April Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "April Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan"

Transkripsi

1 April 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

2 TINJAUAN KEBIJA KA N M O NETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 April 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,0%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,0% dan,7%. Kebijakan tersebut tetap konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,±1% pada 2014 dan 4,0±1% pada 201, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai perekonomian Indonesia dewasa ini bergerak ke arah yang positif dan sesuai perkiraan, ditandai inflasi yang menurun dan neraca perdagangan yang kembali mencatat surplus. Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati berbagai risiko, baik dari global maupun domestik, dan menempuh langkah-langkah antisipatif guna memastikan stabilitas ekonomi tetap terjaga dan mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, termasuk kebijakan untuk memperkuat struktur ekonomi dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN swasta. Pemulihan ekonomi global masih terus berlanjut, meskipun dengan kecepatan yang moderat. Pemulihan terutama ditopang oleh perbaikan ekonomi negara maju sejalan dengan masih berlanjutnya stimulus moneter. Di negara emerging markets, khususnya di Tiongkok, perlambatan ekonomi terjadi seiring dengan kebijakan rebalancing ekonomi yang ditempuh. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi perkembangan harga komoditas global yang masih rendah. Sementara itu, perbaikan terjadi pada pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang lainnya, seperti India. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati risiko pertumbuhan ekonomi dunia tersebut serta risiko eksternal lain seperti rencana normalisasi kebijakan the Fed dan kondisi di beberapa negara emerging markets yang masih cukup rentan. Bank Indonesia menilai moderasi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih berlanjut ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Permintaan eksternal membaik dan mengimbangi moderasi permintaan domestik sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Beberapa indikator dini dan indikator penuntun mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 meningkat antara lain didorong kegiatan Pemilu Ekspor diperkirakan juga masih berada dalam tren membaik terutama didorong ekspor manufaktur sejalan pemulihan ekonomi negara maju. Sementara itu, investasi swasta pada triwulan I 2014 masih tumbuh terbatas, dan diperkirakan baru meningkat pada semester II Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 diperkirakan masih berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia sebelumnya yakni,-,9%. Pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang juga ditopang perbaikan kinerja sektor eksternal, baik dari neraca pedagangan maupun neraca finansial. Neraca perdagangan Indonesia pada Februari 2014 kembali mencatat surplus sebesar 0,79 miliar dolar AS, ditopang meningkatnya surplus neraca perdagangan nonmigas. Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas bersumber dari kontraksi pada impor nonmigas sejalan dengan moderasi permintaan domestik, dan perbaikan ekspor nonmigas khususnya 1

3 manufaktur sejalan perbaikan ekonomi negara maju. Surplus neraca perdagangan juga bersumber dari menurunnya defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi ekspor migas akibat kenaikan lifting minyak, serta penurunan impor migas sejalan dengan kewajiban penggunaan biodiesel untuk bahan bakar di sektor transportasi umum dan kelistrikan. Dari neraca finansial, aliran masuk modal asing masih terus berlanjut pada Maret 2014 sehingga secara akumulatif pada triwulan I 2014, aliran masuk portfolio asing ke pasar keuangan Indonesia mencapai,8 miliar dolar AS. Dengan perkembangan positif tersebut, cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2014 tercatat 102,6 miliar dolar AS, yang setara,9 bulan impor barang atau,7 bulan impor barang dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan perbaikan sektor eksternal berlanjut, ditopang defisit transaksi berjalan 2014 yang dapat ditekan di bawah 3,0% dari PDB dan surplus aliran masuk modal asing yang tetap besar. Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai risiko baik dari global maupun domestik yang dapat mengganggu ketahanan sektor eksternal dan meresponsnya dengan tepat, termasuk mengenai perkembangan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN swasta. Perekonomian yang semakin berimbang dan mendorong perbaikan kinerja sektor eksternal berdampak pada menguatnya nilai tukar rupiah. Pada Maret 2014, rupiah ditutup di level Rp per dolar AS, menguat 2,19% dibandingkan dengan level akhir Februari Secara rata-rata, rupiah pada Maret 2014 tercatat Rp per dolar AS, menguat 4,38% dibandingkan dengan rata-rata rupiah pada Februari 2014 sebesar Rp per dolar AS. Dengan perkembangan ini, rupiah sampai Maret 2014 menguat 7,13% dibandingkan dengan level akhir tahun 2013, atau secara rata-rata menguat 2,8% dibandingkan dengan rata-rata rupiah tahun Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dan didukung berbagai upaya untuk meningkatkan pendalaman pasar uang. Berbagai kemajuan dalam pendalaman pasar uang baik rupiah maupun valas seperti mini MRA dan transaksi lindung nilai akan ditingkatkan dan menjadi fokus kebijakan ke depan. Inflasi Maret 2014 berada dalam tren menurun sehingga semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,±1%. Inflasi IHK Maret 2014 tercatat rendah yakni 0,08% (mtm) atau 7,32% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi Februari 2014 sebesar 0,26% (mtm) atau 7,7% (yoy). Inflasi Maret 2014 juga tercatat lebih rendah dari rata rata inflasi dalam 6 tahun terakhir. Penurunan tekanan inflasi disebabkan inflasi inti yang menurun seiring apresiasi nilai tukar, moderasi permintaan domestik, dan ekspektasi inflasi yang masih terjaga. Selain itu, harga bahan pangan juga mengalami deflasi akibat pasokan beberapa komoditas bahan makanan yang meningkat seiring dengan datangnya musim panen. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi, seperti penyesuaian administered prices, dan potensi peningkatan harga pangan akibat musim kemarau di beberapa daerah, termasuk adanya indikasi kemungkinan terjadinya El Nino dengan intensitas lemah di bulan Agustus Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan dan berkoordinasi dengan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah sehingga tetap dapat mengendalikan inflasi sesuai sasarannya. Stabilitas sistem keuangan terjaga ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan perbaikan kinerja pasar keuangan. Ketahanan industri perbankan tetap kuat dengan risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang masih kuat. Pertumbuhan kredit kepada sektor swasta melambat dari 20,9% (yoy) pada Januari 2014 menjadi 19,9% (yoy) pada Februari 2014, sejalan dengan arah moderasi permintaan 2

4 domestik. Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan OJK untuk mengarahkan pertumbuhan kredit ke depan sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Sementara itu, kinerja pasar modal pada Maret 2014 semakin baik tercermin pada IHSG yang berada dalam tren meningkat dan imbal hasil SBN yang menurun. Perbaikan kinerja pasar modal ini didorong meningkatnya optimisme investor terhadap perekonomian domestik. 3

5 2 PERKEMBANGAN EKONOMI DAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia pada Maret 2014 bergerak ke arah yang positif dan sesuai perkiraan. Beberapa indikator domestik menunjukkan tekanan inflasi berada dalam tren menurun dan dibarengi oleh mulai berimbangnya perekonomian. Hal ini antara lain ditandai oleh inflasi yang menurun pada Maret 2014 dan neraca perdagangan yang kembali mencatat surplus pada Februari Selain itu, komposisi pertumbuhan ekonomi terindikasi membaik ditandai oleh membaiknya permintaan eksternal sehingga mengimbangi moderasi permintaan domestik. Perkembangan ekonomi Indonesia yang positif tersebut ditopang oleh pemulihan ekonomi global yang masih berlanjut, meskipun dengan kecepatan yang moderat. Pertumbuhan ekonomi global masih dimotori oleh pemulihan ekonomi negara-negara maju seperti AS, Eropa dan Jepang. Pemulihan ekonomi advanced countries tersebut terutama didorong oleh stimulus moneter yang berkelanjutan. Di negara emerging markets, khususnya di Tiongkok, perlambatan ekonomi terjadi seiring dengan kebijakan rebalancing ekonomi yang ditempuh. Sementara itu, perbaikan terjadi pada pertumbuhan ekonomi di negara mitra dagang lainnya, seperti India. Emerging markets, khususnya Tiongkok, yang belum kuat, mempengaruhi perkembangan harga komoditas global yang masih rendah. Moderasi pertumbuhan ekonomi Tiongkok berdampak pada tren penurunan harga minyak, meskipun sempat meningkat pada awal tahun akibat berlangsungnya cuaca dingin yang cukup ekstrim di AS dan Eropa. Tren penurunan harga minyak pada tahun 2014 juga didorong oleh pasokan yang meningkat, khususnya bersumber dari negara-negara OECD. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati risiko pertumbuhan global karena dapat mempengaruhi prospek ekonomi selanjutnya. Risiko eksternal tersebut terkait rencana normalisasi kebijakan the Fed dan kondisi di beberapa negara emerging markets yang masih cukup rentan. Risiko ekonomi emerging markets tersebut termasuk perkembangan kebijakan rebalancing ekonomi Tiongkok. Pertumbuhan Ekonomi Moderasi pertumbuhan ekonomi Indonesia secara umum masih berlanjut ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Berdasarkan komponennya, permintaan eksternal membaik dan mengimbangi moderasi permintaan domestik sebagai sumber pertumbuhan ekonomi. Beberapa indikator dini dan indikator penuntun mengindikasikan pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 meningkat antara lain didorong kegiatan Pemilu Ekspor diperkirakan juga masih berada dalam tren membaik terutama didorong ekspor manufaktur sejalan pemulihan ekonomi negara maju. Sementara itu, investasi swasta pada triwulan I 2014 masih tumbuh terbatas, dan diperkirakan baru meningkat pada semester II Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 diperkirakan masih berada dalam kisaran proyeksi Bank Indonesia sebelumnya yakni,-,9%. 4

6 Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2014 terindikasi meningkat didorong oleh peningkatan keyakinan konsumen dan juga dampak belanja untuk persiapan Pemilu. Peningkatan keyakinan konsumen yang ditengarai akan meningkatkan konsumsi rumah tangga ini tergambar pada hasil survei terkini sejumlah lembaga yang mengindikasikan bahwa keyakinan konsumen masih berada dalam tren yang kuat. Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Bank Indonesia dan ANZ Roy Morgan meningkat pada triwulan I Sementara itu, IKK Danareksa justru sedikit melemah akibat menurunnya penilaian masyarakat terhadap kinerja perekonomian saat ini, yang kemudian berdampak pada semakin terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia (Grafik 2.1). Grafik 2.1 Indeks Kepercayaan Konsumen Grafik 2.2 Indeks Ekspektasi Pendapatan Peningkatan konsumsi juga didukung oleh perbaikan daya beli dan peningkatan ekspektasi pendapatan. Hal ini terindikasi pada hasil survei konsumen Bank Indonesia Maret 2014 yang menunjukkan peningkatan ekspektasi pendapatan konsumen (Grafik 2.2). Beberapa indikator juga mendukung perbaikan pendapatan yang menopang pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Inflasi yang rendah di awal tahun 2014 dan remunerasi lanjutan PNS pada 14 Kementerian/Lembaga di tahun 2014 mampu mendukung daya beli masyarakat. Efek pendapatan (income effect) dari kenaikan suku bunga juga memberikan tambahan penghasilan kepada kelompok rumah tangga yang memiliki simpanan di perbankan. Selain itu, pendapatan buruh nonformal membaik, tercermin pada upah riil buruh tani dan NTP yang meningkat, meskipun masih tumbuh negatif. Konsumsi pemerintah diprakirakan juga meningkat pada triwulan I 2014 sejalan dengan pola serapan anggaran pada awal tahun Pemilu. Serapan belanja negara sampai dengan bulan Februari 2014 tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan serapan belanja di periode yang sama tahun Realisasi belanja negara hingga Februari 2014 mencapai 9,6% dari target APBN yang masih didominasi oleh belanja rutin dan belanja nonproduktif, seperti belanja pegawai, pembayaran bunga utang dan subsidi. Sementara itu, bantuan sosial tercatat meningkat signifikan terkait dengan bencana banjir pada awal tahun Kinerja ekspor pada triwulan I 2014 diprakirakan meningkat didukung pemulihan ekonomi di beberapa negara maju. Pengaruh pemulihan ekonomi negara maju ini terindikasi mendorong kenaikan ekspor manufaktur. Kenaikan lebih lanjut ekspor tertahan akibat perlambatan ekspor komoditas pertambangan dan pertanian. Hingga Februari 2014, ekspor pertambangan tumbuh melambat disebabkan oleh kontraksi ekspor batubara yang semakin besar. Permintaan yang melemah dan penetapan target pemerintah atas produksi batubara di tahun 2014 yang lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 diprakirakan

7 menjadi penyebab kontraksi ekspor batubara. Selain itu, ekspor hasil tambang mineral juga menurun terkait dengan penerapan UU Minerba sejak bulan Januari Sementara itu, ekspor pertanian tumbuh melambat akibat penurunan ekspor perikanan dan kopi. Berbeda dengan konsumsi dan ekspor, investasi swasta pada triwulan I 2014 masih tumbuh terbatas. Pada triwulan I 2014, keyakinan pelaku usaha menurun tercermin pada Indeks Tendensi Bisnis BPS yang lebih rendah (Grafik 2.3). Selain itu, investasi bangunan juga masih tumbuh terbatas. Pada awal tahun, realisasi belanja modal pemerintah yang terbatas menyebabkan realisasi pembangunan infrastruktur juga menjadi terbatas. Kondisi ini juga diperkuat oleh penjualan semen yang melambat dan indeks produksi industri semen yang cenderung stabil. Perlambatan investasi bangunan juga tidak terlepas dari dampak kebijakan makroprudensial Bank Indonesia dalam mengendalikan pertumbuhan properti. Pertumbuhan investasi swasta diperkirakan baru meningkat pada semester II Tingkat utilisasi kapasitas pada industri pengolahan di triwulan I 2014 yang meningkat ke kisaran atas historis yaitu 7%, diperkirakan mampu menjadi insentif bagi pelaku usaha untuk berinvestasi (Grafik 2.4). Selain itu, kesiapan dari sebagian perusahaan tambang (38,%) untuk membangun smelter di tahun 2014 diperkirakan juga dapat mendorong peningkatan investasi. Hingga Februari 2014, rencana Penanaman Modal Asing (PMA) yang telah disetujui BKPM untuk pembangunan smelter mencapai USD179,8 juta untuk 13 proyek. Sementara itu, nilai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp10,3 triliun untuk 9 proyek. 1 Grafik 2.3 Indeks Tendensi Bisnis Grafik 2.4 Utilisasi Kapasitas Industri Kinerja impor diprakirakan masih belum kuat sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Hingga Februari 2014, impor nonmigas riil masih tumbuh lambat. Hal ini dipengaruhi impor bahan baku dan barang konsumsi yang masih mengalami kontraksi sejalan dengan moderasi permintaan domestik (Grafik 2.). Impor barang modal diperkirakan juga masih mencatat kontraksi, meskipun sudah berada dalam tren meningkat. 1 Asesmen Liaison UU Minerba dan Kesiapan Pelaku Usaha Pertambangan, Bank Indonesia, mimeo 6

8 Grafik 2. Pertumbuhan Impor Nonmigas Riil Dari sisi sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2014 diprakirakan didorong oleh peningkatan sejumlah sektor ekonomi terkait aktivitas Pemilu. Pelaksanaan Pemilu diprakirakan mendorong akselerasi pada sektor industri pengolahan, PHR, pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa. Sementara itu, perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor pertanian akibat musim panen raya yang terkendala oleh kondisi cuaca. Perlambatan pertumbuhan juga diprakirakan terjadi pada sektor pertambangan seiring turunnya produksi minyak dan terbatasnya kinerja subsektor nonmigas. Sementara itu, sektor bangunan diprakirakan tumbuh terbatas seiring realisasi pembangunan infrastruktur pemerintah yang masih terbatas dan mulai efektifnya ketentuan BI terkait LTV properti. Neraca Pembayaran Indonesia Pertumbuhan ekonomi yang lebih seimbang juga ditopang perbaikan kinerja sektor eksternal, baik dari neraca pedagangan maupun neraca finansial. Perkembangan ekonomi global yang kondusif turut mendorong kembali membaiknya neraca perdagangan Indonesia. Neraca perdagangan pada Februari 2014 kembali mencatat surplus sebesar 0,79 miliar dolar AS, setelah mencatat defisit pada bulan sebelumnya sebesar 0,4 miliar dolar AS. Surplus neraca perdagangan tersebut ditopang oleh peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas pada bulan laporan yang tercatat sebesar 1,8 miliar dolar AS (Grafik 2.6). Grafik 2.6 Neraca Perdagangan Indonesia Peningkatan surplus neraca perdagangan nonmigas yang kemudian berkontribusi pada surplus neraca perdagangan di Februari 2014, bersumber dari kontraksi pada impor nonmigas. Kontraksi impor nonmigas tersebut sejalan dengan moderasi permintaan domestik, dan perbaikan ekspor nonmigas khususnya manufaktur sejalan perbaikan 7

9 ekonomi negara maju. Impor nonmigas pada Februari 2014 terkontraksi cukup dalam sebesar 8,9% (mtm). Penurunan impor non migas terjadi pada seluruh komoditi impor. Impor barang konsumsi, bahan baku/penolong dan barang modal masing-masing terkontraksi sebesar 8,6%, 8,1%, 11,9% (mtm). Sebaliknya, ekspor nonmigas mengalami perbaikan yang cukup signifikan, meskipun masih tumbuh dalam teritori negatif. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,9% (mtm), ekspor nonmigas pada Februari 2014 meningkat hingga hanya terkontraksi sebesar 0,6% (mtm). Kenaikan ekspor komoditas nonmigas dikontribusi oleh peningkatan ekspor manufaktur khususnya komoditas minyak nabati, termasuk CPO. Ekspor CPO tumbuh 23,6% (mtm) seiring dengan peningkatan permintaan dari China, India dan Belanda. Selain itu, ekspor komoditas batubara juga kembali tumbuh positif sebesar 2,8% (mtm). Surplus neraca perdagangan juga bersumber dari menurunnya defisit neraca perdagangan migas yang dipengaruhi oleh ekspor migas sejalan dengan kenaikan lifting minyak serta penurunan impor migas. Ekspor komoditas migas pada bulan Februari 2014 tumbuh 16,2% (mtm) yang dipengaruhi oleh meningkatnya ekspor gas dan produk minyak. Lifting minyak pada Februari 2014 mengalami kenaikan mencapai 838 ribu barel per hari. Sementara itu, impor migas menurun antara lain dipengaruhi kewajiban penggunaan biodiesel untuk bahan bakar di sektor transportasi umum dan kelistrikan. Dari neraca finansial, aliran masuk modal asing masih terus berlanjut sejalan membaiknya fundamental ekonomi Indonesia. Sampai dengan akhir Maret 2014, aliran masuk portofolio asing ke pasar keuangan Indonesia secara akumulatif mencapai,8 miliar dolar AS. Aliran masuk dana asing tersebut mendorong kepemilikan nonresiden pada instrumen keuangan domestik meningkat baik disaham, SBI maupun SBN (termasuk SBSN) dan global bond (Grafik 2.7). Dengan perkembangan yang positif tersebut, neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan I 2014 diperkirakan akan mencatat surplus yang lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. Grafik 2.7 Aliran Dana Non Residen di Aset Rupiah Dengan perkembangan positif tersebut, cadangan devisa Indonesia pada Maret 2014 tercatat 102,6 miliar dolar AS. Level cadangan devisa tersebut setara dengan,9 bulan impor barang, atau,7 bulan impor barang dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan perbaikan sektor eksternal berlanjut, ditopang defisit transaksi berjalan 2014 dapat yang ditekan di bawah 3,0% dari PDB dan surplus aliran masuk modal asing yang tetap besar. Bank Indonesia akan terus mencermati berbagai risiko baik dari global maupun domestik yang dapat mengganggu ketahanan sektor eksternal dan meresponsnya dengan tepat, termasuk mengenai perkembangan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN swasta. 8

10 Nilai Tukar Rupiah Perekonomian yang semakin berimbang dan mendorong perbaikan kinerja sektor eksternal berdampak pada menguatnya nilai tukar rupiah. Pada Maret 2014, rupiah ditutup di level Rp per dolar AS, menguat 2,19% dibandingkan dengan level akhir Februari 2014 (Grafik 2.8). Secara rata-rata, rupiah pada Maret 2014 tercatat Rp per dolar AS, menguat 4,38% dibandingkan dengan rata-rata rupiah pada Februari 2014 sebesar Rp per dolar AS. Dengan perkembangan ini, rupiah sampai Maret 2014 menguat 7,13% dibandingkan dengan level akhir tahun 2013, atau secara rata-rata menguat 2,8% dibandingkan dengan rata-rata rupiah tahun Penguatan rupiah tersebut diikuti dengan volatilitas nilai tukar yang lebih rendah. Apresiasi rupiah tercatat cukup besar bila dibandingkan dengan perkembangan nilai tukar kawasan. Mayoritas mata uang ASEAN- mengalami konsolidasi karena dipicu oleh meningkatnya ketegangan geopolitik di Ukraina dan sikap The Fed yang dinilai lebih hawkish pada FOMC Maret 2014 (Grafik 2.9). Selain itu, berlanjutnya indikasi perlambatan ekonomi China sebagai mitra dagang utama di kawasan menyebabkan koreksi risk-appetite investor terhadap aset keuangan regional Asia. Grafik 2.8 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.9 Apre/Depre Mata Uang Regional dan Euro Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan nilai fundamentalnya dan didukung berbagai upaya untuk meningkatkan pendalaman pasar uang. Untuk memperkuat kebijakan tersebut, berbagai kemajuan dalam pendalaman pasar uang baik rupiah maupun valas seperti mini MRA dan transaksi lindung nilai akan ditingkatkan dan menjadi fokus kebijakan ke depan. Inflasi Inflasi Maret 2014 berada dalam tren menurun sehingga semakin mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,±1%. Inflasi Maret 2014 tercatat rendah yakni mencapai 0,08% (mtm) atau 7,32% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi Februari 2014 sebesar 0,26% (mtm) atau 7,7% (yoy) (Grafik 2.10). Perkembangan inflasi Maret 2014 tersebut juga lebih rendah dari rata rata inflasi dalam 6 tahun terakhir. 9

11 Grafik 2.10 Perkembangan Inflasi Rendahnya inflasi pada bulan laporan dikontribusi oleh deflasi pada kelompok volatile food. Kelompok volatile food pada Maret 2014 mencatat deflasi 0,% (mtm) atau 7,2% (yoy), lebih rendah dari rata rata historis selama tahun. Deflasi tersebut didorong oleh koreksi harga yang disebabkan pasokan yang meningkat (Tabel 2.1). Panen ayam yang melimpah di peternak besar mendorong turunnya harga daging ayam dan telur ayam. Selain itu, cabai merah mengalami deflasi yang cukup dalam akibat melimpahnya panen di beberapa sentra produksi seperti Subang, Tasikmalaya, Ciamis, Sukabumi dan Garut yang diperkirakan akan berlangsung sampai bulan depan. Deflasi juga disumbang oleh subkelompok ikan ikanan sebagai dampak dari pasokan yang kembali normal karena cuaca yang kondusif untuk menangkap ikan. Selanjutnya, beberapa komoditas di subkelompok aneka sayur dan buah juga mengalami koreksi seperti tomat sayur, tomat buah, wortel, dan melon. Deflasi lebih dalam dari kelompok volatile food tertahan oleh inflasi pada cabai rawit, beras, bawang putih, dan minyak goreng. Kenaikan harga pada cabai rawit terutama didorong oleh berkurangnya pasokan dari Jawa Timur sebagai akibat dampak dari erupsi Gunung Kelud. Selanjutnya, harga beras secara nasional masih mencatat kenaikan, karena panen yang mundur akibat bencana banjir di Jawa yang merupakan sentra produksi utama dan proses replanting yang masih terkendala. Bawang putih juga mengalami tekanan harga akibat berkurangnya pasokan impor. Sementara itu, harga minyak goreng juga meningkat seiring dengan kenaikan harga CPO global. Tabel 2.1 Penyumbang Inflasi/Deflasi kelompok Volatile Food Tabel 2.2 Penyumbang Inflasi Kelompok Administered Prices 10

12 Penurunan inflasi pada Maret 2014 juga ditopang oleh inflasi inti yang terkendali sejalan dengan apresiasi nilai tukar rupiah dan ekspektasi inflasi yang terjaga. Inflasi inti tercatat 0,21% (mtm) atau 4,61% (yoy) didukung penguatan Rupiah yang cukup signifikan di tengah tekanan kenaikan harga global dan transmisi dampak passthrough nilai tukar Rupiah di 2013 (Grafik 2.11). Selain itu, perkembangan indikator ekspektasi inflasi juga mendukung optimisme terkendalinya inflasi inti sampai dengan akhir tahun ini. Di pasar barang, ekspektasi tekanan harga 3 bulan ke depan cenderung melemah baik di tingkat pedagang eceran maupun konsumen. Hal ini antara lain didukung oleh perkiraan kembali normalnya permintaan paska pemilu dan lebaran. Terkendalinya ekspektasi inflasi juga tercermin dari survei consensus forecast (CF) triwulanan yang mengindikasikan inflasi pada akhir 2014 sebesar,1% (yoy) atau masih berada pada kisaran sasaran inflasi (4,% ± 1%) (Grafik 2.12). Grafik 2.11 Inflasi Inti dan Faktor Eksternal Grafik 2.12 Ekspektasi Inflasi Tren penurunan inflasi lebih lanjut sedikit tertahan akibat inflasi kelompok administered prices yang meningkat akibat adanya penerapan surcharge tarif angkutan udara. Inflasi kelompok administered prices tercatat 0,31% (mtm) atau 17,47% (yoy). Kenaikan surcharge berkontribusi pada inflasi sekitar 0,03% (mtm) (Tabel 2.2). Namun demikian, realisasi dampak kenaikan surcharge pada tarif angkutan udara yang berlaku per tanggal 26 Februari 2014 lebih rendah daripada yang diperkirakan akibat belum semua maskapai menerapkan surcharge untuk menjaga tingkat kompetisi harga. Selain itu, apresiasi Rupiah yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir juga meminimalisir penerapan surcharge karena pada awalnya kebijakan ini dimaksudkan untuk mengatasi pelemahan nilai tukar Rupiah dan kenaikan harga avtur. Secara spasial, inflasi yang rendah didukung oleh deflasi di sebagian besar daerah di Sumatera, Kalimantan, dan Bali-Nusa Tenggara (Gambar 2.1). Namun, perkembangan inflasi di Kawasan Jawa dan Jakarta perlu dicermati karena cenderung lebih tinggi dibandingkan pola historisnya tahun terakhir. Hal ini antara lain didorong oleh mundurnya masa panen di sejumlah daerah sentra produksi di Jawa yang disebabakan oleh banjir yang sebelumnya melanda sejumlah daerah sentra produksi. Kondisi tersebut menyebabkan tekanan inflasi bahan makanan di Jawa dan Jakarta tidak serendah yang terjadi kawasan lainnya. Data mengindikasikan harga beras di tingkat eceran masih cenderung meningkat hingga akhir minggu III Maret

13 Gambar 2.1 Peta Sebaran Inflasi IHK (%, mtm) Ke depan, Bank Indonesia akan tetap mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu pencapaian sasaran inflasi. Risiko tersebut antara lain penyesuaian administered prices, dan potensi peningkatan harga pangan akibat musim kemarau di beberapa daerah, termasuk adanya indikasi kemungkinan terjadinya El Nino dengan intensitas lemah di bulan Agustus Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan dan berkoordinasi dengan Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah sehingga tetap dapat mengendalikan inflasi sesuai sasarannya. Perkembangan Moneter Perkembangan suku bunga dan uang beredar bergerak dipengaruhi kebijakan moneter ketat yang ditempuh Bank Indonesia. Suku bunga PUAB dan suku bunga perbankan baik deposito maupun kredit masih meningkat. Kenaikan suku bunga itu, dan moderasi pertumbuhan ekonomi, mendorong pertumbuhan uang beredar masih melambat. Pasar Uang Antar Bank pada Maret 2014 ditandai oleh sedikit peningkatan suku bunga PUAB O/N dan kenaikan volume PUAB. Rata-rata tertimbang suku bunga PUAB O/N pada bulan Maret 2014 meningkat menjadi,88% dari,8% (Grafik 2.13). Sebagai dampaknya, spread suku bunga PUAB O/N terhadap DF O/N melebar menjadi 13 bps dibandingkan dengan spread bulan sebelumnya yang tercatat 10 bps. Sementara itu, ratarata volume PUAB total meningkat menjadi Rp11, triliun dari Rp9,1 triliun (Grafik 2.14). Meskipun demikian, keketatan likuiditas terindikasi mereda terlihat dari spread PUAB terhadap tenor O/N dan spread max-min yang relatif menurun dibandingkan bulan sebelumnya. 12

14 % % rpuab O/N rlending rate rdf O/N rbi Rate % Vol DF O/N (RHS) rbi Rate rdf O/N Vol PUAB O/N (RHS) rpuab O/N rpuab :.88% Rp T Avg Vol DF: Rp 8.9T RRT Vol PUAB : Rp 11.T Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan Jan-12 Apr-12 Jul-12 Oct-12 Jan-13 Apr-13 Jul-13 Oct-13 Jan-14 - Grafik 2.13 Suku Bunga PUAB O/N Grafik 2.14 Suku Bunga PUAB O/N & Vol DF O/N Tren kenaikan suku bunga PUAB tersebut juga diikuti oleh suku bunga perbankan. Pada Februari 2014, suku bunga kredit meningkat 7bps menjadi 12,4%, sedangkan suku bunga deposito 1 bulan naik lebih tinggi yaitu 9bps ke level 7,99% (Grafik 2.1). Sebagai dampaknya, spread suku bunga kredit dengan suku bunga deposito 1 bulan menyempit menjadi 46bps dari 48bps di bulan sebelumnya (Grafik 2.16). Kenaikan suku bunga kredit tertinggi terjadi pada jenis penggunaan Kredit Modal Kerja (KMK) yang naik 10bps menjadi 12,33%. Sementara itu, suku bunga Kredit Investasi (KI) naik 6bps menjadi 11,98% dan suku bunga KK (Kredit Konsumsi) naik 3bps menjadi 13,20% % Data Per Feb 2014 Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan Sb. Kredit Sb. Kredit Modal Kerja Sb. Kredit Investasi Sb. Kredit Konsumsi Grafik 2.1 Suku Bunga KMK, KI dan KK % Selisih rkredit - rdepo1: 46 bps 7.98 Jan-0 Jul-0 Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 Jan-10 Jul-10 Jan-11 Jul-11 Jan-12 Jul-12 Jan-13 Jul-13 Jan-14 Spread-rhs Sb Kredit Sb Dep 1 bln BI rate Sb LPS Grafik 2.16 Spread Suku Bunga Perbankan % Tren kenaikan suku bunga perbankan dan berlanjutnya moderasi permintaan domestik kemudian berpengaruh pada menurunnya likuiditas perekonomian dalam arti luas (M2). Pada Februari 2014, M2 tercatat sebesar Rp3.639, triliun, tumbuh 10,9% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada Januari 2014 sebesar 11,6% (yoy) (Grafik 2.17). Berdasarkan komponennya, pertumbuhan M2 yang melambat bersumber dari komponen M1 (Uang Kartal dan Giro Rupiah) maupun komponen uang kuasi (Dana Pihak Ketiga yang terdiri dari simpanan berjangka dan tabungan baik rupiah maupun valas serta simpanan giro valas). Pertumbuhan komponen M1 tercatat menurun dari 7,0% (yoy) pada Januari 2014 menjadi 6,1% (yoy) pada Februari 2014 (Grafik 2.18). Sementara itu, pertumbuhan uang kuasi juga menurun dari 12,7% (yoy) menjadi 12,1% (yoy). 13

15 Berdasarkan faktor yang memengaruhi, melambatnya pertumbuhan M2 disebabkan oleh menurunnya NDA khususnya tagihan ke sektor swasta (kredit) dan operasi keuangan Pemerintah. Kredit kepada sektor swasta pada Februari 2014 tumbuh 19,9% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan pada Januari 2014 sebesar 20,9% (yoy). Sementara itu, operasi keuangan pemerintah masih mengalami kontraksi sejalan dengan pola musiman rendahnya realisasi belanja pemerintah di awal tahun dan tercermin dari meningkatnya simpanan Pemerintah Pusat baik di BI maupun di bank umum. 2 % Kontribusi Pertumbuhan M2 2 % Kontribusi Pertumbuhan M Jan-11 Mei-11 Sep-11 Jan-12 Mei-12 Sep-12 Jan-13 Mei-13 Sep-13 Jan-14 M2 M1 Uang Kuasi Grafik 2.17 Pertumbuhan M2 (Kontribusi) 0 M1 Kartal (COB) Giro Rupiah - Jan-11 May-11 Sep-11 Jan-12 May-12 Sep-12 Jan-13 May-13 Sep-13 Jan-14 Grafik 2.18 Pertumbuhan M1 (Kontribusi) Industri Perbankan Stabilitas sistem keuangan juga tetap terjaga ditopang industri perbankan sehingga menopang tetap terkendalinya moderasi pertumbuhan ekonomi. Risiko kredit, risiko likuiditas dan risiko pasar di industri perbankan masih tetap terkendali. Selain itu, ketahanan industri perbankan juga terpelihara, ditopang oleh modal yang masih kuat. Pertumbuhan kredit masih dalam tren melambat sejalan dengan moderasi permintaan domestik. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, pada Februari 2014, kredit tumbuh 19,9% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 20,9% (yoy) (Grafik 2.19). Perlambatan kredit utamanya disumbang oleh perlambatan Kredit Modal Kerja (KMK), yang memiliki pangsa hingga 48% dari total kredit, menjadi 17,1% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya 19,% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) tercatat sedikit naik masing-masing menjadi 34,3% (yoy) dan 14,0% (yoy) dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 34,1% (yoy) dan 13,8% (yoy). Secara sektoral, perlambatan kredit dikontribusi oleh perlambatan di sektor-sektor utama seperti perdagangan dan industri pengolahan. Pertumbuhan kredit pada sektor-sektor tersebut melambat menjadi masing-masing 26,0% (yoy) dan 26,6% (yoy) dari 29,3% (yoy) dan 29,% (yoy) pada bulan sebelumnya (Grafik 2.20). Pada Februari 2014, pertumbuhan DPK juga melambat sejalan dengan kenaikan suku bunga dan perlambatan ekonomi. DPK tumbuh 11,2% (yoy), lebih rendah daripada pertumbuhan bulan sebelumnya yang sebesar 11,4% (yoy). Perlambatan DPK ini terutama terjadi pada jenis simpanan deposito dan giro yang tumbuh masing-masing 13,2% (yoy) dan 7,3% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan Januari 2014 sebesar 13,8% (yoy) dan 7,8% (yoy) (Grafik 2.21). 14

16 % yoy per Feb 2014 Total KMK KI KK BI Rate (RHS) Jan-08 Mar-08 May-08 Jul-08 Sep-08 Nov-08 Jan-09 Mar-09 May-09 Jul-09 Sep-09 Nov-09 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 % Jan-14 (Kontribusi %yoy) Jan-14 (%yoy) Des-13 (%yoy) Lainnya Jasa Sosial Jasa Dunia Usaha Pengangkutan Perdagangan Konstruksi Listrik, Air dan Gas Industri Pengolahan Pertambangan Pertanian % Grafik Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik Kontribusi dan Pertumbuhan Kredit Menurut Sektor Ekonomi %, yoy DPK (RHS) Giro (Pangsa 22.8%) Tab (Pangsa: 32.6%) Depo (Pangsa 44.7%) Per Feb 2014 Jan-10 Mar-10 May-10 Jul-10 Sep-10 Nov-10 Jan-11 Mar-11 May-11 Jul-11 Sep-11 Nov-11 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan Grafik Pertumbuhan DPK (% yoy) Di tengah tren perlambatan kredit dan moderasi permintaan domestik, modal perbankan masih terus meningkat dan risiko kredit masih terjaga. Pada Februari 2014, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih tinggi sebesar 19,78%, jauh di atas ketentuan minimum 8%. Angka ini juga meningkat dibandingkan dengan CAR akhir bulan sebelumnya yang sebesar 19,63%. Hal ini mencerminkan daya tahan perbankan yang masih kuat untuk mengatasi tekanan dan gejolak termasuk berlanjutnya tren kenaikan suku bunga. Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 1,99% (Tabel 2.3). Tabel 2.3 Kondisi Umum Perbankan Indikator Utama Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Total Aset (T Rp) 4, , , , ,10.3 4,81.1 4, , , ,94. 4,880. 4,888.8 DPK (T Rp) 3, , , , , , ,26.2 3,20.9 3,63.4 3, ,94.7 3,603.6 Kredit* (T Rp) 2, , ,887. 2,99.1 3, , , ,19. 3, , ,28.4 3,267.8 LDR* (%) NPLs Bruto* (%) CAR (%) NIM (%) ROA (%) * tanpa channeling 1

17 Pembiayaan Non Bank Pembiayaan nonbank masih berada dalam tren melambat sejalan dengan dampak moderasi pertumbuhan ekonomi. Pada triwulan I 2014 total pembiayaan tercatat Rp14,1 triliun atau tumbuh negatif 0,13% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV 2013 yang mencatat kontraksi 0,07% (yoy) (Tabel 2.4). Berdasarkan komponennya, pembiayaan nonbank pada triwulan I 2014 banyak disumbang oleh obligasi yakni sebanyak Rp8, triliun. Sementara itu, saham tercatat Rp4,0 triliun dimana sampai dengan Maret 2014 tercatat enam perusahaan telah melakukan initial public offering (IPO). Rp, Triliun Tabel 2.4. Pembiayaan Non Bank Total Total Total TW I TW II TW III TW IV Total Jan Feb Mar TW I TW II TW III TW IV Total Jan Feb Mar TW I Non Bank 47, 123, 120,0 13,6 47,3 10,8 37,2 108,9 0,8 10,,0 16,3 8,3 3,6 34,7 112,9 3,4 4,9,9 14,1 Saham 12,4 78,0 62,8 2,4,6 1,8 11,2 21,0 0,7 1,4 0,7 2,8 29,3 2,8 22,7 7, 2,7 0,0 1,2 4,0 o/w Emiten Sektor Keuangan 6,6 20,6 20,4 0,0 2,3 0,7 0,0 3,1 0,0 0,0 0,3 0,3 6,0 1,2 9,1 16,6 0,4 0,0 0,0 0,4 Obligasi 2,8 34,7 1,3 9,6 41,0 7,1 20,1 77,7 0,0 8,7 4,0 12,7 27,7 0,3 9,9 0, 0,0 4,8 3,7 8, o/w Emiten Sektor Keuangan 17, 27,0 41,4 8,3 26,2 4,8 14,4 3,7 0,0 7,3 2,6 9,9 13, 0,0 7, 30,8 0,0 3,2 3,2 6,4 MTN dan Promissory Notes + NCD 3,9 10,8,9 1,6 0,8 1,9,9 10,1 0,1 0,4 0,3 0,8 1,3 0,6 2,2 4,9 0,6 0,1 0,9 1,6 o/w Emiten Sektor Keuangan 3,2 1,9 1,3 0,1 0,6 0,1 2,1 0,0 0,4 0,3 0,7 1,3 0,1 1,1 3,2 0,6 0,0 0,6 1,2 Sumber: OJK, BEI, diolah Pasar Saham dan Pasar Surat Berharga Negara Perbaikan fundamental ekonomi yang mendorong optimisme investor kemudian berpengaruh pada berlanjutnya perbaikan kinerja pasar saham dan pasar Surat Berharga Negara. Pasar saham domestik melanjutkan tren penguatan selama Maret 2014, didukung oleh sejumlah sentimen positif. Kinerja IHSG Maret 2014 mencapai level 4.768,28 (28 Maret 2014) atau naik 3,2% (yoy) dibandingkan Februari 2014 yang sebesar 4,620,22. Berdasarkan sektor, seluruh sektor di pasar saham mengalami penguatan selama Maret Penguatan terbesar terjadi pada sektor properti sebesar 11,1%, diikuti oleh sektor aneka industri yang menguat sebesar,4%. Sementara itu, sektor lainnya menguat di kisaran 0,2%-4,8%. (Grafik 2.22). Dalam perkembangan harian, indeks sempat mencapai level tertinggi sepanjang 2014 sebesar 4.878,64 (14 Maret), meskipun kemudian terkoreksi ke level 4.698,97 (20 Maret). Koreksi IHSG terjadi pasca FOMC meeting the Fed yang memutuskan untuk melanjutkan tapering dan mengindikasikan berakhirnya stimulus pada penghujung tahun ini serta kenaikan suku bunga sekitar pertengahan 201. Secara keseluruhan, kinerja pasar saham pada Maret 2014 lebih baik dibandingkan kinerja pasar Filipina, Malaysia, Vietnam, Singapura, meskipun masih di bawah kinerja saham Thailand (Grafik 2.23). Berdasarkan kelompok investor, dinamika pasar saham selama Maret 2014 tidak terlepas dari pengaruh perilaku investor asing. Selama Maret 2014, investor asing membukukan beli neto lebih besar dibandingkan bulan sebelumnya. Sentimen positif di tingkat global dan optimisme terhadap perekonomian domestik telah mendorong investor asing untuk menambah kepemilikannya di pasar saham. Investor asing tercatat membukukan beli neto sebesar Rp14,48 triliun pada Maret 2014, meningkat signifikan dibandingkan kondisi Februari 2014 yang mengalami beli neto Rp7,82triliun (Grafik 2.24). 16

18 Sampai dengan akhir Maret 2014, komposisi kepemilikan saham adalah 64% oleh nonresiden dan 36% oleh lokal. Property 11,1% Agriculture 4,8% Trade 4,7% Consumption 0,% Misc. Industry,4% Basic Industry 1,7% Finance 3,8% Mining 1,1% Monthly Changes Infrastructure 0,2% IHSG 3,2% -% 0% % 10% 1% World EM ASIA US (Dow Jones) Japan (Nikkei) England (FTSE) India (SENSEX) Hong Kong (Hang Seng) Shanghai (SHCOMP) Strait Times (STI) Kuala Lumpur (KLCI) Philippine Thailand (SET) Vietnam Indonesia (IHSG) -1,0% -2,9% -3,4% -0,% -0,7% 0,2% 0,0%,8% 2,0% 0,8% -1,0% 3,3% 1,3% 3,2% -6% -3% 0% 3% 6% 9% Grafik Indeks Sektoral Maret 2014 Grafik IHSG dan Indeks Bursa Global Maret Net Beli/Jual (RHS) IHSG Grafik Kinerja IHSG dan Beli/Jual Neto Asing Penguatan kinerja di pasar saham juga terjadi pada pasar surat berharga negara (SBN). Pada Maret 2014, imbal hasil SBN menurun di seluruh tenor dibandingkan imbal hasil Februari Secara keseluruhan, imbal hasil turun 33,31 bps menjadi 7,90% dibandingkan imbal hasil Februari 2014 sebesar 8,23% (Grafik 2.2). Imbal hasil jangka pendek, menengah dan panjang menurun masing-masing sebesar 29,20 bps, 28,77 bps dan 47,87 bps menjadi 7,3%, 7,93% dan 8,7%. Sejalan dengan pasar saham, penguatan pasar SBN didukung oleh berlanjutnya tren pembelian oleh investor asing. Selama Maret 2014, investor asing membukukan beli neto sebesar Rp1,77 triliun atau sedikit lebih rendah dibandingkan kondisi bulan sebelumnya yang membukukan beli neto Rp16,49 triliun (Grafik 2.26). Pada periode yang sama, kepemilikan SBN oleh perusahaan asuransi dan Bank Indonesia mengalami peningkatan, sementara kepemilikan oleh dana pensiun menurun. Dengan perkembangan tersebut, kepemilikan investor asing di SBN pada Maret 2014 tercatat sebesar 32,%, meningkat dibandingkan dengan kondisi Februari 2014 yang sebesar 32,02%. Pembelian oleh investor asing umumnya terjadi pada tenor pendek dan menengah. 17

19 % Feb Mar 2014 (mtm) Feb-14 Mar-14 bps Tenor () (1) (2) (3) Rp. Trillion Net Foreign Buy/Sell Yield SUN (RHS) % Jan Feb Mar Apr May June July August Sept Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Dec Jan Feb ,0 13,0 11,0 9,0 7,0,0 3,0 1,0 Grafik 2.2. Perubahan Imbal hasil (mtm) Grafik Imbal hasil SBN dan Jual/Beli Neto Asing Bulanan 18

20 3 RESPONS KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 April 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,0%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,0% dan,7%. Kebijakan tersebut tetap konsisten dengan upaya untuk mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,±1% pada 2014 dan 4,0±1% pada 201, serta menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Bank Indonesia menilai perekonomian Indonesia dewasa ini bergerak ke arah yang positif dan sesuai perkiraan, ditandai inflasi yang menurun dan neraca perdagangan yang kembali mencatat surplus. Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati berbagai risiko, baik dari global maupun domestik, dan menempuh langkah-langkah antisipatif guna memastikan stabilitas ekonomi tetap terjaga dan mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan. Untuk itu, Bank Indonesia akan senantiasa memperkuat bauran kebijakan moneter dan makroprudensial serta meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan, termasuk kebijakan untuk memperkuat struktur ekonomi dan pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN), khususnya ULN swasta. 19

21 INDIKATOR TERKINI SEKTOR KEUANGAN Mar Juni Sep Des Jan Feb Mar SUKU BUNGA & SAHAM Suku bunga SBI 9 bln 1) Suku bunga deposito 1 bln 2) Suku bunga deposito 3 bln 2) JIBOR satu minggu 2) IHSG Indeks 3) 4,941 4,819 4,316 4, ,419 4,620 4,768 BESARAN MONETER (miliar Rp) Uang Primer 664,93 691,678 71, , ,00 7,167 - M1(C+D) 810,112 88,7 867, , , ,26 - Uang Kartal (C) 331, , ,08 399,89 380, ,64 - Uang giral (D) 478,886 11,33 07, ,47 462, ,881 - Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) 3,322,86 3,413,437 3,84,017 3,727,696 3,649,270 3,639,490 - Uang kuasi (T) 2,00,342 2,43,28 2,691,903 2,817,826 2,784,379 2,783,472 - Surat Berharga Selain Saham (S) 12,132 11,94 24,394 22,80 22,223 21,492 - Tagihan pada Dunia Usaha Kredit-Bank Umum Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar 3,322,86 3,413,437 3,84,017 3,727,696 3,649,270 3,639,491 - Aktiva Luar Negeri Bersih 947, , ,110 1,011,361 1,03,78 1,013,467 - Aktiva Dalam Negeri Bersih 2,37,22 2,79,616 2,611,907 2,716,334 2,613,12 2,626,024 - Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat 366, , , ,612 34, ,741 - Tagihan Kepada Sektor Lainnya 2,973,874 3,180,790 3,382,424 3,2,43 3,490,7 3,03,302 - PERTUMBUHAN BESARAN MONETER (%,YOY) Uang Primer M1(C+D) Uang Kartal (C) Uang giral (D) Uang Beredar Luas (M2 = C+D+T+S) Uang kuasi (T) Surat Berharga Selain Saham (S) Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Uang Beredar Aktiva Luar Negeri Bersih Aktiva Dalam Negeri Bersih Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat Tagihan Kepada Sektor Lainnya Inflasi bulanan (%, mtm) Inflasi tahunan (%, yoy) Rp/USD (akhir periode, nilai tengah) 9,718 9,92 11,80 12,170 12,210 11,609 11,360 Ekspor Barang Non migas (f.o.b, juta USD) 4) 12,727 11,970 12,248 13,672 12,01 11,983 - Impor Barang Non migas (c & f, juta USD) 4) 10,971 12,029 11,811 11,313 11,372 10,37 - Pertumbuhan PDB (%, yoy) Konsumsi Investasi (PMTDB) Perubahan Stok Ekspor Impor 1) minggu terakhir H A R G A SEKTOR EKSTERNAL INDIKATOR KUARTALAN Tw.II ) rata-rata tertimbang 3) penutupan pada akhir periode 4) closed file Sumber : Bank Indonesia, kecuali data pasar modal (BAPEPAM), IHK, ekspor/impor dan PDB dari BPS Tw.I Tw.III Tw.IV Tw I Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Maret, April, Juni, Juli, September, Oktober dan Desember. Laporan ini dimaksudkan sebagai media bagi Dewan Gubernur Bank Indonesia untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai evaluasi kondisi moneter terkini atas asesmen dan prakiraan perekonomian Indonesia serta respons kebijakan moneter Bank Indonesia yang dipublikasikan dalam Laporan Kebijakan Moneter (LKM) secara triwulanan pada setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Secara rinci, TKM menyampaikan hasil evaluasi atas perkembangan terkini mengenai inflasi, nilai tukar, dan kondisi moneter selama bulan laporan, serta keputusan respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Telp: /6902 Fax: gkm_komunikasi@bi.go.id Website: http// Dewan Gubernur Agus D.W. Martowardojo Gubernur Mirza Adityaswara Deputi Gubernur Senior Halim Alamsyah Deputi Gubernur Ronald Waas Deputi Gubernur Perry Warjiyo Deputi Gubernur Hendar Deputi Gubernur 20

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER November 2013 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 T i n j a

Lebih terperinci

Ekonomi, Moneter dan Keuangan

Ekonomi, Moneter dan Keuangan Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Mei 213 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 Indeks 17 1 13 1 9 7 Kadin-Roy Morgan AC Nielsen BI BPS Danareksa

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2013 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 1 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 2 L a p o r a n K e b i j a k a n M o n e t e r 3 L a p o r a n

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Maret Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Maret 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Maret 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 April 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2014 menunjukkan stabilitas ekonomi semakin terjaga dan ditopang penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali.

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14 Juli 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit Facility

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 19-20 Oktober 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 11 Desember 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,75%, dengan suku bunga Lending

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 16-17 Maret 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 6,75%,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA

PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA PERKEMBANGAN TERKINI, TANTANGAN, DAN PROSPEK EKONOMI INDONESIA RINGKASAN 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 3 PEREKONOMIAN GLOBAL 4 PROSPEK PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 September 2015 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Kebijakan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Kebijakan Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2016 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Agustus 2013 I. STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 15 Agustus 2013 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,50%. Penguatan bauran

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 Juli 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,50%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2015 RINGKASAN EKSEKUTIF Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2015 mengalami perlambatan, namun stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tetap terjaga. Perlambatan

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 20-21 April 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%, dengan suku bunga Deposit

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2011 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 211 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Desember 2016 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate)

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 September 2016 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-day RR Rate) sebesar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan I 2016 dan April 2016. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

PDB Dunia (rhs) Jan-02 May-02 Sep-02 Jan-03 May-03 Sep-03 Jan-04 May-04 Sep-04 Jan-05 May-05 Sep-05 Jan-06 May-06 Sep-06 Jan-07 May-07 Sep-07 Jan-08 May-08 Sep-08 Jan-09 May-09 Sep-09 Jan-10 May-10 Sep-10

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter

Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Perbankan Tinjauan Kebijakan Moneter Mei 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat

Lebih terperinci

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2016 Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2016 meningkat dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga. Meskipun masih belum

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004

BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004 BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

meningkat % (yoy) Feb'15

meningkat % (yoy) Feb'15 Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy)

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar Mar Apr'15 % (yoy) Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa il Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada il mengalami perlambatan. Posisi M2 akhir il sebesar Rp4.274,9 T, atau

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Memen engar aruhi wa ember Likuiditas perekonomian M2 (uang beredar dalam arti luas) pada ember tumbuh 8,9% (yoy), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 9,2%

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2016 Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan III 2016 dan bulan Oktober 2016, disertai stabilitas makroekonomi

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang SAFE 29-Jan-16 NAV: 11.00% Tabel Kinerja CARLink SAFE Total Dana Kelolaan 1,286,637,672.00 Memberikan hasil investasi yang kompetitif dengan mengutamakan keamanan dan tingkat likuiditas yang tinggi. Pasar

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci