BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel"

Transkripsi

1 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. VIRUS INFLUENZA Virus influenza merupakan anggota family Orthomyxoviridae. Partikel virus influenza memiliki struktur bulat dengan diameter sekitar 100 nm. Perbedaan antigen ditunjukkan oleh dua protein stuktural internal, yaitu protein nukleokapsid dikode oleh gen NP dan protein matriks dikode oleh gen M. Perbedaan tersebut digunakan untuk mengelompokkan virus influenza menjadi tipe A, B, dan C. Influenza tipe A menginfeksi manusia dan hewan, influenza tipe B menginfeksi manusia, sedangkan influenza tipe C menginfeksi manusia dan babi (Horimoto & Kawaoka 2001: ). Genom RNA untai tunggal virus influenza A dan B tersusun dalam 8 segmen RNA, sedangkan virus influenza C mengandung 7 segmen RNA. Virus influenza C tidak memiliki gen NA pengkode neuraminidase. Sebagian besar segmen mengkode satu protein. Dua belas nukleotida pertama pada tiap segmen merupakan segmen penting dalam transkripsi virus (Brooks dkk. 2005: 209).

2 6 B. VIRUS INFLUENZA TIPE A Virus influenza tipe A diketahui dapat menginfeksi burung, babi, kuda, anjing laut, dan manusia. Genom virus influenza tipe A berupa RNA untai tunggal, negative sense, dengan panjang sekitar nukleotida tersusun dalam 8 segmen dan mengkode 10 macam protein. Kedelapan segmen tersebut mengkode protein polymerase basic (PB1 dan PB2), polymerase acidic (PA), hemaglutinin (HA), nukleoprotein (NP), neuraminidase (NA), matriks (M1 dan M2), serta nonstruktural (NS1 dan NS2) (Gambar 1) (Asmara 2007: 3). Variasi antigen glikoprotein permukaan sel virus, yaitu hemaglutinin dan neuraminidase digunakan untuk menentukan subtipe virus. Terdapat 16 subtipe gen HA (H1--H16) dan 9 subtipe gen NA (N1--N9) (Swayne 2004: 80). Perubahan antigen glikoprotein permukaan sel virus terus terjadi pada virus influenza tipe A karena adanya mutasi. Mutasi tersebut menyebabkan variasi antigen glikoprotein virus dan menjadi penyebab sebagian besar kasus epidemi influenza (Tumpey dkk. 2002: 6349). C. AVIAN INFLUENZA Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus avian influenza A. Virus AI memiliki banyak variasi antigen glikoprotein permukaan, yaitu hemaglutinin dikode oleh gen HA dan neuraminidase dikode oleh gen NA. Hemaglutinin berperan dalam proses penempelan virus pada reseptor

3 7 permukaan sel inang, sedangkan neuraminidase berperan dalam proses hidrolisis ikatan antara galaktosa dan N- acetylneraminic pada rantai ujung oligosakarida-glikoprotein untuk melepaskan partikel virus yang telah bereplikasi dalam sel (Gambar 2) (Asmara 2007: 1). Virus influenza isolat asal manusia mempunyai spesifisitas terhadap reseptor N-acetylneuraminic acid α-2,6-galactose, sedangkan virus AI isolat ayam cenderung mengenali dan berikatan dengan reseptor oligosakarida yang mengandung N-acetylneuraminic acid α-2,3-galactose (Radji 2006: 60). Penelitian molekular menunjukkan bahwa reseptor α-2,3-sialic acid terdapat pada jaringan tracheobronchial, epitel bersilia pada bronkus, pneumosit alveoli, dan metaplastic epithelium manusia. Keberadaan reseptor tersebut menyebabkan virus AI dapat menginfeksi manusia (Nicholls dkk. 2007: 3). Berdasarkan virulensi pada unggas, virus AI dibedakan menjadi low pathogenic avian influenza (LPAI) dan highly pathogenic avian influenza (HPAI). Virus HPAI memiliki hemaglutinin yang sangat peka terhadap protease endogen atau selular sel inang, sedangkan virus LPAI membutuhkan protease ekstraselular aktif spesifik seperti tripsin. Analisis molekular menunjukkan adanya perbedaan susunan asam amino pada hemagglutinin cleavage site, yaitu adanya multiple amino acid sequence pada virus HPAI. Sekuen tersebut mengandung 5 arginin dan 2 lisin. Subtipe H5 dan H7 merupakan HPAI pada ayam, tetapi tidak semua isolat subtipe H5 dan H7 dikarakteristik sebagai HPAI (Olender 2006: 1).

4 8 D. PATOGENISITAS AVIAN INFLUENZA Patogenisitas adalah kemampuan yang dimiliki oleh agen penyakit sehingga seseorang atau sekelompok penduduk yang terinfeksi menjadi sakit. Virus AI dapat menyebabkan wabah epidemi dan pandemi. Wabah epidemi adalah timbulnya suatu penyakit yang menyerang sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah yang sama dengan angka kejadian melebihi angka normal dari kejadian penyakit tersebut, sedangkan pandemi merupakan wabah penyakit yang menyerang masyarakat pada beberapa wilayah lebih luas (Capua & Alexander 2002: 2--3). Epidemi influenza disebabkan oleh fenomena antigenic drift atau mutasi titik pada protein hemaglutinin (HA) atau neuraminidase (NA) virus influenza. Mutasi titik tersebut dapat terjadi setiap beberapa tahun (Capua & Alexander 2002: 2--3). Pandemi influenza disebabkan oleh fenomena antigenic shift atau pergeseran genetik, sehingga menimbulkan strain virus influenza baru dengan kombinasi genom baru yang terjadi setiap beberapa dekade. Pandemi influenza dapat menyebabkan tingkat kematian tinggi karena populasi yang terinfeksi tidak memiliki imunitas terhadap strain virus baru (Cinti 2005: 61). Penularan AI dapat terjadi karena droplet infection (infeksi akibat percikan cairan hidung/mulut), serta kontak langsung dan tidak langsung dengan unggas yang terinfeksi AI. Infeksi dan replikasi primer virus terjadi di sel epitel kolumnar saluran pernafasan. Fase penempelan pada reseptor

5 9 α-2,3-sialic acid sel inang merupakan fase paling menentukan dari kemampuan virus masuk ke dalam sel inang dan melanjutkan replikasi. Virus AI melalui spikes hemaglutinin akan berikatan dengan reseptor α-2,3-sialic acid pada permukan sel inang (Russell & Webster 2005: 369). Masa inkubasi virus AI tipe A berkisar antara 2--4 hari setelah terinfeksi. Sebagian besar pasien yang terinfeksi virus AI memperlihatkan gejala awal berupa demam tinggi (biasanya lebih dari 38 C), dan gejala flu, serta kelainan saluran pernapasan. Gejala lain yang timbul adalah diare, muntah, sakit perut, sakit pada dada, hipotensi, dan terjadi pendarahan dari hidung serta gusi. Gejala sesak napas mulai terjadi setelah satu minggu berikutnya (Chotpitayasunondh dkk. 2005: 203). E. PROTEIN NEURAMINIDASE VIRUS INFLUENZA Protein neuraminidase virus influenza A merupakan glikoprotein yang diekspresikan pada permukaan sel. Kemampuan neuraminidase memecah sialic acid (SA) membantu virus berpenetrasi ke dalam mukus organisme terinfeksi. Sembilan subtipe gen NA telah teridentifikasi mengkode ekspresi neuraminidase dengan bentuk tetramer dan struktur kepala globular, daerah tangkai tipis, serta daerah hidrofobik yang memungkinkan protein menempel pada permukaan sel (Gambar 3) (Reid dkk. 2000: 6785). Protein neuraminidase terdiri atas rantai polipeptida tunggal yang memiliki orientasi berlawanan dengan antigen hemaglutinin. Rantai

6 10 polipeptida tunggal tersebut mengandung 6 rantai tunggal asam amino polar. Situs aktif membentuk kantung pada bagian permukaan yang setiap subunitnya disusun oleh 15 asam amino. Asam amino tersebut terdapat pada semua virus influenza A (Reid dkk. 2000: 6785). Segmen genom pengkode neuraminidase (NA) memiliki berat molekul 50 kd tersusun atas nukleotida (Brooks dkk. 2005: 211). F. UJI DIAGNOSTIK AVIAN INFLUENZA 1. Kultur virus Virus dapat diisolasi dan diperbanyak dengan kultur sel, yaitu menumbuhkan sel yang terinfeksi virus secara in vitro. Teknik tersebut dapat digunakan untuk identifikasi, karakterisasi antigen, dan genetik virus. Fasilitas biosafety level-3 (BSL-3) diperlukan untuk melakukan kultur virus karena virus AI memiliki virulensi tinggi dan ditularkan melalui udara. Media digunakan untuk kultur yaitu madin-darby canine kidney cells (MDCK) atau embrio telur ayam. Identifikasi dan deteksi hasil dapat dilakukan dengan PCR, immunofluorescence (IFA) menggunakan antibodi monoklonal spesifik, atau dengan haemagglutination (HA), serta analisis antigen dengan haemagglutination-inhibition (HI) menggunakan serum anti AI (WHO 2007: 21).

7 11 2. Deteksi antigen Deteksi antigen virus AI bertujuan menemukan virus influenza intraselular di spesimen penderita. Metode yang digunakan adalah IFA dan enzyme immuno assay (EIA). Hasilnya dapat diketahui dalam waktu menit. Lima macam pemeriksaan antigen virus metode EIA sudah tersedia secara komersial, tetapi sensitivitas tes bergantung pada kualitas sampel atau isolat, kualitas reagen, dan ketrampilan personal laboratorium. Penambahan IgG fluorescent isothiocyanate conjugated (FITC) diperlukan untuk fluoresensi ikatan kompleks antigen dan antibodi. Hasil positif jika ditemukan fluoresensi hijau kekuningan di inti atau sitoplasma pada satu atau lebih sel utuh (Mulyadi & Prihatini 2005: 77). 3. Deteksi antibodi spesifik Deteksi antibodi spesifik digunakan untuk menemukan antibodi spesifik influenza. Beberapa cara digunakan yaitu HI, complement fixation (CF), EIA, dan uji netralisasi misalnya microneutralization assay (MN). Deteksi antibodi spesifik membutuhkan sampel serum akut dan penyembuhan, dengan peningkatan titer sebesar empat kali atau lebih untuk dapat mendiagnosis influenza A (WHO 2007: 13). Beberapa uji yang umum digunakan saat ini yaitu MN, CF, dan fluorescent antibody. Prinsip uji MN adalah mengetahui adanya antibodi dalam serum yang dapat menetralisasi infeksi virus spesifik. Prinsip uji CF

8 12 yaitu menemukan antibodi dalam serum penderita yang dapat berikatan dengan komplemen sehingga hemolisis eritrosit tidak terjadi. Prinsip fluorescent antibody adalah pewarnaan dengan fluorescein atau rhodamine yang dapat berikatan dengan molekul antibodi dan dapat dilihat dengan mikroskop fluoresen (Mulyadi & Prihatini 2005: 79). 4. Deteksi genom avian influenza dengan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) Polymerase chain reaction (PCR) adalah suatu metode memperbanyak sekuen DNA spesifik secara in vitro (Russell 1994: 304). Prinsip metode PCR adalah perbanyakan segmen DNA spesifik dengan menggunakan DNA polymerase dan primer oligonukleotida (Klug & Cummings 1994: 402). Komponen-komponen yang diperlukan dalam reaksi PCR adalah ddh 2 O atau akuabides steril, buffer PCR, deoksiribonukleotida trifosfat (dntp), MgCl 2, primer, enzim DNA polymerase, dan DNA cetakan (Yuwono 2006: 26). Siklus PCR terdiri atas tiga tahap, yaitu denaturasi, annealing, dan polimerisasi (Gambar 4). Denaturasi adalah tahap dalam siklus PCR yang memisahkan DNA utas ganda menjadi utas tunggal dan menghentikan semua reaksi enzimatik, dilakukan pada suhu tinggi, yaitu C. Annealing adalah tahap perlekatan primer pada masing-masing utas tunggal DNA yang mengapit daerah sekuen DNA spesifik untuk diperbanyak,

9 13 dilakukan pada suhu lebih rendah, yaitu C. Polimerisasi adalah tahap pemanjangan primer dengan bantuan Taq DNA polymerase, dilakukan pada suhu lebih tinggi dari tahap annealing, yaitu C (Raven & Johnson 2002: 398). Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) merupakan teknik PCR paling sensitif untuk mendeteksi genom virus dengan bantuan enzim reverse transcriptase, serta untuk mengetahui kuantitas messenger ribonucleic acid (mrna). Enzim reverse transcriptase dimiliki oleh retrovirus, seperti avian myeloblastosis virus (AMV), moloney murine leukemia virus (MMLV), atau human immunodeficiency virus (HIV). Reverse transcriptase merupakan enzim multifungsional dengan 3 aktivitas enzim, yaitu RNAdependent DNA polymerase, hybrid-dependent exoribonuclease (RNase H), dan DNA-dependent DNA polymerase (Qiagen 2004: 9) Beberapa teknik RT-PCR yang umum digunakan untuk uji diagnostik penyakit infeksi virus dan bakteri antara lain, one-step RT-PCR, two-step RT- PCR, nested RT-PCR, dan multiplex RT-PCR. Teknik two-step RT-PCR menggunakan 2 jenis enzim, yaitu reverse transcriptase dan DNA polymerase. Reverse transcriptase digunakan secara in vitro untuk sintesis untai pertama cdna dari RNA (Gambar 5). Complementer deoxyribonucleic acid (cdna) diperbanyak pada reaksi amplifikasi menggunakan enzim DNA polymerase. Deteksi produk dari hasil konvensional RT-PCR dilakukan pada

10 14 akhir reaksi menggunakan teknik elektroforesis atau enzyme linked immuno assay (ELISA) (WHO 2007: 7). Uji diagnostik dengan RT-PCR merupakan uji deteksi virus AI yang cepat dan memiliki sensitivitas serta spesifisitas yang tinggi. Sawabe dkk. (2006: 328) melakukan deteksi HPAI subtipe H5N1 dari sampel darah burung di peternakan daerah Kyoto, Jepang, yang telah terinfeksi virus influenza A/chicken/Kyoto/3/2004. Deteksi dilakukan menggunakan teknik RT-PCR dengan mengamplifikasi fragmen gen M dan HA. Hasil yang diperoleh ialah 10% dari 30% sampel positif AI merupakan subtipe H5 virus AI. Lisa dkk. (2006: 2) melakukan deteksi infeksi virus influenza A subtipe H5N1 dari sampel allantoic fluid, cloacal, tracheal swab, dan homogenized pooled organ serta jaringan manusia menggunakan metode one-step reverse transcription (RT)-PCR system [Qiagen]. Metode one-step reverse transcription (RT)-PCR menggunakan RNA virus AI sebagai cetakan untuk deteksi genom AI. Primer spesifik H5 yang telah dirancang secara khusus digunakan untuk reaksi amplifikasi. Hasil yang diperoleh ialah 100% sampel allantoic fluid, 67% sampel cloacal dan tracheal swab, serta 86% sampel homogenized pooled organ dan jaringan yang positif terdeteksi H5N1. Noroozian dkk. (2007: 407) melakukan deteksi virus AI subtipe H9 dari 10 sampel faeces ayam yang telah terinfeksi virus dengan metode two-step RT-PCR. Metode two-step reverse transcription (RT)-PCR menggunakan cdna virus AI sebagai cetakan untuk deteksi genom AI. Amplifikasi dilakukan menggunakan primer HA. Enzim M-MVLV [Fermentas] digunakan

11 15 untuk reaksi reverse transcription dan enzim Taq DNA polymerase [Cinnagen] digunakan untuk reaksi amplifikasi. Hasil yang diperoleh ialah 10 sampel faeces ayam menunjukkan hasil positif terdeteksi H5N1. G. HOT-STAR TAQ DNA POLYMERASE Hot-Star Taq DNA polymerase merupakan modifikasi dari enzim Taq DNA polymerase berukuran 94 kda. Enzim Hot-Star Taq DNA polymerase tidak aktif pada suhu ruang atau rendah. Inkubasi pada suhu 95 o C selama menit diperlukan untuk mengaktifkan enzim. Tahap tersebut bermanfaat mencegah terjadinya misprimed product dan dimer primer pada suhu rendah (Qiagen 2005: 3). Hot-Star Taq DNA polymerase sangat sesuai untuk reaksi amplifikasi melibatkan genom yang kompleks, cdna sebagai cetakan, memiliki jumlah DNA cetakan terbatas, atau menggunakan banyak pasangan primer. Hot- Star Taq DNA polymerase [Qiagen] memiliki kelebihan dibandingkan enzim polymerase lainnya karena dilengkapi dengan buffer yang berfungsi menjaga keseimbangan kombinasi kalium klorida (KCl) dan ammonium sulfat ((NH 4 ) 2 SO 4 ). Hal tersebut dapat mencegah terjadinya perubahan penempelan primer yang spesifik menjadi tidak spesifik akibat suhu annealing atau konsentrasi ion Mg 2+ tidak sesuai sehingga dapat mereduksi produk non-spesifik dan dimer primer (Qiagen 2005: 7).

12 16 H. PERANCANGAN PRIMER DAN OPTIMASI PCR Primer merupakan oligonukleotida yang diperlukan untuk mengawali proses polimerisasi untaian DNA. Primer yang baik adalah primer yang tidak membentuk hairpin loops atau dimer primer karena dapat menghambat proses polimerisasi. Beberapa persyaratan dalam perancangan primer adalah primer terdiri atas basa dengan komposisi basa (G+C) sekitar %. Primer harus diakhiri dengan basa G atau C, atau GC, atau CG pada ujung 3. Temperature melting (Tm) primer sekitar C. Basabasa pada ujung 3 primer tidak bersifat komplementer dan tidak bersifat selfcomplementary (membentuk struktur sekunder seperti hairpin) (Rybicki 2001: 10). Seleksi dan perancangan primer saat ini dapat dilakukan dengan bantuan program komputer. Program tersebut dirancang untuk menentukan susunan oligonukleotida, kondisi konsentrasi garam dan suhu annealing primer. Namun demikian, pada reaksi PCR diperlukan proses optimasi untuk mendapatkan kondisi reaksi PCR yang optimal (Nuncbrand 2007: 1). Proses amplifikasi yang optimal bergantung pada beberapa faktor meliputi suhu dan konsentrasi MgCl 2 dalam larutan buffer. Cara yang paling sering dilakukan untuk optimasi PCR adalah dengan mengubah konsentrasi MgCl 2, suhu annealing, dan konsentrasi primer. Ion Mg 2+ memengaruhi proses penempelan primer pada cetakan DNA. Menurut Stratagene (2007: 2), enzim Taq DNA polymerase sangat sensitif terhadap MgCl 2. Konsentrasi

13 17 MgCl 2 rendah menyebabkan keakuratan enzim Taq DNA polymerase tinggi, tetapi kecepatan polimerisasi rendah, sedangkan konsentrasi MgCl 2 tinggi menyebabkan keakuratan enzim Taq DNA polymerase rendah, tetapi kecepatan polimerisasi tinggi. Menurut Nuncbrand (2007: 2), konsentrasi ion Mg 2+ yang rendah dapat meningkatkan spesifisitas PCR, sedangkan konsentrasi ion Mg 2+ yang tinggi dapat menurunkan spesifisitas PCR. Masing-masing pasangan primer memerlukan konsentrasi MgCl 2 yang berbeda untuk menempel pada cetakan DNA. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi rancangan primer, meliputi ukuran basa primer, persentase kandungan Guanin (G) dan sitosin (C), serta Tm primer (Kramer & Coen 2001: ). Suhu annealing dan konsentrasi primer memengaruhi spesifisitas amplifikasi dan ukuran produk PCR yang dihasilkan. Suhu annealing terlalu rendah dapat menyebabkan primer menempel pada beberapa daerah DNA cetakan sehingga meningkatkan proses amplifikasi, namun menurunkan spesifisitas PCR (Rybicki 2001: 1--3). Konsentrasi primer terlalu tinggi dapat menyebabkan peningkatan mispriming atau penempelan primer bukan pada daerah target dan menurunkan spesifisitas PCR (Qiagen 1997: 2). I. UJI SPESIFISITAS PCR Uji spesifisitas PCR dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan ketepatan primer dalam mengamplifikasi gen target. Spesifisitas PCR dapat diuji dengan menggunakan beberapa gen virus atau bakteri yang bukan

14 18 merupakan gen target reaksi PCR. Beberapa strain virus influenza digunakan untuk menguji spesifisitas PCR dengan primer yang telah dirancang secara khusus untuk mendeteksi subtipe virus influenza tertentu (Enders dkk. 2005: 1303). Payungporn dkk. (2006: 145) menggunakan cetakan DNA dari Newcastle disease virus, respiratory syncytial virus A dan B, infectious bronchitis virus, dan virus influenza subtipe H3N2, H4N6, H7N7, H9N2, serta H10N9, untuk menguji spesifisitas PCR menggunakan primer M, H5, dan N1. Lisa dkk. (2006: 2) menggunakan virus influenza A strain H3N8, H5N3, H7N3, dan H9N2 untuk menguji spesifisitas PCR dengan primer spesifik H5N1. J. UJI SENSITIVITAS PCR Uji sensitivitas PCR dilakukan untuk mengetahui konsentrasi cetakan DNA paling rendah yang dibutuhkan untuk mendeteksi keberadaan virus. Sensitivitas PCR dapat diketahui dengan melakukan pengenceran cetakan DNA hingga konsentrasi tertentu. Konsentrasi cdna dapat diketahui dengan menggunakan spektrofotometer. Konsentrasi cdna ditentukan dari hasil pengukuran energi cahaya yang diserap oleh larutan cdna pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Kadar kemurnian suatu nukleopolipeptida dapat diketahui dengan pengukuran penyerapan energi cahaya pada kisaran panjang gelombang sinar UV nm. Nilai kadar kemurnian DNA yang baik yaitu 1,8, sedangkan untuk nilai kadar kemurnian RNA yang baik yaitu 2 (Bregman 1990: ).

15 19 Pengenceran dapat dilakukan dengan menggunakan phosphatebuffered saline (PBS) (Shumei Zou dkk. 2007: 1890). Pengenceran menggunakan buffer bertujuan mempertahankan kondisi DNA atau RNA agar tidak rusak selama penyimpanan. Pengenceran bertahap umumnya dilakukan sebanyak kali (10; 1; 10-1 ; 10-2 ; 10-3 ; 10-4 ; 10-5 ; 10-6 ; 10-7 ; 10-8 ng), bergantung pada konsentrasi awal cetakan DNA dan konsentrasi paling rendah yang ingin digunakan untuk uji sensitivitas (Pan dkk. 2001: 134). K. VISUALISASI HASIL PCR DENGAN ELEKTROFORESIS Elektroforesis adalah suatu teknik pemisahan molekul organik yang bermuatan berdasarkan kecepatan migrasi dalam suatu medan listrik (Seidman & Moore 2000: 263). Teknik tersebut banyak digunakan untuk memisahkan berbagai macam molekul organik seperti DNA, RNA, dan protein. Elektroforesis juga digunakan untuk menentukan panjang fragmen DNA berdasarkan jumlah pasangan basa, menentukan berat protein spesifik, menentukan titik isoelektrik suatu protein, dan menentukan kemurnian protein yang telah diisolasi (Ritter 1996: 93). Gel yang umum digunakan dalam elektroforesis adalah agarosa dan poliakrilamida. Gel agarosa digunakan untuk memisahkan fragmen-fragmen DNA berukuran besar dengan kisaran pb. Gel poliakrilamida digunakan untuk memisahkan fragmen-fragmen DNA berukuran kecil dengan kisaran pb (Sambrook & Russell 2001: 5.7).

16 20 Elektroforesis gel agarosa dengan pewarnaan etidium bromida (EtBr) banyak digunakan untuk visualisasi hasil deteksi virus influenza dengan PCR. Beladi dkk. (2005: 582) menggunakan 1% gel agarosa untuk visualisasi hasil nested PCR gen M virus AI dengan ukuran 600 bp. Lisa dkk. (2006: 2) menggunakan 1,2% gel agarosa untuk visualisasi hasil one-step RT-PCR gen HA virus AI dengan ukuran 456 bp. Noroozian dkk. (2007: 407) menggunakan 1,5% gel agarosa untuk visualisasi hasil two-step RT-PCR gen HA virus AI dengan ukuran 432 bp. L. BAKTERI-BAKTERI PENYEBAB PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN 1. Haemophilus influenzae (Lehmann & Neuman 1896) Winslow et al.1917 Haemophilus influenzae merupakan bakteri Gram negatif, basilokokus, dan termasuk dalam family Pasteurellaceae (Gambar 6). Genom H. influenzae berukuran pb mengkode protein, 58 transfer RNA (trna), dan 18 RNA lainnya. Dua kelompok utama strain H. influenzae adalah unencapsulated dan encapsulated. Haemophilus influenzae ditemukan pada selaput lendir saluran pernapasan bagian atas manusia dan merupakan penyebab penyakit meningitis pada anak (Todar 2007: 1). Haemophilus influenzae masuk melalui saluran pernapasan, kemudian memasuki aliran darah dan menyebar ke selaput otak atau beberapa tetap berada di sendi dan mengakibatkan arthritis septik (Brooks dkk. 2006: 397).

17 21 2. Neisseria meningitidis Albrecht & Ghon 1901 Neisseria meningitidis adalah bakteri Gram negatif, diplokokus non motil, berdiameter sekitar 0,8 µm, dan berbentuk ginjal (Gambar 6). Neisseria meningitidis merupakan anggota family Neisseriaceae. Tiga belas serogrup N. meningitidis telah diidentifikasi dengan menggunakan spesifikasi immunologi terhadap polisakarida kapsuler. Serogrup N. meningitidis yang paling penting berhubungan dengan penyakit pada manusia adalah A, B, C, Y, dan W-135 (Brooks dkk. 2006: 420). Hidung dan tenggorokan merupakan pintu masuk bagi N. meningitidis. Neisseria meningitidis akan menempel pada sel epitel dengan bantuan pili, membentuk flora transient (berumur pendek), kemudian menuju aliran darah menimbulkan bakterimia. Meningitis adalah suatu komplikasi paling banyak ditemui pada meningococcemia. Gejala mendadak yang muncul pada meningitis adalah sakit kepala yang terus menerus, muntah, dan leher kaku, serta dapat menyebabkan koma dalam waktu beberapa jam (Todar 2004 : 1). 3. Streptococcus pneumonia (Klein 1884) Chester 1901 Streptococcus pneumoniae adalah bakteri Gram positif, diplokokus, berbentuk lancet atau rantai, memiliki kapsul polisakarida yang memudahkan pengelompokan antiserum spesifik (Gambar 6). Streptococcus pneumonia merupakan anggota family Streptococcaceae. Polisakarida kapsuler secara imunologi dibedakan menjadi 84 tipe. Polisakarida kapsuler bersifat

18 22 nontoksik dan noninflammatory. Polisakarida kapsuler S. pneumonia berfungsi mencegah atau menunda pencernaan oleh fagosit (Brooks dkk. 2006: ). Streptococcus pneumonia merupakan flora normal dari saluran pernapasan bagian atas manusia, sekitar 5--40% dan dapat menyebabkan pneumonia, sinusitis, otitis, bronkitis, bakteremia, meningitis, dan proses infeksi lainnya. Streptococcus pneumonia mampu berkembang biak di dalam jaringan dan tidak menghasilkan toksin. Infeksi S. pneumonia menyebabkan pengeluaran cairan edema fibrin secara berlebihan ke dalam alveoli. Penyakit pneumonia biasanya mendadak, diikuti dengan demam, menggigil, dan nyeri tajam pada pleura. Sputum mirip dengan eksudat alveolar, secara karakteristik berdarah atau berwarna merah kecoklatan (Todar 2008: 2).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan menggunakan primer NA. Primer NA dipilih karena protein neuraminidase,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sintesis fragmen gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI OPTIMAL REAKSI AMPLIFIKASI Sintesis fragmen 688--1119 gen HA Avian Influenza Virus (AIV) galur A/Indonesia/5/2005 dilakukan dengan teknik overlapping extension

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong

BAB I PENDAHULUAN. influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Avian influenza (AI) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Virus AI tergolong virus RNA (Ribonucleic acid)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. unggas yang dibudidayakan baik secara tradisional sebagai usaha sampingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan unggas di Indonesia memegang peran penting bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini terlihat dari banyaknya jenis unggas yang dibudidayakan

Lebih terperinci

DETEKSI FRAGMEN GEN NA

DETEKSI FRAGMEN GEN NA DETEKSI FRAGMEN GEN NA PENGKODE NEURAMINIDASE VIRUS AVIAN INFLUENZA A SUBTIPE H5N1 DENGAN TEKNIK REVERSE TRANSCRIPTION POLYMERASE CHAIN REACTION (RT-PCR) SYLVIA SANCE MARANTINA 0304040745 UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI

BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI BAB XII. REAKSI POLIMERISASI BERANTAI Di dalam Bab XII ini akan dibahas pengertian dan kegunaan teknik Reaksi Polimerisasi Berantai atau Polymerase Chain Reaction (PCR) serta komponen-komponen dan tahapan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut :

METODE PENELITIAN. Kerangka Konsep. Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai. berikut : 25 METODE PENELITIAN Kerangka Konsep berikut : Kerangka konsep yang dibangun dalam penelitian ini digambarkan sebagai Manajemen Unggas di TPnA - Keberadaan SKKH - Pemeriksaan - Petugas Pemeriksa - Cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 34 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini jenis sampel diambil berupa serum dan usap kloaka yang diperoleh dari unggas air yang belum pernah mendapat vaksinasi AI dan dipelihara bersama dengan unggas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Selama tiga dekade ke belakang, infeksi Canine Parvovirus muncul sebagai salah PENDAHULUAN Latar Belakang Canine Parvovirus merupakan penyakit viral infeksius yang bersifat akut dan fatal yang dapat menyerang anjing, baik anjing domestik, maupun anjing liar. Selama tiga dekade ke

Lebih terperinci

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf

Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Saintek Vol 5, No 6, Tahun 2010 POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Zuhriana K.Yusuf Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas Negeri Gorontalo Abstrak (Polymerase Chain Reaction, PCR) adalah

Lebih terperinci

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu. Virus Influenza menempati ranking pertama untuk penyakit infeksi. Pada tahun 1918 1919 perkiraan sekitar 21 juta orang meninggal terkena suatu pandemik influenza. Influenza terbagi 3 berdasarkan typenya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus

I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Newcastle disease (ND) merupakan suatu penyakit pada unggas yang sangat akut dan mudah sekali menular. Penyakit tersebut disebabkan oleh virus dan menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al.

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi)(santoso et al. 2004). Penyakit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Titrasi Virus Isolat Uji Berdasarkan hasil titrasi virus dengan uji Hemaglutinasi (HA) tampak bahwa virus AI kol FKH IPB tahun 3 6 memiliki titer yang cukup tinggi (Tabel ). Uji HA

Lebih terperinci

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh REVERSE TRANSKRIPSI RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd Oleh UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN

Lebih terperinci

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )

Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( ) Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan

Lebih terperinci

NEISSERIA MENINGITIDIS

NEISSERIA MENINGITIDIS NEISSERIA MENINGITIDIS Penyakit Meningokokus adalah satu penyakit berjangkit. Neisseria menigitidis (meningokokus) merupakan bakteri kokus gram negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia. Meningokokus

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Purifikasi DNA Total DNA total yang diperoleh dalam penelitian bersumber dari darah dan bulu. Ekstraksi DNA yang bersumber dari darah dilakukan dengan metode phenolchloroform,

Lebih terperinci

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) Disusun oleh: Hanif Wahyuni (1210411003) Prayoga Wibhawa Nu Tursedhi Dina Putri Salim (1210412032) (1210413031) SEJARAH Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1985

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Babi Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan berhidung leper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia. Didalam Al-Qur an tertera dengan

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso AVIAN INFLUENZA Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso Flu burung atau Avian Influenza adalah jenis influenza pada binatang yang sebenarnya telah ditemukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi dan Struktur Mitokondria Mitokondria merupakan organel yang terdapat di dalam sitoplasma. Mitokondria berfungsi sebagai organ respirasi dan pembangkit energi dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit PENDAHULUAN Latar Belakang Avian influenza (AI) dan Newcastle disease (ND) adalah penyakit pernafasan pada unggas dan termasuk list A Office International des Epizooties (OIE) sebagai penyakit yang sangat

Lebih terperinci

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE.

UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. UJI PENEGUHAN REAL TIME PCR AVIAN INFLUENZA DI BBKP SURABAYA TERHADAP METODE UJI STANDAR AVIAN INFLUENZA SESUAI STANDAR OIE. OLEH: FITRIA ARDHIANI, ROFIQUL A LA, FIFIN KURNIA SARI, RETNO OKTORINA LABORATOIUM

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS

OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS VIRUS FIRMAN JAYA OUTLINE PENDAHULUAN CIRI-CIRI VIRUS STRUKTUR SEL VIRUS BENTUK VIRUS SISTEM REPRODUKSI VIRUS PERANAN VIRUS PENDAHULUAN Metaorganisme (antara benda hidup atau benda mati) Ukuran kecil :

Lebih terperinci

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS

Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS Virus baru : Coronavirus dan Penyakit SARS 23 Apr 2003 Kasus sindrom pernapasan akut parah, atau lebih dikenal dengan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) masih menempatkan berita utama di sebagian

Lebih terperinci

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi Flu Burung DEFINISI Flu burung didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus influenza A subtipe H5N1 yang menyerang burung, ungggas, ayam yang dapat menyerang manusia dengan gejala demam >38?C,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING

Deskripsi. IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO PADA ANJING 1 I Gst Ayu Agung Suartini(38) FKH - Universitas Udayana E-mail: gaa.suartini@gmail.com Tlf : 081282797188 Deskripsi IMUNOGLOBULIN YOLK (IgY) ANTI Canine parvovirus MURNI UNTUK TERAPI INFEKSI VIRUS PARVO

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah.

TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menurut Kottelat dkk., (1993), klasifikasi dari ikan lele dumbo adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus : Animalia : Chordata

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Nama : Margareta Krisantini P.A NIM : 07 8114 025 STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI) adalah penyakit zoonosa yang sangat fatal. Penyakit ini menginfeksi saluran pernapasan unggas dan juga mamalia. Penyebab penyakit

Lebih terperinci

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B

Famili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan

Lebih terperinci

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI FLU BURUNG AVIAN FLU AVIAN INFLUENZA BIRD FLU RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI VIRUS INFLUENZA Virus famili orthomyxoviridae Tipe A,B,C Virus A dan B penyebab wabah pada manusia Virus C

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang dalam beberapa tahun ini telah menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Penyakit DBD adalah penyakit

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hewan Babi Hewan babi berasal dari Genus Sus, Linnaeus 1758 mempunyai bentuk hidung yang rata sangat khas, hewan ini merupakan jenis hewan omnivora atau hewan pemakan segala.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C

TINJAUAN PUSTAKA. Virus Influenza A, B dan C 16 TINJAUAN PUSTAKA Virus Influenza A, B dan C Virus influenza merupakan virus RNA memiliki amplop (envelope) yang termasuk anggota dari famili Orthomyxoviridae. Genomnya terdiri dari negative single strand

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER

DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER DIAGNOSTIK MIKROBIOLOGI MOLEKULER Sunaryati Sudigdoadi Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah Subhanahuwa ta

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang menjadi permasalahan utama di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus Dengue yang jika tidak

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penyakit Avian Influenza (AI) adalah salah satu penyakit infeksi penting yang dapat menimbulkan kerugian ekonomi (Wibowo, 2014). Hal ini disebabkan adanya kematian yang tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING

MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING TUGAS GENETIKA MOLEKULER MACAM-MACAM TIPE PCR DAN TEKNIK PEMOTONGAN PROTEIN DENGAN METODE EDMAN SEBAGAI DASAR KERJA ANALISIS SEKUENSING Oleh: Laurencius Sihotang 8756130889 Program Studi Magister Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu. Penurunan imunitas seluler penderita HIV dikarenakan sasaran utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan salah satu infeksi yang perkembangannya terbesar di seluruh dunia, dalam dua puluh tahun terakhir diperkirakan

Lebih terperinci

Kasus Penderita Diabetes

Kasus Penderita Diabetes Kasus Penderita Diabetes Recombinant Human Insulin Marlia Singgih Wibowo School of Pharmacy ITB Sejak Banting & Best menemukan hormon Insulin pada tahun 1921, pasien diabetes yang mengalami peningkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen GH Exon 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 2 Gen GH exon 2 pada ternak kambing PE, Saanen, dan persilangannya (PESA) berhasil diamplifikasi menggunakan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Pasangan

Lebih terperinci

Elisa, PCR dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK(K) Bagian Patologi Klinik. Medan

Elisa, PCR dan. Dr.Ozar Sanuddin, SpPK(K) Bagian Patologi Klinik. Medan Prinsip pemeriksaan metode Elisa, PCR dan Elektroforese Dr.Ozar Sanuddin, SpPK(K) Bagian Patologi Klinik Fakultas kedokteran kt USU/UISU Medan Prinsip pemeriksaan Imunologis Umumnya berdasarkan pada interaksi

Lebih terperinci

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi

Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Teknik-teknik Dasar Bioteknologi Oleh: TIM PENGAMPU Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jember Tujuan Perkuliahan 1. Mahasiswa mengetahui macam-macam teknik dasar yang digunakan

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS

TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS BAB 2 TINJAUAN TENTANG HIV/AIDS 2.1 Pengenalan Singkat HIV dan AIDS Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, HIV adalah virus penyebab AIDS. Kasus pertama AIDS ditemukan pada tahun 1981. HIV

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang

I. PENDAHULUAN. perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang I. PENDAHULUAN Kanker serviks menduduki urutan kedua dari penyakit kanker yang menyerang perempuan di dunia dan urutan pertama untuk wanita di negara sedang berkembang (Emilia, dkk., 2010). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

19/10/2016. The Central Dogma

19/10/2016. The Central Dogma TRANSKRIPSI dr.syazili Mustofa M.Biomed DEPARTEMEN BIOKIMIA DAN BIOLOGI MOLEKULER FK UNILA The Central Dogma 1 The Central Dogma TRANSKRIPSI Transkripsi: Proses penyalinan kode-kode genetik yang ada pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Virus Avian Influenza H5N1 Morfologi Virus Avian Influenza H5N1 merupakan salah satu penyebab penyakit unggas yang bersifat zoonosis. Virus ini menyebabkan penyakit flu pada unggas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hepatitis merupakan penyakit inflamasi dan nekrosis dari sel-sel hati yang dapat disebabkan oleh infeksi virus. Telah ditemukan lima kategori virus yang menjadi agen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Virus Influenza Tipe A Virus influenza tipe A adalah virus RNA, famili Orthomyxoviridae dari genus Orthomyxovirus yang menyebabkan penyakit avian influenza. Virus ini merupakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI TEKNIK PCR OVERLAPPING 1. Sintesis dan amplifikasi fragmen ekson 1 dan 2 gen tat HIV-1 Visualisasi gel elektroforesis

Lebih terperinci

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya

Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Deteksi Antibodi Terhadap Virus Avian Influenza pada Ayam Buras di Peternakan Rakyat Kota Palangka Raya Detection of Antibody Against Avian Influenza Virus on Native Chickens in Local Farmer of Palangka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat menyerang saluran pernafasan bagian atas maupun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Influenza adalah suatu penyakit infeksi akut saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus influenza, terutama ditandai oleh demam, menggigil, sakit otot, sakit kepala

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Gen GH Exon 4 Amplifikasi gen GH exon 4 pada kambing Peranakan Etawah (PE), Saanen dan PESA (Persilangan PE-Saanen) diperoleh panjang fragmen 200 bp (Gambar 8). M 1 2 3

Lebih terperinci

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus

Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus AgroinovasI Waspadailah Keberadaan Itik dalam Penyebaran Virus Flu Burung atau AI Selama ini mungkin kita sudah sering mendengar berita tentang kasus penyakit flu burung, baik yang dilaporkan pada unggas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan

I. PENDAHULUAN. Ekonomi Pertanian tahun menunjukkan konsumsi daging sapi rata-rata. Salah satu upaya untuk mensukseskan PSDSK adalah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan bahan pangan asal ternak untuk memenuhi konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia masih tergolong rendah. Data Survei Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2007-2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan pangan merupakan salah satu isu yang harus menjadi perhatian baik pemerintah maupun masyarakat. Pengolahan makanan yang tidak bersih dapat memicu terjadinya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA

Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Metode-metode dalam biologi molekuler : isolasi DNA, PCR, kloning, dan ELISA Dr. Syazili Mustofa, M.Biomed Lektor mata kuliah ilmu biomedik Departemen Biokimia, Biologi Molekuler, dan Fisiologi Fakultas

Lebih terperinci

Darah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIVnya.

Darah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIVnya. Darah donor dan produk darah yang digunakan pada penelitian medis diperiksa kandungan HIVnya. Tes HIV umum, termasuk imuno-assay enzim HIV dan pengujian Western blot mendeteksi antibodi HIV pada serum,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan epidemiologi Avian Influenza Avian Influenza adalah penyakit infeksi pada unggas yang disebabkan oleh virus influenza strain tipe A. Penyakit yang pertama diidentifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL 3.1.1 Isolasi Vibrio harveyi Sebanyak delapan isolat terpilih dikulturkan pada media TCBS yaitu V-U5, V-U7, V-U8, V-U9, V-U24, V-U27, V-U41NL, dan V-V44. (a) (b) Gambar

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil dan pembahasan berdasarkan langkah-langkah penelitian yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya dalam empat bagian yang meliputi; sampel mtdna,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi IgY Anti Salmonella Enteritidis pada Telur Ayam Antibodi spesifik terhadap S. Enteritidis pada serum ayam dan telur dideteksi dengan menggunakan uji agar gel presipitasi

Lebih terperinci

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME ZUHRIAL ZUBIR PENDAHULUAN Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah penyakit yg disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) HIV : HIV-1 : penyebab

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Lumbrokinase merupakan enzim fibrinolitik yang berasal dari cacing tanah L. rubellus. Enzim ini dapat digunakan dalam pengobatan penyakit stroke. Penelitian mengenai lumbrokinase,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagi sel tersebut. Disebut sebagai penghasil energi bagi sel karena dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mitokondria Mitokondria merupakan salah satu organel yang mempunyai peranan penting dalam sel berkaitan dengan kemampuannya dalam menghasilkan energi bagi sel tersebut. Disebut

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan

URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini pada umumnya menyerang paru-paru (pulmonary tuberculosis),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza atau lebih dikenal dengan flu, merupakan salah satu penyakit yang menyerang pernafasan manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang

Lebih terperinci