriteria merupakan indikator eksplisit, angka dampak, serta objektivitas. Kriteria ini dicantumkan pada tabel 6.2. Untuk interpretasi dampak, kriteria penilaian yaitu signifikansi, kriteria eksplisit, ketidakyakinan, resiko, perbandingan dengan alternatif, agregasi, serta keikutsertaan masyarakat umum. Pertanyaan-pertanyaan

2 kriteria ini dicantumkan pada tabel 6.3. Untuk komunikasi dampak, kriteria yang ada termasuk kelompok yang terkena dampak, deskripsi setting lingkungan, format penyingkatan, isu-isu utama, serta kesesuaian dengan standar NEPA. Pertanyaanpertanyaan untuk kriteria-kriteria ini didaftar pada tabel 6.4. Tabel 6.1. Pertanyaan untuk identifikasi dampak Kriteria Pertanyaan Komprehensivitas Apakah metodologi ini mempertimbangkan semua dampak secara keseluruhan? Spesifisitas Isolasi dampak Konsiderasi waktu Sumber data Apakah parameter-parameter lingkungan yang digunakan cukup spesifik? Apakah metode ini menyarankan teknik-teknik identifikasi dampak proyek? Apakah metode ini membedakan dampak tahap konstruksi dengan dampak tahap operasional? Apakah metode ini membutuhkan identifikasi sumber data? Tabel 6.2. Pertanyaan untuk pengukuran dampak Kriteria Pertanyaan Indikator eksplisit Apakah metode ini menyarankan indikator terukur spesifik untuk kuantifikasi dampak? Magnitudo Apakah metode ini mengharuskan adanya penentuan angka dampak? Objektivitas Apakah metode ini menekankan pengukuran obyektif, dan tidak menyarankan pengukuran subjektif? VI.2

3 Tabel 6.3. Pertanyaan untuk interpretasi dampak Kriteria Pertanyaan Signifikansi Apakah metode ini membutuhkan sebuah penilaian kepentingan dalam skala lokal, regional, serta nasional? Kriteria eksplisit Apakah metode ini membutuhkan penyataan eksplisit mengenai kriteria dan asumsi yang dipakai? Ketidakyakinan Apakah metode ini memperhitungkan ketidakyakinan proyeksi dampak? Resiko Perbandingan alternatif Agregasi Keterlibatan publik Apakah metode ini berfokus pada dampak dengan kemungkinan kejadian yang kecil namun potensi perusakan yang besar? Apakah metode ini menyediakan cara untuk membandingkan alternatif-alternatif yang ada? Apakah metode ini menyediakan cara untuk agregasi informasi dalam pengukuran serta interpretasi dampak? Apakah metode ini menyediakan cara agar masyarakat dapat memberikan masukan dalam interpretasi dampak? Tabel 6.4. Pertanyaan untuk komunikasi dampak Kriteria Kelompok terkena dampak Deskripsi setting lingkungan Pertanyaan Apakah metode ini menghubungkan dampak dengan kelompok manusia yang paling terkena dampak? Apakah metode ini membutuhkan deskripsi setting lingkungan yang jelas? Format penyingkatan Apakah metode ini melingkupi format penyingkatan yang disarankan? Isu-isu utama Kesesuaian dengan NEPA Apakah metode ini menyarankan cara untuk menggarisbawahi isu-isu atau dampak utama? Apakah metode ini sesuai dengan standar yang diberikan NEPA? VI.3

4 Hasil dari interaksi pengguna dengan sistem pakar adalah penilaian bagi keempat komponen penilaian dampak tersebut. Evaluasi ini berupa huruf L untuk nilai tertinggi (sangat baik), S untuk nilai moderat (kurang sesuai), serta N untuk nilai rendah (tidak sesuai standar). Huruf L diberikan bila pengguna menjawab ya untuk kedua pertanyaan yang diberikan mengenai komponen tersebut. Huruf S diberikan bila pengguna menjawab ya untuk salah satu pertanyaan. Sedangkan, huruf N diberikan bila pengguna menjawab tidak untuk kedua pertanyaan. Masing-masing kriteria ini harus disimpulkan jawabannya dari program komputer eksisting. Berikut dibahas cara modul Warner- Preston mendapatkan jawaban dari interaksi pengguna dan sistem Identifikasi Dampak Dalam kumpulan kriteria identifikasi dampak, kriteria komprehensivitas merupakan kriteria yang didapat dari akumulasi dampak teranalisis. Dalam tiap kali looping program utama, sistem pakar akan menganalisis dampak penting sesuai data-data yang didapat dari pengguna. Jumlah dampak yang didapatkan oleh program utama diakumulasi oleh modul Warner-Preston dalam sebuah variabel. Pada akhir running keseluruhan program, variabel tersebut dikonversi menjadi nilai N, S, atau L. Kriteria spesifisitas memeriksa apakah parameter lingkungan yang digunakan cukup spesifik. Kriteria ini merupakan perbandingan antara jumlah komponen lingkungan yang teramati dengan dampak yang teranalisis. Dalam looping program utama, pengguna dapat memeriksa komponen-komponen lingkungan pada area proyek. Jumlah komponen lingkungan yang diamati dicatat oleh modul Warner-Preston dan diakumulasi dalam sebuah variabel. Pada akhir pelaksanaan program, variabel ini dibandingkan dengan jumlah dampak yang teramati, kemudian dikonversi menjadi nilai N, S, dan L. Kriteria isolasi dampak merupakan kriteria yang berhubungan erat dengan teknikteknik identifikasi dampak proyek. Kriteria ini tidak terdapat pada program utama, karena merupakan kriteria eksternal yang telah diputuskan sebelum program dibuat. Sehingga, VI.4

5 demi mendapatkan jawaban untuk kriteria ini, penyusun menambahkan sebuah pertanyaan eksplisit dalam modul Warner-Preston. Kriteria konsiderasi waktu mempertanyakan apakah metode yang dipakai dapat membedakan tahap-tahap kemunculan dampak. Dampak dapat muncul dalam tahap konstruksi maupun pada tahap operasional. Kriteria ini tidak terdapat pada program utama. Namun, kriteria ini dapat diimplementasikan dalam sebuah basis data. Penyusun menambahkan basis data konsiderasi waktu yang membedakan antara aktivitas yang terjadi pada tahap konstruksi, pada tahap operasional, dan tak terbedakan tahapnya. Modul Warner-Preston mengakumulasi jumlah aktivitas yang jelas penahapannya, kemudian dikonversi menjadi nilai N, S, dan L. Kriteria sumber data memeriksa apakah metode membutuhkan identifikasi sumber data. Tidak seperti kriteria-kriteria sebelumnya, kriteria ini tidak bervariasi dalam tiap running program. Modul utama program telah memiliki sumber data yang jelas dan sudah teridentifikasi. Sehingga, modul Warner-Preston akan selalu memberikan nilai L untuk kriteria ini. Tiap kriteria yang terukur oleh modul serta variabel dalam program utama yang dipergunakan untuk menjawabnya dapat terlihat pada tabel 6.5. Tabel 6.5. Pertanyaan untuk identifikasi dampak serta variabel dalam program Kriteria Pertanyaan Variabel yang Diakumulasi Komprehensivitas Spesifisitas Isolasi dampak Konsiderasi waktu Sumber data Apakah metodologi ini mempertimbangkan semua dampak secara keseluruhan? Apakah parameter-parameter lingkungan yang digunakan cukup spesifik? Apakah metode ini menyarankan teknik-teknik identifikasi dampak proyek? Apakah metode ini membedakan dampak tahap konstruksi dengan dampak tahap operasional? Apakah metode ini membutuhkan identifikasi sumber data? Dampak yang teranalisis pada interaksi program dan pengguna. Perbandingan jumlah komponen lingkungan serta dampak yang teranalisis. Pertanyaan eksplisit pada pengguna. Skor dari database konsiderasi waktu, dihubungkan dengan aktivitas. Jawaban selalu "ya". VI.5

6 Pengukuran Dampak Dalam kelompok kriteria pengukuran dampak, kriteria indikator eksplisit merupakan kriteria yang mempertanyakan spesifisitas metode dalam penyaranan indikator spesifik untuk kuantifikasi dampak. Modul utama program tidak memiliki basis data yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan ini. Selain itu, indikator-indikator terukur spesifik berbeda-beda untuk setiap aspek analisis dampak, sehingga kurang efektif bila dibuat basis datanya. Modul Warner-Preston akan memberikan pertanyaan eksplisit pada pengguna untuk mendapatkan nilai N, S, dan L. Kriteria magnitudo merupakan kriteria yang berhubungan dengan penentuan angka dampak. Kriteria ini selalu mendapatkan jawaban "Ya", karena sistem ESC mempergunakan angka dampak dalam analisisnya. Nilai yang diberikan modul Warner- Preston adalah nilai L. Kriteria objektivitas adalah kriteria yang mempertanyakan objektivitas pengukuran dari metode tersebut. Hal ini berhubungan erat dengan teknik observasi dan instrumentasi yang digunakan dalam pengukuran dampak. Sehingga, skor objektivitas dapat disimpulkan dari basis data teknik observasi dan instrumentasi yang telah ditambahkan oleh penyusun. Tiap kriteria yang terukur oleh modul serta variabel dalam program utama yang dipergunakan untuk menjawabnya dapat terlihat pada tabel 6.6. Tabel 6.6. Pertanyaan untuk pengukuran dampak serta variabel dalam program Kriteria Pertanyaan Variabel yang Diakumulasi Indikator eksplisit Apakah metode ini menyarankan indikator terukur spesifik untuk kuantifikasi dampak? Magnitudo Apakah metode ini mengharuskan adanya penentuan angka dampak? Objektivitas Apakah metode ini menekankan pengukuran obyektif, dan tidak menyarankan pengukuran subjektif? Pertanyaan eksplisit kepada pengguna. Skor magnitudo dari database teknik observasi dan instrumentasi. Skor akurasi alat dari database teknik observasi dan instrumentasi. VI.6

7 Interpretasi Dampak Dalam kelompok kriteria interpretasi dampak, kriteria signifikansi merupakan kriteria yang memeriksa apakah metode tersebut membutuhkan penilaian kepentingan dalam skala lokal, regional, serta nasional. Hal ini tidak terdapat dalam modul program utama, sehingga penyusun harus menambahkan sebuah pertanyaan (query) eksplisit pada pengguna. Kriteria eksplisit mempertanyakan apakah metode ini memperhitungkan pernyataan eksplisit mengenai kriteria dan asumsi yang dipakai. Pada intinya kriteria ini berhubungan dengan eksplisitnya deklarasi data dalam basis pengetahuan. Program ESC belum memiliki interrelasi yang sesuai untuk menjawab pertanyaan ini, sehingga penyusun menciptakan sebuah basis data tambahan yang berhubungan dengan kriteria dan asumsi. Basis data ini menghubungkan segala aktivitas industri semen dengan jumlah kriteria dan asumsi yang dipakai. Kriteria ketidakyakinan merupakan kriteria yang memeriksa bila metode yang digunakan memperhitungkan ketidakyakinan proyeksi dampak. Program ESC memiliki kriteria yang baik untuk mendeteksi ketidakyakinan proyeksi dampak. Selain itu, dengan penambahan modul Warner-Preston, ketidakyakinan proyeksi dampak dapat lebih diperiksa lagi. Sehingga, kriteria ini selalu mendapatkan jawaban "Ya". Kriteria resiko memeriksa apakah metode tersebut mempertimbangkan resiko dampak yang terjadi. Dampak yang dipertimbangkan khususnya menyangkut segala dampak yang kemungkinan kejadiannya kecil namun potensi pengrusakannya besar. Untuk mencari jawaban untuk kriteria resiko ini, modul Warner-Preston memeriksa angka dampak yang bersangkutan, kemudian diakumulasi. Kriteria agregasi informasi berhubungan dengan kemampuan sebuah metode melakukan agregasi informasi yang berhubungan dengan pengukuran serta interpretasi dampak. Sehingga, dalam sebuah sistem pakar, hal ini berhubungan erat dengan kemampuan sistem tersebut membuat laporan komprehensif. Sistem pakar ESC-2 VI.7

8 memiliki kemampuan membuat laporan singkat mengenai keseluruhan interaksi program dan pengguna. Sehingga, jawaban untuk pertanyaan ini selalu "Ya". Kriteria keterlibatan publik berhubungan dengan kemampuan masyarakat memberikan masukan dalam interpretasi dampak. Karena mekanisme ini belum ada dalam ESC-1, serta tidak diimplementasikan dalam ESC-2, maka jawaban pertanyaan ini selalu "Tidak". Namun, tidak tertutup kemungkinan bahwa keterlibatan publik dapat menjadi fitur yang baik untuk diimplementasikan dalam versi program selanjutnya. Tiap kriteria yang terukur oleh modul serta variabel dalam program utama yang dipergunakan untuk menjawabnya dapat terlihat pada tabel 6.7. Tabel 6.7. Pertanyaan untuk interpretasi dampak serta variabel dalam program Kriteria Pertanyaan Variabel yang Diakumulasi Signifikansi Apakah metode ini membutuhkan sebuah penilaian kepentingan dalam skala lokal, regional, serta nasional? Pertanyaan eksplisit pada pengguna. Kriteria eksplisit Apakah metode ini membutuhkan pernyataan mengenai kriteria dan asumsi yang dipakai? Skor dari database kriteria dan asumsi. Ketidakyakinan Apakah metode ini memperhitungkan ketidakyakinan proyeksi dampak? Jawaban selalu "Ya". Resiko Apakah metode ini berfokus pada dampak dengan kemungkinan kejadian yang kecil namun potensi perusakan yang besar? Angka dampak yang teranalisis. Perbandingan alternatif Agregasi Keterlibatan publik Apakah metode ini menyediakan cara untuk membandingkan alternatifalternatif yang ada? Apakah metode ini menyediakan cara untuk agregasi informasi dalam pengukuran serta interpretasi dampak? Apakah metode ini menyediakan cara agar masyarakat dapat memberikan masukan dalam interpretasi dampak? Jumlah alternatif yang ditawarkan program pada saat dijalankan Jawaban selalu "Ya". Jawaban selalu "Tidak". VI.8

9 Komunikasi Dampak Dalam kelompok kriteria komunikasi dampak, kriteria kelompok terkena dampak menganalisis kemampuan metode mencari hubungan antara dampak dan kelompok manusia yang terkena dampak. Sistem pakar ESC-1 tidak memiliki mekanisme ini, dan tidak akan diimplementasikan dalam ESC-2. Sehingga, jawaban pertanyaan ini selalu "Tidak". Dalam versi program selanjutnya, kriteria ini dapat diimplementasikan. Kriteria deskripsi setting lingkungan menganalisis pendeskripsian rona lingkungan dalam metode. Modul Warner-Preston memberikan nilai bagi kriteria ini dengan memeriksa jumlah komponen lingkungan yang dianalisis dalam modul program utama. Semakin tinggi jumlah komponen lingkungan yang dianalisis oleh pengguna, semakin tinggi pula nilai kriteria ini. Kriteria format penyingkatan berhubungan erat dengan kemampuan metode menggunakan pola penyingkatan yang disarankan. Metode sistem pakar dalam penilaian AMDAL sudah mengikuti pola penyingkatan yang baku. Sistem pakar ESC-2 memiliki kemampuan membuat laporan singkat mengenai keseluruhan interaksi program dan pengguna. Sehingga, jawaban untuk pertanyaan ini selalu "Ya". Kriteria isu utama memeriksa apakah metode ini mampu menyimpulkan dampak mana yang menjadi dampak paling utama. Modul Warner-Preston menganalisis semua interaksi antara pengguna dan sistem, kemudian memeriksa dampak mana saja yang paling sering muncul. Bila metode ini menghasilkan dampak-dampak yang secara nyata menjadi dampak-dampak paling utama, maka skor yang diberikan cukup tinggi. Kriteria kesesuaian dengan NEPA berhubungan dengan penggunaan standar yang diberikan NEPA. Hal ini berhubungan dengan penyusunan basis data awal sistem pakar. ESC-1 telah sesuai dengan standar internasional yang ada, sehingga jawaban pertanyaan ini senantiasa "Ya". Tiap kriteria yang terukur oleh modul serta variabel dalam program utama yang dipergunakan untuk menjawabnya dapat terlihat pada tabel 6.8. VI.9

10 Tabel 6.8. Pertanyaan untuk komunikasi dampak serta variabel dalam program Kriteria Pertanyaan Variabel yang Diakumulasi Kelompok terkena dampak Apakah metode ini menghubungkan dampak dengan kelompok manusia yang paling terkena dampak? Deskripsi setting lingkungan Apakah metode ini membutuhkan deskripsi setting lingkungan yang jelas? Jawaban selalu "Tidak". Memeriksa jumlah komponen lingkungan yang dianalisis dalam interaksi pengguna dan sistem. Format penyingkatan Isu-isu utama Kesesuaian dengan NEPA Apakah metode ini melingkupi format penyingkatan yang disarankan? Apakah metode ini menyarankan cara untuk menggarisbawahi isu-isu atau dampak utama? Apakah metode ini sesuai dengan standar yang diberikan NEPA? Jawaban selalu "Ya". Memeriksa jumlah dampak yang paling sering menjadi hasil analisis dalam interaksi pengguna dan sistem. Jawaban selalu "Ya". Pada akhir running program keseluruhan, modul Warner-Preston akan menampilkan skor untuk tiap aspek studi, berikut dengan kriteria-kriteria yang mendasari skor tersebut. Sehingga, analisis dampak yang dilakukan oleh sistem pakar akan terkaji dengan komprehensif sesuai dengan aspek-aspek penilaiannya. Pengguna juga dapat mendapatkan alasan penilaian skor setiap aspek dengan memeriksa nilai masing-masing kriteria yang terdapat pada aspek tersebut.modul Warner-Preston dibagi menjadi empat jaringan semantik yang berbeda. Jaringan-jaringan semantik ini merupakan jaringan semantik identifikasi dampak (Gambar 6.1.), pengukuran dampak (Gambar 6.2), interpretasi (Gambar 6.3.), serta komunikasi(gambar 6.4.). VI.10

11 Gambar 6.1. Diagram Alur Kriteria Pengukuran Dampak VI.11

12 Gambar 6.2. Diagram Alir Kriteria Identifikasi Dampak VI.12

13 Gambar 6.3. Diagram Alir Kriteria Interpretasi Dampak VI.13

14 Gambar 6.4. Diagram Alir Kriteria Komunikasi Dampak 6.2. Instrumentasi dan Metodologi Observasi Dalam prakteknya di lapangan, seorang penyusun laporan AMDAL harus mengumpulkan banyak sekali data dengan kegiatan sampling. Kegiatan ini termasuk pengamatan polutan di udara maupun air. Seorang penyusun laporan AMDAL dapat memilih pelbagai jenis metoda untuk memeriksa salah satu polutan. Pertimbangan yang dipakai untuk memilih metoda tertentu termasuk pertimbangan akurasi, skala pengukuran, serta biaya. Akurasi tentunya memegang peran penting dalam observasi pencemar. Skala pengukuran dapat memegang andil bila deteksi yang diinginkan menyangkut konsentrasi yang amat kecil maupun amat besar. Biaya juga harus dipertimbangkan untuk pertimbangan pemrakarsa proyek. Penyusun menambahkan fasilitas analisis metodologi dalam sistem pakar ESC-2. Analisis ini dilakukan dengan sebuah basis pengetahuan baru yang mengaitkan data polutan dengan data instrumentasi. Data instrumentasi yang dipakai juga melingkupi data-data mengenai kinerja alat dan akurasi metode secara keseluruhan. VI.14

15 Pohon pengetahuan berikut disusun dengan klausa dasar methods( ) yang memiliki empat buah sub-klausa. Sub-klausa pertama merupakan nama polutan, melingkupi semua polutan yang dapat dihasilkan industri semen. Sub-klausa kedua merupakan nama metode atau instrumen yang digunakan dalam deteksi polutan tersebut. Sub-klausa ketiga adalah angka deteksi minimum alat maupun metode tersebut. Subklausa keempat merupakan angka variabilitas hasil alat bila eksperimen diulang beberapa kali. Sub-klausa ini merupakan salah satu angka yang umum dipakai untuk menentukan akurasi alat. Berikut disajikan pohon pengetahuan kelompok klausa ini, dengan meninjau polutan-polutan tertentu. Gambar 6.5. Pohon Pengetahuan Metodologi Observasi Klausa lain yang digunakan dalam analisis metodologi adalah klausa unit( ), yang merupakan hubungan antara polutan serta dimensi yang dipakai dalam sebuah pengukuran. Sebagai misal, temperatur menggunakan Celcius, sedangkan partikulat diukur dengan ppm. Dengan penambahan kelompok klausa ini, sistem pakar dapat VI.15

16 meneliti polutan dengan besaran-besaran yang berbeda secara lebih akurat. Dalam prakteknya, implementasi kelompok klausa ini dalam sistem pakar amat sederhana karena sub-klausa memiliki korespondensi satu-satu. Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang komprehensif untuk topik observasi polutan. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. Diagram semantik tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.6. Gambar 6.6. Diagram Alir Metodologi Observasi VI.16

17 Dari pohon-pohon di atas, penyusun dapat dengan mudah menambahkan sebuah basis pengetahuan komprehensif mengenai metodologi observasi. Karena basis pengetahuan ini sebelumnya tidak ada dalam sistem pakar, maka klausa-klausa yang ditambahkan cukup banyak. Selain memodifikasi klausa yang ada, penyusun juga membuat beberapa algoritma baru untuk penyimpanan data dan pencarian (storage and retrieval). Berikut disajikan kode Prolog yang telah dikerjakan oleh penyusun. /*method( Pollutant, Technique,minimum_detectable,variability).*/ method("suspended solid","non-filterable residue by drying oven",4.0,5.8). /*unit("pollutant","unit").*/ unit("suspended solid"," mg per liter"). VI.17

BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN

BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN 7.1. Konsolidasi Program Program ESC-2 merupakan konsolidasi dari basis pengetahuan ESC-1 dengan algoritma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III.1 Acuan Pengembangan Program

BAB III METODOLOGI. III.1 Acuan Pengembangan Program BAB III METODOLOGI III.1 Acuan Pengembangan Program Pengembangan program komputer ESC-2 mengikuti beberapa acuan pengembangan. Langkah pertama adalah evaluasi dan pengembangan basis pengetahuan program

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PAKAR EKSISTING ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN

BAB IV SISTEM PAKAR EKSISTING ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN BAB IV SISTEM PAKAR EKSISTING ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN 4.1. Analisa Kinerja Sistem Sistem pakar yang dipergunakan dalam tugas akhir ini merupakan ESC-1, yang menganalisis dampak dengan gabungan metode

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, MENIMBANG : 1. bahwa setiap orang yang menjalankan suatu bidang

Lebih terperinci

Dokumen Kurikulum Program Studi : S3 Teknik Lingkungan. Lampiran I

Dokumen Kurikulum Program Studi : S3 Teknik Lingkungan. Lampiran I Dokumen Kurikulum 01-018 Program Studi : S Teknik Lingkungan Lampiran I Fakultas : Fakultas Teknik Sipil & Lingkungan Institut Teknologi Bandung Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Teknologi Bandung

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA

KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA BAB VIII KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA VIII.1 Pendahuluan Pada bab sebelumnya telah dibuat dan diuraikan pembahasan sebuah model sistem pakar panduan troubleshooting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi agregasi adalah suatu fungsi yang menerima sebuah koleksi (set atau multiset) nilai sebagai masukan dan mengembalikan sebuah nilai [SIL02]. Beberapa fungsi agregasi

Lebih terperinci

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit

Standar Audit SA 450. Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA 0 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 PENGEVALUASIAN ATAS KESALAHAN PENYAJIAN YANG DIIDENTIFIKASI SELAMA AUDIT (Berlaku efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Utama untuk berkembang pesat dalam pembangunan dan kualitas suatu proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Utama untuk berkembang pesat dalam pembangunan dan kualitas suatu proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV Saga Prima Utama adalah perusahaan konstruksi bangunan yang mempunyai spesialisi pada sektor perpabrikan yang meliputi pembuatan penahan panas, isolasi, pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 1970an penelitian awal image retrieval dilakukan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 1970an penelitian awal image retrieval dilakukan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada tahun 1970an penelitian awal image retrieval dilakukan dengan menggunakan pendekatan pengindeksan dan informasi citra berbasis teks. Teknik pencarian berbasis

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP - 69 / MEN / III / V / 2004 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor-sektor lain serta pemicu pertumbuhan wilayah, peranan

BAB 1 PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor-sektor lain serta pemicu pertumbuhan wilayah, peranan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi Udara mempunyai peran yang sangat penting bagi urat nadi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai pendukung dan pendorong pertumbuhan sektor-sektor

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROYEK AKHIR

PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROYEK AKHIR PEDOMAN PENYUSUNAN PROPOSAL PROYEK AKHIR Disusun Oleh: Ira Prasetyaningrum, M.T JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Game komputer atau video game adalah suatu program yang ditulis dengan menggunakan bahasa pemrograman yang memungkinkan pengguna (pemain) berinteraksi dan merespon/merasakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif. Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkip wawancara,

Lebih terperinci

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW) DOKUMEN AMDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (KA-ANDAL) Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi perusahaan yang bergerak dalam industri manufaktur, sistem informasi produksi yang efektif merupakan suatu keharusan dan tidak lepas dari persoalan persediaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan penjelasan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 45 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pendukung Keputusan Sistem Pendukung Keputusan (SPK) / Decision Support Sistem (DSS) adalah sistem komputer yang saling berhubungan dan menjadi alat bantu bagi seorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PERMASALAHAN

BAB III ANALISIS PERMASALAHAN BAB III ANALISIS PERMASALAHAN Hal-hal yang dianalisis pada bab ini meliputi: 1. Aspek waktu yang akan digunakan. 2. Fungsi agregasi pada relasi bitemporal. 3. Jenis query retrieval yang mengandung fungsi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 24 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Perangkat lunak validasi metode analisis ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak pemograman yang biasa dipakai yaitu Microsoft Visual Basic 6.0, dimana perangkat

Lebih terperinci

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit

Standar Audit SA 230. Dokumentasi Audit SA 0 Dokumentasi Audit SA Paket 00.indb STANDAR AUDIT 0 DOKUMENTASI AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk Emiten),

Lebih terperinci

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men Metodologi Penelitian Psikologi Rahayu Ginintasasi Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah kombinasi, atau lebih dikenal dengan mixed method research, yaitu penelitian yang menggabungkan antara penelitian kualitatif

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER 2015-2016 KRITERIA AMDAL No KRITERIA AMDAL 1. Dasar Peraturan : PP LH No. 27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan 2. Aspek Penilaian : Pelaksanaan Dokumen Lingkungan/Izin

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dalam menentukan model rumusan masalah perlu serangkaian hipotesis yang membantu alir pemikiran untuk mengambil keputusan

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER 2015-2016 KRITERIA AMDAL No KRITERIA AMDAL 1. Dasar Peraturan : PP LH No. 27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan 2. Aspek Penilaian : Pelaksanaan Dokumen Lingkungan/Izin

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tahapan Penelitian

Gambar 1.1 Tahapan Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Content Based Image Retrieval (CBIR) atau dikenal sebagai query dengan konten image dan pengambilan informasi visual berbasis konten merupakan penerapan teknik

Lebih terperinci

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan

Standar Audit SA 220. Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA 0 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 :0: AM STANDAR AUDIT 0 Pengendalian mutu untuk audit atas laporan keuangan (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan

Lebih terperinci

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER

KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER KRITERIA PROPER DOKUMEN LINGKUNGAN PROPER 2014-2015 KRITERIA AMDAL No KRITERIA AMDAL 1. Dasar Peraturan : PP LH No. 27 Thn 2012 tentang Izin Lingkungan 2. Aspek Penilaian : Pelaksanaan Dokumen Lingkungan/Izin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan ideologi bangsa Pancasila dan UUD 1945 maka setiap rakyat indonesia sangat mengidamkan negara yang sejahtera. Hal ini dikarenakan, negara yang sejahtera

Lebih terperinci

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN

KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA KONSTRUKSI BIDANG KE-PU-AN DOWNLOAD/UNDUH FORM KUESIONER ( dalam format DOC ) PENGIRIMAN HASIL PENGISIAN KUESIONER MELALUI alamat e-mail : bpksdm.survey@gmail.com KUESIONER SURVEY UNTUK PENGEMBANGAN SISTEM PENGADAAN JASA PELAKSANA

Lebih terperinci

Standar Audit SA 530. Sampling Audit

Standar Audit SA 530. Sampling Audit SA 0 Sampling Audit SA paket 00.indb //0 0:: AM STANDAR AUDIT 0 SAMPLING AUDIT (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah tanggal: (i) Januari 0 (untuk

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2.

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Prosesor : Intel Core i5-6198du (4 CPUs), ~2. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hardware a. Prosesor : Intel Core i5-6198du CPU @2.30GHz (4 CPUs), ~2.40GHz b.

Lebih terperinci

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI Lampiran V Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2009 Tanggal 24 April 2009 FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA V. a. Pemantauan

Lebih terperinci

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI PANDUAN UJI KOMPETENSI KLASTER PROGRAMMING LSP TIK INDONESIA Jl. Pucang Anom Timur 23 Surabaya 60282, Jawa Timur Telp: +62 31 5019775 Fax: +62 31 5019776 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 2 2. Persyaratan

Lebih terperinci

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap, 41 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan yang diperlukan adalah data ekonomi, kependudukan dan data pemakaian energi. Berikut adalah daftar data yang diperlukan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords : Data Mining, Filter, Data Pre-Processing, Association, Classification, Deskriptif, Prediktif, Data Mahasiswa.

ABSTRAK. Keywords : Data Mining, Filter, Data Pre-Processing, Association, Classification, Deskriptif, Prediktif, Data Mahasiswa. ABSTRAK Kemajuan teknologi membuat begitu mudahnya dalam pengolahan suatu informasi. Waktu tidak lagi menjadi hambatan dalam pengolahan data yang sangat banyak. Hal ini didukung pula dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

Materi 2: Pengertian. Akuntansi Manajemen

Materi 2: Pengertian. Akuntansi Manajemen Materi 2: Pengertian Akuntansi Manajemen Pengertian Proses: pengidetifikasian, pengukuran, akumulasi, analisis, penyiapan, interpretasi, dan komunikasi informasi finansial oleh manajemen untuk: merencanakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produktivitas telah menjadi hal yang sangat penting bagi perusahaan dikarenakan sebagai suatu sarana untuk mempromosikan sebuah produk atau jasa. Melalui manajemen

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM TAHAP ANALISIS SISTEM

ANALISIS SISTEM TAHAP ANALISIS SISTEM ANALISIS SISTEM TAHAP ANALISIS SISTEM Digunakan untuk mendefinisikan dan menggambarkan kebutuhan pemakai secara detil, waktu spesifik dan hambatan biaya Mengikuti perencanaan sistem dan dilanjutkan rancangan

Lebih terperinci

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor

Standar Audit SA 620. Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA 0 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor SA Paket 00.indb //0 :: AM STANDAR AUDIT 0 penggunaan PEKERJAAN PAKAR AUDITOR (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode yang dimulai pada

Lebih terperinci

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi AUDIT LINGKUNGAN Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi industri dan jasar AMDAL sebagai salah

Lebih terperinci

Pengembangan Sistem Informasi Materi Minggu ke 4 TAHAP ANALIS SISTEM

Pengembangan Sistem Informasi Materi Minggu ke 4 TAHAP ANALIS SISTEM TAHAP ANALIS SISTEM Digunakan untuk mendefinisikan dan menggambarkan kebutuhan pemakai secara detil, waktu spesifik dan hambatan biaya Mengikuti perencanaan sistem dan dilanjutkan rancangan sistem general

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA I. UMUM Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Negara Kesatuan Republik Indonesia telah

Lebih terperinci

Manfaat Pohon Keputusan

Manfaat Pohon Keputusan DECISION TREE (POHON KEPUTUSAN) Latar Belakang Pohon Keputusan Di dalam kehidupan manusia sehari-hari, manusia selalu dihadapkan oleh berbagai macam masalah dari berbagai macam bidang. Masalah-masalah

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Kode Unit : 1.2 Judl Unit : Melaksanakan Peraturan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan Ketentuan Mutu 1.3 Deskripsi Unit : Unit ini menggambarkan ruang lingkup pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan menjelaskan mengenai analisis kebutuhan dari sistem yang akan digunakan untuk pengujian metode dan kemudian dilanjutkan dengan perancangan sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia yang melayani jasa transportasi udara. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN 32 BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN Validasi metode analisis merupakan suatu proses untuk menentukan keabsahan dan pertanggungjawaban suatu hasil percobaan di laboratorium, tetapi dalam proses dan perhitungannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup. PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I BAB 1. PENDAHULUAN

BAB I BAB 1. PENDAHULUAN BAB I BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kata konversi dalam pengertian etimologi berasal dari bahasa latin conversion, yang berarti pindah atau berubah ( keadaan). Kata tersebut selanjutnya

Lebih terperinci

PROTOTYPING. Rima Dias Ramadhani

PROTOTYPING. Rima Dias Ramadhani PROTOTYPING Rima Dias Ramadhani Pendahuluan Prototipe merupakan simulasi atau animasi dari bakal sistem. Prototipe merupakan suatu metode dalam pengembangan sistem yang menggunakan pendekatan utk membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laboratorium database merupakan sarana penunjang kegiatan praktikum suatu mata kuliah khususnya mata kuliah yang berhubungan langsung dengan basis data, seperti : DBMS,

Lebih terperinci

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.

Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital. PSNR Histogram Nilai perbandingan antara intensitas maksimum dari intensitas citra terhadap error citra. Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra

Lebih terperinci

MENULIS Karya ILMIAH. dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Pendidik

MENULIS Karya ILMIAH. dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Pendidik MENULIS Karya ILMIAH dalam Upaya Meningkatkan Profesionalisme Pendidik PENULISAN KTI MASALAH YANG DIHADAPI: APA YANG DITULIS? BAGAIMANA CARA MENULISKANNYA? Tulisan Paragraf Kalimat Klausa Frasa Kata Huruf

Lebih terperinci

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ

BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ BAHAN AJAR Kompetensi Dasar Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) TOPIK-4: Evaluasi HAsil Belajar dalam PJJ SEAMEO SEAMOLEC Jakarta - INDONESIA 2012 Pendahuluan Dalam topik ini akan diuraikan evaluasi hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM 3.1 Blok Diagram Rangkaian Untuk merealisasikan perancangan dan pembuatan alat sistem pengamatan cuaca berbasis Arduino Mega 2560, perlu adanya LCD agar dapat memonitor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Sekolah Menengah Atas (SMA) swasta Laboratorium Percontohan UPI Bandung tahun ajaran 2013/ 2014. Subjek yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis dimana yang ditekankan adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Konsep diri merupakan

Lebih terperinci

BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI PEMALANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PEMALANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP SERTA PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 33 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.. Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah preskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cabai. Berdasarkan dari sisi produsen, akhir-akhir ini usaha tani cabai mengalami

BAB I PENDAHULUAN. cabai. Berdasarkan dari sisi produsen, akhir-akhir ini usaha tani cabai mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan cabai terus meningkat setiap tahun sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang membutuhkan bahan baku cabai. Berdasarkan

Lebih terperinci

Tugas Data Warehouse. Kebutuhan Bisnis untuk Gudang Data. (Warehouse)

Tugas Data Warehouse. Kebutuhan Bisnis untuk Gudang Data. (Warehouse) Tugas Data Warehouse Kebutuhan Bisnis untuk Gudang Data (Warehouse) Ricky Renaldo 1562004 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR 2017 KEBUTUHAN BISNIS

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

BAB VI AUDIT LINGKUNGAN

BAB VI AUDIT LINGKUNGAN BAB VI AUDIT LINGKUNGAN DEFINISI (US EPA) Suatu pemeriksaan yang sistematis, terdokumentasi, periodic dan obyektif berdasarkan aturan yang tersedia terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Pretest, Posttest dan Indeks Gain Penguasaan Konsep Penilaian penguasaan konsep siswa dilakukan dengan menggunakan tes tertulis dengan bentuk tes pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses

Lebih terperinci

MODUL 3. View PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE

MODUL 3. View PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE MODUL 3 View PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE Tujuan Pembelajaran : Memahami definisi View Dapat membuat View Dapat Memanggil data melalui View Merubah definisi

Lebih terperinci

REPRESENTASI PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) BERBASIS RULE (RULE-BASED) DALAM MENGANALISA KEKURANGAN VITAMIN PADA TUBUH MANUSIA

REPRESENTASI PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) BERBASIS RULE (RULE-BASED) DALAM MENGANALISA KEKURANGAN VITAMIN PADA TUBUH MANUSIA REPRESENTASI PENGETAHUAN (KNOWLEDGE) BERBASIS RULE (RULE-BASED) DALAM MENGANALISA KEKURANGAN VITAMIN PADA TUBUH MANUSIA Ruri Hartika Zain, S. Kom, M. Kom*) Dosen Tetap Universitas Putra Indonesia YPTK

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL) Lampiran Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 45 Tahun 2005 Tanggal : 05 April 2005 PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PELAKSANAAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

PANDUAN UJI KOMPETENSI

PANDUAN UJI KOMPETENSI PANDUAN UJI KOMPETENSI KLASTER JUNIOR PROGRAMMING LSP TIK INDONESIA Jl. Pucang Anom Timur 23 Surabaya 60282, Jawa Timur Telp: +62 31 5019775 Fax: +62 31 5019776 Daftar Isi 1. Latar Belakang... 2 2. Persyaratan

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Knowledge Management Taryana Suryana. M.Kom taryanarx@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Knowledege dapat didefinisikan sebagai pemahaman terhadap sesuatu melalui proses atau pengalaman

Lebih terperinci

Mochammad Eko S, S.T Pertemuan 2 (Proses Pengambilan Keputusan) - Mochammad Eko S, S.T 01/03/2013 1

Mochammad Eko S, S.T Pertemuan 2 (Proses Pengambilan Keputusan) - Mochammad Eko S, S.T 01/03/2013 1 Mochammad Eko S, S.T 1 2 Intelligence Phase Identifikasi masalah. Design Phase Rekonstruksi sebuah model yang merepresentasikan sistem. Choice Phase Pemilihan terhadap solusi yang diusulkan untuk model.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi jumlah citra dijital yang dapat diakses oleh pengguna. Basis data citra

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi jumlah citra dijital yang dapat diakses oleh pengguna. Basis data citra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat, semakin tinggi jumlah citra dijital yang dapat diakses oleh pengguna. Basis data citra akan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian yang Mendahului Penulis mencermati berbagai penelitian terkait dengan analisis similaritas, seperti diurai pada beberapa paragraf berikut. Bao, et al. (2007) membandingkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Masalah Dalam mengetahui suatu bahan jenis kulit cukup sulit karena bahan jenis kulit memeliki banyak jenis. Setiap permukaan atau tekstur dari setiap jenisnya

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan proses pengujian, hasil, dan analisis dari hasil pengujian. Ada tiga bagian yang diuji, yaitu perangkat keras, perangkat lunak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dapat diartikan dengan cara dan tahapan penelitian yang akan dilakukan untuk meneliti suatu topik permasalahan, yang dapat memberikan gambaran mengenai tahap-tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Transformator daya merupakan salah satu peralatan tegangan tinggi yang sangat penting fungsinya dalam sistem penyaluran tenaga listrik. Sistem Penyaluran daya akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif karena penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif karena penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah asosiatif karena penelitian dilakukan untuk mendefinisikan pengaruh atau hubungan kausal antara variabel independen

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DAN SURAT PERNYATAAN KESANGGUPAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek/Obyek Penelitian Penelitian ini difokuskan pada kualitas validitas isi dan validitas konstruk pada alat ukur penilaian literasi sains yang dikembangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Era komunikasi dengan menggunakan fasilitas internet memberikan banyak kemudahan dalam mendapatkan informasi yang dikehendaki. Dengan demikian semakin banyak orang,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model EIS yang sesuai bagi lingkungan organisasi sekolah menengah atas, maka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model EIS yang sesuai bagi lingkungan organisasi sekolah menengah atas, maka BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Langkah-langkah Penelitian Seperti telah disebutkan bahwa tujuan penelitian adalah untuk merancang model EIS yang sesuai bagi lingkungan organisasi sekolah menengah atas,

Lebih terperinci

Arti Statistik Dan Pengumpulan Data

Arti Statistik Dan Pengumpulan Data Arti Statistik Dan Pengumpulan Data Tujuan Belajar : Menjelaskan arti statistik Menjelaskan arti data, syarat-syarat data yang baik dan jenis- jenis data Menjelaskan proses dan metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI INDUSTRI RAYON. Beban Emisi Maksimum 1 Carbon Disulfide Kg/ Ton Fiber 115.

BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI INDUSTRI RAYON. Beban Emisi Maksimum 1 Carbon Disulfide Kg/ Ton Fiber 115. 9 2012, No.687 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode yang bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran secara faktual dan akurat

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Keamanan Alternatif E-KTP Menggunakan Berbagai Algoritma Kriptografi

Perancangan Sistem Keamanan Alternatif E-KTP Menggunakan Berbagai Algoritma Kriptografi Perancangan Sistem Keamanan Alternatif E-KTP Menggunakan Berbagai Algoritma Kriptografi Muhammad Aulia Firmansyah - 13509039 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. KERANGKA PENELITIAN Dalam penelitian ini, kerangka berpikir (penelitian) dilakukan dalam beberapa tahapan sebagaimana diagram alur tersebut dibawah ini : Perumusan

Lebih terperinci

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Usaha untuk mengatasi pencemaran dilakukan dengan membuat peraturan yang mewajibkan industri mengolah limbahnya terlebih dahulu dan memenuhi baku mutu sebelum dibuang ke sungai.

Lebih terperinci