Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
|
|
- Widyawati Kurniawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Triwulan IV dan Tahun 2011
2 ...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.6 Tahun Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan kali ini selain melaporkan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia selama triwulan IV 2011 juga melaporkan untuk keseluruhan tahun
3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan IV 2011 dan keseluruhan tahun Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sebagaimana diatur pada pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, telah disusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan IV 2011 dan tahun Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan rencana kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk tahun yang akan datang dengan memperhatikan laju inflasi dan kondisi ekonomi dan keuangan. Laporan tersebut selanjutnya akan menjadi bahan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia guna melakukan penilaian tahunan terhadap kinerja Dewan Gubernur dan Bank Indonesia. Patut disyukuri, kondisi perekonomian Indonesia sepanjang tahun 2011 terjaga pada jalur yang diharapkan dan menujukkan hasil yang positif. Kondisi ekonomi dan keuangan global yang masih terus melemah seiring berlarutnya krisis di Eropa tidak menimbulkan dampak yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6,5% baik pada triwulan IV 2011 maupun pada keseluruhan tahun 2011, dengan inflasi terkendali sebesar 0,79% (qtq) atau 3,79% (yoy). Pengakuan terhadap solidnya kondisi fundamental Indonesia diafirmasikan melalui kenaikan sovereign rating Indonesia hingga mencapai investment grade. Kondisi perekonomian yang kuat tersebut tidak terlepas dari dukungan kondusifnya sistem keuangan Indonesia. Industri perbankan mampu menunjukkan resiliensi ditengah goncangan keuangan global. Industri perbankan juga masih berkinerja optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai agen intermediasi. Berbagai aktivitas perekonomian selama tahun 2011 juga didukung dengan kelancaran transaksi di sistem pembayaran dan pengedaran uang. Untuk mendukung pencapaian kinerja yang positif tersebut, berbagai kebijakan telah dilakukan oleh Bank Indonesia. Dalam melaksanakan kebijakan tersebut, Bank Indonesia juga berkoordinasi secara intensif dengan Pemerintah dan seluruh stakeholders terkait. Bank Indonesia menyadari bahwa kondisi perekonomian ke depan masih diwarnai dengan risiko global dan kompleksitas permasalahan domestik. Untuk memantapkan hasil yang telah diraih, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai tantangan tersebut dan menyikapinya secara terukur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia juga senantiasa mengedepankan nilai- Kata Pengantar i
4 nilai tata kelola organisasi yang baik dan terbebas dari segala bentuk inefisiensi guna menyongsong era globalisasi. Jakarta, 1 Februari 2012 GUBERNUR BANK INDONESIA Darmin Nasution ii BANK INDONESIA
5 Daftar Isi Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... i iii v vii Bab 1. Ringkasan Eksekutif... 1 Kinerja Perekonomian... 1 Kebijakan yang Ditempuh... 3 Bab 2. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Neraca Pembayaran Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Perkembangan Suku Bunga Perkembangan Bank Umum Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sistem Pembayaran Perkembangan Efisiensi dan Kehandalan Sistem Pembayaran Pengedaran Uang Bab 3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Stabilitas Moneter Kebijakan Moneter Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar Koordinasi dengan Pemerintah Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri (PLN) Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan Stabilitas Sistem Perbankan Pengaturan Perbankan Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Keuangan Inklusif (Financial Inclusion) Implementasi BASEL II dan Penyiapan BASEL III Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah Kebijakan dan Pengawasan BPR Daftar Isi iii
6 2.8. Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM Perizinan dan Informasi Perbankan Investigasi dan Mediasi Perbankan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Kehandalan dan Efisiensi Sistem Pembayaran Pengedaran Uang Kerjasama Internasional Komunikasi dan Edukasi Kebijakan Bab 4. Manajemen Intern Bank Indonesia Akuntabilitas dan Transparansi Audit Intern Keuangan Intern Teknologi Informasi Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Aspek Hukum Bank Indonesia Social Responsibility Bab 5. Rencana Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia Tahun Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Selama Tahun Peraturan Bank Indonesia Peraturan Dewan Gubernur Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia Surat Edaran Intern Bank Indonesia Daftar Istilah Daftar Singkatan iv BANK INDONESIA
7 Daftar Tabel 2.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan(%) Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah Indikator Utama Kinerja BPR Nilai Transaksi Pembayaran Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Tahun Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Tahun Realisasi Penarikan Utang Luar Negeri Pemerintah Realisasi Pembayaran Utang Luar Negeri Pemerintah Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank Statistik Perkembangan Investigasi Tipibank Sengketa Perbankan Daftar Tabel v
8 vi BANK INDONESIA Halaman ini sengaja dikosongkan.
9 Daftar Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Inflasi Inti, Nilai tukar & Harga Pangan Global Kapasitas Utilisasi (SKDU) Peta Inflasi Daerah Investasi Langsung Asing (FDI) Kinerja Ekspor & Impor Volatilitas Mata Uang Asia Tahun 2012 (ytd %) Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Uncovered Interest Parity (UIP) Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR Volume PUAB Komposisi Tenor PUAB Jumlah Pelaku PUAB Perkembangan Suku Bunga Perbankan Perkembangan Uang Rupiah yang Diedarkan Komposisi Operasi Moneter Perkembangan Penanganan Kasus Tipibank Sebaran Tindak Pidana Perbankan Sengketa Perbankan Berdasarkan Jenis Produk Daftar Grafik vii
10 viii BANK INDONESIA Halaman ini sengaja dikosongkan.
