Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007"

Transkripsi

1 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42761/PP/M.XVI/15/2013 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah, pos Penghasilan Luar Usaha - PPh atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam rangka pemekaran usaha dari divisi R.S. Pelni menjadi PT R.S. Pelni sebesar Rp ,00. Menurut Terbanding : bahwa setelah membaca Surat Banding, mempelajari berkas surat menyurat yang berlangsung selama proses penyelesaian keberatan, Laporan Penelitian Keberatan, Surat Keberatan Pemohon Banding, dengan ini disampaikan analisa pokok sengketa atas Surat Banding dari Pemohon Banding adalah terhadap pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan terkait spin off R.S. Pelni yang menurut Pemeriksa merupakan obyek PPh dengan tarif PPh Pasal 17, sedangkan menurut Pemohon Banding sesuai Surat Keberatan adalah terutang PPh Final 5% tetapi dalam Surat Banding ternyata menurut Pemohon Banding belum terutang PPh. Menurut Pemohon : bahwa dari pasal dan penjelasan tersebut di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa saat terutangnya PPh atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Pemohon Banding atas tanah dan/atau bangunan adalah sebelum akta, keputusan, perjaniian, kesepakatan, litandatangani oleh pejabat yang berwenang, Majelis Hakim yang terhormat, perlu kiranya Majelis Hakim ketahui bahwasannya sampai saat ini, akta pengalihan hak sebagaimana yang dimaksudkan dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) beserta jelasannya tersebut belum sama sekali dibuat apalagi ditandatangani oleh pejabat yang berwenang, oleh karena itu, seharusnya dengan mengacu pada ketentuan yang sama, maka atas transaksi tersebut belum terutang PPh. Menurut Majelis : bahwa berdasarkan data/bukti yang tersedia dan penjelasan para pihak selama persidangan, dapat dikemukakan hal-hal berikut: - bahwa yang menjadi sengketa antara Pemohon Banding dengan Terbanding adalah menyangkut ma salah juridis yaitu sehubungan dengan adanya pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan terkait spin off R.S.Pelni yang menurut Terbanding merupakan obyek PPh dengan tarif PPh Pasal 17, sedangkan menurut Pemohon Banding sesuai Surat Keberatan adalah terutang PPh Final 5% tetapi dalam Surat Banding ternyata menurut Pemohon Banding belum terutang PPh pengali han hak atas tanah dan/atau bangunan terkait spin off R.S. Pelni, - bahwa berdasarkan Akta Nomor 7 tanggal 9 Nopember 2007 yang dibuat oleh Yulkhaizar Panuh SH Notaris/PPAT di Jakarta diketahui bahwa dalam tahun 2007 Pemohon Banding melakukan tindakan pemisahan/pemekaran usaha (spin off) yaitu dari Divisi Rumah Sakit yang merupakan usaha sampingan dalam kegiatan usaha pokok Pemohon Banding dibentuk menjadi badan usaha terpisah dengan nama PT.R.S.Pelni, sehingga karenanya masing-masing mempunyai wewenang untuk berbuat dalam hukum secara sendiri-sendiri, - bahwa di dalam Akta Nomor 7 tanggal 9 Nopember 2007 yang dibuat oleh Yulkhaizar Panuh SH Notaris/PPAT di Jakarta yaitu pada Pasal 33 diketahui bahwa dari modal dasar telah ditempatkan dan disetor dengan sejumlah lembar saham atau seluruhmya dengan nilai nominal Rp ,00 yaitu oleh pendiri:

2 a. Perusahaan Perseroan (Persero) PT XXX sebanyak lembar saham atau sebesar Rp ,00, b. Yayasan Kesehatan Pensiunan Perseroan Terbatas Pelayaran Nasional Indonesia sebanyak 25 lembar atau sebesar Rp ,00. - bahwa penyetoran modal saham oleh PT XXX (Persero) dilakukan dengan memasukkan (inbreng) berupa asset dari Rumah Sakit Pelni Petamburan dalam bentuk: Kas dan setara kas senilai Rp ,00 Aktiva Lancar lainnya Rp ,00 Aktiva Tetap Rp ,00 Aktiva lain-lain Rp ,00 Hutang Jangka Pendek (Rp ,00) Hutang Jangka Panjang (Rp ,00) Jumlah Rp ,00 - bahwa yang dialihkan dalam rangka spin off dari divisi R.S.Pelni (Pemohon Banding) kepada PT Pelni adalah aktiva berupa hak atas tanah, bangunan, sarana pelengkap, Kendaraan, Peralatan Kesehatan dan Kantor, bahwa dari spin off yang dilakukan tersebut terdapat Capital Gain sebesar Rp ,00, namun dari jumlah tersebut yang diajukan Banding oleh Pemohon Banding adalah sebesar Rp ,00 yaitu Capital Gain atas pengalihan tanah dan bangunan sedangkan atas aktiva lainnya Pemohon Banding setuju untuk dikoreksi. - bahwa atas keuntungan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebesar Rp ,00 belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Tahun Pajak 2007 oleh Pemohon Banding sehingga dikoreksi oleh Terbanding, - bahwa alasan Terbanding melakukan koreksi adalah: a. bahwa Pemohon Banding melakukan pengalihan hak atas tanah dan bangunan dalam rangka pemekaran usaha dengan mendirikan PT R.S. Pelni, aktiva unit Rumah Sakit Pemohon Banding (termasuk di dalamnya tanah dan bangunan) dialihkan kepada PT R.S. Pelni, pengalihan tanah dan bangunan kepada PT Rumah Sakit Pelni secara nyata terjadi pada tahun 2007 (sebelum tanggal 1 Januari 2009/sebelum tanggal berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008), namun secara formal belum dibuatkan Akta Pengalihan, bahwa pengalihan tanah dan bangunan bukan merupakan usaha pokok Pemohon Banding, penghasilan atas pengalihan tanah dan bangunan belum dilaporkan pada SPT Tahunan PPh Badan Pemohon Banding Tahun Pajak 2007 dan PPh atas Penghasilan dari pengalihan tanah dan bangunan tersebut belum dibayar oleh Pemohon Banding. b. bahwa karena pengalihan terjadi pada tahun 2007, maka ketentuan peraturan Pajak Penghasilan yang berlaku pada tahun 2007 adalah sebagai berikut: - Undang-Undang PPh yang berlaku adalah Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, - Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2008 yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009 belum ada,

3 - Peraturan Pemerintah yang mengatur PPh atas Pengalihan Tanah dan Bangunan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 yang berlaku mulai tanggal 1 Januari 2009 belum ada. c. bahwa PPh atas Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan bangunan yang dilakukan oleh Pemohon Banding yang terjadi pada Tahun Pajak 2007 tidak bersifat final, karena yang bersifat final adalah PPh atas Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi, Yayasan atau Organisasi yang sejenis, yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, d. bahwa karena tidak bersifat final, maka pengalihan aktiva Unit Rumah Sakit Pemohon Banding oleh Pemohon Banding kepada PT Rumah Sakit Pelni harus dihitung Capital Gain-nya, e. bahwa ketentuan butir 1 Pasal II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2008 hanya menegaskan terhadap Wajib Pajak Badan, termasuk koperasi, yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, apabila melakukan pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebelum tanggal 1 Januari 2009 dan atas pengalihan hak tersebut belum dibuatkan akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang oleh pejabat yang berwenang dan penghasilan atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan telah dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang bersangkutan dan PPh atas penghasilan tersebut telah dilunasi, pengenaan pajaknya dihitung berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah 48/1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah 79/1999, bahwa adapun pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Badan yang bukan merupakan usaha pokoknya yang belum dibuatkan akta pengalihan hak yang mana penghasilan dari pengalihan tanah dan/atau bangunan belum dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh tahun pajak yang bersangkutan dan pengenaan PPh atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan tersebut tidak ditegaskan, karena tidak ada penegasan, maka ketentuan yang berlaku adalah Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun bahwa atas koreksi tersebut, Pemohon Banding mengajukan Banding dengan alasan: - bahwa koreksi Terbanding seharusnya batal menurut hukum karena menerapkan ketentuan yang berlaku umum yaitu Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 3 Undang-Undang PPh (Undang-Undang Perubahan Ketiga Undang-Undang PPh tahun 1984) atas keuntungan karena pengalihan aktiva berupa tanah dan bangunan yang diinbrengkan Pemohon Banding, karena pemajakannya diatur secara khusus yaitu Pasal 4 ayat (2) Undang- Undang PPh (Undang-Undang Perubahan Ketiga Undang-Undang PPh tahun 1984) dengan aturan pelaksanaan diatur dalam PP nomor 48 tahun 1994 sebagaimana diubah dengan PP Nomor 71 tahun 2008 tentang Tatacara Pembayaran PPh atas Objek Pajak tersebut dan menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku merupakan ketentuan yang berlaku khusus (lex spesialis), - bahwa tidak ada penghasilan karena keuntungan atas pengalihan harta sebagaimana dimaksud Terbanding, karena atas pemisahan usaha (spin off) yang dilakukan secara hukum belum terjadi atas tanah dan bangunan

4 dimaksud mengalami pengalihan hak atas tanah dan bangunan dan secara ketentuan perpajakan sebagaimana diatur dalam PP 71 tahun 2008 tentang Tatacara Pembayaran PPh atas Penghasilan dari pengalihan Hak Atas Tanah dan Bangunan belum ada objek PPh karena belum terdapat akta pengalihan yang ditandatangani sehingga belum merupakan objek pajak dimaksud sesuai ketentuan yang berlaku (Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008), - bahwa saat terutangnya PPh atas penghasilan karena keuntungan atas pengalihan harta sebagaimana dimaksud Terbanding adalah di Tahun 2010 sehingga ketentuan yang secara formal berlaku atas transaksi ini adalah PP Nomor 71 Tahun 2008 dimana atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan dikenakan PPh yang bersifat final dengan tarif 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan bangunan, - bahwa berdasarkan Pasal 9 ayat (1) huruf n Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang BPHTB merupakan ketentuan dasar yang berlaku yang mengatur mengenai saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan untuk pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta, - bahwa berdasarkan surat permohonan penegasan perlakukan perpajakan sebagaimana yang telah Pemohon Banding sampaikan kepada Direktur Peraturan Perpajakan II, dijawab dengan surat Nomor: S- 463/PJ.032/2010 tanggal 8 April 2010 yang isinya sebagai berikut: Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada huruf a (atas penghasilan yang diterima atau diperoleh PT Pelni dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan kepada PT RS Pelni Petamburan) adalah sebesar 5% dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan bersifat final... - bahwa pada tanggal 21 Mei 2010, Direktur Peraturan Perpajakan II menerbitkan Surat Ralat Jawaban dengan Nomor: S-687/PJ.032/2010 yang secara garis besar menegaskan: Pengenaan PPh atas pengalihan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan bagi WP Badan, selain WP Badan yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, yayasan dan organisasi sejenis berlaku ketentuan : Sebelum 1 Januari 2009 : a. Sebelum ditandatanganinya akta pengalihan dibayar PPh sebesar 5% dari nilai pengalihan yang dapat dikreditkan dalam SPT Tahunan PPh, b. pada akhir tahun atas capital gain dari pengalihan tersebut dikenai tarif Pasal 17 UU PPh dalam penghitungan PPh terutang yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh. - bahwa Terbanding selaku pemegang otoritas perpajakan di Indonesia memberikan jawaban yang tidak konsisten kepada Pemohon Banding, di mana pada awalnya Terbanding menyatakan bahwa atas transaksi yang dilakukan Pemohon Banding adalah mengacu pada ketentuan PP Nomor 79 tahun 1999, namun 1 bulan kemudian Terbanding meralat jawaban tersebut, - bahwa dalam hal Terbanding mengeluarkan suatu ruling/aturan, maka ruling/aturan tersebut seharusnya melahirkan suatu kepercayaan hukum yang sah bagi Pemohon Banding sehingga pada akhirnya dapat menjadi dasar acuan yang dapat dipercaya dan apabila otoritas perpajakan salah menerapkan peraturan yang berlaku dalam pembuatan ruling dan kemudian melakukan pembetulan atas ruling/aturan yang dikeluarkannya

5 semula dan menimbulkan dampak yang merugikan bagi Wajib Pajak, maka pembetulan ruling/aturan tersebut tidak dapat dipertahankan, - bahwa Penghasilan Kena Pajak Tahun 2007 Pemohon Banding adalah Rp ,00 yang merupakan penjumlahan dari Penghasilan Neto dalam negeri (Rp ,00), Penghasilan Neto dalam negeri lainnya Rp ,00 dan Penyesuaian Fiskal positif Rp ,00, - bahwa Pajak Penghasilan terutang tahun 2007 Pemohon Banding berjumlah Rp ,00 berdasarkan ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf d angka 3 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 Tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan dengan aturan pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999, - bahwa dalam Laporan Keuangan PT Rumah Sakit Pelni 31 Desember 2008 dan 2007 yang disusun oleh Auditor Independen Soeyatna, Mulyana & Rekan, asset yang di-inbreng-kan tersebut sudah masuk menjadi bagian usaha PT Rumah Sakit Pelni di tahun 2007 dan atas aktiva tetap yang di-inbreng-kan tersebut telah disusutkan, sehingga terdapat penghasilan yang seharusnya merupakan objek pajak yang terutang atas Pemohon Banding yang jumlahnya tergantung dari selisih harga pasar dengan nilai sisa buku atas aktiva tersebut. bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis berpendapat: - bahwa pasal-pasal dalam Undang-Undang PPh yang terkait dengan sengketa Banding ini adalah sebagai berikut: Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 Undang-Undang PPh: Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk : d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk: 3) keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha; Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 Undang-Undang PPh: Demikian juga selisih lebih antara harga pasar dengan nilai sisa buku dalam hal terjadi penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha merupakan penghasilan. Dalam hal terjadi pengalihan harta sebagai pengganti saham atau penyertaan modal maka keuntungan berupa selisih antara harga pasar dari harta yang diserahkan dengan nilai bukunya merupakan penghasilan. Pasal 11 ayat (8) Undang-Undang PPh: Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa buku harta tersebut dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau penggantian asuransinya yang diterima atau diperoleh dibukukan sebagai peng hasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut.

6 Penjelasan Pasal 11 ayat (8) Undang-Undang PPh: Pada dasarnya keuntungan atau kerugian karena pengalihan harta dikenakan pajak dalam tahun dilakukannya pengalihan harta tersebut. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh: Atas penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan serta penghasilan tertentu lainnya, pengenaan pajaknya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Penjelasan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh yang intinya adalah Penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan, merupakan Objek Pajak yang dalam pengenaan pajaknya diberikan perlakuan tersendiri antara lain kesederhanaan dalam pemungutan pajak, keadilan dan pemerataan dalam pengenaan pajaknya serta memperhatikan perkembangan ekonomi dan moneter. Oleh karena itu pengenaan Pajak Penghasilan termasuk sifat, besarnya, dan tata cara pelaksanaan pembayaran, pemotongan, atau pemungutan atas jenis-jenis penghasilan tersebut diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah. Dengan mempertimbangkan kemudahan dalam pelaksanaan pengenaan serta agar tidak menambah beban administrasi baik bagi Wajib Pajak maupun Direktorat Jenderal Pajak, maka pengenaan Pajak Penghasilan dalam ketentuan ini dapat bersifat final. - bahwa aturan pelaksanaan Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 dan ayat (2) Undang-Undang PPh diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 Tentang Pembayaran PPh atas Penghasilan Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan sebagai berikut: Pasal 2 ayat (1): Orang pribadi atau badan yang menerima atau memperoleh penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) huruf a, wajib membayar sendiri Pajak Penghasilan yang terutang ke bank persepsi atau Kantor Pos dan Giro sebelum akta, keputusan, perjanjian, kesepakatan atau risalah lelang atas pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang. Pasal 4 ayat (1): Besarnya Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 ayat (1) adalah sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah danlatau bangunan; Pasal 8: Pembayaran Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), bagi orang pribadi bersifat final dan bagi Wajib Pajak badan merupakan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan; - bahwa perubahan karena pemisahan usaha ini mengakibatkan terjadi perubahan hak kepemilikan dari kepemilikan aktiva tetap menjadi kepemilikan saham (inbreng) yang terlebih dahulu dinilai atas aktiva tetap dimaksud untuk menentukan penyertaan saham yang disepakati antara Pemohon Ban ding dengan PT R.S. Pelni,

7 - bahwa berdasarkan ketentuan perundang-undangan a quo, jelas bahwa pengalihan aktiva berupa Tanah, Bangunan, Sarana Pelengkap, Kendaraan dan Peralatan kesehatan dan kantor dilakukan Pemohon Banding yang merupakan bagian dari tindakan pemisahan usaha (spin off) yang di lakukan dalam tahun 2007 berdasarkan Akta Notaris Yulkhaizar Panuh SH Nomor 7 tanggal 9 November 2007 merupakan penghasilan Pemohon Banding sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 Undang-Undang PPh dan sesuai dengan Pasal 11 ayat (8) Undang- Undang PPh penghasilan dari pengalihan aktiva yang bersangkutan dibukukan sebagai penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tersebut dan dengan demikian harus dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2007, - bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 merupakan aturan pelaksanaan Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 dan ayat (2) Undang- Undang PPh sesuai dengan hal Menimbang butir a dan c Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994, - bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 1999 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 1994 diatur bahwa tarif PPh nya adalah sebesar 5% (lima persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan dan bagi Wajib Pajak Badan merupakan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dapat diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan, - bahwa Majelis tidak sependapat dengan dalil Pemohon Banding yang menyatakan ketentuan yang harus dipergunakan dalam pemajakan atas keuntungan karena pengalihan aktiva berupa tanah dan bangunan yang diinbreng tersebut diatur secara khusus dalam Pasal 4 ayat (2) Undang- Undang PPh 1984 dengan aturan pelaksanaan dalam PP Nomor 48 tahun 1994 sebagaimana diubah dengan PP Nomor 71 tahun 2008 tentang tata cara pembayaran PPh atas objek Pajak Penghasilan yang berlaku tahun 2008, karena pengalihan terjadi tahun 2007 sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2008 berlaku efektif sejak terbit tahun 2008, karena Majelis berpendapat ketentuan tentang pemajakan atas penghasilan karena keuntungan dimaksud telah berlaku sejak Undang- Undang PPh diundangkan pada tahun 1984 menurut ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 telah dengan jelas disebutkan objek pajak adalah keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta termasuk keuntungan karena pemecahan (spin off) usaha, sedangkan atas penghasilan tertentu berupa penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh adalah penghasilan selain dengan yang dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 dimaksud, - bahwa peristiwa hukum yang terjadi atas pemecahan usaha (spin off) PT Pelni dengan divisi RS Pelni menjadi dua Perseroan Terbatas yaitu PT Pelni dan PT R.S. Pelni adalah peristiwa yang memenuhi semua unsurunsur sebagaimana dimaksud dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 dimaksud, yaitu unsur pengalihan harta sebagai pengganti saham, keuntungan dari harta yang dialihkan berupa selisih dengan nilai bukunya adalah merupakan penghasilan dari PT Pelni (Pemohon Banding), - bahwa Pasal 9 ayat (1) huruf n Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 Tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (Undang-Undang BPHTB) mengatur Saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan untuk:

8 n. pemekaran usaha adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya akta. bahwa Pasal 1 angka 1 dan angka 2 Undang-Undang BPHTB mengatur Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan: 1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak ; 2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang pribadi atau badan; bahwa Majelis tidak sependapat dengan dalil Pemohon Banding yang menyatakan belum terjadi pengalihan hak atas kepemilikan aktiva tetap dimaksud karena belum dibuatkan akta karena dikaitkan dengan ketentuan Pasal 9 ayat (1) huruf n Undang-Undang Nomor 20 tahun 2000 tentang BPHTB dimana saat terutang pajak atas perolehan hak atas tanah dan bangunan untuk pemekaran usaha adalah sejak tertandatangani akta, Majelis berpendapat ketentuan tersebut tidak relevan dengan sengketa karena Undang- Undang BPHTB mengatur tentang Bea perolehan atas Pengalihan Hak atas tanah dan Bangunan yaitu merupakan pemajakan kepada yang memperoleh hak atas tanah dan bangunan atas pengalihan hak dan bukan atas keuntungan karena terjadi pengalihan harta tersebut. bahwa Majelis berpendapat di dalam BPHTB yang menjadi subjek pajak-nya adalah PT Rumah Sakit PELNI (yang memperoleh hak karena perolehan hak akibat pemisahan) dan objek pajaknya tidak tergantung kepada adanya keuntungan melainkan tergantung atas bukti adanya perolehan hak tersebut, sedangkan Pasal 4 ayat (1) huruf d butir 3 pemajakan kepada penerima penghasilan (subjek pajaknya PT PELNI) hanya atas keuntungan (Capital Gain) saja dan secara nyata dinikmati oleh yang menerima keuntungan. bahwa Majelis berpendapat oleh karena secara fiskal dalam Laporan Keuangan harta tersebut telah dipisahkan dari PT PELNI (Pemohon Banding) ke PT R.S. PELNI sehingga mengakibatkan adanya pengalihan hak, maka Pemohon Banding terbukti telah mendapatkan keuntungan sehingga Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding telah benar karena telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. - bahwa Majelis berpendapat pada prinsipnya ketentuan Pasal 4 ayat (1) huruf d tidak memberikan delegasi atau wewenang kepada Pemerintah ataupun Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut namun demikian jika ada hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-Undang diatur lebih lanjut dengan PP terdapat dalam ketentuan penutup Pasal 35 Undang-Undang PPh, dengan demikian penerapan ketentuan ini sangat tepat dikenakan terhadap penghasilan karena keuntungan atau pengalihan harta akibat pemisahan usaha, - bahwa pada prinsipnya ketentuan Pasal 4 ayat (2) adalah dimaksudkan penghasilan tertentu yang bersifat khusus sehingga dikenakan pajak dengan tarif final dan didalamnya terdapat norma yang memberi delegasi kepada Pemerintah untuk pengaturan pelaksanaannya lebih lanjut berupa Peraturan Pemerintah, - bahwa cara pembayaran PPh yang dikenakan Pasal 4 ayat (1) d butir 3 bersifat tidak final sehingga dikenakan dengan tarif umum dan penghasilan dimaksud digabungkan dengan unsur penghasilan lainnya dalam satu tahun pajak, sedangkan jiwa dari ketentuan Pasal 4 ayat (2) jo Peraturan Pemerintah 71 tahun 2008 adalah ditujukan bagi Badan Usaha

9 yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan bangunan atau dalam rangka mendukung program Pemerintah Pengadaan Rumah Susun, Rumah Sederhana dan dikenakan pajak dengan tarif rendah 5% atau 1% yang bersifat final (tidak digabung dengan unsur penghasilan lainnya); bahwa menurut Majelis, Pemohon Banding dalam melakukan pemecahan (spin off) adalah bukan dalam rangka menjalankan program pemerintah, atau juga bukan badan usaha yang usaha pokoknya melakukan transaksi pengalihan hak atas tanah dan bangunan sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 4 ayat (2) jo Peraturan Pemerintah Nomor 48 tahun 1994 sebagaimana diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008, oleh karena itu tidak tepat kalau atas transaksi pengalihan harta dalam rangka Pemecahan Usaha (spin off) dikenakan PPh Final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh, - bahwa dengan telah diambil dan disetornya modal saham PT R.S. Pelni oleh Pemohon Banding ( PT Pelni dengan cara memasukkan (inbreng) asset Pemohon Banding ke PT R.S. Pelni sebagaimana di jelaskan dalam Pasal 33 Akte Nomor 7 tanggal 9 Nopember 2007 maka hal ini telah membuktikan bahwa asset tersebut telah beralih dan diganti dengan saham, - bahwa dengan telah disusutkannya aktiva tetap (yang dialihkan oleh Pemohon Banding kepada PT R.S. Pelni) oleh PT R.S. Pelni, hal ini membuktikan bahwa aktiva tetap tersebut telah dimiliki oleh PT R.S. Pelni, karena sesuai dengan Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan: Penyusutan atas pengeluaran untuk pembelian pendirian, penambahan, perbaikan atau perubahan harta berwujud, kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai, yang dimiliki dan digunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun dilakukan dalam bagianbagian yang sama besar selama masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta tersebut. - bahwa mengenai pendapat Pemohon Banding tentang inkonsistensi Terbanding selaku pemegang otoritas perpajakan di Indonesia dalam memberikan jawaban karena melakukan pembetulan, bahwa aturan/ruling tersebut seharusnya melahirkan suatu kepercayaan hukum yang sah bagi Pemohon Banding dan dapat menjadi dasar acuan yang dapat dipercaya dan apabila otoritas perpajakan salah menerapkan peraturan yang berlaku dalam pembuatan aturan/ruling dan kemudian melakukan pembetulan atas aturan/ruling yang dikeluarkannya semula dan menimbulkan dampak yang merugikan bagi Wajib Pajak, maka pembetulan aturan/ruling tersebut tidak dapat dipertahankan, Majelis berpendapat sebagai berikut: bahwa salah satu asas hukum adalah lex superior derogat legi inferiori (hukum yang lebih tinggi mengesampingkan hukum yang lebih rendah) yaitu asas yang berlaku apabila terjadi pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang secara hirarkis berbeda, bahwa dalam sengketa banding ini Pemohon Banding menghadapkan suatu aturan/ruling yang berbentuk Surat (S) dengan suatu peraturan perundang-undangan yang secara hirarkis lebih tinggi yaitu Peraturan Pemerintah (PP),

10 bahwa Pasal 7 ayat (1) jo ayat (4) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 dengan tegas mengatur bahwa apabila terjadi pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang secara hierarkis berbeda maka peraturan perundang-undangan yang hierarkinya lebih rendah harus disisihkan, bahwa dengan demikian pembetulan yang dilakukan Terbanding merupakan tindakan yang benar dan sesuai dengan asas hukum tersebut di atas karena sekiranya tidak dilakukan pembetulan maka aturan/ruling termaksud tetap tidak berlaku. bahwa dengan demikian, Majelis berkesimpulan koreksi Terbanding telah benar dan telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. bahwa berdasarkan hal tersebut diatas, tidak terdapat bukti/data, dasar hukum dan alasan yang dapat meyakinkinkan Majelis untuk dapat mempertimbangkan Permohonan Banding Pemohon Banding sehingga koreksi Terbanding atas Penghasilan dari Luar Usaha sebesar Rp ,00 Tetap Dipertahankan. bahwa perbandingan perhitungan PPh Badan Tahun Pajak 2008: Uraian Pemohon Banding SKPKB Menurut Kep. Keberatan (Rp) (Rp) (Rp) Put. Banding (Rp) Penghasilan Neto ( ) Kompensasi Kerugian Penghasilan Kena Pajak ( ) PPh Terutang Kredit Pajak PPh yang tidak/kurang bayar Sanksi Administrasi Jumlah PPh yang masih harus dibayar Memperhatikan Mengingat : Surat Banding, Surat Uraian Banding, Surat Bantahan, bukti-bukti dan hasil pemeriksaan dalam persidangan. : 1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak. 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang nomor 36 Tahun Ketentuan Pelaksanaan Undang-undang yang bersangkutan. Memutuskan : Menyatakan Menolak permohonan banding Pemohon Banding atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor: KEP-362/WPJ.19/BD.05/2010 tanggal 16 Juli 2010 tentang Keberatan Wajib Pajak atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Pajak Penghasilan Nomor: 00012/206/07/051/10 tanggal 8 Februari 2010 Tahun Pajak 2007.

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut:

Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan rincian sebagai berikut: Putusan Nomor : Put- 87938/PP/M.XVIB/25/2017 Jenis Pajak : PPh Final Pasal 4 ayat (2) Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa dalam sengketa banding ini terdapat sengketa mengenai Tarif Pajak, dengan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012. : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36985/PP/M.XIII/15/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : Koreksi positif atas Biaya Usaha Lainnya berupa Biaya yang dikoreksi

Lebih terperinci

S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN

S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN S-485/PJ.33/2005 PERMASALAHAN PEMERIKSAAN Contributed by Administrator Wednesday, 08 June 2005 Pusat Peraturan Pajak Online PERMASALAHAN PEMERIKSAAN Sehubungan dengan surat Saudara Nomor : XXX tanggal

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Biaya Emisi sebesar Rp

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Biaya Emisi sebesar Rp Putusan Nomor : 80394/PP/M.IIA/15/2017 Jenis Pajak : Bea Masuk Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah Koreksi Penyesuaian Fiskal Negatif berupa Biaya Emisi sebesar

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.611/PP/M.XB/99/215 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 212 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat Keputusan Tergugat

Lebih terperinci

1. Koreksi positif dividen sebesar Rp , Koreksi positif sewa mesin sebesar Rp ,00;

1. Koreksi positif dividen sebesar Rp , Koreksi positif sewa mesin sebesar Rp ,00; Putusan Pengadilan Pajak Nomor : 51610/PP/M.XVIIIB/12/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

: bahwa Terbanding mengusulkan untuk menolak permohonan banding Pemohon Banding Terbanding

: bahwa Terbanding mengusulkan untuk menolak permohonan banding Pemohon Banding Terbanding Direktori : PUT.46543/PP/M.XII/12/2013 Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH DAN/ATAU

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIB/12/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /PP/M.VIB/12/2014. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT- 58582/PP/M.VIB/12/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36766/PP/M.XII/99/2012

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36766/PP/M.XII/99/2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.36766/PP/M.XII/99/2012 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah, Penerbitan Surat Keputusan Tergugat Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Undang-Undang No. 10 Tahun 1994 Tanggal 9 Nopember 1994 DENGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ. DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 26 Agustus 1996 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 04/PJ.33/1996 TENTANG PEMBAYARAN PPh ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43733/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap gugatan terhadap

Lebih terperinci

Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Banding N o. 1. Koreksi Positif Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut Rp

Tabel Nilai Sengketa atas Objek Pajak sampai dengan Surat Banding N o. 1. Koreksi Positif Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut Rp Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-50514/PP/M.XIA/16/2014 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007

Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan. Tahun Pajak : 2007 Putusan Pengadilan Pajak : Put-41148/PP/M.XIII/15/2012 Nomor Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2007 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah koreksi atas Koreksi Penghasilan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang

Lebih terperinci

Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokok sengketa adalah sebagai berikut: Penjualan ke PT FKS Multi Agro Tbk. sebesar Rp

Menimbang, bahwa hasil pembahasan tiap pokok sengketa adalah sebagai berikut: Penjualan ke PT FKS Multi Agro Tbk. sebesar Rp Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.57329/PP/M.XVIIIB/15/2014 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Badan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding sebesar

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5899) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016

Lebih terperinci

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 Copyright 2002 BPHN UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 *8679 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39513/PP/M.IV/99/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 26 Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap

Lebih terperinci

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-1- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA -1- DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN, DAN PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI ATAS TANAH

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2012/PP/M.IIIA Tahun 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2012/PP/M.IIIA Tahun 2018 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT-108209.16/2012/PP/M.IIIA Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi atas

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43771/PP/M.VI/16/2013

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43771/PP/M.VI/16/2013 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43771/PP/M.VI/16/2013 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANGNOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.47389/PP/M.X/99/2013. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008

Putusan Pengadilan Pajak Nomor. : Put.47389/PP/M.X/99/2013. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2008 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.47389/PP/M.X/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat Tergugat Nomor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Perlakuan Akuntansi pada Penggabungan Usaha 1. Bentuk Penggabungan Usaha Penggabungan usaha yang dilakukan oleh PT MB Tbk, PT KS, PT MS dan PT TS, merupakan

Lebih terperinci

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Undang-Undang No. 21 Tahun 1997 tanggal 29 Mei 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TANGGAL 1 JULI 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan

Lebih terperinci

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 23. Tahun Pajak : 2012 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-85809/PP/M.IIB/12/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 23 Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa nilai sengketa terbukti dalam banding ini adalah koreksi

Lebih terperinci

Perpajakan / Elearning BPHTB Dosen: VED.,SE.,MSi

Perpajakan / Elearning BPHTB Dosen: VED.,SE.,MSi Perpajakan / Elearning BPHTB Dosen: VED.,SE.,MSi 1 BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) Istilah Penting dalam UU BPHTB ( Pasal 1 UU No. 21 Tahun 1997 jo. UU No. 20 Tahun 2000) 1. Bea perolehan

Lebih terperinci

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014.

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : PUT /2014/PP/M.VIB Tahun Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2014. Putusan Nomor : PUT-112135.16/2014/PP/M.VIB Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2014 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding : bahwa yang menjadi pokok sengketa dalam sengketa

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan Tergugat Nomor

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Mahkamaa Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43787/PP/M.XVI/16/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : Pajak Pertambahan Nilai : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat : a. bahwa Negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 1994 TENTANG PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.168, 2015 EKONOMI. Pajak Penghasilan. Perjanjian Pengikatan. Pengalihan Hak. Tanah. Bangunan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

bahwa menurut Terbanding, dasar Terbanding melakukan koreksi karena:

bahwa menurut Terbanding, dasar Terbanding melakukan koreksi karena: Nomor Putusan : Put.37978/PP/M.II/16/2012 Pengadilan Pajak Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2007 Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding : bahwa dasar koreksi DPP PPN sebesar Rp.5.943.996.000,00 sama

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia,

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember Presiden Republik Indonesia, PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1983 Tanggal 31 Desember 1983 Presiden Republik Indonesia, Menimbang: Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b dan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan M Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.43000/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan

Lebih terperinci

: bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak

: bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah Koreksi Dasar Pengenaan Pajak Putusan Nomor : Put.69128/PP/M.IA/16/2016 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Tahun Pajak : 2012 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon : bahwa nilai sengketa terbukti dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998

BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 BAB II LANDASAN TEORI / PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Aturan Perbankan II.1.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-undang No.10 Tahun 1998 tentang perbankan adalah: Bank adalah bidang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencatatan atas Biaya Bunga yang dilaporkan dalam laporan Keuangan Berikut ini adalah komponen-komponen laba rugi yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Sesuai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), terlihat bahwa salah satu sumber penerimaan negara adalah bersumber dari sektor

Lebih terperinci

1. Saham PT Unggul Rejowasono Rp , Rumah di Jl. Kol. Sugiono 28 Purworejo Rp ,00

1. Saham PT Unggul Rejowasono Rp , Rumah di Jl. Kol. Sugiono 28 Purworejo Rp ,00 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.39427/PP/M.III/14/2012 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Orang Pribadi Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : Penghasilan Neto Tahun Pajak 2008 sebesar Rp.3.673.371.000,00

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

TENTANG. dilakukan. Nomor 21. diubah. Tanah dan. Tahun. Nomor...

TENTANG. dilakukan. Nomor 21. diubah. Tanah dan. Tahun. Nomor... UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 1983 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Bahwa pelaksanaan Pasal 9 ayat (1) huruf b

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015. Tahun Pajak : 2011 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put-60826/PP/M.IIIB/99/2015 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap penerbitan Keputusan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP) SUSUNAN DALAM SATU NASKAH DARI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH TERAKHIR DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 15 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RGS Mitra 1 of 15 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1994 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1993 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991 DENGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENIMBANG: a. bahwa pembangunan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia`yang

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.IIIA Tahun 2018

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT /2013/PP/M.IIIA Tahun 2018 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT108077.16/2013/PP/M.IIIA Tahun 2018 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2013 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah koreksi atas

Lebih terperinci

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta

2017, No tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tenta LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.202, 2017 KEUANGAN. PPH. Penghasilan. Diperlakukan. Dianggap. Harta Bersih. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6120) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-86614/PP/M.XIVA/13/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 26

SEKRETARIATPENGADILAN PAJAK. Putusan Nomor : Put-86614/PP/M.XIVA/13/2017. Jenis Pajak : PPh Pasal 26 Putusan Nomor : Put-86614/PP/M.XIVA/13/2017 Jenis Pajak : PPh Pasal 26 Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : bahwa pokok sengketa dalam banding ini adalah diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan nasional

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5899 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 131) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1.Landasan Teori Membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga merupakan hak dari setiap warga negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT /PP/M.XIII/16/2013. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2008

Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT /PP/M.XIII/16/2013. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2008 Nomor Putusan Pengadilan Pajak : PUT- 49617/PP/M.XIII/16/213 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 28 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP

S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP S-425/PJ.312/2006 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP Contributed by Administrator Friday, 02 June 2006 Pusat Peraturan Pajak Online PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS SPONSORSHIP Sehubungan dengan surat Saudara

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi DPP PPN Masa Pajak April sebesar Rp

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi DPP PPN Masa Pajak April sebesar Rp Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put.55229/PP/M.IB/16/2014 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi DPP PPN Masa Pajak

Lebih terperinci

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust

PPN (Rupiah) CV Lubrima Pratama Agust : Put. 43692/PP/M.XV/16/2013 Mahkamaa Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Pajak Masukan

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT 1 BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. : Put-50255/PP/M.XVI/16/2014. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2009

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. : Put-50255/PP/M.XVI/16/2014. Jenis Pajak : PPN. Tahun Pajak : 2009 Nomor Putusan Pengadilan Pajak : Put-50255/PP/MXVI/16/2014 Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap Dasar Pengenaan Pajak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.52299/PP/M.VB/27/2014

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.52299/PP/M.VB/27/2014 Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : PUT.52299/PP/M.VB/27/2014 Jenis Pajak Tahun Pajak : 2006 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Menurut Majelis : Pajak Penghasilan Pasal

Lebih terperinci

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

-32- RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK -32- DRAFT RANCANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK I. UMUM Pertumbuhan ekonomi nasional dalam beberapa tahun terakhir cenderung mengalami perlambatan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 57/PUU-XII/2014 Penghitungan Pajak Penghasilan I. PEMOHON Supriyono. II. OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1985 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG PAJAK PENGHASILAN 1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk lebih memberikan kemudahan dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)

BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DEFINISI, OBYEK BPHTB BAB 1 A DEFINISI 1. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan atau

Lebih terperinci

sengketa mengenai pengenaan Sanksi Administrasi berupa Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 100% (Rp ,00);

sengketa mengenai pengenaan Sanksi Administrasi berupa Kenaikan Pasal 13 ayat (3) UU KUP sebesar 100% (Rp ,00); Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.62435/PP/M.VIIIA/16/2015 Jenis Pajak : Pajak Pertambahan Nilai Tahun Pajak : 2009 Pokok Sengketa Menurut Terbanding : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pajak penghasilan atas pengembangan investasi bidang properti.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pajak penghasilan atas pengembangan investasi bidang properti. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan tidak lepas dari penelitian-penelitian yang sudah ada dan masih relevan untuk digunakan. Di bawah ini adalah penelitian terdahulu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Republik

Lebih terperinci

UU 21/1997, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

UU 21/1997, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN Copyright (C) 2000 BPHN UU 21/1997, BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN *9928 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 1997 (21/1997) TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2

I. UMUM II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2 I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2010 TENTANG PENGHITUNGAN PENGHASILAN KENA PAJAK DAN PELUNASAN PAJAK PENGHASILAN DALAM TAHUN BERJALAN Dengan diundangkannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.162, 2011 EKONOMI. Pajak. Hak dan Kewajiban. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1997 TENTANG BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2015, No mengatur pelaksanaan lebih lanjut ketentuan mengenai pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan

2015, No mengatur pelaksanaan lebih lanjut ketentuan mengenai pembayaran Pajak Penghasilan atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1692, 2015 KEMENKEU. Pendalaman Sektor Keuangan. Fasilitas. Perpajakan. Wajib Pajak. Pengusaha Kena Pajak. Skema Kontrak Investasi. Kolektif Tertentu. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN HAK DAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci