MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI"

Transkripsi

1 MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 2013

2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Deskripsi Singkat Dalam Modul ini dibahas tentang pengenalan acuan standar metode pengujian. Metode pengujian adalah prosedur teknis tertentu untuk melakukan pengujian yang harus benar-benar dikarakterisasi agar jelas menetapkan bidang penerapannya dan menjamin kehandalan data yang dihasilkannya. Metode yang digunakan di laboratorium pemilihan metode yang akan digunakan harus memenuhi beberapa ketentuan. Karakterisasi metode melalui validasi atau verifikasi tergantung dari sumber metodenya (metode resmi, metode pustaka, dan lain-lain). Penerapan parameter validasi tergantung kategori penetapan analitiknya. I.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan mampu : - memahami tentang pengertian metode pengujian serta metode yang dapat digunakan di laboratorium - memahami tentang penggolongan metode pengujian, yaitu metode standar, resmi, dikembangkan oleh organisasi profesional, pustaka, dikembangkan oleh laboratorium dan penapisan cepat - memahami bahwa pemilihan metode pengujian dapat berdasarkan permintaan pelanggan atau ditentukan oleh laboratorium - memahami dasar atau faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan metode pengujian - memahami pengertian, tujuan, kriteria metode, parameter serta unsur data yang dipersyaratkan dalam validasi dan verifikasi metode pengujian. I.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) Setelah mempelajari modul ini, para peserta ujian diharapkan dapat menyelesaikan soal ujian yang berhubungan dengan prinsip umum acuan standar pengujian, penggolongan metode pengujian, pemilihan metode pengujian, pengkodean metode standar, faktor pertimbangan metode, validasi dan verifikasi. I.4. Materi Bahasan Materi bahasan mata pelajaran ini mencakup beberapa pokok bahasan yaitu: 1. prinsip umum acuan 2. penggolongan metode pengujian 3. pemilihan metode pengujian 4. pengkodean metode standar 5. faktor pertimbangan metode 6. validasi dan verifikasi. Acuan Standar Metode Pengujian 2

3 BAB II ACUAN STANDAR METODE PENGUJIAN Prinsip Umum Dalam laboratorium pengujian, pengujian didefinisikan sebagai kegiatan teknis yang terdiri dari penetapan satu atau lebih karakteristik dari suatu produk, proses atau pelayanan tertentu sesuai dengan metode pengujian yang telah ditetapkan. Sedangkan metode pengujian adalah prosedur teknis tertentu untuk melakukan pengujian. Metode pengujian yang diterapkan oleh laboratorium terakreditasi harus benar-benar dikarakterisasi agar jelas menetapkan bidang penerapannya dan menjamin kehandalan data yang dihasilkannya. Metode yang dapat digunakan di laboratorium harus memenuhi beberapa ketentuan, antara lain: 1. metode harus divalidasi 2. metode harus tersedia dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh semua analis 3. laboratorium harus menggunakan metode sesuai ruang lingkupnya 4. manajer teknis harus bertanggung jawab untuk memastikan agar isi metode atau ringkasannya lengkap, mutakhir, dan telah dikaji ulang sepenuhnya 5. semua metode yang digunakan harus mendapat persetujuan/ pengesahan 6. analis harus diberitahu perihal metode yang tidak disetujui dan/atau tidak divalidasi tidak boleh digunakan dalam laboratorium. Penggolongan Metode Pengujian Metode pengujian digolongkan berdasarkan sumbernya: a. Metode standar yaitu metode yang dikembangkan dan ditetapkan oleh suatu organisasi atau badan standarisasi nasional suatu negara dan atau badan internasional. Metode standar tersebut diinvestigasi melalui studi kolaboratif secara mendalam oleh banyak inidividu profesional dan divalidasi oleh banyak laboratorium sebelum diberi status metode standar. Metode standar tidak perlu divalidasi lagi, akan tetapi jika metode tersebut baru pertama kali digunakan, hendaknya diverifikasi terlebih dahulu dan rekaman verifikasi hendaknya disimpan. Contoh metode standar: - Metode Standar Nasional Indonesia (SNI) ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional. - Metode ASTM dikembangkan dan ditetapkan oleh American Society for Testing and Materials. - Metode BSI dikembangkan dan ditetapkan oleh British Standard Institution. - Metode ISO dikembangkan dan ditetapkan oleh International Organization for Standardization. - Metode CEN dikembangkan dan ditetapkan oleh European Committee for Standardization. - dan lain-lain Acuan Standar Metode Pengujian 3

4 b. Metode resmi yaitu metode yang dipublikasi atau ditetapkan oleh lembaga pemerintah. Metode tersebut merupakan metode yang wajib digunakan oleh lembaga/pemerintah dan/atau swasta dalam kasus pengujian bahan produk tertentu untuk kesesuaian dengan peraturan/standar yang ditetapkan pemerintah. Karena pentingnya dan telah diteliti dengan saksama oleh suatu komisi atau badan hukum bersama-sama dengan berbagai organisasi profesional yang diakui atau yang berkepentingan, metode ini pada umumnya telah divalidasi sepenuhnya sebelum diterbitkan untuk digunakan. Laboratorium yang terlibat dalam jenis pengujian ini tidak perlu memvalidasi metode ini, tetapi jika metode ini baru pertama kali digunakan hendaknya diverifikasi untuk memastikan bahwa laboratorium tersebut dapat menerapkannya dengan baik. Contoh metode resmi: - Farmakope Indonesia - Farmakope Negara lain : USP,BP, dll - Metode yang diterbitkan oleh Environmental Protection Agency (EPA) - Metode yang diterbitkan oleh National Institute of Occupational safety and Health (NIOS) c. Metode yang dikembangkan oleh organisasi profesional adalah metode yang dikembangkan oleh organisasi profesional sesuai dengan bidang disiplin keilmuan profesional tersebut. Metode yang dikembangkan oleh organisasi profesional mempunyai reputasi nasional dan internasional sehingga dapat dianggap sebagai metode standar. Metode tersebut biasanya telah divalidasi antar laboratorium secara nasional dan atau antar negara. Laboratorium yang akan menggunakan metode tersebut hendaknya memverifikasi terlebih dahulu agar laboratorium tersebut mencapai karakteristik unjuk kerja yang ditetapkan dalam metode, terutama kebenaran, akurasi dan presisinya untuk membuktikan bahwa metode sesuai untuk penggunaan yang dimaksudkan. Tingkat dan sifat verifikasi metode demikian tergantung pada persyaratkan customer. Jika metode tersebut dapat memberi presisi 1% sedang yang diperlukan hanya 5%, biasanya sudah cukup jika laboratorium mampu menunjukkan bahwa presisi 5% tercapai. Contoh metode yang dikembangkan oleh organisasi profesional: - Metode yang diterbitkan oleh Association of Official Analytical Chemist (AOAC) USA - Metode yang diterbitkan oleh The Royal Society of Chemistry (Analytical Methods Committee) d. Metode pustaka adalah metode yang dipublikasikan dalam pustaka ilmiah terbuka yang terspesialisasi, seperti kimia analitik, analisis plastik, mikrobiologi, dan lain-lain. Acuan Standar Metode Pengujian 4

5 Sebelum digunakan metode pustaka harus divalidasi karena penulis artikel asli sering kali melakukan bias dalam asesmen pada penggunaan, presisi dan akurasi. Contoh metode pustaka: - The Analyst Journal AOAC International - Journal of Chromatography e. Metode yang dikembangkan laboratorium (in house method) yaitu metode yang dirancang, diuji coba dan divalidasi berdasarkan parameter yang luas sedemikian oleh laboratorium itu sendiri agar metode itu sesuai dengan kebutuhan pengujian, handal serta memberikan hasil yang akurat dan dipercaya. Metode yang dikembangkan oleh laboratorium dapat merupakan karya asli laboratorium sendiri atau hasil modifikasi dari metode baku, metode resmi, metode pustaka, atau metode yang dikembangkan oleh organisasi profesional. Modifikasi umumnya dilaksanakan untuk menyederhanakannya atau untuk mengakomodasikannya bagi jenis sampel dengan matriks yang berbeda dari sampel asli atau untuk menghilangkan zat pengganggu yang tidak umum. Semua metode modifikasi harus divalidasi terlebih dahulu sebelum digunakan. Pemilihan Metode Pengujian Pemilihan metode pengujian adalah kritis untuk unjuk kerja laboratorium, tetapi pada kenyataannya tidak ada formula pemilihan atau kriteria yang ditetapkan untuk itu. Penggunaan metode dalam pengujian untuk suatu sampel tertentu adalah: a. Metode pilihan customer. Metode pilihan customer dapat mencakup metode standar atau metode non standar. Jika metode tersebut metode non standar, metode tersebut hendaknya edisi mutakhir dan wajib divalidasi terlebih dahulu. Laboratorium harus memberi tahu customer jika metode yang diajukan oleh customer sudah tidak sesuai atau sudah kadaluarsa. b. Metode pilihan laboratorium. Jika customer tidak mengkhususkan metode yang digunakan, laboratorium harus memilih metode yang sesuai. Metode pilihan laboratorium tersebut harus dievaluasi dengan memverifikasinya terlebih dahulu agar memberikan hasil yang memuaskan sebelum digunakan untuk pengujian sampel customer tersebut. Urutan pemilihan metode pengujian laboratorium adalah: 1. metode standar (baku), seperti SNI 2. metode standar nasional yang diterbitkan badan standarisasi negara lain 3. metode standar regional ( misalnya standar yang diterbitkan/diakui oleh negara ASEAN) 4. metode standar yang ditetapkan suatu badan internasional, seperti FAO, WHO atau ISO 5. metode yang dikembangkan oleh organisasi profesional, seperti AOAC Acuan Standar Metode Pengujian 5

6 6. metode in-house 7. metode pustaka (jurnal atau buku teks). Pengkodean Metode Standar Sistem pengkodean untuk menunjukkan Standar Nasional Indonesia dapat dilihat pada contoh di bawah ini : SNI (1) (2) (3) (4) Kode (1) : terdiri dari tiga karakter abjad SNI. Karakter ini menunjukkan Standar Nasional Indonesia. Kode (2) : terdiri dari 2 digit bilangan Arab yang menunjukkan kode Kelompok. Kode (3) : terdiri dari paling sedikit 4 digit bilangan Arab untuk menyatakan nomor standar. Jika SNI tersebut terdiri dari beberapa bagian, maka nomor standar tersebut diikuti tanda titik dan nomor bagiannya. Kode (4) : terdiri dari 4 digit bilangan Arab untuk menyatakan tahun penetapan sebagai standar Nasional Indonesia. Kode kelompok SNI : 01 Petanian dan Pangan 02 Bahan dan Peralatan yang digunakan dalam Pertanian 03 Bangunan dan Konstruksi 04 Rekayasa Elektronik 05 Rekayasa Mekanik 06 Rekayasa Kimia 07 Logam 08 Tekstil 09 Rekayasa Otomotif 10 Perkapalan 11 Rekayasa Perkeretaapian 12 Barang-barang Rumah tangga 13 Pertambangan 14 Pulp dan Kertas 15 Keramik 16 Obat-obatan, Kosmetika dan Peralatan Kedokteran 17 Pesawat Terbang dan Penerbangan 18 Sumber daya dan Radioaktif 19 Standar Dasar dan Serbaneka Faktor Pertimbangan Pemilihan Metode Pertimbangan dalam pemilihan metode pengujian perlu dilakukan mengingat sifat dan komposisi sampel yang akan diuji sangat bervariasi. Acuan Standar Metode Pengujian 6

7 Disamping itu metode analisis yang akan digunakan juga mempunyai tingkat akurasi, presisi, spesifisitas yang berbeda. Tidak selalu mungkin atau diperlukan sekali untuk mengoptimasi semua faktor-faktor tersebut selama analisis tertentu. Oleh karena itu, laboratorium harus mengevaluasi semua informasi yang tersedia dan dengan mempertimbangkan waktu analisis, biaya, resiko kesalahan dan kompetensi analis dalam pemilihan metode pengujian. Sesuai dengan uraian di atas, pemilihan metode pengujian dapat didasarkan atas pertimbangan berbagai faktor berikut: - metode yang dibuktikan oleh data validasi antar laboratorium atau sudah dilakukan uji kolaborasi - metode yang telah diterapkan pada matriks yang sesuai - metode yang telah diuji dan divalidasi pada rentang konsentrasi analit tertentu - metode yang digunakan secara luas - metode yang sederhana, ekonomis serta cepat - metode yang telah direkomendasikan atau diadopsi oleh organisasi internasional yang relevan - metode yang dapat digunakan pada berbagai analit. Validasi dan Verifikasi Validasi suatu metode adalah menetapkan dengan percobaan laboratorium yang sistematik, pemenuhan karakteristik unjuk kerja metode terhadap spesifikasi yang dikaitkan dengan penggunaan hasil pengujian yang dimaksudkan. Karakteristik unjuk kerja (parameter) yang ditetapkan mencakup presisi, akurasi, selektivitas, spesifisitas, batas deteksi, batas kuantitasi, rentang, linearitas, sensitivitas dan kekasaran. Tujuan dilakukannya validasi metode adalah bahwa metode yang digunakan harus dikarakterisasi dengan benar untuk menetapkan dengan jelas bidang penerapannya dan kehandalan mutlak yang diberikannya. Verifikasi metode dilakukan pada semua metode standar atau metode yang telah divalidasi pada saat akan digunakan dan pada waktu tertentu secara berkala. Tujuan dari verifikasi metode, antara lain: 1. untuk memastikan bahwa laboratorium/analis dapat menerapkan metode tersebut dengan baik (ketersediaan peralatan, fasilitas, pereaksi, penguji, keterampilan dan kompetensi) 2. untuk menjamin mutu hasil pengujian. Kriteria metode yang divalidasi atau diverifikasi: 1. metode yang telah divalidasi penuh (melalui uji kolaborasi) verifikasi 2. metode yang telah divalidasi penuh (melalui uji kolaborasi), tetapi digunakan untuk matriks baru atau instrumen baru validasi atau verifikasi terhadap akurasi, presisi dan batas deteksi 3. metode divalidasi tetapi tidak dilakukan uji kolaborasi verifikasi ditambah dengan validasi terbatas berkaitan dengan reprodusibilitas dan batas deteksi Acuan Standar Metode Pengujian 7

