BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ PT. XYZ menyajikan informasi yang menyangkut hasil kegiatan operasinya sesuai SPT (Surat Pemberitahuan) seperti tertera pada tabel 4.1 adalah sebagai berikut : 1. Pendapatan Usaha Pendapatan usaha PT. XYZ diperoleh dari hasil persewaan alatalat shooting kepada sebagian besar stasiun teve nasional dalam penyelenggaraan acara-acara dan siaran-siarannya dan pendapatan dari pembuatan video shooting lainnya. Adapun total pendapatan jasa sebesar Rp ,00 perinciannya adalah sebagai berikut : - Persewaan Alat Shooting Rp ,00 - Penghasilan Kaset Video Rp ,00 - Penghasilan Copy video Rp , Total Rp ,00 ===================

2 40 Tabel 4.1 PT. XYZ PENJELASAN PERHITUNGAN LABA(RUGI) PER 31 DESEMBER 2012 KOMERSIAL KOREKSI FISKAL PENGHASILAN USAHA SHOOTING PENGHASILAN JASA SHOOTING ,00 0, ,00 BIAYA SELURUH SHOOTING BIAYA GAJI ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA UPAH KARYAWAN ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA HONOR KONSULTAN ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA PPh PASAL 21 ( ,00) ,00 0,00 BIAYA S.CADANG ALAT SHOOTING ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA SERVICE ALAT SHOOTING ( ,00) ( ,00) BIAYA TELEPON ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA INTERNET ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA LISTRIK ( ,00) 0,00 ( ,00) KEBERSIHAN DAN KEAMANAN ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA PERLENGKAPAN SHOOTING ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA KEPERLUAN KANTOR ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA BENSIN DAN PARKIR ( ,00) 0,00 ( ,00) PENYUSUTAN AKTIVA TETAP ( ,99) ,32 ( ,67) BIAYA ASURANSI ( ,66) 0,00 ( ,66) BIAYA IJIN ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA SUMBANGAN ( ,00) ,00 0,00 BIAYA SUKU CADANG MOBIL ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA GEDUNG ( ,00) 0,00 ( ,00) JAMSOSTEK ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA SEWA RUKO ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA PPh FINAL ( ,00) ,00 0,00 BIAYA PAM ( ,00) 0,00 ( ,00) BIAYA LAIN LAIN (129,20) 0,00 (129,20) BIAYA BUNGA PINJAMAN ( ,00) 0,00 ( ,00) ( ,85) ,32 ( ,53) PENDAPATAN(BIAYA) LAIN-LAIN PENDAPATAN JASA GIRO ,28 ( ,28) 0,00 BIAYA ADMINISTRASI BANK ( ,59) 0,00 ( ,59) ,69 ( ,28) ( ,59) Sumber data : Laporan Keuangan diolah kembali

3 41 2. Biaya Gaji Merupakan Biaya Gaji yang dikeluarkan PT. XYZ sebesar Rp ,00 yang merupakan biaya gaji dan tunjangan kepada direksi, staff dan karyawan. Adapun perincian biaya gaji adalah sebagai berikut : - Biaya Gaji Pokok Rp ,00 - Biaya Tunjangan Lainnya Rp ,00 - Biaya Tunjangan Hari Raya Rp , Rp ,00 ================== 3. Biaya Upah Karyawan Merupakan biaya upah karyawan harian lepas yang dikeluarkan PT. XYZ sebesar Rp ,00. dan atas biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan biaya upah pegawai tidak tetap yang terdiri dari : - Upah Januari 2012 Rp ,00 - Upah Februari 2012 Rp ,00 - Upah Maret 2012 Rp ,00 - Upah April 2012 Rp ,00 - Upah Mei 2012 Rp ,00 - Upah Juni 2012 Rp ,00 - Upah Juli 2012 Rp ,00 - Upah Agustus 2012 Rp ,00 - Upah September 2012 Rp, ,00 - Upah Oktober 2012 Rp ,00 - Upah November 2012 Rp ,00 - Upah Desember 2012 Rp , Rp ,00 ===============

4 42 4. Biaya Honorarium Konsultan Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT. XYZ sebesar Rp ,00 sehubungan dengan imbalan pengeluaran honorarium untuk konsultan pajak yang terdiri dari : - Honorarium Konsultan Januari 2012 Rp ,00 - Honorarium Konsultan April 2012 Rp ,00 - Honorarium Konsultan Juli 2012 Rp ,00 - Honorarium Konsultan Oktober 2012 Rp , Rp ,00 =============== 5. Biaya PPh Pasal 21 Biaya PPh Pasal 21 sebesar Rp ,00 ini adalah biaya PPh Pasal 21 yang terutang tetapi oleh perusahan ditanggung sepenuhnya sehingga karyawan menerima gaji secara penuh. Adapun perincian beban PPh Pasal 21 adaah sebagai berikut : - PPh Pasal 21 Masa Januari Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Februari Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Maret Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa April Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Mei Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Juni Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Juli Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Agustus Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa September Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Oktober Rp ,00

5 43 - PPh Pasal 21 Masa November Rp ,00 - PPh Pasal 21 Masa Desember Rp , Rp ,00 =============== 6. Biaya Suku Cadang Alat Shooting Merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp ,00 yang merupakan biaya-biaya sehubungan dengan penyediaan suku-cadang alat shooting seperti : baut, kabel, kawat las dan sparepart lainnya dan tidak bisa diperinci satu persatu. 7. Biaya Perbaikan Alat Shooting Merupakan biaya-biaya perbaikan alat-alat shooting sebesar Rp , Biaya Telepon Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan telepon sebesar Rp ,00 dengan perincian sebagai berikut : - Biaya telepon Januari 2012 Rp ,00 - Biaya telepon Februari 2012 Rp ,00 - Biaya telepon Maret 2012 Rp ,00 - Biaya telepon April 2012 Rp ,00 - Biaya telepon Mei 2012 Rp ,00 - Biaya telepon Juni 2012 Rp ,00 - Biaya telepon Juli 2012 Rp ,00 - Biaya telepon Agustus 2012 Rp ,00

6 44 - Biaya telepon September 2012 Rp ,00 - Biaya telepon Oktober 2012 Rp ,00 - Biaya telepon November 2012 Rp, ,00 - Biaya telepon Desember 2012 Rp , Rp ,00 ============== 9. Internet Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya internet sebesar Rp ,00 dengan perincian sebagai berikut : - Biaya internet Januari 2012 Rp ,00 - Biaya internet Februari 2012 Rp ,00 - Biaya internet Maret 2012 Rp ,00 - Biaya internet April 2012 Rp ,00 - Biaya internet Mei 2012 Rp ,00 - Biaya internet Juni 2012 Rp ,00 - Biaya internet Juli 2012 Rp ,00 - Biaya internet Agustus 2012 Rp ,00 - Biaya internet September 2012 Rp ,00 - Biaya internet Oktober 2012 Rp ,00 - Biaya internet November 2012 Rp, ,00 - Biaya internet Desember 2012 Rp , Rp ,00 ===============

7 Biaya Listrik Biaya listrik yang sebesar Rp ,00 adalah nyata dikeluarkan sehubungan dengan usaha dengan perincian sebagai berikut : - Biaya listrik Januari 2012 Rp ,00 - Biaya listrik Februari 2012 Rp ,00 - Biaya listrik Maret 2012 Rp ,00 - Biaya listrik April 2012 Rp ,00 - Biaya listrik Mei 2012 Rp ,00 - Biaya listrik Juni 2012 Rp ,00 - Biaya listrik Juli 2012 Rp ,00 - Biaya listrik Agustus 2012 Rp ,00 - Biaya listrik September 2012 Rp ,00 - Biaya listrik Oktober 2012 Rp ,00 - Biaya listrik November 2012 Rp, ,00 - Biaya listrik Desember 2012 Rp , Rp ,00 ================ 11. Biaya Kebersihan dan Keamanan Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya kebersihan dan keamanan dari Januari sampai dengan Desember 2012 sebesar Rp , Biaya Perlengkapan Shooting Biaya sebesar Rp ,00 merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perlengkapan shooting seperti batu batere, gulungan kabel, memory stick dan lain-lain yang berhubungan dengan perlengkapan shooting lainnya.

8 Biaya Keperluan Kantor Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan kantor sebesar Rp ,00 yang berhubungan dengan usaha yang tidak dapat diperinci secara detail penjelasannya. 14. Biaya Bensin dan Parkir Merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk keperluan bensin,tol dan parkir sebesar Rp , Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Merupakan biaya penyusutan aktiva tetap secara komersial dengan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp ,99 dengan perincian sebagai berikut : - Penyusutan Peralatan Shooting Kel 1 Rp ,87 - Penyusutan Peralatan Shooting Kel 2 Rp ,59 - Penyusutan Inventaris Gedung Rp ,00 - Penyusutan Kendaraan Kel 2 Rp ,71 - Penyusutan Inventaris Kantor Kel 1 Rp ,31 - Penyusutan Inventaris Kantor Kel 2 Rp ,85 - Bangunan Rp , Rp ,33 ===============

9 Biaya Asuransi Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran asuransi sebesar Rp ,66 yaitu dengan perincian sebagai berikut : - Asuransi mobil Rp ,66 - Asuransi motor Rp ,00 - Asuransi gedung Rp ,00 - Asuransi lainnya Rp , Rp ,66 ================ 17. Biaya Perijinan Biaya perijinan sebesar Rp ,00 adalah biaya untuk keperluan pengurusan domisili perusahaan. 18. Biaya Sumbangan Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk biaya sumbangan sebesar Rp , Biaya Suku Cadang Mobil Biaya suku cadang mobil sebesar Rp ,00 adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang diperuntukkan untuk membeli suku cadang kendaraan operasional kantor seperti AC kendaraan, ban kendaraan dan spare part kendaraan kantor lainnya.

10 Biaya Gedung Biaya gedung sebesar Rp ,00 adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemeliharaan gedung baik materialnya maupun keperluan lain sehubungan dengan pemeliharaan gedung. 21. Biaya Jamsostek Biaya Jamsostek sebesar Rp ,00 adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran premi asuransi Jamsostek yang merupakan kewajiban perusahaan. 22. Biaya Sewa Ruko Biaya sewa sebesar Rp ,00 adalah biaya atas persewaan bangunan ruko yang digunakan untuk kantor dan gudang selama 1 (satu) tahun. 23. Biaya PPh Final Biaya PPh Final Pasal 4(2) atas persewaan tanah dan bangunan sebesar Rp ,00 adalah biaya pajak penghasilan yang bersifat final yang seharusnya dipotong oleh perusahaan dari wajib pajak (pemilik bangunan) namun dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan.

11 Biaya PAM Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran tagihan PAM perusahaan sebesar Rp , Biaya Lain-lain Merupakan biaya lain-lain yang merupakan pos pembulatan sebesar Rp. 129, Biaya Bunga Pinjaman Merupakan biaya bunga atas angsuran pembelian mobil kendaraan kantor.yaitu sebesar Rp , Pendapatan Jasa Giro Merupakan pendapatan lain-lain atas pendapatan Jasa Giro yang diterima oleh perusahaan setelah dipotog PPh Final Pasal(2) sebesar 20% sehingga pendapatan jasa giro yang bersih dterima sebesar Rp , Biaya Administrasi Bank Merupakan pos dalam biaya lain-lain yaitu biaya administrasi bank sebesar Rp ,59

12 50 Demikian penjelasan akun-akun yang terdapat dalam Laporan Keuangan PT. XYZ yang sudah dilaporkan sesuai dengan SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan Badan Tahun Sesuai laporan laba rugi fiskal sesuai dengan Tabel 4.1 maka sesuai dengan data-data diatas maka perhitungan Pajak Penghasilan sesuai SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan Badan yang dilaporkan oleh PT.XYZ adalah sebagai berikut : Laba(Rugi) Perusahaan Secara Komersial Rp ,84 Koreksi Positif Rp ,32 Koreksi Negatif ( Rp ,28 ) Laba(Rugi) Menurut Fiskal Rp ,88 Pajak Penghasilan yang terutang Rp ,00 Perhitungannya adalah : Rp , x Rp x 25% x 50% = Rp ,00 Rp ,00 Rp , x Rp = Rp ,00 Rp ,00 (Rp ,00 Rp ,00) x 25% Rp ,00 x 25% = Rp , PPh Terutang = Rp ,00

13 51 Perhitungan Pajak Penghasilan sesuai dengan Pasal 31 E (1) UU No.36 Tahun 2008 yaitu Wajib Pajak badan dalam negeri dengan peredaran bruto sampai dengan Rp ,00 (lima puluh milyar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) dari tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf b dan ayat (2a) yang dikenakan atas Penghasilan Kena Pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp ,00 (empat miliar delapan juta rupiah). B. Analisis Laporan Laba Rugi Fiskal Dalam Menentukan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Pada PT. XYZ. Berikut ini adalah analisa penulis terhadap penelitian Laporan Laba Rugi Fiskal terhadap pos-pos pendapatan dan biaya-biaya PT. XYZ adalah sebagai berikut sesuai dengan Tabel 4.2: 1. Pendapatan Usaha Pendapatan usaha PT. XYZ diperoleh dari hasil persewaan alat-alat shooting kepada sebagian besar stasiun teve nasional dalam penyelenggaraan acara-acara dan siaran-siarannya. Adapun total pendapatan jasanya ada sabesar Rp ,00. Sesuai dengan Undang Undang Pajak Penghasilan Nomor 36 Pasal 4 ayat 1 huruf a maka penulis sepakat bahwa atas penghasilan tersebut adalah penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan sehingga tidak perlu lagi dilakukan koreksi secara fiskal.

14 Tabel 4.2 PT. XYZ PENJELASAN PERHITUNGAN LABA(RUGI) PER 31 DESEMBER 2012 KETERANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL FISKAL SPT Undang-Undang SPT Undang-Undang Selisih PENGHASILAN USAHA SHOOTING PENGHASILAN JASA SHOOTING 10,614,367, ,614,367, ,614,367, BIAYA SELURUH SHOOTING BIAYA GAJI (1,052,690,000.00) (1,052,690,000.00) (1,052,690,000.00) 0.00 BIAYA UPAH KARYAWAN (1,007,050,000.00) (1,007,050,000.00) (1,007,050,000.00) 0.00 BIAYA HONOR KONSULTAN (18,000,000.00) (18,000,000.00) (18,000,000.00) 0.00 BIAYA PPh PASAL 21 (92,342,900.00) 92,342, ,342, BIAYA SUKU CADANG ALAT SHOOTING (1,353,434,857.00) (1,353,434,857.00) (1,353,434,857.00) 0.00 BIAYA PERBAIKAN ALAT SHOOTING (598,877,000.00) (598,877,000.00) (598,877,000.00) 0.00 BIAYA TELEPON (11,504,188.00) (11,504,188.00) (11,504,188.00) 0.00 BIAYA INTERNET (12,343,189.00) (12,343,189.00) (12,343,189.00) 0.00 BIAYA LISTRIK (172,330,648.00) (172,330,648.00) (172,330,648.00) 0.00 BIAYA KEBERSIHAN DAN KEAMANAN (77,258,000.00) (77,258,000.00) (77,258,000.00) 0.00 BIAYA PERLENGKAPAN SHOOTING (1,381,727,650.00) ,888, (1,381,727,650.00) (753,839,650.00) (627,888,000.00) BIAYA KEPERLUAN KANTOR (110,355,834.00) ,000, (110,355,834.00) (50,355,834.00) (60,000,000.00) BIAYA BENSIN DAN PARKIR (298,805,550.00) ,000, (298,805,550.00) (268,805,550.00) (30,000,000.00) BIAYA PENYUSUTAN AKTIVA TETAP (1,508,130,617.99) 46,465, ,465, (1,461,665,148.67) (1,461,665,148.67) 0.00 BIAYA ASURANSI (77,733,474.66) ,169, (77,733,474.66) (68,564,322.33) (9,169,152.33) BIAYA IJIN (500,000.00) (500,000.00) (500,000.00) 0.00 BIAYA SUMBANGAN (5,564,000.00) 5,564, ,564, BIAYA SUKU CADANG MOBIL (389,594,669.00) ,490, (389,594,669.00) (355,104,659.00) (34,490,010.00) BIAYA GEDUNG (138,741,235.00) ,805, (138,741,235.00) (99,936,235.00) (38,805,000.00) JAMSOSTEK (20,132,890.00) (20,132,890.00) (20,132,890.00) 0.00 BIAYA SEWA RUKO (200,000,000.00) (200,000,000.00) (200,000,000.00) 0.00 BIAYA PAM (5,966,746.00) (5,966,746.00) (5,966,746.00) 0.00 BIAYA PPh FINAL (20,000,000.00) 20,000, ,000, BIAYA LAIN LAIN (129.20) (129.20) (129.20) 0.00 BIAYA BUNGA PINJAMAN (6,395,006.00) (6,395,006.00) (6,395,006.00) (8,559,478,583.85) 164,372, ,724, (8,395,106,214.53) (7,594,754,052.20) (800,352,162.33) PENDAPATAN(BIAYA) LAIN-LAIN PENDAPATAN JASA GIRO 13,593, (13,593,436.28) (13,593,436.28) BIAYA ADMINISTRASI BANK (2,863,894.59) (2,863,894.59) (2,863,894.59) ,729, (13,593,436.28) (13,593,436.28) (2,863,894.59) (2,863,894.59) 0.00 Sumber data : Laporan keuangan dioleh kembali

15 53 2. Biaya Gaji Merupakan Biaya Gaji yang dikeluarkan PT. XYZ sebesar Rp ,00 yang merupakan biaya gaji dan tunjangan kepada direksi, staff dan karyawan. Atas biaya tersebut penulis mempunyai pendapat yang sama karena pengeluaran atas biaya gaji tersebut telah dikenakan atau dipotong PPh Pasal 21 sesuai dengan UU No.36 Tahun 2008 Pasal 6 (1) huruf a angka 9 bahwa penghasilan bruto dapat dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang pada sehingga atas biaya gaji karyawan tidak perlu dilakukan koreksi fiskal. 3. Biaya Upah Karyawan Merupakan biaya upah karyawan harian lepas yang dikeluarkan PT. XYZ sebesar Rp ,00. dan atas biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan biaya upah pegawai tidak tetap sehingga atas biaya upah karyawan ini penulis sepakat untuk tidak melakukan koreksi karena atas biaya tersebut telah dipotong PPh Pasal 21 sesuai dengan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 6 (1) huruf a bahwa penghasilan bruto dapat dikurangi dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.

16 54 4. Biaya Honorarium Konsultan Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh PT. XYZ sebesar Rp ,00 yang dikeluarkan sehubungan dengan imbalan pengeluaran honorarium konsultan pajak dan atas biaya yang dikeluarkan telah dikenakan atau dipotong PPh Pasal 23 sesuai dengan ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku dan atas biaya honorarium konsultan penulis setuju untuk mengakui biaya tersebut. 5. Biaya PPh Pasal 21 Biaya PPh Pasal 21 sebesar Rp ,00 ini adalah biaya PPh Pasal 21 yang terutang tetapi oleh perusahan ditanggung sepenuhnya sehingga karyawan menerima gaji secara penuh. Atas biaya PPh Pasal 21 tersebut perusahaan melakukan koreksi positif dan penulis sepakat dengan perusahaan karena sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 Pasal sesuai Pasal 6 a angka 9 tercantum bahwa pajak selain pajak penghasilan bisa diakui dan penulis sepakat untuk melakukan koreksi postif sebesar Rp ,00 6. Biaya Suku Cadang Alat Shooting Merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan sebesar Rp ,00 yang merupakan biaya-biaya sehubungan dengan penyediaan suku-cadang alat shooting. Adapun atas tersebut karena sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 maka atas biaya tersebut penulis

17 55 sependapat bahwa biaya tersebut boleh diakui (deductable expense) dan tidak dilakukan koreksi fiskal. 7. Biaya Perbaikan Alat Shooting Biaya perbaikan alat-alat shooting ini dikeluarkan untuk perbaikan alat-alat shooting sebesar Rp ,00 dan atas jasa tersebut telah dikenakan PPh Pasal 23 sesuai dengan ketentuan dan perundangundangan yang berlaku. 8. Biaya Telepon Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk keperluan telepon sebesar Rp ,00 dimana atas biaya telepon tersebut sehubungan dengan usaha. Adapun atas biaya telepon tersebut karena sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 maka atas biaya tersebut penulis sependapat bahwa biaya tersebut boleh diakui (deductable expense) dan tidak dilakukan koreksi fiskal. 9. Internet Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk biaya internet sebesar Rp ,00 dimana atas internet yang digunakan sehubungan dengan usaha. Adapun atas biaya internet tersebut karena sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 maka atas biaya tersebut penulis

18 56 sependapat bahwa biaya tersebut boleh diakui (deductable expense) dan tidak dilakukan koreksi fiskal. 10. Biaya Listrik Biaya listrik yang sebesar Rp ,00 adalah nyata dikeluarkan sehubungan dengan listrik yang dipergunakan untuk perusahaan. Adapun atas biaya tersebut karena sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 maka atas biaya tersebut penulis sependapat bahwa biaya tersebut boleh diakui (deductable expense) dan tidak dilakukan koreksi fiskal. 11. Biaya Kebersihan dan Keamanan Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk biaya kebersihan dan keamanan sebesar Rp ,00. Adapun atas biaya internet tersebut karena sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 maka atas biaya tersebut penulis sependapat bahwa biaya tersebut boleh diakui (deductable expense) dan tidak dilakukan koreksi fiskal. 12. Biaya Perlengkapan Shooting Biaya sebesar Rp ,00 merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perlengkapan shooting sehubungan dengan usaha yang dilakukan namun terdapat biaya sebesar Rp ,00 yang

19 57 transaksinya terjadi ditahun 2013 sehingga atas biaya tersebut harus dilakukan koreksi fiskal. 13. Biaya Keperluan Kantor Biaya keperluan kantor sebesar Rp ,00 merupakan biaya keperluan kantor yang dikeluarkan untuk keperluan kantor. Namun penulis menemukan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk keperluan pribadi direksi sehingga penulis melakukan koreksi positif sebesar Rp ,00 sesuai dengan ketentuan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 9 (1) huruf b yaitu Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan sesuai dengan huruf b adalah biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu anggota. 14. Biaya Bensin dan Parkir Biaya bensin dan parkir sebesar Rp ,00 adalah biaya sehubungan dengan biaya-biaya keperluan bensin dan parkir. Penulis menemukan suatu biaya dalam biaya bensin dan parkir karena adanya dokumen yang tidak jelas sebesar Rp ,00 sehingga penulis mengkoreksi sebesar biaya tersebut sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

20 Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Merupakan biaya penyusutan aktiva tetap secara komersial dengan menggunakan metode saldo menurun sebesar Rp ,99 tetapi didalam unsur biaya penyusutan tersebut terdapat aktiva kendaraan jenis sedan yang sesuai dengan perundang-undangan harus disusutkan 50% dari biaya penyusutan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : - Mobil Camry Biaya penyusutan komersial Rp ,97 Koreksi 50% Rp ,99 - Mobil BMW Biaya penyusutan komersial Rp ,67 Koreksi 50% Rp ,33 Total koreksi positif biaya penyusutan kendaraan sedan adalah Rp , Biaya Asuransi Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran asuransi kendaraan operasional yaitu sebesar Rp ,66. Didalam biaya asuransi ini terdapat biaya asuransi kendaraan yang ketentuan biaya penyusutannya harus dikoreksi positif sebesar 50% sehingga atas biaya asuransi juga harus dikoreksi sebesar 50 % dan adanya beban asuransi personal accident yang tidak diperhitungkan dalam penghitungan PPh Pasal 21. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut :

21 59 - Mobil Camry Biaya asuransi Rp ,00 Koreksi 50% Rp ,00 - Mobil BMW Biaya asuransi Rp ,66 Koreksi 50% Rp ,33 - Asuransi personal accident yang tidak diperhitungkan dalam PPh Pasal 21 sebesar Rp ,00 Sehingga total koreksi positif atas biaya asuransi adalah sebesar Rp , Biaya Perijinan Biaya perijinan sebesar Rp ,00 adalah biaya untuk keperluan pengurusan domisili. Adapun atas biaya perijinan tersebut karena sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 maka atas biaya tersebut penulis sependapat bahwa biaya tersebut boleh diakui (deductable expense) dan tidak dilakukan koreksi fiskal 18. Biaya Sumbangan Merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk sumbangan sebesar Rp ,00 dan sesuai dengan ketentuan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 9 (1) huruf g yaitu Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bnetuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan sesuai dengan huruf g adalah harta yang dihibahkan, banntuan atau sumbangan, dan warisan sebagai dimaksud dalam Pasal

22 60 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m, serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk dan disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah 19. Biaya Suku Cadang Mobil Biaya suku cadang mobil sebesar Rp ,00 adalah biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang diperuntukkan untuk membeli suku cadang kendaraan operasional kantor namun setelah penulis meneliti biaya suku cadang mobil terdapat biaya suku cadang kendaraan pribadi direksi dan manager sebesar Rp ,00. Sesuai dengan ketentuan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 9 (1) huruf b yaitu untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bnetuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan sesuai dengan huruf b adalah biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu anggota.

23 Biaya Gedung Biaya gedung sebesar Rp ,00 adalah biaya-biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemeliharaan gedung baik materialnya maupun keperluan lain sehubungan dengan pemeliharaan gedung. Penulis menemukan adanya biaya sebesar Rp ,00 yang dikeluarkan untuk membantu pembiayaan renovasi rumah salah satu karyawan sehingga harus dilakukan koreksi positif sebesar Rp ,00 sesuai dengan ketentuan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 9 (1) huruf e yaitu untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak Dalam Negeri dan bnetuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan sesuai dengan huruf e adalah biaya penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk naturadan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Mentri Keuangan. 21. Biaya Jamsostek Biaya Jamsostek sebesar Rp ,00 adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembayaran premi asuransi Jamsostek yang merupakan kewajiban perusahaan.

24 62 Penulis sepakat bahwa biaya Jamsostek bisa dibebankan sebagai biaya karena sesuai dengan ketentuan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 6 (1) huruf a biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara lain pada angka 6 adalah premi asuransi. 22. Biaya Sewa Ruko Biaya sewa sebesar Rp ,00 adalah biaya atas persewaan bangunan ruko yang digunakan untuk kantor dan gudang. Penulis sepakat bahwa biaya sewa ruko bisa dibebankan sebagai biaya karena sesuai dengan ketentuan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 6 (1) huruf a biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara lain pada angka 3 adalah biaya bunga, sewa dan royalti. 23. Biaya PPh Final Biaya PPh Final Pasal 4(2) atas persewaan tanah dan bangunan sebesar Rp ,00 adalah biaya pajak penghasilan yang bersifat final yang seharusnya dipotong oleh perusahaan dari wajib pajak (pemilik bangunan) namun dibebankan sebagai biaya oleh perusahaan.. Penulis setuju bahwa biaya PPh Final sebesar Rp ,00 harus dilakukan koreksi positif fiskal karena sesuai dengan ketentuan

25 63 Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 6 (1) huruf a biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha antara lain pada angka 9 pajak kecuali Pajak Penghasilan 24. Biaya PAM Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran tagihan PAM perusahaan sebesar Rp ,00. Penulis sepakat bahwa biaya PAM bisa dibebankan sebagai biaya karena sesuai dengan ketentuan Undang Undang (UU) Pajak Penghasilan No.36 Tahun 2008 Pasal 6 (1) yaitu Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan. 25. Biaya Lain-lain Merupakan biaya lain-lain yang merupakan pos pembulatan sebesar Rp. 129, Biaya Bunga Pinjaman Merupakan biaya bunga atas angsuran pembelian mobil kendaraan kantor.yaitu sebesar Rp ,00.

26 Pendapatan Jasa Giro Merupakan pendapatan lain-lain atas pendapatan Jasa Giro yang diterima oleh perusahaan setelah dipotog PPh Final Pasal(2) sebesar 20 % sehingga pendapatan jasa giro yang bersih dterima sebesar Rp , Biaya Administrasi Bank Merupakan pos dalam biaya lain-lain yaitu biaya administrasi bank sebesar Rp ,59 Sesuai dengan analisis penulis mengenai pos-pos dalam laba rugi maka perhitungan Pajak Penghasilan yang terutang adalah : Laba(Rugi) Perusahaan Secara Komersial Rp ,84 Koreksi Positif Rp ,65 Koreksi Negatif ( Rp ,28 ) Laba(Rugi) Menurut Fiskal Rp ,21 Pajak Penghasilan yang terutang Rp ,00 Perhitungannya adalah : Rp , x Rp x 25% x 50% = Rp ,00 Rp ,00 Rp , x Rp = Rp ,00 Rp ,00 (Rp ,00 Rp ,00) x 25% Rp ,00 x 25% = Rp , PPh Terutang = Rp ,00

27 65 Sehingga dari hasil analisis yang dilakukan terjadi perbandingan mengenai Pajak Penghasilan sebagai berikut : Tabel 4.3 PT. XYZ PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN TERUTANG Tahun 2012 PPh Badan Keterangan Menurut PPh Badan Menurut UU Perusahaan Nomor 36 Tahun 2008 Penghasilan Kena Pajak , ,21 Pajak Terutang , ,00 Kredit Pajak PPh Pasal , ,00 PPh Pasal , ,00 PPh Pasal , ,00 Angsuran PPh Pasal , ,42 Sumber data : hasil laporan keuangan yang telah diolah Perusahaan melaporkan Penghasilan Kena Pajak Sebesar Rp ,88 dan jumlah ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan penghitungan penulis sebesar Rp ,21. Dengan demikian Pajak Penghasilan yang terutang yang dibayarkan perusahaan adalah sebesar Rp ,00 sementara menurut penulis sesuai dengan Undang-undang Nomor 36 Tentang Pajak Penghasilan Tahun 2008 adalah sebesar Rp ,00. Sedangkan Untuk PPh Pasal 29 yang harus disetor menurut perusahaan adalah sebesar Rp ,00 dan menurut penulis Rp ,00 dan dalam ini perusahaan belum menerapkan dengan baik pelaporan laba rugi fiskal sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT

BAB IV. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT. EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT EVALUASI PERHITUNGAN PPh BADAN PADA MPT Setelah dievaluasi biaya dan penghasilan dalam laporan laba rugi komersial terdapat perbedaan pengakuan biaya dan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS. Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. DS Pada prinsipnya terdapat perbedaan pengakuan penghasilan dan beban antara laporan keuangan komersial dengan peraturan perpajakan. Hal

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal. Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perbedaan antara Laba Komersial dan Laba Fiskal Perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan setiap akhir periode, dan laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui.

BAB IV PEMBAHASAN. maksud agar perkembangan usaha pada akhir periode tertentu dapat diketahui. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penyajian Data Agar penyajian data dapat diketahui setiap kurun waktu (periode akuntansi) tertentu perusahaan perlu menyusun laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan adlah tahap

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS

BAB IV PEMBAHASAN. Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Evaluasi Pendapatan dan Beban pada Laporan Laba Rugi PT MMS Perbedaan antara perlakuan akuntansi dan pajak dalam pengakuan pendapatan dan beban akan mengakibatkan perbedaan laba

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS

BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 76 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pajak Penghasilan Pasal 21 Sesuai dengan Undang-undang Perpajakan yang berlaku, PT APP sebagai pemberi kerja wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan

BAB IV PEMBAHASAN. Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk menyajikan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Laba Rugi Secara Komersial Laporan keuangan komersial adalah laporan keuangan yang disusun berdasarkan Peraturan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi pada PT QN Pada prinsipnya terdapat perbedaan perhitungan penghasilan dan beban menurut Standar Akuntansi Keuangan dengan ketentuan peraturan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Trillion Glory International Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan

Lebih terperinci

RUGI LABA BIAYA FISKAL

RUGI LABA BIAYA FISKAL RUGI LABA BIAYA FISKAL BIAYA YANG TIDAK DAPAT DIJADIKAN PENGURANG PENGHASILAN (PASAL 9) Pengeluaran untuk pemegang saham atau pihak yang memillki hubungan istimewa beserta orang-orang yang menjadi tanggungannya.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebijakan Perusahaan Dalam Menghitung Penyusutan. 1. Dasar Penyusutan Masing Masing Aktiva dan Metode Penyusutan Yang Digunakan Oleh Perusahaan Setiap aktiva yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Akuntansi PPN PT. Biro ASRI PT. Biro ASRI dalam menjalankan operasi perusahaan selain berhubungan dengan penghasilan juga berhubungan dengan Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan 58 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan laba rugi fiskal Sebagai Dasar penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. Nutricircle World Setiap badan usaha diwajibkan menggunakan pembukuan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Beban dan Pendapatan Perusahaan Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah dengan melakukan koreksi fiskal atas laporan laba rugi perusahaan sesuai dengan undang-undang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri Nomor Pokok Wajib Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Ketentuan Formal Perpajakan PT Cipta Sukma Mandiri PT Cipta Sukma Mandiri merupakan wajib pajak badan sesuai yang tertuang di dalam Undang-Undang No. 36 Pasal 2 ayat 1

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kewajiban Perpajakan PT.Klinik Sejahtera PT.Klinik Sejahtera adalah salah satu klien dari KKP Adiyanto Consultant Management dimana wajib pajak badan ini bergerak di bidang kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI IDENTITAS FORMULIR PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) Pada PT. Yusonda Mahayasa Nusantara Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. Yusonda Mahayasa Nusantara tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 770 PERHATIAN MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal sebagai dasar Penghitungan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan pada PT. DEF. Laporan Keuangan yang dibuat oleh PT. DEF bertujuan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Definisi pajak dalam pasal 1 ayat 1 UU KUP No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Dari analisa yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini: 1. Perbedaan pelakuan pajak penghasilan a. Orang pribadi yang melakukan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA

SPT TAHUNAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA X PADA 1771/$ PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN) YANG SESUAI

Lebih terperinci

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9

BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9 BIAYA YG TIDAK BOLEH DIKURANGKAN DARI PENGHASILAN BRUTO WP DALAM NEGERI WP BUT PASAL 9 a. PEMBAGIAN LABA DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN SEPERTI DIVIDEN, TERMASUK DIVIDEN YANG DIBAYARKAN OLEH PERUSAHAAN

Lebih terperinci

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d.

III/$ 2 0 A A KREDIT PAJAK DALAM NEGERI N P W P : NAMA WAJIB PAJAK : PERIODE PEMBUKUAN : s.d. 1771 - III/$ LAMPIRAN - III KREDIT PAJAK DALAM NEGERI NO. NAMA DAN NPWP OBJEK PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN PEMOTONG / PEMUNGUT PAJAK JENIS PENGHASILAN / TRANSAKSI PAJAK PENGHASILAN BUKTI PEMOTONGAN / PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI

BAB IV PEMBAHASAN. IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI BAB IV PEMBAHASAN IV.I Analisis Rekonsiliasi Laporan Laba Rugi Pada PT.NRI Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan laba menurut standar akuntansi keuangan menurut ketentuan peraturan perpajakan.

Lebih terperinci

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO Oleh: I s r o a h, M.Si. isroah@uny.ac.id PRODI/JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PAJAK PENGHASILAN UMUM

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN 1771 PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN TINTA HITAM BERI TANDA "X" PADA (KOTAK PILIHAN)

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 6 G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR BAGI WAJIB PAJAK YANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Laporan Laba Rugi Fiskal untuk Penentuan Pajak Penghasilan Terutang Wajib Pajak Badan Pada PT. Bijama Makmur Laporan Laba Rugi yang terdiri dari penerimaan dan pengeluaran,

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK

BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK BAB IV PERBANDINGAN LABA BERSIH MENURUT STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DENGAN PENGHASILAN KENA PAJAK SEBELUM PAJAK PENGHASILAN PASAL 25/29 MENURUT UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN DALAM RANGKA PERENCANAAN PAJAK

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN ATAU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY

BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY BAB IV EVALUASI PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT NANO INFORMATION TECHNOLOGY Pada bab ini penulis akan mengevaluasi atas keadaan perpajakan seperti yang telah diuraikan dalam Bab 3. Evaluasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV PEMBAHASAN Dalam rangka pemanfaatan Undang-Undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisien PT.KBI, penulis akan menguraikan perencanaan pajak yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO

BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO BAB IV PERENCANAAN PAJAK DALAM RANGKA MENGEFISIENKAN PAJAK PENGHASILAN BADAN PADA PT PRIMA SINDO IV.I Analisis Biaya Pada Laporan Laba Rugi PT. PRIMA SINDO Di dalam prakteknya, ada perbedaan perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan

BAB IV. Analisis Hasil Dan Pembahasan 65 BAB IV Analisis Hasil Dan Pembahasan A. Koreksi Fiskal Dalam Penentuan Pajak Penghasilan Badan PT. Anugerah Kemas Indah. Telah diketahui bahwa Laporan Keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata

BAB IV PEMBAHASAN. Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata BAB IV PEMBAHASAN Penjelasan mengenai akun akun dalam laporan keuangan PT Mitra Wisata Permata dan beberapa kebijakan akuntansi dan fiskal dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang perlu diketahui agar

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN 1771 SPT TAHUNAN 1771 DEPARTEMEN KEUANGAN RI ISI DENGAN HURUF CETAK / DIKETIK BERI TANDA "X" DALAM (KOTAK) YANG SESUAI ISI DENGAN BENAR, LENGKAP DAN JELAS 2 0 0 6 SESUAI DENGAN PETUNJUK PENGISIAN BL TH BL TH

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Objek Penelitian 1. Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Struktur organisasi Firma RR adalah bentuk garis dan staff yang berhasil penulis susun dan berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu:

Sistem/Cara Pemungutan Pajak ada 3, yaitu: PERPAJAKAN ORGANISASI NIRLABA Tri Purwanto Pengantar Pajak Organisasi Nirlaba UU No 28 Th 2007 ttg KUP Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL 25 BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR 1770 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI

Lebih terperinci

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK

DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK DATA IDENTITAS WAJIB PAJAK A. NPWP : 0 7 4 5 6 1 2 3 0 0 1 3 0 0 0 B. C. JENIS USAHA : SPESIFIKASI USAHA : D. ALAMAT : Pegawai Swasta JL. BATU TULIS NO. 33 E. KELURAHAN / : KECAMATAN F. KOTA / KODE POS

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PERHATIAN 0 MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS YANG MENYELENGGARAKAN PEMBUKUAN NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DARI PENGHASILAN LAIN SPT YANG DIKENAKAN

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN FORMULIR 1771 KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Masa Manunggal Mandiri yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah salah satu perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Pada Laporan Laba Rugi PT Rysban Jaya Agung Dalam menghitung laporan laba rugi perusahaan, terdapat perbedaan antara laporan laba rugi berdasarkan peraturan yang sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor 24/2006. Yang BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Penyajian Data 4.1.1 Sejarah Berdirinya Perusahaan PT. Ragam Anugerah Mandiri didirikan pada tanggal 20 April 2006 dengan akta notaris Adri Dwi Purnomo, SH. Nomor

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN D. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771 SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-02/PJ/2015 TENTANG PENEGASAN ATAS PELAKSANAAN PASAL 31E AYAT (1) UNDANG- UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b.

4. PPh TERUTANG (Pilih salah satu sesuai dengan kriteria Wajib Pajak. Untuk lebih jelasnya, lihat Buku Petunjuk Pengisian SPT) 10a. 10b. 77 DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERHATIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN h SEBELUM MENGISI BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN h ISI DENGAN HURUF CETAK/DIKETIK DENGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Dalam Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Prima Multi Mineral 1. Rekonsiliasi Laporan keuangan dan Laporan fiskal Pendapatan merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PERHATIAN 770 BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI LAINNYA/LUAR NEGERI.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Perencanaan Pajak Sebagai Upaya Meminimalkan Beban Pajak Pada PT Abadi Karya Mulia Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT Abadi Karya Mulia tidak dapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN - I. SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

LAMPIRAN - I. SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PERHATIAN HALAMAN - I LAMPIRAN - I PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO NEGERI DARI USAHA DAN/ATAU PEKERJAAN BEBAS BAGI WAJIB PAJAK YANG MENGGUNAKAN SEBELUM MENGISI BACALAH BUKU PETUNJUK PENGISIAN NPWP NAMA WAJIB

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL 10 S SPT AN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MEMPUNYAI PENGHASILAN : DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DALAM NEGERI LAINNYA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL PERHATIAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Lebih terperinci

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK :

NOMOR :. TANGGAL : MULAI TAHUN PAJAK : D. PPh KURANG/LEBIH BAYAR C. KREDIT PAJAK B. PPh TERUTANG A. PENGHASILAN KENA PAJAK IDENTITAS 1771/$ SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WP BADAN PERHATIAN : SEBELUM MENGISI, BACA DAHULU BUKU PETUNJUK PENGISIAN

Lebih terperinci

PT. BPR BUMIASIH NBP 13 STABAT ANGGARAN DAN REALISASI BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2008 KUMULATIP

PT. BPR BUMIASIH NBP 13 STABAT ANGGARAN DAN REALISASI BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2008 KUMULATIP Tabel.1 ANGGARAN DAN REALISASI BIAYA OPERASIONAL TAHUN 2008 KUMULATIP (Dalam Ribuan Rupiah) NO BIAYA OPERASIONAL ANGGARAN REALISASI VARIANS % Pertumbuhan 1 Bunga a. Kepada Bank Indonesia - - - - b. Kepada

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI SPT TAHUNAN PPH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK IDENTITAS PERHATIAN TAHUN PAJAK FORMULIR SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI G. LAMPIRAN F. ANGSURAN PPh PASAL TAHUN PAJAK BERIKUTNYA E. PPh KURANG/ LEBIH BAYAR D. KREDIT PAJAK C. PPh TERUTANG B. PENGHASILAN KENA PAJAK A. PENGHASILAN NETO IDENTITAS FORMULIR TAHUN PAJAK KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan

Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Amir Hidayatulloh, S.E., M.Sc Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan Yang termasuk subjek pajak Orang pribadi Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

BAB II LANDASAN TEORI. (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang BAB II LANDASAN TEORI II.1 Gambaran Umum Pajak II.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Soemitro. R yang dikutip oleh Mardiasmo (2006), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue)

BAB II TELAAH PUSTAKA Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak. Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Penghasilan menurut Akuntansi dan Pajak Penghasilan menurut SAK No. 23 meliputi pendapatan (revenue) Maupun keuntungan ( gain ). Definisi penghasilan

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI. YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL 0 S SPT AN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MEMPUNYAI PENGHASILAN : DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA DALAM NEGERI LAINNYA YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL PERHATIAN SEBELUM

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan kebijakan baik BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Metode Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap berwujud sebagai salah satu aktiva penting yang dimiliki perusahaan perlu mendapat perhatian khusus dalam penetapan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat PT. Kencana Megah Logistik PT. Kencana Megah Logistik didirikan oleh Ibu Anggrek Meice pada tahun 2005 dan mulai menjalankan bisnis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Penyusunan laporan keuangan sangatlah penting bagi perusahaan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan dan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Lampiran 1. Biaya Entertainment

Lampiran 1. Biaya Entertainment LAMPIRAN Lampiran 1. Biaya Entertainment Jumlah yang Perjamuan makan tamu tanggal 11 Januari 2012 27.000,00 Perjamuan makan tamu tanggal 14 Januari 2012 244.100,00 Perjamuan makan tamu tanggal 20 Januari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan. Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak 2.1.1.1 Definisi Pajak Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dann Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC

BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL. UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC BAB IV EVALUASI LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL UNTUK MENGEFISIENSIKAN PPh BADAN PADA PT AIDC IV.1 Evaluasi Atas Penghasilan Pada PT AIDC Pasal 4 ayat (1) UU No.17 Tahun 2000 secara rinci memberikan pengertian

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.161, 2010 KEUANGAN NEGARA. Pajak Penghasilan. Penghitungan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk

EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI. Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk BAB IV EVALUASI ATAS PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT SNI Dalam rangka pemanfaatan Undang undang Perpajakan secara optimal untuk meningkatkan efisiensi perusahaan pada PT SNI, penulis akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE

BAB IV. EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE BAB IV EVALUASI PROSES PEMOTONGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 23/26 PADA PT. FEDERAL INTERNATIONAL FINANCE IV.1. Evaluasi Jenis-jenis Biaya yang Terdapat dalam Laporan Keuangan Perusahaan Penulis

Lebih terperinci

MODUL V REKONSILIASI FISKAL

MODUL V REKONSILIASI FISKAL MODUL V REKONSILIASI FISKAL A. Dosen memberikan pengantar sesuai dengan Satuan Acara Perkuliahan ( S. A. P.) yang menjelaskan secara umum sebagai berikut : 1. Definisi Rekonsiliasi (koreksi) Fiskal. 2.

Lebih terperinci

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

PERPAJAKAN II. Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan PERPAJAKAN II Modul ke: Penyajian Laporan Keuangan dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan Fakultas EKONOMI Program Studi MAGISTER AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Dr. Suhirman Madjid, SE.,MS.i.,Ak., CA. HP/WA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisa, pembahasan, dan evaluasi yang dilakukan oleh penulis untuk Tahun 2008, 2009, dan 2010 atas laporan keuangan, Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 37 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning Pada PT. XYZ Penerapan pajak yang dilakukan oleh PT. XYZ tidak dapat dipisahkan dengan upayaupaya yang dilakukan pihak manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Rangka Meminimalkan Beban Pajak pada PT. Malta Printindo. Perencanaan pajak yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA

BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA BAB IV REKONSILIASI FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PERUSAHAAN KONTRAKTOR PT. MANDIRI CIPTA IV. 1 Penerapan Akuntansi dalam Perhitungan Laba Kena Pajak dan Pajak yang Terutang Laba adalah selisih

Lebih terperinci

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6

SPT TAHUNAN PPh WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI 2 0 6 BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMPUNYAI PENGHASILAN DARI USAHA/PEKERJAAN BEBAS; DARI SATU ATAU LEBIH PEMBERI KERJA; YANG DIKENAKAN PPh FINAL DAN/ATAU BERSIFAT FINAL; DAN/ATAU X PEMBUKUAN PENCATATAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun

BAB II LANDASAN TEORI. diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak. Yang dimaksud dengan tahun 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pajak Penghasilan 2.1.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2000 Pasal 1 adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak

Lebih terperinci

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk

BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK. TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk BAB IV REKONSILIASI KEUANGAN FISKAL UNTUK MENGHITUNG PAJAK TERUTANG PADA PT. KERAMIKA INDONESIA ASSOSIASI. Tbk IV.1 Laba Rugi Secara Komersial Keuntungan (laba) atau kerugian adalah salah satu tolak ukur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendapatan dan Beban Menurut Akuntansi 1. Pendapatan Menurut Akuntansi Suatu perusahaan didirikan untuk memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya dengan pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta

BAB II LANDASAN TEORI. pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pajak Pajak merupakan salah satu pungutan negara terhadap rakyatnya. Pada hakekatnya, pemungutan pajak merupakan perwujudan dari pengabdian, kewajiban dan peran serta Wajib

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Undang-Undang KUP No. 16 Tahun 2009 Pasal 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pajak a) Pengertian Pajak Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Implementasi Tax Planning pada PT. Makro Rekat Sekawan Dalam implementasi tax planning pada PT. Makro Rekat Sekawan strategi yang digunakan untuk penghematan pajak

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract

Abstrak. Kata Kunci: Eksposur Pajak; Pajak Ditanggung Perusahaan; PPh pasal 21; PPh Pasal 23. Abstract 1 Pelaksanaan Pajak dan Exposur Pajak, Studi Kasus pada PT ABC Tahun 2012 Melinda Ardhias Debby Fitriasari Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Abstrak Skripsi ini menganalisis pelaksanaan

Lebih terperinci

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi.

Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN. Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi. Modul ke: PERPAJAKAN II BUNGA PINJAMAN Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Setiap entitas selalu berusaha agar entitas dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi

BAB II LANDASAN TEORI. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi BAB II LANDASAN TEORI II.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Undang - Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 angka 1, Pajak adalah kontribusi wajib kepada

Lebih terperinci