Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA"

Transkripsi

1 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

2 Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 6 Tahun Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan ini merupakan laporan triwulan kedua di tahun 2013 yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode April sampai dengan Juni ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan II Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sebagaimana diatur pada pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, telah disusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan II Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan rencana kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk triwulan-triwulan yang akan datang dengan memperhatikan kondisi perekonomian dan pasar keuangan baik global maupun domestik. Laporan ini selanjutnya akan menjadi bahan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia guna melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Bank Indonesia secara keseluruhan. Kinerja perekonomian Indonesia selama triwulan II-2013 terus menghadapi tantangan, terutama dari aspek eksternal. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 5,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,03% (yoy). Masih lemahnya permintaan global ditengah penurunan harga komoditas, menyebabkan pertumbuhan ekspor Indonesia menjadi terbatas. Permintaan domestik juga tidak mampu menopang pertumbuhan ekonomi karena melemahnya daya beli konsumen akibat kenaikan inflasi pasca-kenaikan harga bahan bakar bersubsidi. Masih cukup besarnya impor di tengah kinerja ekspor yang terbatas menyebabkan defisit transaksi berjalan yang terjadi pada triwulan II-2013 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, menjadi 4,4% dari PDB. Sejalan dengan perkembangan neraca pembayaran yang defisit, jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi USD98,1 miliar. Masih tertekannya keseimbangan eksternal Indonesia berimbas pada perkembangan nilai tukar rupiah di triwulan II-2013 yang berada pada tren melemah. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah melemah sebesar 1,03% (qtq) menjadi Rp9.781/USD dibandingkan Rp9.680/USD pada triwulan sebelumnya. Dari sisi harga, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Juni 2013 dan dampak lanjutannya meningkatkan tekanan harga pada kelompok administered price dan volatile food sehingga inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat. Inflasi IHK Juni 2013 tercatat tinggi sebesar iii

4 1,03%, dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya yang masing-masing mencatat deflasi sebesar 0,10% dan 0,03% (mtm). Akibat kenaikan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK akhir triwulan II mencapai 5,90% (yoy). Di tengah berbagai tekanan tersebut, kondisi sistem keuangan Indonesia dan khususnya perbankan masih terjaga stabil. Masih stabilnya sistem keuangan Indonesia diindikasikan oleh indikator Stabilitas Sistem Keuangan yang berada pada level 1,08, atau lebih baik dibandingkan dengan level triwulan sebelumnya 1,61. Di sisi ketahanan perbankan terjaganya kondisi perbankan diindikasikan melalui kondisi permodalan perbankan yang mencukupi untuk mengantisipasi risiko yang dihadapi. Rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio) yang mencapai 17,98% jauh di atas kecukupan minimal sebesar 8%. Fungsi intermediasi juga masih berjalan optimal dengan semakin menurunnya suku bunga perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit mencapai 20,64% (yoy). Tingginya penyaluran kredit diimbangi dengan kualitas kredit yang tetap terjaga. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat 1,88%, lebih baik dibandingkan dengan rasio triwulan sebelumnya 1,97%. Mencermati dinamika yang terjadi selama triwulan II-2013, Bank Indonesia melakukan berbagai langkah bauran kebijakan guna menjaga kestabilan makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global. Di bidang moneter, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan yang terdiri dari kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, dan kebijakan makroprudensial, disertai dengan komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan berbagai pemangku kepentingan. Sebagai langkah preemptif untuk mengendalikan inflasi dan mengembalikan keseimbangan eksternal, pada Juni 2013 Bank Indonesia menaikkan suku bunga Deposit Facility dan BI Rate sebesar 25 bps menjadi masing-masing 4,25% dan 6,0%. Bank Indonesia menyadari bahwa kondisi perekonomian saat ini dan ke depan masih diwarnai dengan risiko global yang tidak kecil dan permasalahan domestik yang kompleks. Untuk memantapkan hasil yang telah diraih, Bank Indonesia akan senantiasa mencermati berbagai tantangan tersebut dan menyikapinya secara terukur. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Bank Indonesia juga senantiasa mengedepankan nilai-nilai tata kelola organisasi yang baik sambil terus mengoptimalkan kinerja agar pelaksanakan tugas dapat semakin efektif. Jakarta, 5 September 2013 GUBERNUR BANK INDONESIA Agus D.W. Martowardojo iv

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar...iii Daftar Isi...v Daftar Tabel... viii Daftar Grafik...ix Bab 1 Ringkasan Eksekutif Kinerja Perekonomian Kebijakan yang Ditempuh... 3 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Neraca Pembayaran Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Perkembangan Suku Bunga Perbankan Perkembangan Bank Umum Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Pengedaran Uang Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Stabilitas Moneter Kebijakan Moneter Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar Koordinasi dengan Pemerintah Pengelolaan Utang Luar Negeri (ULN) Implementasi Kebijakan Devisa Hasil Ekspor Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan v

6 3.2. Stabilitas Sistem Perbankan Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum Pengaturan Bank Umum Kebijakan Arsitektur Perbankan Indonesia Penyiapan Pengalihan Fungsi Pengaturan dan Pengawasan Bank ke OJK Pengawasan Bank Umum Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah Kebijakan dan Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM Perizinan dan Informasi Perbankan Penyelenggaraan Sistem Informasi Debitur (SID) Investigasi dan Mediasi Perbankan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Kebijakan Sistem Pembayaran Kebijakan Umum Pengelolaan Uang Bank Indonesia Kerjasama Internasional Kerjasama ASEAN Kerjasama ASEAN dengan Mitra Dialog (ASEAN+3) Kerjasama Bank Sentral Kerjasama Bank Sentral di Bank for International Settlemen (BIS) Kerjasama International Monetary Fund (IMF) Kerjasama APEC Kerjasama Negara-Negara G Komunikasi dan Edukasi Kebijakan Bab 4 Manajemen Intern Bank Indonesia Manajemen Strategi, Akuntabilitas dan Transparansi Audit Intern Keuangan Intern Teknologi Informasi Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Aspek Hukum Program Sosial Bank Indonesia vi

7 Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan II Peraturan Bank Indonesia Peraturan Dewan Gubernur Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia Daftar Istilah Daftar Singkatan vii

8 DAFTAR TABEL Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha Suku Bunga Simpanan Per Kelompok Bank (%) Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%) Suku Bunga Rata-Rata DPK (%) Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah Indikator Utama Kinerja BPR Baki Debet Kredit UMKM Nilai Transaksi Pembayaran Volume Transaksi Pembayaran Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank Indikator Pengelolaan Uang Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Kegiatan Perizinan Bank Umum Tahun Penanganan Investigasi Dugaan Tindak Pidana Perbankan Perkembangan Mediasi Perbankan viii

9 DAFTAR GRAFIK Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Perkembangan Inflasi Tahunan Inflasi Inti Tradable, Nilai Tukar dan Indeks Harga Impor Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan Ekspektasi Inflasi Pedagang Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Peta Inflasi Daerah Juni Indeks Keyakinan Konsumen Investasi Non bangunan dan Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan Pertumbuhan Riil Ekspor Pertumbuhan Riil Impor Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II Neraca Pembayaran Indonesia Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Volatilitas Mata Uang Regional Pelemahan/Penguatan Mata Uang Regional Perkembangan CDS Obligasi PemerintahTenor 5 Tahun di Negara Kawasan Suku Bunga PUAB O/N dan JIBOR Volume Transaksi PUAB Jumlah Bank Pelaku PUAB Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit, Suku Bunga Deposito Rupiah dan BI Rate Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan NPL Kredit UMKM dan perbankan Perkembangan Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (qtq) Perkembangan Rata-rata Uang Kartal yang Diedarkan (yoy) ix

10 Bab 3 Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter Struktur Instrumen Operasi Moneter Perkembangan Hasil Lelang TD Valas Outstanding dan Suku Bunga TD Valas Debt Burden Indikator ULN Indonesia Pencapaian Pilar 1 BRC Implementasi Basel II di Indonesia x

11 BAB 1 Ringkasan Eksekutif Belum kondusifnya kondisi perekonomian global berdampak pada perekonomian Indonesia yang tumbuh melambat pada triwulan II Kondisi tersebut terefleksikan pada kondisi neraca pembayaran yang tertekan sehingga mengalami defisit dan berujung pada melemahnya nilai tukar rupiah. Tekanan terhadap perekonomian juga ditandai dengan kenaikan harga barang akibat naiknya harga Bahan Bakar Minyak bersubsidi. Meskipun demikian, kondisi sistem keuangan stabil dan secara umum industri perbankan dalam kondisi yang baik. Melalui bauran kebijakan, Bank Indonesia dan pemerintah berupaya agar kondisi makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan dapat terus terjaga guna mendukung kesinambungan perekonomian Indonesia.

12 Bab 1 Ringkasan Eksekutif 1.1. Kinerja Perekonomian Perekonomian Indonesia menunjukkan perlambatan sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global dan kenaikan inflasi di dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 5,81% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,03% (yoy). Masih lemahnya permintaan global ditengah penurunan harga komoditas, menyebabkan pertumbuhan ekspor Indonesia menjadi terbatas. Permintaan domestik juga tidak mampu menopang pertumbuhan ekonomi karena melemahnya daya beli konsumen akibat kenaikan inflasi pasca-kenaikan harga Bahan Bakar Bersubsidi. Demikian pula kinerja investasi yang melambat akibat menurunnya konsumsi rumah tangga dan masih terbatasnya ekspor turut membatasi kinerja pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi di 2013 diperkirakan berada pada kisaran 5,8%-6,2% (yoy) dan meningkat kembali pada kisaran 6,4-6,8% (yoy) di Dari sisi harga, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Juni 2013 dan dampak lanjutannya meningkatkan tekanan harga pada kelompok administered prices dan volatile food sehingga inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) meningkat. Inflasi IHK Juni 2013 tercatat tinggi sebesar 1,03%, dibandingkan dengan dua bulan sebelumnya yang masing-masing mencatat deflasi sebesar 0,10% dan 0,03% (mtm). Akibat kenaikan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK Juni 2013 mencapai 5,90% (yoy). Sementara itu, inflasi inti masih terkendali pada level yang rendah. Bank Indonesia memperkirakan pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi bersifat sementara (temporer) yakni sekitar tiga bulan dan kembali ke pola normal sesudahnya. Secara keseluruhan tahun, inflasi 2013 diperkirakan meningkat sehingga lebih tinggi dari rentang sasaran inflasi 4,5%+1%. Inflasi diperkirakan akan kembali menurun pada kisaran target sebesar 4,5%+1% pada tahun Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, tekanan pada sisi eksternal perekonomian masih terus berlanjut, meskipun membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Defisit Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2013 tercatat USD2,5 miliar lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yakni USD6,6 miliar. Perbaikan ini ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial, ditengah masih berlanjutnya tekanan pada transaksi berjalan. Perbaikan transaksi modal dan finansial tersebut tidak terlepas dari langkah-langkah yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, sehingga arus modal masuk ke portofolio keuangan domestik dapat mengimbangi arus modal keluar karena gejolak pasar keuangan global. Sementara itu, pada transaksi berjalan, masih cukup besarnya impor ditengah kinerja ekspor yang terbatas menyebabkan defisit yang terjadi pada triwulan II-2013 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan perkembangan neraca pembayaran yang defisit, jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi USD98,1 miliar. Jumlah tersebut mencukupi kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 5,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional. Masih tertekannya keseimbangan eksternal Indonesia berimbas pada perkembangan nilai tukar rupiah ditriwulan II-2013 yang berada pada tren melemah. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah melemah sebesar 1,03% (qtq) menjadi Rp9.781/USD dibandingkan Rp9.680/USD pada triwulan sebelumnya. Selain masih sesuai kondisi fundamentalnya, pelemahan tersebut juga sejalan dengan pelemahan mata uang di regional, terkait dengan dampak sentimen negatif global yang kuat. 2

13 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Di tengah berbagai tekanan, kondisi sistem keuangan Indonesia dan khususnya perbankan masih terjaga stabil. Masih stabilnya sistem keuangan Indonesia diindikasikan oleh indikator Stabilitas Sistem Keuangan yang berada pada level 1,08, atau lebih baik dibandingkan dengan level triwulan sebelumnya 1,61. Di sisi ketahanan perbankan terjaganya kondisi perbankan diindikasikan melalui kondisi permodalan perbankan yang mencukupi untuk mengantisipasi risiko yang dihadapi. Rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio) yang mencapai 17,98% jauh di atas kecukupan minimal sebesar 8%. Fungsi intermediasi juga masih berjalan optimal dengan semakin menurunnya suku bunga perbankan. Pertumbuhan penyaluran kredit mencapai 20,64% (yoy). Tingginya penyaluran kredit diimbangi dengan kualitas kredit yang tetap terjaga. Rasio Non Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat 1,88%, lebih baik dibandingkan dengan rasio triwulan sebelumnya 1,97%. Di sisi efisiensi, kinerja perbankan menunjukkan kondisi yang baik, tercermin dari rasio Biaya Operasional dibanding Pengeluarannya yang menurun dari 75,56% di triwulan I-2013 menjadi 74,88% di triwulan II-2013 dan Net Interest Margin yang meningkat dari 5,41% menjadi 5,43%. Kinerja perbankan yang tetap terjaga, tidak terlepas dari dukungan sistem pembayaran yang aman dan lancar. Volume transaksi sistem pembayaran pada triwulan II-2013 meningkat sebesar 99,59 juta transaksi (11,06%) dari triwulan sebelumnya menjadi 999,91 juta transaksi. Sementara disisi nilai, volume transaksi meningkat Rp2,80 triliun (13,82%) menjadi Rp23.024,54 triliun. Sejalan dengan peningkatan transaksi sistem pembayaran tersebut, penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik juga dalamtren meningkat. Meningkatnya transaksi di sistem pembayaran dapat terkelola secara baik dan lancar dengan dukungan ketersediaan sistem penunjangnya. Pada triwulan II-2012, ketersediaan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI- RTGS) sebagai sistem setelmen dana, Sistem Bank Indonesia Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) sebagai sistem setelmen surat berharga pemerintah dan Bank Indonesia, serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) mencapai 100%. Selain dukungan dari sistem pembayaran non tunai, kelancaran transaksi ekonomi juga didukung dengan ketersediaan uang kartal dalam jumlah dan pecahan yang mencukupi serta layak edar. Selama triwulan II-2013, uang kartal yang diedarkan tercatat sebesar Rp335,54 triliun, meningkat untuk menjaga kecukupan uang kartal, posisi kas Bank Indonesia Rp3,34 triliun dari triwulan sebelumnya sejalan dengan siklus musiman masa liburan sekolah dan persiapan memasuki bulan Ramadhan Kebijakan Yang Ditempuh Mencermati dinamika yang terjadi selama triwulan II-2013, Bank Indonesia melakukan berbagai langkah bauran kebijakan guna menjaga kestabilan makroekonomi dan stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global. Di bidang moneter, Bank Indonesia menempuh bauran kebijakan yang terdiri dari kebijakan suku bunga, kebijakan nilai tukar, dan kebijakan makroprudensial, disertai dengan komunikasi dan koordinasi yang intensif dengan berbagai pemangku kepentingan. Sebagai langkah pre-emptive untuk mengendalikan inflasi dan keseimbangan eksternal, pada Juni 2013 Bank Indonesia menaikkan suku bunga Deposit Facility dan BI Rate masingmasing sebesar 25 bps menjadi 4,25% dan 6,0%. Arah kebijakan tersebut diimplementasikan oleh Bank Indonesia melalui pengelolaan operasi moneter dan nilai tukar rupiah. Bank Indonesia tetap 3

14 Bab 1 Ringkasan Eksekutif melakukan penyerapan ekses likuiditas yang terukur melalui optimalisasi instrumen Reverse Repo (RR) Surat Berharga Negara (SBN). Bank Indonesia juga melakukan penyerapan likuiditas di berbagai jenis tenor untuk membentuk suku bunga pasar uang yang merefleksikan kondisi fundamental. Upaya tersebut dilakukan sebagai bagian dari pengelolaan likuiditas menghadapi tekanan inflasi jangka pendek, dengan mengarahkan likuiditas ke tenor yang lebih panjang. Upaya lain yang dilakukan dalam mengendalikan inflasi adalah melalui koordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah dalam forumtim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Selama triwulan II-2013, koordinasi difokuskan pada langkah antisipasi meningkatnya tekanan inflasi pada volatile food dan administered price sebagai dampak kenaikan harga BBM bersubsidi oleh Pemerintah. Terhadap pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia berupaya untuk menjaga pergerakan nilai tukar rupiah sesuai dengan kondisi fundamentalnya. Kebijakan stabilisasi nilai tukar tersebut diperkuat dengan langkah-langkah lanjutan dalam upaya mempercepat pendalaman pasar keuangan domestik, khususnya pasar valuta asing domestik. Langkah yang ditempuh antara lain dengan mempublikasikan kurs referensi spot Rupiah/Dollar Amerika Serikat (AS) yaitu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) di pasar domestik. Adanya kurs referensi tersebut bertujuan agar pelaku pasar memiliki acuan terhadap nilai tukar rupiah dalam bertransaksi. Tersedianya informasi harga spot USD/IDR yang kredibel diharapkan dapat mendorong terciptanya harga yang efisien di pasar. Upaya menstabilkan nilai tukar rupiah juga ditempuh dengan mengoptimalkan instrumen operasi moneter valas yakni Term Deposit valas. Terkait hal ini, Bank Indonesia menambah frekuensi lelang TD valas menjadi dua kali seminggu sejak akhir Mei Di bidang perbankan, Bank Indonesia menjaga agar perbankan tetap memiliki daya tahan terhadap tekanan kondisi pasar keuangan global dan domestik. Monitoring yang intensif terhadap kondisi sistem keuangan Indonesia dan kinerja perbankan baik secara industri maupun individu dilakukan oleh Bank Indonesia secara kontinyu. Hal tersebut bertujuan mendeteksi hal-hal yang berpotensi mengganggu kinerja perbankan sehingga dapat diambil langkah-langkah antisipatif. Monitoring pengawasan bank diterapkan secara menyeluruh terhadap bank umum dan BPR baik yang bersifat konvensional maupun syariah. Selain itu, melalui fungsi pengaturan selama triwulan II-2013 Bank Indonesia juga menerbitkan beberapa ketentuan terkait pengelolaan bank agar kegiatan perbankan dapat tetap berlandaskan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik. Bank Indonesia juga terus menata perbankan Indonesia dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API), termasuk diantaranya melalui pemenuhan standar internasional (Basel II dan III). Selama triwulan laporan, Bank Indonesia juga masih meneruskan berbagai kegiatan yang terkait dengan financial inclusion yang bertujuan untuk memperluas akses layanan perbankan kepada masyarakat. Diantaranya melalui penyiapan implementasi branchless banking dengan pilot project pada lima bank umum dengan didukung oleh tiga perusahaan jasa telekomunikasi. Bank Indonesia juga terus mempersiapkan pengalihan fungsi pengawasan bank ke Otoritas Jasa Keuangan. Pada triwulan II-2013, Bank Indonesia mulai menerapkan struktur organisasi pengawasan bank yang baru baik di pusat maupun daerah, yang nantinya akan menjadi bagian dari OJK. Penyiapan 4

15 Bab 1 Ringkasan Eksekutif yang dilakukan termasuk pula pemenuhan Sumber Daya Manusia (SDM), penyiapan logistik dan sistem informasi serta pengaturan koordinasi dan kerjasama antara Bank Indonesia dengan OJK. Untuk mendukung kinerja perekonomian dan tetap kondusifnya sistem keuangan Indonesia, Bank Indonesia menjaga agar sistem pembayaran dapat terlaksana dengan lancar, aman dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut, selama triwulan II-2013 telah dilaksanakan beberapa kegiatan yang terkait dengan sistem pembayaran non tunai dan tunai. Di sistem pembayaran non tunai, Bank Indonesia secara berkesinambungan melaksanakan program-program untuk mewujudkan interoperabilitas uang elektronik (e-money) dan interkoneksi layanan transfer dana. Selain itu, Bank Indonesia juga masih melanjutkan pengembangan infrastruktur pendukung setelmen dana dan surat berharga berupa pengembangan Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement System (BI-RTGS) dan Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) Generasi II. Salah satu capaian di triwulan II-2013 adalah layanan transfer dana uang elektronik antar penyelenggara perusahaan telekomunikasi. Melalui layanan tersebut, masyarakat dipemudah untuk melakukan transfer dana melalui sarana mobile phone. Proyek mobile payment tersebut sekaligus merupakan bagian dari inisiatif Bank Indonesia dalam mengembangkan branchless banking. Di bidang sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia melakukan pemenuhan ketersediaan uang rupiah. Upaya tersebut dilakukan melalui tiga kegiatan utama yakni distribusi uang yang aman dan optimal, layanan kas yang prima, dan ketersediaan uang yang berkualitas dan terpercaya. Pemenuhan uang tersebut menjangkau pula daerah terpencil, pulau terluar dan perbatasan. Pada triwulan II-2013, Bank Indonesia juga meresmikan kesepakatan (bye laws) Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) yang diikuti oleh 120 bank. Melalui kesepakatan tersebut, pertukaran uang dapat dilaksanakan secara lebih efektif sehingga mempercepat penyediaan uang kartal. Terhadap penanggulangan pemalsuan uang, Bank Indonesia secara kontinyu mensosialisasikan ciri-ciri keaslian uang Rupiah secara luas kepada masyarakat. Selain itu, Bank Indonesia juga bekerjasama dengan berbagai instansi melaksanakan pemberantasan peredaran uang palsu. Terlaksananya pelaksanaan tugas Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran tidak terlepas dari dukungan pengelolaan manajemen internal. Praktek-praktek yang mendukung tata kelola organisasi yang baik diterapkan dalam pengelolaan manajemen internal tersebut, guna meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Pada triwulan II-2013, Bank Indonesia mulai merancang strategi yang akan dilaksanakan untuk 10 tahun ke depan (2024). Proses tersebut menjadi bagian dari siklus perencanaan strategis Bank Indonesia, yang nantinya akan diselaraskan dengan proses perencanaan anggaran dan manajemen kinerja. Guna meningkatkan objektivitas terhadap pengukuran kinerjanya dan sekaligus memperoleh masukan terhadap kebijakan ke depan, Bank Indonesia melaksanakan survei dan focus group discussion dengan melibatkan masyarakat dan berbagai perwakilan pemangku kepentingan. Sebagai bentuk akuntabilitas pelaksanaan tugasnya, pada triwulan I-2013, Bank Indonesia telah menyampaikan laporan pelaksanaan tugas dan wewenangnya kepada DPR dan pemerintah. Sebagai bentuk transparansi, laporan tersebut juga dipublikasikan kepada masyarakat melalui situs Bank Indonesia. Pada triwulan yang sama, Bank Indonesia juga menyampaikan laporan evaluasi pelaksanaan anggaran operasional Bank Indonesia kepada Badan Supervisi Bank Indonesia. 5

16 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Pengelolaan organisasi dan keuangan Bank Indonesia yang didasarkan pada prinsip tata kelola yang baik membuahkan hasil yang positif. Pada triwulan II-2013, BPK telah menyelesaikan audit terhadap Laporan Keuangan Tahunan Bank Indonesia (LKTBI) 2012 dan memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Pencapaian opini Wajar Tanpa Pengecualian tersebut merupakan yang kesepuluh kali yang diberikan atas LKTBI sejak 2003 sampai dengan

17 BAB 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Perekonomian Indonesia tumbuh melambat di tengah kondisi ekonomi global yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Tekanan terhadap perekonomian diperberat dengan meningkatnya tekanan inflasi dan belum membaiknya neraca pembayaran. Meskipun demikian, sistem keuangan Indonesia tetap terjaga stabil dan perbankan mampu berkinerja positif, didukung dengan kelancaran pada sistem pembayaran.

18 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 2.1. Inflasi Tekanan inflasi pada triwulan laporan masih tetap tinggi, terutama didorong oleh kenaikan inflasi pada kelompok administered prices dan volatile food akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada Juni Sementara itu, inflasi inti masih tetap terkendali pada level yang rendah. Inflasi IHK pada triwulan II-2013 ditandai oleh kenaikan inflasi yang cukup signifikan di bulan Juni, setelah pada dua bulan sebelumnya mengalami deflasi. Inflasi IHK pada Juni 2013 tercatat meningkat tinggi sebesar 1,03% (mtm), dari bulan April dan Mei 2013 yang masing-masing mencatat deflasi sebesar 0,10% dan 0,03% (mtm). Akibat kenaikan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK tercatat masih tinggi sebesar 5,90% (yoy), meskipun secara triwulanan tercatat sebesar 0,90% (qtq) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,43% (qtq) (Grafik 2.1 dan 2.2). Tekanan inflasi yang tinggi terutama didorong oleh dampak kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp2.000/liter untuk premium dan Rp1.000/liter untuk solar, yang diumumkan oleh pemerintah pada 21 Juni 2013 dan mulai berlaku sejak 22 Juni Sementara itu, inflasi inti masih tetap terkendali pada level yang cukup rendah. Namun demikian, Bank Indonesia memperkirakan pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi terhadap inflasi bersifat sementara (temporary) yakni sekitar tiga bulan, dengan puncaknya pada bulan Juli 2013, kemudian menurun pada bulan Agustus 2013 dan kembali ke pola normal pada September Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Kenaikan inflasi kelompok administered prices pada triwulan II-2013 didorong oleh dampak langsung kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak lanjutannya terhadap penyesuaian tarif angkutan. Pemerintah telah menetapkan kenaikan tarif Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sekitar 15% dan tarif Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (ASDP) rata-rata sekitar 17%. Selain itu, 8

19 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran kenaikan tarif angkutan darat dalam kota, tarif kereta api serta kenaikan Tarif Tenaga Listrik (TTL) dan Bahan Bakar Rumah Tangga (BBRT) juga turut memberikan kontribusi pada peningkatan inflasi administered prices. Inflasi administered prices pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 4,38% (qtq) atau 6,70% (yoy), melonjak cukup tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,17% (qtq) atau 2,90% (yoy). Tekanan inflasi pada kelompok volatile food terutama terjadi pada Juni 2013 yang meningkat sebesar 1,18% (mtm), sedangkan pada April dan Mei 2013 mencatat deflasi sebesar 0,96% dan 1,10% (mtm). Inflasi pada Juni 2013 tersebut disebabkan oleh lonjakan harga yang terjadi pada pekan terakhir bulan Juni, akibat terbatasnya pasokan dan meningkatnya biaya transportasi pascakenaikan harga BBM bersubsidi. Kenaikan harga terutama terjadi pada komoditas beras, cabai merah, daging ayam, dan daging sapi. Untuk komoditas beras, tekanan inflasi didorong oleh berakhirnya musim panen dan kenaikan biaya produksi, meskipun stok masih tergolong cukup tinggi. Sementara itu, harga cabai merah meningkat seiring dengan penurunan pasokan dari petani akibat anomali cuaca (kemarau basah). Tekanan inflasi pada komoditas daging sapi masih berlanjut akibat terbatasnya pasokan. Sementara itu, pada komoditas daging ayam, kenaikan harga dipicu oleh kenaikan biaya input (Day Old Chicken - DOC) dan ongkos angkut, meskipun stok dinyatakan mencukupi hingga awal Ramadhan. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi volatile food pada triwulan II-2013 tercatat mencapai 11,46% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan II-2012 yang hanya sebesar 7,52% (yoy). Namun, secara triwulanan kelompok volatile food pada triwulan II-2013 mengalami deflasi sebesar 0,89% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 8,77% (qtq). Inflasi inti pada triwulan II-2013 masih tercatat rendah dan stabil. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, inflasi inti tercatat sebesar 0,52% (qtq) atau 3,98% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,79% (qtq) atau 4,21% (yoy). Stabilnya inflasi inti tersebut didukung oleh tetap terjaganya permintaan domestik, respons sisi penawaran yang memadai dan menurunnya harga komoditas internasional. Harga komoditas global yang menurun mendorong inflasi inti kelompok traded masih dalam tren menurun (Grafik 2.3). Selain itu, pengaruh lanjutan akibat kenaikan harga BBM bersubsidi pada inflasi inti masih cukup moderat, meskipun tekanan pada kelompok bahan makanan jadi dan kelompok tekstil, kimia dan alat angkut telah meningkat. Faktor penawaran yang memadai terlihat dari kapasitas utilisasi sektor industri pengolahan pada Survei Kegiatan Dunia Usaha triwulan I-2013, yaitu sekitar 73,25% untuk seluruh sektor dan 68,97% untuk industri pengolahan (Grafik 2.4). Kendati demikian, ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat perlu dicermati karena dapat meningkatkan inflasi inti ke depan. Hasil Survei Konsumen (SK) Bank Indonesia dan Survei Pedagang Eceran (SPE) (Grafik 2.5) menunjukkan peningkatan ekspektasi inflasi sejak pertengahan triwulan II-2013 yang terutama disebabkan oleh perkiraan kenaikan harga BBM oleh Pemerintah. Ekspektasi inflasi pedagang 3 bulan ke depan meningkat cukup tinggi, antara lain disebabkan oleh kenaikan ongkos produksi (bahan baku, Tarif Tenaga Listrik (TTL), dan Upah Minimum Provinsi (UMP)) dan perkiraan kenaikan harga BBM bersubsidi. Sementara itu, di pasar keuangan, kenaikan ekspektasi inflasi tercermin dari survei Consensus Forecast (CF) yang meningkat selama triwulan II

20 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Ekspektasi inflasi 2013 hasil survei CF Juni 2013 meningkat menjadi 6,7% dibandingkan dengan Maret sebesar 6,4% (Grafik 2.6). Grafik 2.3 Inflasi Inti Tradable, Nilai Tukar dan Indeks Harga Impor Grafik 2.4 Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan Grafik 2.5 Ekspektasi Inflasi Pedagang Grafik 2.6 Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Berdasarkan kawasan, tekanan inflasi meningkat tinggi hampir di seluruh daerah pada akhir triwulan II Pada awal triwulan laporan, koreksi harga terjadi pada beberapa komoditas bumbu-bumbuan yang disebabkan oleh membaiknya pasokan beberapa komoditas pangan strategis, antara lain cabe merah, bawang merah dan bawang putih. Hal tersebut seiring dengan panen dan masuknya impor 10

21 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran yang mendorong penurunan harga komoditas tersebut di hampir seluruh kawasan. Pada akhir triwulan laporan, tekanan inflasi mengalami peningkatan yang dipicu oleh kebijakan peningkatan harga BBM bersubsidi. Hal itu memicu kenaikan inflasi administered prices dan menahan koreksi harga volatile food lebih lanjut. Inflasi di berbagai daerah mengalami kenaikan, terutama didorong oleh kenaikan harga sejumlah komoditas pangan dan biaya transportasi. Beberapa daerah di Sumatera seperti Sumatera Barat, Bengkulu, dan Kepulauan Bangka Belitung serta Kalimantan Timur dan beberapa daerah di Jawa mencatat kenaikan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya (Grafik 2.7). Grafik 2.7 Peta Inflasi Daerah Juni-2013 (%, yoy) Ke depan, inflasi pada tahun 2013 diperkirakan meningkat sehingga lebih tinggi dari rentang sasaran inflasi 4,5%+1%. Kenaikan inflasi itu terutama dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013 yang kemudian mendorong peningkatan inflasi di kelompok administered prices dan kelompok volatile foods. Sementara itu, inflasi inti untuk keseluruhan tahun 2013 masih terkendali, meskipun sedikit meningkat akibat dorongan dampak lanjutan kenaikan BBM bersubsidi. Berdasarkan dinamika bulanan, dampak kenaikan harga BBM diperkirakan temporer sekitar 3 bulan, dengan puncaknya pada Juli 2013 dan kembali kepada pola normal pada September Dengan berakhirnya dampak temporer kenaikan harga BBM bersubsidi, inflasi diperkirakan akan kembali menurun pada kisaran target sebesar 4,5%+1% pada tahun Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Indonesia pada triwulan II-2013 tumbuh melambat. Perlambatan itu terutama akibat melemahnya permintaan domestik dan terbatasnya pertumbuhan ekspor sejalan dengan belum kuatnya pertumbuhan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan laporan tak lepas dari pengaruh kinerja perekonomian global yang masih cenderung melambat dan diliputi ketidakpastian. Realisasi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara tercatat lebih rendah dari perkiraan. Pertumbuhan PDB Cina melambat pada 11

22 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran triwulan II-2013 menjadi 7,5% (yoy) dipengaruhi oleh penurunan ekspor dan pelemahan investasi, khususnya pada sektor manufaktur. Realisasi yang lebih rendah tersebut pada gilirannya menyebabkan perkiraan pertumbuhan ekonomi dunia 2013 direvisi dari 3,2% menjadi 3,1%. Pada saat yang sama, harga komoditas dunia juga masih menurun, kecuali harga minyak. Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHEx) sepanjang triwulan II-2013 tercatat masih kontraktif -10,3% (yoy), lebih rendah dari yang diperkirakan sebelumnya. Ketidakpastian ekonomi global pada triwulan II-2013 juga dipengaruhi oleh spekulasi terkait tapering off stimulus moneter oleh The Fed yang kemudian memberikan tekanan kepada pasar keuangan global. Kinerja perekonomian global yang tidak menggembirakan tersebut kemudian berdampak negatif terhadap kinerja perekonomian Indonesia, baik melalui jalur perdagangan maupun jalur keuangan. Ekonomi global yang masih belum kuat tersebut dibarengi dengan kenaikan inflasi di dalam negeri kemudian berpengaruh terhadap ekspansi domestik yang melambat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 5,81% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,03% (yoy) (Tabel 2.1) dan lebih rendah dari perkiraan Bank Indonesia sebesar 5,9% (yoy). Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh kinerja ekspor yang masih terbatas dan permintaan domestik yang melemah, khususnya investasi. Ekspor, meskipun telah tumbuh positif, masih belum cukup kuat menopang pertumbuhan ekonomi akibat masih lemahnya permintaan ekonomi global. Ekspor yang belum kuat serta daya beli yang melemah akibat inflasi yang meningkat berpengaruh kepada perlambatan konsumsi rumah tangga dan juga investasi, khususnya investasi non-bangunan. Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran Komponen % Y-o-Y, Tahun Dasar I II Konsumsi Rumah Tangga 5,17 5,06 Konsumsi Pemerintah 0,42 2,13 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5,78 4,67 Ekspor Barang dan Jasa 3,57 4,78 Impor Barang dan Jasa -0,06 0,62 PDB 6,03 5,81 Sumber : BPS Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2013 tumbuh melambat akibat penurunan daya beli masyarakat. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 5,06% (yoy) lebih rendahdari triwulan I-2013 yang sebesar 5,17% (yoy). Peningkatan pendapatan yang terbatas di tengah kenaikan harga yang tinggi menjadi penyebab daya beli konsumen yang menurun, khususnya pada kelompok konsumen menengah bawah, yang akhirnya memperlambat konsumsi rumah tangga. Penurunan daya beli konsumen tersebut tercermin pada hasil survei Bank Indonesia dan Danareksa yang menunjukkan pelemahan keyakinan konsumen (Grafik 2.8). 12

23 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.8 Indeks Keyakinan Konsumen Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat sesuai dengan pola serapan anggaran pemerintah. Pertumbuhan konsumsi pemerintah tercatat sebesar 2,13% (yoy) pada triwulan II-2013, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,42% (yoy). Secara keseluruhan, realisasi belanja pemerintah pada semester I-2013 mencapai 40,3% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau 39,3% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi belanja pemerintah pada semester I-2012 yang mencapai 43,9% dari APBN atau 40,7% dari APBN-P. Berdasarkan komponennya, peningkatan pengeluaran pemerintah ditopang oleh belanja barang yang meningkat. Sementara itu, belanja pegawai menurun akibat pergeseran pencairan gaji ke-13 bagi PNS/TNI/Polri dan Pensiunan ke triwulan III Grafik 2.9 Investasi Nonbangunan dan Kapasitas Utilisasi Industri Pengolahan 13

24 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Kinerja investasi melemah pada triwulan II Investasi tercatat tumbuh 4,67% (yoy) pada triwulan II-2013, melambat dari 5,78% (yoy) pada triwulan I Pelemahan kinerja investasi terutama terjadi pada kelompok investasi nonbangunan, seperti mesin dan alat angkutan luar negeri, yang mencatat kontraksi sejalan dengan kontraksi impor barang modal. Sementara itu, investasi bangunan masih tumbuh kuat meskipun sedikit melambat dari triwulan sebelumnya sejalan dengan aktivitas konstruksi yang sedikit termoderasi. Perlambatan investasi juga sejalan dengan penggunaan kapasitas produksi industri pengolahan yang masih rendah selama semester I-2013 sehingga mengurangi insentif berinvestasi (Grafik 2.9). Di sisi eksternal, kinerja ekspor membaik pada triwulan II-2013 meskipun belum terlalu kuat. Pertumbuhan ekspor tercatat meningkat menjadi 4,78% (yoy) pada triwulan laporan dari 3,57% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perbaikan ekspor tersebut sejalan dengan membaiknya permintaan dari AS, Jepang, India dan masih tetap kuatnya permintaan dari negara-negara ASEAN di tengah melambatnya permintaan ekspor dari China. Peningkatan ekspor terjadi di seluruh kelompok komoditi ekspor, terutama pada komoditas primer pertanian dan manufaktur, disusul oleh pertambangan (Grafik 2.10). Kinerja ekspor migas pada periode yang sama juga menunjukkan perbaikan ditopang oleh kenaikan produksi minyak. Sejalan dengan perbaikan ekspor, impor tumbuh positif pada triwulan II Impor pada triwulan laporan tumbuh positif 0,62% (yoy), setelah pada triwulan I-2013 mengalami kontraksi sebesar 0,06% (yoy). Kenaikan impor terjadi pada kelompok bahan baku dan barang konsumsi sejalan dengan dibukanya keran impor beberapa produk hortikultura dan persiapan menjelang bulan Ramadhan, sedangkan impor kelompok barang modal relatif tertahan terkait dengan moderasi investasi nonbangunan dan penjualan kendaraan (Grafik 2.11). Berdasarkan lapangan usaha, perlambatan ekonomi pada triwulan II-2013 dipengaruhi oleh kontraksi di sektor pertambangan serta perlambatan di sektor pertanian dan sektor jasa-jasa (Tabel 2.2). Grafik 2.10 Pertumbuhan Riil Ekspor Grafik 2.11 Pertumbuhan Riil Impor 14

25 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sektor pertambangan mencatat kontraksi yang cukup dalam sebesar -1,19% (yoy) (Tabel 2.2). Sementara itu, sektor pertanian melambat disebabkan oleh produksi tanaman bahan makanan yang melambat seiring dengan berlalunya masa panen raya. Sektor jasa-jasa mengalami perlambatan sejalan dengan kontraksi di subsektor jasa pemerintahan umum. Kontraksi tersebut terkait dengan penurunan belanja pegawai pemerintah karena pergeseran pembayaran gaji ke-13 PNS/TNI/Polri dan Pensiunan ke triwulan III Di sektor lainnya yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunan dan sektor industri pengolahan, mencatat pertumbuhan yang relatif stabil. Sementara itu, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah pelanggan dan pemakaian data seluler serta membaiknya subsektor pengangkutan. Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha Sektor % Y-o-Y, Tahun Dasar I II Pertanian, Peternakan, Kehutanan, & Perikanan 3,61 3,20 Pertambangan & Penggalian -0,20-1,19 Industri Pengolahan 5,89 5,84 Listrik, Gas & Air Bersih 6,55 6,60 Konstruksi 7,00 6,88 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,54 6,47 Pengangkutan & Komunikasi 9,98 11,46 Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 8,35 8,07 Jasa-jasa 6,48 4,48 PDB 6,03 5,81 Sumber : BPS Berdasarkan wilayah, perlambatan ekonomi tergambar di beberapa kawasan, antara lain Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan Jakarta. Perekonomian KTI dan Jakarta pada triwulan II-2013 diperkirakan lebih rendah dari capaian triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut masih terbatasnya kinerja ekspor, terutama ekspor berbasis sumber daya alam (SDA), sejalan dengan masih rendahnya harga komoditas global dan belum kuatnya permintaan dunia, serta melambatnya investasi. Sementara itu, di kawasan lainnya, seperti Jawa dan Sumatera, mengalami peningkatan terbatas. Kinerja perekonomian di beberapa daerah basis produksi tambang di Sumatera seperti di Riau, Sumatera Selatan, dan Kep. Bangka Belitung, tumbuh terbatas namun tidak sebaik perkiraan semula. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di Jawa, didorong oleh ekspor produk manufaktur sejalan dengan kinerja ekspor non-sda yang masih tetap baik. Namun, cenderung lemahnya investasi menyebabkan terbatasnya kenaikan pertumbuhan ekonomi baik di Sumatera maupun di Jawa. Ke depan, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2013 diperkirakan menuju batas bawah kisaran 5,8-6,2% (yoy). Perkiraan tersebut antara lain dipengaruhi oleh dampak melambatnya pertumbuhan ekonomi China dan meningkatnya tekanan inflasi. Namun, persiapan penyelenggaraan Pemilu 2014 diperkirakan dapat kembali mendorong pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV Sehubungan dengan prospek ekonomi tersebut, Bank Indonesia akan memperkuat koordinasi kebijakan bersama 15

26 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.12 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II-2013 (%, yoy) pemerintah dalam mengelola perekonomian agar dapat tumbuh lebih seimbang dan sehat, di tengah proses pemulihan ekonomi dunia yang belum sesuai dengan harapan. Pada 2014, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat kembali pada kisaran 6,4-6,8% Neraca Pembayaran Kondisi Neraca Pembayaran Indonesia pada triwulan laporan mencatat defisit yang lebih kecil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Perbaikan kinerja tersebut didorong oleh surplus transaksi modal dan finansial, di tengah masih tertekannya transaksi berjalan sesuai dengan pola musiman triwulan II. Di sisi eksternal, tekanan pada perekonomian nasional masih berlanjut. Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II-2013 mengalami defisit yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, defisit NPI tercatat USD2,5 miliar, menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai USD6,6 miliar. Penurunan defisit NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang kembali surplus setelah pada triwulan sebelumnya mengalami defisit yang cukup besar. Di sisi lain, sesuai pola musimannya, defisit transaksi berjalan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Menurunnya defisit NPI pada triwulan laporan tidak lepas dari upaya Bank Indonesia mengurangi dampak negatif dari memburuknya kondisi ekonomi dan keuangan global terhadap NPI melalui bauran kebijakan,yang didukung oleh kebijakan pemerintah di bidang pembiayaan fiskal. Defisit pada transaksi berjalan pada triwulan II-2013 dipengaruhi oleh faktor musiman dan harga komoditas ekspor yang masih menurun. Defisit transaksi berjalan meningkat dari USD5,8 miliar atau 2,6% dari PDB pada triwulan I-2013 menjadi USD9,8 miliar atau 4,4% dari PDB pada triwulan II-2013 (Grafik 2.13). Perkembangan ini tidak terlepas dari pengaruh menyusutnya surplus neraca perdagangan nonmigas serta melebarnya defisit neraca jasa dan pendapatan. Surplus neraca perdagangan nonmigas menyusut karena peningkaan impor, khususnya impor bahan baku dan 16

27 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran barang konsumsi, didorong oleh konsumsi domestik pada triwulan II-2013, yang secara historis memang selalu lebih tinggi daripada triwulan I Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor nonmigas tertahan oleh harga komoditas di pasar internasional yang masih cenderung menurun dan pertumbuhan ekonomi global yang belum kuat. Defisit neraca jasa melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan juga melebar mengikuti jadwal pembayaran bunga utang luar negeri dan transfer keuntungan kepada investor asing. Sementara itu, neraca perdagangan migas masih defisit tetapi berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 2.13 Neraca Pembayaran Indonesia Transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2013 kembali mencatat surplus sebesar USD8,2 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya defisit USD0,3 miliar. Perbaikan tersebut antara lain berasal dari meningkatnya arus masuk investasi langsung asing (PMA) yang mengindikasikan tetap kuatnya keyakinan investor terhadap kondisi fundamental dan prospek ekonomi Indonesia ke depan. Selain itu, investasi portofolio asing masih mencatat surplus yang cukup signifikan, meskipun sempat terjadi arus keluar yang cukup besar pada Juni 2013 pasca mencuatnya rencana penghentian kebijakan moneter longgar di Amerika Serikat (tapperingoff). Investasi portofolio yang masih surplus didukung langkah antisipatif Bank Indonesia meredam kenaikan ekspektasi inflasi melalui peningkatan suku bunga Deposit Facility dan BI Rate, langkah pemerintah menerbitkan obligasi valas sebagai salah satu sumber pembiayaan defisit fiskal, serta penerbitan obligasi valas oleh korporasi yang meningkat. Perbaikan transaksi modal dan finansial juga berasal dari surplus pada investasi lainnya, terutama dalam bentuk penarikan simpanan milik perbankan domestik di luar negeri. Bank-bank menarik sebagian simpanannya di luar negeri, selain untuk memenuhi kebutuhan nasabah, juga untuk memanfaatkan fasilitas simpanan berupa instrumen term deposit valas dan fasilitas lindung nilai berupa instrumen swap valas yang disediakan oleh Bank Indonesia. 17

28 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Sejalan dengan NPI yang masih defisit, jumlah cadangan devisa pada akhir Juni 2013 turun menjadi USD98,1 miliar. Kendati demikian, jumlah cadangan devisa ini cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah selama 5,4 bulan yang berarti tetap berada di atas standar kecukupan internasional. Ke depan, perbaikan kondisi ekonomi dan keuangan global serta perlambatan permintaan domestik diharapkan dapat mendukung upaya pemulihan keseimbangan eksternal Indonesia. Sesuai dengan pola musimannya, defisit transaksi berjalan pada triwulan III-2013 diperkirakan jauh lebih rendah dibandingkantriwulan II Selain itu, perbaikan ekonomi dunia dan harga komoditas akan berdampak positif terhadap kinerja ekspor nonmigas. Pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat dan nilai tukar rupiah yang dalam beberapa waktu terakhir telah terdepresiasi ke arah nilai fundamentalnya, akan menahan akselerasi impor dan mengurangi defisit neraca jasa. Di sisi neraca modal dan finansial, surplus pada triwulan III-2013 diperkirakan juga masih besar. Meskipun pertumbuhan penanaman modal asing cenderung melambat, nilainya diperkirakan tetap lebih tinggi daripada triwulan II-2013 sesuai pola historisnya selama ini. Gejolak di pasar keuangan global yang diharapkan mereda diperkirakan mengurangi arus keluar investasi portofolio asing Nilai Tukar Rupiah Pelemahan rupiah masih berlanjut pada triwulan II Pelemahan yang sesuai dengan fundamentalnya tersebut sejalan dengan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Kendati demikian, pergerakan rupiah masih sejalan dengan pergerakan mata uang di kawasan Asia yang melemah didorong oleh sentimen negatif global. Sejalan dengan perkembangan NPI yang kurang menguntungkan, nilai tukar rupiah selama triwulan II-2013 masih mengalami depresiasi. Secara rata-rata, nilai tukar rupiah melemah sebesar 1,03% (qtq) menjadi Rp9.781/USD dari Rp9.680/USD pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, secara pointto-point nilai tukar melemah 2,09% (qtq) menjadi Rp9.925/USD dari Rp9.718/USD pada triwulan sebelumnya (Grafik 2.14). Grafik 2.14 Perkembangan Nilai Tukar Rupiah 18

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Triwulan III. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan III. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan III 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia www.bi.go.id Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Tinjauan Umum 485 TINJAUAN UMUM Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Selama triwulan I-2005, kinerja perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

ANALISIS INFLASI MARET 2016

ANALISIS INFLASI MARET 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) ANALISIS INFLASI MARET 2016 Komoditas Pangan Dorong Inflasi IHK Maret INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Triwulan IV dan Tahun 2011 ...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ($'nrxrurruhbrunsr,e. I Dnrrnn lsr I. KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK. vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM...

DAFTAR ISI. ($'nrxrurruhbrunsr,e. I Dnrrnn lsr I. KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK. vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM... I Dnrrnn lsr I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR tst... DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK I ilt vii ix BAB 1. TINJAUAN UMUM... BAB 2. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI TERKINI 1. Pertumbuhan Ekonomi 2. Kondisi Keseimbangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017

RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 RELEASE NOTE INFLASI MARET 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Panen Dorong Deflasi Maret 2017 Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami deflasi 0,02% (mtm) di bulan Maret (Tabel 1). Deflasi bulan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

Triwulan I. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan I. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan

Lebih terperinci