8 4. metode yang dipublikasikan dalam pustaka ilmiah dengan mencantumkan karakteristik verifikasi ditambah dengan validasi terbatas berkaitan dengan presisi dan reprodusibilitas 5. metode yang dipublikasikan dalam pustaka ilmiah tetapi tanpa mencantumkan karakteristik validasi dan verifikasi penuh 6. metode yang telah divalidasi penuh, kemudian dimodifikasi validasi dan verifikasi penuh. 7. metode yang dikembangkan in house validasi dan verifikasi penuh 8. metode yang tidak baku dan telah divalidasi validasi dan verifikasi penuh. Berbagai parameter validasi: 1. Presisi adalah derajat kesesuaian diantara hasil uji individu jika metode uji diterapkan berulang-ulang terhadap multi sampling dari suatu sampel homogen. 2. Akurasi adalah ukuran ketepatan dari suatu metode pengujian, atau kedekatan antara nilai hasil uji yang diukur dan nilai benar, atau nilai konvensional atau nilai acuan yang dapat diterima. 3. Spesifisitas adalah kemampuan untuk mengukur dengan akurat dan secara spesifik adanya analit atau berbagai komponen yang mungkin terdapat dalam matriks sampel, seperti ketidakmurnian, produk degradasi dan komponen matriks. 4. Batas deteksi adalah jumlah analit terendah dalam suatu sampel yang dapat dideteksi, dibawah kondisi percobaan yang ditetapkan, tetapi tidak perlu dikuantitasi. 5. Batas kuantitasi adalah suatu karakteristik penetapan kuantitatif untuk senyawa konsentrasi rendah dalam matriks sampel seperti ketidakmurnian dalam bahan ruah dan hasil degradasi dalam produk akhir. 6. Linearitas adalah kemampuan metode memperoleh hasil uji yang berbanding lurus dengan konsentrasi analit dalam suatu rentang yang ditetapkan. 7. Rentang adalah interval antara tingkat konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah dengan tingkat presisi, akurasi dan linearitas yang sesuai menggunakan metode tersebut. 8. Kekasaran adalah derajat reprodusibilitas hasil uji yang diperoleh dengan analisis sampel yang sama pada kondisi beragam, seperti laboratorium berbeda, instrumen yang berbeda, lot pereaksi berbeda, waktu pelaksanaan analisis yang berbeda, suhu analisis yang berbeda, hari yang berbeda, dan lain-lain. 9. Ketahanan adalah ukuran dari kapasitasnya untuk tetap tidak terpengaruh oleh perbedaan (variasi) hasil tetapi disengaja dalam parameter metode dan memberikan petunjuk kehandalannya selama penggunaan yang normal. Unsur data yang dipersyaratkan untuk validasi metode pengujian Mengingat keragaman penetapan analitik adalah logis bahwa metode uji yang berbeda mensyaratkan pola validasi yang berbeda. Bagian ini mencakup kategori penetapan analitik yang paling umum dipersyaratkan untuk data validasi. Acuan Standar Metode Pengujian 8

9 Kategori I Metode pengujian untuk kuantisasi komponen utama bahan ruah atau bahan aktif (termasuk pengawet) dalam produk akhir. Kategori II Metode pengujian untuk penetapan ketidakmurnian dalam bahan ruah atau senyawa degradasi dalam produk akhir. Metode ini mencakup penetapan kuantitatif dan uji batas. Kategori III Metode pengujian untuk penetapan karakteristik unjuk kerja (misalnya disolusi, pelepasan zat aktif obat). Kategori IV Metode pengujian identifikasi. Untuk tiap kategori, diperlukan informasi analitik yang berbeda. Tabel 1. Unsur data yang dipersyaratkan untuk uji validasi Karakteristik Uji Uji kategori II Uji unjuk kerja analitik kategori I Kuantitatif Kualitatif kategori III Uji Kategori IV Akurasi Ya Ya - - Tidak Presisi Ya Ya Tidak ya Tidak Spesifisitas Ya Ya Ya - Ya Batas Tidak Tidak Ya - Ya Deteksi Batas Tidak Ya Tidak - Tidak Kuantitasi Linearitas Ya Ya Tidak - Tidak Rentang Ya Ya - - Tidak Acuan Standar Metode Pengujian 9

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1991 TENTANG PENYUSUNAN, PENERAPAN, DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1991 TENTANG PENYUSUNAN, PENERAPAN, DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1991 TENTANG PENYUSUNAN, PENERAPAN, DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan

Lebih terperinci

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN

PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 06 Tahun 2009 Tanggal : 6 April 2009 PERSYARATAN TAMBAHAN LABORATORIUM LINGKUNGAN Persyaratan ini digunakan sebagai persyaratan tambahan ISO/IEC

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel

Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Pedoman KAN 801-2004 Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Ekolabel Komite Akreditasi Nasional Kata Pengantar Pedoman ini diperuntukkan bagi lembaga yang ingin mendapat akreditasi sebagai Lembaga Sertifikasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih

Lebih terperinci

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN

BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN 32 BAB 6 RINGKASAN PENELITIAN Validasi metode analisis merupakan suatu proses untuk menentukan keabsahan dan pertanggungjawaban suatu hasil percobaan di laboratorium, tetapi dalam proses dan perhitungannya

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGAWASAN MUTU II

PERENCANAAN PENGAWASAN MUTU II PERENCANAAN PENGAWASAN MUTU II Dr. Slamet Ibrahim KK FARMAKOKIMIA SEKOLAH FARMASI ITB PENGAWASAN MUTU 1. Bahan baku : meliputi pemeriksaan Identifikasi Kemurnian Penetapan tetapan fisika Penetapan kadar

Lebih terperinci

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja

Manajemen laboratorium. by Djadjat Tisnadjaja Manajemen laboratorium by Djadjat Tisnadjaja 1 Praktek berlaboratorium yang benar (GLP) Penggunaan istilah Good Laboratory Practice (GLP) dalam suatu peraturan pertama kalai ditemukan dalam New Zealand

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI PENGETAHUAN UJI KOMPETENSI MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI GURU MATA UJI : TEKNIK KIMIA

KISI-KISI SOAL UJI PENGETAHUAN UJI KOMPETENSI MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI GURU MATA UJI : TEKNIK KIMIA KISI-KISI SOAL UJI PENGETAHUAN UJI KOMPETENSI MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI GURU MATA UJI : TEKNIK KIMIA Kompetensi Pedagogik: Capaian Pembelajaran a. Mengkreasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN. SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin akuntabilitas jasa pengujian parameter

Lebih terperinci

Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel

Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel Pedoman KAN 804-2004 Kriteria kompetensi evaluator sertifikasi ekolabel Komite Akreditasi Nasional Prakata Kriteria ini disusun oleh Panitia Teknis 207S Manajemen Lingkungan yang berkedudukan di Kementerian

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENGAWASAN MUTU - BAHAN BAKU OBAT - SEDIAAN JADI

PERANCANGAN PENGAWASAN MUTU - BAHAN BAKU OBAT - SEDIAAN JADI PERANCANGAN PENGAWASAN MUTU - BAHAN BAKU OBAT - SEDIAAN JADI STATUS FI IV 1. Buku kumpulan standar dalam bidang farmasi terutama untuk bahan baku obat serta sediaan jadinya, sediaan produk biologi, alat

Lebih terperinci

Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI : 2009

Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI : 2009 JURNAL TEKNOLOGI PROSES DAN INOVASI INDUSTRI, VOL. 2, NO. 1, JULI 2017 19 Verifikasi Metode Pengujian Sulfat Dalam Air dan Air Limbah Sesuai SNI 6989.20 : 2009 Methods Verification of Sulfat Analysis in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan analisis semakin dikenal secara luas, bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode sistematis. Hal ini didukung pula oleh perkembangan yang pesat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Jenis-jenis obat yang

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri

Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4. secara turbidimetri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 20 : Cara uji sulfat, SO 4 2- secara turbidimetri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata....ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, beberapa produk susu dan olahannya yang berasal dari Cina

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2008, beberapa produk susu dan olahannya yang berasal dari Cina 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu mengandung berbagai protein, vitamin (A, B1, B2, B6, B12, C, D, E, dan K), mineral, karbohidrat dan lemak. Protein dalam susu mengandung semua jenis asam amino

Lebih terperinci

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM

STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM 2012, No.518 4 LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR : 5 TAHUN 2012 TANGGAL : 1 Mei 2012 STANDARDISASI DAN KEGIATAN YANG TERKAIT ISTILAH UMUM Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala

Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 8: Cara uji timbal (Pb) dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)-nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 16: Cara uji kadmium (Cd) dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

SNI PANGAN SEKARANG INI A BASRAH ENIE

SNI PANGAN SEKARANG INI A BASRAH ENIE SNI PANGAN SEKARANG INI A BASRAH ENIE STANDARDISASI 2 o o o o o o o BSN membentuk KOMTEK untuk merumuskan SNI Perumusan SNI selaras dengan Standar Internasional (adopsi identik atau modifikasi) SNI dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 ISO/1EC 17025:2008 3.1.1 Pendahuluan ISO/IEC 17025 Edisi pertama (1999) ISO/IEC 17025 diterbitkan sebagai hasil dari pengalaman yang ekstensif dalam implementasi ISO/IEC Guide

Lebih terperinci

ADOPSI STANDAR AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIAL MENJADI STANDAR NASIONAL INDONESIA

ADOPSI STANDAR AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIAL MENJADI STANDAR NASIONAL INDONESIA 2012, No.519 4 LAMPIRAN I ADOPSI STANDAR AMERICAN SOCIETY FOR TESTING AND MATERIAL MENJADI STANDAR NASIONAL INDONESIA 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan: a. Tata cara adopsi standar ASTM menjadi SNI;

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian studi voltametri siklik asam urat dengan menggunakan elektroda nikel sebagai elektroda kerja ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pengaruh dari parameter yang ada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laboratorium Pengujian Mutu Menurut ISO/IEC Guide 2 1986 laboratorium adalah instansi/lembaga yang melaksanakan kalibrasi dan atau pengujian. Sementara Pengujian adalah kegiatan

Lebih terperinci

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI 246 ISSN 0216-3128 Supriyanto C., Samin UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI Supriyanto C., Samin Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan - BATAN ABSTRAK

Lebih terperinci

Validasi dan Verifikasi Metode

Validasi dan Verifikasi Metode Validasi dan Verifikasi Metode Validasi metode analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit termasuk produk unggulan negara Indonesia dan merupakan komoditas ekspor utama. Dalam hal ini Indonesia merupakan negara penghasil kelapa

Lebih terperinci

Bahan Ajar PANDUAN MUTU

Bahan Ajar PANDUAN MUTU Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Menurut SNI 01-6684-2002 minuman berenergi merupakan minuman yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi

Lebih terperinci

Perkembangan pengujian toksisitas akut oral

Perkembangan pengujian toksisitas akut oral Perkembangan pengujian toksisitas akut oral Oleh : Katharina Oginawati 1) dan Toro Adriantoro 2) 1) Institut Teknologi Bandung 2) Pusat Penelitian dan Pengembangan Laboratorium Kualitas Lingkungan PP 101

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter

Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 11: Cara uji derajat keasaman (ph) dengan menggunakan alat ph meter ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

Pendahuluan 12/17/2009

Pendahuluan 12/17/2009 12/17/2009 Pendahuluan Edisi pertama mengacu kepada ISO 9001:1994 dan ISO 9002:1994. Standar-standar tersebut telah digantikan dengan ISO 9001:2000 yang menyebabkan perlunya menyelaraskan ISO/IEC 17025.

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI SPESIFIKASI PROGRAM STUDI Program Studi D3 Anafarma telah beroperasi sejak tahun 1995 dan berstatus terakreditasi dengan nilai B oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) berdasarkan nomor

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan

Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan Standar Nasional Indonesia Panduan audit sistem manajemen mutu dan/atau lingkungan ICS 13.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata.... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG

LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI POLITEKNIK ATI PADANG FORMULIR No. Formulir FOR-APL 02 ASESMEN MANDIRI Edisi 1 Revisi 2 Berlaku Efektif Februari 2016 Nama Peserta : Tanggal/Waktu :, Nama Asesor : TUK : Sewaktu/Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan mutu merupakan bagian dari manajemen mutu yang difokuskan pada pemberian keyakinan bahwa persyaratan mutu akan dipenuhi. Secara teknis jaminan mutu pengujian

Lebih terperinci

PSN Pedoman Standardisasi Nasional

PSN Pedoman Standardisasi Nasional PSN Pedoman Standardisasi Nasional Panitia Teknis Perumusan Standar Nasional Indonesia (SNI) BADAN STANDARDISASI NASIONAL Daftar Isi Kata Pengantar...i Daftar Isi...ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Istilah dan

Lebih terperinci

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional

BSN PEDOMAN Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk. Badan Standardisasi Nasional BSN PEDOMAN 401-2000 Persyaratan umum lembaga sertifikasi produk Badan Standardisasi Nasional Adopsi dari ISO/IEC Guide 65 : 1996 Prakata ISO (Organisasi Internasional untuk Standardisasi) dan IEC (Komisi

Lebih terperinci

Penerapan skema sertifikasi produk

Penerapan skema sertifikasi produk LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK CHEMPACK BALAI BESAR KIMIA DAN KEMASAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI E-mail : lspro_chempack@yahoo.com LSPr-021-IDN Penerapan skema sertifikasi produk Sub kategori

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, \ PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PERMEN-KP/2015 TENTANG PENGENDALIAN RESIDU OBAT IKAN, BAHAN KIMIA, DAN KONTAMINAN PADA KEGIATAN PEMBUDIDAYAAN IKAN KONSUMSI DENGAN

Lebih terperinci

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM

ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM ANALISIS Pb PADA SEDIAAN EYESHADOW DARI PASAR KIARACONDONG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM FENTI FATMAWATI 1,, AYUMULIA 2 1 Program Studi Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Bandung. email: fenti.fatmawati@stfb.ac.id.

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST

EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST EVALUASI KINERJA ANALIS LABORATORIUM MUTU BENIH DENGAN TREND ANALYST Salah satu persyaratan akreditasi laboratorium pengujian benih oleh ISTA (International Seed Testing Association) adalah analis laboratorium

Lebih terperinci

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI

MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI MATA PELAJARAN : PEDOMAN CARA BERLABORATORIUM YANG BAIK Good Laboratory

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat

Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 30 : Cara uji kadar amonia dengan spektrofotometer secara fenat ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... Prakata... i ii

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BERITA NEGARA. No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu

Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu DPLS 19 rev.0 Pedoman Multilokasi Sertifikasi Produk dan Legalitas Kayu Issue Number : 000 Desember 2013 Komite Akreditasi Nasional National Accreditation Body of Indonesia Gedung Manggala Wanabakti, Blok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam klorida pekat 37% (Merck KG, aa), sampel krim, metil paraben pa (Brataco), dan propil paraben

Lebih terperinci

STANDAR TEKNIK dan MANAJEMEN (3) Dr. Dian Kemala Putri

STANDAR TEKNIK dan MANAJEMEN (3) Dr. Dian Kemala Putri STANDAR TEKNIK dan MANAJEMEN (3) Dr. Dian Kemala Putri Email : dian@staff.gunadarma.ac.id Topik: Pengertian standar teknik. Jenis Standar Teknik dan Standar Manajemen Standar teknik di berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR BUPATI LUMAJANG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon ICS 13.060.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada masa kini yang disebut dengan kehidupan modern, telah terjadi pergeseran di bidang pangan, dimana makan bukanlah sekedar untuk mengenyangkan tetapi untuk mencapai

Lebih terperinci

VALIDASI & VERIFIKASI METODA MIKROBIOLOGI

VALIDASI & VERIFIKASI METODA MIKROBIOLOGI VALIDASI & VERIFIKASI METODA MIKROBIOLOGI 1 Penentu Kehandalan Analisis Mikrobiologi Metode Analisa Peralatan Analis/Pelaksana Metode Standar Modifikasi Penyederhanaan Neraca LAF Pipet Inkubator Autoklaf

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT 29 Analisis Cd Pada Sediaan EyeShadow Dari Pasar Kiaracondong Bandung Analysis of Cadmiumon on EyeShadow Derived From Kiaracondong Market Bandung Fenti Fatmawati 1,, Ayumulia 2 1 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi terutama bidang industri di Indonesia memiliki dampak yang beragam. Dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi bagi masyarakat, di sisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Univ ersitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Univ ersitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang M emasuki era globalisasi yang ditandai dengan demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas pada setiap pelaksanaan kegiatan, menuntut kesiapan sarana dan prasarana

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK

BAB V ANALISA DATA. Sampel uji diterima oleh Manajer Teknis. Kaji ulang terhadap permintaan pemeriksaan Permintaan Ditolak NOT OK BAB V ANALISA DATA 5.1 Perbaikan Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sesudah Proses Akreditasi ISO 17025:2008 5.1.1 Alur Kerja Penanganan Sampel Uji Sebelum Proses Akreditasi Sampel uji diterima oleh Manajer

Lebih terperinci

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk :

GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Hasil pemeriksaan laboratorium digunakan untuk : GOOD LABORATORY PRACTICE (PRAKTEK LABORATORIUM YANG BENAR) Pelayanan laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang diperlukan untuk menunjang upaya peningkatan kesehatan, pencegahan

Lebih terperinci

POM CFM.01 PELAYANAN PENGUJIAN

POM CFM.01 PELAYANAN PENGUJIAN BB/ RUJUKAN ATAU UNGGULAN POM-04.01.CFM.01 PELAYANAN PENGUJIAN BB/ KEDEPUTIAN PPOM Sampling Dalam Rangka Pengawasan Atau Penanganan Kasus Dan Sampel Diuji Di (Khusus BB/ Pengujian Sample Dilakukan Di Laboratorium

Lebih terperinci

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI Oleh : WAHYU PURWANITA K100050239 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk Rumah Sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil pengukuran yang diberikan oleh beberapa alat sejenis tidak selalu menunjukkan hasil yang sama, meskipun alat tersebut mempunyai tipe yang sama. Perbedaan ini

Lebih terperinci

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi

Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi (ISO/IEC 17025:2005, IDT) ICS 03.120.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i

Lebih terperinci

BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN

BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN 6.1. Basis Pengetahuan Metodologi AMDAL Dalam penyusunan laporan AMDAL, semua faktor lingkungan harus dimasukkan dalam analisa

Lebih terperinci

Buku Panduan ISTA tentang Benih Perdu Tanaman Tropis dan Subtropis Edisi pertama

Buku Panduan ISTA tentang Benih Perdu Tanaman Tropis dan Subtropis Edisi pertama Buku Panduan ISTA tentang Benih Perdu Tanaman Tropis dan Subtropis Edisi pertama Oleh : Karen M. Poulsen Matt J. Parratt Peter G. Gosling Penerbit : International Seed Testing Association Zurich, Swiss,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI

Tabel 1. Metode pengujian logam dalam air dan air limbah NO PARAMETER UJI METODE SNI SNI UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMATIC ABSORPTION SPECTROMETER (F-AAS) AIR SUPPLY PADA PRA AKREDITASI UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVISI BANTEN UPT Labortaorium Lingkungan

Lebih terperinci

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri

Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri Standar Nasional Indonesia Air dan air limbah Bagian 2: Cara uji kebutuhan oksigen kimiawi (KOK) dengan refluks tertutup secara spektrofotometri ICS 13.060.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST

PENGETAHUAN SNI ISO/IEC 17025:2008. By Rangga K Negara, ST PENGETAHUAN By Rangga K Negara, ST DEFINISI : Standar Nasional Indonesia (SNI) : Standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. STANDAR : Spesifikasi teknis atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10

Unjuk Kerja Metode Flame -AAS Page 1 of 10 UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMATIC ABSORPTION SPECTROMETER (F-AAS) AIR LIMBAH PADA PRA AKREDITASI UPT LABORATORIUM LINGKUNGAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVISI BANTEN UPT Labortaorium Lingkungan

Lebih terperinci

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar

PEDOMAN KNAPPP 01:2005. Kata Pengantar Kata Pengantar Pertama-tama, kami mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang atas izinnya revisi Pedoman Komisi Nasional Akreditasi Pranata Penelitian dan Pengembangan (KNAPPP), yaitu Pedoman KNAPPP

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan

Lebih terperinci

Komite Akreditasi Nasional

Komite Akreditasi Nasional PEDOMAN 501-2003 Penilaian Kesesuaian Persyaratan Umum Lembaga Sertifikasi Personel Adopsi dari ISO/IEC 17024 : 2003 Komite Akreditasi Nasional 1 dari 14 Penilaian Kesesuaian - Persyaratan Umum Lembaga

Lebih terperinci

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI.. ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI ABSTRAK.. KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH. DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. i ii iii iv vi vii viii BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Rumusan Masalah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Artikel ilmiah merupakan sejenis tulisan yang menyajikan atau menganalisis suatu topik secara ilmiah. Keilmiahan suatu tulisan didasarkan pada ragam bahasa yang digunakannya

Lebih terperinci

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 107) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan terpenting bagi manusia sehingga berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh tubuh yang sehat. Mulai dari melakukan olah raga, hidup secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Sampel Sampel diambil di tempat sampah yang berbeda, yaitu Megascolex sp. yang hidup di tumpukan sampah basah, diambil di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit

2 ekspor Hasil Perikanan Indonesia. Meskipun sebenarnya telah diterapkan suatu program manajemen mutu terpadu berdasarkan prinsip hazard analysis crit TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LINGKUNGAN HIDUP. Perikanan. Hasil. Jaminan Mutu. Keamanan. Sistem. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 181). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.590, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Manajemen Mutu. Laboraturium. Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit. Pedoman PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci