BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini banyak masyarakat yang menggunakan berbagai produk kosmetik. Salah satu tanaman yang dapat digunakan dalam bidang kosmetik adalah jambu biji (Psidium guajaya L.). Pemanfaatan jambu biji (Psidium guajaya L.) dilakukan dengan cara mengkonsumsi daunnya atau diekstrak terlebih dahulu. Menurut Sudarsono dkk. (2002), daun jambu biji (Psidium guajaya L.) mengandung flavonoid, tanin, fenolat dan minyak atsiri yang mampu bertindak sebagai antioksidan, sehingga perlu dikembangkan suatu sediaan yang dapat diaplikasikan secara topikal sebagai kosmetika. Efektivitas dan kenyamanan dalam penggunaan ekstrak daun jambu biji dapat ditingkatkan dengan cara memformulasikannya dalam bentuk sediaan gel, yang memiliki keuntungan antara lain tidak lengket, konsentrasi pembentuk gel hanya sedikit untuk membentuk massa gel yang baik, dan viskositas gel tidak mengalami perubahan yang berarti pada suhu penyimpanan (Lieberman dkk., 1989). Karbopol merupakan geling agent yang memiliki kemampuan mengentalkan lebih efisien pada viskositas tinggi dan menghasilkan gel dengan tingkat kejernihan yang baik (Allen, 2002), sehingga dianggap sudah cukup untuk membuat sediaan gel yang memiliki ph 4,5-6,5, viskositas < 300 dpa.s, daya sebar 3-5 cm dan daya lekat >1 detik.

2 Dalam membuat sediaan gel, basis gel seringkali ditambahkan bahan humektan atau pelembab untuk memperbaiki konsistensinya dan juga dapat berfungsi sebagai cosolvent (Rowe dkk., 2006). Salah satu bahan humektan adalah propilen glikol. Dengan meningkatnya kelarutan, maka sediaan akan lebih mudah melepas zat aktif dari basis dan akan berpengaruh pada efektivitasnya. Dalam memformulasikan sediaan gel ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mendapatkan optimasi formula. Salah satunya adalah metode SLD, yang cocok untuk mencari perbandingan komponen optimal dalam kegiatan optimasi formula (Zhu dkk., 2008). Metode ini cocok untuk prosedur optimasi formula dimana jumlah total dari bahan yang berbeda adalah konstan. Pelaksanaan metode SLD yaitu dengan mempersiapkan formulasi yang bervariasi terdiri dari kombinasi bahan tambahan (Bolton, 1997). Dari uraian di atas, dilakukan optimasi perbandingan kombinasi karbopol dan propilen glikol dengan metode SLD untuk menghindari trial and error dalam usaha memperoleh hasil gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajaya L.) dengan sifat fisik gel optimal. Penelitian ini dilakukan untuk memperbaiki penelitian sebelumnya oleh Reza Fauziah (2016) yang berjudul Formulasi Gel Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) dengan Kombinasi Karbopol dan CMC-Na Menggunakan Metode Simplex Lattice Design. Dalam penelitian yang dilakukan tersebut, viskositas dari gel ekstrak daun jambu biji terlalu tinggi yaitu 520 dpa.s. Sedangkan gel dengan viskositas dpa.s sudah sulit untuk diaplikasikan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga hanya digunakan satu basis yaitu karbopol. Disamping itu, ada juga penelitian yang dilakukan oleh Rusdiana yang

3 berjudul Formulasi Gel Antioksidan dari Ekstrak Daun jambu Biji (Psidium guajava L) dengan Menggunakan Aqupec HV-505 yang membahas IC 50 ekstrak daun jambu biji dan formulasi gel. Dalam penelitian ini didapatkan nilai IC 50 ekstrak daun jambu biji sebesar 7,2 mg/100 ml atau 0,0072%. Namun, hasil uji stabilitas viskositas dan ph dari penelitian ini menunjukkan ketidakstabilan selama masa penyimpanan dan basis yang dipakai cukup mahal. Oleh karena itu, dilakukan penelitian ini dengan basis karbopol yang lebih murah dibandingkan aqupec HV-505, dan memperbaiki stabilitas serta viskositas sediaan gel ekstrak daun jambu biji. Dalam penelitian ini, dicari perbandingan yang sesuai antara karbopol sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan sehingga menghasilkan formula optimal gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajaya L.) yang memenuhi syarat kualitas, serta mengujinya terhadap sifat fisik gel selama masa penyimpanan. Pelaksanaan optimasi pada kombinasi dari Karbopol dan proilen glikol menggunakan metode SLD dalam software Design Expert version B. Rumusan Masalah 1. Berapakah perbandingan kombinasi Karbopol dan propilen glikol pada formulasi gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajaya L.) yang dapat memberikan sifat fisik optimal dengan metode SLD? 2. Bagaimanakah stabilitas fisik formula optimal gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajaya L.) selama penyimpanan?

