BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN. 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS HASILDAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan PT. Kuei Meng Chain Indonesia Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 a. Latar Belakang Kondisi Perusahaan Sejak didirikan pada tahun 2003 PT. Kuei Meng Chain Indonesia terus mengalami perkembangan usaha yang ditandai dengan semakin banyaknya pelanggan yang dimiliki oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia sehingga hasil penjualan yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun serta semakin baiknya jalinan kerjasama antara PT. Kuei Meng Chain Indonesia dengan para supplier dari luar negeri dalam hal penyediaan barang dagangan sehingga dapat memenuhi permintaan dan memberikan kepuasan bagi para pelanggan. Adanya peningkatan hasil penjualan yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia dan semakin meningkatnya biaya usaha yang harus dikeluarkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia menyebabkan perusahaan harus dapat lebih cermat dan bijak dalam mengambil keputusan menyangkut aktifitas perusahaan yang dijalankan.perusahaan selalu berusaha untuk mencari solusi terbaik dalam hal mengatasi dampak ketidakstabilan kondisi perekonomian pada saat sekarang ini agar perusahaan dapat terus menjalankan usahanya.

2 b. Terjadi Peningkatan Pembelian dari Luar Negeri (Impor) Selama tahun 2009 perusahaan mengalami peningkatan penjualan yang diperoleh dibandingkan dengan tahun 2008 yang berakibat pada meningkatnya pembelian dari luar negeri (impor) sebagai persediaan barang dagangan oleh perusahaan dalam laporan keuangan perusahaan pada tahun Adanya peningkatan pembelian (impor) sebesar 43% dari tahun sebelumnya yang dihasilkan dalam laporan keuangan tahun 2009 secara otomatis akan menyebabkan pajak penghasilan pasal 22 (impor) yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 akan lebih besar dibandingkan dengan Pajak Penghasilan Pasal 25 yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 dan hal ini menyebabkan adanya kelebihan pembayaran pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak c. Peningkatan Penjualan dan Biaya Usaha Adanya Peningkatan yang signifikan pada Penjualan tahun 2009 sebesar Rp atau sebesar 67% dari tahun 2008, dengan demikian meningkat pula Biaya Usaha Perusahaan sebesar Rp atau sebesar 12% dibandingkan tahun lalu yang dapat mempengaruhi dalam pelaporan SPT Tahunan pada Laporan Keuangan Perusahaan. Dengan meningkatnya Penjualan dan Biaya Usaha tersebut otomatis Penghasilan Netto dan PPh Terutang pada tahun berjalan menjadi lebih kecil sehingga dalam SPT Tahunan PPh yang lebih dipotong / dipungut juga menjadi lebih besar sehingga menyebabkan adanya kelebihan pembayaran pajak.

3 Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka perusahaan mencari solusi dan jalan keluar terbaik yang salah satu alternatif yang dapat ditempuh perusahaan yaitu dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh Pemerintah berupa pengajuan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29 berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-7/PJ/2011 yang berisi tentang Tata Cara Pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 yang berisi tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak. Alternatif tersebut dinilai cukup efisien untuk mengurangi beban perusahaan dalam kelancaran kegiatan usaha bagi Perusahaan dan dapat melunasi hutang pajak dengan cara mengkompensasikan hutang pajak penghasilan pasal 21 dan pajak penghasilan pasal 23 dengan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) tahun pajak Prosedur Pengajuan Permohonan Pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 Oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia a. Membuat Surat Pemberitahuan Tahunan dan Laporan Keuangan Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 07 /PJ/2011 bahwa Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan Pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29pada tahun 2009 dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan pengajuan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 kepada Direktur Jenderal Pajak sebelum tanggal 30

4 April 2010, maka langkah awal yang ditempuh oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia untuk dapat mengajukan surat pemberitahuan tahunan permohonan kelebihan pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 tersebut adalah dengan mempersiapkan Surat Pemberitahuan Tahuanan serta laporan laba rugi selama tahun 2009 yang diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak yang dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui nilai lebih bayar Pajak Penghasilan Pasal 29pada Tahun 2009 dikarenakan Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 PT. Kuei Meng Chain Indonesia baru disampaikan pada tanggal 30 April Laporan laba rugi yang dibuat oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia memperkirakan bahwa selama tahun 2009 penjualan yang diperoleh bertambah jika dibandingkan dengan penjualan yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada tahun 2008 yaitu sebesar Rp menjadi Rp atau sebesar 67% dengan bertambah pula biaya usaha yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tersebut pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar Rp menjadi Rp atau sebesar 12% begitu pula untuk Harga Pokok Penjualan sendiri terutama pembelian dari tahun 2009 bertambah dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu sebesar Rp menjadi Rp atau sebesar 43% sehingga Kredit Pajak dalam negeri dalam hal tersebut adalah PPh Pasal 22 pada tahun 2008 sebesarrp bertambah menjadi Rp atau sebesar 61%. Berdasarkan Laporan rugi laba tersebut menjelaskan kondisi perusahaan akan mengalami kelebihan pembayaran pajak dalam laporan laba rugi pada tahun 2009, sehingga alternatif yang ditempuh oleh PT. Kuei Meng Chain

5 Indonesia adalah dengan mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tahun Berikut merupakan kutipan perbandingan laporan laba rugi yang dibuat oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia : Tabel 4.1 Perbandingan Laporan Laba Rugi Fiskal PT. XYZ Tahun Keterangan Peredaran Usaha Harga Pokok Penjualan ( ) ( ) Biaya Usaha Lainnya ( ) ( ) Penghasilan Neto Penghasilan Dari Luar Usaha Biaya Dari Luar Usaha (36.070) ( ) Penghasilan Neto Dari Luar Usaha ( ) Penghasilan Neto Komersial Dalam Negeri Penghasilan Neto Komersial Luar Negeri - - Jumlah Penghasilan Neto Penghasilan yang dikenakan PPh Final ( ) ( ) Penyesuain Fiskal Positif / Negatif Penghasilan Neto Fiskal Kompensasi Kerugian Fiskal - - Penghasilan Kena Pajak PPh Terutang Sumber: Laporan laba rugi fiskal PT. Kuei Meng Chain Indonesia tahun

6 Tabel 4.2 Perbandingan Surat Pemberitahuan Tahunan PT. XYZ Tahun Keterangan Penghasilan Neto Fiskal Kompensasi Kerugian Fiskal - - Penghasilan Kena Pajak PPh Terutang Pengurangan Kredit Dalam Negeri - - Jumlah PPh Terutang ( ) ( ) Kredit Pajak dalam negeri Kredit pajak luar negeri - - Jumlah ( ) ( ) PPh yang harus dibayar sendiri / PPh yang lebih dipotong / dipungut - ( ) PPh Ps. 25 bulanan dibayar sendiri ( ) ( ) PPh yang kurang dibayar / PPh yang lebih dibayar - ( ) Sumber: Laporan laba rugi fiskal PT. Kuei Meng Chain Indonesia tahun Berdasarkan tabel 4.1 dan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa laba yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada tahun 2009 secara otomatis akan lebih kecil dibandingkan dengan laba yang diperoleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada tahun 2008, hal ini mengakibatkan Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan dalam laporan laba rugi fiskal tahun 2009 menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan Penghasilan Kena Pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2008 sementara dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang dilaporkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia pada Tahun 2009 dapat dilihat

7 untuk kredit pajak dalam negeri tersebut lebih besar dibandingkan dengan kedit pajak dalam negeri pada tahun 2008 sehingga dengan adanya perubahan keadaan usaha yang tercermin dari laporan laba rugi dan Surat Pemberitahunan Tahunan diatas, maka PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengalami lebih bayar pada Pajak Penghasilan PPh Pasal 25 yang dilaporkan pada tahun 2009 sebesar Rp b. Mengajukan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 Adanya Kredit pajak dalam negeri yang lebih besar dari hutang pajak dalam Surat Pemberitahuan Tahunan tahun 2009 yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi PT. Kuei Meng Chain Indonesia untuk mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29 yang disertai pula dengan perbandingan laporan laba rugi fiskal dan Surat Pemberitahuan Tahuan selama tahun 2008 dan tahun 2009 dengan format berdasarkan lampiran yang ada pada Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 7 /PJ Dalam surat pemberitahuan tahunan tersebut dilampirkan Bukti Potong dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berupa Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak dalam rangka Impor (SSPCP) yang harus dibayar oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia untuk masa pajak January sampai dengan Desember 2009.

8 c. Melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan Sebagai Pengajuan Permohonan Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 Setelah Surat Pemberitahuan tahunan Tahun 2009selesai dibuat dan telah ditandatangani oleh Direktur PT. Kuei Meng Chain Indonesia serta telah dilampiri dengan SSCP masa January sampai dengan Desember 2009, maka Surat Pemberitahuan Tahunan tersebut beserta lampirannya kemudian dilaporkan kepada Kantor Pelayanan Pajak PMA (Penanaman Modal Asing) 6 tempat PT. Kuei Meng Chain Indonesia terdaftar. d. Menyiapkan Dokumen dokumen pendukung Setelah dilakukan Pelaporan surat pemberitahuan tahunan sebagai pengajuan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29, PT. Kuei Meng Chain Indonesia mendapatkan surat pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan yang selanjutnya menerima surat permintaan peminjaman buku, catatan dan dokumen perusahaan berdasarkan dengan pelaksanaan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak Nomor : Prin 00110/WPJ.07/KP.0905/RIK.SIS/2010 tanggal 03 Agustus 2010, maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia yaitu mempersiapkan dokumen dokumen yang diperlukan dalam rangka pemeriksaan pajak dilapangan. Sebelum dilakukan pemeriksaan oleh petugas dari Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam, perusahaan harus benar benar mempersiapkan dokumen yang diminta oleh kantor pajak yang mana dalam pemeriksaan tersebut PT. Kuei Meng Chain Indonesia memberikan kuasa kepada Konsultan Pajak

9 dalam rangka permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak tahun Kesesuaian Prosedur Pengajuan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29 dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku serta membandingkan Daftar Temuan Pemeriksaan Pajak dengan bukti pendukung Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- 07 /PJ/2011 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 16/PMK.03/2011 tentang Tata Cara Penghitungan dan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak menyebutkan bahwa Wajib Pajak wajib membuat Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 dan laporan laba rugi fiskal tahun 2009 beserta lampirannya dalam surat pemberitahuan pengajuan permohonan kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29. PT. Kuei Meng Chain Indonesia telah melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan tahun pajak 2009 pada tanggal 30 April 2010, sehingga kelebihan pembayaran pajak penghasilan untuk tahun 2009 sudah diketahui. Setelah itu, kemudian PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengajukan permohonan kelebihan pembayaran pajak penghasilan tahun 2009 sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam peraturan.

