Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA"

Transkripsi

1 Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Triwulan III 2011

2 ...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No.6 Tahun Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan kali ini merupakan laporan triwulan ketiga di tahun 2011 yang mengevaluasi pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama periode Juli September

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-nya, hingga triwulan III 2011 Bank Indonesia dapat melaksanakan amanat tugasnya dengan baik. Untuk itu sebagai bagian dari pemenuhan akuntabilitas dan transparansi, yang juga merupakan amanat Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia menyampaikan laporan tertulis tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang selama Triwulan III 2011 kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah. Patut disyukuri bahwa ketahanan perekonomian Indonesia semakin baik ditengah tekanan sistem keuangan global. Kinerja pertumbuhan ekonomi positif dan diperkirakan mencapai 6,6% (yoy) dengan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) yang terkendali sebesar 4,61% (yoy). Kondisi tersebut ditopang dengan ketahanan perbankan yang terjaga tercermin dari permodalan yang kuat, fungsi intermediasi yang berjalan optimal dan likuiditas yang memadai. Hal ini tidak terlepas dari terjaganya kelancaran penyelenggaraan sistem pembayaran dan terpenuhinya kebutuhan uang dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan dalam kondisi layak edar. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap mencermati perkembangan ekonomi dan keuangan global. Memahami tantangan yang semakin komplek tersebut, Bank Indonesia akan menempuh respon kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya yang terukur diarahkan untuk mempertahankan dan mencapai kinerja perekonomian Indonesia, dengan tetap mengupayakan pencapaian sasaran inflasi yang rendah dan stabil. Upaya-upaya akan ditempuh dalam koridor strategi yang telah ditetapkan serta senantiasa mengedepankan nilai-nilai tata kelola organisasi yang baik. Jakarta, 31 Oktober 2011 GUBERNUR BANK INDONESIA Darmin Nasution Kata Pengantar i

4 ii BANK INDONESIA Halaman ini sengaja dikosongkan.

5 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Bab 1. Ringkasan Eksekutif... 1 Kebijakan yang Ditempuh... 2 Bab 2. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Neraca Pembayaran Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Perkembangan Suku Bunga Perkembangan Bank Umum Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Sistem Pembayaran Perkembangan Efisiensi dan Kehandalan Sistem Pembayaran Pengedaran Uang Bab 3. Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Stabilitas Moneter Kebijakan Moneter Pengelolaan Operasi Moneter dan Nilai Tukar Koordinasi dengan Pemerintah Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri (PLN) Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan Stabilitas Sistem Perbankan Pengaturan Perbankan Implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) Implementasi BASEL II Kebijakan dan Pengawasan Bank Umum Kebijakan dan Pengawasan Perbankan Syariah Kebijakan dan Pengawasan BPR Penguatan Sektor Riil dan Penyaluran Kredit UMKM Perizinan dan Informasi Perbankan Daftar Isi iii

6 2.9. Investigasi dan Mediasi Perbankan Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Kehandalan dan Efisiensi Sistem Pembayaran Pengedaran Uang Kerjasama Internasional Komunikasi dan Edukasi Kebijakan Bab 4. Manajemen Intern Bank Indonesia Akuntabilitas dan Transparansi Audit Intern Keuangan Intern Teknologi Informasi Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Aspek Hukum Bank Indonesia Social Responsibility Lampiran Produk Hukum Bank Indonesia Selama Triwulan III Peraturan Bank Indonesia Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia Surat Edaran Intern Bank Indonesia Daftar Istilah Daftar Singkatan iv BANK INDONESIA

7 Daftar Tabel 2.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah Statistik Triwulanan Perkembangan BPR Volume Transaksi Pembayaran Niali Transaksi Pembayaran Perkembangan Indikator Pengedaran Uang Tahun Realisasi Penarikan PLN Pemerintah Realisasi Pembayaran PLN Pemerintah Jumlah Debitur dan Fasilitas dalam SID Statistik Perkembangan Hasil Investigasi Statistik Perkembangan Mediasi Perbankan Daftar Tabel v

8 vi BANK INDONESIA Halaman ini sengaja dikosongkan.

9 Daftar Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Ekspektasi Inflasi Consensus Forecast Ekspektasi Inflasi Konsumen Ekspektasi Inflasi Pedagang Investasi Baru dan Penggantian Survei Kegiatan Dunia Usaha Nilai Ekspor-Impor Non Migas Pertumbuhan Ekspor-Impor Apresiasi/Depresiasi Mata Uang Asia Volatilitas Mata Uang Asia Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate Perkembangan Suku Bunga PUAB O/N & JIBOR Suku Bunga PUAB O/N dan Volume Deposit Facility Suku Bunga dan Volume PUAB O/N Volume PUAB Komposisi Tenor PUAB Jumlah Pelaku PUAB Perkembangan Suku Bunga Perbankan Perkembangan Uang Rupiah yang Diedarkan Komposisi Posisi Operasi Moneter Jumlah Permintaan IDI Perkembangan Penanganan Kasus Tipibank di Penegak Hukum Sengketa Perbankan Berdasarkan Jenis Produk Daftar Grafik vii

10 viii BANK INDONESIA Halaman ini sengaja dikosongkan.

11 Bab 1 Ringkasan Eksekutif Selama triwulan III 2011 kondisi perekonomian Indonesia tetap terjaga. Perkembangan tersebut ditandai oleh stabilitas ekonomi yang tercermin dari inflasi yang terkendali, sistem pembayaran yang stabil, serta kinerja perbankan dan stabilitas sistem keuangan yang terjaga. Nilai tukar rupiah memang sempat mengalami tekanan terkait pengaruh meningkatnya ketidakpastian di AS dan Eropa. Namun respon kebijakan Bank Indonesia yang tepat dan terukur dapat meredam tekanan lebih lanjut pada nilai tukar dan membatasi dampak gejolak hanya terjadi di pasar keuangan. Berbagai perkembangan tersebut pada gilirannya berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang pada triwulan III 2011 yang diperkirakan masih cukup tinggi. Inflasi IHK pada triwulan laporan masih cukup terkendali, meskipun terdapat kenaikan permintaan domestik terkait dengan puasa dan Hari Raya Idul Fitri serta tekanan pada nilai tukar. Inflasi IHK pada triwulan III-2011 tercatat sebesar 1,89% (qtq), atau secara tahunan sebesar 4,61% (yoy). Inflasi ini lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,88% (qtq) atau 5,80% (yoy). Untuk keseluruhan tahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK tahun 2011 akan berada pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 5%±1%. Perkiraan tersebut sejalan dengan perkembangan inflasi yang hingga akhir periode laporan masih tercatat rendah sebesar 2,97% (ytd), serta perkiraan tetap terjaganya pasokan barang dan jasa dan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga energi. Inflasi yang masih terkendali kemudian berkontribusi positif pada pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan masih tinggi. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diperkirakan mencapai 6,6% didukung oleh konsumsi, kinerja ekspor dan kegiatan investasi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh kuat, dipengaruhi oleh peningkatan pendapatan yang berasal dari hasil ekspor sejalan dengan kinerja ekspor yang masih tinggi. Investasi ditopang oleh investasi bangunan dan nonbangunan yang diperkirakan tumbuh meningkat. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2011 pertumbuhan ekonomi diperkirakan mencapai 6,6% atau lebih tinggi dari kisaran perkiraan Bank Indonesia sebelumnya yang berada dalam kisaran 6,0%-6,5% Perkembangan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III-2011 banyak dipengaruhi oleh dampak meningkatnya sentimen negatif permasalahan ekonomi di AS dan Eropa. Ketidakpastian di AS dan Eropa memicu terjadinya aliran keluar modal asing, khususnya berbentuk investasi portofolio, dan selanjutnya memberikan tekanan terhadap kinerja neraca transaksi modal dan finansial (TMF). Sementara itu, kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan masih baik, meskipun mengalami penurunan Ringkasan Eksekutif 1

12 dibandingkan kinerja pada periode sebelumnya. Kondisi tersebut dipengaruhi pertumbuhan impor yang mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian domestik, meskipun kinerja ekspor non-migas yang masih tumbuh cukup tinggi. Secara keseluruhan, kuatnya penurunan kinerja TMF kemudian berkontribusi pada penurunan kinerja keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia. Dengan perkembangan NPI tersebut, cadangan devisa pada akhir laporan tercatat 114,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Tekanan pada NPI akibat meningkatnya aliran keluar modal asing pada gilirannya memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Sejalan dengan pelemahan mata uang regional, nilai tukar rupiah secara umum terdepresiasi, meskipun pada awal triwulan masih berada dalam tren menguat. Tekanan rupiah lebih jauh dapat sedikit diredam oleh langkah stabilisasi yang ditempuh secara terukur oleh Bank Indonesia. Pada akhir triwulan III-2011, rupiah ditutup Rp8.780 per dolar AS, atau melemah Rp207 (2,41%) dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya. Kendati nilai tukar rupiah mengalami tekanan, stabilitas sistem keuangan masih tetap terjaga dan dibarengi terus membaiknya fungsi intermediasi perbankan dalam mendukung pembiayaan perekonomian. Pada Agustus 2011, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 17,3%, jauh melampaui ketentuan batas minimum permodalan 8%. Kondisi tersebut juga disertai profitabilitas dan efisiensi bank yang terus membaik. Selain itu, penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan perekonomian juga terus berlanjut hingga mencapai 23,8% (yoy) dan lebih banyak disalurkan untuk membiayai sektor-sektor produktif. Penyaluran kredit tersebut disertai dengan kualitas kredit yang tetap terjaga dengan rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang masih dibawah 3%. Kinerja sektor perbankan, yang merupakan sektor utama dalam sistem keuangan Indonesia, mendorong membaiknya stabilitas sistem keuangan. Pada akhir triwulan II 2011, Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (Financial Stability Index/FSI) masih tetap sebesar 1,68%. Kehandalan dan efisiensi sistem pembayaran turut membantu capaian kinerja makroekonomi Indonesia dengan ketersediaan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), Bank Indonesia-Scripless Security Settlement System (BI-SSSS) serta Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) yang mencapai 100%. Selain itu, kehandalan sistem pemrosesan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan Uang Elektronik yang diselenggarakan oleh pihak di luar Bank Indonesia juga tetap terjaga. Bank Indonesia juga tetap mampu memenuhi kebutuhan uang kartal meskipun terdapat kenaikan permintaan uang kartal oleh masyarakat secara signifikan selama Ramadhan dan libur Idul Fitri yang lalu. 2 BANK INDONESIA

13 Kebijakan yang Ditempuh Berbagai kebijakan telah ditempuh Bank Indonesia selama triwulan laporan dalam upaya mendukung kinerja positif perekonomian tersebut. Kebijakan tersebut juga ditempuh dengan berkoodinasi erat bersama pemerintah. Di bidang moneter, selama triwulan III 2011 Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan BI Rate pada level 6,75%. Kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia tersebut selaras dengan upaya menjaga laju inflasi ke depan agar tetap berada pada kisaran sasarannya. Arah kebijakan juga ditempuh setelah mempertimbangkan dampak kecenderungan menurunnya pertumbuhan ekonomi negara maju, melambatnya volume perdagangan dunia dan menurunnya harga komoditas global terhadap perekonomian domestik. Dalam periode laporan yang ditandai oleh arus pembalikan modal, kebijakan BI juga diperkuat oleh kebijakan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah sehingga tidak memberikan tekanan terhadap stabilitas makroekonomi secara keseluruhan. Untuk mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank Indonesia juga memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150 bps di bawah BI Rate. Selain itu, Bank Indonesia juga melanjutkan penerapan strategi penguatan operasi moneter. Strategi tersebut ditempuh melalui optimalisasi penyerapan likuiditas, khususnya untuk tenor jangka panjang berupa penerbitan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 bulan, Term Deposit (TD) yang didominasi tenor 6 bulan, dan Reverse Repo Surat Berharga Negara (RR-SBN) ditawarkan dengan tenor 2 bulan. Bank Indonesia juga terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah khususnya dalam penyiapan Protokol Manajemen Krisis (Crisis Management Protocol). Koordinasi ditempuh sebagai antisipasi terhadap ketidakpastian global yang semakin meningkat yang membutuhkan kesiapan untuk mengambil langkah-langkah mitigasi yang cepat dan tepat sehingga dapat mengisolasi dampak dari krisis. Koordinasi mengantisipasi ketidakpastian global juga dilakukan melalui kerjasama dengan berbagai komunitas internasional untuk membuka berbagai fasilitas yang ada guna mencegah eskalasi dampak krisis jika gejolak keuangan global semakin memburuk. Ke depan, Bank Indonesia akan terus mewaspadai tingginya risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global serta kecenderungan menurunnya kinerja perekonomian global akibat permasalahan utang dan fiskal di Eropa dan Amerika Serikat. Berdasarkan perkembangan tersebut Bank Indonesia akan menempuh bauran antara kebijakan moneter serta makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia. Untuk memperkuat efekivitas kebijakan tersebut, Bank Indonesia akan secara aktif melakukan komunikasi dan edukasi agar sasaran berbagai kebijakan dapat tercapai. Ringkasan Eksekutif 3

14 Di bidang perbankan, Bank Indonesia mengambil langkah antisipatif dengan meningkatkan intensitas pengawasan bank guna meminimalisir dampak yang terjadi pada kondisi likuiditas perbankan nasional. Bank Indonesia juga terus berupaya meningkatkan ketahanan perbankan melalui penguatan struktur perbankan nasional, khususnya pada aspek permodalan dengan melanjutkan implementasi Basel II dan persiapan Basel III. Peningkatan kualitas manajemen dan operasional perbankan, peningkatan perlindungan nasabah, serta kelanjutan program sistem keuangan inklusif (financial inclusion) juga akan menjadi prioritas. Keseluruhan kebijakan tersebut merupakan bagian dari penyempurnaan Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Di bidang sistem pembayaran, upaya peningkatan efisiensi, keamanan dan kehandalan sistem pembayaran ditempuh melalui penataan infrastuktur melalui National Payment Gateway (NPG) serta melanjutkan rencana standarisasi kartu ATM/Debet berbasis chip dan interoperabilitas uang elektronik. Terjaganya kelancaran di bidang sistem pembayaran juga diimbangi dengan kelancaran di bidang pengedaran uang dengan fokus pada penyediaan uang rupiah dalam jumlah nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai dan dalam kondisi layak edar, serta peningkatan jangkauan layanan dan distribusi uang ke wilayah perbatasan dan daerah terpencil. Pelaksanaan tugas pokok Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran tidak terlepas dari dukungan berbagai kegiatan pendukung internal. Di bidang perencanaan strategis, Bank Indonesia telah menyusun arah strategis Bank Indonesia 2012 sebagai pedoman kegiatan dan pencapaian target yang jelas di tahun mendatang. Dalam mendukung pelaksanaan strategi dimaksud, Bank Indonesia berkomitmen untuk senantiasa meningkatkan kapasitas manajemen internal guna mendukung terciptanya manajemen organisasi yang lebih efektif dan good governance yang lebih kuat. Untuk itu, kebijakan di bidang sumber daya manusia tetap konsisten diarahkan pada peningkatan kompetensi dan kepemimpinan serta penyelarasan organisasi yang sejalan dengan arah strategi ke depan. Pada akhirnya, berbagai upaya dan langkah kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia tersebut diharapkan dapat menjaga kondusifnya situasi perekonomian nasional, termasuk pencapaian inflasi sesuai dengan target yang ditetapkan sebesar 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun BANK INDONESIA

15 Bab 2 Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Perekonomian nasional pada triwulan III 2011 masih menunjukkan perkembangan positif, meskipun pasar keuangan sempat mengalami tekanan akibat ketidakpastian global di AS dan Eropa. Inflasi pada triwulan laporan masih terkendali dengan tekanan yang menurun, sementara pertumbuhan ekonomi dalam tren meningkat. Ke depan, stabilitas ekonomi diperkirakan masih berlanjut dan dibarengi pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi, meskipun dapat lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan perkiraan menurunnya pertumbuhan ekonomi global. 1. Inflasi Inflasi sampai dengan triwulan III 2011 secara umum masih terkendali meskipun permintaan domestik cukup kuat sejalan dengan pola musiman terkait puasa dan Lebaran serta tekanan nilai tukar yang sempat meningkat. Inflasi IHK tercatat sebesar 1,89% (qtq), atau secara tahunan sebesar 4,61% (yoy). Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu saat pola musiman puasa dan Lebaran juga terjadi, inflasi IHK triwulan laporan tercatat lebih rendah dari inflasi IHK tahun lalu sebesar 2,88% (qtq) dan 5,80% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, inflasi IHK yang terjaga didorong oleh inflasi harga kelompok bahan pangan yang bergejolak (volatile food) yang cukup rendah seiring dengan pasokan barang makanan yang cukup dan turunnya harga komoditas pangan global. Inflasi kelompok administered juga menurun sejalan dengan tidak adanya kebijakan pemerintah terkait penyesuaian harga barang dan jasa yang bersifat strategis. Sementara inflasi inti masih tetap terkendali %, yoy CPI Core Volatile Food Administered Prices Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 5

16 Inflasi volatile food tercatat sebesar 5,14 (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,57% (yoy). Rendahnya inflasi volatile food salah satunya disebabkan oleh deflasi kelompok volatile food pada September 2011 sebesar 0,2% (mtm). Deflasi ini terutama dipengaruhi oleh koreksi harga yang cukup dalam paska Hari Raya Idul Fitri pada beberapa komoditas pangan utama seperti daging ayam dan telur ayam serta aneka bumbu (bawang merah dan bawang putih). Koreksi harga ini selanjutnya dapat mengurangi tekanan inflasi dari komoditas beras dan cabai yang menunjukkan kenaikan harga cukup signifikan. Kenaikan harga beras disebabkan oleh pasokan yang terbatas, meskipun terdapat panen gadu di beberapa daerah serta pembatalan ekspor beras ke Indonesia oleh Thailand. Sementara itu, kenaikan harga cabai merah dipicu oleh merosotnya pasokan di tengah permintaan yang relatif tetap. Inflasi kelompok administered prices pada triwulan III 2011 juga tercatat rendah yaitu 2,83% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan II2011 sebesar 5,61% (yoy). Komoditas administered prices yang berkontribusi pada inflasi adalah rokok, bahan bakar rumah tangga dan tarif kereta api. Komoditas rokok masih konsisten memberikan sumbangan inflasi di setiap bulannya akibat adanya selisih harga transaksi pasar (HTP) dengan harga jual eceran (HJE) yang ditetapkan oleh Pemerintah. Sementara itu, komoditas administered prices lainnya dipengaruhi oleh siklus hari raya. Inflasi inti triwulan III 2011 secara umum juga masih terjaga. Peningkatan inflasi inti dari 4,63% (yoy) pada triwulan II 2011 menjadi 4,93% pada triwulan III2011 lebih banyak dipengaruhi oleh dampak kenaikan harga emas. Di luar kenaikan harga emas, inflasi inti tercatat lebih rendah 3,96% (yoy), atau relatif stabil dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,11% (yoy). Inflasi inti yang masih stabil tersebut antara lain dipengaruhi oleh tetap terjaganya kesenjangan output serta terkendalinya ekspektasi inflasi. Dari sisi perkembangan kesenjangan output yang berhubungan dengan keseimbangan penawaran dan permintaan, terindikasi bahwa sisi penawaran masih cukup baik merespon peningkatan sisi permintaan. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya pertumbuhan impor mesin peralatan yang sebagian besar digunakan untuk penambahan mesin baru dalam proses produksi. Sementara itu, ekspektasi inflasi yang terkendali antara lain tercermin dari berbagai hasil survei yang menunjukkan penurunan tekanan inflasi. Hasil survei Consensus Forecast untuk inflasi tahun 2011 turun dari 6,2% (yoy) pada akhir triwulan II menjadi 5,6% (yoy) pada akhir triwulan III. Di sektor riil, hasil Survei Konsumen Bank Indonesia dan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia juga menunjukkan penurunan, baik untuk ekspektasi harga 3 bulan maupun ekspektasi harga 6 bulan ke depan. 6 BANK INDONESIA

17 Indeks Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad %, yoy Grafik 2.2 Ekspektasi Inflasi - Consensus Forecast Grafik 2.3 Ekspektasi Inflasi Konsumen Indeks 200 %, yoy New Investment & New Investment with Replacement Only Replacement Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Smt II Smt I Grafik 2.4 Ekspektasi Inflasi Pedagang Grafik 2.5 Investasi Baru dan Penggantian Survei Kegiatan Dunia Usaha Khusus mengenai pengaruh harga emas terhadap inflasi inti, kenaikan harga emas domestik yang terjadi tidak terlepas dari pengaruh kenaikan harga emas di pasar global. Memburuknya kondisi eksternal akibat krisis utang di Eropa dan belum pulihnya ekonomi AS meningkatkan intensitas ketidakpastian yang kemudian mendorong terjadinya peralihan outlet investasi oleh investor dari yang berupa suratsurat berharga menjadi komoditas emas. Peningkatan harga emas internasional tersebut pada gilirannya memengaruhi kuotasi harga emas domestik sehingga mendorong kenaikan inflasi inti. Untuk keseluruhan tahun 2011, Bank Indonesia memperkirakan inflasi IHK tahun 2011 akan berada pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 5%±1%. Perkiraan tersebut dengan mempertimbangkan perkembangan inflasi hingga triwulan III 2011 yang masih tercatat rendah sebesar 2,97% (ytd) serta perkiraan pasokan barang dan jasa kebutuhan masyarakat yang tetap terjaga dan tidak adanya kebijakan penyesuaian harga energi. Apabila perkembangan ini terus berlanjut maka inflasi IHK tahun 2012 diperkirakan akan berada pada kisaran sasaran inflasi yang ditetapkan yaitu 4,5%±1%. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 7

18 2. Pertumbuhan Ekonomi Pada triwulan III 2011 pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan masih akan tinggi. Gejolak di pasar keuangan diperkirakan masih berpengaruh secara terbatas terhadap pertumbuhan ekonomi. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 6,6% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 6,5% (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didukung oleh konsumsi rumah tangga, kegiatan investasi dan juga ekspor. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh kuat, didukung oleh peningkatan pendapatan yang berasal dari hasil ekspor sejalan dengan kinerja ekspor yang tumbuh tinggi sepanjang tahun Selain itu, rendahnya laju inflasi menyebabkan pendapatan riil meningkat dan mendorong rumah tangga untuk melakukan kegiatan konsumsi. Tingginya realisasi kinerja ekspor yang mencapai 17,4% memberi keyakinan akan kinerja ekspor yang tetap tinggi di tengah kondisi eksternal yang kurang kondusif. Ekspor pada triwulan III 2011 diperkirakan tumbuh sebesar 15,5%. Dari sisi investasi, dukungan pada perkembangan ekonomi ditopang baik oleh investasi bangunan maupun investasi nonbangunan. Investasi bangunan diperkirakan tumbuh meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan konstruksi sektor properti serta realisasi pembangunan beberapa proyek infrastruktur. Sementara itu, investasi nonbangunan tumbuh signifikan, didorong oleh pulihnya pasokan alat angkut, dan tumbuhnya sektor industri pengolahan, terutama industri baja serta industri tekstil dan produk tekstil (TPT) terkait program revitalisasi mesin. Peningkatan ekspor terutama berasal dari kenaikan permintaan negara-negara Asia seperti China dan India, seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara-negara tersebut yang masih tinggi. Di samping itu kinerja ekspor juga didukung oleh perbaikan daya serap pasar di negara lain seiring dengan peralihan negara tujuan ekspor dari advanced countries ke emerging markets yang mempunyai volume perdagangan maupun pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Tabel 2.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8 BANK INDONESIA

19 Berdasarkan sektor ekonomi, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh peran sektor industri yang semakin kuat. Pada triwulan III 2011 pertumbuhan sektor industri diperkirakan mencapai 6,2%, meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 6,1%. Kenaikan pertumbuhan sektor industri terutama ditopang oleh pulihnya kinerja subsektor alat angkut, mesin, dan peralatannya pasca-gangguan pasokan akibat gempa di Jepang. Hal itu tercermin dari penjualan mobil pada Agustus 2011 yang mencapai sekitar 73 ribu unit atau tumbuh sebesar 13,2% (yoy). Selain itu, kinerja industri juga didukung oleh pertumbuhan yang cukup tinggi pada subsektor logam dasar, besi dan baja, dan subsektor tekstil dan alas kaki yang berada di atas pola historisnya, serta subsektor makanan dan minuman yang tumbuh tinggi. Peningkatan kegiatan sektor industri tersebut terutama terjadi di Jakarta, Jawa dan sebagian besar wilayah di Kawasan Timur Indonesia. Sektor lain yang diperkirakan tumbuh tinggi dan juga menjadi salah satu motor pertumbuhan ekonomi adalah sektor perdagangan hotel dan restoran (PHR). Hal tersebut terkait dengan masih tingginya aktivitas ekonomi domestik serta kegiatan impor tercermin dari indeks penjualan eceran yang meningkat pada bulan Agustus Di samping itu, data tingkat hunian hotel dan jumlah wisatawan mancanegara juga menunjukkan peningkatan hingga Agustus Penyelenggaraan SEA Games pada November 2011 di Jakarta dan Palembang diperkirakan dapat turut meningkatkan kegiatan di subsektor hotel dan restoran. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang kuat pada triwulan III 2011 masih berlanjut pada triwulan IV 2011 yang diperkirakan mencapai 6,7%. Dengan perkembangan ini, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi untuk keseluruhan tahun 2011 dapat mencapai 6,6%. Gejolak perekonomian global yang terjadi saat ini masih terbatas di pasar keuangan dan belum memberikan pengaruh signifikan terhadap sektor riil. Pelemahan perekonomian global diperkirakan baru akan mempengaruhi ekonomi domestik secara lebih kuat pada tahun Berdasarkan perkembangan tersebut, perekonomian domestik pada tahun 2012 diperkirakan akan tumbuh melambat ke kisaran 6,2%-6,7%. Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 9

20 Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 3. Neraca Pembayaran Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan III 2011 diperkirakan menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi ini tidak terlepas dari pengaruh kuat meningkatnya ketidakpastian ekonomi global yang kemudian mengakibatkan terjadinya aliran keluar modal asing. Tekanan aliran keluar modal asing ini kemudian memberikan tekanan kepada kinerja neraca transaksi modal dan finansial (TMF) sehingga berkontribusi pada penurunan kinerja keseluruhan NPI pada triwulan III Tekanan pada neraca transaksi modal dan finansial pada triwulan III 2011 tersebut banyak dipengaruhi oleh sentimen negatif terhadap meningkatnya permasalahan ekonomi krisis di Eropa dan masih tingginya ketidakpastian di AS. Sentimen itu kemudian memicu aliran keluar modal asing khususnya investasi portofolio yang cukup sensitif terhadap gejolak global. Sementara itu, penanaman modal berbentuk penanaman modal asing langsung (PMA) masih cukup besar sejalan dengan prospek ekonomi Indonesia yang masih kuat. Kinerja neraca transaksi berjalan diperkirakan masih baik, meskipun menurun dibandingkan kinerja pada periode sebelumnya. Kondisi ini dipengaruhi kinerja ekspor non-migas yang masih tumbuh cukup tinggi sehingga dapat menopang kinerja neraca transaksi berjalan pada triwulan III Sementara pada sisi lain, peningkatan impor yang kemudian berkontribusi menurunkan kinerja neraca transaksi berjalan tidak terlepas dari pengaruh meningkatnya aktivitas perekonomian domestik. 10 BANK INDONESIA

21 % Import Growth - yoy Export growth - yoy US$ Milion 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 Non Oil & Gas Trade Balance - rhs Non Oil & Gas Imports Non Oil & Gas Exports US$ Milion 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, , Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Grafik 2.6 Nilai Ekspor-Impor Non Migas Jan-07 Apr-07 Jul-07 Oct-07 Jan-08 Apr-08 Jul-08 Oct-08 Jan-09 Apr-09 Jul-09 Oct-09 Jan-10 Apr-10 Jul-10 Oct-10 Jan-11 Apr-11 Jul-11 Grafik 2.7 Pertumbuhan Ekspor-Impor Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan kinerja NPI akan kembali membaik. Bank Indonesia memperkirakan bahwa penyesuaian aliran modal portofolio pada triwulan III 2011 bersifat temporer merespon eskalasi ketidakpastian ekonomi negara maju. Selanjutnya, Bank Indonesia memperkirakan aliran masuk modal asing baik dalam bentuk investasi portofolio maupun PMA, diperkirakan akan kembali meningkat sejalan masih kuatnya fundamental ekonomi dan prospek ke depan. Salah satu kondisi fundamental yang cukup mendukung ketahanan ekonomi nasional ialah perkembangan cadangan devisa yang masih cukup besar. Posisi cadangan devisa sampai dengan akhir September 2011 mencapai 114,5 miliar dolar AS atau setara dengan 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. 4. Nilai Tukar Rupiah Tekanan pada NPI akibat meningkatnya aliran keluar modal asing memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah di periode laporan. Nilai tukar rupiah secara umum terdepresiasi pada triwulan III 2011 meskipun bila dibandingkan level nilai tukar rupiah pada awal tahun 2011, masih tercatat apresiasi sebesar 2,5% (ytd).sejalan dengan tren pergerakan mata uang mayoritas negara kawasan, rupiah melemah sejak Agustus hingga akhir triwulan dan ditutup di level Rp8.780 per dollar AS, atau melemah Rp207 per dolar AS (2,41%) dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya. Pelemahan rupiah juga diikuti oleh peningkatan volatilitas rupiah sebesar 6,04%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,20%. Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh sentimen negatif krisis di Amerika Serikat (AS) dan kawasan Eropa. Di awal triwulan III 2011, investor masih mempersepsikan rupiah relatif aman dan menguntungkan sehingga mendorong rupiah masih dalam tren meningkat. Namun, seiring dengan meningkatnya faktor risiko global terjadi peningkatan kekhawatiran investor pada bulan Agustus hingga September dan kemudian memberikan tekanan terhadap rupiah. Meningkatnya kekhawatiran Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 11

22 investor tercermin dari langkah investor asing yang secara global melikuidasi aset berimbal hasil tinggi termasuk rupiah. Keyakinan pasar semakin menipis setelah berbagai lembaga pemeringkat menurunkan peringkat beberapa negara maupun perbankan di Eropa. Di Amerika Serikat, berlarutnya penyelesaian defisit anggaran yang kian besar melengkapi kekhawatiran pasar. Hal itu menyebabkan Standard & Poors menurunkan credit rating AS dari AAA menjadi AA+. Tekanan terhadap rupiah juga bertambah dipengaruhi oleh pembelian valas oleh korporasi domestik, terutama pada akhir triwulan III Hal ini terkait berbagai kewajiban seperti pembayaran utang, repatriasi dan kewajiban valas lainnya. Pada saat yang sama pasokan valas relatif terbatas, karena pemasok valas seperti eksportir cenderung menahan penjualan valasnya. Akumulasi pembelian valas oleh pelaku asing dan nasabah domestik pada saat tipisnya pasokan valas tersebut, pada akhirnya menyebabkan rupiah melemah signifikan dan bergerak fluktuatif. KRW 12,20 CNY 1.25% INR 8, % HKD SGD 8, % PHP MYR 8, % -6.44% -5.60% -1.53% -2.41% THB IDR MYR TWD SGD TWD PHP THB IDR 6,76 6,75 6,61 6, % INR CNY 2, % KRW HKD 0,89 Grafik 2.8 Apresiasi/Depresiasi Mata Uang Asia Grafik 2.9 Volatilitas Mata Uang Asia (%) Ke depan, terdapat ekspektasi rupiah akan kembali mengalami apresiasi. Survei kepada pelaku pasar memperkirakan rupiah akan bergerak menguat hingga akhir Tingginya kepercayaan pelaku pasar terhadap rupiah serta komitmen Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas rupiah diperkirakan dapat menopang pergerakan rupiah ke depan. Sementara itu, strategi akumulasi cadangan devisa yang telah ditempuh oleh Bank Indonesia dapat memperkuat ketahanan Indonesia dalam menghadapi tekanan nilai tukar sekaligus memenuhi kebutuhan kewajiban jangka pendek fundamental. 5. Perkembangan Pasar Uang Antar Bank (PUAB) Suku bunga PUAB pada triwulan laporan secara umum tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dibandingkan dengan akhir triwulan II 2011, suku bunga PUAB O/N pada akhir triwulan III 2011 mengalami penurunan tajam dari 6,17% menjadi 5,30%. Pergerakan suku bunga tersebut sejalan dengan kuotasi pelaku di pasar uang, yaitu suku bungajakarta Inter Bank Offered Rate(JIBOR). 12 BANK INDONESIA

23 Lebih lanjut, penurunan pada suku bunga PUAB O/N juga diikuti dengan penurunan suku bunga PUAB tenor lainnya. Suku bunga PUAB tenor 2-4 hari turun dari 6,29% menjadi 5,31%, sementara suku bunga PUAB tenor 1 minggu turun dari 6,46% menjadi 5,35%. Penurunan suku bunga PUAB antara lain sebagai respon perbankan terhadap kebijakan BI memperlebar koridor bawah suku bunga pada September 2011 sebagai upaya mendorong kegiatan di PUAB di tengah besarnya ekses likuiditas perbankan. Pada September 2011, koridor bawah deposit facility dilebarkan sebesar 50 bps sehingga suku bunga deposit facility menjadi 5,25% (BI Rate 150 bps), sementara suku bunga lending facilitytetap pada level 7,75% (BI Rate + 100bps). Sebelumnya suku bunga deposit facilitytercatat sebesar 5,75% (BI rate 100 bps). Pelebaran koridor bawah deposit facilitytersebut menyebabkan rata-rata deviasi suku bunga PUAB O/N terhadap BI Rate secara triwulanan maupun tahun kalender meningkat, yakni dari 62 bps (qtq) atau 64 bps (ytd) pada triwulan II 2011, menjadi menjadi 104 bps (qtq) atau 81 bps (ytd) pada triwulan III Di sisi lain, rata-rata spread suku bunga PUAB O/N terendah dan tertinggi turun dari level 35 bps di triwulan II menjadi 17 bps di triwulan III Pergerakan suku bunga PUAB O/N yang cenderung mendekati koridor bawah suku bunga, bahkan sebelum kebijakan BI memperlebar koridor bawah tersebut, terkait dengan kondisi ekses likuiditas perbankan yang cenderung permanen dan bersifat struktural. Besarnya ekses likuiditas ini tercermin dari kecenderungan besarnya posisi instrumen operasi moneter, utamanya posisi deposit facility sebagai penempatan likuiditas bank berjangka paling pendek di BI yaitu overnight. Penempatan bank di deposit facility mengalami peningkatan 115% dari rata-rata harian Rp 26,5 triliun di triwulan II menjadi Rp 56,9 triliun di triwulan III Peningkatan tajam volume deposit facility menggambarkan perilaku berjaga-jaga bank untuk ketersediaan likuidiitas jangka pendek, terkait dengan ketidakpastian pasar keuangan domestik akibat perkembangan pasar global dalam penanganan krisis. Grafik 2.10 Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate Grafik 2.11 Suku Bunga PUAB O/N & JIBOR Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 13

24 Rp t Volume DF PUAB o/n rate TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III % Rp t O/N 2-4 h 1 m >1 m suku bunga O/N Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 % Grafik 2.12 Suku Bunga PUAB O/N dan Volume Deposit Facility Grafik 2.13 Suku Bunga dan Volume PUAB O/N Dari sisi volume, nominal transaksi PUAB pada triwulan III 2011 secara rata-rata mengalami penurunan dibandingkan triwulan II 2011, yaitu dari Rp12 triliun per hari (218 transaksi/hari) menjadi Rp10 triliun per hari(168 transaksi/hari). Penurunan volume PUAB tersebut merupakan perilaku siklikal dampak lanjutan paska masa lebaran. Pada periode tersebut aliran uang dari masyarakat kembali masuk ke sistem perbankan sehingga mayoritas bank mengalami inflows dan tambahan Dana Pihak Ketiga (DPK). Secara rata-rata volume transaksi dengan tenor overnight masih mendominasi transaksi PUAB (57% dari total volume), meskipun proporsinya menurun dibandingkan triwulan II 2011 digantikan oleh tenor yang lebih panjang. Volume transaksi PUAB dengan tenor 2-4 hari meningkat dari 4% menjadi 11% sementara volume transaksi volume 1 minggu meningkat dari 15% menjadi 22%. Peningkatan volume PUAB di tenor-tenor yang lebih panjang dari tenor overnight (2 hari s.d. 1 minggu) tidak terlepas dari upaya Bank Indonesia untuk memperpanjang jangka waktu instrumen Operasi Moneter (strategi lengthening), utamanya kebijakan untuk menonaktifkan instrumen Operasi Moneter dengan tenor yang kurang dari 1 bulan. Selanjutnya, guna memenuhi kebutuhan likuiditas jangka pendek (2 hari s.d. 1 minggu), bank didorong untuk bertransaksi di PUAB. Grafik 2.14 Volume PUAB Grafik 2.15 Komposisi tenor PUAB 14 BANK INDONESIA

25 % Penurunan volume PUAB juga secara umum terkait dengan kondisi likuiditas yang menarik bank-bank menempatkan likuiditasnya di BI, khususnya yang berjangka pendek seperti deposit facility yang bertenor overnight. Sejalan dengan hal tersebut, penurunan volume PUAB juga disertai dengan penurunan jumlah bank yang melakukan transaksi PUAB selama triwulan III 2011 sebanyak 65 bank atau 60% dari total 110 bank umum, dari jumlah pelaku PUAB di triwulan sebelumnya sebanyak 73 bank. Grafik 2.16 Jumlah Pelaku PUAB 6. Perkembangan Suku Bunga Selama triwulan III 2011 suku bunga deposito relatif stabil sementara suku bunga kredit mengalami penurunan. Sampai dengan Agustus, suku bunga deposito 1 bulan secara rata-rata tercatat sebesar 6,8% atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2011 (turun 2bps). Suku bunga kredit mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan II Suku bunga Kredit Modal Kerja (KMK) mengalami penurunan sebesar 10bps. Adapun suku bunga Kredit Investasi (KI) dan Kredit Konsumsi (KK) masing-masing mengalami penurunan sebesar 3bps dan 7bps dibandingkan dengan triwulan II Secara rata-rata suku bunga KMK, KI dan KK di triwulan III 2011 adalah 12,5%, 12,1% dan 14,3%. Secara umum, data yang ada tersebut menunjukkan bahwa suku bunga simpanan dan kredit perbankan terindikasi masih dalam tren yang menurun. 20 % BI Rate rdeposit 1 mo 18 rcredit: Work Cap rcredit: Investment 16 rcredit: Consumption Grafik 2.17 Perkembangan Suku Bunga Perbankan Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 15

26 7. Perkembangan Bank Umum Ditengah meningkatnya gejolak perekonomian dunia terutama sebagai dampak krisis AS dan Eropa, perbankan Indonesia masih mampu mempertahankan kinerja yang positif selama triwulan III 2011 (s.d Agustus 2011). Aset perbankan terus bertumbuh dan meningkat 1,8% menjadi Rp3.252,6 triliun. Hal ini ditopang dengan kondisi permodalan yang relatif memadai seperti tercermin daricapital Adequacy Ratio (CAR) agregat industri perbankan yang mencapai 17,3%, jauh melampaui ketentuan batas minimum permodalan sebesar 8%. Cukup tingginya CAR tidak terlepas dari kemampuan perbankan mempertahankan profitabilitasnya pada level yang cukup tinggi. Sampai dengan Agustus 2011, laba yang diperoleh perbankan sebesar Rp48,2 triliun, jauh melampaui laba yang diperoleh pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp38,9 triliun. Perbaikan profitabilitas tersebut diikuti pula dengan membaiknya efisiensi perbankan dalam menjalankan operasional perbankan sebagaimana tercermin dari rasio Biaya Overhead terhadap Pendapatan Overhead(BOPO)sebesar 89,3%. Sumber utama tingginya profitabilitas berasal dari pendapatan bungayangtercermin dari Net Interest Income (NII) yang mencapai Rp114,4 triliun, lebih tinggi dibandingkan NII periode yang sama tahun 2010 sebesar Rp98,1 triliun. Sekitar 81,5% dari pendapatan bunga tersebut berasal dari pendapatan bunga kredit. Tingginya pendapatan bunga kredit perbankan merupakan dampak langsung dari tingginya penyaluran kredit. Selama triwulan III 2011 kredit perbankan tumbuh 4,1% sehingga secara total selama tahun 2011 telah tumbuh 15,1% (ytd) atau 23,8% (yoy) menjadi Rp2.031,6 triliun. Sejalan dengan hal tersebut, sumbangan kredit terhadap pembiayaan perekonomian juga terus meningkat. Per Agustus 2011 pangsa kredit terhadap GDP mencapai 28,5%. Kondisi perekonomian Indonesia yang masih relatif stabil dan kondusifnya kinerja dunia usaha membuat kegiatan penyaluran kredit perbankan masih berjalan dengan baik. Hal ini tercermin dari cukup tingginya pertumbuhan kredit untuk tujuan produktif yaitu Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI) yang masing-masing tumbuh 4,5% dan 4,1% pada triwulan III 2011, sementara Kredit Konsumsi hanya tumbuh 3,7%. Berdasarkan sektor, pertumbuhan kredit terbesar berasal dari sektor Listrik, Air & Gas sebesar 33,2% diikuti sektor produktif lain seperti sektor Pertambangan, sektor Industri Pengolahan dan sektor Jasa Dunia Usaha yang masing-masing tumbuh 6,5%, 5,1% dan 5,1%. Meningkatnya kredit perbankan diikuti dengan sedikit peningkatan tekanan risiko kredit. Selama triwulan III 2011, jumlah nominal kredit bermasalah meningkat Rp2,8 triliun, sehingga mengakibatkan rasio NPL gross perbankan mengalami sedikit peningkatan dari 2,7% menjadi 2,8%. Guna mengantisipasi peningkatan tekanan pada risiko kredit tersebut,perbankan meningkatkan pencadangan kerugian sebesar 3,2% sehingga rasio NPL netselama triwulan III 2011 stabil pada level 0,6%. Upaya monitoring yang intensif terus dilakukan baik oleh Bank Indonesia maupun perbankan 16 BANK INDONESIA

27 untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang dapat mengganggu kinerja perbankan ke depan. Salah satu sumber utama pembiayaan yang digunakan dalam menyalurkan kredit oleh perbankan adalah Dana Pihak Ketiga (DPK). Selama triwulan III 2011, DPK tumbuh 0,9% (qtq) atau 17,5% (yoy) sehingga menjadi Rp2.459,9 triliun. Pertumbuhan DPK berasal dari pertumbuhan tabungan dan deposito, masing-masing sebesar 4,2% dan 3,9% sementara giro menurun9,1%. Dengan demikian, deposito masih mendominasi dana masyarakat di perbankan dengan pangsa mencapai 46,8% dari total DPK. Relatif stabilnya kinerja perbankan memberikan kontribusi yang positif pada kestabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas dari peranan sistem perbankan yang mendominasi sistem keuangan Indonesia dengan pangsa total aset mencapai lebih dari 70%. Kondisi kestabilan sistem keuangan tersebut tercermin pada Financial Stability Index (FSI) triwulan III 2011 pada level 1,68, sama dengan indeks pada akhir triwulan II Tabel 2.3 Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Dalam Triliun Rp Indikator Utama Tw I/2010 Tw II/2010 Tw III/2010 Tw IV/2010 Tw I/2011 Tw II/2011 Tw III/2011* Total Aset (T Rp) 2, , , , , , ,252.6 DPK (T Rp) 1, , , , , , , Giro Tabungan Deposito , , , ,150.0 Kredit 1, , , , , , ,031.6 Jumlah NPLs (T Rp) CAR (%) 18.6% 17.6% 16.5% 17.2% 17.6% 17.0% 17.3% NPLs Gross(%) 3.4% 3.0% 3.0% 2.6% 2.8% 2.7% 2.8% ROA (%) 3.1% 3.0% 2.9% 2.9% 3.1% 3.1% 3.0% BOPO (%) 89.4% 90.5% 86.3% 86.1% 85.0% 85.9% 89.3% LDR (%) 73.5% 75.7% 77.4% 75.5% 77.2% 80.0% 82.6% Jumlah Bank Jumlah Kantor 12,933 12,972 13,379 13,837 14,069 14,321 14,394 * Posisi Agustus Perkembangan Perbankan Syariah Perbankan syariah juga menunjukkan kinerja yang positif selama triwulan III Total aset perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) s.d Agustus 2011 mencapai Rp119,99 triliun, atau meningkat 6,34% dari triwulan sebelumnya. Aset perbankan syariah tersebut merepresentasikan 3,63% dari keseluruhan aset industri perbankan nasional. Sementara itu, pelaksanaan fungsi intermediasi melalui perbankan syariah Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 17

28 cukup optimal, tercermin dari rasio financing to deposit (FDR) BUS dan UUS yang mencapai 98,39% dan BPRS yang mencapai 140,50%. Pada triwulan III 2011 (s.d Agustus 2011) pembiayaan yang disalurkan BUS dan UUS meningkat sebesar Rp7,92 triliun (9,58%) dari posisi triwulan II Peningkatan volume pembiayaan tersebut tetap diiringi kualitas pembiayaan yang terjaga, tercermin darinon Performing Finance (NPF)grossyang masih dalam koridor sehat sebesar 3,53%. Guna mengantisipasi potensi kerugian pembiayaan kedepan, bank memperkuat cadangan kerugian yang dibentuk sehingga NPF nettercatat sebesar 1,93%. Sementara itu dana yang dihimpun BUS dan UUS pada triwulan III 2011 (s.d Agustus 2011) juga meningkat sebesar Rp4,99 triliun (5,73%). Peningkatan tersebut terjadi pada instrumen tabungan dan deposito, sedangkan giro mengalami penurunan. Secara umum tidak terdapat perubahan signifikan dalam komposisi dana yang dihimpun dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari pangsa deposito yang masih mendominasi yakni sebesar 60,6 % dari total DPK. Perkembangan pembiayaan BPRS juga cukup positif, ditandai dengan meningkatnya posisi pembiayaan yang disalurkan sebesar Rp100 miliar (4,11%) dari triwulan sebelumnya. Adapun DPK yang berhasil dihimpun melalui tabungan dan deposito meningkat sebesar Rp40 miliar (2,25%). Tabel 2.4 Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan Syariah Indikator Utama Triwulan II/2010 Triwulan III/2010 Triwulan IV/2010 Triwulan I/2011 Triwulan II/2011 Tw III/2011 *) BUS + UUS Total aset (Rp. T) 75,20 83,45 97,52 101,19 109,75 116,81 DPK (Rp. T) 58,08 63,91 76,04 79,65 87,03 92,02 - Giro 10,04 7,41 9,06 9,15 9,46 9,23 - Tabungan 18,35 19,46 22,91 23,07 25,44 27,02 - Deposito 29,69 37,04 44,07 47,44 52,12 55,77 Pembiayaan (Rp. T) 55,80 60,97 68,18 74,25 82,62 90,54 Jumlah NPF (Rp T) 2,17 2,41 2,06 2,87 2,94 3,19 CAR (%) 12,89% 14,58% 16,25% 16,57% 15,92% 15,43% NPF Gross (%) 3,89% 3,95% 3,02% 3,60% 3,55% 3,53% NPF Net (%) 1,62% 1,64% 1,60% 2,02% 1,62% 1,93% ROA (%) 1,66% 1,77% 1,67% 1,97% 1,84% 1,81% BOPO (%) 79,99% 79,10% 80,54% 77,63% 78,13% 77,65% FDR (%) 96,08% 95,40% 89,67% 93,22% 94,93% 98,39% Jumlah Bank - BUS UUS Jumlah Kantor BANK INDONESIA

29 Jumlah layanan syariah (office channeling) BPRS Total aset (Rp. T) 2,37 2,52 2,74 2,84 3,08 3,18 DPK (Rp. T) 1,39 1,46 1,60 1,67 1,78 1,82 Pembiayaan (Rp. T) 1,87 1,98 2,06 2,16 2,43 2,53 Jumlah NPF (Rp T) 0,13 0,15 0,13 0,16 0,17 0,18 CAR (%) 29,64% 29,10% 27,46% 28,42% 26,71% 24,74% NPF Gross (%) 6,92% 7,43% 6,50% 7,15% 7,09% 7,10% NPF Net (%) 5,63% 6,12% 5,12% 6,00% 5,60% 6,00% ROA (%) 3,63% 3,40% 4,82% 5,67% 2,72% 3,06% BOPO (%) 75,74% 77,44% 78,08% 77,83% 77,35% 77,00% FDR (%) 135,20% 135,82% 128,47% 129,40% 136,19% 140,50% Jumlah Bank Jumlah Kantor * Posisi Agustus Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Perkembangan kinerja yang membaik juga ditunjukkan oleh BPR. Selama triwulan III 2011 (s.d Agustus 2011), total aset BPR mengalami peningkatan sebesar 2,89% menjadi Rp51,0 triliun. Kenaikan aset tersebut didukung oleh jumlah BPR yang per Agustus 2011 mencapai BPR dengan jaringan kantor sebanyak kantor. Jumlah BPR tersebut mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya, yang disebabkan oleh pendirian BPR baru, konsolidasi BPR milik Pemerintah Daerah (Pemda) di beberapa daerah dan pencabutan izin usaha pada beberapa BPR sebagai akibat dari permasalahan permodalan dan manajemen. Kondisi permodalan industri BPR cukup baik, meskipun rasio kecukupan modal sedikit menurun. Rasio CAR BPR triwulan III 2011 berada pada level 28,61%, menurun dibandingkan dengan posisi triwulan II 2011 yang mencapai 29,54%. Penurunan CAR tersebut disebabkan peningkatan kredit BPR yang lebih besar dibandingkan peningkatan modal. Selama triwulan III 2011, kredit tumbuh sebesar 4,2% menjadi Rp39,7 triliun, sementara modal BPR hanya meningkat sebesar 2,59% menjadi Rp7,7 triliun. Selain mencatat pertumbuhan kredit yang cukup besar, pada triwulan III 2011 BPR juga mampu menghimpun dana masyarakat yang tercermin dengan laju pertumbuhan DPK mencapai 2,17% menjadi Rp34,7 triliun. Dengan perkembangan tersebut, rasio Loan to Deposit (LDR) BPR meningkat dari 82,69% menjadi 84,26%. Peningkatan pertumbuhan kredit BPR juga diimbangi dengan membaiknya kualitas kredit yang ditunjukkan dengan membaiknya rasio NPL gross maupun net. Rasio NPL gross BPR triwulan III 2011 tercatat sebesar 6,09%, membaik dibandingkan rasio NPLgross Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 19

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Triwulan IV dan Tahun 2011 ...Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN

SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan II - 2007 1 SUSUNAN PENGURUS BULETIN EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mendorong tingkat pertumbuhan ekonomi dan memperluas kesempatan kerja melalui penyediaan sejumlah dana pembangunan dan memajukan dunia usaha.

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal tahun 1998 yakni pada awal masa orde baru perekonomian Indonesia mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah,

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO

PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t PROFIL INDIKATOR MAKRO FINANSIAL PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2015 Pengarah : Prof. Dr. Ir. Deny Juanda Puradimaja,DEA Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat Penanggung jawab : H.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan perekonomian suatu negara dan tingkat kesejahteraan penduduk secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2016 Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang positif pada triwulan III 2016 dan bulan Oktober 2016, disertai stabilitas makroekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1%

SURVEI PERBANKAN PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% SURVEI PERBANKAN Y jg brg dia TRIWULAN I-2015 PERBANKAN SEMAKIN OPTIMIS KREDIT 2015 TUMBUH SEBESAR 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat.

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

BAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012

BAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012 BAURAN KEBIJAKAN MONETER DAN MAKROPRUDENSIAL BANK INDONESIA SEMENJAK MARET 2011 HINGGA MARET 2012 Teguh Sihono Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia sihonoteguh@yahoo.com Rohaila Yusof Universiti Pendidikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan perekonomian. Begitu penting perannya sehingga ada anggapan bahwa bank merupakan "nyawa

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Februari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-2006 Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan III-26 Selama triwulan III-26, kondisi moneter menunjukkan ukkan perkembangan yang semakin membaik. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. global dan domestik cenderung bias ke bawah yang disebabkan oleh. pertumbuhan ekonomi dunia berjalan tidak seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi dunia perbankan di Indonesia mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selalu disebabkan dari perkembangan di luar industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal merupakan bagian dari suatu pasar finansial karena berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka panjang. Hal ini berarti pasar

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID Harga Pangan Dorong Inflasi Oktober 2017 Tetap Rendah INFLASI IHK Inflasi IHK sampai dengan Oktober 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER

RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER RELEASE NOTE INFLASI SEPTEMBER INFLASI IHK Inflasi September 2017 Terkendali Inflasi IHK sampai dengan September 2017 terkendali dan mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017. Pada bulan September inflasi

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci