Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia"

Transkripsi

1 Triwulan II 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

2 Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun Penyampaian laporan tersebut pada hakikatnya merupakan salah satu wujud dari akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Laporan triwulan ini melaporkan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia selama triwulan II-2014.

3 Inflasi terkendali dan dalam tren menurun. Pada triwulan II-2014 inflasi tercatat 6,70% (yoy), turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 7,32% (yoy). Nilai tukar Rupiah melemah 4,18% (qtq), dari triwulan sebelumnya, dengan volatilitas yang terjaga Neraca Pembayaran Indonesia mencatat surplus 4,3 miliar dolar AS, Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia terjaga dan membaik dibanding triwulan sebelumnya. naik dari triwulan sebelumnya yang surplus 2,1 miliar dolar AS. Penyelenggaraan sistem pembayaran berjalan aman dan lancar, Cadangan devisa akhir triwulan II-2014 sebesar ditunjang kehandalan dan ketersediaan sistem pendukung yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. 107,7 miliar dolar AS naik dari akhir triwulan I-2014 yang sebesar 102,6 miliar dolar AS. Ketersediaan uang kartal mencukupi kebutuhan masyarakat, termasuk dalam rangka menghadapi bulan Ramadhan. iii

4 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia-nya, Bank Indonesia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik pada triwulan II Sebagai bagian dari pemenuhan aspek transparansi dan akuntabilitas sesuai pasal 58 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2009, Bank Indonesia telah menyusun laporan pelaksanaan tugas dan wewenang periode triwulan II Selanjutnya, melalui laporan ini Bank Indonesia juga menyampaikan rencana kebijakan dan langkah-langkah pelaksanaan tugas dan wewenang untuk periode yang akan datang dengan memperhatikan kondisi perekonomian dan pasar keuangan global maupun domestik. Laporan triwulan ini selanjutnya diharapkan akan menjadi bahan bagi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia guna melakukan penilaian terhadap kinerja Dewan Gubernur Bank Indonesia dan Bank Indonesia secara keseluruhan. Memasuki triwulan laporan, perekonomian Indonesia masih dihadapkan dengan tantangan baik dari global maupun domestik. Meskipun pertumbuhan ekonomi global cenderung membaik, kinerjanya tidak berlangsung merata (unsynchronized). Pemulihan perekonomian Amerika Serikat terus berlangsung sehingga memperkuat keyakinan pasar bahwa suku bunga di Amerika Serikat akan meningkat pada pertengahan Di pihak lain, perekonomian Negara emerging market secara struktural dalam proses melambat, sehingga menimbulkan kekhawatiran adanya dampak balik (spillback) keperekonomian negara maju. Kondisi ini pada gilirannya dapat menghambat pemulihan ekonomi global. Tantangan domestik terutama masih terkait dengan upaya untuk mengendalikan defisit neraca transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Defisit pada triwulan laporanterutama disebabkan oleh semakin membesarnya defisit necara migas sebagai dampak dari terus meningkatnya konsumsi Bahan Bakar Minyak, di tengah produksi minyak domestik yang terus menurun. Meskipun demikian, defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan laporan dapat tertutupi oleh besarnya arus masuk modal asing sehingga secara keseluruhan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mencatat peningkatan surplus dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan peningkatan surplus tersebut, cadangan devisa juga mengalami peningkatan sehingga mencapai 107,7 miliar dollar AS pada akhir triwulan laporan. Kondisi NPI yang terjaga berimbang sejalan dengan tingkat fluktuasi nilai tukar rupiah yang terpelihara stabil meksipun cenderung melemah dibandingkan triwulan sebelumnya. iv

5 Meningkatnya arus masuk modal asing pada triwulan laporan menggambarkan tingginya kepercayaan investor global terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Hal ini ditopang oleh kredibilitas bauran kebijakan moneter dan fiskal yang di tempuh Bank Indonesia dan Pemerintah untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan dan menurunkan tingkat inflasi. Melalui koordinasi kebijakan yang semakin baik, pada triwulan laporan tingkat inflasi juga dapat dikendalikan dan dalam tren menurun. Pada triwulan laporan juga ditandai dengan melambatnya laju pertumbuhan ekonomi sejalan dengan neraca transaksi berjalan yang mengalami tekanan. Meskipun demikian, proses perlambatan pertumbuhan ekonomi tetap terkendali ditopang oleh terjaganya ketahanan sistem keuangan. Selain didukung oleh sistem keuangan yang terjaga, Bank Indonesia juga menjaga kelancaran transaksi sistem pembayaran dan ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup sehingga kegiatan ekonomi secara keseluruhan berjalan lancar. Kedepan, tantangan kebijakan semakin meningkat. Merespons kondisi ini, di satusisi Bank Indonesia harus tetap konsisten mengendalikan defisit transaksi berjalan dan tingkat inflasi. Di sisi yang lain, Bank Indonesia juga harus menjaga agar pertumbuhan ekonomi tidak mengalami kemerosotan yang tajam (hard landing). Di tengah tantangan global dan domestik kedepan yang semakin berat, jalinan koordinasi antara Bank Indonesia dengan Pemerintah, serta Otoritas Jasa Keuangan akan terus diperkuat. Jalinan koordinasi ditempuh dalam rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berimbang. Hal ini menuntut adanya langkahlangkah mendasar untuk menjaga ketahanan makro dan sistem keuangan, serta pada saat yang bersamaan mendorong implementasi berbagai kebijakan struktural. Dari sisi Bank Indonesia, bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan nilai tukar akan tetap diarahkan untuk mengendalikan inflasi menuju sasaran yang ditetapkan, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan kinerja transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat. Dalam menempuh berbagai kebijakan tersebut, Bank Indonesia akan senantiasa mengedepankan nilai-nilai strategis lembaga dan tata kelola organisasi yang baik, agar tugas yang diamanatkan dapat dilaksanakan secara efektif untuk mencapai tujuan Bank Indonesia yaitu terpeliharanya stabilitas nilai rupiah. Jakarta, 1 September 2014 GUBERNUR BANK INDONESIA Agus D.W. Martowardojo v

6 Daftar Isi BAB I Ringkasan Eksekutif 1.1. Kinerja Perekonomian 1.2. Kebijakan yang Ditempuh pada Triwulan II BAB II 2.1. Inflasi Pertumbuhan Ekonomi Neraca Pembayaran Utang Luar Negeri Nilai Tukar Rupiah Perkembangan Pasar Uang Rupiah dan Pasar Valas Pasar Uang Rupiah Pasar Valuta Asing Perkembangan Sistem Keuangan Perkembangan Pasar Keuangan Perkembangan Industri Perbankan Ketahanan Permodalan Industri 21 Perbankan Perkembangan Kredit dan Risiko Kredit 21 Industri Perbankan Perkembangan Likuiditas dan Risiko 22 Likuiditas Industri Perbankan Perkembangan Suku Bunga 23 Industri Perbankan dan Risiko Pasar Perkembangan Institusi Keuangan Non Bank Perkembangan Sektor Riil (Sektor Korporasi dan 27 Rumah Tangga) Kinerja Sektor Korporasi Kinerja Sektor Rumah Tangga Perkembangan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Perkembangan Sistem Pembayaran Perkembangan Pengedaran Uang 35 Perkembangan kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran vi