11 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Indonesia selama triwulan IV 2011 terus menunjukkan kinerja yang baik. Inflasi masih terjaga di level yang rendah dengan dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi. Sementara itu, nilai tukar rupiah dapat dikelola tetap terjaga, meskipun sedikit melemah sebagai pengaruh dampak ketidakpastian di Eropa yang masih tinggi. Nilai tukar yang tetap terjaga tersebut berkontribusi pada stabilitas sistem keuangan yang tetap terkendali yang pada gilirannya mendorong capaian kinerja pada inflasi dan pertumbuhan ekonomi tersebut. Perekonomian yang tetap solid selama triwulan IV 2011 mendukung capaian ekonomi nasional keseluruhan tahun 2011 yang tetap kuat dan berdaya tahan. Kondisi keuangan global yang masih terus melemah seiring berlarutnya krisis utang di Eropa dan melemahnya perekonomian AS terlihat belum memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian Indonesia. Inflasi tahun 2011 tercatat rendah di level 3,79% dan tetap dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi dengan perkiraan sekitar 6,5%. Demikian pula stabilitas sistem keuangan juga masih tetap terkendali. Secara umum, capaian ini tidak terlepas dari pengaruh positif bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi koordinasi yang intensif dengan Pemerintah sehingga dapat menjaga stabilitas makroekonomi dan memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi. Kinerja Perekonomian Inflasi IHK selama triwulan laporan masih berada pada level yang rendah. Inflasi IHK triwulan IV 2011 tercatat 0,79% (qtq), lebih rendah dari triwulan yang sama tahun sebelumnya. Inflasi pada triwulan IV 2011 yang rendah ini terlihat menyumbang tetap rendahnya inflasi tahun 2011 secara keseluruhan di level 3,79%, lebih rendah dari sasaran inflasi sebesar 5%±1% (yoy). Perkembangan inflasi 2011 tersebut dipengaruhi oleh stabilnya inflas inti, rendahnya inflasi bahan pangan dan minimnya inflasi administered prices. Inflasi inti yang stabil didukung oleh kebijakan moneter dan nilai tukar dalam mengendalikan permintaan, tekanan inflasi dari barang impor, serta terjaganya ekspektasi inflasi. Rendahnya inflasi bahan pangan didukung oleh kebijakan Pemerintah dalam menjaga kecukupan pasokan dan kelancaran distribusi serta stabilisasi harga pangan. Sementara itu, kebijakan fiskal terkait subsidi energi berdampak pada minimnya inflasi administered prices. Ke depan, inflasi pada tahun 2012 diperkirakan tetap dapat dikendalikan pada kisaran sasarannya yaitu 4,5%±1%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2011 diperkirakan juga masih tinggi didukung oleh inflasi yang rendah tersebut. Ekonomi pada triwulan IV 2011 Ringkasan Eksekutif 1
12 diperkirakan tumbuh sebesar 6,5% didukung dengan sumber pertumbuhan yang semakin seimbang. Secara keseluruhan tahun 2011, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan mencapai 6,5%, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 6,1%. Pertumbuhan 2011 ini merupakan tingkat pertumbuhan tertinggi selama 10 tahun terakhir. Selain konsumsi rumah tangga yang tetap tumbuh tinggi, pertumbuhan ekonomi 2011 ditopang oleh investasi yang kuat serta terjaganya kinerja ekspor. Dari sisi produksi, sektor-sektor yang menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri, sektor transportasi dan komunikasi, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Ke depan, prospek ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup kuat ditopang investasi dan konsumsi rumah tangga yang tetap kuat. Peningkatan peringkat utang Indonesia menjadi investment grade diharapkan dapat mendorong semakin kuatnya investasi. Sementara ekspor diperkirakan tetap tumbuh, meskipun melambat sejalan dengan melemahnya ekonomi global. Secara keseluruhan tahun 2012, pertumbuhan ekonomi domestik diperkirakan pada kisaran 6,3%-6,7%. Tekanan terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2011 terindikasi masih cukup besar, meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Tekanan tersebut terutama tercatat di transaksi modal dan finansial akibat aliran keluar dana asing jangka pendek, sedangkan aliran Foreign Direct Investment (FDI) masih dalam tren meningkat. Sementara itu, kinerja transaksi berjalan diperkirakan sedikit menurun dipengaruhi kuatnya impor sejalan dengan tingginya kegiatan ekonomi domestik. Kendati terdapat tekanan pada dua triwulan terakhir, untuk keseluruhan tahun 2011 NPI tahun 2011 masih mencatat surplus yang cukup besar. Surplus ini berkontribusi pada posisi cadangan devisa sampai dengan akhir Desember 2011 yang tercatat 110,1 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Tekanan yang masih terjadi di NPI mempengaruhi nilai tukar rupiah yang masih dalam tren melemah pada triwulan IV Meskipun secara umum masih dapat dikelola, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak akhir triwulan III 2011 dipengaruhi oleh persepsi risiko yang memburuk akibat krisis utang Eropa dan sentimen negatif krisis di AS. Selain itu, tekanan rupiah juga dipengaruhi tingginya permintaan valuta asing untuk pembiayan impor dan pembayaran utang luar negeri. Untuk keseluruhan tahun 2011, nilai tukar rupiah masih secara rata-rata menguat 3,56% (yoy) dibandingkan tahun Kuatnya fundamental makroekonomi sejalan dengan terjaganya stabilitas sistem keuangan. Pada akhir triwulan IV 2011, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) berada pada level 1,63. Stabilitas sistem keuangan didukung oleh membaiknya kinerja sektor perbankan sebagai industri yang mendominasi sistem keuangan Indonesia. Kinerja perbankan yang semakin solid tercermin pada tingginya rasio kecukupan modal (CAR/Capital Adequacy Ratio) sebesar 16,6% pada November 2011, jauh di atas CAR minimum 8%. Permodalan bank yang tinggi tersebut dicapai melalui peningkatan profitabilitas, diikuti dengan peningkatan efisiensi perbankan. Sementara itu, intermediasi perbankan juga semakin membaik tercermin dari 2 BANK INDONESIA
13 pertumbuhan kredit yang hingga akhir November 2011 mencapai 25,81% (yoy), yang lebih ditujukan pada sektor-sektor produktif. Peningkatan intermediasi perbankan disertai membaiknya kualitas kredit yang tercermin pada rasio kredit bermasalah (NPL/Non Performing Loan) gross sebesar 2,5%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Kinerja perekonomian Indonesia tidak terlepas dari dukungan keandalan sistem pembayaran dan terpenuhinya kebutuhan uang kartal masyarakat. Kinerja sistem pembayaran sebagai bagian dari sistem keuangan selama triwulan IV 2011 tetap terjaga. Ketersediaan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) sebagai sistem setelmen dana transaksi antar bank dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) sebagai sistem setelmen surat berharga, serta transaksi pembayaran ritel melalui Sistem Kliring Bank Indonesia (SKNBI) selama triwulan laporan mencapai 100%, sementara secara keseluruhan tahun mencapai 99,99%. Selain itu, keandalan sistem pemrosesan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik yang diselenggarakan ol eh pihak