BAB V PEMBAHASAN. 785 TKPH Site vs TKPH Rating. Gambar 5.1. Grafik TKPH site vs TKPH rating HD-785

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V PEMBAHASAN. 785 TKPH Site vs TKPH Rating. Gambar 5.1. Grafik TKPH site vs TKPH rating HD-785"

Transkripsi

1 BAB V PEMBAHASAN 5.1. Ton Kilometer Per Hour Ban Ukuran Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada bab III, dapat dibuat grafik perbandingan nilai Ton Kilometer Per Hour (TKPH) aktual dengan rating untuk ban ukuran , pada Gambar 5.1 sebagai berikut TKPH Site vs TKPH Rating TKPH Value OB MUD TKPH SITE RADIAL RATING OB MUD Gambar 5.1. Grafik TKPH site vs TKPH rating HD-785 Dari grafik di atas diketahui bahwa TKPH aktual tidak melebihi TKPH rating, dengan nilai TKPH pada material lumpur (mud) sebesar 94% dan 77% serta pada material overburden 96% dan 82%, sehingga kombinasi antara muatan dan kecepatan rata-rata yaitu dengan nilai muatan rata-rata 53,41 ton dan kecepatan 22,68 km/jam pada material lumpur (mud) dan muatan rata-rata 87,85 dan kecepatan 20,17 pada material overburden ini tidak menyebabkan overheat dalam ban, begitu pula perhitungan TKPH berdasarkan perhitungan kecepatan rata-rata secara manual (koreksi), diketahui nilai TKPH seperti pada Tabel 5.1 berikut ini. 52

2 Tabel 5.1. Perhitungan TKPH Koreksi HD-785 TKPH (Lumpur) TKPH (Overburden) TKPH rating Front Front Rear Rear Berdasarkan hal tersebut diketahui baik TKPH berdasarkan data payload maupun perhitungan kecepatan manual, tidak melebihi TKPH rating. Kondisi seperti ini harus terus dijaga, sehingga kerusakan internal dalam ban, akibat ban tidak mampu melepaskan panas, tidak terjadi Ban Ukuran Sedangkan untuk ban ukuran , juga dapat dibuat grafik perbandingan nilai Ton Kilometer Per Hour (TKPH) aktual dan rating. Namun untuk ban ukuran dilakukan perbandingan dengan TKPH rating dari ban bias bridgestone, karena dari merk dan jenis ban yang digunakan yaitu Torch ER-420 tidak memiliki parameter TKPH rating, grafiknya pada Gambar 5.2 sebagai berikut, 465 TKPH Site vs Rating TKPH Value ` OB MUD TKPH SITE BIAS RATING (RLS1A) OB MUD Gambar 5.2. Grafik TKPH site vs TKPH rating HD-465 dari grafik dapat dilihat bahwa ban bias dengan nilai rating 277 (RLS 1A) tidak cocok untuk digunakan pada unit, karena nilai TKPH aktual pada pengangkutan overburden melebihi TKPH rating, sehingga perlu dilakukan penggunan ban yang memiliki nilai 53

3 TKPH rating lebih tinggi, agar kerusakan dini akibat ban mengalami overheat dapat dicegah, sedangkan berdasarkan perhitungan kecepatan rata-rata secara manual (koreksi), diketahui nilai TKPH seperti pada Tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2. Perhitungan TKPH Koreksi HD-465 TKPH (Lumpur) TKPH (Overburden) TKPH rating Front Front Rear Rear Berdasarkan Tabel 5.2 tersebut diketahui baik TKPH berdasarkan perhitungan kecepatan manual, tidak melebihi TKPH rating. Kondisi seperti ini harus terus dijaga, sehingga kerusakan internal dalam ban, akibat ban tidak mampu melepaskan panas, tidak terjadi. 54

4 5.2. Lifetime Ban Ukuran Untuk ban ukuran , grafik perbandingan nilai lifetime aktual dengan target yang diberikan perusahaan, sebagai berikut, Chart lifetime aktual vs target Lifetime (HM) Quantity Aktual Target Quantity 0 Belshina Bridgestone Torch Tianli 0 Aktual Target Quantity Merk ban Gambar 5.3. Grafik lifetime aktual vs target Berdasarkan gambar 5.3 di atas dan dari histogram yang terdapat pada bab IV (gambar 4.3 dan 4.4), dapat dilihat bahwa lifetime yang dicapai ban merk Belshina dan Bridgestone masih dibawah target yang diberikan. Pada ban Belshina hanya 1 unit ban yang mencapai target dan sebanyak 12 unit ban di bawah target 5000 jam. Sedangkan pada ban Bridgestone hanya 3 unit ban yang mencapai target dan 10 unit ban yang dibawah target 9000 jam. Untuk melihat penyebab kerusakan ban dapat dilihat dari data jenis kerusakan (scrab) pada Tabel 5.3 dan 5.4 berikut ini. 55

5 Tabel 5.3. Jenis kerusakan ban Belshina No Jenis kerusakan HM Posisi ban 1 Impact 1, Sidewall Cut 4, Shoulder Separation 0 4 Sidewall Cut 3, Impact 4, Sidewall Cut 2, Sidewall Cut 1, Heat Separation 1, Irregular Wear 1, Sidewall Cut 4, Sidewall Cut 3, Tabel 5.4. Jenis kerusakan ban Bridgestone No Jenis kerusakan HM Posisi ban 1 Heat Separation 7, Run Flat 7, Sidewall Cut 7, Run Flat 7, Heat Separation 3, Shoulder Cut 7, Sidewall Cut 7, Sidewall Cut 8, Sidewall Cut 8, Shoulder Cut 4, Impact 9, Sidewall Cut 9, Sidewall Cut 9, Dari Tabel 5.3 dan 5.4 di atas dapat diketahui bahwa penyebab utama kerusakan adalah potongan-potongan (cut) yang diakibatkan oleh material-material yang ada di lapangan, seperti terlihat pada tabel penyebab kerusakan ban pada Gambar 5.4 berikut ini. 56

6 Penyebab kerusakan ban Frekuensi Road hazard Worn out Other Jenis kerusakan Gambar 5.4. Penyebab kerusakan ban Pada grafik (Gambar 5.4) di atas dapat dilihat bahwa kerusakan dominan disebabkan oleh road hazard dengan presentase 75%, yang diakibatkan oleh material-material dan kondisi yang ada di lapangan seperti bongkahan batu, yang dapat terjadi di loading point, dumping point, maupun hauling road, dengan kerusakan dominan sidewall cut. Sedangkan presentase kerusakan lain sebesar 25%. Dari Tabel 5.3 dan 5.4 juga dapat diketahui posisi ban yang sering mengalami kerusakan (scrab) seperti pada tabel 5.5 berikut ini. Tabel 5.5. Posisi ban yang dinyatakan scrab Ukuran Posisi Frekuensi Persentase Sama seperti ban ukuran , dari Tabel 5.5 di atas menunjukkan bahwa ban yang paling sering mengalami kerusakan adalah ban belakang dengan persentase 65,22%, dan yang dominan adalah ban posisi tiga (kiri luar). Hal ini dapat disebabkan tumpahan material pada saat pemuatan yang lebih sering menimpa bagian belakang, penyebab lainnya yaitu posisi unit yang selalu berada di sisi kiri jalan memungkinkan ban 57

7 mengalami potongan akibat material dari safety berm yang tercecer di sisi jalan angkut, dan posisi ban belakang yang lebih sulit dikontrol operator dibanding ban depan. Penjelasan lebih lengkap mengenai penyebab kerusakan ban baik untuk ukuran maupun , dapat dilihat pada subbab Ban Ukuran Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada bab III, dapat dibuat grafik perbandingan nilai lifetime aktual dengan target yang diberikan perusahaan, pada Gambar 5.5 sebagai berikut Chart lifetime aktual vs target Lifetime (hm) Quantity Aktual Target Quantity Torch Belshina Bridgestone Triangle Toyo 0 Aktual Target Quantity Merk ban Gambar 5.5. Grafik lifetime aktual vs target Berdasarkan Gambar 5.5 di atas dan dari histogram yang terdapat pada bab IV (Gambar 4.1 dan 4.2), dapat dilihat bahwa lifetime rata-rata yang dicapai ban merk Torch dan Belshina masih dibawah target yang diberikan. Pada ban Torch hanya 9 unit ban yang mencapai target dan sebanyak 53 unit ban di bawah target 3500 jam. Sedangkan pada ban Belshina hanya 5 unit ban yang mencapai target dan 7 unit ban yang dibawah target 9000 jam. Untuk mengetahui penyebab kerusakan pada ban untuk ukuran dapat dilihat pada Tabel 5.6 dan 5.7 berikut ini, 58

8 Tabel 5.6. Jenis kerusakan ban Torch No Jenis kerusakan HM Posisi ban No Jenis kerusakan HM Posisi ban 1 Shoulder Separation Tread Separation/ Lifting Shoulder Separation Impact Shoulder Separation Impact Shoulder Separation Impact Irregular Wear Impact Impact Impact Impact Shoulder Cut Impact Shoulder Cut Worn Out Worn Out Shoulder Cut Irregular Wear Shoulder Separation Sidewall Cut Shoulder Separation Sidewall Cut Sidewall Separation Irregular Wear Impact Impact Irregular Wear Impact Impact Impact Impact Impact Impact Impact Impact Irregular Wear Impact Tread Separation/ Lifting Impact Shoulder Cut Shoulder Cut Shoulder Cut Shoulder Cut Sidewall Cut Shoulder Cut Sidewall Cut Tread Separation/ Lifting Inner Liner Separation Shoulder Separation Impact Sidewall Cut Heat separation Shoulder Separation Inner Liner Separation Shoulder Cut Shoulder Separation Impact Worn Out Shoulder Cut Tread Separation/ Lifting 5,

9 Tabel 5.7. Jenis kerusakan ban Belshina No Jenis kerusakan HM Posisi ban 1 Shoulder Separation Irregular Wear Impact Impact Heat Separation Shoulder Cut Shoulder Separation Shoulder Separation Impact Irregular Wear Inner Liner Separation Impact Dari Tabel 5.6 dan 5.7 di atas, dapat diketahui bahwa penyebab utama kerusakan adalah potongan-potongan (cut) dan pemisahan (separation), seperti terlihat pada tabel penyebab kerusakan ban pada Gambar 5.6 berikut ini. Penyebab kerusakan ban Frekuensi Road hazard Worn out Other Jenis kerusakan Gambar 5.6. Penyebab kerusakan ban Pada grafik (Gambar 5.6) di atas dapat dilihat bahwa kerusakan dominan disebabkan oleh road hazard dengan presentase 80%, yang diakibatkan oleh material-material dan kondisi yang ada di lapangan seperti bongkahan batu, yang dapat terjadi di loading point, dumping point, hauling road, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi performa ban 60

10 seperti kondisi jalan, dengan kerusakan dominan yaitu impact cut. Sedangkan kerusakan yang diakibatkan keausan normal (worn out) dan kerusakan lainnya sekitar 20%. Dari Tabel 5.6 dan 5.7 di atas juga dapat diketahui posisi ban yang sering mengalami kerusakan (scrab) seperti pada Tabel 5.8 berikut ini. Tabel 5.8. Posisi ban yang dinyatakan scrab Ukuran Posisi Frekuensi Persentase Tabel 5.8 di atas menunjukkan bahwa ban yang paling sering mengalami kerusakan adalah ban belakang dengan persentase 82,43%, dan yang dominan adalah ban posisi empat (kiri dalam). Hal ini dapat disebabkan tumpahan material pada saat pemuatan yang lebih sering menimpa bagian belakang, penyebab lainnya yaitu posisi unit yang selalu berada di sisi kiri jalan memungkinkan ban mengalami potongan akibat material dari safety berm yang tercecer di sisi jalan angkut, dan posisi ban belakang yang lebih sulit dikontrol operator dibanding ban depan. 61

11 5.3. Tread Utilization Rate (TUR) Januari-Juni Ban Ukuran Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada bab III, dapat dibuat grafik perbandingan nilai tread utilization rate dengan lifetime yang tercapai pada dua merk ban, yaitu Bridgestone dan Belshina, yang kuantitasnya cukup banyak, dapat dilihat pada Gambar 5.7, sebagai berikut. TUR & lifetime ban ukuran Lifetime average (HM) Belshina Bridgestone %TUR Lifetime average (HM) % TUR Merk ban Gambar 5.7. Grafik TUR & lifetime Ban Ukuran Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan pada bab III, dapat dibuat grafik perbandingan nilai tread utilization rate dengan lifetime yang tercapai pada dua merk ban, yaitu Torch dan Belshina, yang kuantitasnya cukup banyak, dapat dilihat pada Gambar 5.8, sebagai berikut. 62

12 TUR & lifetime ban ukuran Lifetime average (HM) Torch Belshina %TUR Lifetime average TUR Merk ban Gambar 5.8. Grafik TUR & lifetime Dari grafik lifetime dan tread utilization rate baik ban ukuran maupun pada Gambar 5.7 dan 5.8 di atas, dapat dilihat bahwa dua parameter tersebut berbanding lurus, karena nilai tread utilization rate menunjukkan seberapa optimum penggunaan ketebalan ban sampai ban tersebut dinyatakan scrab, sehingga semakin optimum penggunannya semakin panjang umur dari ban tersebut. Hal tersebut menunjukkan bahwa nilai TUR yang masih di bawah standar disebabkan kerusakan dini (scrab) pada ban yang juga menyebabkan target lifetime belum tercapai Proyeksi Umur Ban Berdasarkan Laju Keausan Aktual Berdasarkan grafik proyeksi keausan aktual pada bab pengolahan data, dari ketiga jenis ban tersebut diketahui bahwa umur ban Torch ER-420 dan Belshina dapat mencapai target yang ditentukan, namun ban Bridgestone VMTP 2A tidak mencapai target yang telah ditentukan sebesar 9000 jam, namun berdasarkan data pada Tabel 5.5, dimana terdapat tiga unit ban yang melebihi target, hal ini menunjukkan target masih bisa dicapai, dengan sistem manajemen ban yang baik, sehingga laju keausan dapat diperkecil. Untuk mencapai target umur ban, maka perlu dilakukan perbaikan parameter-parameter dari sistem manajemen ban yang masih belum sesuai standar. Dari penjelasan pada subbab 5.2 dan 5.3 di atas dimana nilai lifetime dan TUR belum memenuhi target, ternyata disebabkan tingginya kerusakan prematur yang diakibatkan road hazard, yaitu kerusakan yang disebabkan potongan-potongan (cut) dan pemisahan (separation) pada 63

13 ban akibat material maupun kondisi jalan angkut yang ada di lapangan, seperti dilihat dari penjelasan berikut ini Aspek penambangan Berdasarkan parameter design jalan, dari data grade jalan yang ada, diketahui masih terdapat grade yang melebihi standar ideal untuk menjaga umur pemakaian ban, yaitu lebih dari 5-6%, diantaranya dapat dilihat pada Gambar 5.9 dan 5.10 berikut ini. Gambar 5.9. Tanjakan barat (kemiringan 9,5%) 64

14 Gambar Tanjakan box cut (kemiringan 11,3%) Grade yang melebihi standar ideal tersebut dapat menyebabkan kerja ban lebih berat, akibat semakin besar terjadinya slip, dan memungkinkan terjadinya tumpahan material (spillage) yang dapat menyebabkan potongan pada ban sehingga dapat mempengaruhi umur ban. Selain itu, grade jalan yang tinggi dapat menyebabkan kerugian lain, diantaranya: Keausan ban akan tinggi Brake / lining cepat habis Sulit mengontrol untuk kondisi basah Erosi akibat aliran air penyiraman tinggi Kerapihan tambang Front kerja (loading point) yang undulating / bergelombang, dapat mempengaruhi kinerja ban, seperti terlihat pada Gambar 5.11 berikut ini. 65

15 Gambar Loading point utara Kondisi front yang bergelombang seperti pada gambar di atas dapat mempengaruhi kinerja ban, dimana kondisi tersebut dapat meningkatkan beban dinamis dari ban menjadi 1,5 sampai 3 kali beban ban pada kecepatan 48 km/jam (Presentasi Bridgestone), sehingga dapat menyebabkan kerusakan dini pada ban. Selain itu dapat menyebabkan sayatan pada ban yang terkena potongan batuan menjadi lebih besar dan menyebabkan kerusakan dini. Seperti diilustrasikan pada Gambar 5.12 dan 5.13 berikut ini. Gambar Deformasi ban pada kondisi jalan baik Gambar 5.12 di atas menunjukkan kondisi jalan yang baik, sehingga ban dapat menahan beban dengan baik. Gambar Deformasi ban pada kondisi jalan bergelombang 66

16 Sedangkan kondisi jalan yang bergelombang (Gambar 5.13) menyebabkan kerja ban lebih berat pada bagian sidewall, dan berisiko menimbulkan potongan. Dozer lebih banyak beroperasi di dumping point, sehingga di loading point excavator bekerja sendiri untuk merapikan front. Daerah loading point merupakan salah satu merupakan salah satu penyebab tingginya kerusakan ban, yang biasanya disebabkan oleh: Pembersihan lokasi parkir truk tidak maksimal. Tumpahan material dari bucket. Overload pada truk yang mengakibatkan tumpahan material. Tidak adanya alat scrap di sekitar loading point. Excavator tidak dapat merapihkan loading point tanpa bantuan dozer, sehingga dengan bantuan dozer, kondisi seperti tertulis pada poin-poin di atas dapat diminimalisasi Pemeliharaan ban Pengkombinasian ban (tire matching), masih terjadi prosedur yang tidak sesuai standar, yaitu pengkombinasian ban bias dan radial (mixmatching), seperti pada Gambar 5.14 berikut ini, Gambar Mixmatching Pencampuran ini dapat berakibat cepat rusaknya tire yang bertipe bias karena tire tersebut: Tidak lentur seperti tire radial, sehingga lebih banyak menerima beban dinamis saat unit beroperasi. 67

17 Tidak mudah melepas panas, sehingga kemungkinan rusak akibat overheat juga lebih besar. Daya dukung terhadap beban lebih kecil dari tipe radial, yang juga berakibat tirenya menjadi lebih cepat rusak apabila diberikan beban lebih Perawatan Jalan Perawatan jalan merupakan salah satu faktor penting untuk menjaga umur pemakaian ban. Perawatan tersebut diantaranya : Pembersihan material di jalan menggunakan grader Penyiraman jalan menggunakan water truck untuk mengurangi panas, namun penyiraman tidak boleh dilakukan berlebihan, sebab dapat mengakibatkan unit truk slip dan operator kehilangan kontrol saat mengemudikan unit Operator Dari pengamatan di lapangan masih ditemukan kebiasaan operator yang kurang baik, yang dapat mempengaruhi umur ban, diantaranya : 1. Over-back Warding Gambar Overback-warding 68

18 Over-back warding seperti terlihat pada Gambar 5.15 di atas, merupakan salah satu kebiasaan operator, yaitu menempatkan unit truck terlalu mundur, hingga ban melindas material baik di front maupun dumping point, sehingga kemungkinan ban untuk tersayat akibat melindas batuan semakin besar. Hal ini merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya potongan pada ban. Selain itu ada beberapa hal yang dapat dilakukan operator untuk mereduksi tingkat kerusakan ban, sebagai berikut: Hindari manuver yang kasar, dengan menurunkan kecepatan di tikungan tajam. Hindari sebisa mungkin melindas batu yang ada selama pemuatan, pengangkutan, penumpahan. Hindari parkir dengan steering dalam keadaan berbelok. Menjaga kebersihan unti truk; kaca depan, lampu, spion, sehingga pandangan lebih jelas. Berjalan berkeliling untuk mengecek kondisi ban pada awal shift. 2. Tumpahan Material (Rock Spillage) Gambar Rock Spillage Tumpahan material seperti pada Gambar 5.16 di atas, dapat disebabkan penempatan muatan yang tidak merata oleh operator excavator, sehingga operator harus lebih mengatur sehingga penempatan muatan merata, dan juga perlu dilakukan pengurangan 69

19 kecepatan khususnya di jalan yang bergelombang dan juga jalan menanjak, sehingga tumpahan material dapat diminimalisasi. Dari data penyebab scrab pada subbab 5.2 di atas masih terdapat heat separation, yaitu kelebihan panas (overheat) yang dapat disebabkan oleh TKPH operasi yang berlebih, namun berdasarkan perhitungan TKPH pada ban diketahui nilai TKPH yang masih di bawah TKPH rating, sedangkan pada ban ukuran tidak diketahui perbandingan TKPH akibat penggunaan ban bias yang tidak ada parameter TKPH rating. Sehingga selain diakibatkan TKPH operasi yang berlebih, heat separation mungkin terjadi akibat : Over loading, akibat kondisi jalan yang undulating Wheel aligment tidak baik Tekanan suspensi yang tidak seimbang Kesalahan product Dari pembahasan di atas dapat diketahui bahwa penyebab utama tidak tercapainya target lifetime dan nilai TUR adalah sistem manajemen ban yang belum dijalankan dengan baik pada aspek penambangan yang meliputi kerapihan loading point, dumping point, dan hauling road, serta kebiasaan operator yang masih kurang baik, oleh sehingga perlu dilakukan perbaikan aspek-aspek tersebut seperti tercantum pada pembahasan dalam bab ini, sehingga lifetime dan nilai TUR dapat meningkat. 70

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR ABSTRAK Ban merupakan komponen penting dalam suatu sistem pengangkutan tambang khususnya alat angkut. Sebagai komponen yang langsung bersinggungan dengan jalan yang kondisinya bervariasi, ban berisiko

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS Pengolahan data dilakukan terhadap tiga parameter key performance Indicator (KPI), yaitu Ton Kilometer per Hour (TKPH) pada subbab 4.1, umur ban (lifetime) pada subbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ban merupakan komponen penting dalam suatu sistem pengangkutan tambang khususnya alat angkut. Jam kerja yang tinggi dari alat angkut merupakan tuntutan produksi, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR Ban Off- Road (Off-Road Tire)

BAB III TEORI DASAR Ban Off- Road (Off-Road Tire) BAB III TEORI DASAR 3.1. Ban Off- Road (Off-Road Tire) Ban off road merupakan penggerak akhir dari kendaraan yang bersinggungan langsung dengan jalan, yang tidak rata, kasar, buruk, dan berbatu, serta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Truk Pengangkut dan Ban Truk Produk truk pengangkut dalam pertambangan mempunyai banyak tipe dan ukuran. Namun setiap kelas atau berat muatan yang sama hampir mempunyai ukuran

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Kinerja Ban Dump Truck Pada Pengangkutan di Tambang Lempung-pasiran PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup Kabupaten

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO...ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Teori Ban Ban adalah salah satu komponen kendaraan yang krusial karena bersentuhan langsung dengan jalan, sekaligus sebagai output terakhir dari tenaga yang dihasilkan oleh mesin.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penambangan terdiri dari tahapan penggalian, pemuatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penambangan terdiri dari tahapan penggalian, pemuatan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan penambangan terdiri dari tahapan penggalian, pemuatan, dan pengangkutan. Alat angkut yang umum digunakan adalah dump truck. Produktivitas dump truck sangat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA BEBAN MUATAN TRUK DAN TKPH

BAB IV ANALISA BEBAN MUATAN TRUK DAN TKPH BAB IV ANALISA BEBAN MUATAN TRUK DAN TKPH 4.1 Analisa Beban Muatan Truk Berdasarkan data ban yang rusak pada bulan juni 2012, maka dapat dianalisa muatan truk CAT 785C sebagai berikut : a. Distribusi muatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang banyak menghasilkan devisa negara. Berdasarkan Coal Country Mine,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang banyak menghasilkan devisa negara. Berdasarkan Coal Country Mine, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi selain minyak dan gas bumi yang banyak menghasilkan devisa negara. Berdasarkan Coal Country Mine, Indonesia merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengupasan tanah pucuk (top soil removal). Top Soil Removal dilakukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pengupasan tanah pucuk (top soil removal). Top Soil Removal dilakukan 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Overburden Removal Dalam pekerjaan Overburden Removal dimulai dengan proses pengupasan tanah pucuk (top soil removal). Top Soil Removal

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1 Payload Meter (PLM) Payload meter (PLM) adalah alat yang digunakan untuk mengukur dan merekam jumlah muatan yang diisikan ke dalam haul truck. PLM menggunakan lampu eksternal

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI AREA PERTAMBANGAN BATUBARA STUDI KASUS ANALISIS INDEKS BAHAN BAKAR (FUEL INDEKS) BAB I PENDAHULUAN

AUDIT ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI AREA PERTAMBANGAN BATUBARA STUDI KASUS ANALISIS INDEKS BAHAN BAKAR (FUEL INDEKS) BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Arutmin indonesia adalah salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor batubara terbesar di Indonesia. PT Arutmin mengoperasikan 5 tambang yaitu Senakin,

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM

EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 3, Desember 216 : 57-61 EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM Achmad 1*, Agus Triantoro 2,

Lebih terperinci

PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT

PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT Adip Mustofa 2*, Jaka Guruh Wicaksono 1, Nurhakim 2, Afriko 3, Sari Melati 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN MUATAN TRUK DAN OPERATION TKPH TERHADAP UMUR BAN BELSHINA FT-116 AM2

PENGARUH BEBAN MUATAN TRUK DAN OPERATION TKPH TERHADAP UMUR BAN BELSHINA FT-116 AM2 TUGAS AKHIR PENGARUH BEBAN MUATAN TRUK DAN OPERATION TKPH TERHADAP UMUR BAN 33.00-51 BELSHINA FT-116 AM2 Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana stratasatu (S1) Disusun oleh

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT

OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT. PUTERA BARAMITRA BATULICIN KALIMANTAN SELATAN Oleh Riezki Andaru Munthoha (112070049)

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA

KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA Saipul Rahman 1*, Uyu Saismana 2 1 Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako

USULAN JUDUL. tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan ini saya mengajukan. 1. Rancangan Jalan Tambang Pada PT INCO Tbk, Sorowako USULAN JUDUL Kepada Yth Bapak Ketua Jurusan Teknik Petambangan Di,- Makassar Dengan Hormat, Dengan ini saya sampaikan kepada Bapak bahwa kiranya dengan tugas akhir yang akan saya laksanakan, maka dengan

Lebih terperinci

2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.

2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional. KESERASIAN KERJA ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN PENGAMBILAN LUMPUR DAN TANAH PUCUK DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA KABUPATEN SUMBAWA BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Khaerul Nujum 1, Ag.

Lebih terperinci

EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU

EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 3, Desember 216 : 62-66 EVALUASI PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RIUNG MITRA LESTARI SITE RANTAU Agus Arie Yudha 1*, Agus Triantoro 2, Uyu Saismana

Lebih terperinci

EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB

EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB Hambali 1*, Nurhakim 2, Riswan 2, Marselinus Untung Dwiatmoko 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q)

LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) q 60 E Q q = q 1. k dimana, q 1 = kapasitas munjung k = factor bucket Waktu siklus a)

Lebih terperinci

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo

Proposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam khususnya sumber daya mineral. Dalam pekembangannya, telah berbagai macam teknik dan teknologi yang dipergunakan

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN

PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari, ST,MT (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar

BAB II LANDASAN TEORI. seperti mesin, suspensi transmisi serta digunakan untuk menjaga mobil agar 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Chassis Chassis merupakan komponen utama pada kendaraan yang terbuat dari material kuat seperti besi dan baja, yang di buat dengan struktur dan perhitungan yang presisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN START. Identifikasi masalah. Pengolahan data stockpile hingga menjadi model. Analisa pengadaan alat berat

BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN START. Identifikasi masalah. Pengolahan data stockpile hingga menjadi model. Analisa pengadaan alat berat BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang alur kegiatan analisa pengadaan alat berat di terminal curah batubara. Diagram alir kegiatan dapat dilihat pada gambar 3.1. START

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008)

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008) BAB III TEORI DASAR 3.1. Penggunaan Bahan Bakar pada Mesin Kendaraan 3.1.1 Sistem Penggerak Daya mesin dan gigi pengoperasian merupakan faktor utama yang menentukan besar tenaga yang tersedia untuk drawbar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa

BAB IV HASIL PENELITIAN. PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa BAB IV HASIL PENELITIAN PT DHL Supply Chain Indonesia adalah salah satu perusahaan layanan jasa logistik. Dalam Proses kerjanya PT DHL Supply Chain Indonesia Project P&G tidak terlepas dari penggunaan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP

PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT OLEH. FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP DIKTAT KULIAH PENGEMBANGAN TANAH MEKANIK (PTM) & ALAT ALAT BERAT BAGIAN VI TRUK OLEH FILIYANTI TETA ATETA BANGUN, ST., M.Eng. NIP. 1969066 19950 00 DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN

KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN Rezky Anisari (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif (kuantitatif). Menurut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif (kuantitatif). Menurut BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis, Lokasi, dan Fokus Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Berdasarkan fokus penelitian dan tujuan penelitian, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian

Lebih terperinci

Sistem Suspensi pada Truck

Sistem Suspensi pada Truck Sistem Suspensi pada Truck Halaman 1 dari 4 Fungsi utama sistem suspensi pada kendaraan adalah mendukung berat kendaraan untuk diteruskan ke tanah (ground). Fungsi lain adalah melindungi badan kendaraan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual BAB V PEMBAHASAN 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual Dalam pengambilan data laju penembusan di lapangan diperoleh adanya perbedaan hasil pencatatan antara Dispatch dan aktual. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dump Truck Dump Truck adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan material pada jarak menengah sampai jauh, muatannya diisikan oleh Backhoe atau sebagainya (Rochmanhadi,

Lebih terperinci

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT

KONSTRUKSI JALAN ANGKUT KONSTRUKSI JALAN ANGKUT Tujuan utama perkerasan jalan angkut adalah untuk membangun dasar jalan yang mampu menahan beban pada poros roda yang diteruskan melalui lapisan fondasi, sehingga tidak melampaui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan. pertambangan Batubara di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi, salah

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan. pertambangan Batubara di Indonesia termasuk di Propinsi Jambi, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan permintaan pasar akan Batubara yang semakin meningkat mengakibatkan semakin banyak berdirinya perusahaan perusahaan pertambangan Batubara di Indonesia

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Abstrak Oleh : James Wilson Siahaan Prodi Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis.

ALAT GALI. Backhoe dan Power Shovel disebut juga alat penggali hidrolis karena bucket digerakkan secara hidrolis. ALAT GALI Yang termasuk alat gali adalah : 1. Backhoe atau Pull Shovel 2. Power Shovel atau Front Shovel menggunakan prime mover excavator : 3. Dragline bisa wheel (roda ban) atau crawler (roda rantai)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) adalah sebuah perusahaan kontraktor pertambangan yang memiliki kerjasama operasional pertambangan dengan PT Bahari Cakrawala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage

BAB I PENDAHULUAN. undercarriage BAB I PENDAHULUAN Excavator merupakan salah satu alat berat yang digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat yang lain. Tujuan penggunaan excavator adalah untuk membantu melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

EVALUASI PRODUKSI OVERBURDEN PADA FRONT KERJA EXCAVATOR HITACHI SHOVEL

EVALUASI PRODUKSI OVERBURDEN PADA FRONT KERJA EXCAVATOR HITACHI SHOVEL Jurnal Geomine, Vol., No. : April 0 EVALUASI PRODUKSI OVERBURDEN PADA FRONT KERJA EXCAVATOR HITACHI SHOVEL Amrun Liemin *, Anshariah, Hasbi Bakri Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROCEDURE

STANDART OPERASIONAL PROCEDURE STANDART OPERASIONAL PROCEDURE I. TUJUAN 1. Memberikan panduan standar operasional penambangan bagi kontraktor 2. Menghilangkan atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja II. SASARAN Memastikan operasional

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia ABSTRAK ABSTRACT

Jl. Raya Palembang Prabumulih KM.32 Indralaya, Sumatera Selatan, Indonesia   ABSTRAK ABSTRACT EVALUASI TEKNIS GEOMETRI JALAN ANGKUT OVERBURDEN UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI 240.000 BCM / BULAN DI SITE PROJECT MAS LAHAT PT. ULIMA NITRA SUMATERA SELATAN TECHNICAL EVALUATION OF GEOMETRIC OVERBURDEN

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI ALAT GALI-MUAT & ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN PENGUPASAN TOPSOIL DI STOCKPILE PT. KALTIM PRIMA

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan meode kuantitatif. Metode deskriptif merupakan teknik pengumpulan data, dimana

Lebih terperinci

4.1. Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data-data yang diperlukan sebagai bahan penulis untuk melakukan analisa untuk melakukan analisa sesuai

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN

BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1. Data Situasi Lapangan Pada kegiatan penambangan material lapisan batuan penutup, prioritas pekerjaan berada pada daerah utara pit Tanah Putih (lihat Gambar 4.1). N LP 1

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 2 1.3 Ruang

Lebih terperinci

ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35

ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35 ANALISIS KERUSAKAN MIDDLE AXLE TRUK RENAULT KERAX DXI 440 TIPE 17 X 35 Abstrak Wahju Djalmono Putro, Anwar S. Ardjo, Munaputra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Sudarto S.H.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penggunaan dana yang besar, serta memiliki resiko yang besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penggunaan dana yang besar, serta memiliki resiko yang besar pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dalam bidang industri khususnya pertambangan umumnya membutuhkan penggunaan dana yang besar, serta memiliki resiko yang besar pula. Oleh karena itu, sebelum

Lebih terperinci

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE)

BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) BAB II TANAH DASAR (SUB GRADE) MAKSUD Yang dimaksud dengan lapis tanah dasar (sub grade) adalah bagian badna jalan yang terletak di bawah lapis pondasi (sub base) yang merupakan landasan atau dasar konstruksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB vi vii ix xi xiii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

EVALUASI GEOMETRI JALAN TAMBANG (RAMP) PADA KEGIATAN PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI PIT SEAM 12 PT. KITADIN JOB SITE

EVALUASI GEOMETRI JALAN TAMBANG (RAMP) PADA KEGIATAN PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI PIT SEAM 12 PT. KITADIN JOB SITE EVALUASI GEOMETRI JALAN TAMBANG (RAMP) PADA KEGIATAN PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI PIT SEAM 12 PT. KITADIN JOB SITE EMBALUT KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARANEGARA Oleh : Akhmad Rifandy

Lebih terperinci

Berhadapan dengan material atau bahan galian CAPACITY. yang secara alami mempunyai sifat fisik dan mekanik relatif keras, sehingga diperlukan tenaga

Berhadapan dengan material atau bahan galian CAPACITY. yang secara alami mempunyai sifat fisik dan mekanik relatif keras, sehingga diperlukan tenaga Berhadapan dengan material atau bahan galian CAPACITY yang secara alami mempunyai sifat fisik dan mekanik relatif keras, sehingga diperlukan tenaga mesin cukup berat POWER CYCLE TIME Untuk mengimbangi

Lebih terperinci

Oleh: Lukman Yunianto Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No.Hp: ,

Oleh: Lukman Yunianto Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No.Hp: , OPTIMALISASI KECEPATAN DUMPTRUCK CATERPILLAR 789B PADA KEGIATAN PENGANGKUTAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT PINANG SOUTH DEPARTMENT JUPITER PT KALTIM PRIMA COAL SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Oleh: Lukman Yunianto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kegiatan penambangan tidak akan terlepas dari suatu kegiatan penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

STANDARD OPERATION PROCEDURE DISPOSAL MANAGEMENT

STANDARD OPERATION PROCEDURE DISPOSAL MANAGEMENT NO OKUMEN : OPR / 04 / 004 / SO HALAMAN : 1/5 REVISI ISUSUN ISETUJUI ISTRIBUSI epartement HO : OPR, ENG. epartement Site : PRO, ENG. Operation ept. Head MS ept. Head Operation iv Head 1. TUJUAN Standard

Lebih terperinci

Sejenis tractor beroda rantai yang dapat dipergunakan untuk Jenis pekerjaan menggali, menggusur serta menarik beban. BUMA

Sejenis tractor beroda rantai yang dapat dipergunakan untuk Jenis pekerjaan menggali, menggusur serta menarik beban. BUMA Sejenis tractor beroda rantai yang dapat dipergunakan untuk Jenis pekerjaan menggali, menggusur serta menarik beban. A. BLADE No Type Figure Aplikasi 1. Straighttiltdozer Tidak dapat membentuk sudut Blade

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN (MAINTENANCE) 5.

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Pengaruh Kemiringan Jalan dan Jarak Angkut terhadap Konsumsi Bahan Bakar dan Fuel Ratio pada Kegiatan Penambangan Batuan Andesit di PT Gunung Sampurna

Lebih terperinci

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3

DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 Penambangan dengan sistem tambang terbuka menyebabkan adanya perubahan rona/bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front penambangan Setelah penambangan

Lebih terperinci

Metode Tambang Batubara

Metode Tambang Batubara Metode Tambang Batubara Sistem Penambangan Batubara Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu: - Penambangan Terbuka (Open Pit Mining) - Penambangan Bawah Tanah (Underground Mining) - Penambangan dengan

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. Nomor. 2 Periode: Sept. 205 Feb. 206 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENGUPASAN OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT. RIAN PRATAMA MANDIRI

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari rezky_anisari@poliban.ac.id Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akses jalan merupakan faktor penting dalam ketercapaian volume batuan yang dipindahkan. Sebelum menentukan geometri jalan yang akan dibuat maka perlu diketahui

Lebih terperinci

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK

1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1.1 PENGANTAR 1. Pembahasan akan ditekankan pada perancangan geometri yang dapat ditambang dengan masukan dari geometri pit yang dihasilkan oleh program floating cone. 2.

Lebih terperinci

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE ADARO KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Kesumawati 1, Nurhakim

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI PENGARUH TAHANAN KEMIRINGAN DAN KECEPATAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR HD785-5 DI SITE PT INCO SOROWAKO

KUANTIFIKASI PENGARUH TAHANAN KEMIRINGAN DAN KECEPATAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR HD785-5 DI SITE PT INCO SOROWAKO KUANTIFIKASI PENGARUH TAHANAN KEMIRINGAN DAN KECEPATAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR HD785-5 DI SITE PT INCO SOROWAKO TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB VII METODE PELAKSANAAN

BAB VII METODE PELAKSANAAN BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,

Lebih terperinci

NO URUTAN LANGKAH TUGAS-TUGAS BAHAYA TINDAKAN DAN PROSEDUR YANG DISARANKAN

NO URUTAN LANGKAH TUGAS-TUGAS BAHAYA TINDAKAN DAN PROSEDUR YANG DISARANKAN BERI TANDA PADA PEKERJAAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN FATALITY PREVENTION ELEMENT (FPE) : BERI TANDA UNTUK IJIN PEKERJAAN YANG HARUS DILENGKAPI : 1.1.1 Gunakan PPE yang Standart 1.1.2 Memahami Prosedur Kerja

Lebih terperinci

Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi

Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi Dinamika Kendaraan Teori dan Aplikasi 1. Fundamental Roda dan Pelek Pada dasarnya untuk mempelajari lebih jauh mengenai dinamika kendaraan terlebih dahulu kita harus memahami beberapa fundamental dasar

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar

BAB V PEMBAHASAN. 5.2 Hubungan Tahanan Kemiringan Terhadap Konsumsi Bahan Bakar BAB V PEMBAHASAN 5.1 Besar Kemiringan Jalan pada Jalur Angkut Dari beberapa jalur angkut yang diamati, terdapat kemiringan jalan yang bervariasi sehingga akan mempengaruhi nilai tahanan kemiringan yang

Lebih terperinci

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH )

1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) 1. OVERLOADING ( MUATAN BERLEBIH ) Memuat berlebihan tidak hanya memperpendek usia kendaraan anda, tetapi juga berbahaya, oleh sebab itu hindarkanlah. Berat muatan harus dibatasi oleh GVM ( berat kotor

Lebih terperinci

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan

TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan BAB III TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT 4.1 Tinjauan Umum Penyediaan alat kerja dan bahan bangunan pada suatu proyek memerlukan manajemen yang baik untuk menunjang kelancaran pengerjaannya. Pengadaan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PENGOPERASIAN NAIK / TURUN BACKHOE LOADER KE / DARI ATAS TRAILER KODE UNIT KOMPETENSI.01

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Penanganan Bahan Sistem penanganan bahan pada umumnya terdiri dari berbagai mekanisme yang banyak diterapkan di berbagai bidang. Hal ini menjadi faktor utama dalam menentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. start. Persiapan alat. Dongkrak roda depan. Setting laser. Setting lavel. Sentering as. Sentering titk roda. setting.

BAB III LANDASAN TEORI. start. Persiapan alat. Dongkrak roda depan. Setting laser. Setting lavel. Sentering as. Sentering titk roda. setting. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Flow chart start Persiapan alat Dongkrak roda depan Setting laser Setting lavel Sentering as Sentering titk roda setting selesai Gambar 3.1 Flow chart proses front wheel aligment(doc

Lebih terperinci

POROS PENGGERAK RODA

POROS PENGGERAK RODA SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) POROS PENGGERAK RODA 34 PEMELIHARAAN / SERVICE POROS PENGGERAK RODA A. URAIAN Fungsi axle shaft adalah sebagai penumpu beban roda atau dudukan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi 5 BAB II PEMBAHASAN MATERI 2.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan satu diantara peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi konstruksi, tempat

Lebih terperinci

Rezky Anisari (1) 1. PENDAHULUAN

Rezky Anisari (1) 1. PENDAHULUAN Jurnal INTEKNA, Tahun XII, No. 1, Mei 2012 : 23-28 KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. UNIRICH MEGA PERSADA SITE HAJAK KABUPATEN BARITO UTARA

Lebih terperinci

BAB II EARTHMOVING DAN HAULING

BAB II EARTHMOVING DAN HAULING BAB II EARTHMOVING DAN HAULING I. PENDAHULUAN Earthmoving merupakan proses atau metode pemindahan material berupa tanah atau batu dari 1 loksasi ke lokasi lainnya. Biasanya aktivitas earthmoving terkait

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN DAN ANALISA DATA

BAB III METODE PENGUJIAN DAN ANALISA DATA BAB III METODE PENGUJIAN DAN ANALISA DATA 3.1. METODE PENGUJIAN 3.1.1. Metodologi Pengujian Metode yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah : 1) Studi literatur Studi literatur dilakukan

Lebih terperinci

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast

BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila. Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara

Lebih terperinci

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR

ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR JURNAL DINTEK. VOL 10 NO 1. MARET 2017 ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PENGUPASAN OVERBURDEN PADA ALAT BULLDOZER DI PT. ALAM RAYA ABADI KABUPATEN HALMAHERA TIMUR Sugria Suryadi*, Rusmansyah**, Herry Djainal**,

Lebih terperinci

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perkerasan Tanah saja biasanya tidak cukup dan menahan deformasi akibat beban roda berulang, untuk itu perlu adanya lapisan tambahan yang terletak antara tanah dan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR DI PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG SENAKIN, KOTABARU KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN TUGAS AKHIR DI PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG SENAKIN, KOTABARU KALIMANTAN SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR DI PT ARUTMIN INDONESIA TAMBANG SENAKIN, KOTABARU KALIMANTAN SELATAN AUDIT ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI AREA PERTAMBANGAN BATUBARA STUDI KASUS ANALISIS INDEKS BAHAN BAKAR (FUEL INDEKS)

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pattern Ban Dunlop

Lampiran 1. Pattern Ban Dunlop L-1 Lampiran 1 Pattern Ban Dunlop Berikut adalah beberapa contoh pattern ban dari Dunlop : 1) Premium Sports (SP Sport FM 901) Ban radial performa tinggi dengan indeks kecepatan V & W. Ban ini memiliki

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. Gambar 3.1 Powertrain

BAB III DASAR TEORI. Gambar 3.1 Powertrain BAB III DASAR TEORI.1 Penggunaan Bahan Bakar Pada Mesin Kendaraan.1.1 Sistem Penggerak (Propulsion System) Daya mesin (engine horsepower) dan operating gear merupakan faktor utama yang menentukan besar

Lebih terperinci

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN

BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 21 BAB III METODOLODI PERHITUNGAN 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi yang dimaksud dalam tugas akhir ini adalah metode pengumpulan data dan pengolahan data, guna menunjang penyelesaian laporan Tugas akhir dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci