MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 Nomor : 072; 073/PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PLENO MENDENGAR MENDENGAR KETERANGAN DPR, KPU, SAKSI AHLI DARI PEMOHON PERKARA 072/PUU-II/2004 PERKARA 073/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI TAHUN 1945 RABU, 16 FEBRUARI 2005 JAKARTA 2005

2 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PLENO MENDENGAR MENDENGAR KETERANGAN DPR, KPU, SAKSI AHLI DARI PEMOHON PERKARA 072/PUU-II/2004 PERKARA 073/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA RI TAHUN 1945 I. KETERANGAN 1. H a r i : Rabu 2. Tanggal : 16 Februari Waktu : WIB 4. Tempat : Ruang Sidang Mahkamah Konstitusi Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat 5. Susunan Persidangan : 1. Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. ( K e t u a ) 2. Prof. Dr. H.M. LAICA MARZUKI, S.H. ( Anggota ) 3. H. ACHMAD ROESTANDI, S.H. ( Anggota ) 4. Prof. H.A. SYARIFUDDIN NATABAYA, S.H., LLM ( Anggota ) 5. Dr. HARJONO, S.H., MCL. ( Anggota ) 6. I DEWA GEDE PALGUNA, S.H., MH. ( Anggota ) 7. Prof. H.A. MUKHTIE FADJAR, S.H. ( Anggota ) 8. MARUARAR SIAHAAN, S.H. ( Anggota ) 9. SOEDARSONO, S.H. ( Anggota ) 6. Pemohon : Smita Notosusanto, S.H. (CETRO) 7. Panitera Pengganti : Edi Purwanto, S.H. Cholidin Nasir, S.H. Ida Ria Tambunan, S.H. 8. Acara : Mendengar Mendengar Keterangan DPR, KPU, Saksi Ahli Dari Pemohon 2

3 JALANNYA SIDANG SIDANG DIBUKA PUKUL WIB 1. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Saudara-saudara, Sidang Mahkamah Konstitusi untuk Pemeriksaan Lanjutan dalam rangka Pengujian Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Perkara Nomor 072/PUU-II/2004 dan 073/PUU-II/2004, dengan ini saya nyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. KETUK 1X Assalamu alaikum wr.wb. Selamat pagi dan salam sejahtera. Seperti biasa sebelum kita mulai saya persilakan Saudara Pemohon dan kuasanya untuk kedua perkara ini memperkenalkan diri siapa saja yang hadir. Silakan. 2. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Terima kasih Pak Ketua. Pada hari ini yang hadir menjadi Kuasa Hukum dari perkara register 072 dan 073 adalah Iskandar Sonhaji, S.H., Abdul Fickar Hajar, S.H dan saya sendiri Bambang Widjojanto dan teman-teman Pemohon Asli yang hadir bersama-sama kami pada pagi ini adalah Saudari Smita Notosusanto, Hasyim Ashari, Muflizar, di belakang ada Ganang, Wahidah Suaeb, Hadar Gumaeng, Abdul Rachman dan kemudian ada dari KPU daerah ada Saudara Didi, Saudara Radar, Saudara Indra dan Saudara Maramis. Itu kira-kira yang ada di ruangan ini. Sementara teman-teman KPU daerah lainnya duduk di belakang. 3. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Dari daerah semua itu. 4. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Sebagiannya dari KPU Daerah. 5. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik, selamat datang semuanya. Selanjutnya saya persilakan ke kiri, kalau sidang yang lalu kita sudah mendengarkan Pemerintah dan sudah disampaikan, bahwa Pemerintah dalam sidang kali ini berhak untuk hadir walaupun tidak wajib dan mereka tidak hadir, mereka melepas hak mereka untuk mendengar tidak apa-apa. 3

4 Sekarang saya persilakan DPR siapa saja yang hadir. Silakan. 6. DPR RI H. PATRIALIS AKBAR, S.H. Assalamu alaikum wr.wb. Selamat pagi, salam sejahtera bagi kita semua. Bapak Ketua dan Anggota Majelis Mahkamah Konstitusi yang kami hormati. Pada pagi ini yang mewakili Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia hadir 2 orang, saya Patrialis Akbar dan Saudara Lukman Hakim Saifuddin. Sesungguhnya ada 7 orang yang menjadi Kuasa Hukum, tapi pada kesempatan ini kami hadir 2 orang. 7. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik. Terima kasih, selamat datang. Selanjutnya Pihak Terkait. Kalau tidak salah selain Pihak Terkait ada lagi calon Ahli yang Saudara Pemohon ajukan. Tapi saya persilakan dulu Pihak Terkait dalam hal ini dari KPU siapa saja yang hadir. Silakan. 8. PIHAK TERKAIT Prof. Dr. NAZARUDDIN SJAMSUDIN (KETUA KPU) Salam sejahtera dan selamat pagi. Bapak Ketua dan Hakim Mahkamah yang kami muliakan. Dari KPU pada hari ini hadir saya sendiri selaku Ketua KPU dan seorang Anggota KPU yaitu Saudara Anas Urbaningrum, namun di-back up kami ada jajaran Sekretariat antara lain dari Biro Hukum. 9. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik. Selamat datang. Kemudian dari calon Ahli berapa orang? Pak Bambang? 10. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Pak Ketua, calon Ahli direncanakan ada 4 orang, yang sudah hadir 2 orang Prof. Dr. Frans Limahelu, Dr. J. Kristiadi dan ada 1 lagi di bagian belakang Bivitri Susanti dan kami masih menunggu Prof. Dr. Riyaas Rasyid yang sekarang dalam perjalanan. Insya Allah dalam beberapa menit ke depan Beliau akan hadir. 4

5 11. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik, kalau begitu yang masih di luar silakan masuk. Nanti kalau sudah datang silakan diajukan. Kalau tidak salah dalam sidang yang lalu, itu ada dari LIPI siapa Mukhtar tidak hadir, tidak bisa hadir. Baik saya persilakan memperkenalkan diri, tolong disebutkan keahlian Saudara karena ini akan di-record dan untuk kepentingan pengambilan sumpah, karena disumpah ini nanti tolong sebutkan agamanya. Silakan. 12. AHLI Prof. Dr. FRANS LIMAHELU Terima kasih Bapak Ketua dan para Anggota Mahkamah Konstitusi Nama saya adalah Frans Limahelu. Keahlian saya adalah dalam legis legal drafting dari Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Agama saya Kristen Sekian dan terima kasih. 13. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Silakan yang kedua. 14. AHLI BIVITRI SUSANTI, S.H., LLM. Assalamu alaikum wr.wb. Nama saya Bivitri Susanti beragama Islam, latar belakang saya adalah peneliti di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, dan secara konstan mempublikasikan dan juga tampil dalam berbagai konfrensi mengenai hukum konstitusi dan pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Untuk dicatat latar belakang, saya menamatkan S1 di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan S2, LLM and Low and Development di University of Foreign di Inggris. 15. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik, lanjutkan. Silakan 16. AHLI Dr. J. KRISTIADI Terima kasih Bapak Ketua dan Hakim Anggota yang terhormat. Nama saya J. Kristiadi, keahlian saya, kalau keahlian itu adalah ilmu yang saya tekuni adalah Ilmu politik khususnya mengenai perilaku politik, yaitu kecenderungan seseorang memilih partai tertentu, ini yang menjadi spesialisasi saya. Jadi, keahlian saya politik bukan berarti saya tahu politik semuanya. 5

6 Saya sebagai peneliti sekarang, dan saya di lembaga CSIS. Agama saya Roma Katholik. 17. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik, supaya mudah, diambil sumpah dulu sekarang, baru nanti kita akan memberi kesempatan untuk memberi keterangan. Silakan petugas, dimulai dari yang 2 dulu, silakan berdiri. Untuk memimpin pembacaan sumpah saya persilakan Hakim Maruarar. Silakan berdiri. 18. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Saya kira berdiri saja. Alkitab ada di tangan kiri Pak Limahelu saja, tetapi Pak Kristiadi sama-sama angkat tangan kanan. Ikuti saya. Saya berjanji. 19. AHLI (Dr. J. KRISTIADI DAN Prof. Dr. FRANS LIMAHELU) Saya berjanji. 20. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Bahwa saya. 21. AHLI (Dr. J. KRISTIADI DAN Prof. Dr. FRANS LIMAHELU) Bahwa saya 22. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Sebagai Ahli. 23. AHLI (Dr. J. KRISTIADI DAN Prof. Dr. FRANS LIMAHELU) Sebagai Ahli. 24. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Akan memberikan keterangan yang sebenarnya. 25. AHLI (Dr. J. KRISTIADI DAN Prof. Dr. FRANS LIMAHELU) Akan memberikan keterangan yang sebenarnya. 26. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Sesuai dengan keahlian saya. 6

7 27. AHLI (Dr. J. KRISTIADI DAN Prof. Dr. FRANS LIMAHELU) Sesuai dengan keahlian saya. 28. HAKIM MARUARAR SIAHAAN, S.H. Semoga Tuhan menolong saya. 29. AHLI (Dr. J. KRISTIADI DAN Prof. Dr. FRANS LIMAHELU) Semoga Tuhan menolong saya. 30. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Saudari Bivitri, supaya berdiri dan untuk pengucapan sumpah saya persilakan Hakim Laica Marzuki. Silakan. 31. HAKIM Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara calon Ahli diminta mengikuti lafadz sumpah yang akan dibacakan. Demi Allah. 32. AHLI BIVITRI SUSANTI, S.H., LLM. Demi Allah. 33. HAKIM Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Saya bersumpah. 34. AHLI BIVITRI SUSANTI, S.H., LLM. Saya bersumpah. 35. HAKIM Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Bahwa saya sebagai Ahli. 36. AHLI BIVITRI SUSANTI, S.H., LLM. Bahwa saya sebagai Ahli. 37. HAKIM Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Akan memberikan keterangan yang sebenarnya. 7

8 38. AHLI BIVITRI SUSANTI, S.H., LLM. Akan memberikan keterangan yang sebenarnya. 39. HAKIM Prof. Dr. H. M. LAICA MARZUKI, S.H. Sesuai dengan keahlian saya. 40. AHLI BIVITRI SUSANTI, S.H., LLM. Sesuai dengan keahlian saya. 41. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik Saudara-saudara. Ini sidang kesekian kali dan mudah-mudahan Sidang Pleno Pemeriksaan kali, ini kalau bisa ini sidang terakhir sebelum sidang untuk Pembacaan Putusan, sehingga segera ada kepastian hukum menyangkut persoalan yang sedang kita uji di Mahkamah Konstitusi ini. Pada sidang yang lalu sudah didengar keterangan Pemerintah dan sidang kali ini pertama, kita harus mendengar keterangan dari DPR, kedua dari pihak yang terkait harus juga didengar dalam hal ini KPU dan setelah itu kita akan mendengar keterangan 3 Ahli yang diajukan oleh Saudara Pemohon. Sebelum saya mulai, apakah Saudara dari DPR sudah menerima surat permohonan dan lain sebagainya sudah dibaca? Apa perlu diulangi sebentar begitu oleh Pemohon pokok permohonannya? Masih perlu kira-kira. 42. DPR RI H. PATRIALIS AKBAR, S.H. Kami mohon kiranya garis besarnya saja. 43. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Untuk memudahkan pemeriksaan dan semua pihak juga mendengar sekali lagi, walaupun kita percaya semua sudah membaca, supaya disegarkan kembali ingatan mengenai pokok permohonan yang Saudara persoalkan dalam perkara ini, saya persilakan untuk diuraikan sedikit saja pokok-pokoknya. Silakan. 44. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Terima kasih Pak Ketua. Permohonan ini diajukan oleh 2 kelompok golongan, yang pertama diajukan oleh teman-teman dari pemantau Pemilu atau teman-teman civil society yang memang punya konsentrasi khusus di Pemilihan Umum. Kelompok yang kedua adalah, teman-teman KPU Daerah. Ada sekitar 21 KPU Daerah yang menjadi pihak dalam permohonan ini, itu soal pihak. 8

9 Soal materi pokok perkaranya, ada 3 hal penting yang ingin dipersoalkan. Yaitu pertama, mempertanyakan apakah Pemilu termasuk di dalamnya soal Pilkada. Posisi hukum kami, Pilkada adalah bagian dari Pemilu. Pokok hal kedua yang ingin dikemukakan adalah, apakah independensi penyelenggaraan Pilkada langsung bisa ditegakkan secara konsisten oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 itu. Pokok pikiran yang ketiga yang hendak dikemukakan adalah tentang penyelenggaraan Pilkada langsung. Ketiga pokok pikiran itu sebenarnya adalah ingin menguji dan dalam argumen hukum yang kami ajukan Undang-undang Nomor 32, khususnya yang mengatur mengenai Pilkada tidak konsisten menggunakan pasal-pasal di dalam konstitusi, khususnya Pasal 22E. Sehingga, kemudian kami mengajukan permohonan untuk menguji, bahwa undang-undang ini ternyata bertentangan dengan konstitusi, khususnya Pasal 22E. Di dalam Petitumnya kami mengajukan satu Petitum, bahwa pasal-pasal tertentu seperti Pasal 1 angka 21, Pasal 57 ayat (1), Pasal 65 ayat (4), Pasal 66 ayat (3) butir e, Pasal 67 ayat (1) butir e, Pasal 80 ayat (2), Pasal 89 ayat (3), Pasal 94 ayat (2) dan Pasal 114 ayat (4) dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kami nyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Jadi, Petitumnya memohon kepada Majelis Mahkamah Konstitusi untuk menyatakan pasal-pasal yang disebut di atas bertentangan dengan Undang-Undang Dasar, khususnya Pasal 22E ayat (1) dan Pasal 22E ayat (5). Jadi Petitumnya itu, dan berkaitan dengan itu dan berkaitan dengan itu kami mengajukan Petitum Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dengan pasal-pasal yang tadi kami kemukakan tidak memiliki kekuatan hukum yang mengikat sejak dibacakan dalam Sidang Pleno Mahkamah Konstitusi yang terbuka untuk umum. Jadi itu kira-kira Petitum atau tuntutannya, atau Petitumnya? Saya pikir itu Bapak Ketua yang ingin saya kemukakan pokok-pokok dari permohonan kami baik dalam register Perkara Nomor 072 maupun KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik, tidak ada tambahan ya? Untuk kedua Pemohon sama. Sudah tercakup dua-duanya. Baiklah dengan demikian, saya persilakan pada DPR untuk memberikan keterangan sehubungan dengan yang dimohon oleh Pemohon ini. Tentu nanti ada keterangan yang tertulis juga. Saya persilakan. 46. DPR RI H. PATRIALIS AKBAR, S.H. Terima kasih Majelis yang kami hormati. Perkenankan kami ingin menyampaikan beberapa pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, terutama yang berkenaan dengan masalah Pemilihan Umum. 9

10 47. DPR RI H. PATRIALIS AKBAR, S.H. Terima kasih, Majelis yang kami hormati. Perkenankan kami ingin menyampaikan beberapa pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945, terutama yang berkenaan dengan masalah Pemilu. Ada beberapa pasal yang secara tegas menyebut tentang adanya kalimat Pemilu dalam Undang-Undang Dasar kita ini. Sebagai rujukan awal kami ingin mengutip Pasal 22E ayat (2). Di dalam Pasal 22E menyatakan, bahwa pertama dalam ayat (1) ada kalimat, Pemilu dilaksanakan secara langsung, bebas, umum, rahasia, jujur, adil setiap 5 tahun sekali, ini merupakan asas. Kalimat Pemilu itu, ditindaklanjuti di dalam Pasal 22 ayat (2), untuk apa saja Pemilu yang dikehendaki oleh Undang-Undang Dasar kita. Undang-Undang Dasar 1945 di dalam Pasal 22E ayat (2) mengatur secara baik, bahwa Pemilu itu dilaksanakan untuk memilih anggota DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden dan DPRD. Jadi, ini acuan utama di dalam pelaksanaan Pemilu. Selanjutnya di dalam Pasal 22E ayat (3), (4), dan (5) itu mengelaborasi lebih jauh terhadap Pemilu yang dimaksudkan dalam Pasal 22E ayat (2) tadi, itu dalam ayat (3) berkenaan dengan masalah DPR dan DPD. Kemudian dalam ayat (4) berbicara tentang masalah DPD. Kemudian di dalam Pasal 6A, pasal yang kedua berbicara tentang masalah Pemilu. Itu kita lihat di dalam ayat (1), Pasal 6A ayat (1), itu merupakan penjabaran juga lebih lanjut, bahwa di dalam Pasal 6A ayat (1) menyatakan, Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat. Bagaimana maksudnya Pasal 6A ayat (1) dipilih langsung oleh rakyat, yaitu diatur lebih lanjut di dalam Pasal 6A ayat (2), (3), (4) dan (5). Itu bicara tentang masalah Pemilu yang berkenaan dengan Pemilu, Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang dimaksudkan di dalam Pasal 6A ayat (1) tadi. Kemudian kita lihat lagi di dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Dasar kita, itu mengatur tentang masalah Pemilu yang berkenaan dengan masalah Pemilihan Anggota DPRD. Jadi, dirinci lebih lanjut meskipun tempatnya bertebaran di mana-mana. Kemudian buat juga dalam Pasal 19 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, mengatur tentang masalah Pemilu yang berkenaan terhadap Pemilihan Anggota DPR. Kemudian, Pasal 22C ayat (1) berkenaan dengan masalah Pemilu tentang anggota DPD. Dengan demikian, apa yang tercantum di dalam lima pasal tadi, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini kami informasikan, bahwa tidak ada satupun di dalam Undang- Undang Dasar 1945 yang menyatakan, bahwa Pemillihan kepala daerah, ada di dalam Undang-Undang Dasar 1945 berdasarkan pasal-pasal yang tadi. Kemudian, terhadap hal yang kedua, berkenaan dengan masalah independensi, apakah bisa ditegaskan di dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 ini, bahwa di situ memang bahwa, sebagai pelaksana dari Pemilihan Kepala Daerah itu ditunjuk satu lembaga yang memang independent. Memang benar-benar independent, Komisi Pemilu Daerah. Kenapa Komisi Pemilu Daerah? Karena, di dalam Undang-Undang Dasar 1945 tidak secara tegas mencantumkan, bahwa Komisi Pemilu yang bersifat mandiri, 10

11 tetap, dan bersifat nasional itu tidak ditugaskan untuk melaksanakan Pemilu terhadap Pemilihan Kepala Daerah. Saya kira itu yang bisa kami jelaskan. Mungkin lebih lanjut ditambahkan oleh Saudara saya, Saudara Lukman. 48. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Silakan. 49. DPR RI Drs. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN Assalamu alaikum wr.wb. Bapak Ketua Majelis Konstitusi beserta para Hakim Konstitusi yang terhormat. Para Pemohon, para Pihak Terkait, dan para Saksi Ahli yang saya hormati. Melengkapi keterangan yang disampaikan oleh rekan kami mewakili DPR, maka ada beberapa hal yang perlu kami tambahkan berkaitan dengan keterangan ini, yaitu bahwa pertama kami memandang dan berpendapat bahwa, Pemilihan Kepala Daerah sesungguhnya bukanlah Pemilu. Pemilu sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Dasar termasuk perubahannya. Jadi, Pemilihan Kepala Daerah bukanlah Pemilu tidak saja dapat dilihat dari konsideran masing-masing undang-undang, Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 dan Undangundang Nomor 32 Tahun 2004, karena memang konsiderannnya berbeda dan yang jelas di sana, bahwa pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memang tidak mencantumkan Pasal 22E Undang- Undang Dasar Jadi, ingin kami tegaskan, bahwa Pemilu sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22E di situ diselenggarakan hanya untuk memilih DPR, DPD, Presiden, dan Wakil Presiden serta DPRD. Sedangkan kepala daerah, itu tidak masuk dalam Pasal 22E tersebut. Hal ini karena dalam Undang-Undang Dasar kita jelas dinyatakan, mengapa yang disebut dalam Pasal 22E itu yang dipilih dalam Pemilu itu hanya DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, dan DPRD, karena lembaga-lembaga yang tersebut tadi, pada pasal-pasal sebelumnya sudah dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar kita, misalnya pada Pasal 2 ayat (1) di situ. Jelas Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Dasar kita menyatakan bahwa, DPR dan DPD dipilih dalam Pemilu. Demikian pula Pasal 19 ayat (1) untuk memilih DPR, Pasal 22C untuk memilih DPD, Pasal 6A untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden serta Pasal 18 ayat (3) itu untuk memilih DPRD. Jadi, pada pasal-pasal sebelumnya, di dalam Undang-Undang Dasar itu sudah dinyatakan, sehingga Pasal 22E itu memang tidak mencantumkan Pemilihan Kepala Daerah. Itulah yang mendasari kemudian, kenapa pada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 ini, Pemilihan Kepala Daerah bukan lah identik dengan Pemilu. Selanjutnya berkaitan dengan Pemilihan Kepala Daerah. Di sini, memang perlu disampaikan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah menggunakan organisasi KPU yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 mulai tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Jadi, 11

12 sebagaimana diatur di dalam Pasal 29 butir g dan Pasal 32 butir g Undangundang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPD dan DPRD di sana dinyatakan, bahwa KPU provinsi dan KPU Kabupaten/Kota melaksanakan kewajiban lain yang diatur undang-undang. Jadi, ada kewenangan undang-undang untuk bisa memberikan kewajiban lain kepada KPU Provinsi dan Kabupaten/Kota. Itulah yang dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 dinyatakan, bahwa ada 2 kewajiban lain yang diberikan oleh Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 kepada KPU provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. Dua kewajiban lain itu pertama, adalah menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah. Dan yang kedua, adalah mempertanggungjawabkan pelaksanaan Pilkada itu kepada DPRD. Itulah dasar kenapa kemudian penyelenggaraan Pilkada dan pertanggungjawaban Pilkada kepada DPRD itu diberikan kepada provinsi dan KPU Kabupaten/Kota. Selanjutnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 memang tidak memberi kewajiban atau wewenang khusus kepada KPU. Namun, hal ini sesungguhnya tidak berarti KPU sama sekali kehilangan perannya. KPU tetap menjaga berfungsinya secara baik dan benar, organisasinya di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/kota. Misalnya, bila terjadi pergantian anggota, pengisian lowongan anggota di KPU Provinsi maupun KPU Kabupaten/Kota, maka KPU tetap melakukan tugas dan kewenangannya sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 12 Tahun Jadi, itulah beberapa hal yang mendasari, yang melengkapi keterangan berkaitan dengan penyelengaraan Pemilihan Kepala Daerah ini. Sedangkan kewenangan lain atau kewajiban lain yang diberikan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 kepada provinsi maupun KPU Kabupaten/Kota adalah berkaitan dengan pertanggungjawabannya kepada DPRD. Jadi memang DPRD bertugas dan berwenang antara lain melakukan pengawasan pada semua tahap pelaksanaan Pilkada dan DPRD berwenang membentuk Panwas. Hal ini didasari dengan pandangan, bahwa DPRD-lah institusi yang memiliki legitimasi cukup kuat untuk bisa melakukan pengawasan pada setiap tahap pelaksanaan Pilkada dan juga yang berwenang membentuk Panwas. Karena kita tidak melihat institusi lain di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota yang memiliki legitimasi untuk menjalankan dua fungsi tadi, sehingga kemudian KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota itu diharuskan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan Pilkada kepada DPRD. Selanjutnya Bapak Ketua, perlu disampaikan bahwa mengapa penyelenggaraan Pilkada itu diatur dalam Peraturan Pemerintah? Ada beberapa hal yang perlu kami berikan keterangan. Pertama, menyangkut Pemilihan Kepala Daerah adalah hakekatnya Pemilihan Aparatur Eksekutif di bawah Presiden. Jadi, sesungguhnya yang akan dipilih adalah bagian dari pemerintahan pusat itu sendiri. Kami berpandangan, bahwa otonomi yang dimiliki oleh daerah, hakekatnya adalah otonomi dalam pengertian kebebasan dan kemandirian. Bukan kemerdekaan dalam pengertian yang seluas-luasnya. Jadi, dengan lain, perkataan otonomi itu adalah kebebasan dan kemandirian yang dimiliki oleh daerah dalam ikatan kesatuan yang lebih besar yaitu kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karenanya, otonomi hakekatnya adalah sekadar sub sistem saja dari sistem kesatuan yang lebih besar dalam konteks negara kesatuan kita. 12

13 Itulah kenapa kami berpandangan, bahwa penyelenggaraan dan ketentuanketentuan yang mengatur tentang Pilkada ini diatur oleh Peraturan Pemerintah. Hal lain yang perlu dijelaskan adalah kewajiban konstitusional untuk menyerahkan hanya kepada KPU sebagai regulator dan sekaligus pelaksananya. Jadi, di sini dinyatakan bahwa hal-hal yang berkaitan dengan ketentuan penyelenggaraan Pilkada ini memang tidak ada kewajiban konstitusional hanya dilakukan oleh KPU dan Peraturan Pemerintah itu sendiri sesungguhnya merupakan produk hukum yang diatur dalam Pasal 5 ayat (2) dari Undang- Undang Dasar Terakhir, berkaitan dengan hal yang dipersoalkan menyangkut perselisihan mengenai hasil Pilkada yang diserahkan kewenangan untuk memutusnya kepada Mahkamah Agung, kami berpandangan bahwa mengapa itu tidak diserahkan kepada Mahkamah Konstitusi. Karena kami berpandangan bahwa wewenang Mahkamah Konstitusi sebenarnya sudah limitatif sebagaimana diatur dalam Pasal 24C Undang-Undang Dasar Dengan empat kewenangan dan satu kewajiban itu, sehingga berkaitan dengan perselisihan tentang hasil Pilkada bukan hasil Pemilu. Jadi hasil Pilkada itu diserahkan kepada Mahkamah Agung dan kita melihat Pasal 24A ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 jelas di sana dinyatakan bahwa wewenang Mahkamah Agung itu masih tetap terbuka, artinya Mahkamah Agung dapat diberi wewenang lain yang diatur oleh Undang-undang. Undang-Undang Nomor 32 telah memberikan wewenang kepada Mahkamah Agung untuk menangani perselisihan tentang hasil Pilkada ini. Demikian beberapa keterangan dari kami. Assalamu alaikum wr.wb. 50. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik. Sekarang masih ada dua lagi. Satu KPU yang kedua Ahli, mungkin kita dengar KPU dulu. 51. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Sebelum itu Bapak Ketua ada Ahli lain yang sudah hadir Prof. Dr. Ryaas Rasyid kami mohon diperkenankan untuk masuk. 52. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Silakan. Kalau begitu Bapak Nazaruddin kita ambil sumpah dulu Bapak Ryaas Rasyid ini. Silakan Saudara calon Ahli memperkenalkan diri apa keahliannya, kita belum tahu apa keahliannya Ahli apa ini? Dan kemudian, untuk kepentingan pengambilan sumpah tolong disebut agamanya. Silakan. Di situ saja. 53. AHLI Prof. Dr. RYAAS RASYID 13

14 Nama saya Muhammad Ryaas Rasyid, lahir tanggal 7 Desember 1949, di Gowa Sulawesi Selatan, agama Islam, jenis kelamin laki-laki, keahlian saya Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik. Cukup Bapak. 54. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Yang jelas dasinya kuning. Baik untuk kepentingan sumpah saya persilakan petugas. Dan untuk mengambil sumpah kami persilakan Hakim Laica Marzuki. Silakan berdiri. 55. HAKIM Prof. Dr. LAICA MARZUKI, S.H. Saudara calon Ahli. Saudara diminta mengikuti lafadz sumpah yang akan dibacakan. Demi Allah. 56. AHLI Prof. Dr. RYAAS RASYID Demi Allah. 57. HAKIM Prof. Dr. LAICA MARZUKI, S.H. Saya bersumpah. 58. AHLI Prof. Dr. RYAAS RASYID Saya bersumpah. 59. HAKIM Prof. Dr. LAICA MARZUKI, S.H. Bahwa saya sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya. 60. AHLI Prof. Dr. RYAAS RASYID Bahwa saya sebagai Ahli akan memberikan keterangan yang sebenarnya, sesuai dengan keahlian saya. 61. HAKIM Prof. Dr. LAICA MARZUKI, S.H. 62. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik. Selamat datang dan selanjutnya saya persilakan KPU. Jadi setelah mendengar dan membaca permohonan dan juga sudah mendengar sendiri bagaimana keterangan dari Dewan Perwakilan Rakyat, boleh jadi keterangan tertulis dari Pemerintah juga sudah sampai, saya 14

15 persilakan. Dan saya persilakan untuk menyampaikan keterangan seterbukabukanya tidak perlu ada pakewuh, ini forum kita semua di sini dan kita tidak ada menyangkut kepentingan pribadi-pribadi kita. Karena yang kita sedang persoalkan ini kepentingan umum, kepentingan bangsa dan negara kita ke depan dan bukan juga kepentingan Saudara sebagai Pejabat Negara yang menangani Pemilu. Jadi saya persilakan, bagaimana ini persoalannya dari perspektif KPU. 63. PIHAK TERKAIT Prof. Dr. NAZARUDDIN SJAMSUDIN (KETUA KPU) Bapak Ketua serta para Hakim Mahkamah yang saya hormati, sebelum saya memulai saya ingin menyampaikan suatu keinginan, kalau bisa mohon diperkenankan saya akan meninggalkan ruangan ini pada pukul WIB, karena ada tugas KPU yang harus saya laksanakan di luar kota. Yang kedua nanti, selanjutnya saya akan diwakili oleh Saudara Drs. Anas Urbaningrum, MA. selaku anggota KPU. Sebenarnya pada saat saya menerima Surat dari Mahkamah Konstitusi yang minta saya hadir mewakili KPU di sini, kami anggota KPU kaget sebenarnya, karena dengan keluarnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 itu, di mana KPU tidak disebutsebutkan di dalamnya, sehingga sekalipun Saudara Ketua tadi mengatakan bahwa ini adalah kepentingan umum, KPU tidak merasa sebagai Pihak Terkait. Jadi sama saja dengan seorang misalnya katakanlah wartawan yang setiap hari menulis mengenai Pilkada, mereka juga disesuaikan sebagai Pihak Terkait begitu. Jadi kami kaget juga. Namun demikian, karena diminta kami selaku warga negara yang baik ingin mematuhi lembaga negara juga. Karena ini merupakan masalah hukum yang cukup pelik, maka izinkanlah saya membacakan naskah yang sudah kami persiapkan secara utuh. 1. Penjelasan umum, yaitu bahwa Pasal 6A Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa, Presiden dan Wakil Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat, kemudian ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini dijabarkan melalui Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden. Yang operasionalnya telah dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004 untuk Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden putaran pertama dan 20 September 2004 sebagai putaran kedua. 2. Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih secara demokratis. Yang ini tadi saya tidak dengarkan dari penjelasan Wakil DPR, ketentuan ini dijabarkan lebih lanjut melalui Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengenai Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat yang diatur dalam Pasal Berdasarkan penyelesaian Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD dan DPRD. Bahwa seluruh anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, Presiden dan Wakil Presiden dipilih melalui Pemilu yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap 5 tahun sekali. Melalui Pemilu tersebut akan lahir lembaga perwakilan dan pemerintahan yang demokratis. 4. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 22E ayat (5) Pemilihan Umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum 15

16 yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. KPU sebagai penyelenggara Pemilu, wilayahnya mencakup seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan dalam menjalankan tugasnya berkesinambungan, serta dalam menyelenggarakan Pemilihan Umum KPU bersifat mandiri dan bebas dari pengaruh pihak manapun. Transparan serta pertanggungjawabannya yang jelas sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5. Dalam Pemilihan Kepala Daerah dan wakil daerah, peran KPU penyelenggara Pemilihan Umum berdasarkan Pasal 22E Undang-Undang Dasar 1945 tidak berlaku bahkan mengenai KPU sama sekali tidak diatur dalam penjabarannya melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, sebaliknya justru KPUD ingin diatur sebagai penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah. Sedangkan KPUD, yaitu KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KPU. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 4 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD. 6. Sehubungan dengan permasalahan di atas perlu adanya suatu ketetapan yang pasti mengenai hal dimaksud agar pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dalam waktu tepat pada daerah itu didasarkan pada suatu peraturan perundang-undangan yang tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Berikutnya keterangan menyangkut Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah termasuk dalam kategori Pemilu. Tema ini mengandung makna, bahwa dilihat dari ciri-cirinya dapat disimpulkan, bahwa Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah adalah merupakan kegiatan Pemilihan Umum. 1. Berdasarkan Pasal 56 Ayat (1) bahwa kepala daerah dan Wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Dari sudut asas yang digunakan dalam Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah tersebut adalah merupakan asas Pemilihan Umum. Sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 12 Tahun Dilihat dari sisi penyelenggaraannya sebagaimana diatur dalam Pasal 57 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah diselenggarakan oleh KPUD yang bertanggung jawab kepada DPRD, adalah penyelenggara Pemilihan Umum di Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 4 Undang-undang Nomor 12 Tahun Dilihat dari sisi yang berhak mengikuti Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 68 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa bagan Negara Republik Indonesia yang pada hari pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah sudah berumur 17 tahun atau sudah pernah menikah/kawin, mempunyai hak memilih juga merupakan pemilih dari Pemilu, baik Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 8 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 dan Pasal 1 angka 10 Undangundang Nomor 23 Tahun Berbeda dengan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah sebelumnya yang dipilih oleh anggota DPRD. 16

17 4. Pembuat undang-undang menggunakan standar ganda dalam menerjemahkan Pasal 18 ayat (4) yang termasuk domain Pemerintahan Daerah untuk Pasal 18, bukan hanya kepala daerah dan Wakil kepala daerah tetapi juga DPRD. Pembuat undang-undang melakukan penafsiran untuk Pasal 18 ayat (4) tapi dengan sengaja tidak melakukan penafsiran terhadap ketentuan Pasal 22E ayat (2) Undang-Undang Dasar Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Pemilihan Kepala Daerah Dan Wakil kepala daerah adalah merupakan kegiatan Pemilihan Umum. Dengan demikian Pasal Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 bertentangan dengan Pasal 22E Undang-Undang Dasar Ketiga menyangkut kemandirian penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah dan wakil kepala daerah; 1. Berdasarkan penyelesaian Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 yang dimaksud dengan sifat mandiri adalah bahwa dalam menyelenggarakan dan melaksanakan Pemilihan Umum, KPU bersifat mandiri dan bebas dari pengaruh pihak manapun, disertai dengan transparansi dan pertanggungjawaban yang jelas sesuai dengan peraturan perundangundangan. Makna bebas dari pengaruh pihak manapun adalah bahwa, KPU tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun termasuk oleh Pemerintah. Dengan dicantumkannya beberapa ketentuan dalam Pasal Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 yang mengatakan bahwa KPUD dalam menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah diatur dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah, maka secara hukum hal ini telah mengubah makna mandiri, karena KPU menjadi bertindak secara berpihak atau tidak mandiri atau tidak bebas atau dengan kata lain dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum, Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah KPUD berpihak kepada Pemerintah. Berdasarkan Pasal 1 angka 4 yang menyatakan bahwa, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten Kota merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari KPU. 2. Menempatkan KPUD sebagai bagian dari KPU dibawah pengarahan Pemerintah, itu bertentangan dengan asas-asas yang diatur dalam Undangundang Nomor 12 Tahun 2003 dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 yang sama sekali tidak memberi kewenangan kepada Pemerintah untuk membuat Peraturan Pelaksanaan Pemilihan Umum dengan alasan untuk menghindari pembuatan peraturan Pemilu oleh peserta Pemilu. 3. Pemberian kewenangan pengaturan teknis penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah kepada KPUD bertentangan dengan asas externalitas yang di anut Pasal 11 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 itu sendiri, karena pengaturan setiap tahapan tersebut merupakan penjabaran asas-asas Pemilu yang demokratis yaitu langsung, umum, bebas, rahasia dan jurdil. Penjabaran asas-asas Pemilu ini berlaku seragam di seluruh Indonesia, bahkan berlaku universal, sehingga tidak dapat didesentralisasikan kepada KPUD. 4. Menyangkut masalah KPUD sebagai penyelenggara Kepala Pemilihan Daerah dan Wakil kepala daerah. Pengaturan mengenai Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah sebagaimana di atur dalam Pasal 114 sampai dengan 156 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tidak taat asas, pada satu sisi 17

18 Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah tidak dikategorikan sebagai Pemilihan Umum, sehingga Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah tidak diselenggarakan oleh KPU, tetapi di sisi lain pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah diserahkan kepada KPUD yang merupakan aparat bawahan KPU, hal ini jelas bertentangan dengan sifat nasional yang melekat pada KPU. Penyerahan tugas dan wewenang menyelenggarakan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil kepala daerah kepada KPUD, tetapi tanpa hubungan apapun dengan KPU sebagai instansi induk yang membentuknya dan merupakan aparat dekonsentrasi memiliki dasar hukum yang lemah, menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 hanya KPU yang dapat memberi tugas dan wewenang lain untuk dilaksanakan oleh KPU Provinsi dan hanya KPU Provinsi yang dapat memberikan tugas dan wewenang lain untuk dilaksanakan oleh KPU Kabupaten/Kota. Tugas dan wewenang lain yang diatur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 adalah tugas dan wewenang yang berkaitan dengan Pemilihan Umum. Ketentuan yang mengharuskan KPUD bertanggungjawab kepada DPRD hal ini menimbulkan masalah, karena KPUD harus bertanggungjawab kepada KPU, sebagaimana di atur dalam Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003, KPU tidak bertanggungjawab kepada Presiden dan DPR melainkan mengajukan laporan setiap tahapan penyelenggaraan Pemilihan Umum kepada Presiden dan DPR. Yang terakhir sebagai catatan penutup, berangkat dari berbagai uraian diatas, maka dapat dikemukakan bahwa substansi hukum ketentuan Pasal 56 sampai dengan 114 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengubah prinsip-prinsip dasar yang dianut berdasarkan Peraturan Perundang-undangan dan praktek ketatanegaraan selama ini. Dengan pertimbangan antara lain, fungsi dan sifat hakiki Komisi Pemilihan Umum yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah diubah dengan materi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 di maksud. Hal tersebut jelas bertentangan dengan prinsip penyusunan suatu perundang-undangan yang harus menjamin adanya kepastian hukum, keadilan hukum dan manfaat hukum. Demikianlah Bapak Ketua, serta para Hakim Mahkamah yang saya muliakan, kalau diperkenankan saya akan menyampaikan naskah tertulis kepada Pimpinan Sidang. 64. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Petugas ambil. Hanya 1 ya, bukan 12? 65. PIHAK TERKAIT Prof. Dr. NAZARUDIN SYAMSUDIN (KPU) Nanti bisa diperbanyak. Demikianlah. 18

19 Wassalamu alaikum wr.wb. 66. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Wa alaikumsalam Wr. Wb. Ini soal, soal berkas-berkas ini, karena di Mahkamah Konstitusi ini tidak ada biaya perkara biasanya beban fotokopi kita serahkan kepada Pemohon dan para pihak, sampai sekarang ini harus fotokopi sendiri oleh Mahkamah Konstitusi ini, mau diserahkan kepada Pemohon kasihan, ya sudahlah kami yang tanggung. 67. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Bukan, kebetulan kami bawa juga. 68. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Ada? 69. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Bisa dibagikan. 70. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Boleh, silakan. Silakan petugas diambil, maju-maju, ada ya? Silakan. Ya sudah nanti saja, nanti saja ya sudah, tidak, saya kira sudah 12, kalau masih belum difotokopi ya sama saja, tidak nanti Saudara mau anu lagi ke Jalan Diponegoro fotokopi, padahal di sini ada fotokopi. Baiklah Saudara-saudara, meskipun Ketua KPU tadi tidak ingin disebut sebagai Pihak Terkait, tapi setelah mendengarkan keterangan yang tadi disampaikan terbukti KPU betul-betul pihak yang berhubungan, kalau begitu boleh di ganti istilahnya, bukan pihak terkait tapi pihak yang berhubungan. Nah sekarang saya ingin memberi kesempatan kepada para Ahli, biasanya para Ahli yang diajukan Pemohon kami serahkan pada Pemohon untuk mengajukan pertanyaan satu-satu, tapi karena ini banyak 4 orang mungkin langsung saja ya, saya persilakan masing-masing, bisa begitu atau bagaimana? 71. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Yang pertama, Pak Ketua apakah mungkin pernyataan lisan dari Pihak Terkait DPR bisa dibuat dalam bentuk tertulis, sehingga kami bisa mendapatkan yang tertulisnya ataukah sudah ada yang tertulis? 72. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Biasanya selalu ada tertulis hanya belum ya, akan disusulkan, tapi yang lisan ini sudah mengikat ini, karena ini resmi di dalam sidang dan ini di record 19

20 dan nanti bisa ditambahkan, baik lisan maupun tertulis nanti tentu akan ditambahkan begitu ya? 73. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Itu yang pertama. Yang kedua, apakah mungkin dibuat sebelum apa namanya Saksi/Ahli? 74. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Ahli tidak pakai Saksi. 75. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Sebelum Ahli ditanya, kami memberi respon terhadap 2 pendapat Pihak Terkait, secara singkat seperti yang dilakukan pada sidang Mahkamah terdahulu, kalau dimungkinkan kami mohon sekali. 76. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Ya mungkin saja, tapi saya rasa karena banyak ini, biarlah kita dengar dulu ya kan? toh sama-sama mengerti, jadi keterangan dari DPR tadi sudah kita tangkap maksudnya, tentu maksudnya itu berbeda pendapat dengan Pemohon begitu kan? tapi boleh saja, tapi terserah mau sekarang atau nanti, tapi saya ingin memfokuskan dulu perhatian pada keterangan dari Ahli ini, begitu saja ya? Atau penting sekali menurut Saudara? 77. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Paling tidak sebuah statement umum. 78. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Boleh, boleh. 79. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Untuk menjelaskan. 80. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Silakan, silakan. 81. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Terima kasih, Pak. Saya tidak terlalu panjang. Yang pertama saya memberikan apresiasi, kami memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pihak Terkait di dalam memberikan pernyataan-pernyataannya di muka Sidang yang terhormat ini. Yang kedua, khusus untuk Pihak Terkait dari DPR, sekarang 20

21 bertanggungjawabnya KPU kepada DPRD, ada beberapa hal yang penting untuk dikemukakan. Yang pertama, kami memahami posisi politik DPR dalam memberikan pernyataan pada permohonan kami, di dalam posisi politik itu teman-teman di DPR hanya melihat teks konstitusi, tapi tidak memberikan nilai-nilai yang lebih dasar berupa nilai-nilai paradigmatik, nilai-nilai moral dan spiritualitas, ini menjadi penting, karena ketika konstitusi di baca dengan teks saja, dia tidak sungguh-sungguh mampu menjawab konteks zamannya. Yang ketiga, kami juga sungguh memahami, bahwa teman-teman yang hadir pada saat ini, sebenarnya ada satu pertanyaan apakah teman-teman ini mendapatkan kuasa dari DPR, tapi tadi lupa, supaya nanti betul-betul wakil resmi dari DPR, bukan maunya Pak Patrialis Akbar saja ke sini begitu, tapi saya yakin itu ada surat kuasanya. Tapi yang lebih penting adalah isu mengenai kemandirian, dalam isu mengenai kemandirian yang tadi sudah dikemukakan oleh Ketua KPU, di situ dijelaskan benar bahwa DPRD atau DPR itu mempunyai kepentingan terhadap undang-undang ini, karena undang-undang ini menjadi pintu masuk untuk menempatkan calon-calon Kepala Pemerintahan Daerah, di dalam konteks itu sangat mungkin terjadi potensi-potensi politisasi pembuatan undang-undang yang memberikan, yang mengakomodasi interestinterest politik yang bisa menyebabkan DPR khilaf, sehingga kemudian di dalam jawaban-jawabannya kelihatan sekali isu mengenai kemandirian tidak mendapatkan titik pokok yang paling dasar. 82. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Sudah cukup, cukup ya? Jangan dihabiskan semua, nanti kalau Saudara terus akan mengundang pihak DPR untuk menanggapi lagi padahal, ini kan tidak perlu ada persaingan begitu tidak perlu, karena kita mempersoalkan undang-undang, Anda tidak sedang berdebat dengan DPR, DPR hanya sebagai pihak yang dimintai keterangan sehubungan dengan latar belakang, pembentukan undang-undang, dan lain-lain sebagainya. Dan DPR pun tidak perlu merasa undang-undang yang Saudara persoalkan itu miliknya, karena sekali sudah ditetapkan jadi milik kita semua, mengikat kita semua, nah jadi posisi kita, posisi objektif saja mempersoalkan undang-undang yang berisi normal yang mengikat kita semua sebagai warga negara. Jadi tidak usah Saudara marah sama anggota DPR tidak usah, dan anggota DPR pun tidak usah tersingung, ini masalah-masalah objektif, benar-benar masalah objektif, lain dengan pengadilan biasa begitu ya? Dan sudahlah tidak perlu terlalu lagi, nanti Anda akan punya kesempatan dalam kesimpulan, kita dengar dulu para Ahli yang sudah datang dari jauh ini, Ahli-ahli macam-macam ini ya. Baik saya persilakan satu persatu, karena kami mengerti Saudara sudah tahu persoalan. Sudah membaca persis permohonan dari Pemohon, sudah mendengar keterangan dari Pemerintah terutama DPR, sekarang saya persilakan Saudara menyampaikan pendapat sehubungan dengan persoalan yang diuji sekarang ini, begitu ya? 83. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Ya, Bapak Ketua terima kasih, walaupun masih ingin mengemukakan, tapi kami menghormati Bapak Ketua. 21

22 Dimohonkan pemeriksaan ini dilakukan satu persatu, saya ingin mengusulkan yang pertama Prof. Dr. Frans Limahelu terus yang kemudian yang kedua, Dr. J. Kristiadi, yang ketiga Prof. Dr. Ryaas Rashid, dan yang keempat Bivitri Susanti, S.H., LLM. 84. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. lagi. Kenapa terakhir? Apa karena dia perempuan? Nanti perempuan marah 85. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Saya ingin menjelaskan. 86. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Begitu. 87. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Sebelum ditanya oleh, yang pertama Prof. Dr. Frans Limahelu, Beliau tadi dalam keterangannya mengatakan Beliau adalah salah satu Ahli mengenai perundang-undangan, jadi kami ingin membaca konstitusi itu dalam teks, tapi dalam konteks secara keseluruhan dan menggali dari Beliau asas-asas atau prinsip penting dari konstitusi yang harusnya menjadi dasar dari pembuatan Undang-undang Nomor 32, sehingga akan nanti bisa diuji dan di kaji apakah itu bertentangan atau tidak dengan dengan prinsip-prinsip yang ada dalam Pasal 22E itu. 88. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik, saya persilakan Saudara Frans. 89. AHLI Prof. Dr. FRANS LIMAHELU Terima kasih Bapak Ketua. Apa saya atau ditanya, atau menjelaskan? 90. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. Baik, silakan ajukan pertanyaan. 91. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Terima kasih Bapak Ketua. Saudara Ahli, Saudara mengatakan dalam keahliannya adalah Ahli membaca, Ahli perundang-undangan. Saya ingin mengetahui asas-asas atau prinsip-prinsip penting yang harus dianut dalam sebuah perundang-undangan, dikaitkan dengan konstitusi dalam kaitannya dengan Pemilihan Kepala Daerah 22

23 ini, apa sebenarnya prinsip-prinsip penting yang harus disebutkan, yang harus dilihat secara cermat? Silakan. 92. AHLI Prof. Dr. FRANS LIMAHELU Pertama-tama yang perlu mendapat pedoman, bahwa konstitusi itu tidak mengatur hal-hal teknis, tapi hanya mengatur asas-asasnya. Dalam hal ini, khusus tentang yang dimintakan tentang Pilkada, bahwa Pilkada itu berkaitan dengan Pilkada. Maka menurut hemat kami, kalau dilihat dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22E, itu sudah dengan jelas dikatakan seperti selalu dengan diikutkan itu Pemilihan Umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, adil setiap lima tahun. Di sini diberitahukan, bahwa secara langsung dan tidak dipakai dengan kata tambahan, apakah oleh Dewan Perwakilan Rakyat, rakyat dan sebagainya. Hanya pada pasal-pasal selanjutnya dari ayat selanjutnya dari pasal ini, disebutkan siapa-siapa yang dipilih. Asasnya adalah langsung dan oleh rakyat, itu adalah demokrasi. Sehingga dengan kata lain, apabila itu sudah dikatakan dipilih langsung oleh rakyat, maka ini adalah soal Pemilihan Umum. Itu secara tegas dikatakan undang-undang tentang Pemilihan Daerah Pasal 24 ayat (5). Jadi, kalau dilihat pindah kepada Undang-undang tentang Pemerintah Daerah, ini ada satu inkonsistensi dalam pembuatannya. Di dalam Petitum, dikatakan dipilih langsung tapi dalam konsiderannya tidak dicantumkan Undang-undang tentang Pemilihan Umum, itu yang pertama. Jadi bagaimana bisa langsung mengatakan Pasal 24 ayat(5) itu bisa dikatakan demikian. Padahal Petitum itu tidak ada. Jadi tidak konsisten. Kedua, kemudian bisa dikatakan, bahwa apa yang diteruskan oleh pasal-pasal mulai 57 dan seterusnya sampai bagian kedelapan dari Pemerintah Daerah. Itu sudah menjadi kewenangan dari milik KPU. Sehingga dengan kata lain bahwa sudah apa yang diatur, ini diatur ulang oleh Pemerintah Daerah yang seharusnya sudah ada pengaturannya terlebih dahulu oleh lembaga yang berwenang. Sehingga dengan kata lain bahwa asas tentang pemilihan langsung oleh rakyat, maka itu harus dipegang dan itu harus dipertahankan. Konstitusi Undang-Undang Dasar tidak bisa disebutkan secara teknis sampai Bupati, tidak bisa kalau itu adalah pekerjaan dari undang-undang. Ini perbedaan yang sangat mendasar yang menjadi percakapan yang panjang lebar baik dari KPU dan dari pihak DPR. Sehingga menurut hemat kami, bahwa bagian kedelapan dari Undang-undang Pemerintah Daerah ini, sebetulnya sudah tidak bisa dipakai lagi karena dia bertentangan dengan Pasal 24 ayat (5), bahwa itu dipilih langsung rakyat, berarti dengan kata lain, dipilih melalui KPU. 93. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Tadi disebutkan oleh Saksi, dua kata kunci. Kalau proses dipilih secara langsung dan dilakukan oleh rakyat, itu dikualifikasi sebagai Pemilu. Apakah dengan demikian atau saya ingin bertanya, apa pendapat Saksi kalau kemudian, apa pendapat Ahli kalau kemudian dinyatakan bahwa, Pemilihan Kepala 23

24 Daerah itu bukan Pemilu. Karena tadi seperti yang dikemukakan oleh Pihak Terkait, oleh Pihak Terkait mengemukakan bahwa di dalam konstitusi tidak disebutkan secara limitatif bahwa Pilkada itu Pemilu. Tapi prinsip-prinsip yang Saudara Ahli kemukakan, dengan asas langsung dan rakyat itu sudah dapat dikualifikasi sebagai Pemilu. Bisa dijelaskan? 94. AHLI Prof. Dr. FRANS LIMAHELU Ya, terima kasih, Bapak Ketua dan Bapak Kuasa dari Pemohon. Pertama, bahwa itu bukan permainan kata, karena istilah Pemilu sudah tegas bahwa itu adalah langsung oleh rakyat. Dan ini sudah ditegaskan kembali, saya tidak bisa mengelak dari Pasal 24 ayat (5), karena itu tidak bisa diubah lagi, tidak bisa dikatakan Pilkada bukan Pemilu, itu satu jalan pintas, yang ingin dikatakan, bahwa kalau demikian maka, kalau Pilkada bukan Pemilu, lalu berarti Pilkada harus dipilih oleh DPR. Demikian, sehingga tidak bisa lagi, sehingga Pasal 24 ayat(5) ini sehingga suatu pasangan yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Itu yang menjadi redaksinya menjadi berubah. Jadi, Pilkada tetap Pemilu karena rumusannya sudah pasti. 95. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Jadi kalau begitu, mohon dijelaskan prinsip-prinsip atau asas-asas penting apa yang ada dalam konstitusi yang dilanggar atau bertentangan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun AHLI Prof. Dr. FRANS LIMAHELU Ya, ini kita bicara soal Pemilihan Umum oleh kepada kepala daerah, sedangkan di dalam Undang-undang Pemerintah Daerah, ini dimasukkan bagian penyelenggaraan pemerintahan. Jadi, ini suatu hal yang sangat bertentangan satu sama lain. Kalau ingin dilakukan oleh Pemerintah Daerah, maka itu mesti dimasukkan dalam Pasal 18 konstitusi kita, dan itu tidak mungkin bahkan tidak bisa karena itu subjek yang berbeda. Satu mengatur tentang Pemerintah Daerah sedangkan Pasal 22E bicara soal Pemilihan Umum yang langsung, seterusnya. Prinsipnya berbeda sekali, asasnya berbeda sekali tidak bisa asas dari Pemilihan Umum mau dimasukkan di dalam Pemerintahan Daerah. Harus memilih Pemerintahan Daerah harus menyerahkannya pada KPU. Itu khususnya pada bagian kedelapan dari itu. Sekian terima kasih. 97. KUASA PEMOHON BAMBANG WIDJOJANTO, S.H., LLM. Dilanjutkan oleh rekan saya. 98. KETUA Prof. Dr. JIMLY ASSHIDDIQIE, S.H. 24

SELASA, 24 AGUSTUS 2004

SELASA, 24 AGUSTUS 2004 Nomor : 012/PUU-I/2003 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PEMBUKTIAN PERKARA NO. 012/PUU-I/2003 PENGUJIAN UU NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 43/PUU-XIII/2015 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 49 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 010/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 010/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 018/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PLENO PEMBACAAN PUTUSAN PERKARA NO. 018/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/SKLN-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/SKLN-VI/2008 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/SKLN-VI/2008 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA ANTARA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI MALUKU

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

PUTUSAN Perkara Nomor : 051/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

PUTUSAN Perkara Nomor : 051/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia PUTUSAN Perkara Nomor : 051/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III)

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN (III) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 009/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMBACAAN PUTUSAN

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor : 032/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 23/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KPI

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 065/PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH MENDENGARKAN KETERANGAN AHLI PERKARA NOMOR: 065/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 43 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 072,073/PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA 072/PUU-II/2004 PERKARA 073/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP) TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 9/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 62/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 024/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (PASCA PERBAIKAN PERMOHONAN) PERKARA NO. 024/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN

Lebih terperinci

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama dan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 1996 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 070 / PUU-II/2004 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN BUKTI TERTULIS PERKARA NOMOR 070/PUU-II/2004 PENGUJIAN UU NO. 26 TAHUN 2004 PASAL

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KETUA DAN WAKIL KETUA DPRD PROVINSI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERRUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 139/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN MAHAKAM

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor: 052/PHPU.C.1-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor: 052/PHPU.C.1-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor: 052/PHPU.C.1-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-X/2012 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

Lebih terperinci

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II)

ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN PERMOHONAN (II) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 36/PUU-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor 055/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

P U T U S A N. Perkara Nomor 055/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia P U T U S A N Perkara Nomor 055/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

Nomor : 012/PUU-III/2005

Nomor : 012/PUU-III/2005 Nomor : 012/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 012/PUU-III/2005 MENGENAI PENGUJIAN UU NO. 36 TAHUN 2004

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 126/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 47/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PHPU.C-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PHPU.C-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 72/PHPU.C-VII/2009 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 6/SKLN-IX/2011 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA ANTARA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH DENGAN KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PHPU.D-X/2012 PERIHAL Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota Banda Aceh Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 11/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PANAS BUMI DAN UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 48/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik [Pasal 29 ayat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004 RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 072/PUU-II/2004 I. PEMOHON Smita Notosusanto (CETRO), dkk. Kuasa Hukum : Dr. T. Mulya Lubis, SH., LL.M, dkk. II. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 90/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

P U T U S A N. Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia P U T U S A N Perkara Nomor 006/PUU-III/2005 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi dalam tingkat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 015/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 18 TAHUN 2003 TENTANG ADVOKAT TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMERIKSAAN PERBAIKAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 125/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DAN UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 66/PUU-XV/2017 PERKARA NOMOR 67/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

ACARA PEMBACAAN KETETAPAN (II) DAN PEMBACAAN PUTUSAN (III)

ACARA PEMBACAAN KETETAPAN (II) DAN PEMBACAAN PUTUSAN (III) MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 10/PUU-V/2007 DAN PERKARA NOMOR 8/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 86/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-XI/2013 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 123/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 004/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------------- RISALAH PANEL HAKIM PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 004/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 22/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGADILAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 32/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 50/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PUTUSAN Perkara Nomor 007/PUU-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat pertama

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 57/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor :013/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor :013/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor :013/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 14/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 105/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAKAMAH KONSTITUSI SEBAGAIMANA DIUBAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 135/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 85/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/PHPU.D-VIII/2010 PERIHAL PERMOHONAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 21/PUU-IX/2011 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD DAN DPRD TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 102/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 129/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 16/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN TERHADAP UNDANG-

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-VIII/2010

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-VIII/2010 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 63/PUU-VIII/2010 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 136/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 136/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NO. 011/PUU-IV/2006

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NO. 011/PUU-IV/2006 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 011/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 14 TAHUN 2002 TENTANG PENGADILAN PAJAK TERHADAP UUD 1945 ACARA PEMERIKSAAN

Lebih terperinci

P U T U S A N. Perkara Nomor : 046/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. Perkara Nomor : 046/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N Perkara Nomor : 046/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 75/PUU-XV/2017 PERIHAL PERMOHONAN PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KPI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 99/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

PUTUSAN Perkara Nomor : 049/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

PUTUSAN Perkara Nomor : 049/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia PUTUSAN Perkara Nomor : 049/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada tingkat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 73/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 27/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 12/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

P U T U S A N Perkara Nomor : 019/PHPU.A-II/2004

P U T U S A N Perkara Nomor : 019/PHPU.A-II/2004 P U T U S A N Perkara Nomor : 019/PHPU.A-II/2004 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara konstitusi pada

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

Lebih terperinci