BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V. PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan. Keakuratan No. Blast"

Transkripsi

1 BAB V. PEMBAHASAN 5.1. Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengeboran pada daerah pushback 7 South menggunakan sistem Aquila. Sistem Aquila ini memiliki cara kerja dimana desain pengeboran dikirimkan secara online kepada alat bor (dalam hal ini alat bor yang dipakai adalah DRILLTECH 1190 DSP) yang nantinya dapat dipakai langsung untuk melaksanakan pengeboran pada daerah yang dimaksud. Desain yang dimaksud termasuk didalamnya koordinat lubang bor (Northing, Easting) juga kedalaman lubang bor tersebut. Keakuratan pengeboran vertikal didapatkan dengan membandingkan kedalaman Aquila Actual dengan pengukuran lapangan (measured) dan juga dengan menggunakan toleransi kedalaman meter. Dengan demikian keakuratan pengeboran vertikal ini dapat diartikan sebagai persentase data pada selang -0.5m< deviasi< 0.5m. Yang persentasenya dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Keakuratan Pengeboran Vertikal dari Pengukuran Lapangan Keakuratan No. Blast Pengeboran Vertikal (%) Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Sementara itu dari analisa data kedalaman Aquila design dan Aquila Actual yang menggunakan angka toleransi kedalaman sebesar +0.5m diperoleh hasil seperti pada Tabel

2 Tabel 5.2 Keakuratan Pengeboran Vertikal Sistem Aquila No. Blast Keakuratan Pengeboran Vertikal Sistem Aquila(%) Blast # Blast # Blast #4 80 Blast # Blast # Blast # Berdasarkan data keakuratan vertikal sistem Aquila ini dapat dilihat bahwa besarnya keakuratan untuk sistem Aquila ini sangat baik yaitu lebih besar dari 79%. Dengan melihat hal ini dapat dikatakan bahwa pengaruh keakuratan vertikal dari sistem Aquila sendiri (Aquila Design dan Aquila Actual) sudah sangat baik Hubungan Ketepatan Pengeboran Vertikal dengan Desain sistem Aquila Dari data yang diambil, didapatkan perbedaan yang sangat mencolok pada blast #5 pada tanggal 7 september 2007 (lihat Gambar 5.1), dimana data ketepatan vertikal dari pengukuran langsung adalah sebesar % sedangkan menurut Aquila system adalah sebesar %. Perbandingan Keakuratan Pengeboran Vertikal Pengukuran Langsung Vs Sistem Aquila 120 Keakuratan Vertikal (%) Blast #2 Blast #3 Blast #4 Blast #5 Blast #6 Blast #7 Blast No. Pengukuran Langsung Sistem Aquila Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Pengukuran Langsung Vs Aquila System 66

3 Dari hasil perhitungan kedalaman dilapangan didapatkan kedalaman ratarata sebesar meter yang berarti telah mencapai target kedalaman yang diinginkan (15 meter tinggi bench + 2 meter subdrill). Untuk blast #5 ini kategorisasi data dapat dilihat seperti pada Gambar 4.5. Namun dapat dilihat bahwa + 47% (117 lubang dari 249 lubang) dari data kedalaman lubang bor menyimpang dari desain. Dimana untuk deviasi >0.5 meter sebanyak 58 lubang dan deviasi <-0.5 meter sebanyak 59 lubang. Yang jika dianalisa secara statistik mengakibatkan rata-rata kedalaman menjadi 17 meter. Dengan tingkat penyimpangan sampai + 47% perlu dicari penyebab terjadinya pendangkalan lubang bor ini. Beberapa hal yang dapat menjadi penyebab pendangkalan lubang bor pada daerah pushback 7 South ini antara lain: - Air permukaan (contohnya : Hujan) membawa material cutting kembali masuk kedalam lubang khusunya lubang bor yang berada di elevasi terendah. - Ketidakakuratan (galat) sistem aquila dalam penentuan kedalaman aktual. - Pada saat manuver berpindah untuk mengebor lubang lainnya, mesin bor sering kali tanpa disengaja memasukkan cutting kembali ke dalam lubang. - Beberapa kenderaan operasional (khusus yang berkepentingan terhadap kegiatan pengeboran dan peledakan) berjalan melalui spasi lubang bor dan tidak jarang memasukkan cutting kembali ke dalam lubang. Telah diteliti bahwa air yang mengisi lubang bor berasal dari air permukaan karena muka air tanah masih sangat jauh dibawah dari lokasi pengeboran dan dinilai tidak berpengaruh terhadap keberadaan air dalam lubang bor. Oleh sebab itu, perbedaan kedalaman yang signifikan pada blast #5 dicoba diteliti melalui curah hujan harian pada saat pengeboran. 67

4 Perbandingan Curah Hujan Vs Deviasi Keakuratan Vertikal Blast #5 Deviasi Keakuratan Vertikal (%) Blast # Blast #3 Blast #6 10 Blast #2 5 Blast # Curah Hujan (mm) Rainfall Deviasi No. Blast (mm) (%) Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Gambar 5.2 Grafik Perbandingan Curah Hujan terhadap Deviasi Keakuratan Vertikal Pada tanggal 30 Agustus 7 September 2007 yang merupakan waktu pengeboran untuk Blast #5 didapat curah hujan rata-rata harian yang merupakan curah hujan tertinggi selama penelitian yaitu sebesar mm (Gambar 5.2). ada kecenderungan dimana semakin besar curah hujan semakin besar deviasi antara pengukuran langsung dengan sistem Aquila. Berdasarkan data ini rendahnya keakuratan vertikal yang diukur langsung dilapangan terhadap sistem Aquila sangat besar dipengaruhi oleh air permukaan (dalam hal ini air hujan) yang menyebabkan lubang collapse (runtuh) yang berakhir dengan pendangkalan lubang bor. Sementara itu dari data pada Gambar 4.2 Gambar 4.7 secara umum terdapat gambaran bahwa hasil pengukuran kedalaman yang dilakukan penulis 68

5 lebih besar dari data kedalaman yang ditunjukkan oleh alat Aquila. Hal ini ditunjukkan oleh banyaknya data yang berada pada selang deviasi > 0.5 m. Dalam pengukuran kedalaman, menurut data dari departemen Drill and Blast, alat Aquila memakai data penetration rate (m/hour) design antara lain sebesar 30 dan 42 m/hour tergantung daerah peledakannya. Dari data penetration rate inilah nantinya ditentukan kedalaman lubang bor dengan memperhatikan waktu yang dipakai untuk membor suatu lubang tertentu. Pada kenyataannya dilapangan pada saat pengeboran dilakukan besarnya penetration rate ini berbeda-beda untuk setiap lubang. Contohnya : No. Peledakan : Blast #3 No. Hole : Waktu Bor : menit jam Penetration Rate : 30 m/hour Maka besarnya kedalaman menurut alat bor Aquila = jam x 30 m/jam = meter. Sementara pada kenyataannya dalam pengukuran dilapangan didapatkan sebesar 17.7 meter. Hal inilah yang mengakibatkan hasil pengukuran alat bor Aquila lebih kecil dari pengukuran yang dilakukan oleh penulis Penakaran Jumlah Bahan Peledak yang dipakai pada Truk ORICA Target isian perlubang untuk Powergel 2570 dan Energen 2660 adalah 1200 kg, Pemilihan berat isian optimum tersebut adalah berdasarkan tinggi kolom isian adalah 11 m didapatkan dari desain kedalaman lubang (17meter) dikurangi dengan stemming sebesar 6meter. Untuk banyak isian bahan peledak diatas 1200 m diperkirakan akan menyebabkan kelebihan isian (overload) yang nantinya akan menjadi penyebab potensial terjadinya flyrock dan ground vibration yang berlebihan. Kontrol terhadap besarnya isian ini sangat diperlukan manakala terjadi masalah yang salah satunya dapat diakibatkan oleh kehadiran struktur geologi pada lubang bor yang menyebabkan penambahan jumlah bahan peledak sampai melebihi batas, karena isian tidak pernah mencapai ketinggian untuk stemming-nya sebesar 6 meter. Dibeberapa hole pada Blast #6 (12 September 2007) ada yang lubang 69

6 tembak yang berisi kg yang berarti sudah jauh melewati target isian perlubang. Bahkan salah satu hole pattern (lubang pattern adalah lubang yang ditambahkan pada desain awal) pada Blast #3 terdapat isian lubang yang mencapai 2000 kg. Berikut data isian rata-rata perlubang sesuai penakaran Automatic Machine pada truk MMU ORICA yang dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3. Rata-Rata Isian Perlubang Secara Otomatis Oleh Truk MMUORICA Rerataan Kedalaman Hasil Penakaran Otomatis ORICA (Kg) No. Blast Actual (m) Powergel 2570 Energen 2660 Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Perhitungan Teoritis Pemakaian Bahan Peledak Perhitungan teoritis untuk penentuan banyaknya isian bahan peledak didalam lubang tembak adalah dengan memakai acuan rumus volume tabung yaitu : Vol. tabung = πr 2 L Dimana : π = 3.14 r = radius (jari-jari lubang bor) L = kedalaman (tinggi) lubang bor Kemudian dilakukan pengukuran kedalaman lubang bor secara langsung dilapangan dengan menggunakan pita ukur, dilakukan dokumentasi sesuai dengan nomor lubang (ID Hole). Dengan asumsi diameter lubang bor adalah sebesar mm. Setelah didapatkan volume isian lubang bor, dilakukan konversi untuk mendapatkan berat isian sesuai dengan density bahan peledaknya. Pada Powergel 2570 densitynya sebesar 1.25 gr/cc, sedangkan Energen 2660 sebesar 70

7 1.3gr/cc. Prosedur pengambilan sampel untuk penentuan besar density terdapat pada lampiran A. Gambar 5.3 Contoh Dokumentasi Dan Perhitungan Isian Bahan Peledak Pengukuran dilakukan secara langsung mulai dari kedalaman lubang bor, stemming, dan pencatatan banyaknya bahan peledak yang dikeluarkan oleh ORICA melalui truk MMU (Mobile Manufacturing Unit) yang contoh dokumentasinya dapat dilihat pada Gambar 5.3. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel

8 Tabel 5.4 Rata-Rata Isian Perlubang Dari Perhitungan Teoritis Rerataan Kedalaman Hasil Perhitungan Manual (Kg) No. Blast Actual (m) Powergel 2570 Energen 2660 Blast #2 15,99 917,13 981,61 Blast #3 16,14 954, ,14 Blast #4 16,56 939,49 925,24 Blast #5 17, , ,82 Blast #6 16,46 907, ,01 Blast #7 16,35 956, , Perbandingan Pemakaian Bahan Peledak antara Truk MMU dan Perhitungan Manual Perbedaan jumlah isian bahan peledak antara perhitungan dengan penakaran yang dikeluarkan oleh truk MMU (Mobile Manufacturing Unit) ORICA beberapa diantaranya cukup signifikan, oleh sebab itu dilakukan perbandingan besarnya deviasi atau penyimpangan diantara keduanya. Perbedaan dikategorisasi berdasarkan jenis bahan peledak yaitu Powergel 2570 dan Energen Perbandingan Pemakaian Powergel 2570 Antara Penakaran ORICA Vs Perhitungan Teoritis Berikut besar perbedaan (deviasi) antara penakaran ORICA dengan perhitungan secara teoritis yang dapat dilihat pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Beda Isian & Deviasi Isian Powergel 2570 Isian Powergel 2570 Blast No. ORICA Teoritis Beda Berat (Kg) Deviasi (%) Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Average =

9 Besarnya persentase deviasi isian Powergel 2570 berada dikisaran 3.49% %. Selang deviasi ini masih berada pada angka toleransi yang dipakai di Grasberg PT.Freeport Indonesia yaitu sebesar 10%. Untuk melihat kecenderungan (trend) antara hubungan ketepatan vertikal dengan isian bahan peledak powergel 2570 dapat dilihat pada Gambar 5.4. Dimana data keakuratan vertikal terdapat pada Tabel 5.1. Perbandingan Keakuratan Pengeboran Vertikal terhadap Deviasi Powergel Blast #5 Blast #3 Blast #7 Deviasi Isian (%) Blast #2 Blast #6 Blast # Keakuratan Pengeboran Vertikal (%) Gambar 5.4 Grafik Perbandingan Keakuratan Vertikal terhadap Deviasi Isian Powergel Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa ada suatu hubungan antara keakuratan vertikal dengan deviasi isian Powergel pada tiap daerah kegiatan peledakan (Blast). Dimana dengan semakin besarnya persentase keakuratan pengeboran vertikal, deviasi isian Powergel 2570 semakin kecil. Dengan memperhatikan hubungan ini dapat dikatakan bahwa semakin baik tingkat akurasi kedalaman pengeboran akan mempengaruhi besaran isian bahan peledak pada tiap lubang, yang ditunjukkan dengan penurunan deviasi isian (antara penakaran ORICA dan hitungan teoritis). 73

10 Perbandingan Pemakaaian Energen 2660 Antara Penakaran ORICA Vs Perhitungan Teoritis. Perbandingan berat isian Energen dari penakaran ORICA dan perhitungan teoritis dapat dilihat pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Beda Isian & Deviasi Isian Energen 2660 Isian Energen 2660 Blast No. ORICA Teoritis Beda Berat (Kg) Deviasi (%) Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Average = Pada peledakan dengan pemakaian Energen, selang deviasi isian bahan peledak berada diantara 1.7% 6.57 %. Walaupun selang deviasi tersebut masih berada pada angka toleransi, namun terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada Blast #6 pada tanggal 12 September 2007 yaitu sebesar 6.57% atau kg. Besarnya perbedaaan ini dapat dilihat juga pada isian perlubang pada daerah peledakan tersebut yang sebagian besar berisi kg. Sementara itu, kecenderungan antara keakuratan pengeboran vertikal dan deviasi isian bahan peledak Energen 2660 dapat dilihat pada Gambar 5.5. Dari grafik perbandingan tersebut didapatkan hubungan dimana semakin tinggi keakuratan pengeboran vertikal, semakin kecil deviasi isian bahan peledak. Melalui grafik ini dapat dijelaskan bahwa keakuratan pengeboran vertikal (kedalamannya) mempengaruhi besarnya isian bahan peledak. Hubungan antara keakuratan vertikal terhadap isian Powergel 2570 dan Energen 2660 memperlihatkan kecenderungan yang sama yaitu semakin tinggi tingkat keakuratan pengeboran vertikal semakin kecil deviasi isian bahan peledaknya. 74

11 Perbandingan Keakuratan Pengeboran Vertikal terhadap Deviasi Energen Blast #6 Deviasi Isian (%) Blast #5 Blast #3 Blast #2 Blast #7 1 Blast # Keakuratan Pengeboran Vertikal (%) Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Keakuratan Vertikal terhadap Deviasi Isian Energen 5.6. Distribusi Fragmentasi Hasil Peledakan Di Daerah Penelitian Distribusi Fragmentasi Dengan Software Split Engineer Desktop 2.0 TM Untuk mendapatkan secara cepat kisaran besaran fragmentasi yang ada maka dilakukan pengambilan foto atau gambar dari batuan hasil peledakan kemudian diolah menggunakan software Split Engineer Desktop 2.0 TM. Untuk mendapatkan keakuratan dalam pengukuran dengan menggunkan software ini maka dilakukan validasi terlebih dahulu, yang prosedur serta hasil validasinya dapat dilihat pada Lampiran D. Didapatkan bahwa Split Desktop valid untuk digunakan, maka tidak diperlukan koreksi terhadap n (faktor keseragaman) dan X (ukuran fragmentasi) dari foto digital yang didapatkan di lapangan. Besarnya P80 dari hasil olahan foto digital oleh software split desktop dapat dilihat pada Tabel 5.7. Pada tabel tersebut juga ditunjukkan berat isian bahan peledak Energen

12 Tabel 5.7 Persentase Berat Isian Energen dan Besaran P80 Hasil Olahan Split Desktop tiap Blast Blast P80 Split Desktop No. % Berat Energen (cm) Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Dengan memperhatikan bahwa besaran densitas Energen 2660 sebesar 1.3gr/cc yang lebih besar daripada Powergel 2570 (1.25gr/cc), maka Energen 2660 memiliki kekuatan yang lebih besar dari Powergel 2570 karena bobot isinya yang lebih besar. Oleh sebab itu dilihat kecenderungan akan hal tersebut melalui Gambar 5.6. Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Energen Blast #6 Blast #2 % Berat Energen Blast #4 Blast #5 Blast #7 Blast # P80 (cm) Gambar 5.6 Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Energen 76

13 Dari grafik tersebut didapatkan kecenderungan bahwa semakin besar persentase berat isian oleh bahan peledak Energen 2660, maka ukuran fragmentasi P80-nya semakin kecil. Untuk memperlihatkan kecenderungan pada bahan peledak Powergel dapat dilihat pada gambar 5.7. Didapatkan kecenderungan dimana semakin besar persentase berat isian Powergel mempengaruhi fragmentasi dengan semakin besar ukuran P80 nya. Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Powergel % Berat Powergel Blast #7 Blast #4 Blast #5 Blast #3 Blast #2 Blast # P80 (cm) Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Split Desktop terhadap % Berat Isian Powergel Distribusi Fragmentasi dari Crusher Pemakaian software split desktop yang melakukan pengolahan terhadap foto digital fragmentasi hasil peledakan dilapangan hanya bisa dilakukan pada permukaan mug pile saja, maka untuk mengetahui distribusi fragmentasi hasil peledakan dibawah permukaan dilakukan dengan mengambil data dari crusher. Data fragmentasi F80 dari crusher tersebut dapat dilihat pada Tabel

14 Tabel 5.8 Persentase Berat Isian Energen dan Besaran P80 dari Crusher tiap Blast Blast No. % Berat Energen P80 Crusher (cm) Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Blast # Pada data fragmentasi P80 dari crusher ini, dilakukan juga perbandingan terhadap presentase berat isian Energen seperti halnya pada fragmentasi F80 hasil olahan split desktop sebelumnya. Dari perbandingan ini juga didapatkan kecenderungan dimana ukuran fragmen P80 akan semakin besar jika persentase berat isian bahan peledak Energen 2660 semakin rendah. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.8. Data distribusi fragmentasi diatas didapatkan dari crusher. Dimana pada crusher diinstalasi kamera yang nantinya mengambil foto digital pada saat material di-dumping dari alat angkut. Kemudian diolah dengan sistem image recognition oleh software PI. 78

15 Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Energen 2660 % Berat Energen Blast #6 Blast #2 Blast #3 Blast #5 Blast #4 Blast # P80 (cm) Gambar 5.8 Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Energen Sementara untuk bahan peledak Powergel didapatkan kecenderungan seperti pada gambar 5.9. Dimana semakin besar ukuran fragmen P80-nya, semakin besar persentase berat isian Powergel-nya. Kondisi ini berbanding terbalik dengan bahan peledak Energen. Dengan melihat kecenderungan ini semakin menguatkan pernyataan bahwa bahan peledak Energen 2660 lebih kuat daripada Powergel 2570 jika dilihat dari ukuran distribusi fragmentasinya. 79

16 Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Powergel 2570 % Berat Powergel Blast #7 Blast #4 Blast #5 Blast #3 Blast #2 Blast # P80 (cm) Gambar 5.9 Grafik Perbandingan Distribusi Fragmentasi Crusher terhadap % Berat Isian Powergel 5.7 Tabel Isian Bahan Peledak (Explosive Charged Table) Pengisian bahan peledak pada daerah penelitian seringkali melebihi target isian maksimal bahan peledak yaitu sebesar 1200 kg. Oleh sebab itu untuk melakukan kontrol terhadap isian agar tidak berlebih (over load), maka dicoba untuk membuat tabel isian berdasakan kedalaman lubang. Isian bahan peledak yang berlebihan dapat mengakibatkan ground vibration yang berlebihan yang dapat menggangu kestabilan lereng dan juga fly rock yang dapat membahayakan keselamatan. Tabel ini didapatkan dengan menggabungkan seluruh data jumlah isian bahan peledak baik Powergel 2570 maupun Energen 2660 lalu dikelompokkan dalam selang tertentu, maka didapatkan tabel isian yang nantinya dapat digunakan sebagai acuan, dimana stemming yang digunakan adalah sebesar 6 meter. Tabel ini dapat dilihat pada Tabel

17 Tabel 5.9 Tabel Isian Bahan Peledak (Rekomendasi) Interval Kedalaman Powegel Energen No. (Meter) (Kg) (Kg)

ANALISIS KETEPATAN PENGEBORAN VERTIKAL TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK DAN FRAGMENTASI PADA PUSHBACK

ANALISIS KETEPATAN PENGEBORAN VERTIKAL TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK DAN FRAGMENTASI PADA PUSHBACK ANALISIS KETEPATAN PENGEBORAN VERTIKAL TERHADAP PENGGUNAAN BAHAN PELEDAK DAN FRAGMENTASI PADA PUSHBACK 7 SOUTH TAMBANG TERBUKA GRASBERG PT. FREEPORT INDONESIA TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi salah satu

Lebih terperinci

= specific gravity batuan yang diledakkan

= specific gravity batuan yang diledakkan Rumus Perhitungan Geometri Peledakan Peledakan Geometri peledakan terdiri dari burden, spacing, sub-drilling, stemming, dan kedalaman lubang bor. 1. urden Jarak burden sangat erat hubungannya dengan besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISI RINGKASAN ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL v vi vii viii x xi xiii BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan Penelitian 1 1.3. Batasan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT FRAGMENTASI Tingkat fragmentasi batuan hasil peledakan merupakan suatu petunjuk yang sangat penting dalam menilai keberhasilan dari suatu kegiatan peledakan, dimana

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Blok Penelitian Penentuan blok penelitian dilakukan dengan menyesuaikan aktivitas mesin bor yang sedang bekerja atau beroperasi memproduksi lubang tembak.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING

ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN LUBANG LEDAK, BURDEN DAN SPACING TERHADAP PEROLEHAN FRAGMENTASI BATUGAMPING Herman¹, Sri Widodo², Arif Nurwaskito¹ 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia

Lebih terperinci

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE

STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE STUDI TARGET PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN KAJIAN PEMBORAN UNTUK LUBANG LEDAK DI PT BUKIT MAKMUR MANDIRI UTAMA JOBSITE ADARO KABUPATEN TABALONG PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Farida Kesumawati 1, Nurhakim

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kemantapan lereng G-6/PB-8 South berdasarkan penilaian kualitas massa batuan pembentuk lereng tersebut. Kualitas

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 DATA Data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah data-data yang dikumpulkan dari kegiatan Core Orienting di lokasi proyek Grasberg Contact Zone. Data

Lebih terperinci

BATU SPLIT DAN CUTTING BOR UNTUK MATERIAL STEMMING DALAM KEGIATAN PEMBERAIAN BATUAN DENGAN PELEDAKAN

BATU SPLIT DAN CUTTING BOR UNTUK MATERIAL STEMMING DALAM KEGIATAN PEMBERAIAN BATUAN DENGAN PELEDAKAN INFO TEKNIK Volume 17 No. 2 Desember 2016 (263-272) BATU SPLIT DAN CUTTING BOR UNTUK MATERIAL STEMMING DALAM KEGIATAN PEMBERAIAN BATUAN DENGAN PELEDAKAN Romla Noor Hakim 1, Nurhakim 1, Kartini 1, dan Akhmad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peledakan adalah merupakan kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan. Suatu operasi peledakan batuan

Lebih terperinci

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain :

BAB II I S I Kecepatan pemboran suatu alat bor juga dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain : BAB I PENDAHULUAN Pemboran produksi (eksploitasi) merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan peledakan, karena dengan melakukan kegiatan peledakan tersebut terlebih dahulu batuan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual BAB V PEMBAHASAN 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual Dalam pengambilan data laju penembusan di lapangan diperoleh adanya perbedaan hasil pencatatan antara Dispatch dan aktual. Hal ini

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4

BAB III KESIMPULAN. Nama Praktikan/11215XXXX 4 BAB III KESIMPULAN 3.1 Kriteria Penggalian Kemampuan untuk menaksir kemampugalian suatu massa batuan sangatlah penting, apalagi bila akan mengunakan alat gali mekanis kontinu. Tujuan memelajari kriteria

Lebih terperinci

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV

GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV Mata Kuliah : Teknik Peledakan Dosen : Ir. Muh Jufri Nur. ST, MT GEOMETRI PELEDAKAN MENURUT ANDERSON OLEH KELOMPOK IV MARSALIN ( 2002 31 046 ) NAZRULLAH IQBAL ( 2002 31 003 ) ZULKIFLI SULAIMAN ( 2002 31

Lebih terperinci

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK MENGGUNAKAN ANALISIS DISTRIBUSI UKURAN FRAGMEN PADA PELEDAKAN BATUAN PENUTUP DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK MENGGUNAKAN ANALISIS DISTRIBUSI UKURAN FRAGMEN PADA PELEDAKAN BATUAN PENUTUP DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK MENGGUNAKAN ANALISIS DISTRIBUSI UKURAN FRAGMEN PADA PELEDAKAN BATUAN PENUTUP DI TAMBANG TERBUKA BATUBARA Ahmad Ali Syafi i 1, Riswan 2*, Uyu Saismana 2, Romla Noor Hakim 2,

Lebih terperinci

ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA

ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA ANALISIS FLYROCK UNTUK MENGURANGI RADIUS AMAN ALAT PADA PELEDAKAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA Havis Abdurrachman *, Singgih Saptono, Bagus Wiyono UPN Veteran Yogyakarta *corresponding author: havisabdurrachman@yahoo.co.id

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG

RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG RANCANGAN SISTEM WAKTU TUNDA PELEDAKAN NONEL UNTUK MENGURANGI EFEK GETARAN TANAH TERHADAP FASILITAS TAMBANG DELAY SYSTEM DESIGN FOR NONEL BLASTING TO REDUCE GROUND VIBRATION EFFECT DUE TO MINE FACILITY

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... repository.unisba.ac.id. Halaman

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... repository.unisba.ac.id. Halaman DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i v vii xi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian... 2 1.3. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

Oleh : Santika Adi Pradhana Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No. Hp : ,

Oleh : Santika Adi Pradhana Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No. Hp : , KAJIAN TEKNIS PELEDAKAN PADA KEGIATAN PEMBONGKARAN LAPISAN PENUTUP UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DI PT. THIESS CONTRACTORS INDONESIA MELAK, KALIMANTAN TIMUR Oleh : Santika Adi Pradhana Prodi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan

Lebih terperinci

PROPOSAL TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya.

PROPOSAL TUGAS AKHIR. Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian Mahasiswa Pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya. ANALISA DISTRIBUSI FRAGMENTASI BATUAN HASIL PELEDAKAN DENGAN PROGRAM SPLIT DESKTOP 2.0 SEBAGAI FUNGSI FAKTOR ENERGI (FE) DI PT SEMEN BATURAJA (PERSERO) PROPOSAL TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Tugas Akhir Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA.

KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA. KAJIAN GROUND VIBRATION DARI KEGIATAN BLASTING DEKAT KAWASAN PEMUKIMAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN DI PENAMBANGAN BATUBARA Oleh : Sundoyo 1 ABSTRAK Penelitian dilakukan di PT. Cipta Kridatama site PT.

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Pengaruh Arah Kekar terhadap Fragmentasi Hasil Peledakan Menggunakan Model Kuzram dan Sve De Vo The Analysis of Joint Orientation Toward Fragmentations

Lebih terperinci

ANALISIS GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP UKURAN FRAGMENTASI OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE ADARO KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP UKURAN FRAGMENTASI OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE ADARO KALIMANTAN SELATAN ANALISIS GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP UKURAN FRAGMENTASI OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA JOBSITE ADARO KALIMANTAN SELATAN Munawir 1, Andi Ilham Samanlangi 2, Anshariah 1 1. Jurusan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Prinsip Pengeboran

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Prinsip Pengeboran BAB III DASAR TEORI 3.1 Prinsip Pengeboran Hampir dalam semua bentuk penambangan, batuan keras diberai dengan pengeboran dan peledakan. Pengeboran dan peledakan dibutuhkan di sebagian besar tambang terbuka

Lebih terperinci

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK BERDASARKAN GROUND VIBRATION HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN

EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK BERDASARKAN GROUND VIBRATION HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN JURNAL HIMASAPTA, Vol., No., Agustus 6 : 45-49 EVALUASI ISIAN BAHAN PELEDAK BERDASARKAN GROUND VIBRATION HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN SELATAN Rusmawarni *, Nurhakim, Riswan,

Lebih terperinci

KAJIAN RADIUS AMAN ALAT GALI MUAT TERHADAP FLYROCK PELEDAKAN PADA PIT 4500 BLOK 12 PT TRUBAINDO COAL MINING KUTAIBARAT KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN RADIUS AMAN ALAT GALI MUAT TERHADAP FLYROCK PELEDAKAN PADA PIT 4500 BLOK 12 PT TRUBAINDO COAL MINING KUTAIBARAT KALIMANTAN TIMUR Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 KAJIAN RADIUS AMAN ALAT GALI MUAT TERHADAP FLYROCK PELEDAKAN PADA PIT 4500 BLOK 12 PT TRUBAINDO COAL MINING KUTAIBARAT KALIMANTAN

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS KINERJA MESIN BOR DALAM PEMBUATAN LUBANG LEDAK DI QUARRY BATUGAMPING B6 KABUPATEN PANGKEP PROPINSI SULAWESI SELATAN

PRODUKTIVITAS KINERJA MESIN BOR DALAM PEMBUATAN LUBANG LEDAK DI QUARRY BATUGAMPING B6 KABUPATEN PANGKEP PROPINSI SULAWESI SELATAN PRODUKIVIAS KINERJA MESIN BOR DALAM PEMBUAAN LUBANG LEDAK DI QUARRY BAUGAMPING B6 KABUPAEN PANGKEP PROPINSI SULAESI SELAAN Supratman, Anshariah, Hasbi Bakri* Jurusan eknik Pertambangan Universitas Muslim

Lebih terperinci

PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUANPADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUANPADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PENGARUH GEOMETRI PELEDAKAN TERHADAP FRAGMENTASI BATUANPADA PT. PAMAPERSADA NUSANTARA SITE ADARO PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Riski Lestari Handayani 1, Jamal Rauf Husain 2, Agus Ardianto Budiman 1 1. Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK.

ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK. ANALISIS PENGARUH STRUKTUR JOINT TERHADAP FRAGMENTASI PELEDAKAN DAN PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT PT SEMEN PADANG (PERSERO), TBK. ANALYSIS OF INFLUENCE OF JOINT STRUCTURE ON DRAGING FRAGMENTATION AND PRODUCTIVITY

Lebih terperinci

Oleh : Tri Budi Amperadi 1 dan Ahmad 2. Dosen Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara 2.

Oleh : Tri Budi Amperadi 1 dan Ahmad 2. Dosen Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara 2. KAJIAN TEKNIS MMU ( MOBILE MANUFACTURE UNIT ) PADA KEGIATAN PENGISIAN BAHAN PELEDAK DI PT. AEL INDONESIA SITE MSJ SEPARI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Oleh : Tri Budi Amperadi 1

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA KEBERHASILAN PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA KEBERHASILAN PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN KAJIAN TEKNIS GEOMETRI PELEDAKAN PADA KEBERHASILAN PEMBONGKARAN OVERBURDEN BERDASARKAN FRAGMENTASI HASIL PELEDAKAN Rudi Frianto 1, Nurhakim 1, Riswan 1 Abstrak: Kajian teknis geometri peledakan pada keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud Tujuan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peledakan merupakan kegiatan lanjutan kegiatan pemboran Kegiatan peledakan sangatlah penting dalam kegiatan pertambangan, dikarenakan terkadang terdapat bahan galian yang

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Geometri Peledakan untuk Menghasilkan Fragmentasi yang diinginkan pada Kegiatan Pemberaian Batuan Andesit di PT Mandiri Sejahtera Sentra, Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kadar Air Tanah Air merupakan salah satu komponen penting yang dibutuhkan oleh tanaman baik pohon maupun tanaman semusim untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Air yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN...1

BAB I PENDAHULUAN...1 DAFTAR ISI RINGKASAN...v ABSTRACT...vi KATA PENGANTAR...vii DAFTAR ISI...viii DAFTAR GAMBAR...x DAFTAR TABEL...xiii DARTAR LAMPIRAN...xiv BAB I PENDAHULUAN...1 1.1. Latar Belakang...1 1.2. Rumusan Masalah...1

Lebih terperinci

PENGARUH GEOMETRI TERHADAP PRODUKSI PELEDAKAN BATUAN PENUTUP SUATU PENDEKATAN STATISTIK

PENGARUH GEOMETRI TERHADAP PRODUKSI PELEDAKAN BATUAN PENUTUP SUATU PENDEKATAN STATISTIK PENGARUH GEOMETRI TERHADAP PRODUKSI PELEDAKAN BATUAN PENUTUP SUATU PENDEKATAN STATISTIK Saudah 1, Achmad Djumarma Wirakusumah 2, Apud Djadjulie 3 1. Pemda Seruyan, Jl. Ahmad Yani, Seruyan ² ³ STEM Akamigas,

Lebih terperinci

Akurasi Konturing Trianggulasi Dan Kriging Pada Surfer Untuk Batubara

Akurasi Konturing Trianggulasi Dan Kriging Pada Surfer Untuk Batubara Akurasi Konturing Trianggulasi Dan Pada Surfer Untuk Batubara Agung Dwi Sutrisno 1, Ag. Isjudarto 2 Jurusan Teknik Pertambangan STTNAS Yogyakarta 1,2 agung_ds@yahoo.com, is_darto@yahoo.com Abstrak Salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI...

LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN MOTTO SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR...iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR FOTO...ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Modul Simulasi Teknik Peledakan. Oleh : Ir. Effendi Kadir, MT Desrizal, ST

Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya. Modul Simulasi Teknik Peledakan. Oleh : Ir. Effendi Kadir, MT Desrizal, ST Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Modul Simulasi Teknik Peledakan Oleh : Ir. Effendi Kadir, MT Desrizal, ST 1 Teknik dan Logika Pemograman 1.1 Pendahuluan Flowchart dalam

Lebih terperinci

METODE PEKERJAAN BORE PILE

METODE PEKERJAAN BORE PILE METODE PEKERJAAN BORE PILE Dalam melaksanakan pekerjaan bore pile hal-hal yang harus diperhatikan adalah : 1. Jenis tanah Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap kecepatan dalam pengeboran. Jika tipe tanah

Lebih terperinci

POLA PEMBORAN & PELEDAKAN

POLA PEMBORAN & PELEDAKAN POLA PEMBORAN & PELEDAKAN Faktor-Faktor yang mempengaruhi kemampuan pemboran dan peledakan : 1. Arah Pemboran 2. Pola pemboran dan Peledakan 3. Waktu daur dan jam kerja efektif alat bor 4. Geometri Peledakan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN

BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN BAB III PEMODELAN DAN HASIL PEMODELAN Data-data yang telah didapatkan melalui studi literatur dan pencarian data di lokasi penambangan emas pongkor adalah : 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukaan

Lebih terperinci

PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR )

PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR ) PENJELASAN PENGISIAN DAFTAR ISIAN ( FORMULIR ) 1. Kuat tekan yang disyaratkan sudah ditetapkan 30,0 N/mm 2 untuk umur 28 hari. 2. Deviasi standar diketahui dari besarnya jumlah (volume) pembebasan yang

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi BAB VII PEMBAHASAN MASALAH 7.1 Tinjauan umum Pekerjaan pondasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dalam sendiri dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Nilai Powder Factor untuk Optimalisasi Produksi Peledakan di CV Jayabaya Batu Persada, Desa Malingping Utara, Kec. Malingping Kab. Lebak, Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelidikan geoteknik diperlukan untuk menentukan stratifikasi (pelapisan) tanah dan karakteristik teknis tanah, sehingga perencanaan dan konstruksi pondasi dapat

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNIS PENGEBORAN DAN PELEDAKAN OVERBURDEN

RANCANGAN TEKNIS PENGEBORAN DAN PELEDAKAN OVERBURDEN RANCANGAN TEKNIS PENGEBORAN DAN PELEDAKAN OVERBURDEN UNTUK MENDAPATKAN FRAGMENTASI YANG DIBUTUHKAN PADA TAMBANG BATUBARA DI PIT M3-34 PT. LEIGHTON CONTRACTORS INDONESIA KALIMANTAN TIMUR SKRIPSI Oleh BUDYANUNG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan pada Bulan Mei sampai bulan Agustus 2010. Bertempat di Laboratorium Pengawasan Mutu, Departemen Teknologi Industri Pertanian, dan Bengkel

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION)

PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION) LAMPIRAN I PENYELIDIKAN TANAH (SOIL INVESTIGATION) BANGUNAN PADA AREA BPPT LOKASI JALAN M H. THAMRIN NO. 8 JAKARTA 105 I. Pendahuluan Pekerjaan Penyelidikan tanah (Soil Test) dilaksanakan Pada Area Gedung

Lebih terperinci

ANALISIS BAHAYA CAVE RESCUE 6 ARISAN CAVING YOGYAKARTA 2016

ANALISIS BAHAYA CAVE RESCUE 6 ARISAN CAVING YOGYAKARTA 2016 ANALISIS BAHAYA CAVE RESCUE 6 ARISAN CAVING YOGYAKARTA 2016 @formansihombing BAHAYA HUJAN @formansihombing ANALISIS BAHAYA DENGAN PETA TOPOGRAFI Hujan merupakan salah satu ancaman yang berbahaya ketika

Lebih terperinci

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1. Akuisisi Data 3.1.1. Kawah Domas Kawah Domas merupakan salah satu dari sekumpulan kawah yang ada di Gunung Tangkuban Perahu. Berdasarkan data GPS, Kawah Domas

Lebih terperinci

BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur

BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN. sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan dan 20 ekor betina dan berumur 15 III BAHAN/OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah kuda polo sebanyak 25 ekor, yang terdiri dari 5 ekor jantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah biasanya akan selalu membutuhkan penanganan khusus terutama atas

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1. Pekerjaan Galian Galian adalah pekerjaan menggali tanah untuk keperluan konstruksi yang bertujuan untuk mendapatkan desain atau bentuk konstruksi yang sesuai dengan elevasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Fenomena Dasar Mesin (FDM) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 3.2.Alat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gaya Gravitasi merupakan gaya yang terjadi antara dua massa yang saling berinteraksi berupa gaya tarik-menarik sehingga kedua benda mengalami percepatan yang arahnya

Lebih terperinci

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah

Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST. Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Sistem Penambangan Bawah Tanah (Edisi I) Rochsyid Anggara, ST Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah Ditinjau dari sistem penyanggaannya, maka metode penambangan bawah tanah (Underground mining)

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G PERBANDINGAN LINTASAN PEMBORAN BERARAH DENGAN BERBAGAI METODE PERHITUNGAN PADA SUMUR G-12 LAPANGAN G Grace BS, Widrajat AK, Harin Widiyatni Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknologi Kebumian Dan Energi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT

BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT 4.1 ANALISA GROUND SUPPORT Ground support merupakan perkuatan dinding terowongan meliputi salah satu atau atau lebih yaitu Rib, wiremesh, bolting dan shotcrete

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PERENCANAAN CASING PEMBORAN SECARA TEKNIS DAN EKONOMIS PADA SUMUR NP 03-X DI LAPANGAN NP PERTAMINA UTC Abstrak Novi Pahlamalidie Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Email: novipahlamalidie@yahoo.com

Lebih terperinci

MIX DESIGN Agregat Halus

MIX DESIGN Agregat Halus MIX DESIGN Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari dengan data : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah (alami) 2. Agregat halus yang dipakai : pasir 3. Diameter agregat

Lebih terperinci

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 28

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 28 JGP (Jurnal Geologi Pertambangan 28 ANALISIS GETARAN TANAH AKIBAT PELEDAKAN UNTUK MENCAPAI KONDISI AMAN PADA KAWASAN PEMUKIMAN PADA PT. CIPTA KRIDATAMA SITE MHU Oleh : Akhmad Rifandy 1 dan Mohammad Harris

Lebih terperinci

BAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori

BAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori BAB II HAND BORING 2.1 Referensi - Laboratorium Mekanika Tanah. Buku Panduan Praktikum Mekanika Tanah. ITB. 2005. 2.2 Dasar Teori Pemboran tanah adalah pekerjaan paling umum dan paling akurat dalam survey

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Arah dan Jarak Lemparan Fly Rock Akibat Kegiatan Peledakan di PT Dahana Jobsite PT Adaro Indonesia, Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona

BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona BAB IV PENGOLAHAN KOMPOSIT ZONA, ANALISIS STATISTIK DAN PENYAJIAN DATA HASIL OLAHAN 4.1. Konstruksi Zona Endapan dan Optimasi Zona Penentuan zana endapan dilakukan setelah data dianalisis secara statistik

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN Bab ini berisi tentang penyajian data yang dihasilkan dari percobaan yang dilakukan. Penyajian data berupa tabel tabel dan gambar grafik. 4.1 Pengujian Beton Segar 4.1.1 Pengujian

Lebih terperinci

APLIKASI SLIDE SOFTWARE UNTUK MENGANALISIS STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI DAERAH GUNUNG SUDO KABUPATEN GUNUNGKIDUL

APLIKASI SLIDE SOFTWARE UNTUK MENGANALISIS STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI DAERAH GUNUNG SUDO KABUPATEN GUNUNGKIDUL APLIKASI SLIDE SOFTWARE UNTUK MENGANALISIS STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI DAERAH GUNUNG SUDO KABUPATEN GUNUNGKIDUL R. Andy Erwin Wijaya 1) Dianto Isnawan 2) 1) Jurusan Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mendapatkan data-data yang obyektif, valid dan selanjutnya dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan sangatlah diperlukan, sehingga penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014. III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tangga 24 Agustus 5 Oktober 2014. Lokasi pelaksanaan penelitian ini di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV METODA PENGAMBILAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB IV METODA PENGAMBILAN dan PENGOLAHAN DATA BAB IV METODA PENGAMBILAN dan PENGOLAHAN DATA 4.1 METODA PENGAMBILAN DATA Proses pengambilan data mengetahui fenomena microbubble yang terjadi setelah keluar dari test section diambil berdasarkan hasil

Lebih terperinci

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR

PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Abstrak Oleh : James Wilson Siahaan Prodi Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA

BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA BAB III BASIS DAN EVALUASI DATA 3.1. Basis Data Basis data yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung dari hasil pemboran eksplorasi untuk kemudian dilakukan verifikasi data dan pengolahan data

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN PENGGETAR MESIN PRESS BATAKO PADA PROSES PRODUKSI BATAKO TANPA PLESTER DAN TANPA PEREKAT (BTPTP) TERHADAP KEKUATAN DINDING

PENGARUH BEBAN PENGGETAR MESIN PRESS BATAKO PADA PROSES PRODUKSI BATAKO TANPA PLESTER DAN TANPA PEREKAT (BTPTP) TERHADAP KEKUATAN DINDING Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi PENGARUH BEBAN PENGGETAR MESIN PRESS BATAKO PADA PROSES PRODUKSI BATAKO TANPA PLESTER DAN TANPA PEREKAT (BTPTP) TERHADAP KEKUATAN

Lebih terperinci

Vol. VIII Nomor 24 November Jurnal Teknologi Informasi ISSN :

Vol. VIII Nomor 24 November Jurnal Teknologi Informasi ISSN : APLIKASI SPLIT DEKSTOP SOFTWARE UNTUK MENENTUKAN BUTIR BATU GAMPING BERONGGA PADA ZONA CAVITY LAYER TAMBANG KUARI BATU GAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH R. Andy Erwin Wijaya, Dwikorita

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai analisis pelaksanaan penelitian sarta hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada bab III. Analisis dilakukan terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai jalur pengiriman air dilakukan di sekitar Kampus IPB Darmaga. Penelitian selanjutnya mengenai kebutuhan air aktual kampus, dilakukan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH

PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH LAMPIRAN III KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1452 K/10/MEM/2000 TANGGAL : 3 November 2000 PEDOMAN TEKNIS PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH I. PENDAHULUAN Keperluan informasi

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR Dosen : Runi Asmaranto (runi_asmaranto@ub.ac.id) Secara umum perkerasan jalan harus cukup kuat untuk memenuhi dua syarat, yaitu : (a) Secara

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH POWDER FACTOR TERHADAP HASIL FRAGMENTASI PELEDAKAN PADAPT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANALISIS PENGARUH POWDER FACTOR TERHADAP HASIL FRAGMENTASI PELEDAKAN PADAPT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN ANALISIS PENGARUH POWDER FACTOR TERHADAP HASIL FRAGMENTASI PELEDAKAN PADAPT. SEMEN BOSOWA MAROS PROVINSI SULAWESI SELATAN HerdyAdi Saputra¹,Sri Widodo², Arif Nurwaskito¹ 1. Jurusan Teknik Pertambangan

Lebih terperinci

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU Andriano Petonengan Jeffry S. F. Sumarauw, Eveline M. Wuisan Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Manado Email:anopetonengan@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL Dr. Abdul Hakam 1, Oscar Fithrah Nur 2, Rido 3 ABSTRAK Gempa bumi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS PEMBORAN UNTUK MENINGKATKAN TARGET PRODUKSI

KAJIAN TEKNIS PEMBORAN UNTUK MENINGKATKAN TARGET PRODUKSI KAJIAN TEKNIS PEMBORAN UNTUK MENINGKATKAN TARGET PRODUKSI Do Rosario, Baltazar Da Costa, Avellyn Shinthya Sari, DP.Waloeyo Adjie, Ahmad Fawaidin Nahdliyin Teknik Pertambangan, ABSTRAK Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Untuk dapat melakukan proses perhitungan antara korelasi beban vertikal dengan penurunan yang terjadi pada pondasi tiang sehingga akan mendapatkan prameter yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL 3.1 PENDAHULUAN Proyek jembatan Ir. Soekarno berada di sebelah utara kota Manado. Keterangan mengenai project plan jembatan Soekarno ini dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

ANALISIS GROUND VIBRATION PADA PELEDAKAN OVERBURDEN DI PANEL 4 PIT J PT. KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS GROUND VIBRATION PADA PELEDAKAN OVERBURDEN DI PANEL 4 PIT J PT. KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS GROUND VIBRATION PADA PELEDAKAN OVERBURDEN DI PANEL 4 PIT J PT. KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR Oleh : Rudini Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No. Hp : 085250615060,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 sampai Januari 2012. Lokasi penelitian yaitu di RPH Jatirejo, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN

BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN BAB 4 ANALISIS PELAKSANAAN PERENCANAAN ALUR PELAYARAN Tujuan pembahasan analisis pelaksanaan perencanaan alur pelayaran untuk distribusi hasil pertambangan batubara ini adalah untuk menjelaskan kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande Standar Nasional Indonesia Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional i BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci