BAB III ANALISIS PERMASALAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ANALISIS PERMASALAHAN"

Transkripsi

1 BAB III ANALISIS PERMASALAHAN Hal-hal yang dianalisis pada bab ini meliputi: 1. Aspek waktu yang akan digunakan. 2. Fungsi agregasi pada relasi bitemporal. 3. Jenis query retrieval yang mengandung fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal, termasuk bagaimana konversi query temporal tersebut menjadi bahasa query relasional agar dapat dimengerti oleh RDBMS tempat menyimpan relasi bitemporal. 4. Modifikasi algoritma aggregation tree agar dapat menangani fungsi agregasi spesifik temporal dan penanganan klausa GROUP BY. 3.1 Pemilihan Aspek Waktu Pada penjelasan mengenai BCDM (subbab 2.2.1), telah disebutkan bahwa domain dari kedua dimensi waktu yang didukung (valid time dan transaction time) diasumsikan memiliki presisi yang terbatas. Struktur waktu yang mendukung presisi yang terbatas adalah struktur dengan model konseptual discrete time di mana waktu diasosiasikan dengan bilangan integer. Oleh karena itu pada tugas akhir ini struktur waktu yang digunakan adalah struktur discrete time. Model representasi yang digunakan, yaitu model Snodgrass, menggunakan empat atribut timestamp yang masing-masing mewakili start time atau end time dari keberlakuan tuple. Format waktu yang cocok dengan model ini adalah time intervals. Penentuan apakah open-ended atau close-ended yang digunakan tidak berdasarkan pada satu pertimbangan tertentu, namun karena contoh yang telah digunakan pada bab-bab sebelumnya menggunakan close-ended, maka format waktu yang dipilih adalah time intervals close-ended. Salah satu batasan dari tugas akhir ini (subbab 1.4) adalah hanya menangani query yang melibatkan sebuah relasi. Dalam sebuah relasi tidak mungkin menggunakan granularitas lebih dari satu. Oleh karena itu granularitas yang digunakan adalah single database wide granularity dengan chronon satu hari. Representasi waktu (hari) yang akan digunakan adalah bentuk penanggalan YYYY-MM-DD di mana YYYY merupakan empat digit tahun (year), MM merupakan dua digit bulan (month), dan DD merupakan dua digit tanggal (day of month). Representasi ini digunakan pada relasi yang disimpan pada RDBMS untuk pengujian, sedangkan contoh-contoh pada dokumen ini hanya akan menampilkan digit tanggal (day of month) untuk mempersingkat. III-1

2 III Fungsi Agregasi pada Relasi Bitemporal Dengan adanya dua dimensi waktu, yaitu valid time dan transaction time, yang didukung oleh relasi bitemporal, penerapan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal berbeda dengan relasi snapshot. Untuk memproses fungsi agregasi pada relasi bitemporal, sebelumnya harus ditentukan terlebih dahulu interval konstan relasi. Interval konstan adalah suatu interval waktu di mana tidak terjadi perubahan data pada atribut eksplisit (non-timestamp). Setelah itu barulah fungsi agregasi dapat diterapkan pada masing-masing interval konstan. Karena relasi bitemporal memiliki dua dimensi waktu, maka proses penentuan interval konstan pada relasi ini akan berbeda dengan relasi valid-time seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Untuk menentukan interval konstan relasi bitemporal, maka perlu dicari interval konstan pada kedua dimensi waktu, yaitu valid time dan transaction time. Salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah dengan melakukan dua tahap partisi relasi. Tahap pertama adalah partisi relasi berdasarkan interval konstan pada dimensi transaction time. Setelah didapatkan relasi yang telah dipartisi berdasarkan transaction time kemudian pada tahap kedua masing-masing partisi tersebut dipartisi lebih lanjut berdasarkan dimensi valid time. Proses ini sangat memakan banyak resource dan cukup rumit untuk diimplementasi. Fungsi agregasi biasanya diterapkan terhadap suatu relasi untuk mendapatkan summary dari data. Untuk basis data temporal, summary data yang dihasilkan tentunya ingin bersifat time-varying. Time-varying yang umumnya dirasakan berguna adalah sejarah keberlakuan data di dunia nyata, yang didukung oleh dimensi valid time. Sedangkan untuk transaction time, sangat jarang penggunaannya. Salah satu contoh yang mungkin dari fungsi agregasi berdasarkan transaction time adalah ketika user ingin melihat perubahan data hasil koreksi karena adanya kesalahan dalam memasukkan data. Contoh seperti ini memang sangat jarang penggunaannya. Mengingat jarangnya penggunaan dari transaction time sebagai aspek yang diperhitungkan dalam agregasi yang bersifat time-varying, maka dalam tugas akhir ini ditetapkan bahwa default dari query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah hanya mengambil current state dari dimensi transaction time kecuali bila secara eksplisit dispesifikasikan bahwa query harus memperhitungkan transaction time pada snapshot tertentu [SNO96]. 3.3 Operasi Retrieval Relasi Bitemporal Operasi retrieval terhadap basis data temporal jika dilihat dari state relasi yang diakses dapat dibagi menjadi empat macam yaitu snapshot query, time-travel query, sequenced query, dan nonsequenced query. Dari jenis-jenis query tersebut, untuk relasi bitemporal yang mendukung dua dimensi waktu maka jenis query berdasarkan state yang diakses menjadi lebih bermacam-macam lagi. Jenis-jenis query yang akan ditangani pada tugas akhir ini adalah: 1. Snapshot Query (perpotongan antara snapshot pada valid time dan transaction time)

3 III-3 2. Valid Time-travel Query (time-travel pada valid time dan snapshot pada transaction time) 3. Time-travel Query (time-travel pada valid time dan transaction time) 4. Valid Sequenced Query (sequenced pada valid time dan snapshot pada transaction time) 5. Valid Sequenced Time-travel Query (sequenced pada valid time dan time-travel pada transaction time) 6. Valid Non-sequenced Query (non-sequenced pada valid time dan snapshot pada transaction time) 7. Valid Non-sequenced Time-Travel Query (non-sequenced pada valid time dan time-travel pada transaction time) Jenis sequenced dan non-sequenced query pada transaction time tidak ditangani karena jenis query tersebut dengan fungsi agregasi sangat jarang digunakan pada dunia nyata. Hal ini disebabkan dimensi transaction time pada umumnya hanya digunakan untuk keperluan rollback basis data untuk mengembalikan basis data pada suatu state tertentu di masa lampau. Oleh karena itu pengaksesan lebih dari satu state pada dimensi transaction time jarang digunakan Snapshot Query Snapshot query terhadap relasi bitemporal akan mengembalikan relasi yang bernilai current baik pada dimensi valid time maupun transaction time. Hasil dari query jenis ini adalah relasi snapshot. Gambar III-1 menunjukkan posisi dari hasil snapshot query terhadap relasi bitemporal. Masingmasing persegi merepresentasikan sebuah state relasi relatif terhadap kedua dimensi waktu, valid time dan transaction time. Pada gambar terlihat bahwa snapshot query hanya melakukan retrieve terhadap relasi pada current state baik pada dimensi valid time maupun transaction time. Gambar III-1 Snapshot query Contoh dari snapshot query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah Berapakah jumlah pegawai pada saat ini?, yang bila dituliskan dalam bahasa query temporal dapat dilihat pada Query III-1. Ciri khas dari query jenis ini adalah adanya keyword SNAPSHOT.

4 III-4 SELECT SNAPSHOT COUNT(*) FROM Employee Valid Time-travel Query Query III-1 Contoh snapshot query Valid time-travel query adalah suatu jenis query terhadap relasi bitemporal pada suatu state basis data tertentu pada dimensi valid time dan bernilai current pada dimensi transaction time. Gambar III-2 menunjukkan posisi dari hasil valid time-travel query terhadap relasi bitemporal. Pada gambar terlihat bahwa query jenis ini melakukan retrieve terhadap basis data pada salah satu state dimensi valid time yang bernilai current pada transaction time. State yang dapat di-retrieve pada dimensi valid time tidak terbatas hanya pada waktu di masa lampau, dapat juga waktu di masa depan. Gambar III-2 Valid time-travel query Contoh dari valid time-travel query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah Berapakah jumlah pegawai pada tanggal 15 Mei 2007?, yang bila dituliskan dalam bahasa query temporal dapat dilihat pada Query III-2. Ciri khas dari query jenis ini adalah state valid time secara eksplisit ditentukan pada query dengan keyword SNAPSHOT pada klausa SELECT dan VALID OVERLAPS <date string> pada klausa WHERE. SELECT SNAPSHOT COUNT(*) FROM Employee WHERE VALID OVERLAPS DATE Time-travel Query Query III-2 Contoh valid time-travel query Time-travel query adalah suatu jenis query terhadap relasi bitemporal pada suatu state basis data tertentu pada dimensi valid time maupun pada dimensi transaction time. Gambar III-3 menunjukkan posisi dari hasil valid time-travel query terhadap relasi bitemporal. Pada gambar terlihat bahwa query jenis ini melakukan retrieve terhadap basis data pada salah satu state dimensi

5 III-5 valid time dan state masa lalu pada dimensi transaction time. State yang dapat di-retrieve pada dimensi valid time dapat pada waktu di masa lampau maupun masa depan, sedangkan transaction time hanya pada masa lamapu dan tidak mungkin pada masa depan. Gambar III-3 Time-travel query Contoh dari time-travel query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah Berapakah jumlah pegawai yang terdata pada tanggal 15 Mei 2007 mengacu pada basis data tanggal 17 Agustus 2007 sebelum dilakukan koreksi terhadap basis data?, yang bila dituliskan dalam bahasa query temporal dapat dilihat pada Query III-3. Ciri khas dari query jenis ini adalah state valid time dan transaction time secara eksplisit ditentukan pada query dengan keyword SNAPSHOT pada klausa SELECT dan keyword VALID OVERLAPS <date string> dan TRANSACTION OVERLAPS <date string> pada klausa WHERE. SELECT SNAPSHOT COUNT(*) FROM Employee WHERE VALID OVERLAPS DATE AND TRANSACTION OVERLAPS DATE Valid Sequenced Query Query III-3 Contoh time-travel query Valid sequenced query adalah jenis query terhadap relasi bitemporal yang hasilnya membutuhkan beberapa state dari dimensi valid time secara sekuensial. Hasil dari query ini berupa relasi validtime. Gambar III-4 menunjukkan posisi dari hasil valid sequenced query q terhadap relasi bitemporal. Pada gambar terlihat bahwa q dipecah menjadi beberapa query q yang masing-masing melakukan retrieve terhadap relasi bitemporal pada satu state valid time yang bernilai current pada dimensi transaction time, menghasilkan suatu relasi yang juga terdiri dari beberapa state valid time sesuai dengan sumbernya.

6 III-6 Gambar III-4 Valid sequenced query Contoh dari valid sequenced query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah Perlihatkan sejarah fluktuasi jumlah pegawai, yang bila dituliskan dalam bahasa query temporal dapat dilihat pada Query III-4. Ciri khas dari jenis query ini adalah adanya keyword VALIDTIME pada klausa SELECT. VALIDTIME SELECT COUNT(*) FROM Employee Query III-4 Contoh valid sequenced Valid Sequenced Time-travel Query Valid sequenced time-travel query hampir sama dengan valid sequenced query namun mengakses state masa lampau dari dimensi transaction time, bukan current state. Hasil dari query ini berupa relasi valid-time. Gambar III-5 menunjukkan posisi dari hasil valid sequenced time-travel query q terhadap relasi bitemporal. Pada gambar terlihat bahwa q dipecah menjadi beberapa query q yang masing-masing melakukan retrieve terhadap relasi bitemporal pada satu state valid time yang terletak pada salah satu state masa lampau pada dimensi transaction time, menghasilkan suatu relasi yang juga terdiri dari beberapa state valid time sesuai dengan sumbernya. Gambar III-5 Valid Sequenced Time-travel Query

7 III-7 Contoh dari valid sequenced time-travel query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah Perlihatkan sejarah fluktuasi jumlah pegawai mengacu pada basis data tanggal 17 Agustus 2007 sebelum dilakukan koreksi terhadap basis data, yang bila dituliskan dalam bahasa query temporal dapat dilihat pada Query III-5. Ciri khas dari jenis query ini adalah adanya keyword VALIDTIME pada klausa SELECT dan terdapat kondisi transaction time yang harus dipenuhi dengan keyword TRANSACTION OVERLAPS <date string> pada klausa WHERE. VALIDTIME SELECT COUNT(*) FROM Employee WHERE TRANSACTION OVERLAPS DATE Valid Non-sequenced Query Query III-5 Contoh valid sequenced time-travel query Berbeda dengan valid sequenced query, di mana informasi dalam sebuah state valid time pada hasil query diperoleh hanya dari state valid time dengan waktu yang sama pada relasi sumber, pada valid non-sequenced query informasi dalam sebuah state valid time pada relasi hasil dapat diperoleh dari state dengan waktu yang berbeda pada relasi sumber. Query yang mengandung fungsi agregasi RISING termasuk ke dalam jenis query ini sebab untuk mendapatkan durasi di mana sebuah atribut bernilai monoton naik harus mengakses lebih dari sebuah state pada dimensi waktu valid-time. Gambar III-6 Valid Non-sequenced Query Gambar III-6 menunjukkan posisi dari hasil valid non-sequenced query terhadap relasi bitemporal. Pada gambar terlihat bahwa hasil query pada sebuah state mengambil informasi tidak hanya dari relasi sumber dengan state valid time yang sama dengannya, namun dapat juga dari state valid time yang berbeda. State valid time yang diakses hanyalah state yang terletak pada current time pada dimensi transaction time. Contoh dari valid non-sequenced query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah Berapakah jumlah pegawai yang pernah bekerja pada

8 III-8 perusahaan?, yang bila dituliskan dalam bahasa query temporal dapat dilihat pada Query III-6. Ciri khas dari query jenis ini adalah adanya keyword NONSEQUENCED VALIDTIME pada klausa SELECT. NONSEQUENCED VALIDTIME SELECT COUNT(DISTINCT Name) FROM Employee Query III-6 Contoh valid non-sequenced query Valid Non-sequenced Time-travel Query Valid non-sequenced time-travel query hampir sama dengan valid non-sequenced query namun mengakses state masa lampau dari dimensi transaction time, bukan current state. Gambar III-7 Valid non-sequenced time-travel query menunjukkan posisi dari hasil valid non-sequenced timetravel query terhadap relasi bitemporal. Pada gambar terlihat bahwa hasil query pada sebuah state mengambil informasi tidak hanya dari relasi sumber dengan state valid time yang sama dengannya, namun juga dari state valid time yang berbeda. State valid time yang diakses adalah state yang di masa lampau pada dimensi transaction time. Dengan alasan yang sama dengan jenis nonsequenced query, query yang mengandung fungsi agregasi RISING juga dapat termasuk jenis query ini. future time Valid Time... query Result current time... Result old... time... Result Result old time current time Transaction Time Gambar III-7 Valid non-sequenced time-travel query Contoh dari valid non-sequenced time-travel query retrieval dengan fungsi agregasi terhadap relasi bitemporal adalah Berapakah jumlah pegawai yang pernah bekerja pada perusahaan mengacu pada basis pada tanggal 17 Agustus 2007 sebelum dilakukan koreksi terhadap basis data?, yang bila dituliskan dalam bahasa query temporal dapat dilihat pada Query III-7. Ciri khas dari query adalah adanya keyword NONSEQUENCED VALIDTIME pada klausa SELECT dan state transaction time secara eksplisit ditentukan dengan keyword TRANSACTION <date string> pada klausa WHERE. OVERLAPS

9 III-9 NONSEQUENCED VALIDTIME SELECT COUNT(DISTINCT Name) FROM Employee WHERE TRANSACTION OVERLAPS DATE Konversi Query Query III-7 Contoh valid non-sequenced time-travel query Untuk dapat diproses, query temporal terhadap relasi bitemporal yang disimpan dalam RDBMS harus dikonversi menjadi query relasional. Proses konversi masing-masing jenis query terhadap relasi bitemporal yang telah diuraikan sebelumnya berbeda satu-sama lain. Berikut ini adalah penjelasan konversi query dari temporal menjadi relasional untuk setiap jenis query: 1. Snapshot Query, Valid Time-travel Query, dan Time-travel Query Konversi dilakukan dengan menghilangkan keyword temporal (seperti SNAPSHOT, VALID PERIOD, dan TRANSACTION PERIOD) dan penambahan kondisi untuk mendapatkan state relasi sesuai dengan yang diinginkan pada query baik pada dimensi valid time maupun transaction time. Jenis query ini tidak memerlukan pemrosesan menggunakan aggregation tree. 2. Valid Sequenced Query dan Valid Sequenced Time-travel Query Konversi dilakukan dengan menghilangkan keyword temporal (seperti VALIDTIME, VALID PERIOD, dan TRANSACTION PERIOD) dan penambahan kondisi untuk mendapatkan state yang diinginkan dari relasi sumber. Selain itu operator agregasinya juga perlu dihilangkan terlebih dahulu, namun atribut yang akan diagregasi tetap di dalam klausa SELECT karena yang akan di-retrieve dari relasi yang disimpan dalam RDBMS masih dalam bentuk relasi sumber, belum ada pemrosesan agregasi sama sekali. Hasil retrieve dari RDBMS kemudian diproses menggunakan pohon pemrosesan agregasi. 3. Valid Non-sequenced Query dan Valid Non-sequenced Time-Travel Query Untuk query yang mengandung fungsi agregasi RISING, proses konversinya sama dengan proses konversi jenis valid sequenced dan valid sequenced time-travel, sedangkan query yang tidak mengandung fungsi tersebut proses konversinya sama dengan proses konversi jenis snapshot, valid time-travel, dan time-travel query 3.5 Algoritma Pemrosesan Agregasi Pada sub-bab ini, akan dibahas modifikasi algoritma aggregation tree agar dapat menangani keyword WEIGHTED, fungsi RISING, dan klausa GROUP BY Penanganan keyword WEIGHTED Penyesuaian lebih lanjut terhadap algoritma aggregation tree diperlukan untuk memproses query yang mengandung keyword WEIGHTED. Jika query mengandung keyword WEIGHTED maka jumlah chronon pada sebuah tuple (weight) yang telah di-insert pada pohon harus diketahui.

10 III-10 Weight ini nantinya akan dikalikan dengan nilai atribut yang diagregasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya pada sub-bab tentang keyword WEIGHTED. Karena informasi weight didapatkan dari tuple, maka diperlukan modifikasi pada proses insert terutama pada saat adjust nilai state agregasi. Pada saat adjust nilai agregasi, nilai atribut yang diagregasi pada tuple harus dikalikan terlebih dahulu dengan weight-nya Untuk mendapatkan informasi weight dapat dilakukan dengan mengurangi end-time dengan start time (ditambah satu untuk close-ended). Selebihnya, pemrosesan agregasi sama dengan algoritma awal Penanganan Fungsi RISING Karakteristik dari fungsi agregasi RISING telah dijelaskan pada sub-bab Karena fungsi ini adalah fungsi agregasi spesifik temporal maka RDBMS tidak mengenalinya. Oleh sebab itu diperlukan penanganan khusus untuk memproses query yang mengandung fungsi ini. Dalam hal ini aggregation tree dapat dimanfaatkan untuk menangani pemrosesan fungsi RISING. Name Salary start end Jake Jake Jake Jake Kate Kate Gambar III-8 Relasi valid-time Salary2 Untuk mempermudah penjelasan dalam memanfaatkan aggregation tree pada pemrosesan fungsi RISING berikut ini akan diberikan contoh query dan pemrosesannya. Query III-8 merupakan contoh query yang mengakses relasi Salary2 pada Gambar III-8 untuk mendapatkan durasi waktu di mana pegawai bernama Jake tidak pernah mengalami penurunan gaji. SELECT RISING(Salary) FROM Salary2 WHERE Name = Jake Query III-8 Contoh query dengan fungsi RISING Dari query tersebut dapat dibangun aggregation tree seperti terlihat pada Gambar III-9. Pohon ini dibangun dengan me-retrieve Salary dari relasi Salary2 yang memiliki Name bernilai Jake. Setiap simpul daun akan dibandingkan dengan simpul daun yang yang memiliki start time tepat setelah end time simpul tersebut. Jika nilai agregasi yang terkandung pada simpul setelahnya itu lebih besar maka timestamp kedua simpul tersebut digabungkan. Simpul [11,15] yang memiliki nilai agregasi 20 dibandingkan dengan [16,20] yang memiliki nilai agregasi lebih besar yaitu 25, sehingga kedua timestamp simpul tersebut di-merge.

11 III-11 Gambar III-9 Aggregation tree untuk Query II-3 Selanjutnya simpul [16,20] dibandingkan dengan simpul [21,25]. Pada tahap ini nilai agregasi dari simpul timestamp yang kecil memiliki nilai agregasi yang lebih besar dari simpul timestamp besar, yang berarti pada perbatasan kedua timestamp gaji dari Jake mengalami penurunan. Timestamp hasil merge pada tahap pertama tidak dapat di-merge lagi dengan [21,25] dan menghasilkan tuple pertama pada relasi hasil yang bernilai [11,20]. Langkah selanjutnya adalah membandingkan simpul [21,25] dengan [26,30]. Dengan kondisi yang sama seperti pada tahap sebelumnya maka didapatkan tuple kedua pada relasi hasil yang bernilai [21,30] hasil merge [21,25] dan [25,30]. Relasi hasil Query III-8 dapat ditunjukkan pada Gambar III Penanganan Klausa GROUP BY RISING(Salary) [11,20] [21,30] Gambar III-10 Relasi hasil Query III-8 Pemrosesan operator agregasi biasanya dilakukan dengan terlebih dahulu mempartisi relasi masukan menjadi beberapa kelompok tuple dengan nilai yang identik untuk satu atau lebih atribut, kemudian menerapkan fungsi agregasi untuk masing-masing kelompok tuple tersebut [BOH06]. Pemrosesan yang terlebih dahulu mempartisi relasi menjadi beberapa kelompok tuple ini ditentukan oleh klausa GROUP BY dalam query yang mengandung fungsi agregasi tersebut. Klausa ini memiliki masukan atribut relasi yang nilainya dijadikan pembanding untuk mengelompokkan tuple yang memiliki nilai yang sama untuk atribut masukan tersebut. Oleh karena itu penanganan klausa GROUP BY perlu dibahas lebih lanjut. Untuk query terhadap relasi temporal, proses pengelompokkan tuple berdasarkan atribut tertentu ini menjadi lebih rumit karena sebelumnya tuple juga telah dikelompokkan berdasarkan interval konstan timestamp-nya. Dengan adanya proses pengelompokkan berkalang ini, pemrosesan agregasi khususnya yang mengandung klausa GROUP BY tidak dapat langsung diterapkan menggunakan aggregation tree. Cara paling sederhana memproses agregasi yang mengandung klausa GROUP BY menggunakan aggregation tree adalah dengan membangun pohon untuk masing-masing kelompok tuple pada relasi yang memiliki nilai atribut pengelompok tertentu. Dengan kata lain, untuk setiap nilai distinct dari atribut pengelompok akan dibangun sebuah pohon dari kelompok tuple yang atribut pengelompoknya bernilai sama dengan nilai distinct tersebut.

12 III-12 Dengan cara ini, pengaksesan relasi serta pembangunan aggregation tree akan dilakukan sebanyak nilai distinct dari atribut pengelompok. Pengaksesan relasi dan pembangunan pohon yang berulang-ulang tentunya akan membutuhkan ongkos yang besar. Oleh karena itu diperlukan suatu modifikasi terhadap struktur pohon agar memungkinkan klausa GROUP BY ini dapat diproses tanpa harus membangun pohon berulang-ulang. Modifikasi terhadap struktur pohon ini diperlihatkan pada Gambar III-11. Gambar III-11 Struktur aggregation tree yang dimodifikasi Struktur baru aggregation tree ini mengambil ide dari struktur PA-Tree untuk agregasi selektif seperti pada Gambar II-20. Nilai state agregasi pada T-node (tree node atau simpul pohon) yang sebelumnya hanya memuat sebuah nilai, pada struktur baru ini digantikan dengan sebuah linked list yang dinamakan G-List. G-list terdiri dari sejumlah simpul G-node. Struktur G-node terdiri dari G-value, nilai state agregasi (yang berupa lingkaran pada Gambar III-11), dan sebuah pointer menuju simpul G-node selanjutnya. G-value menyimpan nilai dari atribut pengelompok, yaitu atribut masukan dari klausa GROUP BY pada query. Name Department start end Jake Load Jake Ship Kate Ship Kate Load Bob Ship Bob Load 36 Gambar III-12 Relasi valid-time Employee2 Untuk memperjelas bagaimana struktur aggregation tree yang telah dimodifikasi memproses query retrieval yang mengandung klausa GROUP BY, berikut akan diuraikan contoh penggunaan pohon ini untuk memproses Query III-9 yang me-retrieve relasi valid-time close-ended pada Gambar III-12 untuk mendapatkan jumlah pegawai dari masing-masing Department. SELECT Department, COUNT(Name) FROM Employee2 GROUP BY Department Query III-9 Contoh query dengan GROUP BY Jika Query III-9 harus diproses menggunakan aggregation tree yang belum dimodifikasi, maka pohon yang harus dibangun sebanyak dua buah, masing-masing untuk nilai distinct atribut Department, yaitu Load dan Ship. Sedangkan pemrosesan query tersebut menggunakan

13 III-13 aggregation tree yang dimodifikasi hanya membutuhkan pembangunan sebuah pohon. Pembangunan pohon tersebut dapat dilihat pada Gambar III-13. Gambar III-13 Pembangunan aggregation tree yang dimodifikasi Pembangunan pohon dimulai dengan pohon awal yang hanya memiliki sebuah simpul dengan start time 0 dan end time. G-list dari simpul tersebut masih belum diinisialisasi seperti dapat dilihat pada Gambar III-13.a. Pembangunan pohon dilanjutkan dengan melakukan insert tuple pertama pada relasi, yaitu tuple (Jake, Load, [11,15]). Proses insert tuple baru ini sama saja dengan proses insert pada aggregation tree yang telah dijelaskan sebelumnya. Timestap dari tuple ini membagi tiga timestamp simpul awal sehingga dihasilkan pohon dengan tiga simpul daun yang masingmasing memiliki timestamp [0,10], [11,15], dan [16, ] seperti pada Gambar III-13.b. Pada tahap ini G-list simpul akar diisi sebuah G-node dengan G-value bernilai Load, yaitu nilai atribut pengelompok dari tuple yang di-insert dan nilai agregasi 0. Sedangkan G-list simpul yang memiliki timestamp sesuai dengan tuple yaitu [11,15] diisi dengan G-node dengan G-value Load dan nilai agregasi 1. Langkah selanjutnya adalah insert tuple kedua relasi yaitu (Jake, Ship, [16,35]). Pada langkah ini G-list simpul akar ditambahkan G-node dengan G-value Ship dan nilai agregasi 0 karena nilai atribut pengelompok tuple kedua ini (Ship) merupakan nilai baru yang belum terdapat pada pohon. Seperti pada langkah sebelumnya, G-list simpul dengan timestamp [16,35] diisi G-node dengan G- value Ship dan nilai agregasi 1. Gambar III-13.c menggambarkan pohon setelah proses insert tuple kedua.

14 III-14 Pembangunan pohon dilanjutkan dengan melakukan insert tuple selanjutnya dengan cara yang sama seperti tuple pertama dan kedua. Jika timestamp tuple yang di-insert tepat overlap seluruh timestamp dari sebuah simpul, proses insert dilakukan dengan meng-update G-list dari simpul tersebut dan tidak perlu menambah simpul baru. Proses update ini dilakukan dengan menambahkan nilai agregasi pada G-node yang memiliki G-value yang sama dengan nilai atribut pengelompok pada tuple atau menambahkan G-node baru jika belum ada pada list. Hasil akhir pembangunan aggregation tree ini dapat dilihat pada Gambar III-13.d. Department COUNT(Name) start End Load Ship Load Ship Load Ship Load Ship Load Ship Load 1 41 Ship 0 41 Gambar III-14 Relasi hasil Query III-9 Relasi hasil dari pembangunan aggregation tree ini ditunjukkan pada Gambar III-14. Setiap simpul pada pohon akan menghasilkan tuple pada relasi hasil sebanyak nilai distinct atribut pengelompok relasi sumber. Penghitungan nilai agregasi untuk mendapatkan relasi hasil dilakukan dengan penelusuran pohon dari akar sampai simpul. Sebagai contoh, simpul [36,40] jika ditelusuri dari akar maka akan menghasilkan nilai agregasi untuk kelompok tuple Load sebesar 2 (yaitu 1 dari simpul [36, ] dan 1 dari simpul [36,40]) dan nilai agregasi untuk kelompok tuple Ship sebesar 0 sebab pada penelusuran dari akar sampai simpul tersebut tidak ditemukan simpul yang memiliki G-list dengan G-node yang G-value-nya bernilai Ship. 3.6 Pemrosesan Query Hal pertama yang perlu dilakukan dalam pemrosesan query temporal adalah menentukan jenis query. Penentuan jenis query adalah sebagai berikut: 1. Jika terdapat keyword SNAPSHOT, maka termasuk jenis snapshot query 2. Jika terdapat kondisi VALID OVERLAPS DATE <date_string>, maka termasuk jenis valid time-travel query 3. Jika terdapat kondisi VALID OVERLAPS DATE <date_string> dan kondisi TRANSACTION OVERLAPS DATE <date_string>, maka termasuk jenis time-travel query 4. Jika terdapat keyword VALIDTIME, maka termasuk jenis valid sequenced query.

15 III Jika terdapat keyword VALIDTIME dan kondisi TRANSACTION OVERLAPS DATE <date_string>, maka termasuk jenis valid sequenced query. 6. Jika terdapat keyword NONSEQUENCED VALIDTIME, maka termasuk jenis valid nonsequenced query. 7. Jika terdapat keyword NONSEQUENCED VALIDTIME dan kondisi TRANSACTION OVERLAPS DATE <date_string>, maka termasuk jenis valid non-sequenced query. Setelah jenis query ditentukan, maka dilakukan konversi menjadi query relasional sesuai dengan jenisnya seperti yang telah dijelaskan pada sub-bab 0. Untuk jenis snapshot, valid time-travel, dan time-travel query, serta valid non-sequenced dan valid non-sequenced time-travel query yang tidak mengandung fungsi agregasi RISING, hasil eksekusi dari query relasional dari proses konversi ini akan langsung merupakan relasi hasil. Sedangkan untuk jenis valid sequenced dan valid sequenced time-travel query serta valid non-sequenced dan valid non-sequenced time-travel query yang mengandung fungsi agregasi RISING, hasilnya merupakan relasi valid-time yang nantinya akan menjadi input pembangunan aggregation tree. Bagan alur pemrosesan query temporal dengan fungsi agregasi sampai didapatkan hasilnya diilustrasikan pada Gambar III-15. Query temporal dengan fungsi agregasi Penentuan jenis query Jenis query: 1. Snapshot 2. Valid time-travel 3. Time-travel Jenis query: 1. Valid non-sequenced 2. Valid non-sequenced time-travel Jenis query: 1. Valid sequenced 2. Valid sequenced time-travel Konversi query Tidak mengandung fungsi RISING Mengandung fungsi RISING Konversi query Query relasional Query relasional Akses basis data Pemrosesan dengan aggregation tree Relasi valid-time Akses basis data Hasil query Gambar III-15 Bagan alur pemrosesan query

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Basis Data Temporal Aspek Waktu

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Basis Data Temporal Aspek Waktu BAB II DASAR TEORI Dasar teori yang akan diuraikan dalam bab ini mencakup empat hal utama yang menjadi fokus tugas akhir, yaitu konsep basis data temporal, Bitemporal Conceptual Data Model (BCDM), operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi agregasi adalah suatu fungsi yang menerima sebuah koleksi (set atau multiset) nilai sebagai masukan dan mengembalikan sebuah nilai [SIL02]. Beberapa fungsi agregasi

Lebih terperinci

PENERAPAN AGGREGATION TREE UNTUK PENANGANAN FUNGSI AGREGASI PADA RELASI BITEMPORAL

PENERAPAN AGGREGATION TREE UNTUK PENANGANAN FUNGSI AGREGASI PADA RELASI BITEMPORAL PENERAPAN AGGREGATION TREE UNTUK PENANGANAN FUNGSI AGREGASI PADA RELASI BITEMPORAL LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat kelulusan tingkat sarjana oleh : Nurkholis Madjid / NIM 13503047 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Pengertian Query. Query adalah perintah-perintah untuk mengakses data pada sistem basis data

Pengertian Query. Query adalah perintah-perintah untuk mengakses data pada sistem basis data Kompetensi Dasar Setelah mengikuti kegiatan proses belajar mengenai Pengenalan SQL, mahasiswa dapat mendefinisikan dan memanipulasi sistem basis data menggunakan bahasa SQL dengan tepat Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

DAFTAR REFERENSI. xiii

DAFTAR REFERENSI. xiii DAFTAR REFERENSI [BOH06] Böhlen, M, J. Gamper, dan C.S. Jensen. (2006) Multi-Dimensional Aggregation for Temporal Data. LCNS 3896, pp. 257-275. [GOV03] Govindarajan, S., P.K. Agarwal, dan L. Arge. (2003)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK

BAB IV PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK BAB IV PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK Pada bab ini akan dibahas analisis, perancangan, implementasi dan pengujian perangkat lunak yang dibangun untuk menguji analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

Analisis dan Implementasi Perbandingan Penggunaan Storage serta Response Time pada Temporal Database dan Relational Database

Analisis dan Implementasi Perbandingan Penggunaan Storage serta Response Time pada Temporal Database dan Relational Database Analisis dan Implementasi Perbandingan Penggunaan Storage serta Response Time pada Temporal Database dan Relational Database Yogiek Indra Kurniawan Politeknik Telkom, Bandung siyogiek@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

Nama_ kab. Kode_ prop. Kode_ kab. The_ geom. Nama_ prop. Gid Lintang Bujur Date Month Time Noaa 110, ,

Nama_ kab. Kode_ prop. Kode_ kab. The_ geom. Nama_ prop. Gid Lintang Bujur Date Month Time Noaa 110, , Analisis dan Kueri Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hotspot dari aspek spasial dan aspek temporalnya dengan menggunakan kueri sederhana yang diterapkan pada model data yang telah dibuat. Contoh-contoh

Lebih terperinci

BASIS DATA I/2011-GANJIL MODEL RELASIONAL. Oleh Team Teaching Database. 12 Oktober 2011 BASIS DATA I/2011-GANJIL 1

BASIS DATA I/2011-GANJIL MODEL RELASIONAL. Oleh Team Teaching Database. 12 Oktober 2011 BASIS DATA I/2011-GANJIL 1 BASIS DATA I/2011-GANJIL MODEL RELASIONAL Oleh Team Teaching Database 12 Oktober 2011 BASIS DATA I/2011-GANJIL 1 Konsep-Konsep Model Relasional Model relasional berdasarkan pada konsep relasi dalam matematika

Lebih terperinci

STRUCTURE QUERY LANGUAGE (SQL)

STRUCTURE QUERY LANGUAGE (SQL) STRUCTURE QUERY LANGUAGE (SQL) Structure Query Language (SQL) adalah bahasa query standar yang digunakan untuk mengakses basis data relasional. SQL mempunyai kemampuan sebagai berikut : a. Query (memperoleh

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG IBM San Jose Research Laboratory.

LATAR BELAKANG IBM San Jose Research Laboratory. SQL LATAR BELAKANG SQL merupakan bahasa basis data relasional standard. Terdapat macam-macam versi SQL. Versi aslinya pertama kali dikembangkan oleh IBM San Jose Research Laboratory. 2 LATAR BELAKANG Bahasa

Lebih terperinci

BAB III MODEL DATA RELASIONAL DAN ALJABAR RELASIONAL

BAB III MODEL DATA RELASIONAL DAN ALJABAR RELASIONAL BAB III MODEL DATA RELASIONAL DAN ALJABAR RELASIONAL Model data relasional diperkenankan oleh Codd pada tahun 1970. Didasarkan pada suatu struktur data yang sederhana dan seragam (uniform), yaitu : Relasi

Lebih terperinci

B a s i s D a t a. Tatap MUka. SQL Query & Agregate Function. Arif Basofi PENS

B a s i s D a t a. Tatap MUka. SQL Query & Agregate Function. Arif Basofi PENS Tatap MUka 3 SQL Query & Agregate Function Arif Basofi Topik Sintaks Dasar SQL Query Operasi Aritmatika dalam SQL SQL Fungsi Agregate dan Group SQL Joint Table S Q L - Pendahuluan Bahasa user yang meminta

Lebih terperinci

Basis Data 1. Dasar SQL Query. Arif Basofi, S.Kom. MT. Teknik Informatika, PENS

Basis Data 1. Dasar SQL Query. Arif Basofi, S.Kom. MT. Teknik Informatika, PENS Basis Data 1 Dasar SQL Query Arif Basofi, S.Kom. MT. Teknik Informatika, PENS Tujuan Mengenal dan Memahami Struktur Dasar Perintah- Perintah SQL Query Database 2 SQL - Pendahuluan Bahasa user yang meminta

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Structure Query Language(SQL)

Pertemuan 10 Structure Query Language(SQL) Pertemuan 10 Structure Query Language(SQL) INDIKATOR 1. Mengenal perintah dasar SQL (SELECT,FROM,WHERE) 2. Menggunakan SELECT dan FROM dalam satu tabel 3. Menggunakan asterisk(*) 4. Menggunakan nama lain

Lebih terperinci

B a s i s D a t a - 1 C H A P T E R. SQL - Basic. Copyright 2005 PENS-ITS

B a s i s D a t a - 1 C H A P T E R. SQL - Basic. Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R 11 SQL - Basic Objectives Tujuan: Mengenal dan memahami struktur dasar perintah SQL Database S Q L - Pendahuluan Bahasa user yang meminta pada database untuk menyediakan suatu data yang diperlukan

Lebih terperinci

B a s i s D a t a - 1 C H A P T E R. SQL - Basic. Copyright 2005 PENS-ITS

B a s i s D a t a - 1 C H A P T E R. SQL - Basic. Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R SQL - Basic Objectives Tujuan: Mengenal dan memahami struktur dasar perintah SQL Database S Q L - Pendahuluan Bahasa user yang meminta pada database untuk menyediakan suatu data yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN RANCANGAN PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Sejak tahun 1960 an penelitian-penelitian tentang basis data sudah dimulai dan dikembangkan sesuai kebutuhan, terutama dengan menggunakan

Lebih terperinci

Oracle Academic Initiative

Oracle Academic Initiative Oracle Academic Initiative Oracle9i Introduction to SQL Oleh: Tessy Badriyah, SKom.MT Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya BAB 6 : Aggregate Data dg Fungsi

Lebih terperinci

INTEGRITAS BASIS DATA. OLEH : Slamet Sn Wibowo Wicaksono

INTEGRITAS BASIS DATA. OLEH : Slamet Sn Wibowo Wicaksono INTEGRITAS BASIS DATA OLEH : Slamet Sn Wibowo Wicaksono Integrity Constraint (Batasan Integritas) Constraint (batasan) merupakan aturan yang diberikan pada suatu tabel agar data yang dimasukkan terjamin

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Data

METODE PENELITIAN. Data Ukuran kebakaran yang luasannya kurang dari 1.21 km² akan dipresentasikan sebagai satu pixel dan yang lebih dari 1.21 km² akan dipresentasikan sebagai 2 pixel. Luas areal minimum yang mampu dideteksi sebagai

Lebih terperinci

@Tessy Badriyah, SKom. MT. PERTEMUAN 12 VIEW

@Tessy Badriyah, SKom. MT. PERTEMUAN 12 VIEW PERTEMUAN 12 VIEW Tujuan Pembelajaran : Memahami definisi View Dapat membuat View Dapat Memanggil data melalui View Merubah definisi View Insert, Update, dan Delete data melalui View Menghapus (drop) view

Lebih terperinci

Oracle Academic Initiative

Oracle Academic Initiative Oracle Academic Initiative Oracle9i Introduction to SQL Oleh: Tessy Badriyah, SKom.MT Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya BAB 9 : Manipulasi Data Halaman

Lebih terperinci

Pemrograman Berorientasi Obyek Lanjut (IT251) Ramos Somya, S.Kom., M.Cs.

Pemrograman Berorientasi Obyek Lanjut (IT251) Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. Pemrograman Berorientasi Obyek Lanjut (IT251) Ramos Somya, S.Kom., M.Cs. Komunikasi aplikasi dengan database Aplikasi dan sistem database tidak menggunakan bahasa dan mekanisme yang sama. Sehingga program

Lebih terperinci

Oracle Academic Initiative

Oracle Academic Initiative Oracle Academic Initiative Oracle9i Introduction to SQL Oleh: Tessy Badriyah, SKom.MT Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Oracle Academic Initiative Halaman

Lebih terperinci

MODUL 5. Advanced Query : Pemilihan dan Pengurutan Data PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE

MODUL 5. Advanced Query : Pemilihan dan Pengurutan Data PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE MODUL 5 Advanced Query : Pemilihan dan Pengurutan Data PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE Tujuan Pembelajaran : Membatasi baris yang didapatkan dari suatu query

Lebih terperinci

MODUL 3. View PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE

MODUL 3. View PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE MODUL 3 View PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE Tujuan Pembelajaran : Memahami definisi View Dapat membuat View Dapat Memanggil data melalui View Merubah definisi

Lebih terperinci

Structured Query Language

Structured Query Language Structured Query Language DML (Data Manipulation Language) 31 Mei 2006 2006, M. Ramadhan 1 Pendahuluan Yang akan dibahas: Data Manipulation Language (DML) Pernyataan SQL untuk: Menemukan kembali data dalam

Lebih terperinci

Sistem (3 sks) Black Box Testing (1) Black Box Testing

Sistem (3 sks) Black Box Testing (1) Black Box Testing Testing & Implementasi Sistem (3 sks) Black Box Testing (1) Black Box Testing Black box testing, dilakukan tanpa pengetahuan detil struktur internal dari sistem atau komponen yang dites. juga disebut sebagai

Lebih terperinci

DATA WAREHOUSING AND ONLINE ANALYTICAL PROCESSING (OLAP)

DATA WAREHOUSING AND ONLINE ANALYTICAL PROCESSING (OLAP) DATA WAREHOUSING AND ONLINE ANALYTICAL PROCESSING (OLAP) Overview Data Warehouse dan OLAP merupakan elemen penting yang mendukung decision support. Terutama bagi perusahaan perusahaan besar dengan database

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA Latar Belakang PENDAHULUAN Analisis data historis dan pengolahan data multidimensi bukan merupakan hal yang baru untuk mendukung suatu pengambilan keputusan. Namun perubahan objek data yang dicatat, membuat

Lebih terperinci

Penerapan Teknik Binary Search Tree Sebagai Alternatif Penyimpanan Data

Penerapan Teknik Binary Search Tree Sebagai Alternatif Penyimpanan Data Penerapan Teknik Binary Search Tree Sebagai Alternatif Penyimpanan Data Reynald Alexander G 13509006 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

Desain Fisik Basis Data. Yusuf 2010

Desain Fisik Basis Data. Yusuf 2010 Desain Fisik Basis Data Yusuf Priyandari @Agustus 2010 Contents 1 Click to add Title 2 Click to add Title 3 Click to add Title 4 Click to add Title 2 Tahap Pengembangan Basis Data Model 1 1 2 3 4 5 Topics

Lebih terperinci

Tutorial Tipe Data MySQL

Tutorial Tipe Data MySQL Tutorial Tipe Data MySQL Benar mendefinisikan field dalam tabel adalah penting untuk optimasi keseluruhan dari database Anda. Anda harus menggunakan hanya jenis dan ukuran lapangan Anda benar-benar perlu

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN

RENCANA PEMBELAJARAN FRM/KUL/01/ Written by Checked by Approved by valid date Leon Andretti Abdillah, S.Kom.,MM Merry Agustina, M.M.,M.Kom M.Izman Herdiansyah, ST., MM., Ph.D Mata Kuliah : Praktikum Basis Data Semester :1

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem 3.1.1 Gambaran Permasalahan Sistem recovery basis data adalah komponen dalam RDBMS yang digunakan untuk mengembalikan basis data ke kondisi yang

Lebih terperinci

Fungsi-fungsi dalam Pernyataan SQL

Fungsi-fungsi dalam Pernyataan SQL Fungsi-fungsi dalam Pernyataan SQL Setiap bahasa pemrograman biasanya memiliki fungsi-fungsi yang memudahkan pengguna-nya, tidak terkecuali SQL. Beberapa fungsi yang tertulis dalam artikel ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK BAB IV ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Bab ini membahas analisis perancangan perangkat lunak (diberi nama c2p) dari segi struktur data dan analisis aliran data. Hal-hal yang dibahas diantaranya

Lebih terperinci

Modul 3 : Query Penggabungan Tabel

Modul 3 : Query Penggabungan Tabel Modul 3 : Query Penggabungan Tabel Tujuan Praktikum - Mahasiswa dapat membedakan perbedaan macam-macam join tabel. - Mahasiswa mampu melakukan query untuk join tabel. - Mahasiswa dapat membedakan union,

Lebih terperinci

Pengenalan Algoritma & Struktur Data. Pertemuan ke-1

Pengenalan Algoritma & Struktur Data. Pertemuan ke-1 Pengenalan Algoritma & Struktur Data Pertemuan ke-1 Apa itu Struktur Data? PROGRAM ALGO RITMA STRUKTUR DATA Algoritma.. deskripsi langkah-langkah penyelesaian masalah yang tersusun secara logis 1. Ditulis

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 4 PENGAMBILAN DATA LANJUT

PRAKTIKUM 4 PENGAMBILAN DATA LANJUT PRAKTIKUM 4 PENGAMBILAN DATA LANJUT Pendahuluan Kebutuhan pengambilan data seringkali tidak hanya menampilkan field-field yang terdapat pada sebuah tabel. Adakalanya dibutuhkan kalkulasi dari field-field

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model)

BAB II. 2.1 Model Data High Level Data Model (Conceptual Data Model) BAB II PENGEMBANGAN SISTEM BASIS DATA Bab ini akan membahas lebih lanjut mengenai arsitektur sistem basis data dan pengembangan sistem basis data. Sistem basis data tidak berdiri sendiri, tetapi selalu

Lebih terperinci

Bab 3. Query Lanjutan POKOK BAHASAN: TUJUAN BELAJAR:

Bab 3. Query Lanjutan POKOK BAHASAN: TUJUAN BELAJAR: Bab 3 Query Lanjutan POKOK BAHASAN: Subquery dan penggunaannya Subquery dengan banyak kolom Pairwise Comparison SubQuery NonPairwise Comparison SubQuery Penggunaan Query dalam Klausa FROM Ekspresi Scalar

Lebih terperinci

SQL (Structured Query Language)

SQL (Structured Query Language) DIK-034 Database Berbasis Web SQL (Structured Query Language) Dr. Taufik Fuadi Abidin, M.Tech www.informatika.unsyiah.ac.id/tfa Universitas Syiah Kuala Intro: SQL SQL = "Structured Query Language Memiliki

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PEMILIHAN DAN PENGURUTAN DATA

PERTEMUAN 2 PEMILIHAN DAN PENGURUTAN DATA PERTEMUAN 2 PEMILIHAN DAN PENGURUTAN DATA Tujuan Pembelajaran : Membatasi baris yang didapatkan dari suatu query Mengurutkan baris yang didapat dari suatu query TEORI DAN PERCOBAAN 2.1. Membatasi Baris

Lebih terperinci

Constraint dan Manajemen Data dalam Timezone Berbeda

Constraint dan Manajemen Data dalam Timezone Berbeda Constraint dan Manajemen Data dalam Timezone Berbeda Rosa Ariani Sukamto Email: rosa_if_itb_01@yahoo.com Blog: http://udinrosa.wordpress.com Website: http://www.gangsir.com Constraint Aturan pada basis

Lebih terperinci

Model Relasional Basis Data

Model Relasional Basis Data Modul ke: 03 Sabar Fakultas ILMU KOMPUTER Model Relasional Basis Data Mata Kuliah: Basis Data Rudiarto, S.Kom., M.Kom. Program Studi Teknik Informatika Materi Yang Akan Disampaikan Pengertian Keuntungan

Lebih terperinci

Replikasi adalah suatu teknik untuk melakukan copy / pendistribusian data dan objek-objek dalam melaksanakan sinkronisasi antara objek sehingga

Replikasi adalah suatu teknik untuk melakukan copy / pendistribusian data dan objek-objek dalam melaksanakan sinkronisasi antara objek sehingga Replikasi adalah suatu teknik untuk melakukan copy / pendistribusian data dan objek-objek dalam melaksanakan sinkronisasi antara objek sehingga konsistensi data dapat terjamin. 1. Mengetahui konsep dasar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Teknik Struktur Data dan Data Mining merupakan salah satu ilmu komputer yang penting dan menarik perhatian teori informatika. Saat ini teknik ini sudah

Lebih terperinci

«Pengenalan Database Temporal:

«Pengenalan Database Temporal: «Pengenalan Database Temporal: Database temporal merupakan database non-relational yang terintegrasi dengan aspek waktu, misalnya model data temporal dan versi temporal dari bahasa query terstruktur. Lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Data Data adalah sebuah rekaman dari fakta-fakta, konsep-konsep, atau instruksiinstruksi pada media penyimpanan untuk komunikasi perolehan, dan pemrosesan dengan cara otomatis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan teknologi informasi sudah merupakan satu hal yang sangat dominan dan terjadi dengan sangat pesat. Informasi merupakan suatu kebutuhan

Lebih terperinci

http://www.brigidaarie.com Di lingkungan file-server, pemrosesan didistribusikan ke jaringan yang Local Area Network (LAN). File-Server menunjang kebutuhan file dengan aplikasi-aplikasi dan DBMS. Aplikasi

Lebih terperinci

B a s i s D a t a C H A P T E R. SQL Operasi DML. Arif Basofi PENS 2015

B a s i s D a t a C H A P T E R. SQL Operasi DML. Arif Basofi PENS 2015 C H A P T E R 15 SQL Operasi DML Arif Basofi PENS 2015 Objectives Tujuan: Mengenal operasi perintah SQL dalam: - DML (Data Manipulation Language) [1] - DDL (Data Definition Language) [2] S Q L DML DML

Lebih terperinci

PERTEMUAN 10. SQL : Data Manipulation (Chap. 6 Conoly)

PERTEMUAN 10. SQL : Data Manipulation (Chap. 6 Conoly) PERTEMUAN 10 SQL : Data Manipulation (Chap. 6 Conoly) TUJUAN DAN PENTINGNYA SQL SQL adalah sebuah bahasa yang dipergunakan untuk mengakses data dalam basis data relasional. SQL adalah sebuah bahasa permintaan

Lebih terperinci

6/26/2011. Database Terdistribusi. Database Terdesentralisasi

6/26/2011. Database Terdistribusi. Database Terdesentralisasi Sekumpulan database independen pada komputer komputer yang tidak saling berhubungan melalui jaringan Suatu database logis secara fisik tersebar pada beberapa komputer (di beberapa lokasi) dihubungkan melalui

Lebih terperinci

Praktikum Basis Data 2017 TE UM

Praktikum Basis Data 2017 TE UM MODUL 3 SQL A. TUJUAN - Memahami SQL, komponen-komponen, dan penggunaannya. - Mengenal operasi-operasi DML menggunakan phpmyadmin. - Mampu melakukan operasi-operasi retrieve yang spesifik - Mampu penguraikan

Lebih terperinci

TABLE JOIN SQL SERVER 2005

TABLE JOIN SQL SERVER 2005 i TABLE JOIN SQL SERVER 2005 Disusun untuk : Membuat Laporan Table Join SQL SERVER 2005 Oleh : CHOIRUL FADHOLANII NIM : 0931140068 POLITEKNIK NEGERI MALANG Tahun 2011 DAFTAR ISI 1 DAFTAR GAMBAR 2 1 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PEMBUATAN REPORT

BAB 1 PEMBUATAN REPORT BAB 1 PEMBUATAN REPORT Pada bab ini akan dibahas cara pembuatan Report pada Oracle. Oracle Report Builder memungkinkan developer untuk membuat report dalam berbagai macam layout dan berisi banyak fitur

Lebih terperinci

Modul Praktikum WEKA. Pembaca modul ini diasumsikan telah mengerti dasar-dasar datamining.

Modul Praktikum WEKA. Pembaca modul ini diasumsikan telah mengerti dasar-dasar datamining. Modul Praktikum WEKA Yudi Wibisono (e: yudi@upi.edu ); t: @yudiwbs Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia (cs.upi.edu) Versi BETA : Oktober 2013 http://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/3.0/

Lebih terperinci

Mahasiswa memahami fungsi-fungsi lain di dalam SQL Mahasiswa memahami tentang operasi agregasi Mahasiswa mampu mengaplikasikan operasi agregasi

Mahasiswa memahami fungsi-fungsi lain di dalam SQL Mahasiswa memahami tentang operasi agregasi Mahasiswa mampu mengaplikasikan operasi agregasi Mahasiswa memahami fungsi-fungsi lain di dalam SQL Mahasiswa memahami tentang operasi agregasi Mahasiswa mampu mengaplikasikan operasi agregasi 2 Review Klausa Where Filter Perbandingan Like IN dan NOT

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 SUBQUERY

PERTEMUAN 6 SUBQUERY PERTEMUAN 6 SUBQUERY Tujuan Pembelajaran : Menggambarkan tipe persoalan yang dapat dipecahkan oleh sub query Mendefinisikan sub query Memahami tipe-tipe dari subquery Menulis subquery baris tunggal dan

Lebih terperinci

STRUCTURE QUERY LANGUAGE DDL & DML

STRUCTURE QUERY LANGUAGE DDL & DML STRUCTURE QUERY LANGUAGE DDL & DML OUTLINE Data Definiton Language (DDL) Data Manipulation Language (DML) Data Control Language (DCL) Proses Pembangunan Database Perintah SQL DATA DEFINITION LANGUAGE (DDL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis data merupakan kumpulan data yang berisi informasi yang sesuai bagi sebuah institusi/perusahaan (Silberschatz, 2002). Data-data yang disimpan dalam basis data

Lebih terperinci

Perkenalan SQL. Ada empat macam tipe database yaitu hirarki, jaringan, relasional, dan objek.

Perkenalan SQL. Ada empat macam tipe database yaitu hirarki, jaringan, relasional, dan objek. Perkenalan SQL Sebuah database adalah sekumpulan informasi yang disusun dengan baik. Untuk mengatur sebuah database, dibutuhkan sebuah Database Management System (DBMS). DBMS merupakan program untuk menyimpan,

Lebih terperinci

CONSISTENCY & REPLICATION. Sistem terdistribusi week 7

CONSISTENCY & REPLICATION. Sistem terdistribusi week 7 CONSISTENCY & REPLICATION Sistem terdistribusi week 7 Outline Konsep dasar replikasi Konsistensi dalam sister Model konsistensi Protokol dalam konsistensi Konsep Dasar Replikasi Replikasi adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. III.1 Gambaran Global MMORPG

BAB III ANALISIS. III.1 Gambaran Global MMORPG BAB III ANALISIS Bab ini mengemukakan analisis yang dilakukan terhadap MMORPG. Analisis yang dilakukan adalah analisis karakteristik fungsional, analisis karakteristik non fungsional. Setelah itu, akan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 PENGGUNAAN FUNGSI GROUP

PERTEMUAN 5 PENGGUNAAN FUNGSI GROUP PERTEMUAN 5 PENGGUNAAN FUNGSI GROUP Tujuan Pembelajaran : Mengidentifikasi Fungsi Group yang tersedia Menggambarkan Penggunaan dari Fungsi Group Mengelompokkan data dengan Klausa GROUP BY Meng-include

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 8 SINGLE ROW & GROUP FUNCTION

PRAKTIKUM 8 SINGLE ROW & GROUP FUNCTION PRAKTIKUM 8 SINGLE ROW & GROUP FUNCTION Langkah langkah melakukan praktikum 8: a. Jalankan Oracle 10g caranya : All program Oracle OraDb10g_home1 Application Development SQL Plus b. Masukkan username :

Lebih terperinci

perkembangan yang diraih, namun ada juga kegagalan dan ketidakstabilan pada masingmasing Database Engine. Database yang bekerja 24 jam dan yang memili

perkembangan yang diraih, namun ada juga kegagalan dan ketidakstabilan pada masingmasing Database Engine. Database yang bekerja 24 jam dan yang memili Analisis Kecepatan Proses Insert Query Pada Tabel Terpartisi Di Database Engine Oracle Dan SQL Server Widhya Wijaksono Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika Universitas Gunadarma widhya_wijaksono@yahoo.com

Lebih terperinci

Pendahuluan. Tujuan MODUL

Pendahuluan. Tujuan MODUL DATABASE Satrio Agung W, Ari Kusyanti dan Mahendra Data Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Email : informatika@ub.ac.id Pendahuluan Model relasional berdasar pada konsep relasi

Lebih terperinci

Oracle Academic Initiative

Oracle Academic Initiative Oracle Academic Initiative Oracle9i Introduction to SQL Oleh: Tessy Badriyah, SKom.MT Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya BAB 16 : Fungsi DateTime Oracle9i

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Relatsional dan RDBMS User dan Schema Database Membuat Tabel dan Mendefinisikan Constraint Input Data ke dalam Tabel

Konsep Dasar. Relatsional dan RDBMS User dan Schema Database Membuat Tabel dan Mendefinisikan Constraint Input Data ke dalam Tabel Konsep Dasar Relatsional dan RDBMS User dan Schema Database Membuat Tabel dan Mendefinisikan Constraint Input Data ke dalam Tabel Halaman 1 dari 12 Relasional Database dan RDBMS Sebelum membahas berbagai

Lebih terperinci

BAB 4 MEMBUAT LIST OF VALUE (LOV) DAN NON-BASE TABLE FIELDS

BAB 4 MEMBUAT LIST OF VALUE (LOV) DAN NON-BASE TABLE FIELDS BAB 4 MEMBUAT LIST OF VALUE (LOV) DAN NON-BASE TABLE FIELDS Merupakan suatu hal yang sangat menjemukan bagi user untuk mengingat begitu banyak kode dan bilangan pada saat memasukkan data pada form entry.

Lebih terperinci

dengan harga jual yang lebih rendah. Sedangkan diskon atau potongan harga adalah pengurangan harga langsung dari suatu produk yang dilakukan dalam

dengan harga jual yang lebih rendah. Sedangkan diskon atau potongan harga adalah pengurangan harga langsung dari suatu produk yang dilakukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah CV. Amigo Mangesthi Utomo merupakan sebuah perusahaan perseorangan yang bergerak dalam bidang retail sepatu dan pakaian sejak tahun 1976. Pada tahun 2013,

Lebih terperinci

ORGANISASI BERKAS SEQUENTIAL STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1

ORGANISASI BERKAS SEQUENTIAL STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1 ORGANISASI BERKAS SEQUENTIAL STRUKTUR & ORGANISASI DATA 1 PENGERTIAN BERKAS SEQUENTIAL Organisasi berkas sequential adalah merupakan cara yang paling dasar untuk mengorganisasikan kumpulan record-record

Lebih terperinci

System Technology Database 1. 2 Model Relational. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress.

System Technology Database 1. 2 Model Relational. Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia74march.wordpress. System Technology Database 1 2 Model Relational Dahlia Widhyaestoeti, S.Kom dahlia.widhyaestoeti@gmail.com dahlia74march.wordpress.com Model Relasional Setelah mengikuti pemelajaran pada topik ini, Anda

Lebih terperinci

MODUL 4. Query SELECT dan DML (INSERT, UPDATE, DELETE) PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE

MODUL 4. Query SELECT dan DML (INSERT, UPDATE, DELETE) PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE MODUL 4 Query SELECT dan DML (INSERT, UPDATE, DELETE) PRAKTIKUM BASIS DATA LANJUT TEKNIK PERANGKAT LUNAK UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE BAGIAN 1 QUERY SELECT Tujuan Pembelajaran : Mengetahui kemampuan dari

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : PROGRAM PAKET NIAGA - C Kode Mata Kuliah : MI - 14407 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Oracle Academic Initiative

Oracle Academic Initiative Oracle Academic Initiative Oracle9i Introduction to SQL Oleh: Tessy Badriyah, SKom.MT Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya BAB 10 : Pembuatan & Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan,

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. domain & Web Hosting. Untuk lebih jelas mengenai gambaran umum perusahaan, BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan objek penelitian pada Qwords.com perusahaan penyedia jasa layanan Web Hosting (Web Hosting Provider) yang melayani registrasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem terbagi menjadi

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN. menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem terbagi menjadi BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3. Analisis Kebutuhan Sistem Hal pertama yang perlu dilakukan dalam analisis kebutuhan sistem adalah menentukan dan mengungkapkan kebutuhan sistem. Kebutuhan sistem terbagi

Lebih terperinci

Gambar 3 Proses Evolusi Objek (Sumber : Wang et al 2005).

Gambar 3 Proses Evolusi Objek (Sumber : Wang et al 2005). Gambar 3 Proses Evolusi Objek (Sumber : Wang et al 2005). Gambar 4 Skema Data Relasional untuk Memodelkan Evolusi Entitas (Sumber : Wang et al 2005). METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan dalam pembuatan sistem

Lebih terperinci

MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN

MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN Tugas ke 9 Rekayasa Perangkat Lunak Dibuat oleh : Dekha Sundhawati (41813120217) Dosen Pengampu : Wachyu Hari Haji, S.Kom,MM JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER

Lebih terperinci

Kontrak Kuliah. Dasar-dasar MySQL. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

Kontrak Kuliah. Dasar-dasar MySQL. Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Kontrak Kuliah Dasar-dasar MySQL Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom Tipe Data Tipe data numerik Tipe Data Keterangan Ukuran Integer atau int Signed value : -2147683648 hingga 2147683648 4byte Decimal Nilai tergantung

Lebih terperinci

MINGGU XI : SQL SERVER

MINGGU XI : SQL SERVER MINGGU XI : SQL SERVER Kompetensi Khusus - Setelah mengikuti perkuliahan ini mampu mengelola data dalam SQL Server melalui C# Persyaratan Khusus - Telah mengambil mata kuliah Sistem Basis Data atau Perancangan

Lebih terperinci

Apa yang akan dibahas? Pengertian SQL Penggolongan Statement SQL Aturan Gramatika SQL Struktur Dasar SQL Query Satu (1) Tabel

Apa yang akan dibahas? Pengertian SQL Penggolongan Statement SQL Aturan Gramatika SQL Struktur Dasar SQL Query Satu (1) Tabel Sistem Basis Data 1 Apa yang akan dibahas? Pengertian SQL Penggolongan Statement SQL Aturan Gramatika SQL Struktur Dasar SQL Query Satu (1) Tabel 2 SQL SQL (Structured Query Language) Bahasa standar yang

Lebih terperinci

B a s i s D a t a - 1 C H A P T E R. SQL Operasi DML. Copyright 2005 PENS-ITS

B a s i s D a t a - 1 C H A P T E R. SQL Operasi DML. Copyright 2005 PENS-ITS Copyright 2005 PENS-ITS C H A P T E R Operasi DML Objectives Tujuan: Mengenal operasi perintah dalam: - DML (Data Manipulation Language) S Q L DML DML (Data Manipulation Language) adalah inti dari. DML

Lebih terperinci

Model dan Aljabar Relasional. Rima Dias Ramadhani, S.Kom., M.Kom Wa:

Model dan Aljabar Relasional. Rima Dias Ramadhani, S.Kom., M.Kom   Wa: Model dan Aljabar Relasional Rima Dias Ramadhani, S.Kom., M.Kom Email: rima@ittelkom-pwt@ac.id Wa: 087731680017 RECORD BASED DATA MODEL Model Hierarkikal Model Jaringan Model Relasional Struktur Hirarki

Lebih terperinci

Tutorial Database Oracle Chapter3 Menampilkan Data Menggunakan Perintah SQL SELECT

Tutorial Database Oracle Chapter3 Menampilkan Data Menggunakan Perintah SQL SELECT Tutorial Database Oracle Chapter3 Menampilkan Data Menggunakan Perintah SQL SELECT Oleh: Ardie Jocong Pada Tutorial ketiga ini, saya akan memberikan tutorial bagaimana Menampilkan data yang telah dibuat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 11 SQL(lanjutan): Queries, Constraints & Triggers. (Chap. 5 Ramakrishnan)

PERTEMUAN 11 SQL(lanjutan): Queries, Constraints & Triggers. (Chap. 5 Ramakrishnan) PERTEMUAN 11 SQL(lanjutan): Queries, Constraints & Triggers (Chap. 5 Ramakrishnan) Overview Structure Query Language (SQL) adalah bahasa database relasional komersial yang paling banyak digunakan. SQL

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

LINGKUNGAN BASIS DATA

LINGKUNGAN BASIS DATA LINGKUNGAN BASIS DATA TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan tingkat arsitektur basis data Menjelaskan komponen DBMS, fungsi DBMS serta bahasa yang digunakan dalam DBMS Menjelaskan perbedaan model data berbasis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengolahan data, pengolahan gambar, pengolahan angka, dan lainnya.

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengolahan data, pengolahan gambar, pengolahan angka, dan lainnya. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Aplikasi merupakan komponen atau perangkat lunak pendukung sistem operasi yang bisa digunakan untuk keperluan membantu kerja manusia sehari-hari seperti pengolahan

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI MANAGEMENT 2

PENGANTAR TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI MANAGEMENT 2 PENGANTAR TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI MANAGEMENT 2 PERTEMUAN 5 & 6 STRUCTURE QUERY LANGUAGE STRUCTURE QUERY LANGUAGE SQL adalah bahasa query baku untuk DBMS. SQL diambil sebagai bakuan sejak tahun 1992.

Lebih terperinci

Arsitektur Basis Data Oracle

Arsitektur Basis Data Oracle Arsitektur Basis Data Oracle Oracle pertama kali dicetuskan oleh Larry Elisson beserta dua temannya pada tahun 1977. Nama Oracle diambil dari proyek milik CIA di mana dia sebelumnya bekerja. (Wikipedia)

Lebih terperinci

ORGANISASI BERKAS SEKUENSIAL

ORGANISASI BERKAS SEKUENSIAL ORGANISASI BERKAS SEKUENSIAL Organisasi berkas sekuensial adalah merupakan cara yang paling dasar untuk mengorganisasikan kumpulan record record dalam sebuah berkas Dalam organisasi berkas sekuensial,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini berisi proses implementasi perangkat lunak, dari hasil rancangan yang telah dibuat sebelumnya. Selain itu juga terdapat hasil-hasil pengujian terhadap kebenaran

Lebih terperinci

Basis Data. Structured Query Language (SQL)

Basis Data. Structured Query Language (SQL) Basis Data Structured Query Language (SQL) Pengenalan SQL Basis Data SQL Berfungsi sebagai bahasa query interaktif sekaligus juga sebagai bahasa pemrograman basis data. SQL meliputi: Definisi data Manipulasi

Lebih terperinci

Algoritma dan Struktur Data

Algoritma dan Struktur Data Modul Praktikum Algoritma dan Struktur Data Double Linked List Tenia Wahyuningrum, S.Kom., MT Sisilia Thya Safitri, ST., MT ST3 Telkom Purwokerto Jl. DI Panjaitan 128 Purwokerto * Untuk kalangan sendiri

Lebih terperinci