Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia"

Transkripsi

1 Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

2 BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Telp. : /6836 Fax. : gkm_komunikasi@bi.go.id Website :

3 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 2013 Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Desember, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Mirza Adityaswara Halim Alamsyah Ronald Waas Perry Warjiyo Hendar Gubernur Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur i

4 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia ii

5 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga (Inflation Targeting Framework) Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip Dasar Sasaran Inflasi Strategi Kebijakan Moneter Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan. Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang. Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.143/PMK.011/2010 sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode , masing-masing sebesar 5,0%, 5,0%, dan 4,5% dengan deviasi ±1%. Untuk tahun 2013, 2014, dan 2015, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode berdasarkan PMK no.66/pmk.011/2012 masing-masing sebesar 4,5%, 4,5%, dan 4% dengan deviasi +1%. Instrumen dan Operasi Moneter BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities). Proses Perumusan Kebijakan Transparansi BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan. iii

6 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia iv

7 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Gubernur Bank Indonesia Kata Pengantar Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2013 masih berada pada tren perlambatan yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global yang masih belum cukup kuat dan diliputi tingginya ketidakpastian. Perekonomian domestik diprakirakan tumbuh 5,6% pada triwulan III 2013 dan untuk keseluruhan tahun 2013 masih berada pada kisaran 5,5%-5,9%. Perlambatan tersebut dipengaruhi oleh kinerja perekonomian global yang secara keseluruhan masih tumbuh lambat dan harga komoditas yang masih cenderung turun sehingga mendorong terbatasnya kinerja ekspor domestik. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan masih tertekan sebagai dampak dari menurunnya daya beli akibat tingginya tekanan harga setelah kenaikan harga BBM bersubsidi. Tren perlambatan pertumbuhan perekonomian domestik tersebut diindikasi mulai berpengaruh pada kondisi transaksi berjalan yang pada triwulan III 2013 telah mencatat defisit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II Lebih rendahnya defisit transaksi berjalan terutama disebabkan oleh menurunnya impor seiring dengan melemahnya permintaan domestik dan nilai tukar rupiah. Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial lebih besar, seiring dengan kembali masuknya investor asing pada sertifikat Bank Indonesia dan surat utang negara serta berkurangnya penjualan netto saham domestik oleh asing, sebagai respon kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah, serta penundaan pengurangan stimulus moneter di Amerika Serikat. Sebagai dampak perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir September 2013 menjadi 95,7 miliar dolar AS, setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, atau meningkat dari posisi akhir Agustus 2013 sebesar 93,0 miliar dolar AS. Rupiah pada triwulan III 2013 mengalami depresiasi sejalan dengan nilai fundamentalnya. Rupiah masih mengalami tekanan pelemahan akibat kondisi transaksi berjalan Indonesia yang masih mencatat defisit. Selain itu, seperti halnya pelemahan mata uang negara-negara di kawasan Asia, depresiasi rupiah juga dipengaruhi oleh menurunnya kepemilikan nonresiden di aset keuangan domestik yang dipicu sentimen terkait pengurangan stimulus moneter oleh bank sentral Amerika Serikat. Bank Indonesia memandang bahwa perkembangan nilai tukar pada saat ini masih menggambarkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Inflasi selama triwulan III 2013 terdorong tinggi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Namun, secara bulanan, inflasi pada Agustus dan September 2013 menurun dan sudah kembali pada pola normalnya sesuai dengan prakiraan Bank Indonesia. Inflasi September 2013 bahkan tercatat deflasi akibat deflasi pada kelompok makanan (volatile food). Ke depan, inflasi diperkirakan menurun,dipengaruhi oleh perlambatan permintaan v

8 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia domestik serta langkah-langkah penguatan koordinasi pengendalian inflasi Bank Indonesia dan Pemerintah. Dengan perkembangan tersebut, inflasi 2013 diprakirakan dapat berada di bawah level 9,0% dan kemudian menurun pada kisaran sasaran 4,5±1% pada tahun Di tengah berbagai tekanan pada perekonomian yang masih terjadi, stabilitas keuangan tetap terjaga dengan dukungan ketahanan industri perbankan yang solid. Rasio kecukupan modal tetap tinggi, sedangkan rasio kredit bermasalah tetap terjaga rendah. Pertumbuhan kredit mulai menunjukkan perlambatan sesuai dengan perkembangan ekonomi, meski masih pada level yang cukup tinggi. Selain itu, hasil uji tekanan (stress test) industri perbankan, baik dari sisi likuiditas, kredit maupun permodalan, menunjukkan adanya ketahanan yang kuat terhadap berbagai risiko, seperti perlambatan ekonomi, kenaikan suku bunga dan depresiasi rupiah. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit akan melambat seiring dengan kenaikan suku bunga, perlambatan permintaan domestik serta kebijakan makroprudensial Bank Indonesia. Menyikapi berbagai perkembangan tersebut serta prospek ke depan, Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur tanggal 8 Oktober 2013 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga kebijakan (BI Rate) pada level 7,25%, dengan suku bunga fasilitas pinjaman (Lending Facility) dan suku bunga fasilitas simpanan (Deposit Facility) tetap pada level 7,25% dan 5,50%. Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan perekonomian global dan nasional serta memperkuat koordinasi dengan Pemerintah, khususnya dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan. Bank Indonesia meyakini bahwa kebijakan-kebijakan yang telah ditempuh sebelumnya akan mengarah pada penyesuaian defisit transaksi berjalan dan pengendalian inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mengeluarkan dan mengkalibrasi bauran kebijakan moneter dan makroprudensial secara optimal dan tepat waktu, untuk memastikan bahwa inflasi dan ekspektasi inflasi tetap terkendali, nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya, dan defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang sehat dalam jangka panjang. Demikianlah gambaran singkat mengenai perekonomian Indonesia pada triwulan III 2013 serta prospek ke depannya. Saya berharap dokumen ini dapat menjadi bahan referensi yang bermanfaat bagi kita semua. Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo vi

9 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Daftar Isi Daftar Isi 1. Respons Kebijakan Moneter Triwulan III Perkembangan Ekonomi Makro dan Moneter Terkini... 4 Perkembangan Ekonomi Dunia... 4 Pertumbuhan Ekonomi... 7 Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Nilai Tukar Rupiah Inflasi Perkembangan Pasar Keuangan Prospek Perekonomian dan Faktor Risiko ke Depan Prospek Perekonomian Global Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prakiraan Inflasi Tabel Statistik vii

10 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Daftar Isi viii

11 Respons Kebijakan Moneter Triwulan III Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2013 Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 Oktober 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 7,25%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility tetap pada level 7,25% dan 5,50%. Bank Indonesia akan mencermati perkembangan perekonomian global dan nasional serta akan mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial untuk memastikan bahwa tekanan inflasi tetap terkendali, stabilitas nilai tukar Rupiah terjaga kondisi fundamentalnya, serta defisit transaksi berjalan menurun ke tingkat yang sustainable. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah khususnya dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan. Bank Indonesia meyakini bahwa kebijakan-kebijakan tersebut serta berbagai kebijakan yang telah ditempuh sebelumnya akan mempercepat penyesuaian defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat dan mengendalikan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada Bank Indonesia mencermati perekonomian global cenderung melambat dan diliputi oleh ketidakpastian yang tinggi. Kinerja perekonomian di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang belum kuat meski mulai menunjukkan perbaikan.sementara itu, perekonomian negara berkembang dibayangi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi serta menurunnya kinerja transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar. Pada saat yang sama, penurunan harga komoditas masih terus terjadi, kecuali harga minyak. Di pasar keuangan, sejumlah risiko terkait dengan penundaan kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering), perdebatan debt ceiling dan penghentian sementara layanan pemerintah AS (government shutdown). Secara keseluruhan, melalui jalur perdagangan perkembangan perekonomian global tersebut memberikan tekanan pada kinerja ekspor negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Sementara itu, melalui jalur keuangan perkembangan tersebut dalam jangka sangat pendek mendorong masuknya aliran dana nonresiden ke bursa saham dan obligasi kawasan serta menguatnya mata uang Asia. Sejalan dengan pelemahan ekonomi global yang masih berlanjut, kinerja perekonomian domestik menunjukkan kecenderungan yang melambat. Perekonomian domestik diprakirakan tumbuh 5,6% di Triwulan III-2013 dan untuk 2013 masih berada pada kisaran 5,5%-5,9%. Kinerja ekonomi global yang masih melambat dan pergerakan harga komoditas yang masih cenderung menurun, mendorong masih terbatasnya kinerja ekspor. Konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan masih tertekan sebagai dampak dari menurunnya daya beli akibat tingginya tekanan harga pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Kinerja perekonomian nasional diprakirakan akan membaik pada tahun 2014, sejalan dengan perekonomian global dan harga komoditas yang diprakirakan membaik. Secara keseluruhan, perekonomian Indonesia diprakirakan tumbuh lebih tinggi mencapai 5,8%-6,2%. 1

12 Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2013 Dari sisi eksternal, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan III diprakirakan akan membaik. Defisit transaksi berjalan akan menyempit terutama dengan menurunnya impor seiring dengan melemahnya permintaan domestik dan dampak pelemahan nilai tukar Rupiah. Di sisi lain, surplus Transaksi Modal dan Finansial (TMF) akan lebih besar, seiring kembali masuknya investor asing pada SBI dan SUN serta berkurangnya net jual asing atas saham domestik sebagai respon kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah serta penundaan tapering off di AS. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir September 2013 diprakirakan menjadi 95,7 miliar dolar AS, meningkat dari posisi akhir Agustus 2013 sebesar 93,0 miliar dolar AS. Cadangan devisa pada akhir September tersebut setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Nilai tukar rupiah pada triwulan III2013 mengalami depresiasi sejalan dengan nilai fundamentalnya. Secara rata-rata, rupiah melemah 8,18% (qtq) ke level Rp per dolar AS atau secara point to point rupiah terdepresiasi 14,29% (qtq) ke level Rp per dolar AS. Seperti halnya pelemahan mata uang negara-negara di kawasan Asia, depresiasi nilai tukar rupiah terutama dipengaruhi penyesuaian kepemilikan nonresiden di aset keuangan domestik dipicu sentimen terkait pengurangan (tapering off) stimulus moneter oleh the Fed. Dari sisi fundamental, tekanan depresiasi rupiah lebih besar dengan relatif tingginya defisit transaksi berjalan di Indonesia. Pada akhir triwulan III 2013, tekanan rupiah berkurang sejalan dengan membaiknya kinerja inflasi dan neraca perdagangan serta sentimen positif penundaan tapering off oleh The Fed. Keyakinan pasar valas semakin pulih dengan permintaan dan penawaran yang semakin aktif dan berimbang dalam membentuk nilai tukar rupiah di pasar. Bank Indonesia memandang bahwa perkembangan nilai tukar pada saat ini menggambarkan kondisi fundamental perekonomian Indonesia. Tekanan inflasi mereda dan mencatat deflasi 0,35% (mtm) atau 8,40% (yoy) pada September Pasokan beberapa komoditas hortikultura yang melimpah, terutama bawang merah dan cabai, menyebabkan koreksi harga pangan tercatat cukup dalam. Selain itu, mulai turunnya harga daging sapi juga mendorong deflasi lebih lanjut sehingga kelompok volatile food mencatat deflasi 3,38% (mtm) atau inflasi 13,94% (yoy). Meredanya tekanan inflasi bulanan juga terjadi pada kelompok inti dan administered prices, masing-masing mencapai 0,57% (mtm) atau 4,72% (yoy) dan 0,34% (mtm) atau 15,47% (yoy), seiring meredanya dampak kenaikan harga BBM dan koreksi harga paska Lebaran. Terkendalinya harga-harga tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia bahwa inflasi akan sangat rendah dan kembali ke pola normal mulai September dan bulan-bulan ke depan. Prospek tekanan inflasi yang menurun juga dipengaruhi dampak perlambatan permintaan domestik serta langkahlangkah penguatan koordinasi kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dalam pengendalian inflasi. Dengan perkembangan tersebut, inflasi 2013 diprakirakan berada pada kisaran 9,0%-9,8%, dan kemudian menurun pada kisaran sasaran 4,5±1% pada tahun

13 Respons Kebijakan Moneter Triwulan III 2013 Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan dukungan ketahanan industri perbankan yang tetap solid di tengah berbagai tekanan. Rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) tetap tinggi mencapai 17,89%, jauh di atas ketentuan minimum 8%, sedangkan rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) tetap terjaga rendah sebesar 1,99% pada bulan Agustus Hasil stress testing baik dari sisi likuiditas, kredit maupun permodalan juga menunjukkan ketahanan industri perbankan yang kuat terhadap berbagai risiko seperti perlambatan ekonomi, kenaikan suku bunga dan depresiasi nilai tukar rupiah. Sementara itu, pertumbuhan kredit mulai menunjukkan perlambatan, meski pada Agustus 2013 masih cukup tinggi sebesar 22,2% (yoy). Pertumbuhan kredit terutama karena penarikan kredit dari komitmen sebelumnya, disamping pengaruh perhitungan nilai tukar, sementara komitmen kredit baru terus menurun. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit akan melambat seiring dengan kenaikan suku bunga, perlambatan permintaan domestik dan kebijakan makroprudensial yang ditempuh oleh Bank Indonesia. 3

14 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Perkembangan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2013 mengindikasikan berlangsungnya berbagai penyesuaian di ekonomi domestik. Penyesuaian tersebut merupakan respon terhadap perkembangan ekonomi global yang masih belum cukup kuat dan diliputi tingginya ketidakpastian. Selain itu, proses penyesuaian ekonomi domestik juga terjadi sebagai respon terhadap berbagai kebijakan yang telah ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dalam memitigasi risiko yang mengemuka baik dari global maupun domestik. Dalam proses penyesuaian tersebut, tren perlambatan ekonomi diperkirakan berlanjut pada triwulan III Perlambatan ekonomi terutama dipengaruhi melemahnya permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga dan investasi non-bangunan. Tren perlambatan ekonomi domestik terindikasi mulai berpengaruh pada transaksi berjalan yang pada triwulan III 2013 diperkirakan mencatat defisit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II Data terakhir pada Agustus 2013 menunjukkan neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat surplus akibat menurunnya impor. Tekanan inflasi setelah sempat meningkat tinggi pada Juli 2013, dalam perkembangan bulanan pada Agustus dan September 2013 terlihat juga menurun dan sudah kembali pada pola normalnya. Pada September 2013 bahkan tercatat deflasi. Sementara itu, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga dengan dukungan ketahanan industri perbankan yang tetap solid seperti ditunjukkan rasio kecukupan modal yang jauh di atas ketentuan minimum dan rasio kredit bermasalah yang tetap rendah. PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Perekonomian dunia pada triwulan III 2013 secara umum masih belum kuat dan tetap diliputi ketidakpastian. Indikasi pertumbuhan ekonomi dunia yang belum kuat tersebut terutama dipengaruhi oleh masih terkontraksinya ekonomi Eropa dan menurunnya kinerja ekonomi negara berkembang, meskipun pada sisi lain ekonomi negara maju khususnya AS dan Jepang cenderung membaik. Ekonomi AS dan Jepang diperkirakan membaik setelah pada triwulan II 2013 masing-masing diperkirakan tumbuh 1,6% (yoy) dan 1,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2013 sebesar 1,3% (yoy) dan 0,9% (yoy). Berbeda dengan kondisi tersebut, kontraksi pertumbuhan ekonomi Eropa diperkirakan masih berlanjut, meskipun dengan tren menyempit setelah pada triwulan II 2013 mengalami kontraksi 0,5% (yoy). Ekonomi China dan India diperkirakan juga masih melambat, setelah pada triwulan II 2013 masingmasing tumbuh 7,5% (yoy) dan 4,4% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I 2013 sebesar 7,7% dan 4,8%. Berdasarkan perkembangan tersebut, perekonomian dunia tahun 2013 diprakirakan tumbuh 2,9%, lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,0%. 4

15 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Grafik 2.1 Survey ISM - PMI Manufaktur dan Jasa AS Grafik 2.2 Survei Keyakinan Konsumen AS Grafik 2.3 Kinerja Industri dan Manufaktur Jepang Grafik 2.4 PMI Manufaktur Negara Eropa Perekonomian AS yang diprakirakan membaik pada triwulan III 2013 terindikasi pada sisi produksi dan sisi permintaan. Dari sisi produksi, perkembangan positif tercermin pada peningkatan PMI manufaktur AS yang meningkat pada bulan September 2013 menjadi 56,2, dari 55,7 pada Agustus 2013 (Grafik 2.1). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi tercermin pada penjualan ritel yang tumbuh positif dan konsumsi rumah tangga yang meningkat. Sektor perumahan juga menunjukkan perbaikan tercermin pada peningkatan harga, meskipun penjualan untuk rumah baru mengalami penurunan. Tingkat keyakinan konsumen juga masih dalam tren meningkat, meskipun perkembangan bulanan pada September 2013 menurun sejalan dengan rencana tapering off oleh The Fed (Grafik 2.2). Perekonomian yang tumbuh positif mendorong penurunan tingkat pengangguran menjadi 7,3% pada bulan Agustus 2013 disertai tren penurunan jobless claim. Pertumbuhan ekonomi Jepang pada triwulan III 2013 diprakirakan juga membaik. Indikasi tersebut ditopang oleh kinerja sektor manufaktur yang menguat seperti terindikasi pada PMI Manufaktur yang meningkat (Grafik 2.3). Selain itu, ekspor juga meningkat sejalan dengan indikasi pemulihan ekonomi AS dan menurunnya kontraksi di Eropa. Perkembangan positif itu antara lain dipengaruhi oleh optimisme kebijakan Abenomics. Berbeda dengan kondisi AS dan Jepang, ekonomi Eropa pada triwulan III 2013 diprakirakan masih mengalami kontraksi, meskipun dengan tren kontraksi yang menyempit. Penurunan kontraksi Eropa terutama ditopang oleh ekspansi sektor industri di Jerman. Dari perkembangan itu, PMI komposit Euro pada September 2013 tercatat berada pada angka tertinggi selama 27 bulan yaitu mencapai 52,1 dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 51,5 (Grafik 2.4). Dari sisi konsumsi, tingkat penjualan ritel di Eropa semakin membaik, meskipun masih pada teritori negatif. Indikasi pemulihan perekonomian Jerman dan tren penurunan pengangguran di Jerman terlihat mulai mendorong perbaikan persepsi pelaku bisnis sebagaimana hasil survei ZEW Jerman. Ekonomi China diperkirakan tidak sekuat proyeksi sebelumnya. Perkiraan ini terutama dipengaruhi oleh penurunan keyakinan konsumen menyusul realisasi data PDB triwulan II 2013 yang melambat menjadi 7,5% (yoy), dari 7,7% (yoy) pada triwulan I Kendati diperkirakan dalam tren melambat, secara umum ekonomi China masih solid baik dari sisi produksi maupun permintaan. Dari sisi produksi, PMI Manufaktur Markit/HSBC China pada bulan September 2013 meningkat menjadi 51,2, tertinggi dalam 6 bulan terakhir (Grafik 2.5). Peningkatan sektor produksi tersebut ditopang oleh sektor heavy industry sejalan dengan reformasi struktural Pemerintah China. Sektor produksi China yang ekspansif juga didukung oleh semakin tingginya permintaan domestik sebagaimana tercermin pada peningkatan new orders dan new export orders sejalan dengan pemulihan ekonomi di AS dan Eropa. 5

16 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Grafik 2.5 PMI China Grafik 2.6 Sektor Industri dan Manufaktur India Grafik 2.7 Perkembangan Bursa Saham Global Sejalan dengan kondisi China, ekonomi India pada triwulan III 2013 diprakirakan juga melambat. Kondisi ini terutama dipengaruhi penurunan kinerja sektor manufaktur tercermin pada PMI manufaktur bulan Agustus 2013 yang turun menjadi 48,5, dari bulan Juli 2013 sebesar 50,1 (Grafik 2.6). Sementara itu, sisi konsumsi terindikasi masih cukup kuat sebagaimana tercermin pada ekspansi kredit perbankan yang naik menjadi 16,1% (yoy) dan penjualan mobil yang meningkat. Perkembangan ekonomi global yang belum cukup kuat masih mendorong harga komoditas mencatat kontraksi. Pertumbuhan tahunan Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHEx) masih mencatat kontraksi 7,7% (yoy), meskipun level harga pada triwulan III 2013 sedikit meningkat. Kenaikan harga komoditas terutama terjadi pada harga minyak. Setelah sempat menurun pasca penundaan penyerangan Suriah oleh AS, harga minyak dunia kembali meningkat setelah pengumuman penundaan tapering oleh The Fed. Ekonomi global yang belum kuat juga berpengaruh pada inflasi global pada triwulan III 2013 yang cenderung turun. Tingkat inflasi dunia pada bulan Agustus 2013 menurun menjadi 3,0% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (3,2%, yoy). Penurunan tekanan inflasi global pada Agustus 2013 didorong oleh penurunan inflasi di beberapa negara maju dan negara berkembang sejalan dengan penurunan harga minyak dan kenaikan harga makanan yang mulai mereda. Ditengah kondisi ekonomi global tersebut, ketidakpastian di pasar keuangan masih tinggi. Sejumlah risiko mengemuka terkait dengan penundaan kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering), perdebatan debt ceiling dan penghentian sementara layanan pemerintah AS (government shutdown). Perkembangan tersebut menurunkan kinerja pasar keuangan global pada triwulan III 2013 (Grafik 2.7). Namun demikian, penundaan kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering) di akhir triwulan III 2013 telah mendorong masuknya aliran dana nonresiden ke bursa saham dan obligasi kawasan dan mendorong menguatnya mata uang Asia. Perkembangan ekonomi global yang belum kuat tersebut secara umum mendorong respon kebijakan moneter bank sentral global masih akomodatif. Namun demikian, beberapa bank sentral mulai melakukan pengetatan (tightening) guna merespons tekanan inflasi dan ketidakseimbangan kondisi eksternal. Bank sentral India menaikkan benchmark repo rate pada September 2013 sebesar 25 bps menjadi 7,5% untuk menahan laju inflasi. Suku bunga standing facility juga diturunkan menjadi 9,5% dari 10,25% untuk melonggarkan likuiditas perbankan. Bank sentral Brazil kembali menaikkan selic rate di akhir Agustus 2013 sebesar 50 bps menjadi 9,0%, setelah bulan sebelumnya melakukan intervensi nilai tukar melalui currency swaps dalam jumlah besar dan credit line. Bank sentral Brazil telah menaikkan selic rate sebanyak 175 bps sejak akhir tahun

17 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Tabel 2.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Komponen I II III Konsumsi Rumah Tangga 5,3 5,2 5,1 4,8 Konsumsi Pemerintah 1,2 0,4 2,1 8,6 Pembentukan Modal Tetap %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Domestik Bruto 9,8 5,8 4,7 2,6 Ekspor Barang dan Jasa 2,0 3,6 4,8 4,8 Impor Barang dan Jasa 6,6-0,1 0,6 0,3 PDB 6,2 6,0 5,8 5,6 Sumber : BPS Grafik 2.8 Indeks Ekspektasi Pendapatan 6 Bulan Ke Depan Grafik 2.9 Indeks Keyakinan Konsumen PERTUMBUHAN EKONOMI Sisi Pengeluaran Ekonomi global yang melambat serta daya beli domestik yang belum meningkat pasca kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong ekonomi Indonesia bergerak dalam tren melambat. Pada triwulan III Pertumbuhan ekonomi diprakirakan sebesar 5,6% (yoy), lebih lambat dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan pada triwulan II 2013 sebesar 5,8% (yoy) (Tabel 2.1). Perlambatan ini terutama disebabkan oleh konsumsi rumah tangga dan investasi, khususnya investasi nonbangunan. Konsumsi rumah tangga diprakirakan melambat seiring dengan pelemahan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM dan depresiasi nilai tukar rupiah, yang pada gilirannya mendorong kontraksi pada investasi nonbangunan. Pada sisi eksternal, kinerja ekspor riil pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh stabil seiring pemulihan ekonomi global yang belum kuat. Sejalan dengan itu, impor diperkirakan sedikit menurun dipengaruhi permintaan domestik yang melambat dan nilai tukar yang berada dalam tren melemah. Konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III 2013 sejalan dengan penurunan daya beli masyarakat. Upaya untuk menjaga daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah melalui Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) belum mampu mengimbangi tekanan kenaikan harga. Daya beli yang belum meningkat ini terindikasi pada hasil survei konsumen BI bulan Agustus 2013 yang menunjukkan keyakinan atas pendapatan saat ini dan ekspektasi pendapatan ke depan masih dalam tren menurun (Grafik 2.8). Selain itu, kondisi penurunan daya beli masyarakat juga tercermin pada Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) BI bulan September 2013 yang turun (Grafik 2.9). IKK Danareksa pada bulan Juli 2013 juga turun disebabkan oleh kekhawatiran konsumen yang meningkat terhadap kenaikan harga barang (Grafik 2.9). Perlambatan indikator penjualan juga menjelaskan lebih rendahnya kinerja konsumsi rumah tangga. Penjualan eceran pada bulan Agustus 2013 mengalami kontraksi, bersumber dari hampir seluruh kelompok barang, kecuali barang rekreasi dan bahan bakar. Indikator penjualan eceran selama triwulan III 2013 yang melambat ditengah perayaan hari raya keagamaan, juga mengindikasikan daya beli masyarakat yang terbatas. Perlambatan juga terindikasi dari tren perkembangan pembelian barang tahan lama (durable goods) yang turun sejak awal tahun Penjualan mobil tumbuh rendah sebesar 1,9% (yoy) pada bulan Agustus 2013 (Grafik 2.10). 7

18 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Tren perlambatan investasi diprakirakan masih berlanjut pada triwulan III 2013 seiring dengan permintaan domestik yang melemah dan pemulihan ekspor yang terbatas. Kinerja konsumsi rumah tangga dan ekspor yang belum kondusif mengurangi insentif pelaku usaha untuk melakukan investasi. Perilaku pelaku usaha yang belum melakukan penambahan investasi baru juga disebabkan oleh utilisasi kapasitas industri pada semester I 2013 yang berada di bawah kondisi minimum historis (Grafik 2.11). Grafik 2.10 Indikator Penjualan Grafik 2.11 Kapasitas Utilisasi Grafik 2.12 Pembiayaan Investasi dan Suku Bunga Kredit Investasi Grafik 2.13 Nilai Riil Ekspor Nonmigas Perlambatan pertumbuhan investasi terutama dipengaruhi oleh kontraksi investasi nonbangunan. Perkiraan ini dipengaruhi investasi mesin yang diprakirakan turun lebih dalam, sejalan dengan indikator impor mesin pada Juli 2013 yang menurun. Investasi alat angkutan juga masih lemah yang terindikasi dari impor mobil penumpang dan alat angkut industri yang tumbuh negatif. Di sisi lain, pertumbuhan investasi bangunan juga diprakirakan sedikit melambat. Prakiraan tersebut didukung oleh data penjualan semen dan impor bahan bangunan yang melambat pada bulan Juli Secara keseluruhan, perkiraan perlambatan investasi juga sejalan dengan sumber pembiayaan usaha yang terbatas antara lain tercermin pada kredit investasi yang menurun (Grafik 2.12). Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2013 diprakirakan meningkat sejalan dengan pola serapan anggaran yang meningkat di akhir tahun. Secara keseluruhan, realisasi belanja pemerintah sampai dengan bulan September 2013 mencapai 63,3%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi di periode yang sama pada tahun Belanja pegawai tercatat lebih tinggi didorong realisasi pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri. Realisasi belanja modal menunjukkan sedikit perbaikan, sedangkan realisasi belanja barang tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan kontribusi konsumsi pemerintah pada triwulan III 2013 maka realisasi APBN-P selama Januari-September 2013 mencatat defisit sebesar 1,1% dari PDB, lebih tinggi dibandingkan dengan defisit pada periode yang sama tahun 2012 sebesar 0,9% dari PDB. Hal itu terutama disebabkan oleh peningkatan belanja negara di tengah penurunan penerimaan negara. Penerimaan negara di sektor perpajakan menurun sebagai dampak dari perlambatan ekonomi domestik, kebijakan insentif perpajakan dan penurunan ekspor. Sementara itu, realisasi belanja negara meningkat antara lain karena akselerasi belanja modal dan penyaluran BLSM yang telah memasuki tahap kedua. Di sisi lain, realisasi pemenuhan pembiayaan mencapai 79,8% dari kebutuhan APBN-P. Terkait pembiayaan APBN tersebut, penerbitan SBN baru mencapai 70,5% dari target APBN-P, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya. 8

19 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Grafik 2.14 Indikator Penuntun Ekspor Grafik 2.15 Nilai Riil Impor Nonmigas Dari sisi eksternal, kinerja ekspor riil pada triwulan III 2013 diprakirakan tumbuh stabil (Grafik 2.13). Prakiraan tersebut didukung oleh pergerakan indikator penuntun (leading indicator) ekspor yang berada dalam fase akselerasi hingga akhir tahun 2013 (Grafik 2.14). Berdasarkan komoditas, ekspor pertanian dan manufaktur diperkirakan dalam tren menurun, sedangkan ekspor pertambangan diperkirakan meningkat. Penurunan ekspor pertanian disebabkan oleh perlambatan ekspor komoditas unggulan seperti udang, kopi dan ikan. Sejalan dengan itu, ekspor CPO, produk logam dasar dan kayu olahan tumbuh moderat sehingga menyebabkan perlambatan kinerja ekspor manufaktur. Di sisi lain, ekspor pertambangan menguat didorong oleh kenaikan permintaan batubara, tembaga dan nikel. Kinerja ekspor pertambangan tersebut dipengaruhi kebijakan relaksasi impor mineral yang akan segera diberlakukan dan berpotensi meningkatkan ekspor pertambangan hingga awal tahun Impor diprakirakan tumbuh sedikit melambat pada triwulan III 2013, dipengaruhi perlambatan permintaan domestik dan tren pelemahan nilai tukar rupiah (Grafik 2.15). Berdasarkan kelompok, perlambatan impor dipengaruhi oleh perlambatan impor bahan baku dan barang konsumsi, serta juga kontraksi pada impor barang modal. Perlambatan impor bahan baku terutama terjadi pada bahan baku produksi untuk industri berorientasi ekspor dan komponen barang modal. Impor barang konsumsi juga melambat seiring penurunan permintaan kendaraan penumpang serta komoditi makanan dan minuman untuk rumah tangga. Sementara itu, impor pada kelompok barang modal diperkirakan mengalami kontraksi sejalan dengan penurunan investasi nonbangunan. %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha 2013 Komponen Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan ,0 I 3,6 II 3,2 III 3,2 Pertambangan & Penggalian 1,5-0,2-1,2-1,3 Industri Pengolahan 5,7 5,9 5,8 5,4 Listrik, Gas & Air Bersih 6,4 6,6 6,6 6,6 Konstruksi 7,5 7,0 6,9 6,6 Perdagangan, Hotel & Restoran 8,1 6,5 6,5 6,0 Pengangkutan & Komunikasi 10,0 10,0 11,5 10,7 Keuangan, Real Estate & Jasa Perusahaan 7,1 8,4 8,1 7,5 Jasa-jasa 5,2 6,5 4,5 5,7 PDB 6,2 6,0 5,8 5,6 Sumber : BPS Sisi Lapangan Usaha Tren perlambatan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2013 tergambar pada kinerja beberapa sektor utama. Pertumbuhan yang melambat terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi (Tabel 2.2). Kinerja sektor pertambangan diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III Perlambatan sektor pertambangan disebabkan oleh pertumbuhan produksi minyak yang lebih rendah sampai dengan Juli 2013 akibat gangguan produksi beberapa lapangan migas. Sementara itu, kinerja pertambangan nonmigas terindikasi meningkat sebagaimana tercermin dari meningkatnya ekspor pertambangan khususnya batubara. Sebagaimana disebutkan bahwa kinerja sektor industri pengolahan dan sektor bangunan diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III Perlambatan pertumbuhan merupakan dampak dari kenaikan harga BBM yang menurunkan daya beli masyarakat. Purchasing Manager Index (PMI) HSBC pada September 2013 menunjukkan aktivitas manufaktur yang masih terbatas. Kinerja subsektor alat angkut juga melemah, tercermin dari perlambatan penjualan mobil dan penjualan alat berat. Selain itu, kinerja subsektor makanan 9

20 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini dan minuman juga diprakirakan melambat. Hal yang sama juga terlihat pada kinerja sektor bangunan yang diprakirakan tumbuh melambat. Perlambatan sektor bangunan sejalan dengan kinerja investasi bangunan yang diperkirakan dalam tren melambat juga. Pada Agustus 2013, penjualan semen dan alat berat konstruksi terpantau tumbuh lebih lambat. Berdasarkan keterangan konsultan properti Jones Lang LaSalle, beberapa developer properti mulai menunda ekspansi terutama untuk ruang perkantoran dan pusat perbelanjaan. Perlambatan kinerja juga terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor keuangan. Kinerja sektor PHR diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III Tingkat hunian hotel menunjukkan penurunan pada Agustus 2013 seiring penurunan jumlah wisatawan domestik di saat Lebaran. Sementara itu, indeks penjualan eceran pada pertengahan triwulan III 2013 tumbuh lebih lambat (Tabel 2.2). Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan melambat, terutama akibat perlambatan pada subsektor angkutan. Kinerja subsektor komunikasi masih cukup kuat ditopang penjualan data dan dorongan aktivitas komunikasi pemilu. Sementara itu, kinerja subsektor angkutan udara terindikasi tumbuh lebih rendah, tercermin dari pertumbuhan penumpang angkutan udara hingga pertengahan triwulan III Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa diprakirakan tumbuh melambat pada triwulan III Perlambatan tersebut disebabkan oleh aktivitas ekonomi yang termoderasi dan kenaikan suku bunga kredit. Selain itu, perlambatan juga terindikasi oleh pertumbuhan kredit bank dan pembiayaan LKBB yang melambat hingga pertengahan triwulan III Gambar 2.1 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan III

21 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Secara keseluruhan, tren perlambatan ekonomi Indonesia triwulan III 2013 antara lain tergambar di sebagian besar wilayah Sumatera dan Jakarta. Hal ini terindikasi pada berbagai indikator terkait konsumsi rumah tangga yang cenderung melemah seperti nilai tukar petani, impor barang konsumsi dan kredit konsumsi di wilayah tersebut (Gambar 2.1). Kinerja ekspor di Sumatera juga mulai tertahan seiring perbaikan harga komoditas global yang terbatas. Di samping itu, produksi hasil perkebunan juga terindikasi tumbuh lebih rendah karena pengaruh iklim dan minimalnya insentif harga jual. Sementara itu, perekonomian Jakarta menghadapi tekanan dari melemahnya kinerja investasi terkait mulai meningkatnya suku bunga pinjaman dan depresiasi nilai tukar rupiah. Pertumbuhan ekonomi di Jawa dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) terindikasi meningkat. Peningkatan tersebut didukung oleh perbaikan kinerja ekspor dan konsumsi domestik yang relatif stabil. Perbaikan kinerja ekspor di Jawa terutama bersumber dari ekspor manufaktur. Sementara itu, peningkatan ekspor di KTI bersumber dari ekspor barang tambang seperti nikel, batu bara, dan tembaga, di tengah masih terbatasnya perbaikan harga di pasar global. Grafik 2.16 Perkembangan Neraca Perdagangan Grafik 2.17 Aliran Dana Non Residen pada Portofolio Rupiah NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2013 diprakirakan lebih baik. Prakiraan ini dipengaruhi oleh defisit neraca transaksi berjalan yang diproyeksikan menyempit, didorong dampak melemahnya permintaan domestik dan pelemahan nilai tukar rupiah. Di sisi lain, surplus transaksi modal finansial (TMF) diprakirakan akan lebih besar seiring kembali masuknya investor asing pada SBI dan SUN, serta berkurangnya net jual asing atas saham domestik sebagai respon kebijakan Bank Indonesia dan Pemerintah dan penundaan tapering off di AS. Prospek penurunan defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2013 tersebut terindikasi pada neraca perdagangan di Agustus 2013 yang mencatat surplus. Surplus terutama dipengaruhi oleh impor yang menurun. Impor menurun sebesar 3,7% (yoy) yang bersumber dari turunnya impor migas dan impor nonmigas. Impor nonmigas turun sebesar 8,8% (yoy). Penurunan impor nonmigas terjadi pada semua jenis barang dengan penurunan tertinggi terjadi pada impor barang modal sebesar 18,6% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan bulan Agustus 2013 mencatat surplus sebesar 366 juta dolar AS, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang mencatat defisit sebesar 2,2 miliar dolar AS (Grafik 2.16). Perkiraan surplus TMF triwulan III 2013 dipengaruhi oleh perkiraan masih kuatnya Foreign Direct Investment (FDI) serta aliran dana nonresiden yang kembali meningkat di akhir triwulan III Secara keseluruhan triwulan, investor nonresiden membukukan net beli sebesar 11

22 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini 188,67 juta dolar AS setelah mengalami net jual 2,55 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya. Akumulasi kepemilikan nonresiden terjadi di SUN dan SBI masing-masing sebesar 762,15 juta dolar AS dan 241,98 juta dolar AS, sementara di saham terjadi net jual sebesar 815,46 juta dolar AS. Aksi beli di SUN terutama terjadi di bulan September 2013 sebagai respon dari bauran kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia serta ditundanya tapering off QE oleh The Fed pada 19 September 2013 (Grafik 2.17). Sementara itu, aksi lepas saham nonresiden terjadi di sepanjang triwulan III 2013 dengan tekanan terbesar terjadi di bulan Agustus Sejalan dengan kondisi NPI tersebut serta respons Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai rupiah, cadangan devisa pada akhir September 2013 mencapai 95,7 miliar dolar AS. Posisi cadangan devisa tersebut meningkat bila dibandingkan posisi akhir Agustus 2014 sebesar 93,0 miliar AS. Posisi cadangan devisa di September 2013 tersebut setara dengan 5,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah sehingga masih cukup aman mendukung ketahanan sektor eksternal dan berada di atas standar kecukupan internasional. Grafik 2.18 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.19 Apre/Depre Triwulanan Mata Uang Regional & Euro NILAI TUKAR RUPIAH Kinerja transaksi berjalan yang diperkirakan masih defisit mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah yang berada dalam tren melemah di triwulan III Secara rata-rata, nilai tukar rupiah melemah 8,18% (qtq) ke level Rp10.652/dolar AS dari level Rp9.781/dolar AS pada triwulan sebelumnya (Grafik 2.18). Sementara secara point-to-point, rupiah terdepresiasi sebesar 14,29% (qtq) dan ditutup di level Rp11.580/dolar AS di akhir triwulan (Grafik 2.18). Selain pengaruh defisit transaksi berjalan, pelemahan rupiah juga dipicu ketidakpastian di pasar keuangan global terkait isu tapering off oleh The Fed. Pengaruh isu global ini mengakibatkan pergerakan rupiah selama triwulan III 2013 sejalan dengan pergerakan mayoritas nilai tukar negara kawasan Asia lainnya (Grafik 2.19). Dari perkembangan harian, tekanan pelemahan rupiah terutama terlihat cukup kuat pada Agustus 2013 dan kemudian berkurang pada akhir triwulan III Berkurangnya tekanan depresiasi rupiah dipengaruhi oleh bauran kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sejak Juni 2013 dan Pemerintah serta respon positif pelaku pasar terhadap penundaan tapering off oleh The Fed. Tren berkurangnya tekanan terhadap rupiah tersebut diiringi dengan menurunnya NDF poin serta membaiknya persepsi investor offshore terhadap rupiah. Kondisi ini tercermin dari kuotasi NDF yang lebih apresiatif dibandingkan kuotasi pada pasar spot rupiah. 12

23 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Grafik 2.20 Perkembangan Inflasi Grafik 2.21 Inflasi Inti Tradable, Nilai Tukar dan Indeks Harga Impor Grafik 2.22 Kapasitas Utilisasi dan Penjualan Riil Grafik 2.23 Ekspektasi Inflasi Pedagang Eceran INFLASI Tekanan inflasi pada triwulan III 2013 secara umum meningkat bila dibandingkan dengan triwulan II Perkembangan tersebut terutama disebabkan dampak kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Pemerintah pada akhir Juni Kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong inflasi administered prices meningkat tinggi dari 6,7% (yoy) pada Juni 2013 menjadi 15,5% (yoy) pada September 2013 (Grafik 2.20). Kondisi ini pada gilirannya mengakibatkan inflasi IHK secara tahunan tercatat 8,4% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Juni 2013 sebesar 5,9% (yoy). Namun demikian, dalam perkembangan bulanan, tekanan inflasi pasca kenaikan harga BBM bersubsidi dalam tren menurun. Setelah Juli 2013 tercatat tinggi 3,3% (mtm), inflasi IHK secara bertahap menurun menjadi 1,1% (mtm) pada Agustus 2013 dan mencatat deflasi 0,35% (mtm) pada September Penurunan tekanan inflasi secara bulanan dipengaruhi oleh hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut serta menurunnya dampak lanjutan kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut kepada barang lain (second round effect). Perlambatan inflasi juga dipengaruhi oleh menurunnya tekanan pada inflasi volatile food. Inflasi September 2013 yang tercatat deflasi 0,35% (mtm), memperkuat kondisi bahwa tekanan harga telah mereda pasca kenaikan harga BBM bersubsidi. Deflasi tersebut terutama didorong oleh koreksi harga pangan yang cukup tajam seiring berlalunya pola musiman lebaran dan dampak lanjutan kenaikan harga BBM yang berakhir di bulan September Berdasarkan kelompoknya, deflasi IHK dipengaruhi oleh deflasi pada kelompok volatile food sebesar 3,38% (mtm) atau inflasi 13,94% (yoy). Sementara itu, inflasi inti tercatat meningkat menjadi 0,57% (mtm) atau 4,72% (yoy), sedangkan inflasi administered prices tercatat kembali ke pola normal mencapai 0,34% (mtm) atau 15,47% (yoy). Deflasi pada kelompok volatile food di September 2013 merupakan inflasi terendah selama 10 tahun terakhir. Perkembangan ini dipengaruhi bawang merah dan cabai yang menyumbang deflasi hingga 0,69%. Jadwal panen yang mundur akibat anomali cuaca menyebabkan koreksi harga bawang dan cabai baru terjadi di bulan ini. Melimpahnya pasokan bawang merah dan cabai didorong oleh panen yang sedang berlangsung di beberapa sentra produksi. Penurunan harga kedua komoditas tersebut menyebabkan sisa alokasi impor yang belum terealisasi ditangguhkan dan dijadikan sebagai cadangan impor bila harga mengalami kenaikan sampai mencapai harga referensi. Komoditas pangan lainnya juga mengalami koreksi harga pasca hari raya sejalan dengan permintaan yang kembali normal. Untuk komoditas daging sapi, koreksi harga telah terjadi meskipun masih terbatas akibat realisasi pemotongan sapi yang baru mencapai 52%. Namun demikian, gangguan pasokan dari impor dan kenaikan harga kedelai dan CPO internasional mendorong tekanan harga pada komoditas turunannya seperti tempe, tahu, dan 13

24 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Grafik 2.24 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Grafik 2.25 Suku Bunga PUAB O/N Grafik 2.26 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N Grafik 2.27 Suku Bunga Perbankan minyak goreng. Tekanan pada harga daging ayam masih berlanjut disebabkan oleh kenaikan harga pakan Days Old Chicken (DOC) yang sebagian besar diimpor dan gangguan pasokan karena penyakit tetelo. Untuk beras, kenaikan harga didorong oleh penurunan produktivitas padi di sejumlah sentra produksi. Tekanan inflasi kelompok administered prices pada September 2013 cukup moderat akibat tidak adanya kebijakan harga strategis dari Pemerintah. Setelah mencapai puncaknya di bulan Juli 2013 sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi, secara bulanan tekanan inflasi administered prices kembali moderat. Inflasi di bulan September 2013 terutama bersumber dari tarif air minum PAM, kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) triwulan III 2013, dan rokok kretek filter. Inflasi inti pada September 2013 meningkat antara lain didorong dampak depresiasi rupiah, sedangkan pengaruh harga komoditas global masih rendah. Meningkatnya tekanan eksternal tersebut tercermin dari kenaikan inflasi inti traded (Grafik 2.21). Dampak pass-through nilai tukar ini tercermin pada inflasi barang-barang dengan kandungan impor tinggi seperti bahan bangunan, elektronik dan otomotif. Tekanan terhadap inflasi inti dapat berkurang karena permintaan domestik dalam tren menurun tercermin dari kapasitas utilisasi pada Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang masih sekitar 69% (Grafik 2.22). Kenaikan inflasi inti pada September 2013 dipengaruhi juga oleh ekspektasi inflasi yang masih tinggi. Hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia (Grafik 2.23) menunjukkan ekspektasi inflasi pedagang masih dalam tren meningkat didorong oleh kenaikan harga bahan baku yang berasal dari impor. Ekspektasi inflasi konsumen untuk 3 bulan dan 6 bulan mendatang juga meningkat sehubungan dengan adanya perayaan hari raya Natal dan Tahun baru dan dimulainya persiapan pelaksanaan PEMILU Sementara itu, di pasar keuangan, kenaikan ekspektasi inflasi tercermin dari survei Consensus Forecast (CF) yang meningkat selama triwulan III 2013 didorong oleh ekspektasi depresiasi. Ekspektasi inflasi tahun 2013 hasil survei CF triwulanan meningkat signifikan dari 6,4% pada Juni 2013 menjadi 9,0% (Grafik 2.24). Tekanan inflasi yang mereda di akhir triwulan III 2013 tergambar pada beberapa daerah di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara (Gambar 2.2). Inflasi di daerah tersebut pada akhir triwulan bahkan lebih rendah karena disertai koreksi harga yang dalam pada komoditas ikan segar. Namun demikian, beberapa daerah masih mencatat inflasi hingga kisaran 10%, antara lain Sumatera Barat, Papua Barat, Maluku Utara, Kalimantan Timur, dan Banten. 14

25 Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini Gambar 2.2 Peta Inflasi Daerah Triwulan III 2013 Grafik 2.28 Suku Bunga KMK, KI dan KK Grafik 2.29 Pertumbuhan DPK (%,yoy) PERKEMBANGAN PASAR KEUANGAN Suku Bunga Suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) O/N pada triwulan III 2013 meningkat sejalan dengan kenaikan BI Rate dan suku bunga Deposit Facility (DF). Rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N pada triwulan III 2013 meningkat menjadi 5,05% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,23% (Grafik2.25). Sejalan dengan kenaikan suku bunga PUAB O/N tersebut, rata-rata tertimbang volume PUAB total turun menjadi Rp10,1 triliun dari Rp12,7 triliun, sedangkan rata-rata volume DF O/N meningkat menjadi Rp114,2 triliun dari Rp59,7 triliun (Grafik2.26). Kenaikan BI Rate juga tertransmisi kepada suku bunga perbankan, khususnya suku bunga deposito. Pada triwulan III 2013 (sampai dengan Agustus 2013), suku bunga deposito tercatat naik 29 bps sementara suku bunga kredit cenderung stabil. Akibatnya, spread antara suku bunga kredit dan deposito menurun menjadi 586 bps dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 615 bps (Grafik 2.27). Meskipun cenderung stabil, pergerakan suku bunga kredit bervariasi tergantung jenis penggunaannya. Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) turun 3 bps menjadi 11,63%, suku bunga Kredit Investasi (KI) naik 8 bps menjadi 11,37% dan suku bunga Kredit Konsumsi (KK) turun 1 bps menjadi 13,05% (Grafik 2.28). 15

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan September 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Kebijakan Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2016 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

Laporan. Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Laporan. Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Laporan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Triwulan IV 2015 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan IV 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang semakin baik

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2014 menunjukkan stabilitas ekonomi semakin terjaga dan ditopang penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali.

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DOMESTIK

PEREKONOMIAN DOMESTIK BAGIAN II PEREKONOMIAN DOMESTIK Bagian II PEREKONOMIAN DOMESTIK Kinerja perekonomian Indonesia tahun 2013 tidak terlepas dari pengaruh perubahan pola siklus yang mewarnai dinamika ekonomi global. Perubahan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci