BAB 1V PEMBAHASAN. IV. 1. Analisa Surat Permohonan Banding Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1V PEMBAHASAN. IV. 1. Analisa Surat Permohonan Banding Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang"

Transkripsi

1 BAB 1V PEMBAHASAN IV. 1. Analisa Surat Permohonan Banding Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak 2004 PT. LM Perbedaan antara laporan keuangan fiskal oleh Fiskus dan laporan keuangan komersial oleh Wajib Pajak dalam mengakui pendapatan dan beban akan menyebabkan perbedaan antara laba fiskal dan laba komersial, menurut undang-undang perpajakan beban yang terdapat dalam laporan keuangan komersial tidak semua dapat dijadikan beban fiskal, oleh karena itu Fiskus dalam memeriksa laporan keuangan komersial perusahaan melakukan koreksi untuk menyesuaikan data laporan keuangan tersebut dengan laporan keuangan fiskal yang sesuai undang-undang. Koreksi positif atas laporan keuangan akan menyebabkan dikeluarkannya SKPKB yaitu surat keputusan yang diterbitkan untuk menentukan jumlah pajak yang terutang, kredit pajak, jumlah kekurangan pokok pajak, sanksi, dan jumlah yang masih harus dibayar. Atas penerbitan SKPKB tersebut sering terjadi perbedaan pendapat atas Fiskus dan Wajib Pajak, sehingga untuk untuk mencari kebenaran atas perhitungan yang dilakukan oleh Wajib Pajak diajukanlah keberatan atas perhitungan pajak dan penerbitan SKPKB tersebut, namun pengajuan keberatan diajukan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang sebenarnya adalah Fiskus bagi Wajib Pajak sangat tidak adil maka dari itu diajukanlah banding ke Pengadilan Pajak untuk mencari kebenaran atas perhitungan pajaknya. PT. LM sebagai wajib pajak mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang tak lain adalah Fiskus yang memeriksa laporan keuangan PT. LM, oleh 50

2 sebab itulah keberatan yang diajukan PT. LM ditolak. Atas ditolaknya keberatan yang diajukan oleh PT. LM maka PT. LM mengajukan banding ke Pengadilan Pajak atas koreksi yang dilakukan oleh Fiskus, dan keberatan PT. LM atas koreksi Fiskus adalah sebagai berikut : Sesuai pemberitahuan Hasil Pemeriksaan Fiskus Nomor : Lap- XX/WPJ.XX/BD.XXXX/2006 tanggal 28 Maret 2006 terdapat koreksi fiskal positif, sebagai berikut : 1. Pokok Sengketa: Koreksi atas Peredaran Usaha sebesar Rp Dalam permohonan bandingnya, PT. LM menjelaskan bahwa dalam bulan Maret 2004 ada pembatalan pencatatan penjualan CPO dengan Nomor Kontrak : 09/LMR/KTR-MSK/LOK/III/2004 melalui jurnal koreksi MJ/012 tanggal 31 Maret 2004 sebesar Rp dan tidak ada penerimaan uang sebesar tersebut di rekening koran bank. Dan dalam bulan April 2004 terdapat perhitungan sebesar Rp terdiri dari: - Pembayaran klaim mutu dengan BNA006 tanggal 2 April 2004 : Rp Kesalahan Jurnal No. 07/LMR/KTR-MKS/LOK/2004 melalui Jurnal koreksi MJ/002 tanggal 30 April 2004 : Rp Rp Sedangkan menurut Fiskus, koreksi sebesar Rp dilakukan karena koreksi tersebut adalah klaim mutu yang tidak didukung dengan nota retur ataupun retur penjualan pada SPT Masa PPN. Dan untuk pembatalan penjualan atas MJ/012 tanggal 31 Maret 2004 PT. LM tidak dapat membuktikan bukti pendukung atas koreksi tersebut. Sedangkan untuk penjualan CPO bulan April 2004 terdapat koreksi berupa : - Pembayaran klaim mutu dengan BNA006 tanggal 2 April 2004 : Rp

3 - Kesalahan Jurnal No. 07/LMR/KTR-MKS/LOK/2004 melalui Jurnal koreksi MJ/002 tanggal 30 April 2004 : Rp Rp Tetapi PT. LM tidak dapat memberikan bukti pendukung atas transaksi tersebut. Berdasarkan pemeriksaan atas bukti-bukti dan analisa pengajuan keberatan oleh PT. LM dan hasil pemeriksaan oleh Fiskus, maka penulis berkesimpulan mengenai uang yang masuk dari adanya penjualan CPO bulan Maret 2004 sebesar Rp , tidak terdapat bukti yang menyebutkan adanya pembatalan penjualan tersebut dan dinyatakan menurut Fiskus sebagai pendapatan yang kurang dilaporkan oleh PT. LM. Lalu atas pembayaran Klaim Mutu sebesar Rp tanggal 2 April 2004 berdasarkan penelitian penulis atas invoice dan klaim mutu dari customer diketahui bahwa biaya sebesar Rp adalah merupakan pembayaran klaim mutu, sehingga penulis berkesimpulan bahwa nilai sebesar Rp bukanlah Peredaran Usaha PT. LM, sehingga koreksi atas koreksi Fiskus atas Peredaran Usaha sebesar Rp tidak dapat diterima. Dan atas adanya pembatalan pencatatan penjualan sebesar Rp majelis berkesimpulan bahwa PT. LM tidak dapat menunjukkan bukti lain selain buku besar untuk mendukung perlunya dilakukan pembatalan pencatatan sehingga koreksi fiskus atas penjualan sebesar Rp tetap diterima. Sehingga atas sengketa Peredaran Usaha, majelis berketetapan bahwa koreksi yang tidak dapat diterima sebesar Rp dan koreksi Fiskus yang dapat diterima adalah sebesar Rp terdiri dari (Rp ). Menurut penulis dengan ketetapan majelis karena klaim mutu sebesar Rp yang dikemukakan oleh Pemohon Banding mempunyai bukti yaitu 52

4 invoice dan retur penjualan dari customer, tetapi akan lebih lagi kalau melakukan pengecekan langsung arus uang dan arus barang apakah sesuai atau tidak, Sedangkan pembatalan penjualan sebesar Rp tidak terdapat bukti yang menguatkan yaitu invoice ataupun retur penjualan dari customer, sehingga koreksi majelis atas banding Pemohon Banding yang tetap dipertahankan sebesar Rp terdiri dari (Rp ). 2. Pokok Sengketa: Penghasilan Dari Luar Usaha Sebesar Rp Menurut PT. LM dalam bandingnya bahwa koreksi atas penghasilan luar usaha tidak dibenarkan karena terdapat bukti dalam Berita Acara Penghapusan Persediaan. Dan mempunyai perhitungan sebagai berikut : - SCE Penghapusan Persediaan Rp LNE Penghapusan Persediaan Rp Rp Menurut Fiskus bahwa perhitungan atas koreksinya adalah sebagai berikut : - SCE Penghapusan Persediaan Rp. 0,00 - LNE Penghapusan Persediaan Rp. 0,00 Rp. 0,00 - SCE Penghapusan Persediaan (Rp ) - LNE Penghapusan Persediaan (Rp ) (Rp ) Koreksi Rp Bahwa koreksi itu dilakukan karena PT. LM tidak memberikan Berita Acara Penghapusan Persediaan tersebut, dan alasan yang diungkapkan PT. LM pada dasarnya sama dengan alasan PT. LM saat mengajukan keberatannya 53

5 Hasil analisa majelis dan berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta, berkesimpulan bahwa PT. LM hanya memberikan fotokopi Berita Acara Pemusnahan Persediaan yang ditandatangani pihak internal tanpa disaksikan oleh pihak eksternal sehingga majelis tidak dapat meyakini dokumen yang disampaikan oleh PT. LM, dan majelis berketetapan bahwa koreksi atas Biaya Diluar Usaha sebesar Rp tetap dipertahankan. Menurut pendapat penulis bahwa penghapusan persediaan yang dilakukan oleh Pemohon Banding tidak bisa dipercaya sepenuhnya karena penulis merasa bahwa bisa saja Pemohon Banding sengaja menghapus persediaan agar dinilai rugi atas biaya produksi sehingga dapat mengurangi penghasilan bruto perusahaan, dan juga mengapa persediaan yang masih tersisa tidak dijual atau dihabiskan dengan cara memberikan potongan harga agar mendapatkan penghasilan dari penjualan tersebut walaupun keuntungan yang diterima sedikit, dan karena tidak terdapat bukti kuat atas pihak diluar perusahaan (intansi pemerintah yang disumpah (Polri, Pemda yang terkait) yang ikut menyaksikan pemusnahan persediaan maka penulis sependapat dengan majelis agar koreksi Terbanding tetap dipertahankan. 3. Pokok Sengketa: Koreksi Atas Biaya Pemasaran/Promosi sebesar Rp Menurut PT. LM sebagai Pemohon Banding bahwa koreksi atas biaya Pemasaran/Promosi sebesar Rp adalah biaya Pajak Ekspor yang harus PT. LM bayarkan untuk kepentingan ekspor, namun PT. LM berpendapat bahwa didalam Undang-Undang PPh Pasal 9 ayat (1) keterangan (a) sampai dengan (k), PT. LM tidak menemukan peraturan yang mengharuskan koreksi atas biaya ekspor tersebut. 54

6 Menurut Fiskus sebagai Terbanding bahwa koreksi yang dimaksud sebagai berikut : - Biaya Pemasaran & Promosi cfm Pemeriksa : Rp Biaya Pemasaran & Promosi cfm Pemohon Banding : Rp Koreksi Rp bahwa koreksi tersebut adalah atas Biaya Ekspor yang digunakan untuk membayar pajak dan bea cukai yang berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU PPh harus dilakukan koreksi; bahwa koreksi atas biaya pemasaran/promosi sebesar Rp yang dilakukan oleh Fiskus merupakan koreksi atas pembayaran biaya ekspor yang diketahui dari buku besar PT. LM. PT. LM telah memberikan bukti berupa bank voucher, kuitansi pembayaran dan bukti pengiriman uang, namun dari dokumen yang diberikan tersebut tidak dapat diyakini kebenarannya karena pembayaran dan pengiriman uang ditujukan kepada kepada perorangan dan bukan kepada perusahaan pengurusan jasa ekspor, selain itu alasan yang diajukan banding sama dengan ketika PT. LM mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak. Hasil analisa majelis bersama dengan terbanding dan Pemohon Banding melakukan pemeriksaan atas bukti pendukung, berupa: - Voucher Pengeluaran atas Biaya Ekspor - Buku Besar Akuntansi - SSPCP Menurut Pemohon Banding bahwa biaya pemasaran /promosi tersebut merupakan biaya pajak ekspor yang harus dibayararkan untuk kepentingan ekspor dan dari dokumen yang disampaiakan oleh pemohon banding hanya ada 2 lembar surat Tanda Bukti Setor yaitu sebesar Rp ,84 dan Rp , akan tetapi berdasarkan buku besar 55

7 perkiraan yang disampaikan PT. LM tidak ada pencatatan biaya ekspor sejumlah tersebut diatas, sehingga penulis tidak dapat meyakini dokumen yang disampaikan oleh PT. LM. Karena PT. LM sebagai Pemohon banding tidak dapat memberikan bukti atas Biaya Pajak Ekspor sebesar Rp berdasarkan bukti dan fakta di persidangan maka majelis berketetapan bahwa koreksi Fiskus sebagai Terbanding atas Biaya Pemasaran/Promosi tetap dipertahankan. Penulis sependapat dengan analisa majelis karena pembayaran Pajak Ekspor tidak dilakukan langsung ke kantor pabean melainkan ke perorangan, sehingga kebenaran tentang pembayaran Pajak Ekspor diragukan, ini sesuai Peraturan dari Direktorat Bea dan Cukai : PP No.22 tahun Pokok Sengketa : Kredit Pajak sebesar Rp Menurut Fiskus sebagai Terbanding bahwa atas koreksi tersebut telah dilakukan konfirmasi ulang sebagai berikut : - S-1132/PJ.071/2007 tanggal 16 April 2007 kepada Bank BCA Banjarmasin - S-1053/PJ.071/2007 tanggal 13 April 2007 kepada KPP Setiabudi Satu Sampai saat penulis melakukan analisa ini belum ada konfirmasi yang diterima, namun dari menu MP3 diketahui bahwa telah dilakukan pembayaran oleh PT. SA NPWP 01.XXX.XXX.X-XXX selaku pemotong PPh Pasal 23 sebesar Rp pada tanggal 10 Januari 2005 atas masa pajak Desember 2004, sehingga koreksi atas Kredit Pajak menjadi sebesar : - Kredit Pajak cfm Terbanding : Rp Kredit Pajak cfm Pemohon Banding : Rp

8 Koreksi Rp Dan telah ditetapkan dalam KEP-349/PJ.07/2007 tanggal 21 Mei 2007 yang menerima sebagian keberatan PT. LM. Menurut PT. LM sebagai Pemohon Banding bahwa koreksi atas Kredit Pajak sebesar Rp dan seluruh kredit pajak sebesar Rp , dengan alasan bahwa seluruh pembayaran pajak telah dan selalu PT. LM lakukan melalui bank resmi yang ditunjuk untuk menerima pembayaran dan di cap sebagai bukti sahnya pembayaran Pemohon Banding. Hasil analisa majelis terhadap bukti-bukti berupa Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor tanggal 8 Oktober 2004 sebesar Rp dan Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam Rangka Impor 8 Oktober 2004 sebesar Rp diketahui disetorkan melalui Bank BCA Cabang Banjarmasin. Maka berdasarkan bukti-bukti dan fakta-fakta majelis berketetapan bahwa bukti surat setoran tersebut diatas adalah merupakan pembayaran Pemohon Banding, sehingga dapat dikreditkan. Penulis sependapat dengan analisa majelis atas Kredit Pajak Pemohon Banding sebesar Rp karena terdapat bukti setoran pabean, cukai dan pajak dalam rangka impor dan disetor melalui BCA (Sebagai bank persepsi menurut Surat Edaran SE-02/PJ/2003) cabang Banjarmasin dan bank tersebut harus bersedia diperiksa atas pelaksanaan pengelolaan setoran penerimaan negara yang diterima (menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 296/KMK.03/2003) agar tidak terjadi penyelewengan oleh pihak bank, sehingga menurut penulis koreksi Terbanding tidak dapat dipertahankan. 57

9 Tabel 4.1 Hasil Analisa Penulis atas SKPKB PPh Badan PT. LM Menurut Menurut Koreksi Koreksi No. Pos-pos yang dikoreksi dan Pemohon Terbanding Terbanding Menurut Perhitungan Pajak Terutang Banding (WP) (Pemeriksa) Pengadilan Pajak (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Peredaran Usaha Bruto ( ) ( ) 2. Harga Pokok Penjualan Laba Bruto ( ) ( ) 4. Penghasilan bruto dari luar usaha Jumlah penghasilan bruto ( ) ( ) 6. Pengurangan Penghasilan Bruto Penghasilan neto dalam negeri ( ) ( ) 8. Penghasilan neto luar negeri Jumlah penghasilan neto ( ) ( ) 10. Penghasilan tidak kena pajak Kompensasi kerugian Penghasilan kena pajak ( ) ( ) 13. Pajak Penghasilan terutang PPh yang dipotong/dipungut pihak lain & PPh yang dibayar diluar negeri

10 15. PPh yang kurang/(lebih) dibayar ( ) ( ) PPh yang dibayar sendiri PPh yang kurang/(lebih) dibayar ( ) ( ) Sanksi administrasi : Bunga Pasal 13 (2) KUP ( ) Jumlah yang masih harus dibayar ( ) ( ) IV. 2. Analisa Surat Permohonan Banding Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Pasal 21 Masa Januari Desember 2004 PT. LM 1. Pokok Sengketa: Koreksi Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Sebesar Rp Menurut Fiskus sebagai Pemeriksa dan Terbanding bahwa berdasarkan hasil perbandingan antara obyek PPh pasal 21 yang telah dikenakan PPh Pasal 21 oleh Pemohon Banding dengan biaya yang menjadi objek PPh Pasal 21 menurut Pemeriksa, diketahui terdapat selisih obyek PPh Pasal 21 yang belum dilaporkan oleh Pemohon Banding, dengan perhitungan sebagai berikut : Obyek PPh Pasal 21 menurut Pemohon Banding Rp Obyek PPh Pasal 21 belum dilaporkan : Gaji, Upah, Bonus, Honorarium, THR, dsb Rp Biaya/tunjangan transportasi Rp Lain-lain Rp Obyek PPh Pasal 21 menurut Pemeriksa Rp

11 Koreksi obyek PPh Pasal 21 Rp bahwa Pemeriksa telah mengirimkan surat permintaan data, namun PT. LM sebagai Pemohon Banding tidak memberikan data untuk penyelesaian keberatan sebelum banding dilayangkan oleh PT. LM. Menurut PT. LM sebagai Pemohon Banding, bahwa PT. LM tidak dapat menerima koreksi yang dilakukan oleh Pemeriksa dengan alasan, sebagai berikut : - Biaya Gaji, Upah, Bonus, THR (saldo buku besar) Rp (-) Tunjangan Dana Pensiun (non obyek PPh Pasal 21) Rp. ( ) (-) Tunjamgan Jamsostek JHT (non obyek PPh Pasal 21) Rp. ( ) Saldo yang seharusnya di SPT Tahunan PPh Pasal 21 Rp bahwa biaya tunjangan transportasi sebesar Rp merupakan biaya untuk perjalanan direksi untuk mengunjungi kebun / pabrik yang berada ada diluar Jakarta, dan menurut PT. LM biaya tersebut bukan obyek PPh Pasal 21 karena tidak ada hubungannya dengan pendapatan karyawan. Selain itu Biaya lain-lain sebesar Rp , PT. LM tidak menemukan rincian atas perhitungan tersebut. Hasil analisa majelis berdasarkan bukti-bukti pendukung dari PT. LM berupa : - Rekap Jamsostek - Bank voucher pembayaran Jamsostek, - Copy Kwitansi Jamsostek Januari-Desember 2004, - Buku Besar Akun dan KEP-0XX/XX.XX/1999 tentang Pengesahan atas Peraturan Dana Pensiun dari Dana Pensiun SI, - Surat Direktorat Jendral Pajak Nomor : S-XXX/XX.XX/2003 tanggal 24 Maret 2003, - Copy SPT Tahunan PPh Pasal 21 Tahun 2004; 60

12 bahwa koreksi obyek PPh Pasal 21 sebesar Rp diperoleh Pemeriksa dari buku besar dengan perhitungan : - Obyek 21 cfm Pemeriksa Rp * - Obyek 21 cfm Pemohon banding Rp Koreksi Rp ** *Dengan perhitungan obyek PPh Pasal 21 Pemeriksa terdiri dari : - Gaji, Upah, Bonus, Honorarium, THR, dsb Rp Biaya Transportasi Rp Lain-lain Rp Rp **Untuk koreksi atas obyek PPh Pasal 21 sebesar Rp , yang terdiri dari : 1. Iuran Pensiun sebesar Rp Bahwa berdasarkan penelitian majelis terhadap bukti-bukti dan fakta-fakta, majelis berpendapat bahwa Iuran Pemberi Kerja adalah Iuran Pensiun Pegawai yang dibayarkan Pemohon banding kepada Dana Pensiun Salim Ivomas Pratama yang telah mendapat persetujuan Menteri Keuangan sesuai Surat Menteri Keuangan Nomor : S- 087/KM.17/1999 tanggal 8 Februari 1999, sehingga majelis berketetapan koreksi Terbanding atas Iuran Pensiun sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Menurut penulis, Surat Menteri Keuangan Nomor : S-087/KM.17/1999 dikeluarkan setelah diterbitkan Peraturan atas Dana Pensiun Pemberi Kerja PP No.76 Tahun 1992, sesuai Pasal 4 (L) PP No.76 Tahun 1992 bahwa iuran pemberi kerja, termasuk kewajiban pemberi kerja untuk membayar iuran pensiun pegawai, dan sesuai Pasal 2 PP No.76 Tahun 1992 bahwa setiap pembentukan dana pensiun disahkan oleh menteri, dan Dana tersebut dikembalikan kepada pegawai pemberi kerja yang berhak 61

13 sesuai dengan manfaat dan iuran awal. Dan menurut Pasal 6 ayat (1c) Undang-Undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan bahwa iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya, jadi menurut penulis Iuran Pensiun Pemohon Banding dapat dijadikan biaya untuk mengurangi penghasilan bruto, dan pengertian dari Pasal 4 ayat (3g) dalam hal tidak termasuk sebagai Objek Pajak yang menyebutkan iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai adalah untuk dana pensiun bukan pemberi kerja karena dana tersebut akan dibayarkan kembali kepada pemberi kerja. Sehingga menurut penulis koreksi dari Terbanding tidak dapat dipertahankan. 2. Biaya Jamsostek sebesar Rp Berdasarkan penelitian majelis atas SPT Masa PPh Pasal 21 Tahun 2004, Rekening Koran, Payment Voucher, Pembayaran Jamsostek dan Buku Besar, dan faktafakta yang terungkap dalam persidangan, majelis berpendapat bahwa Biaya Jamsostek adalah pembayaran jaminan hari tua yang dibayarkan PT. LM kepada Jamsostek sehingga majelis berkesipulan bukan merupakan objek pajak sesuai dengan Pasal 7 huruf (c) Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor : KEP-545/PJ/2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh 21 dan Pasal 26 sehubungan Pekerjaan, Jasa, dan kegiatan Orang Pribadi yaitu tidak termasuk penghasilan yang dipotong PPh 21 adalah iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan Iuran Jaminan 62

14 Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja, sehingga majelis berketetapan bukan merupakan objek PPh Pasal 21, dan koreksi Terbanding atas Biaya Jamsostek sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Menurut penulis sesuai Pasal 21 ayat (1a dan c) bahwa Pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan namadan dalam bentuk apapun yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, wajib dilakukan oleh : a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai. c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain dengan nama apapun dalam rangka pensiun Dan yang tidak termasuk dalam pengertian yang dipotong PPh Pasal 21 sesuai dengan Pasal 7 (c) Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor : KEP-545/PJ/2000 adalah Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan Iuran Jaminan Hari Tua kepada badan penyelenggara Jamsostek yang dibayar oleh pemberi kerja. Dalam hal ini Pemohon Banding membayarkan jaminan hari tua kepada Jamsostek, dengan demikian biaya Jamsostek tersebut tidak dipotong PPh Pasal 21, dan sesuai Pasal 8 ayat (1b) bahwa Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sehingga penulis berpendapat bahwa koreksi terbanding tidak dapat dipertahankan. 63

15 3. Biaya Perjalanan Dinas sebesar Rp Bahwa berdasarkan penelitian majelis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui biaya sebesar Rp adalah merupakan biaya untuk perjalanan direksi untuk mengunjungi kebun/pabrik yang berada ada diluar Jakarta, sehingga berdsarakan bukti-bukti, majelis berketetapan bukan merupakan obyek PPh Pasal 21, oleh karenanya koreksi atas biaya Perjalanan Dinas sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Menurut penulis atas Biaya Perjalanan Dinas bahwa terdapat bukti berupa Kuitansi, Invoice, Tiket, Rekening Koran, dan Bank Voucher, selain fakta dalam pesidangan. Maka atas bukti dan fakta diatas penulis sependapat dengan majelis atas koreksi Terbanding yang tidakdapat dipertahankan. 4. Biaya Lain-lain sebesar Rp Bahwa Koreksi Biaya Lain-lain sebesar Rp merupakan biaya sebagai berikut : 4.1 Kas Keluar (CK) sebesar Rp Berdasarkan penelitian majelis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui bahwa biaya sebesar Rp adalah merupakan biaya konsumsi, uang makan supir, dan lain sebagainya. Sehingga atas pemeriksaan buktibukti dan fakta-fakta, majelis berketetapan bukan merupakan obyek PPh Pasal 21, oleh karenanya koreksi Terbanding atas Kas Keluar (CK) sebesar Rp tidak apat dipertahankan. Menurut Pasal 4 (3) Undang-Undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan bahwa Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan bukan dalam bentuk uang, bukan merupakan objek PPh Pasal 21, akan tetapi dengan 64

16 adanya bukti setor kepada bank itu menandakan adanya aliran uang yang keluar, apabila uang tersebut digunakan untuk pembelian barang, atau dalam bentuk natura lainnya maka harus terdapat bukti pembelian dari penjual, kuitansi, invoice, dan bukti lainnya. Dan juga kata lain sebagainya dalam rekap putusan juga kurang jelas digunakan untuk apa, bisa saja itu adalah tunjangan atau honor dari perusahaan. sehingga penulis berpendapat bahwa penulis kurang sependapat dengan majelis atas ketetapan yang dikeluarkan tersebut. 4.2 Memorial Factory (MF) sebesar Rp Berdasarkan penelitian majelis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui bahwa biaya sebesar Rp adalah merupakan biaya alokasi pengobatan, perumahan, alokasi mess. Sehingga atas pemeriksaan bukti-bukti dan fakta-fakta, majelis berketetapan bukan merupakan obyek PPh Pasal 21, oleh karenanya koreksi Terbanding atas Memorial Factory (MF) sebesar Rp Menurut Pasal 4 (3) Undang-Undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan bahwa Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan bukan dalam bentuk uang, bukan merupakan objek PPh Pasal 21, sehingga penulis sependapat dengan majelis dan koreksi Terbanding tidak dapat dipertahankan. 4.3 Memorial Payroll (MPU-02) - Upah sebesar Rp Berdasarkan penelitian penulis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui bahwa biaya sebesar Rp merupakan Memorial Payroll (MPU-02) - Upah, oleh karena itu majelis berpendapat bahwa Memorial Payroll (MPU-02) - Upah adalah merupakan obyek PPh Pasal 21. Dan juga berdasarkan penelitian majelis terhadap SPT Tahunan PPh pasal 21 Tahun 2004 diketahui PT. LM telah perhitungkan, setor, dan laporkan kepada KPP Banjarbaru. Oleh karenanya koreksi 65

17 Terbanding atas Memorial Payroll (MPU-02)-Upah sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Penulis pendapat Memorial atas upah tersebut memang merupakan upah yang sama dengan gaji yang sudah dilakukan pemotongan oleh Pemohon Banding tetapi dalam hal ini Terbanding melakukan lagi koreksi karena merasa upah tersebut belum dipotong dan disetorkan, maka dengan analisa pengadilan berdasarkan bukti-bukti yang ada yaitu Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Bank Voucher. Bahwa Pemohon Banding telah memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan kepada KPP Banjarbaru atas Upah tersebut. 4.4 Memorial Payroll (MPU-03 ) - Pengobatan sebesar Rp Berdasarkan penelitian majelis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui bahwa biaya sebesar Rp merupakan alokasi biaya pengobatan dimana sebagai pengusaha didaerah terpencil sesuai KEP- 58.PDT/WPJ.04/1996 tanggal 12 April Sehingga berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti, majelis berketetapan bahwa biaya sebesar Rp merupakan alokasi biaya pengobatan dimana sebagai pengusaha didaerah terpencil sesuai KEP-58.PDT/WPJ.04/1996 tanggal 12 April 1996, oleh karenannya koreksi Terbanding atas Memorial Payroll (MPU-03)-Pengobatan sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Penulis berpendapat bahwa KEP-58.PDT/WPJ.04/1996 harus ditinjau ulang, seiring jalannya waktu dan perkembangan daerah tersebut karena terdapat perusahaan yang melakukan usaha didaerah tersebut dan membayar pajaknya disana, pastilah berusaha untuk membangun daerah tersebut agar menjadi daerah yang berkembang dari sebelumnya. Namun menurut Pasal 4 ayat 4 Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 66

18 KEP 213 PJ.2001 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diberikan untuk jangka waktu 10 tahun yang berlaku sejak tahun pajak diterbitkannya keputusan dan dapat diperpanjang kembali tetapi peraturan tersebut berlaku milai tahun Tahun Pajak yang dibanding oleh Pemohon Banding adalah tahun 2004, dan menurut penulis apakah sejak tahun 1996 hingga 2004 daerah tersebut tidak ada perkembangan, menurut penulis Direktorat Jenderal Pajak harus meninjau ulang apakah daerah tempat Pemohon Banding berusaha memang masih terpencil atau sudah berkembang. Maka karena hal tersebut diatas penulis kurang sependapat dengan putusan pengadilan karena seharusnya Keputuan mengenai Pengusaha Daerah Terpencil dipakai sejak tahun 2001 menurut peraturan terbaru, karena tahun pajak Pemohon Banding adalah tahun Memorial Payroll (MPU-04) -Perumahan sebesar Rp Berdasarkan penelitian majelis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui bahwa biaya sebesar Rp merupakan alokasi biaya perumahan dimana sebagai pengusaha didaerah terpencil sesuai KEP- 58.PDT/WPJ.04/1996 tanggal 12 April Sehingga berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti, penulis berpendapat bahwa biaya sebesar Rp merupakan alokasi biaya perumahan dimana sebagai pengusaha didaerah terpencil sesuai KEP-58.PDT/WPJ.04/1996 tanggal 12 April 1996, oleh karenannya koreksi Terbanding atas Memorial Payroll (MPU-04)-Perumahan sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Penulis berpendapat bahwa KEP-58.PDT/WPJ.04/1996 harus ditinjau ulang, karena seiring jalannya waktu dan perkembangan daerah tersebut karena terdapat perusahaan yang melakukan usaha didaerah tersebut, pastilah berusaha untuk membangun daerah tersebut agar menjadi daerah yang berkembang dari sebelumnya. 67

19 Namun menurut Pasal 4 ayat (4) Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP 213 PJ.2001 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) diberikan untuk jangka waktu 10 tahun yang berlaku sejak tahun pajak diterbitkannya keputusan dan dapat diperpanjang kembali tetapi peraturan tersebut berlaku milai tahun Tahun Pajak yang dibanding oleh Pemohon Banding adalah tahun 2004, dan menurut penulis apakah sejak tahun 1996 hingga 2004 daerah tersebut tidak ada perkembangan, menurut penulis Direktorat Jenderal Pajak harus meninjau ulang apakah daerah tempat Pemohon Banding berusaha memang masih terpencil atau sudah berkembang. Maka karena hal tersebut diatas penulis kurang sependapat dengan putusan pengadilan karena seharusnya Keputuan mengenai Pengusaha Daerah Terpencil dipakai sejak tahun 2001 menurut peraturan terbaru, karena tahun pajak Pemohon Banding adalah tahun Bank Keluar (BK) sebesar Rp Berdasarkan penelitian majelis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui bahwa biaya sebesar Rp adalah merupakan biaya buruh kapal. Sehingga berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti dan faktafakta, majelis berketetapan bahwa biaya sebesar Rp adalah merupakan biaya buruh kapal, oleh karena itu koreksi Terbanding atas Bank Keluar (BK) sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Menurut Pasal 4 (3d) Undang-Undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan bahwa Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura atau kenikmatan bukan dalam bentuk uang, bukan merupakan objek PPh 21. Menurut penulis, terdapat pengiriman uang melalui bank, dan ini jelas dalam bentuk uang bukan dalam bentuk kenikmatan atau natura. 68

20 4.7 Memorial Stock (MSU001) sebesar Rp Berdasarkan penelitian majelis atas Kuitansi, Invoice, Rekening Koran, Tiket, Bank Voucher diketahui bahwa biaya sebesar Rp adalah merupakan pembelian pakaian seragam. Sehingga berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap buktibukti dan fakta-fakta, majelis berketetapan bahwa biaya sebesar Rp adalah merupakan pembelian pakaian seragam, oleh karena itu koreksi Terbanding atas Memorial Stock sebesar Rp tidak dapat dipertahankan. Menurut Pasal 6 (1a) Undang-Undang No.17 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan yang dapat mengurangi penghasilan bruto adalah bahwa termasuk biaya pembelian bahan, biaya berkenaan dengan pekerjaan, tetapi dalam hal ini tidak terdapat bukti atas Faktur PPN dari penjual, sehingga pembelian atas pakaian seragam tersebut diragukan kebenarannya, dengan demikian penulis berpendapat ketetapan majelis atas koreksi Terbanding bisa diperiksa lebih seksama dengan melihat bukti kuat lainnya. 5. Lainnya sebesar Rp Dalam analisa majelis, Pemohon Banding dalam persidangan tidak membawa bukti atas koreksi lainnya sebesar Rp Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti dan fakta-fakta, koreksi atas lainnya sebesar Rp tetap dipertahankan. Berdasarkan rekap bukti persidangan tidak terdapat bukti perhitungan tentang biaya lainnya, sehingga penulis sependapat dengan majelis dan koreksi Terbanding tetap dipertahankan. 69

21 Tabel 4.2 Hasil Analisa Penulis atas SKPKB PPh Pasal 21 PT. LM No. Pos-pos dalam PPh Pasal 21 Pemohon Banding (Rp) Terbanding (Rp) Koreksi Pengadilan Pajak (Rp) 1. Dasar Pengenaan Pajak Pajak penghasilan Pasal 21 terutang 3. PPh Pasal 21 yang ditanggung Pemerintah 4. PPh Pasal 21 yang telah disetor (Kredit Pajak) 5. PPh Pasal 21 yang kurang (lebih) dibayar \ Kelebihan Pajak yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya Bunga Pasal 13(2) KUP Kenaikan Pasal 13(3) KUP Jumlah PPh Pasal 21 yang masih harus dibayar IV. 3. Analisa Surat Permohonan Banding Atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Pasal 23 Masa Pajak Januari Desember 2004 PT. LM 1. Pokok Sengketa : Koreksi Atas Beban Bunga sebesar Rp Menurut PT. LM sebagai Pemohon Banding, beban bunga sebesar Rp adalah dari perusahaan Leasing PT. SIF atas Sewa Guna Usaha dan telah PT.LM potong sesuai dengan Surat Edaran Nomor : SE-29/PJ.42/1992 tanggal 19 Desember 1992 point 5.3. Atas Pembayaran Sewa Guna Usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal

22 Terbanding melakukan koreksi berdasarkan hasil ekualisasi objek PPh Pasal 23 yang telah dikenakan oleh Pemohon Banding dengan biaya yang menjadi obyek PPh Pasal 23 menurut Terbanding, dengan perhitungan sebagai berikut : Menurut Pemeriksa (Beban Bunga) : - Beban Bunga MG Rp Beban Bunga Leasing AAF Rp Beban Bunga Leasing SIF Rp Rp Menurut Pemohon Banding (Beban Bunga) Rp Koreksi Rp Bahwa ekualisasi diatas adalah untuk biaya yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding dikantor pusatnya, yang meliputi biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi, sedangkan biaya pada komponen HPP tidak dimasukkan dalam ekualisasi karena PPh Pasal 23 terutang pada kantor cabang, KPP Banjar Baru dan untuk pemeriksaannya telah diminta permintaan pemeriksaan lokasi pada Karikpa Banjarmasin. Dan sampai selesai proses keberatan terdahulu, Pemohon Banding tidak memberikan data yang dapat diyakini kebenarannya, Pemohon Bandig hanya memberikan data berupa fotokopi SPT Tahunan PPh Badan dan Laporan Audit Tahun 2004, dimana laporan tersebut hanya laporan konsolidasi, sehingga tidak tersedia cukup data. Dalam persidangan terdapat bukti-bukti pendukung berupa : - Buku Besar Akun , - Buku Besar Akun , - Buku Besar Akun , - Buku Besar Akun , 71

23 - Akta Perjanjian Leasing Swadarma tanggal 12 Juni 2001 Nomor 61, - SE -29/PJ.42/1992 tanggal 19 Desember 1992, - Buku Besar atas Biaya Leasing - Perjanjian Leasing Terbanding melakukan uji materi koreksi PPh Pasal 23 atas Bunga sebesar Rp atas leasing PT. SIF dicatat dalam akun , dan Pemohon Banding belum memotong PPh Pasal 23 atas Biaya sebesar Rp terkait leasing dengan PT. SIF. Sedangkan terkait dengan Koreksi Obyek Pajak PPh Pasal 23 atas bunga sebesar Rp , Pemohon Banding mengemukakan adalah untuk pembayaran leasing bukan Obyek PPh Pasal 23 sesuai SE -29/PJ.42/1992 tanggal 19 Desember Akan tetapi berdasarkan uji materi oleh Terbanding bahwa Terbanding memahami ketentuan yang diatur dalam SE -29/PJ.42/1992 tanggal 19 Desember 1992 akan tetapi diketahui bahwa Pemohon Banding membebankan secara terpisah dalam Buku Besar Biaya Bunga, dan atas pembebanan tersebut belum dilaporkan PPh Pasal 23. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti dan fakta-fakta, majelis berpendapat bahwa Pemohon Banding membebankan secara terpisah dalam Buku Besar Biaya Bunga dan atas pembebanan tersebut belum dilaporkan PPh Pasal 23, sehingga majelis berketetapan koreksi terbanding atas beban bunga sebesar Rp adalah sudah benar dan tetap dipertahankan. Menurut Penulis bahwa biaya bunga tersebut tidak Pemohon Banding masukan ke dalam Buku Besar keseluruhan perusahaan, karena biaya bunga tersebut terdapat dalam Buku Besar yang ada dalam cabang di kebun/pabrik. Sehingga penulis sependapat dengan ketetapan majelis dan koreksi Terbanding tetap dipertahankan. 72

24 2. Pokok Sengketa : Koreksi Sewa Angkutan Darat sebesar Rp Menurut Pemohon Banding bahwa Biaya Angkut TBS dan MKS sebesar Rp PT. LM lakukan sesuai kontrak berdasar banyak atau volume barang, berat barang, jarak tempuh tujuan, sesuai Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-08/PJ.313/1995 tanggal 10 Juli 1995 poin 2.2 maka atas transaksi tersebut bukan merupakan obyek pemotongan PPh Pasal 23. Menurut Fiskus sebagai Terbanding bahwa koreksi tersebut berdasarkan hasil ekualisasi obyek PPh Pasal 23 oleh Pemohon Banding dengan biaya yang menjadi obyek PPh Pasal 23 menurut Pemeriksa, dengan perhitungan sebagai berikut : Menurut Pemeriksa (Sewa Angkutan Darat) : - (SCE) Beban Pengangkutan-Tbs Rp (LNE) Beban pengangkutan-tbs Rp (BKE) Beban Pengangkutan-Tbs Rp (BBF) Alk. Kendaraan Angkut-MKS Rp (BBF) Pengangkutan CPO Truk Luar Rp (BBE) Beban Pengangkutan-Tbs Rp Rp Menurut Pemohon Banding (sewa angkuta darat) : Rp. 0 Koreksi Rp Bahwa ekualisasi diatas adalah untuk biaya yang dikeluarkan oleh Pemohon Banding dikantor pusatnya, yang meliputi biaya penjualan dan biaya umum dan administrasi, sedangkan biaya pada komponen HPP tidak dimasukkan dalam ekualisasi karena PPh Pasal 23 terutang pada kantor cabang, KPP Banjar Baru dan untuk pemeriksaannya telah diminta permintaan pemeriksaan lokasi pada Karikpa Banjarmasin. Sesuai dengan SE 73

25 Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-08/PJ.313/1995 tanggal 10 Juli 1995 point 2.2 jasa angkutan darat yang bukan merupakan obyek PPh Pasal 23 adalah jasa angkutan kendaraan perusahaan angkutan barang, jarak ke tempat tujuan, sepanjang kontrak/perjanjian angkutan yang dibayar berdasarkan banyak atau volume barang, berat barang, jarak ke tempat tujuan, sepanjang kontrak tersebut dibuat semata-mata demi terjaminnya barang yang diangkut tersebut sampai ketempat tujuan pada waktunya. Jadi biaya angkut yang tidak dikenakan biaya PPh Pasal 23 adalah Biaya Angkut yang dibayarkan pada perusahaan jasa pengangkutan/pengiriman (ekspedisi), dalam hal ini Pemohon Banding tidak melakukan pengiriman dengan menggunakan jasa eksdpedisi menurut surat perjanjian kerja Nomor : LNE/SPK-LKL/I/07/003 dan Nomor : LNE/SPK-LVL/IV/07/012, karena dilakukan oleh perorangan selaku kontraktor lokal. Hasil analisa majelis terhadap bukti-bukti dan fakta-fakta dari Pemohon Banding dan Terbanding berupa : - SPK LNE/SPK-LKL/XI/04/0012 tanggal 18 November SPK LNE/SPK-LKL/V/04/009 tanggal 25 Mei SE-08/PJ.313/1995 tanggal 10 Juli SSP Pembayaran Angkut MKS Januari Desember 2004 Menurut Pemohon Banding atas nilai sebesar Rp hasil koreksi Pemeriksa adalah PT. LM lakukan berdasarkan kontrak angkutan darat yang dibayar berdasarkan, jarak ke tempat tujuan, volume barang, berat barang, dan jarak ke tempat tujuan, yaitu sebesar Rp Sedangkan sebesar Rp telah setor dan potongan PPh Pasal 23 dan sisanya sebesar Rp merupakan alokasi Hino dimana aktiva kendaraan tersebut milik Pemohon Banding. 74

26 Dan menurut Terbanding dalam persidangan bahwa Pemohon Banding hanya menunjukkan kontrak sewa truk dengan saudara M. Jude dan saudara Ang Beng Lam, Pemohon Banding belum membawa bukti asli voucher pembayaran dan invoce terkait dengan sewa angkutan darat. Berdasarkan ketentuan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE- 08/PJ.313/1995 tanggal 10 Juli 1995 point 2.2, maka biaya angkut yang tidak dikenakan PPh Pasal 23 adalah biaya angkut yang dibayarkan pada perusahaan jasa pengangkutan/pengiriman (ekspedisi). Bahwa berdasarkan penelitian majelis terhadap bukti berupa Surat Perjanjian Kerja Nomor : LNE/SPK-LKL/I/07/003 dan Nomor : LNE/SPK-LKL/IV/07/012, jasa pengangkutan tersebut dilakukan oleh perorangan selaku kontraktor lokal bukan oleh perusahaan angkutan barang (ekspedisi). Dan Pemohon Banding tidak melakukan pengiriman dengan menggunakan jasa perusahaan ekspedisi dan Pemohon Banding tidak membreikan bukti bahwa saudara M. Jude dan saudara Ang Beng Lam usahanya adalah menyewakan jasa angkutan darat. Bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti dan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan maupun keterangan Pemohon Banding dan Terbanding, majelis berpendapat bahwa jasa angkutan yang dibayar Pemohon Banding bukan termasuk yang tidak dikenakan PPh Pasal 23 sesuai ketentuan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE-08/PJ.313/1995 tanggal 10 Juli 1995, sehingga majelis berketetapan bahwa Sewa Angkutan darat sebesar Rp yang terdiri dari : - (SCE) Beban Pengangkutan-Tbs Rp (LNE) Beban pengangkutan-tbs Rp (BKE) Beban Pengangkutan-Tbs Rp

27 - (BBF) Alk. Kendaraan Angkut-MKS Rp (BBF) Pengangkutan CPO Truk Luar Rp (BBE) Beban Pengangkutan-Tbs Rp adalah merupakan obyek PPh Pasal 23, sehingga koreksi Terbanding atas Sewa Angkutan Darat sebesar Rp sudah benar dan tetap dipertahankan. Menurut pendapat penulis sesuai Direktorat Jenderal Pajak Nomor : SE- 08/PJ.313/1995 poin 2.1, jasa angkutan darat yang tidak dikenakan objek PPh Pasal 23 apabila memakai jasa angkutan kendaraan perusahaan taxi yang disewa sesuai tarif argometer sedangkan Pemohon Banding memakai jasa milik orang pribadi yang bukan merupakan kendaraan angkutan umum, dengan demikian penulis sependapat dengan penulis mengenai Objek Pemotong PPh Pasal 23, sehingga koreksi Terbanding tetap dipertahankan. 3. Pokok Sengketa : Koreksi Perbaikan Ruangan sebesar Rp Menurut Pemohon Banding koreksi perbaikan ruangan sebesar Rp dengan alasan bahwa PT. LM selaku Pemohon Banding telah setor dan memotong PPh Pasal 23 seluruhnya. Sedangkan menurut Terbanding sampai selesainya keberatan sebelum proses banding diajukan, PT. LM sebagai Pemohon banding tidak memberikan data pendukung yang dapat diyakini kebenarannya dan dapat digunakan untuk proses keberatan dan proses banding, karena Pemohon Banding hanya memberikan data berupa fotokopi SPT Tahunan PPh Badan dan Laporan Audit Tahun 2004, karena laporan laporan tersebut merupakan laporan konsolidasi sehingga data yang disajikan tidak cukup. Dan Terdapat bukti-bukti dan fakta-fakta yang terdiri dari : - Buku Besar Akun &

28 - Rekap SSP Sewa Gedung - Bank Voucher pembayaran sewa gedung bulan Maret Desember 2004, - SPT PPh Pasal 4 (2) - Bukti potong PPh Pasal 4 (2) Final - SSP PPh Pasal 4 (2) Final, Dalam persidangan Pemohon Banding mengemukakan bahwa telah setor Obyek PPh Pasal 23 adapun selisihnya sebesar Rp merupakan PPN. Terbanding dalam persidangan mengemukakan koreksi Obyek PPh Pasal 23 sebesar Rp adalah terkait Obyek PPh Pasal 23 atas Servive Pay Term yang dibayarkan Pemohon banding kepada PT. IBN, dan berdasarkan uji materi diketahui bahwa Pemohon Banding belum memotong PPh Pasal 23 atas pembayaran Servive Pay Term sebesar Rp kepada PT. IBN. Bahwa dokumen yang ditunjukkan saat uji materi adalah Bukti potong PPh Pasal 4 (2) Final atas persewaan tanah/bangunan dan SPT Masa PPh Pasal 4 (2) Final, dan juga memperhatikan Invoice dari PT. IBN yang menagih biaya Servive Pay Term adalah Obyek PPh Pasal 23 namun Pemohon Banding belum memotongnya. Dan berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti dan fakta-fakta, majelis berpendapat bahwa biaya Servive Pay Term adalah merupakan Obyek PPh Pasal 23, sehingga majelis berketetapan bahwa koreksi Terbanding atas Perbaikan Ruangan sebesar Rp tetap dipertahankan. Menurut penulis sesuai rekap bukti majelis bahwa tidak terdapat bukti potong atas PPh Pasal 23 dan SSP PPN atas pembayaran kepada PT.IBN. dengan demikian penulis sependapat dengan majelis bahwa koreksi Terbanding tetap dipertahankan. 77

29 4. Pokok Sengketa : Kredit Pajak sebesar Rp Menurut PT. LM sebagai Pemohon Banding bahwa koreksi atas Kredit Pajak sebesar Rp atas SSP bunga wesel PT. MG dengan alasan bahwa seluruh pembayaran pajak telah dan selalu PT. LM lakukan melalui bank resmi yang ditunjuk untuk menerima pembayaran dan di cap sebagai bukti sahnya pembayaran Pemohon Banding. Perhitungan atas koreksi Kredit Pajak sebesar Rp adalah sebagai berikut : - Menurut Pemeriksa Rp Menurut Pemohon Banding Rp Koreksi Rp Bahwa koreksi tersebut berdasarkan data SSP lembar ke-2 dari Intranet Direktorat Jenderal Pajak bahwa jumlah dari lembar ke-2 yang diinput hanya sebesar yang tersebut diatas, dan sampai akhir pemeriksaan belum ada jawaban hasil konfirmasi pihak ketiga. Dan atas koreksi terbanding tersebut telah dilakukan konfirmasi ulang dengan Surat Nomor : S-1180/PJ.071/2007 tanggal 18 April 2007 kepada KPP J1 SB, dan dari data SSP lembar ke-2 dari Intranet Direktorat Jenderal Pajak bahwa jumlah dari lembar ke-2 yang diinput hanya sebesar Rp , lalu dari menu MP3 tidak diketahui dengan jelas mengenai pembayaran oleh PT.MG sebesar Rp Dalam persidangan terdapat bukti pendukung berupa : - SSP Pembayaran atas Bunga PT, MG tanggal 10 Januari List Voucher BNA002 tanggal 10 Januari Rekening Koran - Buku Besar Akun Buku Besar Akun

30 - Buku Besar Akun CBBE, LNE, BKE, SCE - Buku Besar Akun dan Bank Voucher BNA050 tanggal 27 September 2004 Berdasarkan penelitian Penulis terhadap SSP diketahui pembayaran atas bunga PT. MG tanggal 10 Januari 2005 sebesar Rp Dan Atas hasil pemeriksaan terhadap bukti-bukti dan fakta-fakta, majelis berketetapan atas SSP yang merupakan pembayaran atas bunga PT. MG tanggal 10 Januari 2005 sebesar Rp , dapat dikreditkan oleh Pemohon Banding. Penulis sependapat dengan majelis karena berdasarkan bukti Voucher dan SSP pembayaran kepada PT.MG bahwa PT.LM telah membayarkan kepada PT.MG sehingga boleh dikreditkan dalam perhitungan Pajak PT.LM. Tabel 4.3 Hasil Analisa Penulis atas SKPKB PPh Pasal 23 PT. LM No. Pos-pos yang dikoreksi Menurut Menurut Koreksi Koreksi dan Perhitungan Pajak Pemohon Terbanding Terbanding Menurut Terutang Banding (WP) (Pemeriksa) Pengadilan Pajak (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1. Dasar Pengenaan Pajak PPh Pasal 23 terutang PPh Pasal 23 yang telah disetor (Kredit Pajak) : Masa dan Tahunan PPh Pasal 23 yang kurang (lebih) dibayar

31 5. Kelebihan pajak yang dikompensasikan ke masa pajak berikutnya Bunga Pasal 13 ayat (2) KUP Kenaikan PPh Pasal 23 yang masih harus dibayar Jumlah PPh Pasal 23 yang masih harus dibayar IV. 4. Rangkuman Atas Hasil Analisa Putusan Pengadilan Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Analisa Putusan Pengadilan PT. LM Sengketa Hasil Putusan Pokok Sengketa Sebab Putusan Pokok Sengketa Sebab Putusan Pajak (Koreksi Tidak (Koreksi Tetap Dapat Dipertahankan) Dipertahankan) PPH Mengabulkan Penghasilan Neto Bukan Peredaran Peredaran Usaha Pemohon Badan Sebagian atas Peredaran Usaha Pemohon Rp Banding tidak Permohonan Usaha Rp. Banding dapat Banding menunjukan bukti selain Buku Besar Kredit Pajak Rp. Merupakan Kredit HPP Rp Pemohon Pajak Karena Banding tidak terdapat bukti mengajukan 80

32 Surat Setor Pabean, Cukai dan keberatan atas koreksi HPP Pajak dalam rangka Impor Penghasilan Luar Usaha Rp Hasil dari Penghapusan persediaan tetapi Pemohon banding surat yang diajukan tidak dapat dipercaya karena hanya ditandatangani pihak internal Biaya Pemasaran/Promosi Rp Biaya tersebut digunakan sebagai biaya pajak ekspor tetapi Pemohon Banding tidak dapat membuktikan PPh Pasal Mengabulkan Iuran Pensiun Rp. Iuran Pensiun Biaya lainnya Rp. Pemohon 21 Sebagian yang dibayarkan Banding tidak Permohonan kepada Dana dapat Pemohon Pensiun SIP menunjukan Banding merupakan Iuran bukti 81

33 Pemberi Kerja sesuai keputusan menteri keuangan Jamsostek Rp Biaya Jamsostek adalah pembayaran jaminan hari tua kepada Jamsostek dan bukan Objek PPh 21 Biaya Perjalanan Dinas Rp Biaya Perjalanan Direksi untuk mengunjungi kebun dan pabrik Biaya lain-lain: - Kas Keluar Rp Memorial Factory Rp Upah Rp Pengobatan Rp Perumahan Rp Bank Keluar Rp Kas Keluar : Untuk Biaya konsumsi, uang makan supir, dan lain-lain - Memorial Factory : Untuk Alokasi Biaya penobatan, perumahan, alokasi mess - Upah : Pemohon Banding telah perhitungkan, 82

34 - Memorial Stock Rp Total Biaya lainlain Rp setor dan lapor kepada KPP - Pengobatan : Untuk alokasi biaya pengobatan sebagai pengusaha didaerah terpencil sesuai Keputusan - Perumahan : Untuk alokasi biaya perumahan sebagai pengusaha didaerah terpencil sesuai Keputusan - Bank Keluar : Untuk Biaya buruh Kapal - Memorial Stock : Untuk Pembelian bahan seragam PPh Pasal Mengabulkan Kredit Pajak Rp. Pemohon Banding Beban Bunga Rp. Pemohon 23 Sebagian memberikan bukti Banding Permohonan SSP atas bunga membebankan Pemohon PT. MG, List secara terpisah Banding Voucher, dalam Buku Rekening Koran, Besar Biaya Buku-buku Besar Bunga dan Akun, Bank belum 83

35 Voucher. dilaporkan PPh Pasal 23 Sewa Angkutan Darat Rp Pemohon Banding tidak menggunakan jasa pengangkutan tetapi dilakukan perorangan selaku kontraktor lokal sehingga harus dikenakan PPh Pasal 23 Perbaikan Ruangan Rp Terdapat Invoice dari PT. IBN yang menagih biaya service payterm dan menurut majelis servis tersebut merupakan Objek PPh Pasal 23 Jadi keseluruhan hasil putusan atas sengketa pajak PT. LM adalah mengabulkan sebagian permohonan pemohon banding. Dan yang paling banyak mempengaruhi 84

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, adalah sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, adalah sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN V. 1. Simpulan Berdasarkan uraian-uraian yang telah diberikan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis dapat memberikan suatu kesimpulan, adalah sebagai berikut: 1. Bahwa Pemohon

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Positif atas Peredaran Usaha Tahun Pajak 2008 sebesar Rp

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Positif atas Peredaran Usaha Tahun Pajak 2008 sebesar Rp Putusan Pengadilan Pajak : Put.40641/PP/M.II/15/2012 Nomor Jenis Pajak : PPh Badan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Positif atas Peredaran Usaha Tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

: PUT.38579/PP/M.XIII/16/2012. Nomor Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai. Tahun Pajak : 2007

: PUT.38579/PP/M.XIII/16/2012. Nomor Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai. Tahun Pajak : 2007 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2007 : PUT.38579/PP/M.XIII/16/2012 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam banding ini adalah koreksi

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2012/PP/M.IIIA Tahun 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2012/PP/M.IIIA Tahun 2018 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-108209.16/2012/PP/M.IIIA Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi atas

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA

BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA BAB 4 EVALUASI ATAS EFEKTIFITAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DALAM MEMINIMALISASIKAN BEBAN PAJAK UNTUK MENGOPTIMALISASIKAN LABA PERUSAHAAN PT. RKA 4.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perhitungan Pajak

Lebih terperinci

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80436/PP/M.XIIA/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2009

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80436/PP/M.XIIA/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2009 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80436/PP/M.XIIA/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Terbanding

Lebih terperinci

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80439/PP/M.XIIA/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2009

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80439/PP/M.XIIA/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2009 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80439/PP/M.XIIA/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi Terbanding

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak : Put-44300/PP/M.I/15/2013 Nomor Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29320/PP/M.I/15/2011. Tahun Pajak : 2006;

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29320/PP/M.I/15/2011. Tahun Pajak : 2006; Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.29320/PP/M.I/15/2011 Jenis Pajak : PPh Badan; Tahun Pajak : 2006; Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam banding ini adalah Koreksi Terbanding atas penghasilan

Lebih terperinci

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah

Lebih terperinci

Peredaran Usaha Arus Piutang cfm Pemeriksa Rp DPP PPN yang belum dilaporkan WP dalam SPM PPN nya tahun 2012 Rp

Peredaran Usaha Arus Piutang cfm Pemeriksa Rp DPP PPN yang belum dilaporkan WP dalam SPM PPN nya tahun 2012 Rp Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-87217/PP/M.IA/16/2017 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa Nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi

Lebih terperinci

Putusan : Put.42956/PP/M.XI/25/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPh Pasal 4 ayat 2 final. Tahun Pajak : 2002

Putusan : Put.42956/PP/M.XI/25/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPh Pasal 4 ayat 2 final. Tahun Pajak : 2002 Putusan : Put.42956/PP/M.XI/25/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPh Pasal 4 ayat 2 final Tahun Pajak : 2002 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi positif Dasar Pengenaan

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust : Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80435/PP/M.XIIA/12/2017. Tahun Pajak : 2009

SEKRETARIAT PENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80435/PP/M.XIIA/12/2017. Tahun Pajak : 2009 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.80435/PP/M.XIIA/12/2017 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Menurut Majelis : PPh Pasal23 : bahwa nilai sengketa terbukti

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46597/PP/M.II/16/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 28 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding Menurut Majelis : Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : : Put-44250/PP/M.VIII/16/2013 Maia Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN JLN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : Menurut Terbanding

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT

BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM. diwajibkan untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Sebagai Wajib Pajak badan, PT BAB IV EVALUASI PENERAPAN PERENCANAAN PAJAK PPH BADAN PT LAM IV.1. Evaluasi Pelaksanaan PPh Badan PT LAM Sesuai dengan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, setiap Wajib Pajak diwajibkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.42727/PP/M.I/15/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : Pajak Penghasilan Badan : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO.

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK TERHADAP OPTIMALISASI BEBAN PAJAK PT ARTHA DAYA COALINDO. IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT Artha Daya Coalindo Perbedaan antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA

BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA BAB IV EVALUASI DAMPAK PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ABS INDUSTRI INDONESIA IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak PT ABS Industri Indonesia Pajak merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Definisi Pajak Ada bermacam-macam definisi Pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : Koreksi positif atas Biaya Usaha Lainnya berupa Biaya yang dikoreksi

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah, pos Penghasilan Luar Usaha

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MEMINIMALKAN BEBAN PAJAK PADA PT ADIS IV.1. Evaluasi Pelaksanaan dan Perencanaan Pajak pada PT ADIS Dalam rangka meminimalkan beban pajak yang terutang, PT ADIS

Lebih terperinci

bahwa Pemohon Banding dan Terbanding melakukan Uji Bukti Dokumen Pendukung Pemohon Banding berupa:

bahwa Pemohon Banding dan Terbanding melakukan Uji Bukti Dokumen Pendukung Pemohon Banding berupa: utusan Nomor : Put-73893/PP/M.XIB/16/2016 enis Pajak : ahun Pajak : 2013 okok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa Banding ini adalah koreksi Terbanding terhadap Pajak Masukan yang

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak : PUT.36991/PP/M.X/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Putusan Pengadilan Pajak : PUT.36991/PP/M.X/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007 Putusan Pengadilan Pajak : PUT.36991/PP/M.X/15/2012 Nomor Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi Penghasilan Neto Tahun

Lebih terperinci

Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokok sengketa adalah sebagai berikut: Penjualan ke PT FKS Multi Agro Tbk. sebesar Rp

Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokok sengketa adalah sebagai berikut: Penjualan ke PT FKS Multi Agro Tbk. sebesar Rp Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.57329/PP/M.XVIIIB/15/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding sebesar

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN

I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN I. PENDAHULUAN Mengingat pentingnya masalah Perpajakan dalam pengelolaan Dana Pensiun, maka perlu adanya pedoman mendasar tentang Perpajakan. Peraturan Perpajakan Dana Pensiun mengacu pada Undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA Didalam bab ini akan dilakukan analisis atau pembahasan hasil pemeriksaan, keberatan sampai dengan keluarnya

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIB/12/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIB/12/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT- 58582/PP/M.VIB/12/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

dengan rincian sebagai berikut : dengan rincian sebagai berikut:

dengan rincian sebagai berikut : dengan rincian sebagai berikut: Direktori : PUT. Putusan 44513/PP/M.XIV/15/2013 Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPh Badan Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT.

BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB. IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. BAB IV EVALUASI PERENCANAAN PAJAK UNTUK MENGEFISIENSIKAN BIAYA PAJAK BADAN PADA PT. UB IV.1. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. UB Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban

Lebih terperinci

Putusan : PUT-44259/PP/M.VI/16/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP

Putusan : PUT-44259/PP/M.VI/16/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Putusan : PUT-44259/PP/M.VI/16/2013 Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Penyerahan BKP dan/atau JKP Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-103678.16/2014/PP/M.IIIA TAHUN 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah 1. Koreksi

Lebih terperinci

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi

Lebih terperinci

Nilai sengketa terbukti sampai dengan Surat Uraian Banding

Nilai sengketa terbukti sampai dengan Surat Uraian Banding Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-87287/PP/M.XIA/25/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 4 Ayat (2) Final Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa yang terbukti dalam sengketa banding ini adalah

Lebih terperinci

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2

PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PENCATATAN PAJAK Dwi Martani 1 PAJAK PERUSAHAAN Pajak penghasilan perusahaan Pajak pihak ketiga PPN dan PPnBM Pajak Lain-lain 2 PAJAK PENGHASILAN Pajak atas penghasilan perusahaan yang dipotong oleh pihak

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis SKPKB PPh Pasal 21 Berdasarkan Putusan Banding. IV.1.1 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.XXXXX/PP/M.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis SKPKB PPh Pasal 21 Berdasarkan Putusan Banding. IV.1.1 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.XXXXX/PP/M. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis SKPKB PPh Pasal 21 Berdasarkan Putusan Banding IV.1.1 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.XXXXX/PP/M.VIII/10/2004 Menurut Terbanding Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-08/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-08/PJ/2012 TENTANG LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE08/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

Penggantian ke 2 (dua) :

Penggantian ke 2 (dua) : Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.38645/PP/M.XIII/16/2012 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran negara yang ditujukan untuk kepentingan umum. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Dari hasil penelitian, pembahasan dan evaluasi yang telah dilakukan penulis tentang pelaksanaan perencanaan pajak yang telah dilakukan oleh PT. Artha Pumatex, dapat

Lebih terperinci

Putusan Nomor : Put-64936/PP/M.VIIIB/15/2015. Jenis Pajak : PPh Badan. Tahun Pajak : 2010

Putusan Nomor : Put-64936/PP/M.VIIIB/15/2015. Jenis Pajak : PPh Badan. Tahun Pajak : 2010 Putusan Nomor : Put-64936/PP/M.VIIIB/15/2015 Jenis Pajak : PPh Badan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding adalah Koreksi Jumlah Penghasilan Neto

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Sesuai dengan Undang-undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 dan Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-545/PJ/2000 sebagaimana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.52299/PP/M.VB/27/2014

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.52299/PP/M.VB/27/2014 Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.52299/PP/M.VB/27/2014 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Menurut Majelis : Pajak Penghasilan Pasal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

DAFTAR BIAYA FISKAL DEDUCTIBLE DEDUCTIBLE

DAFTAR BIAYA FISKAL DEDUCTIBLE DEDUCTIBLE 1. Biaya yang Dikeluarkan untuk Mendapatkan, Menagih dan Memelihara Penghasilan - Prinsip Realisasi Pasal 28 UU KUP - Konservatis/Penyisihan Pasal 28 UU KUP 2. Biaya yang Dikeluarkan untuk Mendapatkan,

Lebih terperinci

: bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak

: bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak Putusan Nomor : Put.69128/PP/M.IA/16/2016 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon : bahwa nilai sengketa terbukti dalam

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

Putusan Nomor : Put-68238/PP/M.IVB/10/2016. Jenis Pajak : PPh Pasal 21. Tahun Pajak : 2011

Putusan Nomor : Put-68238/PP/M.IVB/10/2016. Jenis Pajak : PPh Pasal 21. Tahun Pajak : 2011 Putusan Nomor : Put-68238/PP/M.IVB/1/216 Jenis Pajak : PPh Pasal 21 Tahun Pajak : 211 Pokok Sengketa Pemohon Banding Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah Koreksi

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put.53268/PP/M.XIB/12/2014. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put.53268/PP/M.XIB/12/2014. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2008 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put.53268/PP/M.XIB/12/2014 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi positif

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.40623/PP/M.XVI/15/2012

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.40623/PP/M.XVI/15/2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.40623/PP/M.XVI/15/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa dalam pemeriksaan yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 KEWAJIBAN PERPAJAKAN BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018 BENDAHARA PENGELUARAN Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY Pada bab ini penulis akan mengevaluasi atas keadaan perpajakan seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3. Evaluasi

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan

Lebih terperinci

Nomor : Perihal : Usul pemeriksaan khusus Yth. Kepala Kantor... (2) Di -...

Nomor : Perihal : Usul pemeriksaan khusus Yth. Kepala Kantor... (2) Di -... Lampiran 1 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK...(1)...,... 19... Nomor : Perihal : Usul pemeriksaan khusus K e p a d a Yth. Kepala Kantor...... (2) Di -... Bersama ini disampaikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK 3.1. Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Penulis melaksanakan kuliah kerja praktek di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Penulis ditempatkan pada Seksi Pengolahan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36150/PP/M.VIII/10/2012

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36150/PP/M.VIII/10/2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-36150/PP/M.VIII/10/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi sengketa dalam gugatan ini adalah, Koreksi Dasar

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM Berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Penghasilan Neto PPh Badan Tahun Pajak 2009 sebesar Rp

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Penghasilan Neto PPh Badan Tahun Pajak 2009 sebesar Rp Putusan Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Put.45443/PP/M.II/15/2013 : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa Terbanding Pemohon Banding Majelis : bahwa yang menjadi pokok sengketa

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT.59219/PP/M.XIIA/16/2015. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2006

Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT.59219/PP/M.XIIA/16/2015. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2006 Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT.59219/PP/M.XIIA/16/2015 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Koreksi positif atas

Lebih terperinci

: bahwa pokok sengketa adalah Koreksi Positif atas Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp ;

: bahwa pokok sengketa adalah Koreksi Positif atas Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp ; Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-6579/PP/M.XIA/1/215 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun Pajak : 29 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Menurut Majelis : bahwa pokok sengketa

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh 165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Koreksi Dasar Pengenaan Pajak;

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Koreksi Dasar Pengenaan Pajak; Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.54008/PP/M.VI.B/16/2014 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2005 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

2. - Koreksi negatif atas biaya JHT (Rp ,00)

2. - Koreksi negatif atas biaya JHT (Rp ,00) Putusan Nomor : Put.73686/PP/M.XVIIIA/10/2016 Jenis Pajak : PPh Pasal 21 Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa banding ini adalah koreksi positif Terbanding

Lebih terperinci

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4) LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ./2009 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu,.....20 1) Nomor : (2)

Lebih terperinci

S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN

S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN Contributed by Administrator Wednesday, 08 June 2005 Pusat Peraturan Pajak Online PERMASALAHAN PEMERIKSAAN Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : XXX tanggal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.13, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pajak. Kelebihan Pembayaran. Pengembalian. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Kencana Megah Logistik PT. Kencana Megah Logistik didirikan oleh Ibu Anggrek Meice pada tahun 2005 dan mulai menjalankan bisnis

Lebih terperinci