10 a. Melakukan pemeriksaan atas buku, catatan dan dokumen - dokumen Prosedur pemeriksaan buku, catatan dan dokumen merupakan prosedur yang selanjutnya dilakukan oleh pemeriksa karena prosedur ini merupakan inti dari tahapan pelaksanaan pemeriksaan pajak. Prosedur ini dilakukan dalam rangka untuk meyakinkan kebenaran angka angka yang dicantumkan dalam SPT Tahunan Wajib Pajak serta untuk menentukan apakah angka angka yang dilaporkan oleh wajib pajak dalam SPT telah sesuai dengan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku. Prosedur atas pemeriksaan buku, catatan dan dokumen yang dilakukan dan dilaksanakan oleh Pemeriksa dapat memperlihatkan adanya beberapa temuan atau koreksi yang dilakukan terhadap SPT yang dilaporkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia. b. Konfirmasi kepada pihak ketiga Konfirmasi merupakan suatu permintaan informasi kepada pihak ketiga tentang sesuatu hal yang perlu diklarifikasi kebenarannya. Klarifikasi atas kebenaran ini dapat mencakup mengenai pajak yang telah dilakukan pemotongan oleh pihak ketiga seperti PPh Pasal 21, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 4 ayat (2) untuk mengecek apakah telah disetorkan dan dilaporkan atas pajak yang telah dipotong oleh Wajib Pajak tersebut. Selain itu, konfirmasi yang rutin biasanya dilakukan terhadap PPN yaitu untuk mengecek kebenaran pajak masukan dan pajak keluaran yang dilaporkan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia.

11 Konfirmasi dalam Pemeriksaan pajak biasanya dilakukan baik antar instansi Direktorat Jenderal Pajak sendiri yaitu antar Kantor Pelayanan Pajak ataupun melalui kepada pihak lainsepeti kepada Bank Persepsi. Konfirmasi digambarkan sebagai penerimaan jawaban tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen dalam memverifikasi akurasi informasi yang telah diminta oleh pemeriksa. Permintaan untuk menjawab konfirmasi biasanya dibatasi oleh jangka waktu sesuai dengan surat permintaan konfirmasi tersebut, tetapi pada kenyataannya banyak konfirmasi yang dijawab oleh pihak ketiga tersebut melebihi waktu yang ditentukan atau dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga proses pemeriksaan akan menjadi terhambat. c. Pemberitahuan hasil pemeriksaan oleh KPP Prosedur ini diberitahukan oleh Pemeriksa kepada Wajib Pajak yang mana merupakan salah satu prosedur yang harus dilakukan oleh pemeriksa.hal ini dilakukan karena pemberitahuan hasil pemeriksaan merupakan hak Wajib Pajak yang juga merpakan kewajiban pemeriksa atas hasil pemeriksaan yang telah dicapai oleh pemeriksa dalam kegiatan yang telah dilakukannya.pemberitahuan hasil pemeriksaan disampaikan dari KPP Penanaman modal enam berupa Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) beserta lampiran daftar temuan yang telah diperoleh pemeriksa. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) nomor SPHP.00104/WPJ.07/KP.0905/RIKSIS/2011 Pemeriksa mendapatkan beberapa temuan hasil pemeriksaan diantaranya sebagai berikut :

12 Tabel 4.3 Daftar Hasil Temuan Pemeriksaan Pajak Sumber: daftar temuan pemeriksaan pajak Berdasarkan dengan temuan hasil pemeriksaan diatas, Fiskus memberikan kesempatan untuk menanggapi atas hasil pemeriksaan yang telah dilakukan dalam jangka waktu paling lama 7 ( tujuh) hari sejak diterimanya surat pemberitahuan hasil pemeriksaan tersebut. Tanggapan yang dapat diberikan oleh Wajib Pajak

13 dapat berupa menyetujui hasil pemeriksaan, menerima sebagian ataupun menolak seluruh hasil pemeriksaan. Dan tanggapan dari PT. Kuei Meng Chain Indonesia atas hasil pemeriksaan tersebut diantaranya: 1. Koreksi pemeriksa terhadap HPP sebesar Rp , tidak setuju karena berdasarkan kontrak perusahaan pihak pembeli memiliki perhitungan atas potongan pembelian tersebut sebagaimana terlampir. 2. Pengurang Penghasilan Bruto a) Setuju dengan koreksi sebesar Rp atas biaya sewa diatas berdasarkan perjanjian sewa. b) Setuju dengan koreksi sebesar Rp atas biaya pembelian dokumen, karena perusahaan tidak dapat menemukan dokumen atas pengeluaran biaya tersebut. c) Tidak setuju dengan biaya lain lain sebesar Rp karena biaya tersebut merupakan pembelian aqua dan makanan didalam kantor untuk karyawan (dokumen terlampir dalam biaya pengeluaran kas). 3. PPh Pasal 21 Perusahaan tidak setuju dengan koreksi sebesar Rp karena perusahaan telah menghitung dan memotong seluruh obyek PPh Pasal 21 terutang sesuai dengan pengeluaran kas dan pembayaran kepada seluruh karyawan dan perorangan yang menerima penghasilan sesuai SPT yang telah dilaporkan.

14 4. Obyek PPh Pasal 23 Perusahaan tidak setuju atas koreksi Obyek PPh Pasal 23 sebesar Rp karena: d. Sidang Penutup (Closing conference) Pembahasan akhir hasil pemeriksaan merupakan pembahasan yang dilakukan antara pemeriksa pajak dengan Wajib Pajak atas temuan selama pemeriksaan, dan hasil pembahasan tersebut baik yang disetujui maupun tidak disetujui dituangkan kedalam berita acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan yang ditanda tangani oleh pemeriksa dan Wajib Pajak disertai lampiran yang menyebutkan jumlah koreksi dan jumlah pajak terutang yang disetujui oleh pemeriksa dan Wajib Pajak. Tujuan melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan adalah sebagai upaya memperoleh pendapat yang

15 sama dengan Wajib Pajak atas temuan pemeriksaan dan koreksi fiskal terhadap seluruh jenis pajak yang diperiksa. Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dilakukan ketika Wajib Pajak menyampaikan tanggapan atas SPHP yang telah diterima.tanggapan atas SPHP tersebut harus dibahas oleh Tim Pemeriksa Pajak dengan Wajib Pajak yang hasil pembahasannya dituangkan dalam Risalah Pembahasan.Apabila masih terdapat perbedaan antara hasil pembahasan dengan pendapat Wajib Pajak maka Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan kepada Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan Pajak ataupun dapat dilanjutkan sampai tingkat Kantor Wilayah. Atas prosedur pembahasan akhir pemeriksaan yang dilakukan terhadap pemeriksaan PT. Kuei Meng Chain Indonesia telah dilakukan oleh Pemeriksa Pajak. Adapun Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir sebagai berikut : Tabel 4.4 Ikhtisar Hasil Pembahasan Akhir Sumber: Data Pemeriksaan Pajak

16 e. Kendala dalam melaksanakan prosedur pemeriksaan Setiap prosedur pemeriksaan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh Pemeriksa Pajak terhadap pemeriksaan PT. Kuei Meng Chai Indonesia tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan. Banyak kendala atau hambatan yang harus dihadapi ketika Pemeriksa Pajak tidak dapat melaksanakan prosedur pemeriksaan tersebut. Kendala yang dihadapi oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia tersebut terkait dengan prosedur pemeriksaan dapat berupa : a) Kendala dari internal Kendala dari internal perusahaan sendiri sebagai Wajib Pajak yang tidak ingin merasa dirugikan baik dari segi tenaga dan waktu,ingin semua pemeriksaan ini segera terselesaikan dan dilihat dari prosedur pemeriksaan yang dilakukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia dalam memberikan peminjaman buku, catatan dan dokumen yang dipinjamkan ke KPP tidak semua data yang diminta oleh KPP di penuhi oleh perusahaan yang mengakibatkan pemeriksaan menjadi agak lama karena ada beberapa prosedur pemeriksaan yang tidak dijalankan. b) Kendala dari eksternal 1. Volume untuk melakukan pemeriksaan yang berlebihan Banyaknya pemeriksaan yang harus dilakukan oleh pemeriksa membuat pemeriksa tidak dapat menjalankan prosedur pemeriksaan

17 terhadap PT. Kuei Meng Chain Indonesia secara lebih rinci atas pemeriksaan yang dilakukan.volume pemeriksaan yang banyak tidak sebanding dengan jumlah tenaga pemeriksa yang ada.hal ini membuat pemeriksaan menjadi kurang lebih mendalam karena tenaga dan pikiran pemeriksa menjadi terpecah untuk beberapa Wajib Pajak. 2. Terbatasnya jangka waktu pemeriksaan Jangka waktu yang sangat terbatas membuat pemeriksa pajak tidak menjalankan beberapa prosedur pemeriksaan yang harus dilakukan. Pemeriksa seringkali mengalami kekurangan waktu untuk melakukan pemeriksaan akibat penugasan pemeriksaan yang baru diterimanya sementara jangka waktu untuk menyelesaikannya tersebut sudah mau jatuh tempo. 3. Kurangnya koordinasi disetiap tim pemeriksa Koordinasi yang kurang diantara tim pemeriksa dapat membuat beberapa prosedur pemeriksaan menjadi tidak dijalankan. Baik supervisor ataupun ketua tim tidak memeriksa secara lebih mendetail mengenai prosedur pemeriksaan yang dilakukan dan penuangannya kedalam kertas kerja Pemeriksaan.

18 4. Mengidentifikasi Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas Pengajuan Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak penghasilan Pasal 29 serta menganalisis tentang perbedaan antara mekanisme secara teori dengan pelaksanaan dilapangan a. Mengidentifikasi Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan pajak yang dibuat oleh Pemeriksa Pajak pada akhir pelaksanaan pemeriksaan yang berisikan atas semua ikhtisar dan semua penuangan hasil pemeriksaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Laporan hasil pemeriksaan pajak merupakan suatu pertanggungjawaban atas suatu pemeriksaan dan sebagai sarana bagi pihak pihak lain untuk mengetahui berbagai hal tentang pemeriksaan yang dilakukan tersebut. Penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan yang baik haruslah dapat bersifat informatif. Oleh karena itu, suatu Laporan Hasil Pemeriksaan harus disusun dengan suatu sistematika yang baik, teratur dan terstandarisasi. Atas pemeriksaan yang telah dilakukan oleh Pemeriksa terhadap SPT Tahunan Lebih Bayar, baik pemeriksa maupun Wajib Pajak telah menjalankan prosedur dan Pemeriksa juga telah mengeluarkan Surat Ketetapan Pajaknya. Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, SKP yang diterbitkan oleh Pemeriksa terhadap Wajib Pajak PT. Kuei Meng Chain Indonesia terdiri atas beberapa SKP sebagai berikut:

19 Tabel 4.5 Surat Ketetapan Pajak yang diterbitkan atas Pemeriksaan PT. Kuei Meng Chain Indonesia No. Jenis SKP Jenis Pajak Jumlah 1 SKPLB PPh Pasal 29 Rp SKPKB PPh Pasal 21 Rp SKPKB PPh Pasal 23 Rp SKPN PPh Pasal 4 ayat (2) NIHIL 5 SKPKB PPN 0 Sumber: Seksi Pemeriksaan Sehubungan dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang dikeluarkan oleh Pemeriksa atas Pemeriksaan PT. Kuei Meng Chain Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa pelaporan yang diajukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia sudah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku dan telah di kabulkan oleh Direktorat jenderal Pajak meskipun pada jenis pajak tertentu (PPh Pasal 21 dan PPh Pasal 23) terdapat pajak terutang yang langsung akan dikompensasikan pada pengembalian kelebihan pembayaran pajak dalam Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) atas SPT yang disampaikannya ke Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Enam. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak dalam hal ini adalah PT. Kuei Meng Chain Indonesia merasa puas dengan hasil keputusan tersebut yang mana dari jumlah yang diajukan sebesar Rp dan

20 dikabulkan sebesar Rp atau sebesar 50% dari Penghasilan Netto tahun b. Menganalisis Perbedaan mekanisme pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan pasal 29 secara teori dengan pelaksanaan di lapangan Berdasarkan gambar 2.1 terdapat beberapa perbedaan mekanisme pengembalian kelebihan pembayaran pajak penghasilan secara teori dengan prosedur yang dilaksanakan dilapangan dalam hal ini dilakukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia diantaraya : 1. Pemeriksaan Direktur Jenderal pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak selain dari WP dengan kegiatan tertentu harus menerbitkan SKP paling lambat 12 bulan sejak surat permohonan diterima. Dalam hal ini baik teori dan praktek yang dijalankan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia sama atau tidak ada perbedaan yang mana PT. Kuei Meng Chain Indonesia mengajukan pada bulan april 2010 dan menerima SKPLB pada bulan april Namun dalam pemeriksaan dibutuhkan permintaan buku, catatan dan dokumen dari KPP dan diantara 18 dokumen WP / Perusahaan yang diminta oleh KPP hanya 13 dokumen WP / Perusahaan yang dipinjamkan oleh perusahaan dan menurut teori seharusnya pemeriksaan terhadap dokumen perusahaan dilakukan ditempat WP tetapi dalam hal ini pihak

21 Fiskus hanya meminjam buku, catatan dan dokumen perusahaan tanpa melakukan pemeriksaan dilapangan tapi dalam hal ini KPP tidak mempersalahkan hal tersebut dan pemeriksaan dapat terus berjalan. Sehingga dapat diketahui bahwa dalam suatu kasus tertentu tidak sepenuhnya harus mengikuti sesuai dengan mekanisme / teori yang berlaku dengan kata lain KPP masih dapat mengambil kebijakan yang tentunya tidak merugikan antara WP dengan Fiskus. 2. Hasil Pemeriksaan Hasil pemeriksaan terhadap SPT atau terhadap permohonan keberatan dapat menghasilkan pajak yang lebih bayar, yang dapat dibedakan seperti berikut ini : a. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar atas hasil pemeriksaan terhadap SPT PPh yang lebih bayar, kurang bayar atau nihil dapat diterbitkan SKPLB. Dalam hal ini permohonan yang diajukan oleh PT. Kuei Meng Chain mendapatkan tanggapan oleh Direktorat Jenderal Pajak sehingga memungkinkan bagi WP untuk mendapatkan kembali kelebihan pembayaran pajak penghasilan yang diajukan. b. Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak SKPKPP adalah surat keputusan untuk menentukan jumlah pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak untuk PKP

22 tertentu. Dalam hal ini PT. Kuei Meng Chain Indonesia tidak termasuk kedalam PKP dengan kriteria tertentu sehingga tidak diterbitkan SKPPKP. 3. Penelitian Utang Pajak Pada Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Pembayaran kembali kelebihan pembayaran pajak harus terlebih dahulu memperhitungkan adanya utang pajak yang dimiliki WP, dalam hal ini benar terdapat beberapa hutang pajak yang masih terutang pada PT. Kuei Meng Chain Indonesia yaitu PPh Pasal 21 dan Pasal 23 yang langsung dikompensasikan dalam jumlah kelebihan pajak penghasilan yang diajukan. 4. Surat Keputusan Pengembalian Pembayaran Kelebihan Pajak Penghasilan (SKPKPP) Hasil pemeriksaan berupa SKPLB dan SKPPKP akan dilakukan penelitian atas utang utang WP untuk diterbitkannya SKPKPP paling lama 1 bulan setelah diterbitkannya SKPLB maupun SKPKB. Dalam hal ini tidak ada perbedaan antara teori dengan praktek yang dilakukan oleh PT. Kuei Meng Chain Indonesia yang mana SKPLB diterbitkan pada April 2011 dan SKPKPP diterbitkan pada Mei 2011.

23 5. Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak (SPMKP) Atas dasar SKPKPP tersebut, kepala KPP berdasarkan permohonan WP menerbitkan SPMKP kepada Kepala KPPN per jenis pajak dan per masa/ tahun pajak dan dapat diperoleh pada hari yang sama. Dalam hal ini PT. Kuei Meng Chain Indonesia mendapatkan SPMKP tepat pada hari yang sama setelah diterbitkannya SKPKPP. 6. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Berdasarkan SPMKP, KPPN menerbitkan SP2D paling lama 2 harikerja sejak SPMKP diterima. Dalam hal tersebut WP menerima SP2D tanggal 11 Mei 2011, dengan kata lain lebih cepat dari batasan waktu yang dijanjikan dalam teori.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 7/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 Peraturan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Tahap Persiapan Pemeriksaan Pajak Beradasarkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Senen Nomor: PRIN-123/WPJ.06/KP.0905/2008

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 72 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kesiapan Wajib Pajak saat dilakukan Pemeriksaan Pajak 1. Kelengkapan dokumen umum, dokumen perpajakan dan dokumen pembukuan. Kelengkapan dokumen umum, dokumen

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK Yulia Chandra ABSTRAK Restitusi atau pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Pertambahan Nilai merupakan Hak semua Wajib

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan hal tersebut yang terbagi menjadi 3 (tiga) bagian pokok yaitu BAB II LANDASAN TEORI Dalam penelitian ini penulis akan membahas atau menganalisis hubungan antara pemeriksaan pajak dengan kepatuhan Wajib Pajak Badan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Pada bagian ini penulis akan mengamati kasus yang penulis dapatkan selama menjalankan Praktek Kerja Lapangan di KKP Anton dan Rekan yaitu tentang pemeriksaan pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pajak Penghasilan 2.1.1. Pajak Penghasilan Badan Pada Pasal 1 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan adalah Pajak yang dikenakan

Lebih terperinci

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PENETAPAN DAN KETETAPAN PENETAPAN DAN KETETAPAN Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 5/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG BAGI WAJIB

Lebih terperinci

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan (KUP) Dasar Hukum : No. Tahun Undang2 6 1983 Perubahan 9 1994 16 2000 28 2007 16 2009 SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) SPT Surat yg oleh

Lebih terperinci

(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000

(Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000. (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang 55,000,000 AKUNTANSI PERPAJAKAN 1. Akuntansi Pajak untuk Pendapatan (Dr) Piutang 55,000,000 (Cr) PPN Keluaran 5,000,000 Penjualan 50,000,000 Pada Saat Mengakui Pendapatan/Penjualan (Dr) Kas/Bank 55,000,000 (Cr) Piutang

Lebih terperinci

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4) LAMPIRAN I Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-40/PJ./2009 tentang Tata Cara Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak Bagi Wajib Pajak yang Memenuhi Persyaratan Tertentu,.....20 1) Nomor : (2)

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Makalah Pemeriksaan Pajak Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan

Lebih terperinci

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) terjadi apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak

Lebih terperinci

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

2011, No.35 2 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.35, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Kelebihan Pembayaran Pajak. Penghitungan. Prosedur PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 40/PJ./2009 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor :...

Lebih terperinci

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat, LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-40/PJ./2009 TENTANG : TATA CARA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU...,...20... 1) Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2011 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa guna

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar

BAB III PEMBAHASAN. A. Gambaran Obyek Penelitian. 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama. Karanganyar digilib.uns.ac.id BAB III PEMBAHASAN A. Gambaran Obyek Penelitian 1. Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Karanganyar KPP Pratama Karanganyar merupakan kantor pelayanan pajak pecahan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Pemeriksaan Pajak atas SPT WP Badan Salah satu kewajiban setiap Wajib Pajak adalah mengisi dengan benar, jelas, dan lengkap serta menyampaikan secara langsung atau melalui pos

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK YANG SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-24/PJ/2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN LAMPIRAN I Surat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN IV.1 Analisis Surat Permohonan Banding atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) PPh Badan Perbedaan dalam pengakuan pendapatan dan beban antara perlakuan akuntansi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK Berdasarkan litelatur perpajakan dan KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN yang saya baca, kemungkinan pengembalian pajak lebih banyak diberikan kepada wajib pajak secara perorangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Alur Restitusi PT.KAJ atas PPN Lebih Bayar Bulan Desember 2013 PT.KAJ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan di kota Semarang yang berdiri sejak tahun 2009.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1973, 2014 KEMENKEU. Pajak. Penyetoran. Pembayaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242 /PMK.03/2014 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN DAN

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I KUASA & KONSULTAN PAJAK, PEMERIKSAAN, PENAGIHAN, RESTITUSI PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP Pajak pada prinsipnya terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenai pajak, tetapi untuk kepentingan administrasi perpajakan

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK: KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 2013, No.1556 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.09/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

Lebih terperinci

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P

2015, No dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, perlu menetapkan P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1964, 2015 KEMENKEU. Pembayaran Pajak. Kelebihan. Perhitungan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG TATA

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

Surat Ketetapan Pajak. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Surat Ketetapan Pajak Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com Surat ketetapan pajak UU Nomor 28 tahun 2007 Surat ketetapan meliputi Surat ketetapan pajak kurang bayar Surat ketetapan pajak

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan No.180, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. SPT. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 /PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014

Lebih terperinci

Kertas Kerja Pemeriksaan, Laporan Hasil Pemeriksaan, dan Nota Penghitungan

Kertas Kerja Pemeriksaan, Laporan Hasil Pemeriksaan, dan Nota Penghitungan DIKLAT FUNGSIONAL PEMERIKSA DASAR Bahan Ajar Kertas Kerja Pemeriksaan, Laporan Hasil Pemeriksaan, dan Nota Penghitungan Disusun: Maulia Githa Ustadztama KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA

SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA SE - 11/PJ/2011 PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2011 TENTANG TATA CARA Contributed by Administrator Thursday, 20 January 2011 Pusat Peraturan Pajak Online 20 Januari 2011 SURAT

Lebih terperinci

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T

2015, No MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NO MOR 16/PMK.03/2011 TENTANG T BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1469, 2015 KEMENKEU. Kelebihan. Perhitungan. Pengembalian. Pembayaran Pajak. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK

TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK 1. KPP Pratama Tigaraksa agar segera mengirim surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak paling lama 5 (lima) hari kerja

Lebih terperinci

Keputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000

Keputusan Dirjen Pajak KEP-537/PJ./2000 tgl 29 Desember 2000 KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 537/PJ./2000 TENTANG PENGHITUNGAN BESARNYA ANGSURAN PAJAK DALAM TAHUN PAJAK BERJALAN DALAM HAL-HAL TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : bahwa sebagai

Lebih terperinci

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... 11 2012, No.526 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang

Lebih terperinci

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP)

Pemeriksaan. Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 31 UU KUP) Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.

BAB IV PEMBAHASAN. Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS. PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Pengenaan Pajak atas Penghasilan PT PIBS PT PIBS adalah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi. Selain mendapat imbalan atas jasa pelaksanaan konstruksi yang diberikan, PT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

BAB IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 BAB IV PEMBAHASAN IV.I Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MANAJEMEN PERPAJAKAN MANAJEMEN PERPAJAKAN MODUL 9 Dosen : Jemmi Sutiono Ruang : B-305 Hari : Minggu Jam : 13:30 16:00 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2011 Manajemen Perpajakan Jemmi Sutiono Pusat

Lebih terperinci

1.4. Jenis Pemeriksaan

1.4. Jenis Pemeriksaan 1.2. Pengertian, Dasar Hukum, dan Tujuan Pemeriksaan Pajak Definisi pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimanan telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pajak 1. Pengertian Pajak Beberapa pengertianpajak menurut para ahli adalah sebagai berikut: a. Menurut P. J. A. Adriani dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak yang ditulis oleh

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK HAK WAJIB PAJAK 1. Menunda penyampaian surat pemberitahuan 2. Pembetulan Surat Pemberitahuan 3. Mengangsur pembayaran 4. Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak (Restitusi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah perpajakan tidak semata-mata masalah Direktorat Jenderal Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara. Keberhasilan pemungutan

Lebih terperinci

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah. BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh 165 BAB VIII SURAT KETERANGAN BEBAS PEMOTONGAN dan/atau PEMUNGUTAN PPh PENGERTIAN SKB adalah Surat Keterangan Bebas Pemotongan dan/atau Pemungutan PPh bagi WP yang memiliki Peredaran Bruto Tertentu, sama

Lebih terperinci

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

FORMAT SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK : KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.03/2013 TENTANG PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK BAGI WAJIB PAJAK YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU FORMAT SURAT

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap :

Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : : Put-44250/PP/M.VIII/16/2013 Maia Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN JLN Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap : Menurut Terbanding

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.03/2013 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBERIAN IMBALAN BUNGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesatnya perkembangan sosial ekonomi sebagai hasil dari pembangunan nasional serta reformasi di berbagai bidang menempatkan sektor pajak sebagai sektor yang

Lebih terperinci

NPWP dan Pengukuhan PKP

NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan Pengukuhan PKP NPWP dan NPPKP Pengusaha Wajib Pajak Bukan Pengusaha NPWP dan NPPKP NPWP Siapakan yang Wajib Mendaftarkan diri untuk Memperoleh NPWP? Orang Pribadi Menjalankan Usaha dan Pekerjaan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mengubah: UU 6-1983 lihat: UU 9-1994::UU 28-2007 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 126, 2000 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Ads by Style%20Ball X i Peraturan Peraturan Menteri Keuangan - 243/PMK.03/2014, 24 Des 2014 PencarianPeraturan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM

DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM DAFTAR BLANKO/FORMULIR YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN PSL PPN & PPn BM No. Urut Nama Blanko/Formulir Kode 1. Penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak PSL.KAP.1 Direktur Rikpa 2. Surat Perintah Pemeriksaan

Lebih terperinci

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI ACCOUNT REPRESENTATIVE TINGKAT DASAR BAHAN AJAR Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar Oleh: T i m Widyaiswara Pusdiklat Pajak KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 274/PMK.04/2014 TENTANG PENGEMBALIAN BEA MASUK, BEA KELUAR, SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA, DAN/ATAU BUNGA

Lebih terperinci

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-97/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN MONITORING KINERJA LAYANAN UNGGULAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR

Lebih terperinci

L2

L2 L1 L2 L3 L4 L5 L6 L7 L8 L9 L10 L11 L12 L13 L14 L15 L16 L17 PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Menimbang : MENTERI

Lebih terperinci

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PPA K RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : 1. Ahmad Satria Very S 2. Bagus Arifianto PPAK KELAS MALAM RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Bagian: 1 Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG. 1 ALUR KUP WP SPT SKP Inkraacht 3 bulan (dikrim) Daftar Inkraacht Pemeriksaan Keberatan Inkraacht 5 tahun 3 bulan(dite rima)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Mekanisme Pemungutan PPh Ps. 22, PPN, dan Bea Masuk Atas Impor BKP PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan perusahaan yang bergerak di bidang

Lebih terperinci

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS LEMIGAS merupakan Instansi Pemerintah yang tidak bertujuan untuk mencari keuntungan, LEMIGAS

Lebih terperinci

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: -

No. SOP: 16/TMPB/2016. Revisi Ke - Tanggal Penetapan 7 Desember Tanggal Revisi: - No. SOP: 16/TMPB/2016 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B Standar Operasional Prosedur Bea Masuk,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 74/PMK.03/2012 TENTANG : TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Hibah. Millenium Challenge Corporation. Pengelolaan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 124/PMK.05/2012 TENTANG MEKANISME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat.dengan demikian, negara diharapkan memiliki penghasilan yang cukup dalam membiayai kepentingan

Lebih terperinci

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010

Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013. Tahun Pajak : 2010 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.42997/PP/M.XIII/99/2013 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2010 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah gugatan terhadap Keputusan Tergugat Nomor

Lebih terperinci

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN

C. PKP Rekanan PKP Rekanan adalah PKP yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP kepada Bendaharawan Pemerintah atau KPKN Lampiran I Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor : KEP-382/PJ/2002 Tanggal : 13 Agustus 2002 A. Singkatan 1. APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2. APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2097, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Bea Masuk. Bea Keluar. Sanksi Administrasi. Denda. Bunga. Kepabeanan. Pengembalian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

NO. Jenis Formulir Kode Formulir Ukuran Rangkap I. PPh Badan/Orang Pribadi F F F

NO. Jenis Formulir Kode Formulir Ukuran Rangkap I. PPh Badan/Orang Pribadi F F F LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-33/PJ/2015 TENTANG : PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-27/PJ/2012 TENTANG BENTUK DAN ISI NOTA PENGHITUNGAN, BENTUK

Lebih terperinci

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan

2 Mengingat Tata Cara Penghitungan dan Pemberian Imbalan Bunga; : Peraturan Menteri Keuangan Nomor 226/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Penghitungan dan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1470, 2015 KEMENKEU. Imbalan Bunga. Pemberian. Penghitungan. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 186/PMK.03/2015 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 545/KMK.04/2000 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang tertuang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1)

PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1) PETUNJUK PENGISIAN SURAT KONFIRMASI (Lampiran 1) Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Angka 8 Angka 9 Angka 10 Angka 11 Angka 12 Angka 13 Angka 14 Angka 15 Angka 16 Angka 17 : Diisi

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 3)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : 2) TENTANG PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK 3) MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN l PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.03/2007 TENTANG TATA CARA PEMBAYARAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 438, 2013 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan. Penyetoran. Pajak. Bendahara Umum Daerah. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64/PMK.05/2013

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 244/PMK.03/2015 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Pengertian Pajak Pajak adalah sebuah kegiatan yang berlangsung secara terus menerus dan saling berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008

A. Dasar Hukum. Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015. Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23. Tahun Pajak : 2008 Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.65755/PP/M.VIIIA/12/2015 Jenis Pajak : Pajak Penghasilan Pasal 23 Tahun Pajak : 2008 Pokok Sengketa : bahwa nilai sengketa terbukti dalam sengketa banding ini adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Dasar Dasar Perpajakan 1. Definisi Pajak Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP)

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Surat Ketetapan Pajak (SKP) Dan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Ketetapan Pajak (SKP) adalah surat yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Lebih terperinci

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011 Nomor Putusan Pengadilan Pajak Put-4/PP/M.XIIA/99/2014 Jenis Pajak : Gugatan Tahun Pajak : 2011 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap permohonan Pengurangan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI A. Saat Terutang Pajak Setiap wajib pajak diwajibkan untuk membayar hutang pajaknya dengan tidak menggantungkan dengan adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

24 Maret STIE Widya Praja Tanah Grogot

24 Maret STIE Widya Praja Tanah Grogot Ketentuan Umum dan Tata Perpajakan sebagai landasan hukum materil dan formal perpajakan, terdiri dari: 1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) & Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. 2. Surat Pemberitahuan & Tata

Lebih terperinci