BAB IV SISTEM PAKAR EKSISTING ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV SISTEM PAKAR EKSISTING ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN"

Transkripsi

1 BAB IV SISTEM PAKAR EKSISTING ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN 4.1. Analisa Kinerja Sistem Sistem pakar yang dipergunakan dalam tugas akhir ini merupakan ESC-1, yang menganalisis dampak dengan gabungan metode Leopold dan Sorensen (Priana Sudjono, 1993). Penyusunan sistem pakar AMDAL industri semen adalah solusi terbaik bagi permasalahan-permasalahan praktis penyusunan sebuah laporan AMDAL. Dalam penyusunan sistem pakar ini faktor-faktor lingkungan, industri, proses-proses, serta perkiraan dampak turut disertakan dalam pertimbangan. Kaitan antara salah satu faktor dengan faktor lainnya juga disusun di dalam sistem pakar ini agar informasi yang dapat ditampilkan dapat saling melengkapi. Sistem ESC-1 yang disempurnakan dalam tugas akhir ini memiliki kemampuan menyimpulkan beberapa hal yang membantu penyusun laporan AMDAL. Penyusunan sistem pakar ini diawali dengan mengumpulkan data, mengklasifikasikan data, mengumpulkan interrelasi data, serta pembuatan jaringan semantik. Selanjutnya, aturan-aturan (rules) disusun untuk menyajikan fakta dan interrelasi fakta berdasarkan jaringan semantik yang dibuat. Untuk membantu pengguna mempergunakan sistem pakar, penyusun program juga mendesain sebuah antarmuka pengguna yang baik. Sebagai kelanjutan dari sebuah sistem pakar yang telah disusun sebelumnya, penyusun juga menambahkan dua buah fitur baru bagi sistem pakar ESC-2. Fitur pertama berkaitan dengan metodologi penilaian dampak yang digunakan dalam sistem. Fitur ini membandingkan semua kemungkinan metodologi yang ada, serta menilai perbedaan

2 antara tiap metodologi yang dipergunakan. Sebagai contoh, dalam tugas akhir ini digunakan metodologi Sorensen serta Matriks Leopold. Fitur selanjutnya yang menjadi tambahan merupakan fitur penilaian peralatan lapangan. Fitur ini berkaitan dengan observasi yang dilakukan di lapangan untuk meneliti pencemar-pencemar air dan udara. Dalam prakteknya, pengamatan pencemaran udara mempergunakan alat-alat dan teknik-teknik tertentu. Hal ini akan dipertimbangkan juga oleh sistem pakar dalam penarikan kesimpulan Garis Besar Program Program eksisting AMDAL industri semen (ESC-1) memiliki alur penyusunan yang dicantumkan dalam Gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1. Alur Penyusunan Program ESC-1 Awal pembuatan program diawali dengan menentukan domain permasalahan yang dianalisis dalam program. Permasalahan yang dipilih merupakan pembuatan laporan IV-2

3 AMDAL dengan mempergunakan gabungan metode Sorensen dengan Leopold. Sebelumnya, metode Sorensen tidak pernah bisa disatukan dengan matriks Leopold. Dengan menggunakan metode representasi pengetahuan, permasalahan disusun dalam sebuah diagram. Diagram semantik tersebut memaparkan hubungan antara tiap objek yang ada dalam pembahasan tersebut. Kemudian, tiap objek dan tiap hubungan yang ada disusun dalam sebuah basis pengetahuan dengan aturan yang efisien dan sesuai kondisi yang diinginkan, Antarmuka pengguna merupakan alat komunikasi antara program dan pengguna. Dalam program ESC-1, antarmuka pengguna dibuat dalam bentuk text-based dengan sistem operasi MS-DOS. Pemilihan menu dilakukan sepenuhnya dengan bantuan keyboard. Dalam penggunaannya, ESC-1 mengandalkan interaksi berulang kali antara pengguna dengan program. Seorang penyusun laporan AMDAL dapat melakukan wawancara mendalam dengan sistem pakar ini mengenai tiap proses industri semen. Hasil dari wawancara ini dapat dimasukkan ke dalam Hal inilah yang akan diamati oleh modul Warner Preston yang disusun. Program ESC-1 memiliki data-data yang digolongkan dalam beberapa kelompok, yaitu data lingkungan dan kesehatan masyarakat; data proses industri semen; data polutan berikut baku mutu internasionalnya; data mitigasi; serta data metodologi AMDAL. Selain itu, ESC-1 juga memiliki interrelasi-interrelasi data yang menghubungkan antar masingmasing data di atas. Interrelasi ini digolongkan sebagai berikut: interrelasi proses industri semen dengan polutan yang dihasilkan; interrelasi polutan dengan lingkungan/kesehatan masyarakat, termasuk angka dampak; interrelasi proses industri semen dengan mitigasi; dan interrelasi antar dampak tidak langsung Alur Sistem Pakar Dalam menampilkan data serta menerima masukan pengguna, sistem pakar mampu memberikan menu-menu pilihan yang mempermudah interaksi. Alur dari penyajian menu-menu tersebut mengikuti sebuah diagram alir yang disusun sesuai dengan urutan IV-3

4 pengerjaan sebuah laporan AMDAL standar. Gambar 4.2 menyajikan diagram alir yang digunakan dalam ESC-1. Gambar 4.2. Alur Program ESC-1. IV-4

5 Dari diagram alir di atas, terlihat bahwa program memiliki dua cabang aliran terbesar. Perbedaan kedua jalur ini ada pada urutan peninjauan komponen; program dapat meninjau AMDAL industri semen dari proses produksi maupun dampaknya. Dengan kata lain, program memberikan pilihan untuk menentukan teknik peninjauan (chaining) yang dilakukan, apakan peninjauan maju (forward chaining) atau peninjauan mundur (backwards chaining). Kedua teknik peninjauan ini mempergunakan basis data yang sama, namun memakai urutan penarikan kesimpulan yang berbeda. Kedua teknik peninjauan ini berguna karena penyusunan sebuah laporan AMDAL harus melengkapi semua data dari sudut pandang industri maupun dari sudut pandang lingkungan. Penyusun program menambahkan alur pada program yang berhubungan dengan studi metodologi laporan AMDAL. Percabangan ini diletakkan pada tiap akhir dari analisis. Pengguna diminta untuk menjawab serangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan evaluasi metodologi AMDAL. Pertanyaan-pertanyaan ini diambil dari studi Warner-Preston mengenai metodologi AMDAL. Analisis yang dibuat akan dijadikan basis penilaian ketepatan metodologi yang dipakai. Penyusunan basis pengetahuan (knowledge base) sebuah sistem pakar harus diawali dengan pembuatan sebuah representasi dari pengetahuan dalam bentuk jaringan semantik. Hal ini ditujukan untuk mempermudah dalam penyusunan kode program yang dibuat. Namun, pembuatan jaringan semantik umumnya mengalami kendala akibat kompleksitas basis pengetahuan yang dimiliki sistem. Untuk mengatasi kendala ini, penyusun menyederhanakan jaringan semantik dengan cara meninjau basis pengetahuan secara topikal. Prinsip topikalitas merupakan prinsip yang acap kali dipakai untuk menyederhanakan permasalahan pemrograman. Dalam prakteknya, prinsip ini menyederhanakan masalah dengan memisahkannya sesuai topik yang ditinjau. Langkah pertama yang dilakukan adalah memilah-milah basis pengetahuan sesuai dengan topik yang dibahas. Kemudian, penyusun mengubah kelompok-kelompok fakta dan interrelasi tersebut menjadi bentuk struktur pohon. Dalam hal ini struktur pohon difokuskan pada sebagian dari basis pengetahuan (knowledge base) agar lebih mempermudah analisis. Selanjutnya, struktur-struktur pohon yang dibentuk digabungkan IV-5

6 menjadi sebuah jaringan semantik sebagai representasi antar objek secara keseluruhan. Jaringan semantik yang terbentuk dapat dilihat pada lampiran tugas akhir ini Penyusunan Pohon Pengetahuan dan Jaringan Semantik Dalam basis pengetahuan ini, fakta-fakta yang akan diubah menjadi bahasa komputer dikumpulkan sesuai klasifikasinya. Selanjutnya, kumpulan fakta dicari interrelasinya. Kemudian, jaringan fakta dan kaitan-kaitannya disusun menjadi sebuah pohon pengetahuan (knowledge tree) yang terklasifikasi secara topikal. Setelah pohon pengetahuan tersusun, dibuat pula jaringan semantik topikal. Jaringan semantik dibuat dengan mengacu kepada Entity Relationship Approach (ERA) dalam desain basis data konseptual. Jaringan semantik mampu merangkum konsepkonsep dan kumpulan fakta dengan lebih ringkas, sehingga mudah dibuat kode programnya. Akhirnya, penyusun merangkum hubungan-hubungan yang ada dalam jaringan semantik dalam klausa-klausa program yang dibutuhkan Basis Pengetahuan Baku Mutu Dalam penyusunan sebuah basis pengetahuan bagi sistem pakar AMDAL, baku mutu polutan sangat penting untuk dipertimbangkan. Tingkat dampak yang disebabkan oleh pencemar pada konsentrasi tertentu perlu diperkirakan agar kelak dapat dicantumkan dalam matriks Leopold dan Sorensen. Sistem pakar ESC juga mempertimbangkan baku mutu, yang diletakkan dalam klausa standard( ). Klausa ini mengandung empat (4) buah sub-klausa. Sub-klausa pertama memiliki tipe data string, sedangkan sub-klausa lainnya memiliki tipe data real. Sub-klausa pertama berfungsi untuk menampilkan polutan yang ditinjau, misalnya H2S, Hydrocarbon, dan Particulate. Sub-klausa kedua dan ketiga merupakan hamparan (range) baku mutu konsentrasi polutan. Sub-klausa terakhir merupakan angka dampak dari polutan tersebut pada konsentrasi yang terpilih. Berikut disajikan diagram klausa standard( ), dengan meninjau polutan H2S. IV-6

7 Gambar 4.3. Pohon Pengetahuan Baku Mutu Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang komprehensif untuk topik baku mutu polutan. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. IV-7

8 Gambar 4.4. Diagram Alir Baku Mutu Dengan batuan pohon-pohon ini penyusun mampu memperbaharui data baku mutu sesuai peraturan-peraturan mutakhir. Klausa-klausa yang disusun dengan bantuan diagram ini meliputi semua polutan yang mungkin terbentuk akibat industri semen, termasuk H2S, partikulat, atau hidrokarbon. Cuplikan dari kode Prolog yang telah diperbaharui pada program ESC-2 disajikan sebagai berikut. /* standard( Pollutant,Conc1,Conc2,Magnitude).*/ standard("so2",0,40.0,2.0). IV-8

9 Dalam basis data tersebut, selain dicantumkan baku mutu udara, juga dibahas mengenai baku mutu air, yaitu temperatur air dan kandungan suspended solid. Sistem pakar akan mengakses klausa standard( ) ketika pengguna memasuki sub-menu polutan serta memasukkan konsentrasinya. Hasil dari akses sistem pakar ini adalah sebuah angka magnitudo dampak polutan tersebut pada lingkungan Basis Pengetahuan Dampak Dampak Lingkungan Hidup Sistem pakar yang dikembangkan meninjau beberapa segi dampak yang memungkinkan akibat industri semen. Salah satu arah peninjauan dampak yang terpenting merupakan dampak terhadap lingkungan hidup secara langsung. Basis pengetahuan bagi dampak lingkungan hidup disusun berdasarkan studi literatur. Hubungan yang dikuantifikasi merupakan hubungan antara polutan dan elemen lingkungan yang terpengaruhi, berikut dengan skala kepentingannya. Skala kepentingan yang dimasukkan ke dalam basis pengetahuan didapat dari studi literatur. Masing-masing polutan akan mempengaruhi beberapa elemen lingkungan, sedangkan masing-masing elemen lingkungan juga dapat dipengaruhi oleh beberapa polutan. Hal ini sangat rumit bila disimulasikan dengan program biasa, namun struktur sistem pakar mempermudah penyusunan interrelasi kompleks. Bahkan, akses terhadap pohon interaksi ini dapat dilakukan dari nodus manapun sehingga mendapatkan semua kemungkinan hubungan dengan nodus-nodus lain. Hubungan antar polutan dan dampak dikuantifikasikan dalam sebuah interrelasi yang dinamakan impact( ). Klausa ini memiliki beberapa parameter, yaitu polutan, elemen lingkungan, serta skala kepentingan. Sub-klausa pertama merupakan nama polutan, termasuk semua jenis polutan fisika, kimiawi, maupun biologis. Sub-klausa kedua merupakan elemen lingkungan yang dapat menerima dampak dari aktivitas industri semen. Elemen lingkungan yang dipertimbangkan cukup komprehensif; termasuk mikroflora, mikrofauna, reptilia, burung, dst. Sub-klausa ketiga merupakan angka IV-9

10 dampak atau skala kepentingan. Angka ini ditentukan di antara 1.0 hingga 10.0, serta dapat digunakan dalam penyusunan matriks Leopold. Dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang komprehensif untuk topik dampak polutan terhadap lingkungan. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. Gambar 4.6. Diagram Alir Dampak Langsung IV-10

11 Diagram pohon di atas juga dijadikan acuan dalam penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. Penyusun juga memperbaharui data-data hubungan antar elemen-elemen lingkungan ini agar lebih aktual. Selain itu, dengan mempergunakan pohon pengetahuan, seorang penyusun sistem dapat lebih mudah menganalisis struktur pemikiran sebuah sistem pakar agar dapat diperbaiki. Klausa-klausa yang disusun berdasarkan pohon ini memeriksa segala jenis pencemar yang dikeluarkan industri semen. Cuplikan dari kode Prolog yang telah diperbaharui pada program ESC-2 disajikan sebagai berikut. /*impact(pollutant,env_comp1,importance)*/ impact("particulate","land Animals Reptiles","2.0") Dampak Sosial-Ekonomi Selain menganalisis keadaan lingkungan hidup, sebuah laporan AMDAL juga memiliki kewajiban membahas kondisi serta perubahan sosial yang terjadi akibat industri yang ditinjau. Biasanya, perubahan sosial bukan terjadi akibat polutan secara spesifik, melainkan akibat aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan sebuah industri. Misalnya, aktivitas pembuangan sampah pada industri semen. Tentunya yang berpengaruh terhadap kondisi sosial dalam kasus ini bukanlah polutan tertentu seperti CO, melainkan perubahan tingkat kenyamanan masyarakat akibat aktivitas pembuangan sampah secara keseluruhan. Sistem ini disusun dengan asumsi hubungan langsung antara aktivitas industri semen dengan dampak sosial yang dihasilkan. Interrelasi ini juga mempertimbangkan angka kepentingan dampak antara kedua nodus tersebut. Angka kepentingan disadur dari studi literatur dan diperbaharui sesuai data-data mutakhir. Pada dasarnya, nodus-nodus ini dihubungkan dalam klausa-klausa yang diberi nama impact_se( ). Sub-klausa pertama impact_se( ) merupakan aktivitas industri semen, seperti trucking, junk disposal, dst. Sub-klausa kedua berisi komponen-komponen sosial-ekonomi yang terpengaruh, misalnya sistem transportasi, tingkat pendapatan, maupun harga lahan. Sub-klausa ketiga merupakan angka kepentingan pengaruh aktivitas terhadap komponen sosial-ekonomi IV-11

12 tersebut. Angka ini juga didefinisikan antara 1.0 hingga Nodus-nodus faktual serta interrelasi antar nodus disajikan dalam pohon engetahuanp berikut. Blasting and Drilling Available Workforce Migration Junk disposal Health and Social Sevices Transportation Systems Trucking Land Values Gambar 4.7. Pohon Pengetahuan Dampak Sosial Diagram pohon ini merupakan acuan penyaduran klausa-klausa dengan bentukan impact_se( ). Klausa yang tersusun mencakup hubungan antara erosi serta harga tanah, pengolahan mineral dan kesehatan, pembuangan sampah dengan turisme, dst. Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang komprehensif untuk topik dampak sosial ekonomis. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. Gambar 4.8. Diagram Alir Dampak Sosial IV-12

13 Cuplikan dari kode Prolog yang telah diperbaharui pada program ESC-2 disajikan sebagai berikut. /* impact_se( Activity, Socec_Factor,Importance) */ impact_se("blasting and Drilling","Migration",1.0) Dampak Tidak Langsung Laporan AMDAL harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa komponen lingkungan yang dipengaruhi polutan juga dapat mempengaruhi komponen lingkungan lainnya. Hal ini terjadi karena lingkungan merupakan kumpulan komponen ekologis yang saling berkaitan dan berkesinambungan. Sehingga, ekuilibrium sebuah sistem lingkungan harus diperhatikan dalam penyusunan sistem pakar ini. Ekuilibrium, atau keseimbangan aspek-aspek lingkungan, dapat disimulasikan dengan membuat sebuah basis pengetahuan dampak tidak langsung. Dalam basis pengetahuan ini tercakup semua kaitan antar dampak yang dapat ditelaah. Sebagai contoh, beberapa polutan seperti TSS akan mempengaruhi air permukaan. Keadaan air permukaan tentunya akan mempengaruhi bentos dan organisme akuatik lainnya. Selanjutnya, organisme akuatik akan mempengaruhi binatang-binatang darat pula. Dalam basis pengetahuan yang dibuat, kelompok klausa yang terbentuk diberi nama indirect_impact( ). Dalam klausa ini terdapat dua buah sub-klausa yang berisi kedua komponen lingkungan yang saling berhubungan. Walaupun struktur klausa ini sangat sederhana, namun jumlah komponen lingkungan serta keterkaitan antar satu komponen dengan komponen yang lain sangat banyak. Pohon pengetahuan yang terbentuk terlihat lebih kompleks ketimbang pohon pengetahuan sebelumnya, serta sulit diimplementasikan dalam bahasa pemrograman numerik standar. Berikut disajikan pohon pengetahuan tersebut. IV-13

14 Gambar 4.9. Pohon Pengetahuan Dampak Tidak Langsung Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang komprehensif untuk topik dampak tidak langsung. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. IV-14

15 Gambar Diagram Alir Dampak Tidak Langsung Dari pohon pengetahuan ini, disadur basis pengetahuan dalam bahasa Prolog yang tidak memiliki kompleksitas struktural tinggi namun memiliki jumlah klausa yang amat banyak. Penyusun juga mengembangkan hubungan antar komponen lingkungan, walau jumlah komponen tidak ditambahkan karena dianggap sudah cukup komprehensif. Berikut disajikan cuplikan kode program yang dihasilkan. /*indirect_impact( EnvComp1, EnvComp2 ).*/ indirect_impact("water Temperature","Microflora"). indirect_impact("gasses and Particulate","Health and Safety"). IV-15

16 Dalam prakteknya, sistem pakar akan mengakses kode ini untuk mendapatkan semua interrelasi komponen. Namun, hanya komponen yang berhubungan langsung dengan komponen terpilih yang akan ditampilkan. Hal ini untuk lebih mempermudah analisis sehingga lebih terfokus pada komponen-komponen yang masih mengalami dampak yang berarti Perubahan Sosial-Ekonomi Aspek selanjutnya yang juga penting untuk dipertimbangkan seorang penyusun laporan AMDAL merupakan faktor perubahan sosial-ekonomi yang mungkin terjadi akibat sebuah komponen sosial-ekonomi. Sebagai contoh, segala hal yang memberi dampak kepada migrasi penduduk juga dapat mengubah pertumbuhan populasi, demografi, jumlah pencari kerja, tingkat pendapatan, kohesi komunitas, dst. Desain basis pengetahuan ini berdasarkan kelompok klausa yang disebut soc_ec( ). Kelompok klausa ini hanya memiliki dua sub-klausa. Sub-klausa pertama merupakan komponen sosial-ekonomi yang dibahas, misalnya Migration. Sedangkan, sub-klausa kedua merupakan faktor perubahan sosial-ekonomi akibat perubahan pada sub-klausa pertama. Pohon pengetahuan ini sangat sederhana karena elemen-elemennya relatif sedikit dan interrelasinya tidak kompleks. Berikut disajikan pohon pengetahuan tersebut dalam sebuah diagram. IV-16

17 Gambar Pohon Pengetahuan Perubahan Sosial-Ekonomi Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang komprehensif untuk topik perubahan sosial-ekonomi. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. Proses Industri Semen Hasilkan Perubahan Sosial-Ekonomi Gambar Diagram Alir Perubahan Sosial-ekonomi Setelah menilik pohon pengetahuan di atas, penyusun dapat memeriksa pengelompokan perubahan sosial ekonomi serta hubungannya dengan komponen sosial-ekonomi tersebut. IV-17

18 Selanjutnya, basis pengetahuan yang telah disempurnakan ditulis kembali sebagai kode Prolog. Berikut merupakan cuplikan dari kode tersebut. /*soc_ec( Activity, Social-Economic Change ).*/ soc_ec("migration","changes in demand on health and social services"). Kode ini kelak akan diakses ketika sistem pakar mencapai peninjauan sosial-ekonomi dari aktivitas industri semen. Sehingga, pemrakarsa proyek mampu mengantisipasi tanggapan negatif dari masyarakat serta menyusun langkah-langkah untuk menanggulanginya Upaya Mitigasi Pohon pengetahuan terakhir yang harus disusun merupakan upaya mitigasi untuk masing-masing proses. Tujuan akhir dari seorang penyusun laporan AMDAL merupakan upaya penyelesaian masalah atau mitigasi. Dengan kata lain, seorang pekerja AMDAL berorientasi problem solving sehingga semua masalah yang terantisipasi dapat diselesaikan. Pohon pengetahuan ini mengelompokkan semua proses dan mitigasinya. Kelompok klausa yang menjadi acuan dalam penyusunan pohon pengetahuan ini merupakan kelompok klausa mitigasi(), yang memiliki dua sub-klausa. Sub-klausa pertama merupakan aktivitas dari industri semen yang ingin ditelaah. Sub-klausa kedua mempertimbangkan upaya untuk mengurangi dampak negatif aktivitas tersebut. Upaya tersebut dapat berupa pencegahan penghasilan polutan dengan peralatan end-of-pipe yang mengurangi emisi, perbaikan proses produksi agar mengurangi timbulan pencemar, hingga upaya pembersihan (clean-up) setelah insiden tertentu. Pohon pengetahuan yang disusun yaitu: IV-18

19 Gambar Pohon Pengetahuan Mitigasi Dari pohon pengetahuan di atas, dapat diidentifikasi pola penyederhanaan yang cocok bagi topik ini. Pola ini dipergunakan untuk membentuk diagram semantik yang komprehensif untuk topik mitigasi. Diagram semantik ini jauh lebih ringkas sehingga dapat dijadikan acuan yang mudah untuk penyusunan kode Prolog pada sistem pakar ESC. Proses Industri Semen Menghindari Dampak Langkah Mitigasi Gambar Diagram Alir Mitigasi Sesuai dengan upaya-upaya mitigasi yang ada pada pohon di atas, penyusun dapat melakukan koreksi dengan data mutakhir yang melingkupi semua upaya penyelesaian masalah pada masing-masing proses industri semen. Upaya-upaya ini sudah banyak mengalami perubahan semenjak disusunnya ESC-1. Sebagai misal, dewasa ini ilmu IV-19

20 Teknik Lingkungan lebih banyak berfokus pada produksi bersih serta mengurangi penyelesaian end-of-pipe. Basis pengetahuan yang telah disempurnakan ditulis sebagai kode Prolog berikut. /*mitigation( Activity, mitigation ).*/ mitigation("product Storage","Mimimise rainfall allowed to percolate through piles of lime stone area and runoff in uncontrolled fashion"). Basis pengetahuan ini selalu diakses pada akhir sesi. Kendati demikian, pada peninjauan maju, sebenarnya data mengenai proses sudah didapatkan semenjak sub-menu pertama. Namun, sistem pakar baru akan menampilkan data mitigasi pada akhir peninjauan. Hal ini dilakukan untuk alasan ketersinambungan program dengan urutan pengerjaan sebuah laporan AMDAL Pembuatan Jaringan Semantik Jaringan semantik disusun agar hubungan antar nodus dapat lebih jelas terlihat. Pada hakikatnya, jaringan semantik disarankan menjadi langkah awal dalam desain sebuah program sebelum penyusunan dalam bahasa komputer. Dari penelitian terhadap struktur program, jaringan semantik sistem pakar ESC-1 disadur dari semua pohon pengetahuan (knowledge tree) yang telah dibahas di atas. Penyusun sebenarnya membuat basis pengetahuan program langsung dari tahap pohon pengetahuan. Hal ini dikarenakan kompleksitas sebuah sistem pakar mengurangi efektivitas jaringan semantik sebagai panduan pemrograman. Namun, jaringan semantik tetap menjadi acuan agar dapat melihat keseluruhan sistem pada satu buah diagram lengkap. Jaringan semantik yang disusun oleh penulis ditampilkan pada gambar IV-20

21 Gambar Diagram Semantik ESC-1 IV-21

BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN

BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN BAB VI IMPLEMENTASI MODUL STUDI WARNER-PRESTON DAN INSTRUMENTASI PENGAMATAN 6.1. Basis Pengetahuan Metodologi AMDAL Dalam penyusunan laporan AMDAL, semua faktor lingkungan harus dimasukkan dalam analisa

Lebih terperinci

BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN

BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN BAB VII KONVERSI BAHASA PEMROGRAMAN DAN DESAIN ANTARMUKA SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN 7.1. Konsolidasi Program Program ESC-2 merupakan konsolidasi dari basis pengetahuan ESC-1 dengan algoritma

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. III.1 Acuan Pengembangan Program

BAB III METODOLOGI. III.1 Acuan Pengembangan Program BAB III METODOLOGI III.1 Acuan Pengembangan Program Pengembangan program komputer ESC-2 mengikuti beberapa acuan pengembangan. Langkah pertama adalah evaluasi dan pengembangan basis pengetahuan program

Lebih terperinci

BAB V PENAMBAHAN INTERRELASI DATA LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN STRUKTUR SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN

BAB V PENAMBAHAN INTERRELASI DATA LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN STRUKTUR SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN BAB V PENAMBAHAN INTERRELASI DATA LINGKUNGAN DAN PENGEMBANGAN STRUKTUR SISTEM PAKAR ANALISIS DAMPAK INDUSTRI SEMEN 5.1. Pembaharuan Ulang Data Sistem Pakar Sistem pakar yang telah memiliki jaringan semantik

Lebih terperinci

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan Bab II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Pakar Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Metodologi Penelitian Adapun alur metodologi penelitian yang akan dipakai dalam menyelesaikan penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: Gambar 3.1 Alur Metodologi

Lebih terperinci

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN APLIKASI KECERDASAN BUATAN PENGANTAR SISTEM PAKAR Shinta P. Sari Prodi. Informatika Fasilkom UIGM, 2017 Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah

Lebih terperinci

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS

MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS BAB VII MODEL SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PROSES REAKTOR UREA DENGAN CLIPS VII.1 Pendahuluan Tujuan pada bab ini adalah membuat suatu contoh aplikasi sistem berbasis pengetahuan untuk membantu dalam troubleshooting

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Untuk menghasilkan aplikasi sistem pakar yang baik diperlukan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Untuk menghasilkan aplikasi sistem pakar yang baik diperlukan BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISEM 3.1 Analisis Untuk menghasilkan aplikasi sistem pakar yang baik diperlukan pembuatan knowledge base (basis pengetahuan) dan rule base (basis aturan) yang lengkap

Lebih terperinci

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining Maria Shusanti F Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Bandar Lampung

Lebih terperinci

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT Sistem Pakar Pertemuan 2 Definisi Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk mengambil keputusan seperti keputusan yang diambil oleh seorang atau beberapa orang pakar. Menurut Marimin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta merupakan salah satu pintu gerbang Indonesia yang melayani jasa transportasi udara. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW. Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mangga merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia. Mangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer dan smartphones semakin hari pesat baik hardware maupun software, sehingga menjadi motivasi untuk mencoba mengembangkan suatu aplikasi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan adanya kemajuan teknologi yang semakin pesat menjadikan segala sesuatu tidak dapat lepas dari dunia teknologi informasi. Semenjak munculnya internet maka kecepatan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS METODOLOGI

BAB III ANALISIS METODOLOGI BAB III ANALISIS METODOLOGI Pada bagian ini akan dibahas analisis metodologi pembangunan BCP. Proses analisis dilakukan dengan membandingkan beberapa metodologi pembangunan yang terdapat dalam literatur

Lebih terperinci

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi 1 MODEL HEURISTIK N. Tri Suswanto Saptadi 2 Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat memahami dan mampu mengaplikasikan model Heuristik untuk menyelesaikan masalah dengan pencarian solusi terbaik. 1 3 Model

Lebih terperinci

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004 Visualisasi Sistem Pakar Dalam Menganalisis Tes Kepribadian Manusia (Empat Aspek Tes Kepribadian Peter Lauster) Sri Winiarti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencari jawaban dan solusi akan sangat membantu para pengguna teknologi. diharapkan dapat membantu memecahkan sebuah masalah.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencari jawaban dan solusi akan sangat membantu para pengguna teknologi. diharapkan dapat membantu memecahkan sebuah masalah. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang meningkat dengan pesat, seseorang dapat dengan mudah mencari dan mendapatkan informasi tanpa

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID Imas Siti Munawaroh¹, Dini Destiani Siti Fatimah² Jurnal Algoritma Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI PENCEMARAN UDARA DENGAN

MODEL SIMULASI PENCEMARAN UDARA DENGAN NO : 960-0702/P LAPORAN TUGAS AKHIR (TL 410) MODEL SIMULASI PENCEMARAN UDARA DENGAN METODE SISTEM DINAMIS (Studi Kasus: Kota Bandung) Nama : Indradi Kridiasto N I M : 15396060 JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Mulut dan Gigi dengan Metode Fuzzy Logic

Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Mulut dan Gigi dengan Metode Fuzzy Logic Rancang Bangun Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Mulut dan Gigi dengan Metode Fuzzy Logic Arnon Makarios, Maria Irmina Prasetiyowati Program Studi Teknik Informatika, Universitas Multimedia Nusantara,

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom

SISTEM PAKAR. Entin Martiana, S.Kom, M.Kom SISTEM PAKAR Entin Martiana, S.Kom, M.Kom EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR) Definisi : Sebuah program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS SISTEM PAKAR Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS Defenisi Sistem Pakar 1. Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengapdosi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ton pertahun hanya bisa dipenuhi produk nasional kurang dari 2 juta ton pertahun,

BAB I PENDAHULUAN. ton pertahun hanya bisa dipenuhi produk nasional kurang dari 2 juta ton pertahun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gula sebagai salah satu dari sembilan bahan pokok yang diperlukan saat ini ada dipersimpangan jalan, kebutuhan nasional yang mencapai lebih 3,25 juta ton pertahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah internet dimulai pada 1969 ketika Departemen Pertahanan Amerika, U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) memutuskan untuk mengadakan riset tentang

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA

PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR SEKOLAH TINGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA REVISI TAHUN 2016 PANDUAN PENYUSUNAN PROPOSAL TUGAS AKHIR Setiap mahasiswa yang akan mengerjakan Tugas Akhir sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Ide Perancangan Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian yang dilakukan, dan disertai dengan teori-teori serta data-data yang diperoleh dari

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai struktur rancangan desain penelitian disertai metode penelitian beserta alat dan bahan yang akan digunakan dalam mengerjakan tugas akhir.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luas. Sistem navigasi kendaraan, sistem komunikasi satelit di luar angkasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat luas. Sistem navigasi kendaraan, sistem komunikasi satelit di luar angkasa, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu matematika dalam kehidupan manusia memiliki lingkup penerapan yang sangat luas. Sistem navigasi kendaraan, sistem komunikasi satelit di luar angkasa, peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem manual atau belum menggunakan sistem komputer. Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem manual atau belum menggunakan sistem komputer. Oleh karena itu, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya dalam menghadapi persaingan yang terjadi antara perusahaan adalah dengan meningkatkan kinerja yang ada dalam suatu perusahaan agar semakin efektif

Lebih terperinci

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1 MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut KODE MK : M10B.116 SKS : 3 (2-1) DOSEN : Syawaludin Alisyahbana Harahap EXPERT SYSTEM (SISTEM PAKAR/AHLI) UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar

Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar Definisi Kecerdasan Buatan Sistem Pakar Database Pengetahuan (Knowledge Base) Penalar (Inference Engine) Bahasa Pemrograman Sistem Pakar (Development Engine) Definisi

Lebih terperinci

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi Siapakah pakar/ahli Expert System Seorang pakar atau ahli adalah: seorang individu yang memiliki kemampuan pemahaman superior dari suatu masalah By: Uro Abdulrohim, S.Kom, MT Definisi Program komputer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN Bab Pendahuluan ini memuat isi yang hampir sama dengan usulan penelitian, dapat dikatakan sebagai usulan penelitian yang direvisi ditemukan dengan kenyataan yang ditemui selama pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Yogyakarta, 22 Juli 2009 PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA Ana Kurniawati, Marliza Ganefi, dan Dyah Cita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyaknya tuntutan kebutuhan informasi yang berkualitas mendorong perancangan pengolahan data agar menghasilkan informasi yang berkualitas dan bermanfaat, diperlukan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING HARIYADI Program Studi Teknik Elektro UMSB ABSTRAK Nilai IP (Indeks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dilahirkan hingga tumbuh dewasa manusia diciptakan dengan kecerdasan yang luar biasa, kecerdasan juga akan berkembang dengan pesat. Kecerdasan tersebut yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman dan kompleksnya kehidupan, maka manusia menginginkan tersedianya informasi yang tepat dan akurat dalam mengambil keputusan.

Lebih terperinci

Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Agung Wicaksono Sistem Informasi

Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web. Agung Wicaksono Sistem Informasi Sistem Pakar Diagnosa Menentukan Kerusakan Pada Mesin Cuci Dengan Metode Forward Chaining Berbasis Web Agung Wicaksono 10112380 Sistem Informasi Latar Belakang 1. Kemajuan bidang elektronik terjadi dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, sedangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Masalah dapat timbul dalam berbagai macam situasi. Siagian dalam Mahira

TINJAUAN PUSTAKA. Masalah dapat timbul dalam berbagai macam situasi. Siagian dalam Mahira II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kean Pemecahan Masalah Kehidupan setiap individu manusia tidak terlepas dari adanya suatu masalah. Masalah dapat timbul dalam berbagai macam situasi. Siagian dalam Mahira (2012:13)

Lebih terperinci

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING ISSN : 2338-4018 APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING Supyani (desamboy@yahoo.co.id) Bebas Widada (bbswdd@yahoo.com) Wawan Laksito (wlaksito@yahoo.com)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Interior Peningkatan kualitas hidup suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, hal tersebut dapat dikembangkan melalui pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang ada, khususnya di dalam dunia teknik informatika, penting bagi pelaku industri yang berkecimpung di dunia

Lebih terperinci

1.3 TUJUAN PENELITIAN

1.3 TUJUAN PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM Usaha untuk mengatasi pencemaran dilakukan dengan membuat peraturan yang mewajibkan industri mengolah limbahnya terlebih dahulu dan memenuhi baku mutu sebelum dibuang ke sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pakar adalah sistem yang menggabungkan pengetahuan, fakta, aturan dan tehnik penelusuran untuk memecahkan masalah yang secara normal memerlukan keahlian seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas jika dibandingkan jumlah penduduk dunia. Pekerjaan dokter menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas jika dibandingkan jumlah penduduk dunia. Pekerjaan dokter menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerapan ilmu komputer semakin meluas ke berbagai bidang, seperti bidang geografis, pertanian, pariwisata, kedokteran, dan lain sebagainya. Seiring dengan pesatnya

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji 1 SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING Agam Krisna Setiaji Program Studi Teknik Informatika Fakultas Ilmu Komputer Universitas Dian Nuswantoro,

Lebih terperinci

Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar

Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar Definisi Kecerdasan Buatan Sistem Pakar Database Pengetahuan (Knowledge Base) Penalar (Inference Engine) Bahasa Pemrograman Sistem Pakar (Development Engine) SISTEM PAKAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini perkembangan teknologi informasi berkembang sangat pesat. Perkembangan teknologi informasi tersebut didukung oleh banyaknya perangkat lunak (software) dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer dewasa ini telah mengalami banyak perubahan yang sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan kompleks. Komputer yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi akademik merupakan sistem yang mengolah data dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi akademik merupakan sistem yang mengolah data dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sistem informasi akademik merupakan sistem yang mengolah data dan melakukan proses kegiatan akademik yang melibatkan antara guru, siswa, administrasi akademik,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan mengenai langkah yang harus diterapkan agar penelitian dan proses perancangan sistem informasi dapat dilakukan secara terarah dan memudahkan dalam analisis

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE

BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE BAB IV PERENCANAAN DAN ANALISIS MOXIE Pada bab ini akan dibahas hasil dari perencanaan dan analisis pengembangan Moxie. Moxie merupakan sebuah knowledge library yang dikembangkan dengan studi kasus yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Metodologi Penelitian

Gambar 3.1. Metodologi Penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan tahapan penelitian yang dilakukan dalam membuat sistem informasi. Langkah-langkah penelitian dimulai dari tahap persiapan, tahap analisis sistem informasi,

Lebih terperinci

Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi

Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi Perancangan Cetak Biru Teknologi Informasi Budi Daryatmo STMIK MDP Palembang budi_daryatmo@yahoo.com Abstrak: Pengelolaan TI perlu direncanakan dan dituangkan dalam bentuk cetak biru TI sehingga organisasi

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PC (PERSONAL COMPUTER) DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID

APLIKASI SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PC (PERSONAL COMPUTER) DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID APLIKASI SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING PC (PERSONAL COMPUTER) DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID Sonty Lena 1, Syair Satria 2 1,2 Konsentrasi Teknik Informatika, Program Studi Teknik Informatika,

Lebih terperinci

BAB 3 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 3 METODE PENELITIAN 31 BAB 3 3 METODE PENELITIAN Bab metodologi penelitian berisi penjelasan mengenai metode dan tahapan yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan penelitian, yaitu perancangan skenario investasi terbaik

Lebih terperinci

PRAKIRAAN DAMPAK TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT

PRAKIRAAN DAMPAK TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT PRAKIRAAN DAMPAK TERHADAP KESEHATAN MASYARAKAT Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PUSAT STUDI LINGKUNGAN HIDUP UNIVERSITAS ANDALAS PADANG TAHUN 2011 ASPEK YANG DILIHAT DALAM AMDAL Aspek Fisik, Aspek

Lebih terperinci

INTELEGENSI BUATAN. Sistem Pakar. M. Miftakul Amin, M. Eng. website :

INTELEGENSI BUATAN. Sistem Pakar. M. Miftakul Amin, M. Eng.   website : INTELEGENSI BUATAN Sistem Pakar M. Miftakul Amin, M. Eng. e-mail: mmiftakulamin@gmail.com website : http://mafisamin.web.ugm.ac.id Jurusan Teknik Komputer Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang 2015 1 Definisi

Lebih terperinci

Prosedur Pelaksanaan ANDAL

Prosedur Pelaksanaan ANDAL Prosedur Pelaksanaan ANDAL Canter (1977) membagi langkah-langkah dalam melakukan pelaksanaan ANDAL; o Dasar (Basic) o Rona Lingkungan (Description of Environmental Setting) o Pendugaan Dampak (Impact assesment)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada industri kecil dan menengah, umumnya teknologi yang digunakan masih sederhana dan sebagian besar pekerjaan masih dilakukan secara manual. Kondisi ini juga ditemukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan KATA PENGANTAR Penekanan tentang pentingnya pembangunan berwawasan lingkungan tercantum dalam Undang-Undang No. 23 tahun1997 mengenai Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan pelaksanaannya dituangkan

Lebih terperinci

PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL

PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 2 TAHUN 2000 TANGGAL : 21 PEBRUARI 2000 PANDUAN PENILAIAN DOKUMEN AMDAL BAB I. PENDAHULUAN A. TUJUAN DAN FUNGSI PANDUAN Panduan ini merupakan

Lebih terperinci

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan)

PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL (Penyajian Informasi Lingkungan) PIL adalah suatu telaah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilakukan atau diusulkan yang kemungkinan menimbulkan dampak lingkungan dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian Adapun bahan dan alat dalam penelitian ini didasarkan pada proses perancangan pengetahuan sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan. 3.1.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan sistematika tahapan yang dilaksanakan selama pembuatan tugas akhir. Secara garis besar metodologi penelitian tugas akhir ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Hasanah Multiguna Ekspres merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa ekspedisi, beralamat di Jl. Pagarsih, Astanaanyar no.76, Bandung Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan Lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Republik Indonesia yang dikoordinasikan oleh Kementerian Negara Riset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I dari laporan Tugas Akhir ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan metodologi pelaksanaan Tugas Akhir. I.1 Latar Belakang Persaingan bisnis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengelolaan Lingkungan Berdasarkan ketentuan umum dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pengelolaan hidup adalah upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sistem pakar merupakan salah satu cabang kecerdasan buatan yang mempelajari bagaimana meniru cara berpikir seorang pakar dalam menyelesaikan suatu permasalahan, membuat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit THT merupakan salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit THT merupakan salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi semakin berkembang seiring dengan meningkatnya kebutuhan setiap individu di berbagai bidang, seperti di bidang bisnis, pendidikan, psikologi, dan tentu saja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia usaha harus didampingi dengan sistem IT yang dapat menunjang keberhasilan sebuah usaha, banyak usaha yang dapat ditekuni dan dijalani dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) Lampiran I : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan. Di dalam bidang kecerdasan buatan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISEM III.1 Analisis Sistem Sistem pakar mendeteksi tingkat kematangan buah mangga harum manis ini diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman Microsoft Visual

Lebih terperinci

BAB II PEMECAHAN MASALAH DENGAN AI

BAB II PEMECAHAN MASALAH DENGAN AI BAB II PEMECAHAN MASALAH DENGAN AI A. Representasi Masalah Seperti telah diketahui pada sistemyang menggunakan kecerdasan buatan akan mencoba memberikan output berupa solusi suatu masalah berdasarkan kumpulan

Lebih terperinci

SILABUS MATERI PEMBELAJARAN. Metode ilmiah Perumusan masalah Perumusan hipotesis Perancangan penelitian Pelaksanaan penelitian Pelaporan penelitian

SILABUS MATERI PEMBELAJARAN. Metode ilmiah Perumusan masalah Perumusan hipotesis Perancangan penelitian Pelaksanaan penelitian Pelaporan penelitian NAMA SEKOLAH : MATA PELAJARAN : ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS/SEMESTER : X/ 1 dan 2 STANDAR KOMPETENSI : Memahami gejala-gejala alam melalui KODE KOMPETENSI : 1 : 4 x 45 Menit SILABUS KOMPETENSI DASAR PEMAN

Lebih terperinci

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR Yeni Agus Nurhuda 1, Sri Hartati 2 Program Studi Teknik Informatika, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Teknokrat Lampung Jl. Z.A. Pagar Alam 9-11 Labuhan Ratu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas pada masalah teknis yang melibatkan aplikasi database, support, aplikasi. pengelolaan sumber daya di perusahaan tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas pada masalah teknis yang melibatkan aplikasi database, support, aplikasi. pengelolaan sumber daya di perusahaan tersebut. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu perusahaan sekarang ini, baik perusahaan skala kecil, menengah maupun yang berskala besar, sudah menggunakan IT dalam proses kerja hariannya. IT yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. permasalahan terkait dengan objek rancangan. Setelah itu akan dirangkum dalam BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Bagian terpenting dalam merumuskan tahap-tahap metode yang terdiri dari rangkaian studi arsitektur, yang dilakukan secara runtut dan sistematis dimulai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Metode forward chaining adalah algoritma yang dititikberatkan pada pendekatan yang berdasarkan data atau fakta. Metode forward chaining merupakan stategi pencarian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Penyakit ini diketahui mengenai hampir semua organ

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KESESUAIN JENIS LAHAN PERTANIAN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN BUAH-BUAHAN MENGGUNAKAN METODE SIMILARITY BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KESESUAIN JENIS LAHAN PERTANIAN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN BUAH-BUAHAN MENGGUNAKAN METODE SIMILARITY BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN KESESUAIN JENIS LAHAN PERTANIAN UNTUK BUDIDAYA TANAMAN BUAH-BUAHAN MENGGUNAKAN METODE SIMILARITY BERBASIS WEB 1 Astreanto Habibullah (07018203), 2 Sri Winiarti (0516127501)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Udara merupakan senyawa campuran gas yang terdapat pada permukaan bumi. Udara bumi yang kering mengandung nitrogen, oksigen, uap air dan gas-gas lain. Udara ambien,

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA KERUSAKAN PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN VISUAL FOXPRO 9.0 (STUDI KASUS PADA TOKO ELSA KOMPUTER MADIUN) Sunarsih

RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA KERUSAKAN PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN VISUAL FOXPRO 9.0 (STUDI KASUS PADA TOKO ELSA KOMPUTER MADIUN) Sunarsih RANCANG BANGUN SISTEM PAKAR DIAGNOSA KERUSAKAN PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN VISUAL FOXPRO 9.0 (STUDI KASUS PADA TOKO ELSA KOMPUTER MADIUN) Sunarsih Sekolah Tinggi Teknologi Dharma Iswara Madiun Jl. Auri

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Algoritma Pengujian algoritma dalam penelitian ini dilakukan melalui tingkat akurasi sistem pakar dalam mendeteksi penyakit thyroid. Pengujian algoritma akan memperlihatkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Rancangan Sistem Pakar Diagnosis Trafo Tenaga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Rancangan Sistem Pakar Diagnosis Trafo Tenaga BAB III PERANCANGAN SISEM 3.1 Rancangan Sistem Pakar Diagnosis rafo enaga Perancangan sistem pada perangkat lunak untuk mendiagnosis trafo tenaga ini membutuhkan data gejala kerusakan, pertanyaan pengetahuan

Lebih terperinci

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Pendahuluan 0 Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya alam berupa minyak bumi yang tersebar di sekitar daratan dan lautan. Luasnya pengolahan serta pemakaian bahan bakar minyak menyebabkan

Lebih terperinci

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU 060823019 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan jasa, mempromosikan produk dan jasa, mengambil bahan dari supplier dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan jasa, mempromosikan produk dan jasa, mengambil bahan dari supplier dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Padatnya jumlah penduduk dan tingkat kemacetan di kota-kota besar seringkali menimbulkan keresahan bagi sebagian besar warganya, terutama dalam bidang usaha dikarenakan

Lebih terperinci