KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA
|
|
- Irwan Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VIII KONSEP TAHAPAN PENGEMBANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR DI PABRIK UREA VIII.1 Pendahuluan Pada bab sebelumnya telah dibuat dan diuraikan pembahasan sebuah model sistem pakar panduan troubleshooting proses di reaktor urea Kaltim-1 sebagai sebuah contoh sistem berbasis pengetahuan yang mungkin diimplementasikan di pabrik. Model tersebut masih sangat sederhana dan untuk bisa benar-benar diaplikasikan dan bermanfaat di lapangan masih memerlukan banyak pengembangan. Pada bab ini akan diuraikan konsep tahapan dalam pengembangan sebuah sistem berbasis pengetahuan yang ditujukan menjadi sebuah sistem pakar yang akan diaplikasikan khususnya di lingkungan pabrik, meskipun dengan penyesuaian dapat pula diadopsi untuk aplikasi di lingkungan non pabrik. Potensi area aplikasi sistem pakar di pabrik urea sangat luas dan beberapa telah dibahas sebelumnya yaitu troubleshooting dan diagnosis masalah proses serta monitoring dan pengendalian proses. Selain itu aplikasi lain yang mungkin adalah pelatihan operator pabrik, studi HAZOP (hazard and operability), atau aplikasi untuk sistem reliabilitas & pemeliharaan peralatan pabrik. Tahapan pengembangan sebuah sistem pakar secara garis besar dapat dikelompokkan dalam empat tahapan utama yaitu perencanaan, akuisisi pengetahuan, perancangan sistem, dan evaluasi seperti ditunjukkan pada Gambar VIII.1. VIII.2 Perencanaan Tahap perencanaan dalam pengembangan sistem pakar mencakup tujuan yang akan dicapai dan spesifikasi yang disyaratkan. Pada tahap ini harus ditentukan 84
2 Usulan aplikasi area pengguna PERENCANAAN heuristis model proses validasi model proses vs heuristis software representasi integrasi AKUISISI PENGETAHUAN PERANCANGAN SISTEM EVALUASI validasi verifikasi OK revisi Implementasi Gambar VIII.1 Blok diagram tahap-tahap pengembangan sistem berbasis pengetahuan dengan jelas definisi dan spesifikasi sistem pakar yang akan dibuat, anggaran, jadwal pelaksanaan, serta sumber daya yang dibutuhkan. Aplikasi sistem pakar yang dipilih bisa salah satu atau kombinasi aplikasi seperti telah disebutkan di atas misalnya troubleshooting dan diagnosis proses, pengendalian proses atau pelatihan operator. Batasan area unit proses harus 85
3 ditentukan dengan jelas, misalnya untuk keseluruhan proses pabrik urea atau hanya untuk unit proses tertentu seperti : unit sintesis, resirkulasi, evaporasi, produk akhir atau pengolahan limbah. Untuk awal akan lebih mudah jika sistem pakar dibuat dalam modul-modul untuk unit proses yang lebih kecil atau masalahmasalah yang spesifik, yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut menjadi sistem pakar yang lengkap untuk proses di satu pabrik urea. Selanjutnya sasaran pengguna sistem pakar tersebut harus jelas, misalnya operator lapangan, operator ruang kendali atau senior operator. Sebagai contoh, didefinisikan bahwa yang akan dibuat adalah : sistem pakar diagnosis masalah proses di pabrik Urea secara offline untuk operator ruang kendali. Ada dua peran penting yang terlibat dalam pengembangan sebuah sistem pakar. Yang pertama adalah ahli proses/operasi sebagai sumber pengetahuan dan yang kedua adalah knowledge engineer dari pihak pengembang sistem pakar yang akan mengambil pengetahuan dari seorang ahli dan menjadikannya sebagai basis pengetahuan di dalam sistem pakar. Ahli proses/operasi adalah orang yang memiliki pengetahuan atau keahlian dalam bidang proses dan pengoperasian pabrik urea, sehingga mampu menyelesaikan atau memberikan rekomendasi jika terjadi masalah proses di pabrik urea. Yang mungkin dianggap sebagai ahli proses/operasi antara lain adalah kepala regu, mandor, penyelia, kepala bagian hingga manajer pabrik dari Departemen Operasi dan insinyur proses senior dari Biro Teknologi. Sebagai pendukung, insinyur ahli dari Bagian Pemeliharaan atau Inspeksi Teknik yang terkait mungkin pula dibutuhkan. Knowledge engineer adalah orang yang menguasai teknik-teknik akuisisi dan representasi pengetahuan, serta memahami pemrograman dengan perangkat lunak untuk pengembangan sistem pakar. Dalam hal ini bisa melibatkan staf dari Biro Sistem Informasi jika memiliki kualifikasi yang sesuai atau dari pihak ketiga. Dengan definisi yang jelas mengenai sistem pakar yang diusulkan, maka berikutnya dapat ditentukan perangkat keras dan perangkat lunak yang tepat, yang akan digunakan untuk menjalankan sistem pakar. Dari sisi perangkat keras, 86
4 dengan perkembangan teknologi komputer yang sangat pesat, spesifikasi komputer saat ini (Personal Computer) pada umumnya sudah mencukupi untuk menjalankan sistem pakar dengan aplikasi seperti diagnostik masalah proses secara offline. Kemudian dari sisi perangkat lunak, tersedia banyak pilihan perangkat lunak untuk pengembangan sistem pakar mulai dari yang bersifat bebas dan terbuka hingga yang komersial. Perangkat lunak tersebut bisa berupa bahasa pemrograman seperti PROLOG (programming in logic) dan LISP (list processing), atau yang sudah berupa expert system shell seperti CLIPS dan G2 dari Gensym ( yang bersifat komersial. VIII.3 Akuisisi Pengetahuan Akuisisi pengetahuan merupakan tahapan kunci dan yang paling sulit dari keseluruhan proyek. Pada tahapan ini dibutuhkan kemampuan knowledge engineer untuk menangkap/mendapatkan pengetahuan dari ahli yang kemungkinan sulit untuk mengungkapkan secara jelas tentang pengetahuan/keahlian yang dimilikinya. Pengetahuan baik yang berupa pengetahuan heuristis maupun pengetahuan proses dalam bentuk model proses, keseluruhannya merupakan sumber-sumber yang akan membentuk basis pengetahuan yang lengkap. Pada Gambar VIII.2 ditunjukkan mengenai peran pengetahuan heuristis (shallow knowledge) dan pengetahuan proses (deep knowledge) sebagai sumber untuk akuisisi pengetahuan dalam menyelesaikan masalah proses. Basis data masalah berisikan kumpulan data masalah proses yang ada di pabrik. Analisis untuk penyelesaian masalah dalam basis data tersebut dilakukan dengan berdasarkan pada pengetahuan heuristis dan pengetahuan proses yang telah dikuasai, yang telah terbukti valid dan tidak ada ketidaksesuaian dari kedua sumber pengetahuan tersebut. Dalam hal ada ketidaksesuaian antara pengetahuan heuristis dan pengetahuan proses, harus dilakukan evaluasi untuk merevisi pengetahuan heuristis atau model pengetahuan proses yang dibuat. Informasi pengetahuan yang valid menjadi sumber pengetahuan dalam menyelesaikan masalah proses. 87
5 Dalam menghadapi sebuah masalah proses, diperiksa terlebih dahulu apakah masalah tersebut sudah ada di dalam basis data masalah atau merupakan masalah proses yang baru. Untuk masalah yang telah ada di dalam basis data, maka penyelesaiannya tentu mengikuti analisis berdasarkan sumber pengetahuan yang telah tersedia. Jika masalah proses tersebut adalah baru, maka harus dilakukan analisis baru dengan pengetahuan proses yang sesuai yang dapat menjelaskan masalah yang terjadi, sehingga penyebab dan cara penyelesaian masalah dapat diputuskan. Pengetahuan Heuristis (shallow knowledge) : - trouleshooting proses - perbaikan alat - rule of thumbs - best practices Basis data Masalah Evaluasi tidak valid? ya Pengetahuan Proses (deep knowledge) : - Simulasi proses - Model dinamika fluida - Interaksi fluida struktur - Data bahan konstruksi - Instrumentasi / kelistrikan Sumber Pengetahuan Akuisisi Pengetahuan Masalah Proses baru? Gambar VIII.2 Akuisisi pengetahuan untuk penyelesaian masalah proses 88
6 Sumber pengetahuan di pabrik dapat pula diperoleh dari sumber pendukung berupa dokumentasi yang telah ada atau sistem yang telah dijalankan. Beberapa dokumen proses pabrik yang tersedia adalah diagram alir proses, diagram perpipaan dan instrumentasi, serta manual operasi. Di samping itu sudah ada beberapa sistem atau kegiatan telah dijalankan yang terkait sangat erat dengan pengelolaan pengetahuan khususnya pengetahuan proses di pabrik. Beberapa aktivitas tersebut adalah pendokumentasian kejadian-kejadian penting saat pengoperasian pabrik dalam bentuk memo to file, penerapan standar sistem manajemen mutu dan lingkungan, serta yang belum lama ini mulai diadopsi yaitu penerapan standar praktek terbaik dalam bidang manufaktur yang disebut Manufacturing Excellence (Manufex). Memo to file (MTF) merupakan dokumentasi kejadian penting dalam pengoperasian proses produksi sehari-hari yang diterbitkan oleh bagian operasi, yang biasanya berkaitan dengan kondisi operasi yang tidak normal seperti shutdown mendadak, kerusakan peralatan utama proses, gangguan pada kualitas produk, pencemaran lingkungan karena gangguan proses atau kejadian yang mengakibatkan kecelakaan kerja. Isi dari MTF mencakup kronologi kejadian, masalah yang terjadi serta analisis masalah dan tindakan yang dilakukan saat kejadian serta usulan perbaikan untuk mencegah terulangnya masalah. Penerapan sistem manajemen mutu (ISO-9001:2000) dan sistem manajemen lingkungan (ISO-14001) menghasilkan prosedur-prosedur dan instruksi kerja tertulis yang menjadi acuan baku bagi perusahaan sesuai pasal-pasal yang disyaratkan dalam standar tersebut. Termasuk di dalamnya adalah prosedur, instruksi kerja serta baku mutu terkait pengoperasian pabrik. Beberapa di antaranya merupakan sumber pengetahuan yang mungkin mendukung sistem pakar yang akan dibuat. Dari pelaksanaan implementasi sistem Manufex di pabrik terbentuk basis data masalah-masalah yang mengakibatkan tidak tercapainya sasaran kinerja pabrik. 89
7 Sebuah metodologi yang digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut adalah dengan cara melakukan tindakan perbaikan berdasarkan pada hasil identifikasi, analisis dan temuan akar penyebab dari masalah tersebut (root cause analysis/rca). Struktur analisis masalah dengan RCA sangat sesuai dengan struktur diagnosis masalah proses pada pembuatan sistem pakar, sehingga pengetahuan dan pengalaman dari basis data manufex tersebut merupakan sumber pengetahuan penyelesaian masalah proses yang sangat penting. Akuisisi pengetahuan dapat dilakukan melalui dua cara yaitu manual dan otomatis. Metode manual menggunakan cara-cara seperti wawancara dan pengamatan untuk mendapatkan pengetahuan yang dikuasai ahli dalam menyelesaikan kasus. Sementara metode otomatis adalah dengan memanfaatkan alat bantu yang memfasilitasi akuisisi pengetahuan, misalnya dengan perangkat lunak bantu yang telah dirancang untuk kegiatan akuisisi pengetahuan. Pemrograman dengan perangkat lunak untuk sistem pakar seperti CLIPS juga dapat digunakan untuk akuisisi pengetahuan secara otomatis [Chen, 1999]. Produk dari tahapan akuisisi pengetahuan ini adalah basis pengetahuan kemudian harus direpresentasikan oleh knowledge engineer ke dalam format yang sesuai untuk dimasukkan ke dalam perangkat lunak pengembangan sistem pakar. VIII.4 Perancangan Sistem Setelah dilakukan akuisisi pengetahuan, tahapan selanjutnya adalah merancang dan memformulasikan sistem yang akan dibuat dan menuliskannya dalam kode program yang sesuai. Pekerjaan pada tahap ini berhubungan dengan format representasi pengetahuan sesuai jenis aplikasi sistem pakar dan perangkat lunak pembuatan sistem pakar yang telah dipilih. Sebagaimana telah diketahui ada beberapa metode representasi pengetahuan yaitu berbasis aturan, berbasis frame, berbasis obyek, serta berbasis model kasus. Metode yang banyak digunakan adalah representasi pengetahuan dengan basis 90
8 aturan yang disebut juga sistem produksi, seperti yang dipakai oleh perangkat lunak pengembangan sistem pakar G2 dan CLIPS yang diaplikasikan untuk membuat model panduan troubleshooting proses reaktor urea pada bab V. Untuk sistem pakar yang dibuat dengan basis aturan, maka basis pengetahuan dituliskan dalam bentuk aturan-aturan. Pembahasan penulisan aturan sebagai bentuk representasi pengetahuan dengan CLIPS telah diuraikan di bab sebelumnya. Pada aplikasi sistem pakar di pabrik diharapkan agar dibuat rancangan antarmuka grafis yang akan memudahkan pengguna berinteraksi dengan sistem pakar. Selain itu perlu dipertimbangkan apakah sistem pakar hanya akan berdiri sendiri (offline) atau ada kemungkinan keterkaitan antara perangkat lunak sistem pakar (yang terdiri dari basis pengetahuan dan mesin pengambilan kesimpulan) dengan basis data operasi pabrik, sistem pengendalian proses serta model simulasi proses yang tersedia, sehingga perlu diperhatikan kompatibilitas antar perangkat lunak. Hal ini terkait dengan kemampuan perangkat lunak sistem pakar yang dipilih. Sebagai gambaran aplikasi sistem pakar untuk deteksi dan diagnosis kesalahan yang dibuat dengan G2 dapat berinteraksi dengan program simulasi proses dan sistem kendali di unit granulasi (Corrie, 2001). VIII.5 Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah pemrograman sistem pakar selesai untuk memastikan bahwa sistem pakar telah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan seperti yang telah didefinisikan saat awal proyek pengembangan sistem pakar. Dua cara yang umum dilakukan untuk mengevaluasi sistem pakar adalah verifikasi dan validasi. Dengan verifikasi dan validasi akan diperoleh kepastian kualitas sistem pakar yang dikembangkan. Verifikasi adalah langkah untuk memeriksa dan memastikan bahwa basis pengetahuan dan mesin pengambilan kesimpulan pada sistem pakar telah memenuhi spesifikasi yang disyaratkan dan bebas dari kesalahan. Pada sistem 91
9 pakar yang dikembangkan dengan expert system shell, verifikasi dapat difokuskan pada isi basis-pengetahuan yang dihasilkan dari akuisisi pengetahuan dan dimasukkan dalam sistem pakar. Verifikasi dilakukan dengan cara memeriksa kemungkinan kesalahan-kesalahan pada pembuatan atau penulisan rules yang membentuk basis pengetahuan. Langkah validasi dilakukan untuk memastikan bahwa hasil akhir sistem yang dibuat adalah benar dan memenuhi kebutuhan pengguna. Teknik validasi yang paling umum dilakukan adalah pengujian, dengan cara membandingkan hasil yang diperoleh dari sistem pakar dengan penyelesaian jika dilakukan oleh seorang ahli terhadap kasus yang tercakup dalam sistem pakar. Sebagai tolok ukur adalah tingkat akurasi yang menunjukkan prosentasi hasil yang sesuai dari sistem pakar dan tingkat kecukupan dari sistem pakar dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap sebuah kasus. Selain itu hasil dari sistem pakar juga dapat dibandingkan dengan hasil standar yang sudah diketahui atau dari model teoritis. Pada masalah proses kimia di pabrik, simulasi proses yang telah dibuat sebelumnya dan terbukti validitasnya juga dapat digunakan untuk validasi sistem pakar. Berdasarkan hasil evaluasi dari langkah-langkah di atas dapat dilakukan perbaikan-perbaikan pada sistem pakar yang telah dibuat hingga sistem pakar dapat diterima dan siap untuk diimplementasikan dan dipakai oleh pengguna akhir sesuai dengan tujuan semula. Selama diimplementasikan, sangat mungkin perbaikan dan pengembangan dilakukan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan pengetahuan terkait basis pengetahuan atau perluasan aplikasi sistem pakar tersebut. 92
METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1 Metodologi Umum Penelitian untuk merumuskan sistem berbasis pada penanganan permasalahan di pabrik urea Kaltim-1 ini secara garis besar dilakukan dalam tahapan-tahapan
Lebih terperinciMODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS
BAB VII MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS VII.1 Pendahuluan Tujuan pada bab ini adalah membuat suatu contoh aplikasi sistem berbasis pengetahuan untuk membantu dalam troubleshooting
Lebih terperinciTabel I.1. Kapasitas produksi pabrik PT. Pupuk Kaltim dalam ton per tahun [PT.Pupuk Kalimantan Timur, 2006]
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tersedianya sumber daya migas yang potensial sebagai bahan baku merupakan faktor penting untuk tumbuh dan berkembangnya industri petrokimia yang produknya selain memenuhi
Lebih terperinciPENGETAHUAN HEURISTIS SEBAGAI SUMBER BASIS PENGETAHUAN
BAB IV PENGETAHUAN HEURISTIS SEBAGAI SUMBER BASIS PENGETAHUAN IV.1 Pendahuluan Pengetahuan yang dimiliki oleh ahli di pabrik berkembang sejalan dengan lama beroperasinya pabrik tersebut. Permasalahan proses
Lebih terperinciFORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1
FORMULASI SISTEMATIKA KNOWLEDGE-BASED ENGINEERING UNTUK PENANGANAN PERMASALAHAN PROSES DENGAN STUDI KASUS REAKTOR UREA PABRIK KALTIM-1 TESIS Karya Tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Lebih terperinciSistem Pakar. Perancangan Sistem Pakar. Kelas A & B. Jonh Fredrik Ulysses
Sistem Pakar Perancangan Sistem Pakar Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses jonh.fredrik.u@gmail.com Pendahuluan Pada materi-materi sebelumnya telah dibahas tentang konsep umum dan teori dari sistem pakar.
Lebih terperinciGambar 7. Tahapan Proses penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Alur Penelitian Secara umum, metode penelitian yang digunakan tersusun dalam suatu diagram alur penelitian yang dapat disajikan Gambar 7. Diagram alur tersebut memperlihatkan
Lebih terperinciLAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 30 Tahun 2009 TANGGAL : 30 September 2009 STANDAR TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK SUB BIDANG PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem Pakar adalah salah satu cabang dari kecerdasan buatan yang membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah tingkat manusia
Lebih terperinciPertemuan 4. Pembahasan. 1. Bidang Pendidikan atau Pelatihan 2. Pengembang Sistem ( System Developer ) 3. Specialist Support
Pertemuan 4 Pembahasan 1. Bidang Pendidikan atau Pelatihan 2. Pengembang Sistem ( System Developer ) 3. Specialist Support 1 Model SEARCC untuk pembagian job dalam lingkungan TI merupakan model 2 dimensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini perlu diterapkan di segala bidang kehidupan termasuk dalam proses bisnis perusahaan. Semakin tinggi tingkat
Lebih terperinciAPLIKASI SHELL SISTEM PAKAR
APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR Yeni Agus Nurhuda 1, Sri Hartati 2 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Teknokrat Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam 9-11 Labuhan Ratu,
Lebih terperinciBAB I. : Kundang K.Juman, Ir.MMSI : Agar Mahasiswa memahami konsep dasar sistem informasi
Oleh Tujuan : Kundang K.Juman, Ir.MMSI : Agar Mahasiswa memahami konsep dasar sistem informasi BAB I Konsep Dasar Sistem 1.1 Pengertian Sistem Definisi sistem berkembang sesuai dengan konteks dimana pengertian
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan 1. Jaminan Mutu Mutu didefinisikan sebagai keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, pembuatan, dan pemeliharaan
Lebih terperinciBAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR
BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR DEFINISI System yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan para ahli. ES dikembangkan
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini teknologi informasi dan komunikasi sangat berperan penting dalam memperbaiki kualitas suatu Perusahaan. Penggunaannya tidak
Lebih terperinciSistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT
Sistem Pakar Pertemuan 2 Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang atau beberapa orang pakar. Menurut Marimin
Lebih terperinciBAB 5 FAKTOR PENGUJIAN
BAB 5 FAKTOR PENGUJIAN Faktor pengujian adalah hal-hal (faktor-faktor) yang diperhatikan selama pengujian. Terdapat 15 faktor di dalam pengujian, tetapi tidak semua faktor yang mungkin digunakan, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi sekarang ini teknologi informasi berperan penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini teknologi informasi berperan penting dalam memperbaiki kinerja suatu organisasi. Penggunaannya tidak hanya sebagai proses otomatisasi
Lebih terperinciTUGAS AKHIR APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN KERUSAKAN PADA PERANGKAT MONITOR DENGAN METODE FORWARD CHAINING OLEH :
TUGAS AKHIR APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN KERUSAKAN PADA PERANGKAT MONITOR DENGAN METODE FORWARD CHAINING OLEH : HANDOKO NIM : 04105018 PROGRAM STUDI SISTEM KOMPUTER FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan. Latar Belakang. Kondisi Operasi Pabrik PT Pupuk Kaltim
BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Era globalisasi ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat tersebut maka setiap perusahaan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI. Pemasangan Atau Konversi Sistem Baru Ke Sistem Lama. Prinsip Portability & Reusable (Kemudahan & Penggunaan Ulang Komponen)
IMPLEMENTASI Makna & Tujuan Implementasi Perencanaan Implementasi Hal Penting Dalam Implementasi Persiapan Dokumentasi Pemasangan Atau Konversi Sistem Baru Ke Sistem Lama Evaluasi Sistem Baru Lingkungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakar Definisi Pakar (Human Expert) adalah seseorang yang telah mempelajari fakta- fakta, buku teks, dan pengetahuan bidangnya, serta mengembangkan pengetahuan yang telah terdokumentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkuliahan pada tingkat akhir, mahasiswa dihadapkan pada tugas akhir yang mungkin menyulitkan bagi sebagian mahasiswa. Berbagai macam kendala yang dihadapi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai struktur rancangan desain penelitian disertai metode penelitian beserta alat dan bahan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1. PERANGKAT LUNAK DAN PERKEMBANGANNYA
1 1. PENDAHULUAN Topik meliputi : 1. Perangkat Lunak dan Perkembangannya 2. Karakteristik Perangkat Lunak 3. Aplikasi Perangkat Lunak 4. Software Engineering 5. Siklus Kerja Sistim Engineering 6. Prototipe
Lebih terperinciPertemuan 12 IMPLEMENTASI
Pertemuan 12 IMPLEMENTASI POKOK BAHASAN Makna & Tujuan Implementasi Perencanaan Implementasi Hal Penting Dalam Implementasi Persiapan Dokumentasi Pemasangan Atau Konversi Sistem Baru Ke Sistem Lama Evaluasi
Lebih terperinciANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA
ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI CLINICAL PATHWAY PADA RUMAH SAKIT PHC SURABAYA Boby Boy Wally 1)* dan Joko Lianto Buliali 2) 1) Program Magister Manajemen Teknologi Bidang Keahlian Manajemen Teknologi
Lebih terperinciMENGENAL SISTEM PAKAR
MENGENAL SISTEM PAKAR Bidang teknik kecerdasan buatan yang paling popular saat ini adalah system pakar. Ini disebabkan penerapannya diberbagai bidang, baik dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan terutama
Lebih terperinciPERSYARATAN TEKNIS DESAIN
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mempengaruhi peradaban yang memugkinkan pekerjaan-pekerjaan di dalam suatu organisasi dapat diselesaikan secara
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia industri manufaktur pada masa kini menuntut perusahaan untuk memiliki daya saing tinggi, baik dari segi kualitas maupun kuantitas produk yang
Lebih terperinciPANDUAN ANALISIS AKAR MASALAH ( ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA ) Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang
PANDUAN ANALISIS AKAR MASALAH ( ROOT CAUSE ANALYSIS / RCA ) A. Pengertian Root Cause Analysis (RCA) adalah suatu metode analisis terstruktur yang mengidentifikasi akar masalah dari suatu insiden, dan proses
Lebih terperinciBUKU PANDUAN PENGGUNAAN
-LPPD BUKU PANDUAN PENGGUNAAN E-LPPD PROPINSI RIAU E-LPPD Riau dikembangkan sesuai dengan Buku Pedoman Penyusunan LPPD tahun 2014 dari Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. BUKU PANDUAN E-LPPD PROPINSI
Lebih terperinciMODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN
MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR
Lebih terperinciImplementasi Sistem. Cahya Putra, M.Kom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komputer. Program Studi Sistem Informasi
Implementasi Sistem Modul ke: 14 Bima Fakultas Ilmu Komputer Adalah formulasi rinci dan representasi grafik mengenai cara pencapaian implementasi sistem yang akan dilaksanakan (Tergantung pada Kompleksitas
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI MANAJEMEN
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN Pertemuan kedelapan INSTITUT PERTANIAN BOGOR Program Keahlian Manajemen Informatika Fokus Pembahasan Implementasi, Pengujian, dan Operasional Sistem Sub Pokok Pemrograman Pengujian
Lebih terperinciTAHAPAN PENGEMBANGAN DESAIN, DAN VERIFIKASI DAN VALIDASI SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DESAIN SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer
DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran
65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia teknologi dan informasi sekarang ini sangat besar pengaruhnya yang dapat mempermudah dan meringankan pekerjaan manusia. Salah satu diantaranya
Lebih terperinciTESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 1 TESTING DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pendahuluan Ruang Lingkup Testing dan Implementasi Sistem. Sasaran Pembelajaran Testing dan Implementasi
Lebih terperinci5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. MANAJEMEN SUMBER DAYA 7. REALISASI PRODUK 8. PENGUKURAN,ANALISA & PERBAIKAN
5. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN 6. 7. 8. 1.1 UMUM Persyaratan SMM ini untuk organisasi adalah: Yang membutuhkan kemampuan untuk menyediakan produk secara konsisten yang sesuai dengan persyaratan pelanggan
Lebih terperinciStudi Kelayakan Proses Perangkat Lunak
Studi Kelayakan Proses Perangkat Lunak Sebelum tahapan analisis dilakukan yang perlu diketahui dan dipertimbangkan adalah alasan timbulnya gagasan untuk membuat sebuah sistem informasi atau perangkat lunak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan usaha yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Farmasi 2.1.1 Pengertian Industri Farmasi Industri farmasi menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi adalah badan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara berpikir manusia yang disebut sebagai artificial intelligence atau lebih
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan zaman tidak luput dari perkembangan teknologi informasi, Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat mempengaruhi pola pikir dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis penyakit yang diderita oleh seorang penderita harus dapat dilakukan dengan tepat dan akurat, karena kesalahan diagnosis berakibat fatal dan bisa membahayakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kinerja Pabrik Pabrik terdiri dari beberapa unit proses atau peralatan, seperti unit penyiapan umpan, unit reaksi atau sintesis, serta unit pemisahan dan pemurnian produk yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE
DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6
Lebih terperinciPEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA. Logo perusahaan
PEDOMAN MUTU PT YUSA INDONESIA Logo perusahaan DISETUJUI OLEH: PRESIDEN DIREKTUR Dokumen ini terkendali ditandai dengan stempel DOKUMEN TERKENDALI. Dilarang mengubah atau menggandakan dokumen tanpa seizing
Lebih terperinciMODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN
MODEL DESAIN & DOKUMENTASI DESAIN Tugas ke 9 Rekayasa Perangkat Lunak Dibuat oleh : Dekha Sundhawati (41813120217) Dosen Pengampu : Wachyu Hari Haji, S.Kom,MM JURUSAN SISTEM INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER
Lebih terperinciPERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN
PERSYARATAN ISO 9001 REVISI 2008 HANYA DIGUNAKAN UNTUK PELATIHAN 4. Sistem Manajemen Mutu (=SMM) 4.1 Persyaratan Umum Organisasi harus menetapkan, mendokumentasikan, menerapkan dan memelihara suatu SMM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggaran merupakan salah satu alat bantu bagi manajemen dalam melaksanakan fungsinya terutama dalam perencanaan dan pengendalian. Nilai suatu anggaran ini tergantung
Lebih terperinciChapter 2 What is Software Quality?
Chapter 2 What is Software Quality? 2.1 Definisi Software Software: Program komputer, prosedur, dan dokumentasi dan data yang berkaitan dengan pengoperasian suatu sistem komputer. Keempat komponen yang
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
29 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21 kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sistem pakar, dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sistem pakar dapat diartikan sebagai sebuah program kecerdasan komputer dengan segudang pengetahuan dari seorang pakar yang memberikan informasi secara akurat. Sistem
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciINTELEGENSI BUATAN. Sistem Pakar. M. Miftakul Amin, M. Eng. website :
INTELEGENSI BUATAN Sistem Pakar M. Miftakul Amin, M. Eng. e-mail: mmiftakulamin@gmail.com website : http://mafisamin.web.ugm.ac.id Jurusan Teknik Komputer Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang 2015 1 Definisi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan informasi telah berkembang dengan sangat pesat, oleh karena itu hampir semua bidang menggunakan informasi untuk meningkatkan kinerjanya. Cara untuk meningkatkan
Lebih terperinciBahan Ajar PANDUAN MUTU
Bahan Ajar PELATIHAN TENDIK PLP DIREKTORAT PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 LOGO PT (Contoh) [ NAMA LABORATORIUM ] [ JURUSAN ]
Lebih terperinciBAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA. tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang penting dalam
BAB 4 AUDIT SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN PADA PT. MAKARIZO INDONESIA Pengendalian terhadap sistem informasi serta data-data yang tidak tersedia, tidak akurat dan tidak lengkap merupakan kegiatan audit yang
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN UKDW
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia yang harus diselesaikan dengan baik dan benar. Dalam hal ini adalah masalah penyakit pada ikan khususnya
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
75 BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Berikut ini dijelaskan tentang tampilan hasil dari analisa dan rancang bangun sistem pakar mendiagnosis kerusakan mesin hoisting crane. Website ini terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti yang dilakukan oleh para ahli. Sistem Pakar merupakan salah satu bidang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Pakar (Expert System) adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang dilakukan
Lebih terperinciMateri yang akan dibahas: 11-1
Materi yang akan dibahas: p informasi manajemen p informasi akuntansi p pendukung keputusan p pakar denie@unsil.ac.id 11-1 Manajemen informasi menurut Laudon merupakan komponen-komponen yang saling berhubungan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisis dan perancangan sistem, akan dijelaskan proses analisis dan perancangan sistem yang hendak dibangun. Proses analisis sistem, tahapan yang harus
Lebih terperinciStruktur Sistem Pakar
Sistem Pakar Struktur Sistem Pakar Kelas A & B Jonh Fredrik Ulysses jonh.fredrik.u@gmail.com Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pakar sangat dibutuhkan untuk membantu pekerjaan manusia dalam mengambil suatu keputusan. Sistem pakar mulai dikembangkan pada tahun 1960-an dan 1970-an. Berdasarkan
Lebih terperinciPOB-ALSI-003. Nomor Revisi TUJUAN. oleh sistem. tersebut. dikeluarkan. oleh. tiap unit di IPB. Pada. menghemat CASE
1. TUJUAN 1.1. Mengoptimalkan penggunaan dan pengelolaan fasilitas e-learning yang telah dikembangkan IPB.dokumen yang mendefinisikan fungsi-fungsi yang harus disediakan oleh sistem. 1.2. Perencanaan acceptance
Lebih terperinciKonsep Dasar Informasi
Konsep Dasar Informasi Objektif Mampu membedakan data dan informasi Memahami hirarki data, karakteristik informasi, dan ragam informasi untuk manajemen Sumber Daya 4M + 1I Manusia Material Mesin Modal
Lebih terperinci2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.534, 2011 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Keselamatan Operasi Reaktor Nondaya. Prosedur. Pelaporan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinci7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL
7 RANCANGAN IMPLEMENTASI MODEL 7.1 Persyaratan Implementasi Model Model Proses Penerimaan Pesanan ini dirancang untuk mencapai empat tujuan, yaitu untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi informasi pesanan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Diagram alir di bawah ini merupakan langkah-langkah yang diambil untuk mendukung proses penelitian yang akan dibuat agar penelitian dapat berjalan
Lebih terperinciBUKU PANDUAN PENGGUNAAN
-LPPD BUKU PANDUAN PENGGUNAAN E-LPPD PROPINSI RIAU E-LPPD Riau dikembangkan sesuai dengan Buku Pedoman Penyusunan LPPD tahun 2014 dari Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. BUKU PANDUAN E-LPPD PROPINSI
Lebih terperinciZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007
SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2000/SNI 19-9001-2001 ZAKIYAH Badan Standardisasi Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Bandung, 13 Juni 2007 1 OBJEKTIF : Mendapatkan gambaran
Lebih terperinciFORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN
KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA FORMAT DAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Peternakan Unggas di Indonesia pada lima tahun belakangan ini sedang mengalami kemerosotan. Hal ini cenderung dikarenakan oleh kurangnya perhatian pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para ilmuwan tidak henti-hentinya berusaha untuk menemukan dan merancang alat yang dapat digunakan untuk dapat menyumbangkan kreatifitas, daya fikir serta usaha semaksimal
Lebih terperinciA. Model Desain Perangkat Lunak
A. Model Desain Perangkat Lunak Software Design (Perancangan Perangkat Lunak) merupakan salah satu tahap dalam Software Life Cycle yang berkonsentrasi pada Design dan Coding. 1. Definisi Design Design
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada umumnya membuat sebuah task list masih dibuat dengan cara manual, yaitu mencatatkan daftar tugas yang akan kita lakukan pada sebuah kertas. Pengecekan waktu juga
Lebih terperinciSPESIFIKASI KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK NAMA SISTEM
SPESIFIKASI KEBUTUHAN PERANGKAT LUNAK NAMA SISTEM (..) untuk: IMHERE UPI Dipersiapkan oleh: Direktorat Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Perkembangan zaman tidak luput dari perkembangan teknologi informasi. Semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi saat ini sangat berdampak pada pola pikir dan
Lebih terperinciDOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000
DOKUMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2000 Dokumen? Media dan informasi pendukungnya (ISO 9000:2000) Dokumen dapat berupa: Hard copy (hasil cetakan) Soft copy (file elektronik) Rekaman suara Gambar
Lebih terperinciManual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan
MANUAL SJH STANDAR Manual SJH Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan dalam menerapkan SJH Prinsip Manual Sistem Menuliskan
Lebih terperinci1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah membantu sektor manufaktur dalam memproduksi barang mulai dari bahan mentah menjadi barang jadi yang siap dipasarkan.
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Waste Water Treatment Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN I-1
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan membahas tentang latar belakang masalah, Identifikasi masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian, batasan masalah, metodologi penelitian, sistematika
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Metodologi Penelitian Metode penelitian merupakan usaha yang harus dilakukan dalam penelitian untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu
Lebih terperinciMANAJEMEN KUALITAS PROYEK
MANAJEMEN KUALITAS PROYEK 1. Manajemen Mutu Proyek Proyek Manajemen Mutu mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini mencakup "semua aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang dan Permasalahan Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan (PTAPB) BATAN Yogyakarta sedang meneliti dan mengembangkan sistem pengukuran medan magnet untuk alat siklotron.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) ADMINISTRASI PEMERINTAHAN DI LINGKUP PEMERINTAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagus dan enak dilihat. Proses cat pada mobil adalah bagian dari proses kerja yang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Cat adalah suatu pewarna untuk mewarnai kendaraan supaya kendaraan bagus dan enak dilihat. Proses cat pada mobil adalah bagian dari proses kerja yang sangat penting
Lebih terperinci: Sekuensial Linier, Keluarga Sejahtera, Rekayasa Perangkat Lunak.
Rekayasa Perangkat Lunak Penentuan Keluarga Sejahtera Menurut Kriteria Badan Peranan Perempuan Dan Keluarga Berencana (BPPKB) Di Kecamatan Pecangaan Kabupaten Jepara. Abstrak Keluarga sejahtera adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perkembangan dunia industri manufaktur zaman sekarang yang berkembang dengan pesat menuntut perusahaan untuk memiliki daya saing tinggi, baik dari segi kualitas maupun
Lebih terperinciBAB 16 IMPLEMENTASI SISTEM
1 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMMASI BAB 16 IMPLEMENTASI SISTEM 16.1 Implementasi sistem Tahapan implementasi sistem dapat terdiri dari langkahlangkah berikut ini: Menerapkan rencana implementasi
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DAA 4.1 ahap Persiapan Pada tahap persiapan ini, perusahaan telah membentuk tim ISO dan mengadakan pelatihan-pelatihan yang bersifat umum untuk memahami konsep dasar sistem
Lebih terperinci