7 BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia 3.1. Stabilitas Moneter Kebijakan Moneter Pengelolaan Moneter dan Nilai Tukar Koordinasi dengan Pemerintah Boks : Strategi 4K dalam Pengendalian Harga Pengelolaan Utang Luar Negeri Penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Pengelolaan Database Statistik dan Survei untuk Mendukung Perumusan Kebijakan 3.2. Stabilitas Sistem Keuangan Kebijakan Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial Pengaturan Makroprudensial Pengawasan Makroprudensial Pendalaman Pasar Keuangan Program Keuangan yang Inklusif (Financial Inclusion) Penguatan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pengelolaan Informasi Perkreditan Koordinasi dan Kerja sama dalam rangka Pelaksanaan Tugas Bank Indonesia-OJK Paska-Pengalihan Fungsi Pengawasan Bank Ke OJK 3.3. Sistem Pembayaran dan Pengedaran Uang Kebijakan Sistem Pembayaran Kebijakan Pengelolaan Uang Boks : Kesiapan Bank Indonesia dalam Menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri Kerjasama Internasional Kerja sama G Kerja sama IMF Kerja sama ASEAN Kerja sama EMEAP 3.5. Komunikasi dan Edukasi Kebijakan Komunikasi Kebijakan Edukasi Kebanksentralan Komunikasi dengan Investor dan Lembaga Internasional vii

8 BAB IV 4.1. Manajemen Strategi dan Kinerja 4.2. Manajemen Risiko 4.3. Audit Intern 4.4. Keuangan Intern 4.5. Sistem Informasi 4.6. Organisasi dan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyempurnaan Organisasi Bank Indonesia Pemenuhan dan Pengembangan SDM Transformasi Budaya Kerja Bank Indonesia 4.7. Aspek Hukum 4.8. Program Sosial Bank Indonesia Manajemen Intern Bank Indonesia LAMPIRAN Produk Hukum Bank Indonesia Triwulan II Peraturan Bank Indonesia 2. Surat Edaran Ekstern Bank Indonesia Daftar Istilah Daftar Singkatan Manajemen Intern Bank Indonesia viii

9 Daftar Tabel BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Tabel 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel 2.2. Perkembangan Indeks Saham Regional Tabel 2.3. Perkembangan Nilai Rata-Rata SBDK Industri Perbankan (%) Tabel 2.4. Kinerja Aset IKNB Tabel 2.5. Data Pergerakan Penyaluran Pembiayaan Tabel 2.6. Kinerja Korporasi Publik Tw I-2013 dan Tw I Tabel 2.7. Kredit Kepada Perorangan Per Jenis Penggunaan Tabel 2.8. Perbandingan Pola Konsumsi, Cicilan dan Tabungan per Kelompok Pendapatan Tabel 2.9. Perkembangan Total Transaksi Jual/Beli UKA-TC PVA BB Periode Triwulan I II-2014 Tabel Nilai Transaksi Pembayaran Tabel Volume Transaksi Pembayaran Tabel Perkembangan Rata-rata UYD di Masyarakat dan Bank Tabel Indikator Pengedaran Uang BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Tabel 3.1. Jumlah Debitur-Fasilitas dalam 1 (satu) tahun sejak TW III-2013 s.d TW BAB IV Manajemen Intern Bank Indonesia Tabel 4.1. Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Bank Indonesia Posisi Juni ix

10 Daftar Grafik BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Triwulanan Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Grafik 2.3. Ekspektasi Harga Pedagang Eceran Grafik 2.4. Ekspektasi Harga Konsumen Grafik 2.5. Neraca Pembayaran Indonesia Grafik 2.6. Perkembangan Cadangan Devisa Grafik 2.7. Neraca Transaksi Berjalan Grafik 2.8. Neraca Perdagangan Grafik 2.9. Neraca Transaksi Modal dan Finansial Grafik Debt Burden Indicator ULN Indonesia Grafik Nilai Tukar Rupiah Grafik Volatilitas Nilai Tukar Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah dan Mata Uang Regional Triwulan II-2014 Grafik VIX & CDS Grafik Suku Bunga PUAB O/N dan BI Rate Grafik RRH Volume Transaksi PUAB Grafik Jumlah Bank Pelaku PUAB Grafik Volume Transaksi Repo Grafik Suku Bunga Repo & PUAB 1 bulan Grafik Perkembangan Volume Transaksi Valas Domestik Grafik Perkembangan Komposisi Transaksi Valas Domestik Grafik Yield Obligasi Negara Grafik Volatilitas Yield 20 hari Grafik Perkembangan & Net Flow Asing di IHSG Grafik Perkembangan & Nilai Rata-rata Perdagangan Harian IHSG Grafik Perkembangan & Volatilitas IHSG Grafik Perkembangan Industri Reksadana Grafik Rasio Non-Performing Loans Industri Perbankan Grafik Rasio NPL gross per Jenis Penggunaan Grafik Rasio NPL gross per Sektor Ekonomi Grafik Pertumbuhan DPK (yoy) Grafik Komposisi Alat Likuid Perbankan Grafik Alat Likuid dan Non-Core Deposit x

11 Grafik Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit per Jenis Penggunaan Grafik Perkembangan Rata-Rata Suku Bunga Kredit, Deposito Rupiah 1 bulan, Spread Suku Bunga dan BI Rate Grafik Aset dan Investasi Industri Asuransi Grafik Premi dan Klaim Bruto Industri Asuransi Grafik Rasio Non Performing Finance (NPF) Perusahaan Pembiayaan (PP) Grafik Pembiayaan IKNB Grafik Sumber Pendanaan Industri Perusahaan Pembiayaan Grafik Laporan Bulanan Bank Umum Grafik Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Indonesia (yoy) Grafik Pergerakan Leverage Ratio (DSR) Nasional (30 Kota) Grafik Rasio Solvabilitas Rumah Tangga Indonesia Grafik NPL Kredit UMKM Grafik Perkembangan Rata-rata UYD (qtq) Grafik Pertumbuhan PDB dan UYD Grafik Jumlah Temuan Uang Rupiah Palsu BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Grafik 3.1. Perkembangan Outstanding Instrumen Operasi Moneter Grafik 3.2. Perkembangan Suku Bunga Instrumen Operasi Moneter Grafik 3.3. Komposisi Instrumen Operasi Moneter (OM) Grafik 3.4. Pertumbuhan Debitur-Fasilitas SID xi

12 Daftar Gambar BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan dan Sistem Pembayaran Gambar 2.1. Gambar 2.2. Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan II-2014 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II BAB III Pelaksanaan Tugas Pokok dan Wewenang Bank Indonesia Gambar 3.1. Sebaran Program Pengembangan Klaster Bank Indonesia Untuk Komoditi Ketahanan Pangan Tingkat Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia Tahun 2014 Gambar 3.2. Peta Lokasi Kas Keliling Bhakesra 2014 Gambar 3.3. Peta Lokasi Kas Titipan Bank Indonesia xii

13 BAB I Ringkasan Eksekutif

14 BAB I Ringkasan Eksekutif 1.1. Kinerja Perekonomian Proses penyesuaian ekonomi Indonesia masih berlanjut pada triwulan II-2014, didukung oleh kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan. Hingga triwulan laporan, beberapa tantangan masih membayangi perekonomian Indonesia. Berlanjutnya defisit transaksi berjalan masih menjadi fokus perhatian di sisi kinerja sektor eksternal Indonesia. Permintaan global yang masih lemah, tekanan harga pada komoditas nonmigas, dan ekspor mineral yang masih terkendala menyebabkan kinerja ekspor terkontraksi. Kondisi ini diperberat dengan impor migas yang masih meningkat sejalan dengan kenaikan volume konsumsi Bahan Bakar Minyak di dalam negeri. Kinerja eksternal yang belum optimal tersebut pada gilirannya berdampak terhadap melambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Dari sisi harga, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) triwulan II-2014 terkendali dan cenderung menurun seiring dengan meredanya tekanan inflasi volatile food, administered prices dan terjaganya ekspektasi inflasi. Sasaran inflasi 2014 dan 2015 diperkirakan akan berada dalam kisaran targetnya 4,5%±1% dan 4%±1%. Namun, perlu dicermati risiko yang mungkin muncul khususnya terkait kemungkinan penyesuaian harga barang yang bersifat strategis dan peningkatan harga pangan. Di pasar keuangan, arus masuk modal asing yang cenderung meningkat ke negara berkembang termasuk Indonesia, di satu sisi menunjukkan adanya kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian, namun di sisi lain memerlukan mitigasi risiko yang lebih baik. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan potensi ketidakseimbangan di pasar keuangan akibat risiko global, antara lain, normalisasi kebijakan the Fed dan Bank of England serta munculnya spillover dan spillback dari melemahnya perekonomian emerging market. Di tengah berbagai tantangan tersebut, perekonomian Indonesia juga masih menyisakan kebutuhan reformasi struktural untuk memperbaiki pasokan dan daya saing. Dinamika yang terjadi di perekonomian mendorong berbagai pihak termasuk Bank Indonesia untuk menerapkan kebijakan secara terukur. Hal ini dimaksudkan agar proses penyesuaian ekonomi yang lebih seimbang dapat berjalan dengan lancar dan mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,12% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,22% (yoy). Melambatnya perekonomian dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan ekspor dan belanja Pemerintah. Namun, pertumbuhan ekonomi masih mendapat dukungan dari kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2014 diperkirakan berada pada kisaran 5,1%-5,5%, dan meningkat di 2015 dengan kisaran 5,4%-5,8%, seiring dengan kondisi ekonomi global yang membaik. Dari sisi perkembangan harga, laju inflasi pada triwulan II-2014 terkendali dengan tren menurun. Pada triwulan tersebut, inflasi tercatat sebesar 0,57% (qtq) atau 6,70% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 1,41% (qtq) atau 7,32% (yoy). Melimpahnya pasokan beras dan cabai berkontribusi positif terhadap penurunan harga, bahkan menyebabkan terjadinya deflasi pada kelompok volatile food. Sementara itu, inflasi inti tetap terjaga seiring melambatnya permintaan domestik, minimalnya tekanan harga global, dan terjaganya ekspektasi inflasi. Tetap terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan Indonesia memberikan dampak positif bagi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI). NPI pada triwulan laporan mencatatkan surplus 4,3 miliar dolar AS, ditopang oleh kinerja transaksi modal dan 2

15 BAB I Ringkasan Eksekutif finansial yang lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. Persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian Indonesia mendorong tingginya arus masuk investasi portofolio dan Penanaman Modal Asing, sehingga transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2014 mencatatkan surplus yang signifikan. Didukung kenaikan surplus NPI, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir triwulan II meningkat menjadi 107,7 miliar dolar AS dari posisi akhir triwulan I-2014 yang sebesar 102,6 miliar dolar AS. Jumlah cadangan devisa tersebut setara 6,1 bulan pembayaran impor dan utang luar negeri Pemerintah. Untuk keseluruhan tahun 2014, kinerja NPI diperkirakan akan semakin baik sejalan dengan membaiknya transaksi berjalan serta kenaikan surplus pada transaksi modal dan finansial. Meskipun kinerja NPI mengalami perbaikan pada triwulan II-2014, nilai tukar Rupiah mengalami tekanan depresiasi dengan volatilitas yang terjaga. Melemahnya nilai tukar Rupiah lebih dipengaruhi oleh permintaan korporasi yang cenderung meningkat sesuai dengan pola musimannya. Selain itu, perilaku investor yang menunggu hasil Pemilihan Umum Presiden dan kondisi eksternal seperti krisis geopolitik di Ukraina dan Irak juga turut memengaruhi. Secara point-to-point, Rupiah melemah 4,18% (qtq) ke level Rp per dolar AS, dengan tingkat volatilitas 10,68%. Di tengah tren melambatnya perekonomian domestik, kondisi sistem keuangan Indonesia terjaga stabil. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan triwulan II-2014 berada pada level normal dan bahkan membaik dibanding triwulan sebelumnya. Perbaikan tersebut ditopang oleh kinerja perbankan dan lnstitusi Keuangan Non Bank (IKNB) yang positif, meski kinerja pasar keuangan cenderung melambat. Fungsi intermediasi perbankan dan IKNB tetap berjalan lancar dengan perlambatan penyaluran kredit seiring dengan melambatnya perekonomian domestik. Penyaluran kredit perbankan pada triwulan II-2014 tumbuh 17,20% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 18,20% (yoy). Sementara pembiayaan yang disalurkan oleh Perusahaan Pembiayaan tumbuh 12,50% (yoy), turun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 12,66% (yoy). Meski demikian, risiko kredit/pembiayaan dan risiko likuiditas tetap terjaga. Di pasar keuangan, perlambatan kinerja tercermin dari peningkatan yield Surat Berharga Negara (SBN), penurunan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana, dan meningkatnya risiko di pasar keuangan yang tercermin dari volatilitas SBN dan Indeks Harga Saham. Kondisi ini antara lain dipengaruhi perilaku investor yang cenderung dalam posisi wait and see menyikapi kondisi politik Indonesia. Melambatnya perekonomian juga berpengaruh terhadap kinerja sektor korporasi. Hal ini tercemin dari tingkat profitabilitas dan tingkat perputaran persediaan yang lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Namun, kondisi di triwulan II-2014 masih lebih baik dibanding kinerja di akhir Di sektor rumah tangga, kinerjanya masih terpantau baik. Penyaluran kredit perseorangan masih menunjukkan pertumbuhan dengan tingkat Debt Service Ratio yang berada dalam tingkat aman. Terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tidak terlepas dari dukungan penyelenggaraan sistem pembayaran yang berlangsung dengan baik dan lancar. Pada triwulan II-2014, nilai transaksi di sistem pembayaran non tunai mencapai Rp1.442,87 triliun dengan volume transaksi sebesar 85,2 juta. Dengan nilai dan volume transaksi yang besar maka dukungan sistem pembayaran yang handal menjadi penting. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I I

16 BAB I Ringkasan Eksekutif Penggunaan transaksi non-tunai di masyarakat juga menunjukkan perkembangan yang semakin positif. Hal ini tercemin dari kenaikan penggunaan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) dan uang elektronik baik dari sisi nilai maupun volume transaksi. Sementara itu, penggunaan uang kartal pada periode laporan juga menunjukkan peningkatan. Hal ini terutama dipengaruhi oleh meningkatnya permintaan uang masyarakat menghadapi masa liburan dan persiapan memasuki bulan Ramadhan. Kenaikan permintaan tersebut dapat diimbangi dengan layanan penyediaan uang oleh Bank Indonesia, sehingga ketersediaan uang kartal dalam jumlah yang cukup dapat terpenuhi Kebijakan Yang Ditempuh Triwulan II-2014 Proses penyesuaian perekonomian ke arah yang lebih seimbang serta terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan tidak terlepas dari konsistensi kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia. Bank Indonesia secara konsisten mengarahkan inflasi menuju ke sasaran 4,5±1% pada 2014 dan 4±1% pada 2015, dan berupaya menjaga agar proses penyesuaian ekonomi dapat terkendali guna mendukung perbaikan kinerja transaksi berjalan. Untuk itu, dengan mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian ke depan, sepanjang triwulan II-2014, Bank Indonesia mempertahankan BI Rate pada level 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility dan suku bunga Deposit Facility masing-masing tetap pada level 7,50% dan 5,75%. Dalam operasionalisasi kebijakan moneter tersebut, Bank Indonesia mengelola likuiditas di pasar uang rupiah dan pasar valuta asing (valas) sehingga perbankan dapat memenuhi kebutuhan likuiditasnya pada tingkat yang wajar dan stabil. Upaya menjaga kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan juga dilakukan melalui penguatan koordinasi dengan Pemerintah. Melalui forum Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), Bank Indonesia memperkuat sinkronisasi program pengendalian harga di level pusat dan daerah. Koordinasi juga dilakukan dalam kerangka pendalaman pasar keuangan. Terkait hal ini, Bank Indonesia bekerjasama dengan instansi terkait tengah mempersiapkan pengaturan lindung nilai bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai upaya untuk memitigasi risiko nilai tukar dari transaksi valas yang dilakukan oleh BUMN. Di bidang stabilitas sistem keuangan, Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah dan otoritas terkait dalam Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK) secara reguler berkoordinasi untuk memantau kondisi sistem keuangan Indonesia dan mengindentifikasi risiko yang mungkin timbul. Dalam pengelolaan nilai tukar, Bank Indonesia secara konsisten mengupayakan agar nilai tukar Rupiah berkontribusi positif terhadap perekonomian. Untuk itu, pada triwulan II-2014 Bank Indonesia menyempurnakan pengaturan yang mendukung terwujudnya pendalaman pasar valuta asing domestik melalui penggunaan instrumen lindung nilai (hedging) atas penghasilan investasi di Indonesia. Bank Indonesia juga menyesuaikan pengaturan mengenai pinjaman luar negeri bank dengan perkembangan pasar keuangan domestik terkini. Hal ini dimaksudkan agar aliran modal asing dapat lebih berkontribusi terhadap kestabilan moneter dan sekaligus mendukung upaya pendalaman pasar valas. Kebijakan pengelolaan nilai tukar juga diperkuat dengan penyesuaian pengaturan mengenai penerimaan Devisa Hasil Ekspor (DHE) dan penarikan utang luar negeri. Melalui penyesuaian tersebut, diharapkan dapat mendorong optimalisasi pemanfaatan devisa yang berasal dari hasil ekspor dan utang luar negeri. 4

17 BAB I Ringkasan Eksekutif Untuk memantapkan perannya di bidang makroprudensial, Bank Indonesia juga tengah memperkuat landasan hukum pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan makroprudensial. Ketentuan tersebut antara lain mengatur mengenai instrumen makroprudensial yang akan digunakan oleh Bank Indonesia, serta mekanisme kegiatan surveilans dan pemeriksaan terhadap lembaga keuangan dalam rangka penilaian terhadap risiko sistemik. Pengaturan tersebut dinilai penting antara lain untuk memberikan kejelasan hubungan kelembagaan dengan otoritas pengawas mikroprudensial. Selain ditujukan untuk mencegah dan memitigasi risiko sistemik serta mendorong fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, peran Bank Indonesia di bidang makroprudensial ditujukan pula untuk meningkatkan efisiensi sistem keuangan dan akses keuangan. Terkait hal ini, sepanjang triwulan II-2014, Bank Indonesia melakukan berbagai program keuangan yang inklusif, antara lain dengan mengembangkan Layanan Keuangan Digital dan penyediaan Sistem Informasi harga Bagi Petani dan Nelayan (SIPN). Selain itu, Bank Indonesia bersinergi dengan instansi Pemerintah maupun masyarakat, memperkuat sektor riil dan pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UMKM). Diantaranya dengan mengembangkan klaster komoditas yang mendukung ketahanan pangan dan berkontribusi terhadap inflasi di berbagai wilayah. Di bidang sistem pembayaran, fokus kebijakan Bank Indonesia tetap diarahkan pada upaya untuk menjaga agar sistem pembayaran terselenggara dengan aman, lancar, dan efisien. Pada triwulan II-2014, kebijakan tersebut dapat dilaksanakan dengan baik tercemin dari level ketersediaan sistem BI-RTGS sebagai setelmen dana, BI-SSSS sebagai setelmen surat berharga Pemerintah dan Bank Indonesia, serta SKNBI, yang mencapai 99,97% dan kemampuan setelmennya mencapai 99,95%. Melanjutkan program kerja yang telah dilaksanakan pada periode-periode sebelumnya, pada periode laporan Bank Indonesia masih melanjutkan pengembangan sistem BI-RTGS, BI-SSSS, dan SKNBI Generasi II, serta National Payment Gateway. Bank Indonesia juga menyempurnakan pengaturan uang elektronik guna menyelaraskan dengan ketentuan transfer dana, meningkatkan keamanan teknologi dan efisiensi penyelenggaraan uang elektronik, serta mendorong penggunaan uang elektronik sebagai salah satu instrumen dalam layanan keuangan digital. Dalam rangka meningkatkan transaksi non tunai, Bank Indonesia terus mempersiapkan implementasi kawasan Less Cash Society. Selaras dengan upaya tersebut, Bank Indonesia juga melakukan kerjasama dengan instansi terkait dalam upaya perluasan penggunaan uang elektronik untuk mendukung program Pemerintah dalam penyaluran bantuan sosial. Selain akses dan efisiensi sistem pembayaran, Bank Indonesia juga mendorong perlindungan konsumen sistem pembayaran yang lebih baik. Untuk itu, Bank Indonesia melakukan berbagai kegiatan edukasi perlindungan konsumen jasa sistem pembayaran di beberapa wilayah. Untuk mendukung kelancaran transaksi perekonomian, di bidang pengelolaan uang Rupiah, Bank Indonesia terus meningkatkan ketersediaan uang yang berkualitas, distribusi dan pengolahan uang yang aman dan optimal, serta layanan kas yang prima. Meningkatnya kebutuhan uang kartal oleh masyarakat menghadapi masa liburan dan persiapan memasuki bulan Ramadhan pada triwulan II-2014 dapat dipenuhi dengan baik. Salah satu langkah yang dilakukan adalah dengan meningkatkan realisasi distribusi uang ke berbagai wilayah. Upaya yang lain adalah dengan memperlancar akses distribusi uang bekerjasama dengan BUMN yang bergerak di bidang jasa angkutan. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I I

18 BAB I Ringkasan Eksekutif Penyediaan uang yang berkualitas juga terus dilaksanakan termasuk ke wilayah-wilayah terpencil. Sampai dengan akhir triwulan II-2014, Bank Indonesia telah mengunjungi 30 wilayah terpencil, perbatasan dan pulau terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) untuk memberikan layanan penukaran uang. Terkait penyediaan uang Rupiah, Bank Indonesia berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan tengah mempersiapkan rencana pengeluaran uang rupiah edisi baru sesuai dengan amanat Undang-Undang UU No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang. Penerbitan uang tersebut bertujuan untuk lebih memperkuat kedaulatan Indonesia dan mempertegas Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara keseluruhan, berbagai respons kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia efektif dalam menjaga proses penyesuaian ekonomi domestik dan menjaga kestabilan makro ekonomi serta sistem keuangan. Efektivitas kebijakan tersebut tidak terlepas dari dukungan manajemen internal Bank Indonesia, yang dalam pelaksanaannya senantiasa menerapkan prinsip-prinsip tata kelola organisasi yang baik. 6

19 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Penyesuaian ekonomi masih berlangsung hingga triwulan II-2014, dengan tetap ditunjang kestabilan makroekonomi dan sistem keuangan. Beberapa indikator perekonomian meski membaik, tetap memerlukan perhatian yang cermat khususnya terhadap risiko yang mungkin muncul baik karena faktor domestik maupun global. Hal ini dimaksudkan agar kondisi fundamental ekonomi tetap terjaga dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang seimbang dan berkelanjutan. yang membaik tersebut berdampak pada nilai tukar rupiah yang cenderung bergerak stabil. Namun, pertumbuhan ekonomi melambat dipengaruhi ekspor riil yang mencatat kontraksi.

20 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran 2.1. Inflasi Inflasi pada triwulan II tetap terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Inflasi pada triwulan laporan tercatat sebesar 0,57% (qtq) atau 6,70% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,41% (qtq) atau 7,32% (yoy) (Grafik 2.1 dan 2.2). Tren penurunan tekanan inflasi tersebut antara lain ditopang oleh menurunnya tekanan inflasi volatile food, administered prices, dan terjaganya inflasi inti sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah. Namun, sejumlah risiko terhadap pencapaian target inflasi 2014 tetap perlu diwaspadai % (qtq) IHK Inti Administered Prices Volatile Food I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II %, yoy CPI Inti Administered Prices Volatile Food Sumber: BPS 6,57 4,53 4,64 2,63 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Pada triwulan II-2014, kelompok volatile food mengalami deflasi. Deflasi tersebut menyebabkan penurunan inflasi volatile food menjadi -0,43% (qtq) atau 6,74% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi triwulan I-2014 sebesar 2,66% (qtq) atau 7,25% (yoy). Terjadinya deflasi terutama didukung oleh melimpahnya pasokan seiring dengan datangnya musim panen beberapa komoditas, seperti beras dan cabai. Namun demikian, kenaikan harga beberapa komoditas lainnya seperti daging ayam dan telur ayam menahan deflasi kelompok volatile food lebih dalam. Penurunan inflasi pada triwulan II-2014 juga ditopang oleh terjaganya inflasi inti. Inflasi inti pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 0,73% (qtq) atau 4,81% (yoy), relatif stabil bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,14% (qtq) atau 4,61% (yoy). Terjaganya inflasi inti tersebut ditopang oleh moderasi permintaan domestik sejalan dengan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia dan Pemerintah, tekanan harga global yang minimal, serta ekspektasi inflasi yang tetap terjaga. Hasil survei pedagang eceran maupun konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi tekanan harga pada waktu mendatang cenderung membaik, dibandingkan dengan beberapa bulan sebelumnya (Grafik 2.3 dan Grafik 2.4). 8

21 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Indeks Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad %, yoy Inflasi IHK aktual (skala kanan) Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad (CMA 5) %, yoy Grafik 2.3 Ekspektasi Harga Pedagang Eceran Grafik 2.4 Ekspektasi Harga Konsumen Inflasi administered prices pada triwulan II-2014 juga mengalami penurunan. Inflasi administered prices tercatat melambat dari sebelumnya 1,33% (qtq) atau 17.47% (yoy) pada triwulan I-2014 menjadi 1,03% (qtq) atau 13,47% (yoy) pada triwulan II Hal tersebut akibat hilangnya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 2013 dan tidak adanya kebijakan strategis pemerintah terkait harga selama triwulan laporan. Inflasi di beberapa kawasan, seperti wilayah Sumatera, sebagian besar Jawa dan Kawasan Timur Indonesia (KTI) masih cukup terkendali. Inflasi Jawa berada pada level yang relatif lebih rendah didorong oleh terkendalinya pasokan pangan. Demikian pula inflasi di wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI) dapat terkendali seiring dengan terjadinya koreksi beberapa harga pangan strategis di beberapa wilayah seperti daging ayam (Kalimantan kecuali Kaltim), beras (Kalteng), cabe rawit dan bawang merah (Bali), dan ikan segar (Maluku). Gambar 2.1 Peta Sebaran Inflasi Daerah Triwulan II-2014 (%, yoy) 9

