BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang
|
|
- Liana Hartanto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah penambangan. Wilayah konsesi penambangan yang tidak begitu luas (± 180 ha) mengharuskan sistem penambangan dapat dilaksanakan dengan baik, terutama dalam penanganan top soil dan overburden. Dari luas wilayah penambangan dan kondisi topografi, maka sistem penambangan yang cocok diterapkan di daerah ini adalah metode block cut open pit mining dengan beberapa penyesuaian. Dengan metode penambangan ini maka penimbunan OB dapat direncanakan mengambil lokasi di dalam pit (inpit disposal). Pada saat awal penambangan overburden masih ditimbun di area di luar pit. Kemudian dalam kurun waktu tertentu apabila pit area dirasa cukup luasnya untuk dilakukan inpit disposal, maka penimbunan di luar pit dapat segera dikurangi. Terdapatnya beberapa sumur minyak dan gas di sekitar areal tambang mengharuskan pelarangan peledakan dalam metode penambangan yang dilakukan. Oleh karena itu metode pengupasan top soil dan penggalian overburden hanya dilakukan dengan alat mekanis, yaitu dengan metode free digging dengan menggunakan ekskavator tipe Backhoe dan di bantu dengan adanya ripping dari dozer. 4.2 Perancangan Tambang Tahapan perancangan tambang yang dilakukan meliputi perancangan batas awal penambangan, desain pit yang meliputi sudut lereng, jalan angkut, dan pola penyaliran yang digunakan dan setelah itu dikorelasikan dengan ketersediaan alat beserta kapasitas produksi dari alat dalam penggalian, 34
2 pemuatan, pengangkutan overburden dan batubara. Tahapan terakhir dari perancangan adalah menentukan urutan pertambangan berdasarkan sistem penambangan yang dilakukan Perancangan Batas Awal Penambangan Rancangan pit yang akan dipakai harus dengan ketentuan stripping ratio maksimal 9. Tahapan awal dalam menentukan rancangan batas akhir penambangan adalah dengan menentukan batas pit (boundary pit) di permukaan area lantai cadangan batubara yang akan ditambang. Dalam menentukan batas (boundary) dari pit ini maka harus ditentukan perkiraan besarnya volume dari overburden dan batubara. Dalam memperkirakan besarnya stripping ratio ini digunakan perhitungan dengan menggunakan bantuan software. Maka secara sederhana didapatkan batas pit limit dengan stripping ratio berkisar 8,5 (gambar 4.1 ) U Batas Pit pada lantai cadangan batubara dengan stripping ratio 8,5 Gambar 4.1 Sketsa batas awal penambangan Perancangan Lubang Bukaan Berdasarkan batas pit yang diperoleh sebelumnya, maka desain lebih rinci dari pit dapat dilakukan, yaitu penentuan lereng akhir dari final pit, menentukan perkiraan jalan angkut dan pola penyaliran yang mungkin berdasarkan lokasi dari pit. 35
3 Pembuatan Lereng Lereng yang dibentuk tidak melalui pola peledakan, karena adanya pelarangan penggunaan metode peledakan dalam sistem penambangan. Dengan adanya hal tersebut, maka lereng dibentuk dengan menggunakan ekskavator dengan terlebih dahulu ditentukan batas dari toe dan crest dari lereng tunggal. Berdasarkan data litologi lapisan batuan dari daerah penambangan ini sebagian besar terdiri dari sandstone, mudstone, siltstone. Lapisan batuan tersebut tersebar merata hampir diseluruh batasan tambang, sehingga dari data tersebut ditentukan besarnya sudut untuk lereng tunggal 60º dan untuk keseluruhan lereng sebesar 45 º. Tidak adanya metode peledakan dalam pembuatan lereng ini juga berpengaruh pada lebar jenjang yang akan dibuat, karena semakin lebar jenjang maka kemungkinan biaya yang digunakan untuk pengkupasan lapisan tanah dan batuan akan menjadi semakin besar. Lebar jenjang yang digunakan dengan mempertimbangkan sudut lereng tunggal dan sudut keseluruhan lereng adalah ± 4-5 meter. (gambar 4.2) U (mengikuti arah y) Gambar 4.2 Model lereng akhir lubang bukaan 36
4 Jalan Angkut Akses jalan yang digunakan melanjutkan dari akses jalan yang sebelumnya telah ada. Lokasi penambangan yang terletak di pesisir sungai dan relatif dekat dengan pemukiman penduduk semakin mempermudah akses jalan. Untuk jalan angkut penambangan (terutama yang berada di dalam lubang bukaan) akan mengikuti dari tahapan penambangan karena jalan angkut tersebut nantinya akan berubah sesuai dengan tahapan penambangan dan lokasi disposal yang digunakan. Kriteria lebar jalan yang digunakan dalam pembuatan jalan angkut ini adalah minimal ± 25 meter, lebar jalan tersebut sudah disesuaikan dengan lebar alat angkut yang digunakan ( Dump Truck CAT 777D) Untuk jalan hauling batubara akan memanfaatkan akses jalan yang sudah ada sebelumnya (menuju rom pad). Truk yang digunakan dalam hauling batubara adalah Dump Truck Hino FM 260 JD kapasitas 20 ton sehingga lebar jalan untuk hauling batubara ini lebih kecil daripada untuk pengangkutan overburden. Namun untuk jalan hauling batubara di dalam lubang bukaan mengikuti dari jalan angkut untuk mengangkut overburden. ± 2 ± 2 Gambar 4.3 Contoh Jalan Ideal Penambangan Sistem Penyaliran Lokasi tambang berdekatan dengan sungai Sanga-Sanga, anak Sungai Mahakam. Air dalam tambang sebagian besar berasal dari air 37
5 hujan dan air tanah. Salah satu kendala dalam penambangan di lokasi ini adalah jalan menjadi licin apabila turun hujan, karena litologi batuan di daerah pit yang sebagian merupakan mudstone dan siltstone, yang apabila terkena air dapat berubah menjadi lumpur. Pada saat daerah tambang dalam kondisi hujan (basah) maka produksi penambangan dihentikan sementara sampai hujan reda dan kondisi jalan layak untuk dilewati. Sebaran hujan dapat dilihat pada lampiran A. Sebaran hujan ini dipergunakan untuk menentukan perkiraan waktu dalam perhitungan produktivitas peralatan. Pencegahan membanjirnya air di lokasi tambang dilakukan dengan pembuatan sump. Sump ini dibuat sebagai penampung air sementara di dalam tambang. Air, terutama yang berada di dalam pit, dialirkan menuju sump., kemudian air dalam sump tersebut di pompa menuju ke sediment pond, dan dalam tahap akhir, air tersebut disalurkan menuju sungai dengan melalui kendali mutu air dan ph yang sesuai dengan standar dari pemerintah. Pada bulan-bulan hujan, yaitu pada bulan September sampai bulan April jumlah pompa dapat ditambah untuk mengimbangi jumlah air yang terdapat di daerah tambang dan mencegah banjir terjadi di daerah penambangan Ketersediaan Alat Alat berat merupakan faktor yang penting dalam pelaksanaan kegiatan tambang. Secara garis besar, alat yang dipakai dalam tambang dibagi antara lain berdasarkan fungsinya yaitu untuk penggalian, pengangkutan, dan alat penunjang desain tambang. Pasangan alat (fleet) yang akan digunakan dalam penambangan sangat menentukan besarnya produksi. Pasangan alat ini harus sesuai agar seimbang antara besarnya produksi dan biaya perawatan, serta pemeliharaan alat. Alat-alat yang tersedia di daerah penambangan Sangasanga dapat dillihat pada tabet 4.1. beserta jumlah, kapasitas tiap unit dan lingkup kerja dari masing-masing peralatan tersebut di lapangan. 38
6 Tabel 4.1 Daftar Alat-alat yang Tersedia No Alat Jumlah Kapasitas Per unit 1 Excavator Backhoe 2 15 m 3 (heaped) Komatsu PC 3000 (bucket) 2 Excavator Backhoe Komatsu PC Excavator Backhoe Caterpillar 385B 4 Excavator Backhoe Caterpillar Dump Truck Caterpillar 777D 6 Dump Truck Hino (sub contractor) 7 Dozer Caterpillar D 10 T 8 Dozer Komatsu D 375 A Lingkup Kerja Loading Overburden m 3 (heaped) (bucket) Loading Overburden 1 5,8 m 3 (heaped) Loading batubara (bucket) m 3 (heaped) Loading batubara (bucket) 20 60,1 m 3 (heaped) Hauling OB (bak) ton (heaped) Hauling Batubara (bak) 2 - Ripping Loading point, scrap Loading point/ jalan, land clearing 2 - Ripping Loading point, scrap Loading point/ jalan, land clearing 2 4,2 m 3 (heaped) Loading batubara di stockpile 9 Wheel Loader Volvo L Motor Grader Pembuatan jalan, perataan jalan Cat 16 H 1 - Cat 14 H 1-11 Water Truck 1 - Penyiraman jalan agar tidak terlalu berdebu saat kondisi terlalu kering 12 Pompa Sykes HH 150 Multiflo MFC m 3 /jam 273 liter/detik Memindahkan air dari sump menuju sediment pond Perawatan alat berat merupakan hal yang sangat penting seiring dengan berjalannya proses penambangan, kondisi lokasi yang sering berlumpur karena hujan, dan kerja dari alat yang relatif non stop mengakibatkan alat bekerja secara maksimal. Apabila perawatan dan pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik maka akan berdampak pada kerusakan alat dan juga berkurangnya produksi yang telah ditargetkan. Tidak adanya peledakan pada sistem penambangan yang digunakan mengharuskan alat gali bekerja lebih berat, untuk menggali batuan digunakan ekskavator dengan dibantu oleh ripping dozer. Dengan kondisi bekerja non stop dari ekskavator, sangat rawan terjadi kerusakan pada alat 39
7 berat ini, terutama pada gigi bucket yang bekerja untuk menggali batuan insitu langsung. Penggantian gigi bucket harus dilakukan secara berkala sehingga efisiensi ekskavator tetap stabil dan mencegah timbulnya kerusakan alat dengan jangka waktu yang relatif lama Perancangan Tahapan Penambangan Penambangan direncanakan dimulai dari sisi utara daerah penambangan dan bergerak ke selatan (gambar 4.3). Lokasi stockpile berada di sebelah barat batas pit blok 6 sedangkan lokasi disposal berada di sebelah timur laut batas pit blok 1 dan sebelah timur batas pit blok 3. Lokasi daerah penambangan merupakan daerah yang relatif sempit. Oleh karena itu lokasi disposal yang telah direncanakan tidak akan sanggup menampung semua overburden yang berasal dari dalam pit. Dengan kondisi demikian maka direncanakan penimbunan disposal di dalam pit (inpit disposal). Sesuai metode tambang yang digunakan yaitu metode block cut open pit mining, maka pit di bagi menjadi beberapa blok, yaitu dibagi menjadi 6 blok. Penggalian dilakukan secara bertahap pada tiap blok.(lampiran B) U Blok 1 Blok 2 Blok 3 Blok 4 Blok 5 Blok 6 Pit boundary Gambar 4.4 Blok Penambangan 40
8 Tabel 4.2 Hasil Perhitugan Blok Model Blok Overburden (bcm) Batubara (ton) Blok Blok Blok Blok Blok Blok Total Penjadwalan Produksi Produksi ditargetkan dimulai pada bulan Januari 2008 dan penambangan ditargetkan selesai pada bulan Maret Dalam 1 hari produksi di bagi menjadi 2 shift, siang dan malam (@ 12 jam). Produksi yang dilakukan ditargetkan sesuai tahapan penambangan yang diterapkan sebelumnya. Dengan pola triwulan produksi terdapat evaluasi untuk pertimbangan produksi triwulan berikutnya. Perhitungan produksi ini disesuaikan dengan kapasitas alat dan pasangan alat (fleet). Lokasi penggalian yang baik juga akan mempengaruhi efisiensi dan efektifitas produksi, ditambah lagi tidak adanya peledakan maka produksi penambangan baik overburden dan batubara sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja alat berat tersebut Perhitungan Produktivitas Alat Penentuan pasangan alat (fleet) juga menentukan pencapaian target produksi. Alat yang digunakan harus diperhitungkan kapasitas dan juga efisiensinya. Produksi dari pasangan alat ini ditentukan dengan memperhitungkan cycle time dari alat gali dan alat muat yang digunakan, kapasitas alat, dan beberapa parameter lain yang bisa mempengaruhi jam bekerja alat untuk produksi. Beberapa faktor itu diantaranya adalah adanya 41
9 hujan, jam untuk perawatan alat atau perbaikan alat bila ada kerusakan, adanya istirahat pada tiap shift dan beberapa faktor lain. Produksi dari alat ini ditentukan dari produksi tiap jam kemudian ditentukan sampai produksi tiap bulannya, dan akan dikorelasikan dalam produksi bulan berikutnya dalam tiap triwulan produksi. (lampiran C). Tabel 4.3 Bucket Fill Factor (Backhoe) ( Komatsu Specification and Application Handbook) Tabel 4.4 Job Efficiency Dump Truck (Komatsu Specification and Application Handbook) Perhitungan Produksi Waste (overburden dan top soil) A. Fleet 1 Excavator Komatsu PC 3000 (lihat lampiran D) Kapasitas bucket (q) : 15 m 3 (heaped) Bucket fill factor (K) : 0.9 (lihat tabel 4.2) Load Factor (S) : 0.79 (lihat lampiran E) 42
10 Cycle time Excavator : a) Wilayah kerja optimal 35 detik b) Wilyah kerja kurang kurang optimal 40 detik Dump Truck Caterpillar 777D (lihat lampiran D) Cycle time dump truck a) Wilayah kerja optimal (opt) 15 menit (900 detik) b) Wilayah kerja kurang optimal (nopt) 18 menit (1080 detik) 1. Estimasi jumlah dump truk yang dibutuhkan (M) Cmt M = n Cms di mana, n : jumlah cyle time Excavator untuk mengisi bak truk sampe penuh 4 Cms : Cycle time Excavator (detik) Cmt : Cycle time dump truck (detik) 900 M opt = 7 truk 4 35 M nopt = truk 2. Estimasi produktivitas dump truk P = C 3600 Et M Cmt di mana, P : produktivitas perjam (m 3 /jam) Et : efisiensi kerja dari dump truck 0.75 (lihat tabel 4.3) C : produktivitas tiap cycle; C = n x q x K x S 3600 P opt = ( ,9 0,79) 0,75 7 = 895,86 bcm 895 bcm P nopt = ( ,9 0,79) 0,75 7 = 746,55 bcm 745 bcm
11 B. Fleet 2 Excavator Komatsu PC 1250 (lihat lampiran D) Kapasitas bucket (q) : 6.7 m 3 (heaped) Bucket fill factor (K) : 0.9 (lihat tabel 4.2) Load Factor (S) : 0.79 (lihat lampiran E) Cycle time Excavator : a) Wilayah kerja optimal 50 detik b) Wilyah kerja kurang kurang optimal 60 detik Dump Truck Caterpillar 777D (lihat lampiran D) Cycle time dump truck (menit) a) Wilayah kerja optimal 15 menit (900 detik) b) Wilayah kerja kurang optimal 18 menit (1080 detik) 1. Estimasi jumlah dump truk yang dibutuhkan (M) M = Cmt n Cms di mana, n : jumlah cyle time Excavator untuk mengisi bak truk sampe penuh 7 Cms : Cycle time Excavator (detik) Cmt : Cycle time dump truck (detik) 900 M opt = 3 truk 7 50 M nopt = truk 2. Estimasi produktivitas dump truk P = C 3600 Et M Cmt di mana, P : produktivitas perjam (m 3 /jam) Et : efisiensi kerja dari dump truck 0.75 (lihat tabel 4.3) 44
12 C : produktivitas tiap cycle; C = n x q x K x S 3600 P opt = ( 7 6,7 0,9 0,79) 0,75 3 = 300,11 bcm 300 bcm P nopt = ( 7 6,7 0,9 0,79) 0,75 3 = 250,09 bcm 250 bcm Perhitungan Produksi Batubara A. Fleet 1 Excavator Caterpillar CAT 345 (lihat lampiran D) Kapasitas bucket (q) : 2,4 m 3 (heaped) Bucket fill factor (K) : 0.9 (lihat tabel 4.2) Load Factor (S) : 0.74 (lihat lampiran E) Cycle time Excavator a) Wilayah kerja optimal 60 detik b) Wilayah kerja kurang optimal 70 detik Truck HINO (lihat lampiran D) Cycle time truck a) Wilayah kerja optimal 40 menit (2400 detik) b) Wilayah kerja kurang optimal 50 menit (3000 detik) 1. Estimasi jumlah dump truck yang dibutuhkan (M) M = Cmt n Cms di mana, n : jumlah cyle time Excavator untuk mengisi bak truk sampe penuh 7 Cms : Cycle time Excavator (detik) Cmt : Cycle time truck (detik) 2400 M opt = 6 truk M nopt = 6 truk
13 2. Estimasi produktivitas truck P = C 3600 Et M Cmt di mana, P : produktivitas perjam (m 3 /jam) Et : efisiensi kerja dari truck 0.75 (lihat tabel 4.3) C : produktivitas tiap cycle; C = n x q x K x S 3600 P opt = ( 7 2,4 0,9 0,74) 0,75 6 = m3/jam ton/jam ton/jam 3600 P nopt = ( 7 2,4 0,9 0,74) 0,75 6 = m3/jam ton/jam ton/jam B. Fleet 2 Excavator Caterpillar CAT 385 (lihat lampiran D) Kapasitas bucket (q) : 5,8 m 3 (heaped) Bucket fill factor (K) : 0.9 (lihat tabel 4.2) Load Factor (S) : 0.74 (lihat lampiran E) Cycle time Excavator a) Wilayah kerja optimal 45 detik b) Wilayah kerja kurang optimal 55 detik Truck HINO (lihat lampiran D) Cycle time truck c) Wilayah kerja optimal 40 menit (2400 detik) d) Wilayah kerja kurang optimal 50 menit (3000 detik) 46
14 1. Estimasi jumlah dump truk yang dibutuhkan (M) M = Cmt n Cms di mana, n : jumlah cyle time Excavator untuk mengisi bak truk sampai penuh 4 Cms : Cycle time Excavator (detik) Cmt : Cycle time truck (detik) 2400 M opt = 14 truk 4 45 M nopt = truk 2. estimasi produktivitas dump truk P = C 3600 Et M Cmt di mana, P : produktivitas perjam (m 3 /jam) Et : efisiensi kerja dari truck 0.75 (lihat tabel 4.3) C : produktivitas tiap cycle; C = n x q x K x S 3600 P opt = ( 4 5,8 0,9 0,74) 0,75 14 = 243,35 m3/jam 316,36 ton/jam ton/jam 3600 P nopt = ( 4 5,8 0,9 0,74) 0,75 14 = 194,68 m3/jam 253,09 ton/jam ton/jam 47
15 4.3.2 Target Produksi Dari perhitungan produksi tersebut maka dapat ditentukan produktivitas alat dan dengan menggunakan perhitungan volume blok model desain SURPAC (lampiran F) didapatkan jumlah volume overburden dan cadangan batubara yang bisa ditambang sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Kemudian hasil perhitungan tersebut bisa dibandingkan dalam tabel 4.5 Tabel 4.5 Perbandingan Perhitungan Produksi Waktu Produksi Berdasarkan Produktivitas Alat (PA) Perhitungan berdasarkan Blok Model (BM) Stripping Ratio OB (bcm) Batubara (ton) OB (bcm) Batubara (ton) (PA) (BM) Jan, Feb, Mar ,2 20,1 April, Mei, Juni ,72 6,62 Juli, Agust, Sep t ,79 6,64 Okt, Nov, Des ,47 5,95 Jan, Feb, Mar ,89 6,8 Total ,54 7,29 Dari tabel dapat dilihat bahwa besarnya produksi berdasarkan produktivitas alat yang didapatkan dari perhitungan produksi dari pasangan alat (fleet) selama 3 bulanan lebih besar daripada perhitungan blok model yang didapatkan dari perhitungan software. Dengan angka yang lebih besar ini maka target yang ditentukan akan bisa tercapai karena kapasitas alat masih mampu dalam mencapai hasil perhitungan blok model tersebut. 48
16 Berdasarkan data dari perhitungan produktivitas alat dan perhitungan blok model, maka target produksi yang dapat dipenuhi selama jangka waktu 15 bulan terlihat pada tabel 4.6. Bulan Tabel 4.6 Target Produksi Target Produksi Batubara (ton) Jan, Feb, Mar April, Mei, Juni Juli, Agust, Sept Okt, Nov, Des Jan, Feb, Mar Total Pada tiga bulan pertama masa penambangan masih didapatkan stripping ratio yang besar, baik pada produksi berdasarkan produktivitas alat ataupun sesuai perhitungan blok model. Hal ini karena alat yang digunakan pada awal produksi masih sedikit, terutama pada bulan Januari, proses penggalian overburden dan batubara mengalami peningkatan pada bulan berikutnya yaitu bulan Februari, dikarenakan ada penambahan alat berat ekskavator PC 3000 dan 7 unit Dump Truck 777 D. Perhitungan produktivitas alat dan blok model pada 3 bulan berikutnya, kesemuanya masih dalam stripping ratio yang di targetkan, yaitu di bawah stripping ratio 9. Dengan perhitungan blok model yang telah ditetapkan tersebut, penambangan direncanakan berakhir selama masa produksi 1 tahun lebih 3 bulan. Dan total stripping ratio dari perhitungan blok model sampai penambangan selesai dilakukan adalah sebesar 7, Pengangkutan dan Penimbunan Proses pengangkutan dan penimbunan dibagi menjadi 2 bagian yaitu pengangkutan dan penimbunan waste material ke lokasi disposal, kemudian pengangkutan dan penimbunan batubara ke stockpile, sebelum melalui proses 49
17 penggerusan (crushing) dan proses pengangkutan ke kapal di sungai (barging) Disposal Pada awal penambangan, lokasi disposal pertama berada di sebelah timur laut daerah batas pit (gambar 4.5). Dan lokasi disposal kedua berada di daerah timur dari batas pit (gambar 4.6). Disposal pertama direncanakan untuk menampung waste material dari blok 1 dan sebagian blok 2 penambangan dengan kapasitas ± 1,4 juta bcm. Disposal kedua direncanakan untuk menampung waste material dari sebagian blok 2 dan sebagian blok 3 penambangan yaitu sebesar ± 1,6 juta bcm (lampiran F). Desain kedua lokasi disposal tidak terlalu jauh dari lokasi penambangan untuk mempersingkat jarak tempuh dan juga mengurangi waktu tempuh dalam menuju lokasi tersebut. Namun volume desain disposal yang dibuat tidak bisa menampung seluruh waste material yang ada pada seluruh pit, waste material di dalam pit akan dibuang ke dalam pit itu sendiri (inpit disposal). Inpit disposal ini dapat dilakukan pada saat blok kedua sudah terbuka secara keseluruhan sehingga inpit disposal dapat dilakukan pada blok 1. inpit disposal dilakukan dari sebagian waste material blok 3 yang sudah tidak cukup lagi ditampung disposal di luar pit. (lihat lampiran tahapan penambangan untuk mengetahui lokasi inpit disposal) 50
18 U U Pit boundary Desain disposal 1 Lokasi disposal 1 Gambar 4.5 Desain dan lokasi disposal 1 U U Pit boundary Desain disposal 2 Lokasi disposal 2 Gambar 4.6 Desain dan lokasi disposal Stock pile Lokasi stockpile berada di arah barat daya dari pit (gambar 4.6). Lokasi ini diambil untuk memudahkan dalam pemuatan batubara untuk crushing dan barging. Pemilihan lokasi stockpile juga mempertimbangkan tahapan 51
19 dari penambangan yaitu bergerak dari utara menuju ke selatan sehingga seiring dengan kemajuan penambangan maka lokasi dari stockpile ini akan semakin dekat dan waktu tempuh untuk pengangkutan batubara dari pit menuju ke stockpile juga akan semakin pendek. U Sungai Mahakam Sungai Sanga-sanga Dermaga (barging) Stockpile Crusher ke dermaga Rom Pad akses jalan ke daerah tambang Gambar 4.7 Lokasi Stock pile 52
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir
Lebih terperinciPERANCANGAN TAMBANG DAN PENJADWALAN PRODUKSI PENAMBANGAN BATUBARA (Desa Batuah Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur)
PERANCANGAN TAMBANG DAN PENJADWALAN PRODUKSI PENAMBANGAN BATUBARA (Desa Batuah Kabupaten Kutai Kartanegara Propinsi Kalimantan Timur) Abdul Salam*, Hamid Umar**, Adi Tonggiroh** *) Teknik Pertambangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI RINGKASAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS KERJA ALAT GALI MUAT UNTUK PENGUPASAN LAPISAN TANAH PUCUK PADA LOKASI TAMBANG BATUBARA DI PIT
KAJIAN TEKNIS KERJA ALAT GALI MUAT UNTUK PENGUPASAN LAPISAN TANAH PUCUK PADA LOKASI TAMBANG BATUBARA DI PIT PINANG SOUTH PT. KALTIM PRIMA COAL, SANGATTA, KALIMANTAN TIMUR Oleh : Muhammad Syaiful Irianto
Lebih terperinciArtikel Pendidikan 23
Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram
Lebih terperinciOPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT
OPTIMALISASI PRODUKSI PERALATAN MEKANIS SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PT. PUTERA BARAMITRA BATULICIN KALIMANTAN SELATAN Oleh Riezki Andaru Munthoha (112070049)
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 mor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT UW PT.BORNEO ALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Bukit Makmur Mandiri Utama (PT BUMA) adalah sebuah perusahaan kontraktor pertambangan yang memiliki kerjasama operasional pertambangan dengan PT Bahari Cakrawala
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI PENAMBANGAN BATUBARA SANGA SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
PENJADWALAN PRODUKSI PENAMBANGAN BATUBARA SANGA SANGA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR Dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertambangan Institut
Lebih terperinciPRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN
PRODUKTIVITAS ALAT MUAT DAN ANGKUT PADA PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP DI PIT 8 FLEET D PT. JHONLIN BARATAMA JOBSITE SATUI KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari, ST,MT (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik
Lebih terperinciLOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q)
LOADER Alat untuk memuat material ke dump truck, atau memindahkan material, penggalian ringan. Produksi per jam (Q) q 60 E Q q = q 1. k dimana, q 1 = kapasitas munjung k = factor bucket Waktu siklus a)
Lebih terperinciejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN ,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012
ejournal Teknik sipil, 2012, 1 (1) ISSN 0000-0000,ejurnal.untag-smd.ac.id Copyright 2012 ANALISA TEKNIS PRODUKSI ALAT BERAT UNTUK PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA PIT X PT. BINTANG SYAHID
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,
Lebih terperinci2 Dosen Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional.
KESERASIAN KERJA ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN PENGAMBILAN LUMPUR DAN TANAH PUCUK DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA KABUPATEN SUMBAWA BARAT, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Khaerul Nujum 1, Ag.
Lebih terperinciPERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN
PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS BULLDOZER PADA AKTIVITAS DOZING DI PT. PAMAPERSADA NUSANTARA TABALONG KALIMANTAN SELATAN Hj. Rezky Anisari rezky_anisari@poliban.ac.id Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROCEDURE
STANDART OPERASIONAL PROCEDURE I. TUJUAN 1. Memberikan panduan standar operasional penambangan bagi kontraktor 2. Menghilangkan atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja II. SASARAN Memastikan operasional
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK
98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih
Lebih terperinciEVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM
JURNAL HIMASAPTA, Vol. 1, No. 3, Desember 216 : 57-61 EVALUASI PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI ALAT MEKANIS UNTUK PEMBONGKARAN OVERBURDEN DI PIT 4 PT DARMA HENWA SITE ASAM-ASAM Achmad 1*, Agus Triantoro 2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rancangan adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan kriteria teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan atau sasaran kegiatan serta urutan teknis pelaksanaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam
Lebih terperinciAplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Aplikasi Teknologi Informasi Untuk Perencanaan Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta R. Andy Erwin Wijaya 1, Dianto Isnawan 2 1 Jurusan Teknik
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. Nomor. 2 Periode: Sept. 205 Feb. 206 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENGUPASAN OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT. RIAN PRATAMA MANDIRI
Lebih terperinciProposal Kerja Praktek Teknik Pertambangan Universitas Halu Oleo
A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi sumber daya alam khususnya sumber daya mineral. Dalam pekembangannya, telah berbagai macam teknik dan teknologi yang dipergunakan
Lebih terperinciPERENCANAAN PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PERIODE DI PIT INUL EAST PT KALTIM PRIMA COAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 1 Periode: Maret-Agustus 2015 ABSTRAK PERENCANAAN PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN PADA TAMBANG BATUBARA PERIODE 2014-2015 DI PIT INUL EAST PT KALTIM PRIMA
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PENGUPASAN OVERBURDEN PENAMBANGAN BATUBARA
Lebih terperinci4.1. Pengolahan Data BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data-data yang diperlukan sebagai bahan penulis untuk melakukan analisa untuk melakukan analisa sesuai
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Teknis Produktivitas Alat Gali-Muat dan Alat Angkut pada Kegiatan Pengupasan Overbuden Pit 4200 Blok 1E South Block 1 PT. Trubaindo Coal Mining, Kecamatan
Lebih terperinciEVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB
EVALUASI PRODUKSI ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT SEBAGAI UPAYA PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI PADA PT PAMA PERSADA NUSANTARA DISTRIK KCMB Hambali 1*, Nurhakim 2, Riswan 2, Marselinus Untung Dwiatmoko 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN START. Identifikasi masalah. Pengolahan data stockpile hingga menjadi model. Analisa pengadaan alat berat
BAB III METODOLOGI DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang alur kegiatan analisa pengadaan alat berat di terminal curah batubara. Diagram alir kegiatan dapat dilihat pada gambar 3.1. START
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Perencanaan Tambang (Mine Plan) Ada berbagai macam perencanaan antara lain : a. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka waktunya lebih dari 5
Lebih terperinci[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka
Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA
KAJIAN TEKNIS PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT LIEBHERR 9400 DALAM KEGIATAN PEMINDAHAN OVERBURDEN DI PT RAHMAN ABDIJAYA JOB SITE PT ADARO INDONESIA Saipul Rahman 1*, Uyu Saismana 2 1 Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciFarisyah Melladia Utami, Angga Kurniawan, Muhammad Wahyudi ABSTRAK
STUDI PERBANDINGAN ANTARA MODEL MATCH FACTOR DENGAN MODEL ANTRIAN UNTUK PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN ALAT GALI DAN ALAT MUAT PENAMBANGAN BATUBARA PT.BUKIT ASAM, TANJUNG ENIM Farisyah Melladia
Lebih terperinciPROSES PENAMBANGAN BATUBARA
PROSES PENAMBANGAN BATUBARA 1. Pembersihan lahan (land clearing). Kegiatan yang dilakukan untuk membersihkan daerah yang akan ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar. Alat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memliki sumber daya alam yang berlimpah. Didalamnya terkandung kekayaan migas dan non-migas. Sumberdaya non-migas sendiri
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KAJIAN TEKNIS PENINGKATAN PRODUKSI ALAT GALI-MUAT & ALAT ANGKUT PADA KEGIATAN PENGUPASAN TOPSOIL DI STOCKPILE PT. KALTIM PRIMA
Lebih terperinciDAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Bab vii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Tujuan Penelitian... 1 1.3 Identifikasi Masalah...
Lebih terperinciPenambangan Bijih Nikel di Pomalaa
Penambangan Bijih Nikel di Pomalaa Segmen usaha nikel ANTAM terdiri dari komoditas feronikel dan bijih nikel, yang dihasilkan dari tambang-tambang nikel di Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara serta pabrikpabrik
Lebih terperinciBAB VII METODE PELAKSANAAN
BAB VII METODE PELAKSANAAN 7.1 Persiapan a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul,
Lebih terperinciDESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3
DESAIN TAMBANG PERTEMUAN KE-3 Penambangan dengan sistem tambang terbuka menyebabkan adanya perubahan rona/bentuk dari suatu daerah yang akan ditambang menjadi sebuah front penambangan Setelah penambangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB vi vii ix xi xiii I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Perumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. ABC adalah perusahaan penyedia jasa pertambangan yang memiliki lebih dari 25 tahun pengalaman di Indonesia. PT. ABC merupakan kontraktor yang menyediakan
Lebih terperinciPerencanaan Produksi dan Pentahapan Pengupasan Lapisan Penutup pada Bulan Maret - Desember 2015 di PT Cipta Kridatama Site Cakra Bumi Pertiwi
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Perencanaan Produksi dan Pentahapan Pengupasan Lapisan Penutup pada Bulan Maret - Desember 2015 di PT Cipta Kridatama Site Cakra Bumi Pertiwi 1 Lusitania 1
Lebih terperinciMENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT
MENGHITUNG HARGA SATUAN ALAT Q Metode Perhitungan Produksi Alat Berat : q q N 60 Cm E E dimana : Q = produksi per jam, m /jam, cu.yd/jam q = produksi (m, cu.yd) dalam satu siklus N = jumlah siklus dalam
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT
KAJIAN TEKNIS ALAT GALI MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA MEMENUHI SASARAN PRODUKSI PENGUPASAN LAPISAN TANAH PENUTUP PADA PENAMBANGAN BATUBARA DI PT. YUSTIKA UTAMA ENERGI KALIMANTAN TIMUR Oleh: Efigenia
Lebih terperinciMetode Tambang Batubara
Metode Tambang Batubara Sistem Penambangan Batubara Sistem penambangan batubara ada 3, yaitu: - Penambangan Terbuka (Open Pit Mining) - Penambangan Bawah Tanah (Underground Mining) - Penambangan dengan
Lebih terperinciRENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN
RENCANA TEKNIS PENIMBUNAN MINE OUT PIT C PADA TAMBANG BATUBARA DI PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE LAHAT SUMATERA SELATAN PLANNING TECHNIC MINE OUT DUMP PIT C IN COAL MINE AT PT. AMAN TOEBILLAH PUTRA SITE
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 RANCANGAN TEKNIS PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MENCAPAI TARGET PRODUKSI PIT 3000 BLOCK 1A NORTH BLOCK QUARTER II TAHUN 2015 DI
Lebih terperinciKONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN
KONSEP DASAR PERENCANAAN TAMBANG 3.1 PENGERTIAN Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalan mencapai sasaran,kegiatan serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Folw Chart Metodologi Penelitian Dalam memecahkan masalah pada penelitian yang diamati dibutuhkan langkanglangkah untuk menguraikan pendekatan dan model dari masalah tersebut.
Lebih terperinciBAB VI POLA EKSTRAKSI AKTUAL DAN ANALISA EKONOMI PENAMBANGAN PASIR BESI
BAB VI POLA EKSTRAKSI AKTUAL DAN ANALISA EKONOMI PENAMBANGAN PASIR BESI 6. 1 Pola Ekstraksi Aktual Pasir Besi Kabupaten Tasikmalaya Kegiatan eksplorasi dan eksploitasi pasir besi di Kabupaten Tasikmalaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan energi mengalami peningkatan yang sangat signifikan khususnya terhadap batubara. Batubara merupakan sumber energi utama bagi manusia. Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI TAMBANG BANKO BARAT PIT 3 BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE
KAJIAN TEKNIS PENGUPASAN TANAH PENUTUP DI TAMBANG BANKO BARAT PIT 3 BARAT PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK UPTE TECHNICAL STUDY OF STRIPPING OVERBURDEN IN SITE WEST BANKO PIT 3 WEST PT. BUKIT ASAM (PERSERO),
Lebih terperinciKESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN
KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. ADARO INDONESIA KALIMANTAN SELATAN Rezky Anisari (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM
BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administratif PT BJA berlokasi di Desa Sungai Payang, Dusun Beruak, Kecamatan Loakulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penentuan dan Pemilihan Pit Potensial Penentuan dan pemilihan pit potensial merupakan langkah awal dalam melakukan evaluasi cadangan batubara. Penentuan pit potensial ini diperlukan
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PERHITUNGAN
BAB IV DATA DAN PERHITUNGAN 4.1. Data Situasi Lapangan Pada kegiatan penambangan material lapisan batuan penutup, prioritas pekerjaan berada pada daerah utara pit Tanah Putih (lihat Gambar 4.1). N LP 1
Lebih terperinciANALISIS KEMAJUAN PENAMBANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE DAN PRISMOIDAL DI KALIMANTAN TIMUR
ANALISIS KEMAJUAN PENAMBANGAN BATUBARA MENGGUNAKAN SOFTWARE DAN PRISMOIDAL DI KALIMANTAN TIMUR Arifuddin Ramli 1, Sri Widodo 2 *, Arif Nurwaskito 1 1. Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia
Lebih terperinciRANCANGAN BUKAAN TAMBANG BATUBARA PADA PIT JKG PT. BBE SITE KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, MENGGUNAKAN APLIKASI MINESCAPE 4.118
RANCANGAN BUKAAN TAMBANG BATUBARA PADA PIT JKG PT. BBE SITE KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, MENGGUNAKAN APLIKASI MINESCAPE 4.118 Asan Pasintik, Thresna Adeliana Lassa, Risanto Panjaitan Magister Pertambangan,
Lebih terperinciPASCA TAMBANG. IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014
RENCANA REKLAMASI PASCA TAMBANG BAHAN GALIAN BATUAN ANDESIT IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014 Bahan Galian Batuan Andesit Seluas 11 Ha Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA EXCAVATOR BACKHOE
EVALUASI KINERJA EXCAVATOR BACKHOE CAT 385 DAN CAT 345 TERHADAP PRODUKSI PENAMBANGAN SAKELOLA PAKET 09-218 BANKO BARAT TAHUN 2013 PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK THE EVALUATION OF BACKHOE EXCAVATOR CAT 385
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Kondisi Material 3.1.1 Ukuran Material Faktor ini harus dipahami karena akan berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material tersebut dapat menempati suatu ruangan tertentu.
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
rosiding Teknik ertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi roduktivitas Alat Gali - Muat dan Angkut pada enambangan Batubara di it 3 Timur Tambang Banko Barat T Bukit Asam (ersero) Tbk, Kecamatan Lawang Kidul,
Lebih terperinciAUDIT ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI AREA PERTAMBANGAN BATUBARA STUDI KASUS ANALISIS INDEKS BAHAN BAKAR (FUEL INDEKS) BAB I PENDAHULUAN
I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Arutmin indonesia adalah salah satu perusahaan penghasil dan pengekspor batubara terbesar di Indonesia. PT Arutmin mengoperasikan 5 tambang yaitu Senakin,
Lebih terperinciTEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP
TEMPAT PENIMBUNAN STOCK PILE AND WASTE DUMP Jenis tempat penimbunan STOCK PILE AND WASTE DUMP TEMPAT PENIMBUNAN 1. WASTE DUMP LOKASI PEMBUANGAN OVERBURDEN ATAU MATERIAL KADAR RENDAH DAN ATAU MATERIAL BUKAN
Lebih terperinciBAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa Produktivitas Excavator Produktifitas alat pada kenyataan di lapangan tidak sama jika dibandingkan dengan kondisi ideal alat dikarenakan hal-hal tertentu seperti
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. perencanaan yang lebih muda dikelola. Unit ini umumnya menghubungkan. dibuat mengenai rancangan tambang, diantaranya yaitu :
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Rancangan Tahapan Penambangan Langkah pertama didalam rancangan tahap penambangan ialah menentukan volume rancangan akhir tambang keseluruhan menjadi unit-unit perencanaan yang lebih
Lebih terperinciRezky Anisari (1) 1. PENDAHULUAN
Jurnal INTEKNA, Tahun XII, No. 1, Mei 2012 : 23-28 KESERASIAN ALAT MUAT DAN ANGKUT UNTUK KECAPAIAN TARGET PRODUKSI PENGUPASAN BATUAN PENUTUP PADA PT. UNIRICH MEGA PERSADA SITE HAJAK KABUPATEN BARITO UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan, karena untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pertambangan memiliki cakupan yang sangat luas, yaitu dimulai dari tahapan eksplorasi, kajian kelayakan, pengembangan dan perencanaan tambang, penambangan,
Lebih terperinciEVALUASI CRUSHING PLANT UNTUK PENINGKATAN TARGET PRODUKSI PADA PT INDONESIAN MINERALS AND COAL MINING KECAMATAN KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT
EVALUASI CRUSHING PLANT UNTUK PENINGKATAN TARGET PRODUKSI PADA PT INDONESIAN MINERALS AND COAL MINING KECAMATAN KINTAP KABUPATEN TANAH LAUT M. Mugeni 1*, Uyu Saismana 1, Riswan 1, Kumaini 2 1 Program Studi
Lebih terperinciEVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA
EVALUASI KINERJA ALAT CRUSHING PLANT DAN ALAT MUAT DALAM RANGKA PENINGKATAN TARGET PRODUKSI BATUBARA PADA PT MANDIRI CITRA BERSAMA Dahni 1*, Uyu Saismana 2, Romla Noor Hakim 2, Andre 3 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciII. TUJUAN DAN MANFAAT
I. PENDAHULUAN Semakin majunya dunia perindustrian dan teknologi membuat kebutuhan sumber daya alam akan semakin meningkat, hal tersebut mengharuskan suatu perusahaan untuk mengolah atau memperoduksi sumber
Lebih terperinciPERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur)
PERANCANGAN SEQUENCE PENAMBANGAN BATUBARA UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI BULANAN (Studi Kasus: Bara 14 Seam C PT. Fajar Bumi Sakti, Kalimantan Timur) Dadang Aryanda*, Muhammad Ramli*, H. Djamaluddin* *)
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG SUMATERA BARAT
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. Nomor. 2 Periode: Sept. 205 Feb. 206 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI 780.000 TON/BULAN DI PT SEMEN PADANG INDARUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI BATUBARA SEBESAR TON/BULAN PT
KAJIAN TEKNIS ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT DALAM UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI BATUBARA SEBESAR 30000 TON/BULAN PT.DEBBIA LOGISTIC SITE AMPAH BARITO TIMUR KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI Oleh BOWO HADI NUGROHO NPM
Lebih terperinciRE DESAIN PENGATURAN PERALATAN COALGETTING UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI DESEMBER 2016
JP Vol. No.4 Agustus 207 ISSN 2549-008 RE DESAIN PENGATURAN PERALATAN COALGETTING UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI DESEMBER 206 RE DESIGN OF SETTING COALGETTING EQUIPMENT TO FULFILL PRODUCTION TARGET ON
Lebih terperinciProdi Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung Jl. Tamansari No. 1 Bandung
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Penjadwalan Tambang (Mine Scheduling) untuk Mencapai Target Produksi Batubara 25.000 Ton/Bulan di PT Milagro Indonesia Mining Desa Bukit Merdeka Kecamatan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Statistik Univarian
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Statistik Univarian Analisis statistik yang dilakukan yaitu analisis statistik univarian untuk ketebalan batubara. Analisis statistik ini dilakukan untuk melihat variasi ketebalan
Lebih terperinciPERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA
PERHITUNGAN PEMINDAHAN TANAH MEKANIS PADA PEKERJAAN PEMATANAGN LAHAN PERUMAHAN PANORAMA ALAM ASRI II KEC. SUNGAI KUNJANG SAMARINDA MUHAJIR SORDIAN SUHARTA Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciRENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR
RENCANA TEKNIS PENATAAN LAHAN PADA BEKAS PENAMBANGAN BATU ANDESIT DI QUARRY 1 PT. HOLCIM BETON PASURUAN JAWA TIMUR Oleh : Arif Gumilar Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta Contact: 085764131445,
Lebih terperinci1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK
1. PERANCANGAN PIT DAN PUSHBACK 1.1 PENGANTAR 1. Pembahasan akan ditekankan pada perancangan geometri yang dapat ditambang dengan masukan dari geometri pit yang dihasilkan oleh program floating cone. 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu kegiatan penambangan tidak akan terlepas dari suatu kegiatan penggalian, muat dan pengangkutan material. Semua kegiatan ini selalu berkaitan dengan masalah
Lebih terperinciRencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Rencana Penataan Lahan Bekas Kolam Pengendapan Timah Di Pit Tb 1.42 Pemali PT.Timah (Persero) Tbk, Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ika Tri Novianti Siregar, Riko Suryanata, Indri Febriyanti,
Lebih terperinciMetode Pelaksanaan dan Alat Berat
MODUL PERKULIAHAN Metode Pelaksanaan dan Alat Berat Pengertian tentang kapasitas produksi Dozer shovel/wheel loader dan Motor grader. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Teknik Teknik
Lebih terperinciPENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR
PENGARUH HASIL PELEDAKAN OVERBURDEN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT GALI MUAT DI PIT INUL DAN PIT KEONG PT. KALTIM PRIMA COAL DI SANGATTA KALIMANTAN TIMUR Abstrak Oleh : James Wilson Siahaan Prodi Teknik Pertambangan
Lebih terperinciSeminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan IV 2016 ISBN Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya
Kajian Teknis Alat Muat dan Alat Angkut Untuk Pencapaian Target Produksi Batugamping Sebesar 24.500 Ton/Hari Pada Crusher Tuban I PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk. Kabupaten Tuban Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciPerencanaan Sequence Penambangan Batubara pada Seam 16 Phase 2 di PT. KTC Coal Mining & Energy, Kec. Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur
Perencanaan Sequence Penambangan Batubara pada Seam 16 Phase 2 di PT. KTC Coal Mining & Energy, Kec. Palaran, Samarinda, Kalimantan Timur Ahmad Fauzan Haryono, Ariyanto, I Putu Eka Dimi Aprilianta Prodi
Lebih terperinciRINTA ANGGRAINI
TUGAS AKHIR OPTIMALISASI WAKTU DAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BERAT PADA PEMBANGUNAN RELOKASI JALAN ARTERI RAYA PORONG (PAKET 4) KABUPATEN SIDOARJO JAWA TIMUR RINTA ANGGRAINI 3 040 67 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Teknis Produktivas Alat Gali-Muat dan Angkut UntukMencapai Target Produksi 4.000 Ton per Hari Pada KegiatanPenambangan Nikel Di Blok BH PT Fajar Bhakti
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kajian Teknis Alat Gali-Muat dan Alat Angkut pada Kegiatan Penambangan Nikel di PT. Antam (Persero) Tbk. Desa Buli Kecamatan Maba Kabupaten Halmahera Timur
Lebih terperinciDAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB
DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah... 2 1.3. Tujuan
Lebih terperinciPERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT
PERBAIKAN JALAN ANGKUT TAMBANG : PENGARUH PERUBAHAN STRUKTUR LAPIS JALAN TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT ANGKUT Adip Mustofa 2*, Jaka Guruh Wicaksono 1, Nurhakim 2, Afriko 3, Sari Melati 2 1 Mahasiswa Program
Lebih terperinciTambang Terbuka (013)
Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih
Lebih terperinciStudi Kualitas Batubara Secara Umum
Rencana Pengolahan Studi Kualitas Batubara Secara Umum Hasil analisis batubara PT JFL-X dengan menitik beratkan pada parameter nilai panas dan carbon tertambat didaerah Kungkilan (Blok 1) memiliki nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena merupakan sektor industri yang menghasilkan energi. Jenis jenis usaha
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri bara merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting, karena merupakan sektor industri yang menghasilkan energi. Jenis jenis usaha dalam
Lebih terperinciPenggalian dengan menggunakan metode kerja yang menjamin stabilitas kemiringan lereng samping dan tidak membahayakan
METODE PELAKSANAAN Proyek Normalisasi Kali Sunter Paket I 1. Kisdam dan Dewatering Dilaksanakan pada bangunan yang memerlukan kisdam dan pengeringan dengan sebelumnya dilakukan perhitungan dimensi kisdam/struktur
Lebih terperinci