4 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perbandingan konsentrasi kombinasi Karbopol, propilen glikol pada formulasi gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajaya L.) yang dapat memberikan sifat fisik optimal dengan metode Simplex Lattice Design. 2. Mengetahui stabilitas fisik formula optimal gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajaya L.) selama penyimpanan D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi mengenai contoh formulasi gel dengan bahan alam yaitu ekstrak etanolik daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang menghasilkan sifat dan stabilitas fisik yang optimal. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya dibidang pembuatan sediaan bahan alam sehingga dapat didapatkan sediaan gel yang berkualitas dengan menggunakan ekstrak etanolik daun jambu biji (Psidium guajava L.) E. Tinjauan Pustaka 1. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) Bagian tanaman jambu biji (Psidium guajava L.) yang sering dimanfaatkan karena memiliki banyak manfaat adalah buah dan daunnya. Daun jambu biji berwarna hijau berbentuk bundar menjorong dengan panjang sekitar 5-13 cm dan lebar 3-6 cm, pinggir daun rata agak menggulung ke atas, ibu tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan bawah, serta bertulang menyirip. Sistematika tanaman Psidium guajava L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) dapat dilihat pada tabel I.

5 Gambar 1. Daun jambu biji (Psidium guajava L.) Tabel I. Sistematika tanaman (Psidium guajava L.) Divisi Spermatophyta Sub divisi Angiospermae Kelas Dicotyledonae Bangsa Myrtales Suku Myrtaceae Marga Psidium Jenis Psidium guajava L. (Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991) Daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin (17,40%), fenolat (575,3 mg/g), dan minyak atsiri (Sudarsono dkk., 2002). Salah satu flavonoid yang terkandung dalam daun jambu biji adalah kuersetin. Senyawa inilah yang diperkirakan bertanggung jawab terhadap efek antioksidan ekstrak daun jambu biji. Kuersetin merupakan senyawa yang ada pada buah-buahan dan sayuran yang memiliki struktur yang terdiri dari lima gugus hidroksil yang menetukan aktivitas biologi campuran dan jumlah derivat yang mungkin (Materska, 2008). Kuersetin merupakan salah satu antioksidan yang paling poten diantara golongan antioksidan polifenol (Kaur dan Kapoor, 2001).

6 2. Ekstraksi Ekstrak adalah hasil ekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, lalu hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan dengan kondisi sediaan yang pekat (DepKes RI, 1995). Ekstraksi adalah peristiwa pengeluaran zat aktif dari suatu bahan dengan menggunakan pelarut tertentu sehingga zat aktif dapat larut dalam pelarut (Harbone, 1987). Pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi harus dapat melarutkan zat yang akan diekstraksi dan memisahkannya dari bahan dan zat yang lain sehingga ekstrak hanya akan mengandung zat-zat atau senyawa yang diinginkan. Ekstraksi daun jambu biji mengggunakan metode maserasi (perendaman). Metode ini dipilih untuk mencegah kerusakan senyawa-senyawa komponen oleh suhu tinggi. Pemilihan pelarut didasarkan pada lima faktor utama menurut DepKes RI, 2000, antara lain (1) selektivitas (2) mudah untuk digunakan (3) murah (4) ramah lingkungan dan (5) aman. 3. Gel Gel merupakan sediaan setengah padat yang berupa dispersi koloid yang memiliki kekuatan oleh adanya jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi. Gel merupakan sediaan yang baik dalam sistem penghantaran obat untuk berbagai rute dan dapat diaplikasikan untuk berbagai macam bahan obat (Allen, 2002). Gel berdasarkan jumlah fasenya, dapat dibedakan menjadi gel fase tunggal dan gel fase ganda. Berikut uraian jenis gel berdasarkan fasenya:

7 a) Gel fase tunggal adalah gel yang terdiri dari makromolekul organik yang tersebar merata dalam cairan yang sedemikian rupa hingga tidak terlihat adanya ikatan antara makromolekul yang terdispersi dan cairan (DepKes RI, 1995). b) Gel sistem dua fase adalah kasus di mana massa gel terdiri dari partikelpartikel kecil yang terpisah, gel disebut sistem dua fase sering disebut sebagai magma atau susu. gel dapat menebal dan membentuk thixotrope, dan harus digojog terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mencairkan gel dan memungkinkan kemudahan menuangkan (Ansel dkk., 1999). Sediaan gel mengandung cairan pembawa yang berupa air atau alkohol dan basis gel seperti derivat selulosa, pati, Karbopol, gom xantan. Sediaan gel akan terlihat jernih pada sistem satu fase dan terlihat keruh pada sistem dua fase. Gel memiliki sifat kental, tidak berminyak, dan memberikan efek dingin ketika diaplikasikan pada permukaan kulit (Buhse dkk., 2005). Gel merupakan suatu sistem yang dapat diterima untuk pemberian secara oral, dalam bentuk sediaan yang sesuai dan tepat, atau sebagai kulit kapsul yang terbuat dari gelatin dan digunakan untuk bentuk sediaan obat long-acting yang diinjeksikan secara i.m (intramuskular). Untuk penggunaan sebagai kosmetik, gel telah digunakan dalam berbagai bentuk produk kosmetik termasuk pada shampo, parfum, pasta gigi, kulit, dan sediaan perawatan rambut lainnya. Gel dapat digunakan untuk obat yang dapat diberikan secara topikal (non steril) atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh atau mata (gel steril) (DepKes RI, 1995).

8 Gel dalam aplikasi atau penggunaannya memiliki beberapa keuntungan antara lain kemampuan penyebaran yang baik pada kulit, sifat sediaannya yang elastis, daya lekat yang baik, memberikan efek dingin, tidak menyumbat pori-pori kulit, mudah untuk dicuci menggunakan air karena sifatnya yang hidrofilik, dan mampu melepaskan obat dengan baik (Voigt, 1984). Sifat khas dari sediaan gel (Zatz & Kushla, 1996) antara lain : a. Dapat mengembang, karena basis gel dapat mengabsorbsi larutan yang membuat volume bertambah. b. Sineresis, adalah proses keluarnya cairan yang terjerat dalam massa gel ke atas permukaan gel. Peristiwa ini disebabkan oleh adanya kontraksi dalam massa gel. c. Bentuk struktur gel resisten terhadap perubahan. Struktur gel bermacammacam tergantung basis gel yang digunakan. Berdasarkan sifat cairan yang ada di dalam gel, maka gel dapat dibedakan menjadi gel hidrofobik dan gel hidrofilik. Umumnya gel hidrofobik mengandung parafin cair dan polietilen atau minyak lemak dengan bahan pembentuk gel koloidal silika, zink, sabun, atau aluminium (Lieberman dkk., 1989). Sediaan gel mengandung air cukup tinggi sehingga akan lebih mudah terkontaminasi oleh mikroorganisme. Oleh karena itu, perlu ditambahkan dengan bahan pengawet atau preservatif ke dalam sediaan gel (Voigt, 1984). Kontrol kualitas yang dilakukan pada sediaan gel antara lain:

9 a. Organoleptis Pemeriksaan organoleptis bertujuan untuk menerangkan dan menjelaskan sediaan gel yang meliputi bentuk, warna, bau dan kejernihan. Pengamatan ini dilakukan secara makroskopis (Paye dkk., 2001). Pengamatan organoleptis penting untuk menentukan apakah suatu sediaan gel sudah memenuhi syarat atau belum agar saat pemakaian dapat berefek optimal. b. Homogenitas Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan gel yang dihasilkan sudah tercampur dengan homogen dan sama rata. Pengujian homogenitas gel dapat diamati di atas kaca objek dengan bantuan cahaya. Pengamatan dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat bagian-bagian yang tidak tercampur dengan baik. Gel yang bersifat stabil akan dapat menunjukkan susunan yang homogen. c. ph Pemeriksaan ph memiliki fungsi untuk mengetahui derajat keasaman dari sediaan gel yang dihasilkan. Nilai ph adalah nilai yang menunjukkan derajat keasaman suatu bahan. Pengamatan nilai ph dilakukan segera setelah sediaan selesai diproduksi. Sebaiknya besar nilai ph sama dengan nilai ph kulit atau tempat pemakaian untuk menghindari terjadinya iritasi. Untuk sediaan topikal, ph yang dianjurkan adalah 4,5-6,5 (Draelos, 2006), sedangkan untuk Karbopol, ph yang baik dalam sediaan topikal adalah 5,00-8,00 agar fungsinya efektif (Islam dkk., 2004). Sehingga dari kedua

10 sumber pustaka, ditentukan rentang ph sediaan topikal yang baik dengan basis Karbopol adalah 5,00-6,50. d. Viskositas Viskositas merupakan suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, semakin tinggi viskositas maka akan semakin tinggi tahanannya Viskositas menentukan sifat sediaan dalam campuran pada saat proses produksi, proses pengemasan, dan sifat-sifat penting pada saat pemakaian, seperti daya sebar, konsistensi atau bentuk, dan kelembaban. Selain itu, viskositas juga dapat mempengaruhi stabilitas fisik dan bioavailibilitas dari sediaan gel yang dibuat (Paye dkk., 2001). Semakin tinggi viskositas maka waktu retensi atau daya lekat pada tempat aksi akan semakin besar sedangkan daya sebarnya akan semakin kecil. Viskositas sediaan dapat ditingkatkan dengan menambahkan polimer (Donovan & Flanagan, 1996). e. Daya sebar Pengujian daya sebar bertujuan untuk mengetahui kemampuan penyebaran sediaan gel yang dihasilkan pada tempat aplikasi. Daya sebar yang baik apabila gel mudah digunakan dengan mengoleskan tanpa memerlukan penekanan secara berlebih. Daya sebar dapat berkaitan dengan kenyamanan pada pemakaian. Kemampuan menyebar yang baik di kulit sangat diharapkan pada sediaan topikal. Diameter daya sebar sediaan semipadat sekitar antara 3-5 cm (Garg dkk., 2002).

11 f. Daya lekat Pengujian daya lekat bertujuan untuk mengetahui waktu retensi atau kemampuan melekat suatu sediaan gel yang dihasilkan pada saat penggunaan ditempat aplikasi. Daya lekat merupakan kemampuan sediaan untuk menempel pada lapisan epidermis. Tidak terdapat persyaratan khusus mengenai daya lekat sediaan semipadat. Semakin besar kemampuan gel untuk melekat, maka akan semakin baik penghantaran obatnya. Sediaan semipadat disarankan memiliki daya lekat lebih dari satu detik (Zatz & Kushla, 1996). Apabila daya lekat terlalu rendah dapat mengakibatkan sediaan yang tidak efektif dalam menghantarkan obat saat terapinya nanti karena sediaan yang mudah lepas dari permukaan kulit. 4. Monografi Bahan a. Karbopol Karbopol merupakan basis gel yang kuat sehingga penggunaannya hanya digunakan dalam rentang 0,5% - 2%. Karbopol bersifat asam, berupa serbuk halus, berewarna putih, serta higroskopis. Karbopol larut di dalam air, etanol, gliserin, dan dapat terdispersi di dalam air untuk membentuk larutan koloidal yang bersifat asam. Karbopol memiliki sifat merekat yang rendah (Rowe dkk., 2006). d. Propilen glikol Propilen glikol biasa digunakan untuk solvent atau pelarut dan pengawet untuk sediaan parenteral maupun non-parenteral. Propilen glikol merupakan pelarut yang lebih baik dibandingkan gliserin dan dapat melarutkan berbagai

12 macam senyawa, seperi kortikosteroid, fenol, barbiturat dan kebanyakan alkaloid (Rowe dkk., 2006). Propilen glikol memiliki ciri fisik cair, jernih, tidak berwarna, kental, praktis tidak berbau, memiliki rasa manis, dan sedikit tajam menyerupai gliserin. Propilen glikol memiliki fungsi sebagai humektan, penahan lembab, memungkinkan daya sebar yang tinggi dari sediaan, dan melindungi gel dari kemungkinan pengeringan (Rowe dkk., 2006) e. Metil paraben Metil paraben dapat digunakan secara tunggal maupun dikombinasikan dengan antimikroba lain. Efek pengawet dari metil paraben dapat meningkat dengan ditambah propilen glikol (2% - 5%) ke dalam sediaan dan digunakan sebagai pengawet untuk sediaan topikal pada konsentrasi 0,02% - 0,3% (Rowe dkk., 2006). f. NaOH NaOH yang memiliki ph basa (12-14), di dalam sediaan gel dapat digunakan sebagai penetralisir Karbopol yang memiliki sifat asam. NaOH memiliki ciri fisik berbentuk batang, butiran, massa hablur/keping, kering keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur putih, mudah meleleh, basah, sangat alkalis, korosif, segera menyerap O 2. NaOH juga memiliki sifat mudah larut dalam air (Rowe dkk., 2006). f. Aquadest Air murni adalah air yang dimurnikan lewat proses destilasi, dengan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai. Air murni memiliki ciri-ciri benig, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak

13 berasa. Air murni ini dalam formulasi gel memiliki fungsi sebagai pelarut (DepKes RI, 1995). 5. Optimasi menggunakan SLD Optimasi formula merupakan suatu metode atau desain eksperimental yang bertujuan untuk memperoleh interpretasi formula secara matematis serta memudahkan dalam proses penyusunannya (Armstrong & James, 1986). Metode SLD adalah salah satu teknik yang digunakan dalam prosedur optimasi formula yang digunakan dalam perencanaan formulasi suatu sediaan obat. Prosedur tersebut dapat digunakan untuk menentukan proporsi relatif, komposisi bahanbahan yang digunakan untuk membuat suatu formula paling optimal mengenai variabel atau hasil yang ditentukan. Suatu masalah umum dalam farmasetika terjadi jika komponen-komponen formulasi diubah dalam upaya untuk mengoptimalkan penampilannya mengenai variabel-variabel seperti kelarutan obat, disolusi, dan kekerasan. Penerapan suatu rancangan SLD dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah formulasi sediaan dan akurat dalam memprediksikan hasil eksperimen (Cui dkk.,2009). Suatu formula terdiri dari beberapa komponen dan setiap perubahan fraksi dari salah satu komponen yang ada dalam campuran akan membuat satu atau lebih komponen lain berubah. Jika R i adalah fraksi dari komponen 1 dalam suatu campuran, maka : 0 R i 1, i = 1, 2, 3, n... (1) formula akan mengandung paling sedikit satu komponen dan jumlah fraksi semua komponen adalah :

14 R i + R R n = 1... (2) Area yang menyebutkan kemungkinan kombinasi dari komponen-komponen yang dapat dinyatakan dalam interior dan garis batas gambar dengan titik n titik sudut dan n-1 dimensi. Semua fraksi dari 2 komponen dapat dinyatakan sebagai garis lurus ( 2 titik sudut, 1 dimensi ) ( Bolton, 1997 ). Untuk dua komponen atau faktor persamaan yang digunakan adalah: Y = X 1 ( A ) + X 2 ( B ) + X 1.2 ( A ) ( B ).....(3) keterangan dari persamaan 3 adalah sebgai berikut: Y = Respon ( hasil percobaan ) A, B = Besar kadar komponen A dan komponen B dimana ( A ) + ( B) adalah 1 bagian X 1, X 2, X 1.2 = Koefisien yang dapat dihitung dari hasil percobaan Untuk penerapan 2 komponen atau faktor perlu dilakukan 3 percobaan yaitu percobaan yang menggunakan I ( 100% A dan 0% B ), II ( 100%B dan 0% A ) dan III ( campuran 50%A dan 50%B ) ( Bolton, 1997 ). F. Landasan Teori Daun jambu biji (Psidium guajava L) memiliki senyawa flavonoid yang dapat digunakan sebagai antioksidan. Menurut Sudarsono dkk. (2002), daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin (17,40%), fenolat (575,3 mg/g) dan minyak atsiri. Salah satu senyawa flavonoid yang terdapat di daun jambu biji adalah kuersetin. Kandungan kuersetin inilah yang menyebabkan daun jambu biji memiliki aktivitas terapeutik (Fauziah, 2016).

15 Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rusdiana berjudul Formulasi Gel Antioksidan dari Ekstrak Daun jambu Biji (Psidium guajava L) dengan Menggunakan Aqupec HV-505, didapatkan nilai IC50 yang dimiliki ekstrak daun jambu bjij sebesar 7,2 mg/100 ml atau 0,0072%. Dengan menggunakan nilai IC 50, didapatkan bobot ekstrak untuk membuat sediaan gel sebesar 8,00%. Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganikyang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (DepKes RI,1995). Gel memiliki potensi yang lebih baik dibandingkan dengan salep pada sediaan topical, karena gel tidak lengket, energi yang diperlukan untuk formulasi tidak begitu besar, stabil dan memiliki nilai estetika yang baik. Dalam memformulasikan sediaan gel diperlukan satu atau lebih gelling agent atau bahan pembentuk gel untuk memperoleh sifat fisik dan stabilitas fisik yang optimal. Komponen gelling agent dan humektan adalah bagian yang ikut berpengaruh terhadap kualitas fisik sediaan gel yang dibuat. Karbopol adalah salah satu gelling agent yang mempunyai kemampuan mengentalkan yang lebih efisien pada viskositas tinggi dan menghasilkan gel dengan tingkat kejernihan yang baik (Allen, 2002). Sedangkan propilen glikol berfungsi sebagai humektan agar sediaan gel yang dibuat tetap dapat mempertahankan kandungan air sehingga kualitas sifat fisik dan stabilitas sediaan selama masa penyimpanan tetap baik. Penambahan propilen glikol dapat melarutkan lapisan keratin pasa stratum corneum sehingga menigkatkan jumlah obat yang berpenetrasi lewat kulit dengan cara mengurangi ikatan obat dengan jaringan kulit (Remon, 2007). Uji sifat fisik

16 selama masa penyimpanan dilakukan untuk menjamin bahwa sediaan gel yang dibuat memiliki sifat yang sama seperti saat sediaan awal dibuat. Ketidakstabilan fisik dari sediaan gel ditandai dengan adanya kemunculan warna yang berbeda atau pemucatan warna, timbul bau, pemisahan fase, perubahan bentuk, sineresis, perubahan konsistensi, terbentuknya gas, dan perubahan fisik lainnya. Sineresis adalah suatu kondisi pengerutan gel secara alamiah saat didiamkan dan mengakibatkan sebagian cairannya terlepas keluar. Hal ini terjadi diakibatkan struktur matriks/serat gel yang terus mengeras dan akhirnya mengakibatkan terdesaknya air ke luar (Martin dkk., 1993). G. Hipotesis Dalam penelitian ini dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Variasi konsentrasi Karbopol dan propilen glikol mempengaruhi sifat fisik gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajva L.). 2. Sifat fisik gel ekstrak daun jambu biji (Psidium guajva L.) tidak mengalami perubahan yang signifikan selama penyimpanan.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan stres, penyakit, dan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. dan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan stres, penyakit, dan kerusakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Penuaan adalah suatu proses kompleks dimana terjadi perubahan fisiologis dan penurunan kemampuan tubuh untuk melawan stres, penyakit, dan kerusakan yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Hasil Pengamatan dan Hasil Ekstrak Daun Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen). Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steen) sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang hidup di kulit (Jawetz et al., 1991). Kulit merupakan organ tubuh manusia yang sangat rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radiasi sinar UV yang terlalu lama pada kulit dapat menyebabkan timbulnya penyakit kulit seperti kanker kulit dan reaksi alergi pada cahaya/fotoalergi (Ebrahimzadeh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Determinasi Tanaman Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi UGM didapat bahwa sampel yang digunakan adalah benar daun sirsak (Annona muricata

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tumbuhan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tumbuhan yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini banyak masyarakat yang kembali ke pengobatan alami atau tradisional untuk mengurangi efek samping dari penggunaan obat sintetik. Indonesia sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat-obat sediaan topikal selain mengandung bahan berkhasiat juga bahan tambahan (pembawa) yang berfungsi sebagai pelunak kulit, pembalut pelindung, maupun pembalut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teh hijau merupakan salah satu jenis teh yang dibuat dari daun teh Camellia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teh hijau merupakan salah satu jenis teh yang dibuat dari daun teh Camellia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dewasa ini penggunaan teh hijau sedang marak-maraknya. Mulai dari makanan, minuman, bahkan hingga kosmetik semuanya berbahan dasar teh hijau. Teh hijau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman Buah pisang raja diperoleh dari Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah. Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan bahan baku minyak atsiri daun sebagai bahan aktif gel antiseptik. Minyak atsiri daun ini berasal dari Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Definisi

PEMBAHASAN. I. Definisi PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan vektor dari beberapa penyakit seperti malaria, filariasis, demam berdarah dengue (DBD), dan chikungunya (Mutsanir et al, 2011). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi menjadi tiga lapis jaringan yaitu epidermis, dermis dan lapis lemak di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang kosmetika saat ini sangatlah pesat. Kosmetika berdasarkan penggunaannya dapat digunakan sebagai tata rias dan juga sebagai perawatan kulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman memicu perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup telah terbukti secara tidak langsung beresiko terhadap paparan senyawa radikal bebas.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Patikan kebo (Euphorbia hirta Linn.) adalah salah satu tanaman yang dapat dibuat obat. Patikan kebo berasal dari Amerika Tengah dan secara luas dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan dan kecantikan kulit wajah merupakan aset penting terutama bagi kaum perempuan karena kulit memegang peran dan fungsi yang penting yaitu sebagai proteksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jarak Pagar (Jatropha curcas) 1. Taksonomi Tumbuhan Kingdom: Plantae BAB II TINJAUAN PUSTAKA Subkingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Tracheobionta : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula 10/25/2012 1 GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula @Dh hadhang_wk Laboratorium Farmasetika Unso oed GEL Semi padat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia mempunyai beragam jenis tanaman obat, salah satunya adalah bunga kembang sepatu yang secara empiris dapat diuji daya antibakterinya (Kiruthika et

Lebih terperinci

Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika. Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika.zip

Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika. Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika.zip Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika Pengaruh kadar etanol dalam sediaan gel antiseptika.zip berbeda bermakna dengan sediaan etanol, sedangkan sediaan dengan kadar Pemakaian antiseptik tangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit buah manggis adalah senyawa polifenol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika merupakan suatu sediaan yang telah menjadi kebutuhan penting bagi masyarakat. Salah satu kegunaan sediaan kosmetika adalah untuk melindungi tubuh dari berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketoprofen merupakan obat OAINS dari turunan asam propionat yang memiliki khasiat sebagai antipiretik, antiinflamasi dan analgesik pada terapi rheumatoid arthritis

Lebih terperinci

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin) GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah sirih merah (Piper

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah sirih merah (Piper BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan dan Penyiapan Simplisia Tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah sirih merah (Piper crocatum Ruiz. & Pav.) yang diperoleh dari daerah Secang, Magelang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. matahari sepanjang tahun. Sinar ultraviolet (uv) yang terdapat dalam sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. matahari sepanjang tahun. Sinar ultraviolet (uv) yang terdapat dalam sinar matahari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sinar ultraviolet (uv) yang terdapat dalam sinar matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetika adalah bahan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan metode faktorial desain 2 faktor 2 level. Jumlah formula yang dibuat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Selama ini, kemajuan teknologi dalam industri farmasi, terutama dibidang sediaan solida termasuk sediaan tablet telah mengalami banyak perkembangan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produk kosmetik di pasaran saat ini sebagian besar masih didominasi oleh sediaan losion dan krim. Sediaan dalam bentuk gel masih jarang ditemukan, apalagi gel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. infeksi, memacu pembentukan kolagen dan mengupayakan agar sisa-sisa sel epitel dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar terjadi karena adanya kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. gel pengharum ruangan tersebut menghambat pelepasan zat volatile, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengharum ruangan merupakan suatu produk yang berisi zat wewangian yang digunakan untuk membuat harum suatu ruangan atau mengurangi bau tidak menyenangkan pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh kita yang melindungi bagian dalam tubuh dari gangguan fisik maupun mekanik, gangguan panas atau dingin, dan gangguan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Karies gigi adalah salah satu masalah kesehatan gigi yang paling sering terjadi. Karies gigi disebabkan karena terjadinya demineralisasi yang berlanjut pada kerusakan

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang umum dijumpai pada masyarakat khususnya bagi yang tinggal di iklim tropis seperti Indonesia, namun banyak dari masyarakat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008

SKRIPSI. Oleh : YENNYFARIDHA K FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2008 OPTIMASI FORMULASI SEDIAAN TABLET TEOFILIN DENGAN STARCH 1500 SEBAGAI BAHAN PENGIKAT DAN NATRIUM ALGINAT SEBAGAI BAHAN PENGHANCUR DENGAN MODEL SIMPLEX LATTICE DESIGN SKRIPSI Oleh : YENNYFARIDHA K100040034

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. B. Tempat Dan Waktu Penelitian ini di lakukan pada tanggal 20 Februari 2016 sampai 30 November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses normal seiring dengan pertambahan usia, kulit akan mulai mengendur dan berkerut. Hal ini disebabkan fungsi fisiologis dari organ terutama kulit mulai

Lebih terperinci

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel

Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na + BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bentonit Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang mempunyai kandungan utama mineral smektit (montmorillonit) dengan kadar 85-95% bersifat plastis dan koloidal tinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ, salah satunya adalah kulit. Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier protektif yang dapat mencegah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

Formulasi Ekstrak Daun Kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) dalam Bentuk Gel Anti Acne

Formulasi Ekstrak Daun Kokang (Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.) dalam Bentuk Gel Anti Acne Formulasi Ekstrak Daun Kokang (Lepisanthes amoena dalam Bentuk Gel Anti Acne Formulation of Kokang (Lepisanthes amoena Leaves Extract in Anti-acne Gel Husnul Warnida 1, Yullia Sukawati 2 Akademi Farmasi

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan sebagian besar wilayahnya adalah daerah hutan yang memiliki banyak kekayaan alam berupa tanaman. Tanaman asli Indonesia

Lebih terperinci

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu

/ ml untuk setiap mg dari dosis oral, yang dicapai dalam waktu 2-3 h. Setelah inhalasi, hanya sekitar 10% -20% dari dosis dihirup mencapai paruparu BAB 1 PENDAHULUAN Terbutalin sulfat merupakan obat yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit asma bronkial. Asma bronkial adalah suatu keadaan dimana saluran nafas mengalami penyempitan peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu contoh jenis tanaman obat yang bisa dimanfaatkan yaitu daun pepaya (Carica papaya). Menurut penelitian Maniyar dan Bhixavatimath (2012), menunjukkan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk-bentuk Sediaan Obat Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk sediaan obat 1. Sediaan Padat 2. Sediaan Setengah Padat 3. Sediaan Cair 4. Sediaan Gas Sediaan Padat Sediaan Padat 1. Pulvis/Pulveres/Serbuk

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan produk herbal saat ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Tidak hanya kalangan menengah ke bawah, tetapi kalangan atas pun kini mulai menggunakannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut tersusun dari beberapa komponen jaringan, yang merupakan pintu masuk utama mikroorganisme atau bakteri. Daerah di dalam mulut yang rentan terhadap serangan bakteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radikal bebas adalah sebuah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan pada orbital terluarnya (Clarkson dan Thompson, 2000)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan baku dilakukan untuk menjamin kualitas bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 4.1 dan 4.2 menunjukkan hasil pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan

Lebih terperinci

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101

FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 FORMULASI GRANUL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA. L) MENGGUNAKAN AEROSIL DAN AVICEL PH 101 Supomo *, Dayang Bella R.W, Hayatus Sa`adah # Akademi Farmasi Samarinda e-mail: *fahmipomo@gmail.com,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon

I PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel Zat warna sebagai bahan tambahan dalam kosmetika dekoratif berada dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Paye dkk (2006) menyebutkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pikiran, (6) Hipotesa dan (7) Tempat dan

Lebih terperinci

Nama Sediaan Kosmetika Tujuan Pemakaian II. Karakteristik Sediaan

Nama Sediaan Kosmetika Tujuan Pemakaian II. Karakteristik Sediaan Nama Sediaan Kosmetika : Hand sanitizer alami I. Tujuan Pemakaian : Membersihkan kulit dengan kemampuan membunuh bakteri yang ada di tangan tanpa harus dibilas Memberikan efek melembutkan pada tangan II.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah

Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 1. Surat keterangan hasil identifikasi tumbuhan jahe merah Lampiran 2. Gambar tumbuhan jahe merah Lampiran 3. Gambar makroskopik rimpang jahe merah Rimpang jahe merah Rimpang jahe merah yang diiris

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, kaum wanita banyak yang menggunakan berbagai macam sediaan kosmetika baik yang berfungsi untuk merawat kulit maupun untuk tata rias. Adapun sediaan kosmetika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Kategori penelitian dan rancangan percobaan yang digunakan adalah kategori penelitian eksperimental laboratorium. 1. Tempat Penelitian Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit degeneratif yang termasuk didalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Diabetes mellitus merupakan suatu jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya menjaga kesehatan kulit dengan menggunakan produk kosmetika telah dilakukan banyak orang khususnya oleh kaum wanita terutama pada bagian wajah.

Lebih terperinci