di luar Bank Indonesia juga terjaga. Tidak terdapat kejadian yang mempengaruhi operasional sistem secara signifikan. Dari sisi pengedaran uang, kebutuhan uang kartal dalam kondisi layak edar yang meningkat menjelang Natal dan tahun baru serta pemenuhan kebutuhan tutup tahun anggaran instansi Pemerintah dan swasta dapat dipenuhi. Secara keseluruhan tahun, Bank Indonesia juga dapat memenuhi kebutuhan uang kartal layak edar di masyarakat yang meningkat signifikan sepanjang tahun Kebijakan Yang Ditempuh Kondisi perekonomian yang kondusif pada triwulan IV 2011 dan juga keseluruhan tahun 2011 tidak terlepas dari pengaruh positif bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia serta koordinasi intensif dengan Pemerintah. Meskipun pada semester II 2011 terdapat ketidakpastian pasar keuangan dan ekonomi global, respons kebijakan yang dtempuh Bank Indonesia dan Pemerintah dapat tetap menjaga stabilitas makroekonomi sekaligus memperkuat momentum pertumbuhan ekonomi. Dalam kaitan ini, bauran kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia diterapkan melalui kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, serta kebijakan makroprudensial dalam rangka pengelolaan aliran modal asing dan likuiditas perbankan. Kebijakan suku bunga Bank Indonesia selama tahun 2011 diarahkan agar tetap konsisten dengan pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Pada triwulan I 2011 Bank Indonesia menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,75% dan tetap bertahan hingga September 2011 sebagai respons ekspektasi inflasi yang cukup tinggi. Bank Indonesia pada Oktober dan November 2011 kemudian menurunkan BI Rate masing-masing sebesar 25 bps dan 50 bps sehingga BI Rate pada akhir 2011 menjadi 6,0%. Penurunan BI Rate tersebut dilakukan dengan memperhatikan tekanan inflasi ke depan yang semakin rendah, sekaligus untuk mengurangi dampak Ringkasan Eksekutif 3
14 memburuknya prospek ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia. Stance kebijakan moneter yang memasuki fase longgar melalui penurunan BI Rate tersebut, diperkuat dengan adanya penurunan batas bawah koridor suku bunga Pasar Uang Antar Bank overnight (PUAB O/N) dari 100 bps menjadi 150 bps dari BI Rate. Kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia tetap ditujukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, namun tetap dalam kerangka sistem nilai tukar mengambang bebas. Upaya tersebut dilakukan melalui monitoring dan komunikasi yang intensif dengan pelaku pasar, serta melakukan intervensi secara terukur untuk menjaga keseimbangan di pasar valas domestik. Untuk memperkuat ketersediaan pasokan valas guna mendukung terciptanya stabilitas nilai tukar, Bank Indonesia menerbitkan peraturan yang mewajibkan eksportir dan debitur utang luar negeri menempatkan devisa hasil ekspor (DHE) dan devisa utang luar negeri (DULN) di bank devisa dalam negeri. Peraturan tersebut akan diberlakukan pada Januari Bank Indonesia pada 2011 juga menempuh kebijakan makroprudensial dalam rangka pengelolaan aliran modal asing. Kebijakan tersebut antara lain dengan memperpanjang masa wajib memegang kepemilikan SBI dari 1 bulan menjadi 6 bulan, membatasi pinjaman luar negeri jangka pendek Bank menjadi maksimal 30% modal bank dan meningkatkan Giro Wajib Moneter ( GWM) valas secara bertahap dari 1% menjadi 5% dan selanjutnya menjadi 8%. Sebagai langkah antisipasi dampak gejolak di pasar keuangan global terhadap stabilitas sistem keuangan domestik, Bank Indonesia juga mempersiapkan Protokol Manajemen Krisis ( Crisis Management Protocol/CMP). CMP ini selanjutnya akan disinergikan dengan CMP di tingkat nasional. Bank Indonesia juga melalukan beberapa kerjasama baik dengan Pemerintah maupun kerjasama internasional. Bank Indonesia tetap memperkuat koordinasi dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) sejalan dengan kondisi bahwa inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh sisi permintaan. Koordinasi juga dilakukan untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik. Selain itu, Bank Indonesia juga aktif melakukan kerjasama dengan bank sentral dan lembaga keuangan lainnya, baik di tataran bilateral, regional maupun internasional. Di bidang perbankan, Bank Indonesia senantiasa memperkuat daya tahan perbankan guna meminimalisir dampak dari ketidakpastian pasar keuangan dan ekonomi global. Dengan terciptanya perbankan yang sehat dan kuat, perbankan dapat semakin menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari. Untuk itu, dalam rangka meningkatkan ketahanan perbankan, Bank Indonesia menyempurnakan perhitungan permodalan dengan memperhatikan risiko serta mewajibkan bank menerapkan strategi anti fraud, prinsip kehati-hatian dalam melakukan alih daya dan manajemen risiko dalam melakukan layanan nasabah prima. Adapun upaya Bank Indonesia untuk mendorong intermediasi perbankan dilakukan antara lain melalui penerapan kebijakan 4 BANK INDONESIA
15 Transparansi Informasi Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) serta program financial inclusion. Selain kebijakan untuk meningkatkan ketahanan perbankan dan mendorong peran intermediasi perbankan, Bank Indonesia juga memperkuat fungsi pengawasan melalui penyempurnaan ketentuan mengenai pelaporan bank kepada Bank Indonesia. Berbagai penyempurnaan program pengawasan secara komprehensif juga terus dilakukan, antara lain berupa penyempurnaan infrastruktur pengawasan, penyempurnaan pendekatan pengawasan (risk based supervision) dan penyempurnaan perlindungan hukum bagi pengawas. Berbagai kebijakan perbankan tersebut menjadi bagian dari penyempurnaan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) serta dalam rangka persiapan implementasi Basel II dan Basel III. Di bidang sistem pembayaran, kebijakan yang ditempuh tetap ditujukan untuk memastikan agar sistem pembayaran Indonesia dapat berjalan dengan lancar, aman dan efisien, dengan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian dan perlindungan konsumen. Untuk itu, Bank Indonesia menerbitkan ketentuan mengenai penggunaan teknologi chip dan Personal Identification Number (PIN) pada kartu ATM dan kartu debet. Dengan berlakunya ketentuan ini, penerbit kartu ATM/ Debet di Indonesia diwajibkan untuk mengoperasikan kartu ATM/Debet dengan sistem chip paling lama tanggal 31 Desember Bank Indonesia juga melakukan penyempurnaan kebijakan mengenai Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu, terutama mengenai kerjasama penyelenggara APMK dengan pihak lain, khususnya dalam pelaksanaan penagihan kartu kredit, serta pengetatan persyaratan untuk memperoleh kartu kredit. Selain itu, pengembangan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) dan Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System (BI-SSSS) Generasi II, peningkatan efisiensi pengelolaan rekening Pemerintah, dan upaya pembentukan National Payment Gateway (NPG) juga terus dilakukan. Sementara kebijakan pengedaran uang tetap ditujukan untuk mendukung ketersediaan uang rupiah dalam nominal yang cukup serta layak edar, serta meningkatkan layanan kas sehingga dapat menjangkau wilayah perbatasan dan daerah terpencil. Bank Indonesia juga menempuh berbagai kebijakan di bidang manajemen internal untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas pokok di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran. Di bidang perencanaan strategis, Bank Indonesia menyusun arah strategis Bank Indonesia 2012 sebagai pedoman kegiatan dan pencapaian target yang jelas di tahun mendatang. Di bidang keuangan, fokus dari pelaksanaan manajemen keuangan Bank Indonesia adalah mendorong transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Bank Indonesia. Hal ini tercermin dari Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia tahun 2010 yang memperoleh opini Unqualified Opinion (Wajar Tanpa Pengecualian) dari BPK. Selain itu, untuk meningkatkan akuntabilitas anggaran, Bank Indonesia juga memperkuat sistem anggaran dengan menyusun konsep anggaran berbasis kinerja (performance based culture). Sementara di bidang sumber daya manusia, kebijakan diarahkan untuk Ringkasan Eksekutif 5
16 meningkatkan kompetensi dan kepemimpinan serta penyelarasan organisasi yang sejalan dengan arah strategi ke depan. Memperhatikan prospek perekonomian ke depan yang masih dibayangi dengan ketidakpastikan ekonomi global, Bank Indonesia mengarahkan kebijakan tahun 2012 untuk i). mengoptimalkan peran kebijakan moneter dalam mendorong kapasitas perekonomian sekaligus memitigasi risiko perlambatan ekonomi global, ii). Meningkatkan efisiensi perbankan untuk mengoptimalkan kontribusinya dalam perekonomian dengan tetap memperkuat ketahanan perbankan, iii). Meningkatkan efisiensi, keandalan dan keamanan sistem pembayaran, baik dalam sistem pembayaran nasional maupun hubungan sistem pembayaran dengan luar negeri; vi). Memperkuat ketahanan makro dengan memantapkan koordinasi dalam manajemen pencegahan dan penanganan krisis, dan v). Mendukung pemberdayaan sektor riil termasuk melanjutkan upaya perluasan akses perbankan (financial inclusion) kepada masyarakat. Berbagai langkah kebijakan tersebut yang disertai dengan koordinasi yang erat dengan instansi terkait, diharapkan dapat membawa perekonomian Indonesia ke level yang lebih tinggi dengan tetap menjaga pencapaian inflasi pada kisaran sasaran yang ditetapkan. 6 BANK INDONESIA
17 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makro ekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Perekonomian Indonesia selama triwulan IV 2011 masih menunjukkan kinerja yang baik, meskipun ketidakpastian ekonomi global terkait krisis di Eropa masih berlanjut. Inflasi masih terjaga di level yang rendah dengan dibarengi pertumbuhan ekonomi yang tetap tinggi, perbankan yang tetap kuat dan sistem pembayaran yang tetap terkendali. Perekonomian yang tetap solid selama triwulan IV 2011 mendukung capaian ekonomi nasional keseluruhan tahun 2011 yang tetap kuat dan berdaya tahan. Untuk tahun 2012, prospek ekonomi Indonesia diperkirakan masih cukup kuat ditopang investasi dan konsumsi rumah tangga, meskipun pengaruh perlambatan ekonomi global tetap dicermati. Inflasi juga diharapkan juga masih terkendali dalam sasaran 4,5% + 1%. 1. Inflasi Inflasi IHK pada triwulan IV 2011 masih menurun disumbang pada hampir seluruh komponen. Inflasi IHK pada triwulan laporan tercatat 0,79% (qtq), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 1,89% (qtq). Perkembangan inflasi IHK tersebut disumbang disumbang oleh inflasi inti yang juga menurun menjadi 0,47% (qtq), lebih rendah dari inflasi triwulan sebelumnya 1,90% (qtq). Rendahnya inflasi inti tersebut terutama dipengaruhi menurunnya harga komoditas bahan pangan pada kelompok inflasi inti seiring dengan tren penurunan harga komoditas global. Inflasi volatile food juga menurun tercatat sebesar 2,27 % (qtq), lebih rendah dari periode triwulan sebelumnya 2,86% (qtq). Rendahnya inflasi volatile foods triwulan IV 2011 antara lain disebabkan oleh besarnya impor bahan pangan, termasuk produk hortikultura, di tengah meningkatnya produksi hortikultura dalam negeri. Sejalan dengan kondisi tersebut, inflasi administered prices juga menurun dari 0,83 (qtq) menjadi 0,45% (qtq) disebabkan karena terbatasnya kebijakan Pemerintah di bidang harga. Kenaikan tarif 13 ruas jalan tol antara 11% sampai dengan 13% pada triwulan IV 2011, hanya memberikan dampak minimal mengingat bobotnya yang kecil dalam perhitungan IHK. Inflasi pada triwulan IV 2011 yang rendah menyumbang tetap rendahnya inflasi tahun Inflasi IHK untuk keseluruhan tahun 2011 tercatat 3,79% (yoy), lebih rendah dari inflasi 2010 sebesar 6,96% dan juga sasaran inflasi 2011 sebesar 5%±1%. Dari dinamika waktu bulanan, inflasi yang tinggi sempat terjadi pada triwulan awal (Grafik Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 7
18 2.1). Tekanan inflasi yang tinggi pada triwulan I 2011 dipicu oleh kenaikan harga barang-barang pangan yang bergejolak (volatile food), faktor eksternal seperti harga pangan dan energi global yang masih tinggi, krisis utang di Eropa, pelemahan ekonomi di AS, krisis politik di Timur Tengah dan Afrika Selatan serta ekspektasi inflasi yang meningkat. Namun dalam perkembangan triwulan berikutnya, tekanan inflasi mulai mereda seiring dengan koreksi harga pangan dan mulai terjaganya pasokan bahan makanan. Perbaikan di sisi bahan pangan ini bahkan dapat membawa perekonomian mengalami deflasi pada triwulan II Terjaganya faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di kelompok volatile food pada periode-periode berikutnya berkontribusi terhadap terkendalinya inflasi nasional hingga akhir tahun %, yoy %, yoy CPI Core 20 Volatile Food Administered Prices Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Berdasarkan komponennya, inflasi IHK 2011 yang rendah disumbang inflasi inti yang berhasil dikendalikan pada tingkat yang moderat, yakni 4,34% (yoy). Pencapaian inflasi inti tersebut dipengaruhi penurunan ekspektasi inflasi (Grafik 2.2), sejalan dengan konsistensi kebijakan moneter yang ditempuh BI dalam mengendalikan inflasi dan perkembangan nilai tukar yang secara rata-rata menguat. Inflasi inti yang terkendali juga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan harga pangan komoditas global (imported inflation) sejak semester kedua (Grafik 2.3) Inflation Expectation source : ConsensusForecast Grafik 2.2 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Grafik 2.3 Inflasi Inti, Nilai tukar & Harga Pangan Global 8 BANK INDONESIA
19 Faktor lain yang mempengaruhi inflasi inti yang tetap terkendali tersebut yakni terjaganya kemampuan sisi penawaran dalam merespons meningkatnya permintaan. Kondisi ini tergambar pada kondisi output gap yang relatif minimal. Output gap yang minimal tersebut tercermin pada peningkatan indeks produksi dalam Survei Produksi (SP) dan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Bank Indonesia yang menunjukkan peningkatan kapasitas terpakai dari tahun sebelumnya, namun masih berada di bawah level 80% (Grafik 2.4). Hasil survei ini menggambarkan bahwa sebagian besar industri masih mempunyai ruang untuk meningkatkan produksi untuk mengimbangi peningkatan permintaan % Kapasitas Produksi Terpakai Industri Pengolahan (SKDU) Tw Tw I IITw III IVTw Tw I IITw III IVTw Tw I IITw III IVTw Tw I Tw II IIITw I IITw III IVTw Tw I IITw III IVTw Tw I IITw III IVTw Tw I Tw II III Grafik 2.4 Kapasitas Utilisasi (SKDU) Komponen lain yang mempengaruhi inflasi IHK 2011 yang rendah ialah inflasi volatile foods yang menurun menjadi sebesar 3,37% (yoy), signifikan lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya 17,74% (yoy). Pasokan pangan yang memadai baik dari produksi dalam negeri maupun dari impor terutama untuk jenis hortikultura, mendorong rendahnya inflasi volatile food di tahun Selain itu, kebijakan impor yang dilakukan oleh Pemerintah khususnya untuk beras dan daging sapi mampu menjaga stabilitas harga domestik. Upaya stabilisasi harga beras dilakukan secara intensif antara lain melalui operasi pasar oleh Pemerintah Daerah setempat serta penyaluran Raskin hingga 13 kali pada tahun Operasi pasar tahun ini dilakukan hampir di seluruh wilayah Indonesia kecuali Jawa Tengah dan Jawa Timur. Jumlah beras yang disalurkan melalui operasi pasar pada tahun 2011 mencapai ton, naik signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar ton (kecuali tahun 2007 yang mencapai ton). Inflasi administered prices juga tercatat menurun menjadi 2,78% dari 5,4% pada tahun Rendahnya inflasi administered prices tersebut disebabkan terbatasnya kebijakan penyesuaian harga barang dan jasa yang strategis oleh Pemerintah. Sementara, inflasi administered prices yang terjadi pada tahun 2011 terutama disumbang oleh komoditas rokok sejalan dengan penetapan kenaikan cukai rokok di tahun Komoditas lainnya yang memberikan sumbangan terhadap inflasi Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 9
20 administered prices adalah bahan bakar rumah tangga dengan berlanjutnya program konversi minyak tanah ke LPG. Inflasi yang cukup rendah secara nasional juga tercermin pada perkembangan inflasi daerah. Dari semua daerah di Indonesia 1, tercatat 64 kota dengan pencapaian tingkat inflasi pada tahun 2011 yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya (Grafik 2.5). Penurunan tingkat inflasi terbesar terjadi di kawasan Jawa dan Sumatera masingmasing dari 6,71% (yoy) dan 7,83% (yoy) pada tahun 2010 menjadi 3,43% (yoy) dan 3,98% (yoy) pada tahun Kesenjangan inflasi antar daerah juga relatif berkurang, tercermin dari penurunan nilai standar deviasi inflasi tahunan dari 1,7 pada tahun 2010 menjadi 1,2 pada tahun Menyempitnya angka kesenjangan inflasi tersebut mengindikasikan sebagian besar inflasi IHK di daerah cenderung berada di sekitar inflasi IHK nasional. Sumber: Kalkulasi Bank Indonesia berdasarkan Berita Resmi Statistik Inflasi BPS Grafik 2.5 Peta Inflasi Daerah Untuk 2012, inflasi diperkirakan masih akan terjaga. Sumber inflasi dari sisi eksternal diperkirakan mereda seiring dengan perlambatan ekonomi dunia dan turunnya hargaharga komoditas internasional, termasuk harga minyak. Di sisi domestik, tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan relatif moderat seiring dengan tetap terjaganya pasokan sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan investasi. Dari sisi volatile foods, kecukupan pasokan baik melalui produksi maupun impor akan membawa inflasi pada level yang cukup rendah di tahun Namun inflasi administered prices diperkirakan akan meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sejalan dengan rencana Pemerintah menaikkan tarif tenaga listrik (TTL) sebesar 10% pada bulan April Secara keseluruhan, inflasi tahun 2012 diharapkan akan berada pada target inflasi sebesar 4,5% ±1,0%, meskipun rencana pembatasan penggunaan BBM bersubsidi oleh Pemerintah tetap perlu dicermati. 1 BPS melakukan Survei Biaya Hidup tahun 2007 di 66 kota untuk menghitung inflasi. 10 BANK INDONESIA
21 2. Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Indonesia pada triwulan IV 2011 diperkirakan tumbuh tetap tinggi mencapai 6,5% (yoy) (Tabel 2.1). Motor penggerak utama pertumbuhan berasal dari konsumsi rumah tangga dan ekspor. Penguatan keyakinan konsumen yang disertai peningkatan konsumsi pada akhir tahun mendorong konsumsi rumah tangga tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara itu, kuatnya permintaan dari China dan India menjadi pendukung utama tingginya pertumbuhan ekspor, meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan III selain kedua faktor tersebut, ekspansi pengeluaran Pemerintah yang cukup besar pada triwulan terakhir juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan Di sisi sektoral pertumbuhan ekonomi terutama didukung oleh sektor industri pengolahan yang diperkirakan mampu tumbuh sebesar 6,4% (yoy). Pertumbuhan yang tinggi tersebut terutama berasal dari kegiatan di subsektor alat angkut, makanan dan minuman serta tekstil yang merupakan 3 subsektor terbesar dalam industri pengolahan. Sumber pertumbuhan lain berasal dari sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kuatnya pertumbuhan di kedua sektor tersebut sejalan dengan tingginya aktivitas perekonomian dan kuatnya konsumsi rumah tangga. Untuk keseluruhan tahun 2011, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6,5%. Pertumbuhan tersebutg terlihat lebih seimbang tercermin dari tingginya pertumbuhan investasi dan ekspor, selain masih kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Investasi untuk keseluruhan tahun 2011 diperkirakan mencapai 7,7% (yoy). Sumber pertumbuhan investasi masih didominasi investasi bangunan, seiring dengan maraknya pembangunan infrastruktur di berbagai daerah. Selain investasi bangunan, investasi lain yang cukup menonjol yaitu investasi pada mesin dan alat angkut. Kedua investasi tersebut erat kaitannya dengan peningkatan kinerja di sektor industri pengolahan dan pengangangkutan. Sementara itu, ekspor diperkirakan tumbuh sebesar 16,5% (yoy). Tingginya pertumbuhan ekspor ditopang oleh tingginya harga komoditas ekspor, kuatnya permintaan komoditas primer dan diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara emerging markets. Kenaikan ekspor terjadi pada ekspor nonmigas, terutama komoditas minyak sawit ( Crude Palm Oil/CPO) dan makanan olahan. Tabel 2.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 11
22 Dari sisi sektoral, sektor-sektor utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi 2011 masih didominasi oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta pengangkutan dan komunikasi (Tabel 2.2). Dominasi peran ketiga sektor tersebut dalam perekonomian mencapai lebih dari 50%. Geliat ekonomi yang masih tinggi serta kuatnya permintaan domestik yang didukung daya beli yang memadai, memungkinkan sektor-sektor tersebut tumbuh cukup tinggi. Kegiatan perekonomian domestik yang cukup tinggi dan permintaan ekspor yang relatif terjaga dengan masih terbatasnya dampak perlambatan perekonomian AS dan Eropa mendukung kinerja sektor industri pengolahan. Meskipun menghadapi kendala, beberapa subsektor dalam sektor ini masih mampu menjaga kinerjanya. Subsektor alat angkut masih mampu berkinerja baik meskipun sempat mengalami gangguan pasokan akibat gempa di Jepang pada triwulan II 2011 dan banjir di Thailand di penghujung tahun Selain itu, kinerja subsektor tekstil juga membaik didukung oleh program revitalisasi mesin tekstil, meskipun pada triwulan IV 2011 mengalami penurunan akibat dampak pelemahan ekonomi AS dan Eropa yang merupakan pasar utama tekstil Indonesia. Sektor PHR pada tahun 2011 tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Tingginya pertumbuhan disektor PHR tersebut didukung oleh impor barang yang tumbuh cukup tinggi sehingga menambah pasokan barang yang diperdagangkan di pasar domestik. Selain impor, pasar yang luas serta daya beli masyarakat yang cukup kuat merupakan faktor lain yang ikut yang berperan dalam meningkatkan kinerja sektor PHR. Sektor pengangkutan dan komunikasi tetap mencatat pertumbuhan tinggi, meskipun melambat. Pada tahun 2011 pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan mencapai 10,9% (yoy). Peran subsektor pengangkutan terus menunjukkan peningkatan, terutama pengangkutan udara yang masih tumbuh tinggi. Pertumbuhan pangangkutan udara yang tinggi tercermin pada jumlah penumpang yang terus meningkat. Pertumbuhan yang tinggi juga terjadi pada subsektor komunikasi yang saat ini terfokus pada pelayanan komunikasi data dan internet dibandingkan layanan suara dan pesan singkat. Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 12 BANK INDONESIA
23 Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih tinggi pada kisaran 6,3%-6,7%. Namun demikian beberapa risiko perlu mendapat perhatian. Dari sisi eksternal, perekonomian global yang melemah diperkirakan akan mempengaruhi kinerja ekonomi domestik, terutama ekspor. Dari sisi domestik, rencana kebijakan Pemerintah di bidang harga barang dan jasa yang strategis seperti BBM dan listrik dapat mempengaruhi daya beli masyarakat. 3. Neraca Pembayaran Tekanan terhadap Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2011 terindikasi masih cukup besar, meskipun lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Tekanan tersebut terutama tercatat di transaksi modal dan finansial akibat aliran keluar dana asing jangka pendek, sedangkan aliran Foreign Direct Investment (FDI) masih dalam tren meningkat (Grafik 2.6). USD Million 7,000 6,000 Eq. Capital & RE (Oil & Gas) Eq. Capital & RE (Non Oil & Gas) Other Capital Drawings (Non Oil & Gas) 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV * Grafik 2.6 Investasi Langsung Asing (FDI) Sementara itu, kinerja transaksi berjalan diperkirakan sedikit menurun dipengaruhi kuatnya impor sejalan dengan tingginya kegiatan ekonomi domestik (Grafik 2.7). Tekanan transaksi berjalan pada triwulan IV 2011 bersumber dari neraca jasa dan pendapatan. Peningkatan pembayaran jasa terkait dengan jasa angkutan ( freight) sejalan dengan peningkatan impor serta banyaknya wisatawan domestik yang melakukan perjalanan ke luar negeri. Dari sisi pendapatan, tekanan transaksi berjalan disebabkan meningkatnya transfer pendapatan dan imbal hasil investasi. Sementara itu neraca perdagangan masih mencatat surplus, meski lebih kecil dibandingkan dengan surplus pada triwulan III 2011, seiring meningkatnya impor di tengah melambatnya pertumbuhan ekspor. Surplus bersumber dari neraca perdagangan nonmigas dan gas. Untuk transaksi perdagangan minyak tetap mencatat defisit. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 13
24 %yoy Ekspor Impor Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Oct-11 Grafik 2.7 Kinerja Ekspor & Impor Untuk keseluruhan tahun 2011, NPI masih tetap positif. Kendati terdapat tekanan pada dua triwulan terakhir, untuk keseluruhan tahun 2011 NPI tahun 2011 masih mencatat surplus yang cukup besar. Surplus ini berkontribusi pada posisi cadangan devisa sampai dengan akhir Desember 2011 yang tercatat 110,1 miliar dolar AS, atau setara dengan 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Pada tahun 2012, NPI diharapkan kembali mencatat surplus. Persepsi positif terhadap utang fundamental ekonomi Indonesia, termasuk dampak positif terhadap kenaikan peringkat utang Indonesia menjadi Investment Grade, diharapkan akan berkontribusi pada NPI Nilai Tukar Rupiah Tekanan yang masih terjadi di NPI mendorong nilai tukar rupiah masih dalam tren melemah pada triwulan IV Meskipun secara umum masih dapat dikelola, pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak akhir triwulan III 2011 dipengaruhi oleh persepsi risiko yang memburuk akibat krisis utang Eropa dan sentimen negatif krisis di AS. Selain itu, tekanan rupiah juga dipengaruhi tingginya permintaan valuta asing untuk pembiayan impor dan pembayaran utang luar negeri. Secara rata-rata nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 4,3% dari nilai rata-rata triwulan sebelumnya menjadi Rp per dolar AS. Pelemahan ini masih sejalan dengan pergerakan mata uang kawasan yang secara rata-rata juga melemah. Pelemahan rupiah pada triwulan IV 2011 tidak diikuti oleh peningkatan volatilitas rupiah. Pada triwulan tersebut volatilitas nilai tukar rupiah tercatat sebesar 6,06%, relatif sama dengan volatilitas rupiah pada triwulan III 2011 sebesar 6,04% (Grafik 2.8). Kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah yang dilakukan Bank Indonesia, meskipun intensitasnya menurun, cukup mampu meredam gejolak pergerakan rupiah. Dibandingkan dengan negara kawasan, volatilitas rupiah dalam periode ini relatif lebih rendah. 14 BANK INDONESIA
25 Grafik 2.8 Grafik Volatilitas Mata Uang Asia Tahun 2012 (ytd %) Untuk keseluruhan tahun 2011, nilai tukar rupiah secara rata-rata mengalami apresiasi meskipun diwarnai dengan adanya pelemahan pada semester II 2011 (Grafik 2.9). Nilai tukar rupiah tahun 2011 secara rata-rata menguat 3,56% (yoy) ke level Rp8.768 per dolar AS dari Rp9.080 per dolar AS pada tahun Namun, secara point to point, rupiah terkoreksi 0,64% dari Rp9.010 per dolar AS pada akhir tahun 2010 menjadi Rp9.068 per dolar AS di tahun Grafik 2.9 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 2011 Pergerakan nilai tukar rupiah diwarnai oleh gejolak eksternal. Pasang surut sentimen mengenai langkah penanganan krisis utang di kawasan Eropa membawa dampak tidak langsung pada pasar keuangan domestik, yang pada gilirannya mempengaruhi pergerakan rupiah. Kemungkinan penurunan sovereign credit rating Jerman dan Perancis, tidak adanya kebijakan baru yang diluncurkan The Fed dalam Federal Open Market Committee (FOMC) untuk memacu laju perekonomian, serta sentimen negatif terhadap rilis neraca European Central Bank (ECB), m enambah tekanan pada pasar Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 15
26 keuangan global. Selanjutnya, tekanan tersebut mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terutama melalui bursa saham dan pasar spot valas domestik. Meskipun demikian, ekses likuiditas global pasca-quantitative easing pada masa krisis tahun 2008, berlanjutnya program pembelian aset oleh beberapa bank sentral, serta kebijakan baru penurunan suku bunga dan pembelian surat-surat berharga jangka waktu 3 tahun oleh ECB tetap menjadi sumber aliran dana ke negara berkembang. Selain itu, kebijakan suku bunga rendah di negara maju menyebabkan investor menempatkan dana pada negara yang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Negaranegera emerging markets Asia yang tumbuh lebih tinggi menjadi tujuan utama penempatan dana global tersebut, termasuk Indonesia. Indikator imbal hasil investasi di aset rupiah yang tercermin dari selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP Uncovered Interest Parity) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di kawasan regional Asia. Bahkan dengan memperhitungkan premi risiko, daya tarik investasi dalam rupiah masih menarik (Grafik 2.10) Grafik 2.10 Uncovered Interest Parity (UIP) Ke depan, pergerakan rupiah masih akan dibayangi oleh beberapa risiko yang bersumber dari kondisi ekonomi global. Pergerakan rupiah masih sangat bergantung pada perkembangan penyelesaian krisis utang di Eropa dan pemulihan ekonomi AS. Meskipun peringkat utang Indonesia menunjukkan perbaikan, berkebalikan dengan kedua kawasan tersebut yang justru mengalami penurunan peringkat, sebagai negara small open economy rambatan kerentanan kondisi global dapat dirasakan juga pada ekonomi domestik. Kondisi tersebut pada gilirannya memberikan tekanan pada volatilitas aliran dana nonresiden dan nilai tukar rupiah. 16 BANK INDONESIA
27 5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Pola musiman ekspansi keuangan Pemerintah pada triwulan IV 2011 telah mendorong suku bunga PUAB dalam tren menurun. Rata-rata suku bunga PUAB O/N tercatat turun dari 5,71% menjadi 4,80%. Suku bunga PUAB ini bergerak di bawah BI Rate dan mendekati batas bawah koridor suku bunga (suku bunga deposit facility) (Grafik 2.11). Perkembangan yang baik untuk dicatat adalah suku bunga PUAB O/N secara efisien juga tertransmisikan ke suku bunga PUAB tenor lebih panjang. Hal ini sejalan dengan pergerakan suku bunga JIBOR yang searah dengan pergerakan suku bunga PUAB O/N (Grafik 2.12) Grafik 2.11 Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate Grafik 2.12 Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR Dari sisi volume, transaksi PUAB pada triwulan IV 2011 relatif tidak mengalami perubahan yang signifikan dari triwulan sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi oleh tetap rendahnya permintaan di PUAB meskipun terdapat tambahan likuiditas dari ekspansi rekening pemerintah tersebut. Rata-rata harian volume transaksi PUAB O/N tercatat sebesar Rp11,05 triliun, relatif sama dengan rata-rata transaksi triwulan sebelumnya sebesar Rp11,06 triliun (Grafik 2.13) Secara tahunan, volume transaksi harian PUAB O/N mengalami peningkatan dari sisi volume yaitu dari rata-rata nominal Rp9,10 triliun per hari pada tahun 2010 menjadi Rp10,73 triliun pada tahun Meningkatnya volume transaksi PUAB tersebut salah satunya disebabkan semakin terbatasnya pilihan tenor instrumen moneter yang ditawarkan oleh Bank Indonesia seiring dengan strategi perpanjangan maturity profile instrumen operasi moneter. Strategi Bank Indonesia ini dimaksudkan untuk mendorong bank agar menyalurkan kelebihan dananya ke kredit atau melakukan transaksi antar bank terlebih dahulu sebelum menempatkan kelebihan dananya di instrumen moneter. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 17
28 Grafik 2.13 Volume PUAB Dengan semakin efisiennya suku bunga PUAB memungkinkan berkembangnya transaksi PUAB dengan jangka waktu tenor yang lebih panjang. Hal tersebut sejalan dengan strategi operasi moneter Bank Indonesia yang mengarahkan paradigma manajemen likuiditas perbankan ke tenor yang lebih panjang. Peningkatan terbesar terjadi pada PUAB bertenor 2-4 hari, dengan rata-rata harian nominal transaksi yang meningkat dari Rp1,14 triliun pada triwulan III 2011 menjadi Rp1,38 triliun pada triwulan IV 2011 (grafik 2.15). Secara tahunan, rata-rata volume harian transaksi PUAB non-overnight meningkat dari tahun 2010 yang tercatat sebesar Rp2,92 triliun per hari menjadi Rp3,55 triliun pada tahun 2011 (Grafik 2.14). Grafik 2.14 Komposisi Tenor PUAB Dari sisi pelaku, jumlah bank yang melakukan transaksi PUAB pada triwulan IV 2011 relatif sama dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.15). 18 BANK INDONESIA
29 6. Perkembangan Suku Bunga Grafik 2.15 Jumlah Pelaku PUAB Suku bunga deposito dan kredit menunjukkan kecenderungan menurun, hal ini merupakan respon dari berbagai kebijakan Bank Indonesia untuk menurunkan suku bunga perbankan (Grafik 2.16). Pada triwulan IV 2011 rata-rata suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,34%, turun 17 bps dari triwulan sebelumnya. Secara tahunan rata-rata suku bunga deposito pada tahun 2011 (6,47%) lebih rendah 10 bps dibandingkan dengan tahun 2010 (6,57%). Sejalan dengan turunnya suku bunga deposito, penurunan suku bunga kredit terjadi pada seluruh jenis kredit. Berturut-turut suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK), Kredit Investasi (KI), dan Kredit Konsumsi (KK) pada akhir triwulan IV 2011 tercatat sebesar 13,88%, 14,27% dan 14,62%, turun dibandingkan akhir triwulan III 2011 yang tercatat sebesar 14,01%, 14,38% dan 14,90%. Secara umum suku bunga kredit tersebut turun sebesar 18 bps dari triwulan sebelumnya. Adapun secara tahunan, penurunan suku bunga kredit tercatat rata-rata sebesar 43 bps, dimana penurunan terbesar terjadi pada KK yaitu sebesar 93 bps, diikuti oleh KMK sebesar 27 bps dan KI sebesar 9 bps. Kebijakan yang mewajibkan bank mengumumkan suku bunga dasar kredit (SBDK) mendorong transparansi kebijakan penetapan suku bunga perbankan. Hal tersebut secara tidak langsung ikut berperan dalam penurunan suku bunga kredit yang dapat menurunkan biaya kredit sektor riil. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 19
30 7. Perkembangan Bank Umum Grafik 2.16 Perkembangan Suku Bunga Perbankan Perbankan Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan IV 2001 (s.d. November 2011), meskipun perekonomian global mengalami pelambatan akibat krisis utang Eropa dan pelemahan ekonomi AS. Jumlah aset perbankan Indonesia pada triwulan IV 2011 tumbuh sebesar 6,7% menjadi Rp3.471,5 triliun, sehingga selama tahun 2011 aset perbankan tumbuh mencapai 21,5%(yoy). Kinerja perbankan yang baik tersebut juga didukung dengan kondisi permodalan perbankan yang relatif tinggi walaupun mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Meskipun demikian, rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan nasional sebesar 16,6% masih jauh di atas ketentuan batas minimum permodalan 8%. CAR yang relatif tinggi tersebut dicapai melalui tingginya profitabilitas yang berasal dari perolehan laba. Sampai dengan November 2011, perbankan membukukan laba sebesar Rp69,4 triliun, meningkat 22,4% (qtq) dibandingkan triwulan III 2011 sebesar Rp56,7 triliun. Secara tahunan, laba perbankan meningkat 28,52% (yoy) dibandingkan laba periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp54,0 triliun. Peningkatan perolehan profitabilitas tersebut selaras dengan meningkatnya efisiensi dalam kegiatan operasional perbankan, yang ditunjukkan dengan menurunnya rasio Biaya Overhead terhadap Pendapatan Overhead (BOPO) dari 86,26% pada triwulan III 2011 menjadi 85,97%. Sumber utama tingginya profitabilitas perbankan berasal dari bunga kredit yang mencapai 82,15% dari total pendapatan bunga. Tingginya pendapatan bunga kredit tersebut sejalan dengan tingginya kredit yang disalurkan oleh perbankan. Selama triwulan IV 2011 penyaluran kredit perbankan mencapai Rp2.146,9 triliun atau tumbuh sebesar 3,3% (qtq). Pertumbuhan kredit selama tahun 2011 mencapai 25,81% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan pertumbuhan kredit tahun 2010 sebesar 22,1%, sehingga pangsa kredit terhadap PDB mencapai 29,11%. Rasio tersebut mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 27,49%. 20 BANK INDONESIA
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciBoks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN
Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat
Lebih terperinciSUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003
1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global
Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN:
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciMenjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10
Lebih terperinciJl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia
Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat
Lebih terperinciJl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia
Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen
Lebih terperinci... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K
1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013
Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO SAFE
29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun
Lebih terperinciIV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia
IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran
Lebih terperinciPerkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur
1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter November 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik
BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.
Lebih terperinciJl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia
Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN:
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis
Lebih terperinciJuni 2017 RESEARCH TEAM
RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter September 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciBAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012
BAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012 Teguh Sihono Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia sihonoteguh@yahoo.com Rohaila Yusof Universiti Pendidikan
Lebih terperinciLaporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Triwulan III 2011 ...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii
RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO FIXED
29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah
Lebih terperinciLAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN
LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012
Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat penting, sehingga dampak jumlah uang beredar dapat mempengaruhi perekonomian. Peningkatan jumlah
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013
Tinjauan Kebijakan Moneter Maret 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret, Mei,
Lebih terperinciLaporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA
Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003
1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum
Lebih terperinci4. Outlook Perekonomian
4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan
Lebih terperinci4. Outlook Perekonomian
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163
Lebih terperinciMenata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global
Menata dan Memperkuat Perbankan Indonesia, Menyongsong Pemulihan Ekonomi Global Dr. Darmin Nasution Pjs. Gubernur Bank Indonesia Pertemuan Tahunan Perbankan 2010 22 Januari 2010 Yang saya hormati, Para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar
Lebih terperinciP D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan
Lebih terperinciMonthly Market Update
Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada
Lebih terperinciLAPORAN KEBIJAKAN MONETER
RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai
Lebih terperinciKinerja CARLISYA PRO MIXED
29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001
REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ($'nrxrurruhbrunsr,e. I Dnrrnn lsr I. KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK. vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM...
I Dnrrnn lsr I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK I ilt vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM... BAB 2. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI 1. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kondisi Keseimbangan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciKinerja CENTURY PRO FIXED
29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017
RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran
Lebih terperinciTINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia
Tinjauan Umum 485 TINJAUAN UMUM Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Selama triwulan I-2005, kinerja perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010
PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciAnalisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN
Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan
Lebih terperinciBANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo
BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinciJl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia
Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen
Lebih terperinciLAPORAN KEBIJAKAN MONETER
LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut
Lebih terperinciTriwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia
Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap
Lebih terperinciBUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN
BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciInflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia
Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi
Lebih terperinciTinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013
Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,
Lebih terperinciBANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo
BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada
Lebih terperinciSTATEMENT KEBIJAKAN MONETER
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia
Lebih terperinci3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006
Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan
Lebih terperinciMemperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik
Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)
Lebih terperinci