22 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Prospek inflasi pada tahun 2014 dan 2015 diperkirakan akan berada dalam kisaran targetnya 4,5%±1% dan 4%±1%. Prospek inflasi tersebut didukung oleh kebijakan stabilisasi makroekonomi yang ditempuh selama ini, termasuk koordinasi dengan Pemerintah. Selain itu, penurunan inflasi juga didukung termoderasinya permintaan domestik dan harga komoditas global yang cenderung masih lemah. Namun, beberapa risiko pada masa mendatang tetap perlu diwaspadai yang bersumber dari peningkatan harga pangan dan potensi penyesuaian administered prices seperti tarif listrik, dan harga bahan bakar minyak bersubsidi. Inflasi pada triwulan II-2014 tetap terjaga dan berada dalam tren yang menurun sehingga mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2014 yakni 4,5±1%. Penurunan tersebut ditopang oleh menurunnya tekanan inflasi volatile food dan terjaganya inflasi inti sejalan dengan kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah. Namun, sejumlah risiko terhadap pencapaian target inflasi 2014 tetap perlu diwaspadai. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2014 melambat dipengaruhi oleh kontraksi pertumbuhan ekspor dan terkontraksinya belanja pemerintah. Namun, pertumbuhan ekonomi triwulan II masih mendapat dukungan dari kinerja konsumsi rumah tangga yang cukup kuat dan investasi bangunan Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,12% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,22% (yoy) (Tabel 2.1). Perlambatan tersebut disebabkan oleh masih lemahnya kinerja ekspor komoditas sumber daya alam, seperti batu bara, CPO, dan mineral mentah. Ekspor kembali mengalami kontraksi sebesar -1,04% (yoy), lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar -0,44% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh melambatnya permintaan dari negara berkembang dan penerapan Undang-Undang minerba. Namun demikian, ekspor riil manufaktur seperti TPT, alas kaki, dan alat listrik, meningkat pada akhir triwulan seiring dengan pertumbuhan ekonomi negara maju yang membaik. Ekspor manufaktur lainnya, seperti logam dasar khusus untuk tembaga dan nikel, serta ekspor pertanian, khususnya komoditas utama seperti ikan dan rempah, juga mencatat kenaikan. Dari sisi domestik, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 juga bersumber dari kontraksi konsumsi pemerintah dan investasi nonbangunan. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan II-2014 tercatat sebesar -0,71 (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,58% (yoy). Kontraksi konsumsi pemerintah tersebut disebabkan oleh penangguhan penyaluran dana bantuan sosial (Bansos) dalam rangka pemberdayaan masyarakat sehingga komponen belanja barang dalam PDB menjadi lebih rendah. Sementara itu, investasi nonbangunan tumbuh negatif, khususnya investasi alat angkutan luar negeri yang masih terkontraksi sejalan dengan kinerja ekspor tambang yang belum membaik. Kondisi ini terindikasi dari data impor barang modal dalam bentuk kendaraan dan peralatan terkait alat angkut yang menurun. Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi triwulan II-2014 masih mendapat dukungan dari kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi bangunan yang cukup kuat. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2014 masih cukup tinggi sebesar 5,59% (yoy) meski sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,61% (yoy). Hal ini antara lain ditopang oleh belanja terkait aktivitas Pemilu. Selain itu, daya beli konsumen yang terjaga seiring tren penurunan inflasi selama triwulan berjalan juga menopang stabilitas konsumsi rumah tangga. Di samping itu, investasi bangunan pada triwulan II tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi bangunan 10

23 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran ini terindikasi dari peningkatan penjualan semen dan impor barang konstruksi. Kondisi tersebut turut didukung oleh optimisme sektor konstruksi yang lebih baik dibandingkan kondisi di awal tahun. Di tengah kontraksi ekspor, kontraksi impor yang lebih besar akibat perlambatan permintaan domestik dapat mengurangi tekanan eksternal dalam menopang pertumbuhan ekonomi. Impor kembali mengalami kontraksi yang lebih besar pada triwulan II-2014 dibanding triwulan sebelumnya menjadi -5,02% (yoy) dari -0,73% (yoy). Khususnya terjadi pada kelompok bahan baku dan barang konsumsi. Sementara itu, kontraksi impor barang modal, meskipun mengecil, masih berlangsung akibat kontraksi pada impor alat angkut. Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penggunaan %Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Komponen I II III IV I II Konsumsi Rumah Tangga 5,24 5,15 5,48 5,25 5,28 5,61 5,59 Konsumsi Pemerintah 0,44 2,17 8,91 6,45 4,87 3,58-0,71 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5,54 4,47 4,54 4,37 4,71 5,14 4,53 Ekspor Barang dan Jasa 3,58 4,82 5,25 7,40 5,30-0,44-1,04 Impor Barang dan Jasa -0,03 0,69 5,09-0,60 1,21-0,73-5,02 PDB 6,03 5,76 5,63 5,72 5,78 5,22 5,12 Sumber : BPS Secara regional, perlambatan ekonomi pada triwulan II-2014 berasal dari melambatnya ekonomi di Jawa dan beberapa daerah basis produksi komoditas tambang dan perkebunan, seperti Sumatera dan Kalimantan (Gambar 2.2). Perlambatan ekonomi Jawa dan Sumatera sejalan dengan melemahnya kinerja sektor pertanian. Sementara itu, kinerja di sektor tambang masih lemah terutama dipengaruhi oleh menurunnya permintaan batubara sehingga menyebabkan pertumbuhan ekonomi di beberapa sentra pertambangan di Sumatera dan Kalimantan. Ket: Jawa di luar Jakarta Gambar 2.2 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan II

24 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Sejalan dengan perkembangan ekonomi global dan kondisi domestik yang relatif stabil, Bank Indonesia tetap mempertahankan kisaran proyeksi pertumbuhan ekonominya untuk tahun 2014 dan Pertumbuhan ekonomi 2014 tetap diperkirakan berada pada kisaran 5,1%-5,5%, dengan kecenderungan menuju batas bawah menyusul pertumbuhan ekonomi triwulan I dan II-2014 yang lebih rendah dari prakiraan. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, diperkirakan kembali membaik pada kisaran 5,4%-5,8% seiring dengan perbaikan ekonomi global Neraca Pembayaran Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2014 membaik. Membaiknya kinerja NPI tersebut ditopang oleh transaksi modal dan finansial yang mencatat peningkatan surplus dibandingkan dengan triwulan I-2014 sehingga dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan yang melebar sesuai pola musimannya. Kinerja NPI pada triwulan II-2014 berhasil mencatat peningkatan surplus dari 2,1 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya menjadi 4,3 miliar dolar AS pada triwulan laporan. Peningkatan terjadi karena ditopang oleh kinerja Transaksi Modal dan Finansial (TMF) (Grafik 2.5). Kinerja TMF mencatat peningkatan surplus yang signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sehingga dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan yang melebar sesuai pola musimannya. Peningkatan surplus NPI triwulan II-2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari 102,6 miliar dolar AS pada akhir triwulan I-2014 menjadi 107,7 miliar dolar AS pada akhir triwulan II Level cadangan devisa tersebut setara dengan 6,2 bulan impor atau 6,0 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor (Grafik 2.6). Kenaikan cadangan devisa tersebut berdampak positif terhadap upaya memperkuat ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00-20,00 Miliar Dolar AS Transaksi Modal dan Finansial Transaksi Berjalan Neraca keseluruhan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1** Q2** * Miliar Dolar AS Cadangan Devisa Bulan 10 Bulan Impor dan Pembayaran ULN Pemerintah * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Grafik 2.5 Neraca Pembayaran Indonesia Grafik 2.6 Perkembangan Cadangan Devisa Kinerja transaksi berjalan triwulan II-2014, meskipun mengalami peningkatan defisit dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tercatat lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Defisit transaksi berjalan pada triwulan II-2014 mencapai 9,1 miliar dolar AS (4,27% PDB) (Grafik 2.7), lebih rendah dibandingkan dengan defisit pada periode yang sama tahun 2013 sebesar 10,1 miliar dolar AS (4,47% PDB). 12

25 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sesuai pola musiman, defisit transaksi berjalan triwulan II-2014 lebih tinggi yang tercatat sebesar 4,2 miliar dolar AS (2,05% PDB) (Grafik 2.7). Di sisi nonmigas, surplus neraca perdagangan nonmigas menyempit (Grafik 2.8). Hal ini disebabkan impor nonmigas meningkat 12,4% (qtq) antara lain terkait dengan naiknya kebutuhan menjelang puasa dan Idul Fitri. Sementara itu, ekspor nonmigas hanya tumbuh 1,0% (qtq) terutama dipengaruhi turunnya permintaan ekspor berbasis sumber daya alam, seperti batubara dan minyak nabati. Penurunan tersebut seiring dengan melambatnya pertumbuhan di negara emerging serta dampak kebijakan pembatasan ekspor mineral mentah. Selain karena surplus nonmigas yang menyempit, defisit transaksi berjalan juga dikontribusi oleh defisit neraca perdagangan migas yang melebar karena impor migas meningkat (Grafik 2.8). Hal ini terutama karena bertambahnya volume impor minyak mentah. Sementara itu, ekspor migas mengalami penurunan terutama akibat ekspor LNG yang lebih rendah. Tekanan defisit transaksi berjalan juga dipengaruhi oleh melebarnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer. Pada triwulan II-2014, sesuai dengan pola musimannya, defisit neraca jasa melebar akibat meningkatnya pembayaran jasa transportasi barang seiring dengan kenaikan impor serta meningkatnya perjalanan masyarakat ke luar negeri selama musim liburan sekolah. Dalam periode yang sama, defisit neraca pendapatan primer juga meningkat mengikuti jadwal pembayaran dividen dan bunga utang luar negeri kepada investor asing. 14,00 10,00 6,00 2,00-2,00-6,00-10,00-14,00-18,00-22,00-26,00 Miliar Dolar AS % 3,00 1,00-1,00-3,00-5,00-7,00-9,00 Neraca Pendapatan Sekunder Neraca Perdagangan Neraca Pendapatan Primer Neraca Jasa -11,00 Transaksi Berjalan CA/GDP (5) (rhs) -13,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1** Q2** * 2014 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Miliar Dolar AS 12,00 7,00 2,00-3,00-8,00-13,00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1** Q2** * 2014 * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Neraca Nonmigas Neraca Migas Transaksi Perdagangan Grafik 2.7 Neraca Transaksi Berjalan Grafik 2.8 Neraca Perdagangan Transaksi modal dan finansial mencatat surplus karena masih tingginya aliran masuk modal asing. Surplus transaksi modal dan finansial pada triwulan II-2014 mencapai 14,5 miliar dolar AS, meningkat signifikan dari 7,6 miliar dolar AS pada triwulan I-2014 (Grafik 2.9). Surplus tersebut ditopang oleh tingginya arus masuk investasi portofolio dan PMA sejalan dengan persepsi positif investor terhadap prospek perekonomian domestik. Selama triwulan II-2014, aliran masuk modal asing masih tercatat tinggi mencapai 5,75 miliar dolar AS, meskipun sedikit turun dari triwulan sebelumnya sebesar 5,79 miliar dolar AS. 13

26 BAB II Perkembangan Kondisi Makroekonomi, Moneter, Sistem Keuangan, dan Sistem Pembayaran Utang Luar Negeri Indonesia meningkat pada triwulan II Peningkatan tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kepemilikan nonresiden atas surat utang yang diterbitkan baik oleh sektor swasta dan sektor publik, serta pinjaman luar negeri sektor swasta. Perkembangan ULN tersebut dipandang masih cukup sehat dalam menopang ketahanan sektor eksternal meskipun perlu terus diwaspadai. Miliar Dolar AS 15,00 10,00 5,00 0,00-5,00-10,00-15,00-20,00 Investasi Portofolio Investasi langsung Investasi Lainnya Transaksi Modal & Finansial Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1** * 2014 Grafik 2.9 Neraca Transaksi Modal dan Finansial 2.4. Utang Luar Negeri Untuk keseluruhan tahun 2014, kinerja NPI diperkirakan akan mencatat surplus yang lebih besar dibandingkan surplus pada tahun sebelumnya. Surplus tersebut diperkirakan berasal dari meningkatnya surplus neraca perdagangan dan TMF. Pemulihan pertumbuhan negara maju terutama AS, Jepang, dan Eropa sebagai negara partner dagang utama diperkirakan dapat meningkatkan ekspor. Di sisi lain, kinerja TMF pada 2014 juga diperkirakan meningkat. Peningkatan tersebut sejalan dengan aliran modal asing yang diperkirakan masih akan meningkat, dipengaruhi oleh optimisme terhadap prospek perekonomian Indonesia yang terus terjaga. Posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan II-2014 meningkat dari triwulan sebelumnya. Posisi ULN pada Juni 2014 tercatat sebesar 284,9 miliar dolar AS, atau tumbuh 3,1% dibandingkan dengan posisi pada akhir triwulan I-2014 sebesar 276,3 miliar dolar AS. Peningkatan posisi ULN tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya kepemilikan nonresiden atas surat utang yang diterbitkan baik oleh sektor swasta sebesar dan sektor publik, serta pinjaman luar negeri sektor swasta yang melampaui turunnya pinjaman luar negeri sektor publik. Posisi ULN pada akhir Juni 2014 terdiri dari ULN sektor publik sebesar 131,7 miliar dolar AS (46,2% dari total ULN) dan ULN sektor swasta sebesar 153,2 miliar dolar AS (53,8% dari total ULN). Posisi ULN kedua sektor tersebut masing-masing meningkat 0,9% dan 5,1% dibandingkan dengan posisi akhir triwulan I-2014 sebesar USD130,5 miliar dan USD145,7 miliar. Berdasarkan jangka waktu, posisi ULN Indonesia didominasi oleh ULN berjangka panjang yang memiliki pangsa 82,4% dari total ULN. ULN berjangka panjang pada akhir Juni 2014 mencapai USD234,8 miliar, meningkat 2,2% dibandingkan dengan posisi akhir triwulan I-2014 sebesar USD229,8 miliar. Pada akhir Juni 2014, ULN berjangka panjang sektor publik mencapai USD124,3 miliar atau 94,4% dari total ULN sektor publik dan ULN berjangka panjang sektor swasta tercatat sebesar USD110,5 miliar atau 72,1% dari total ULN swasta. Sejalan dengan peningkatan posisi ULN, indikator beban hutang dan kerentanan Indonesia pada triwulan II-2014 yang tercermin pada beberapa rasio ULN juga menunjukkan rasio yang cenderung meningkat dibandingkan dengan triwulan I Rasio Debt to GDP pada triwulan II-2014 juga tercatat sedikit meningkat sebesar 33,9%, sedikit naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 32,3%. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR) pada triwulan II-2014 naik menjadi sebesar 48,3% dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar 46,4%. Kenaikan rasio ini dipengaruhi oleh faktor musiman yaitu meningkatnya total pembayaran pokok dan bunga ULN pada triwulan II-2014 dibandingkan dengan triwulan I-2014 di tengah penerimaan ekspor Indonesia mengalami penurunan. 14

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Triwulan III. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan III. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan III 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian Laporan Perkembangan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Pemerintah

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Triwulan I. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan I. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan I 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan

Lebih terperinci

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi

Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Sambutan Gubernur Bank Indonesia Menjaga Stabilitas Keuangan di Tengah Berlanjutnya Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta, 10

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Di sisi lain, pasar keuangan domestik membaik, terutama didorong oleh besarnya modal asing yang. xvii RINGKASAN EKSEKUTIF Stabilitas sistem keuangan pada semester I 2016 membaik walaupun risiko yang berasal dari dampak lambatnya pertumbuhan ekonomi global dan domestik masih cukup besar. Perbaikan tersebut

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

Triwulan IV-2014 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan IV-2014 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan IV-2014 dan Tahun 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan IV-2014 dan Tahun 2014 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan Pelaksanaan

Lebih terperinci

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN

Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Boks.3 MEWUJUDKAN KESEIMBANGAN YANG EFISIEN MENUJU PERTUMBUHAN YANG BERKESINAMBUNGAN Ekonomi Global 2011 Tahun 2011 merupakan tahun dengan berbagai catatan keberhasilan, namun juga penuh dinamika dan sarat

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan IV-2015 dan Tahun Laporan Pelaksanaan. Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia www.bi.go.id Triwulan IV-2015 dan Tahun 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian Laporan

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan II 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2014 menunjukkan bahwa proses penyesuaian struktur perekonomian ke arah yang lebih seimbang masih

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K

... BANK INDONESIA I N D O N E S I A B A N K 1 B A N K I N D O N E S I A KINERJA TRIWULAN I-2004 : EVALUASI KEBIJAKAN MONETER, PERBANKAN, DAN SISTEM PEMBAYARAN SERTA ARAH KEBIJAKAN MENDATANG Penyampaian penjelasan ini merupakan salah satu wujud dari

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan I 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan I 2004, Bank Indonesia Membaiknya

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global

Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Ringkasan Eksekutif Memperkuat Perekonomian Nasional di Tengah Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Di tengah ketidakseimbangan pemulihan ekonomi global, kinerja perekonomian domestik selama tahun

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan I 2014 Perekonomian Indonesia pada triwulan I 2014 menunjukkan stabilitas ekonomi semakin terjaga dan ditopang penyesuaian ekonomi yang tetap terkendali.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN

LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2012 ISSN 0522-2572 Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak

ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak ANALISIS STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Abstrak Neraca pembayaran yaitu catatan yang sistematis tentang transaksi ekonomi internasional antara penduduk suatu negara dengan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2013 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN

Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 ANALISIS TRIWULANAN Analisis Triwulanan Perkembangan Moneter, Perbankan Dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 109 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2015 Tim Penulis Laporan

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Triwulan III 2014 RINGKASAN EKSEKUTIF Perekonomian Indonesia pada triwulan III 2014 menunjukkan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang terjaga serta proses penyesuaian

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 10 Juli 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang BANK INDONESIA Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap triwulan merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia

TINJAUAN UMUM. Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Tinjauan Umum 485 TINJAUAN UMUM Tim Penulis Analisis Triwulanan Bank Indonesia Selama triwulan I-2005, kinerja perekonomian Indonesia masih menunjukkan perkembangan yang membaik. Kestabilan makroekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER

LAPORAN KEBIJAKAN MONETER RINGKASAN EKSEKUTIF LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Perekonomian Indonesia triwulan IV 2013 dan Januari 2014 menunjukkan kebijakan stabilisasi Bank Indonesia dan Pemerintah sejak pertengahan tahun 2013 mulai

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan I ANALISIS TRIWULANAN

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan I ANALISIS TRIWULANAN ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan I - 2015 359 ANALISIS TRIWULANAN Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan I - 2015 TM. Arief

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Triwulan II. Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan II 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia www.bi.go.id Triwulan II 2015 Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Penyampaian kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia PMDN dapat diartikan sebagai kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi

KETERANGAN PERS. Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KETERANGAN PERS Penguatan Koordinasi Dan Bauran Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Perekonomian Dan Keberlanjutan Reformasi Jakarta, 28 Mei 2018 Pemerintah, Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER

STATEMENT KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 7 Oktober 2014 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,50%, dengan suku bunga Lending Facility

Lebih terperinci

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id

Juni Tinjauan. Ekonomi, Moneter, dan Keuangan. Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta Indonesia w w w.bi.go.id Juni 2014 Tinjauan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Jln. M.H. Thamrin No. 2, Jakarta 10350 - Indonesia w w w.bi.go.id TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 STATEMENT KEBIJAKAN MONETER Rapat Dewan

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik

Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Sambutan Gubernur Bank Indonesia Memperkuat Stabilitas Sistem Keuangan di Tengah Dinamika Tantangan Global dan Domestik Diskusi dan Peluncuran buku Kajian Stabilitas Keuangan Yang kami hormati, Jakarta,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia

Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia Triwulan III 2017 Penyampaian Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 Rakordal KALTENG Kondisi Perekonomian Triwulan IV dan Outlook 2016 2015 PEREKONOMIAN NASIONAL Triwulan III 2015 PDB Tw III-15: 4,73% gpdrb negatif Perbaikan perekonomian terjadi di Jawa, sementara ekonomi

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dan mengatur kegiatan perekonomian suatu negara, termasuk pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kompleknya keterkaitan dan hubungan antarnegara didalam kancah internasional menyebabkan pemerintah juga ikut serta dalam hal meregulasi dan mengatur

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan

Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan Keynote Speech Seminar Pengembangan Ekonomi Produktif dalam Rangka Mendukung Program Minapolitan Dr. Hendar Deputi Gubernur Bank Indonesia Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci