2. Perkembangan Makroekonomi Terkini
|
|
- Hengki Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara umum, perekonomian nasional pada triwulan I-2006 menunjukkan kinerja yang membaik. Kondisi tersebut tercermin pada terjaganya kestabilan makroekonomi dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang tidak seburuk dibandingkan perkiraan semula. Sebagaimana diperkirakan sebelumnya, perekonomian nasional dalam triwulan I-2006 tumbuh melambat, terutama melemahnya konsumsi karena menurunnya daya beli dan masih terbatasnya investasi khususnya investasi swasta. Meskipun demikian, perlambatan lebih lanjut dapat dicegah oleh tingginya pengeluaran Pemerintah. Sementara itu, melemahnya permintaan domestik telah menyebabkan kinerja transaksi berjalan mencatat surplus karena menurunnya impor, sementara ekspor meningkat di tengah kondisi perekonomian global yang cukup kondusif. Dibarengi dengan meningkatnya aliran masuk modal asing karena menariknya suku bunga domestik dan membaiknya premi risiko, neraca pembayaran secara keseluruhan membukukan surplus cukup tinggi. Persen (y-o-y) 15,00 1 5,00 PERTUMBUHAN EKONOMI Pertumbuhan ekonomi pada triwulan I-2006 diperkirakan masih melambat dan berada pada kisaran 4,3 4,8% (y-o-y). Di sisi permintaan, perlambatan ini terutama disebabkan oleh melemahnya permintaan domestik dan pertumbuhan investasi swasta melambat. Di sisi penawaran, penurunan permintaan domestik juga diikuti dengan penurunan pada sektor-sektor utama penggerak perekonomian seperti sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor transportasi dan komunikasi. Meskipun pertumbuhan ekonomi cenderung melambat, kesenjangan output dalam perekonomian menunjukkan arah yang semakin menyempit. Hal ini lebih disebabkan oleh masih terbatasnya penambahan kapasitas ekonomi akibat masih belum banyaknya kebijakan struktural yang mampu mendukung peningkatan investasi. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih dibawah kapasitas potensialnya meskipun perlu terus diwaspadai mengingat penambahan kapisitas produksi masih terbatas. -5, ,00-2 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV PDB 1993 PDB 2000 Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Permintaan Agregat Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama pada konsumsi rumah tangga dan investasi swasta yang selama ini menjadi pendorong pertumbuhan PDB. Perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan karena penurunan pendapatan riil masyarakat ƒkarena lonjakan harga- 4
2 Perkembangan Makroekonomi Terkini Sektor harga pasca kenaikan harga BBM 1 Oktober 2005 dan memburuknya ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian. Sementara itu, perlambatan laju pertumbuhan investasi swasta terutama disebabkan oleh iklim investasi yang belum membaik dan melemahnya daya beli masyarakat, serta suku bunga nominal kredit yang dianggap tinggi oleh beberapa sektor investasi. Paket investasi yang dikeluarkan pemerintah di awal Maret 2006 belum akan berdampak pada iklim investasi saat ini. Disisi lain, konsumsi dan investasi pemerintah diperkirakan lebih tinggi dari triwulan yang sama tahun sebelumnya dan menjadi salah satu faktor terpenting dalam menahan perlambatan pertumbuhan permintaan domestik. Di sisi perdagangan dengan luar negeri, net ekspor diperkirakan akan sedikit meningkat. Peningkatan yang terjadi pada net ekspor terutama berasal dari perlambatan laju pertumbuhan impor jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dan triwulan yang lalu. % (y-o-y) % (y-o-y) Konsumsi rumah tangga pada Tabel 2.1 triwulan I-2006 diperkirakan Pertumbuhan PDB Sisi Permintaan mengalami perlambatan 2004* 2005* 2006 ** pertumbuhan, atau hanya I II III IV I II III IV I Total tumbuh sekitar 3,2 3,7% (y- 6,36 5,45 4,32 3,42 2,03 2,63 5,52 7,33 7,7-8,2 6,1-7,1 o-y), lebih rendah jika 11,43 28,83 11,02 27,89 25,86 21,12 14,28-9,44 dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun 7,62 10,67 6,04 8,45 8,16 7,43 7,87 3,27 6,7-7,2 6,5-7,5 sebelumnya. Pada triwulan I- -25,96-36,89-7,72-5,75-17,44-14,98-16,92 23, , perlambatan laju pertumbuhan konsumsi 4,10 4,36 4,63 7,13 6,25 5,63 5,63 4,90 4,3-4,8 5,0-5,7 rumah tangga lebih disebabkan oleh penurunan daya beli masyarakat yang diperkirakan masih akan berlanjut hingga akhir semester I Kenaikan harga-harga yang terjadi sebagai dampak kenaikan BBM pada bulan Oktober 2005 belum dapat diikuti oleh peningkatan daya beli masyarakat yang signifikan hingga triwulan ini. Kondisi ini juga dikonfirmasikan oleh beberapa indikator yang memiliki pangsa besar dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga antara lain penurunan laju pertumbuhan penjualan mobil dan kendaraan bermotor. Indikator moneter dan perbankan yang terkait dengan konsumsi rumah tangga juga menunjukkan trend penurunan yaitu penurunan laju pertumbuhan uang kartal riil, penurunan laju pertumbuhan M1 riil, perlambatan laju pertumbuhan kredit konsumsi dan penurunan laju pertumbuhan kredit konsumsi baru. Indikator lain yang mengkonfirmasi laju perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga adalah survei konsumen (SK), survei penjualan eceran (SPE) dan indeks tendensi konsumen (ITK). Berdasarkan hasil Survei Konsumen pada Maret 2006, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) kembali meningkat namun masih berada pada kondisi yang pesimis. Peningkatan ini berasal dari Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang mulai sedikit optimis, sementara Indeks 1. Konsumsi 6,36 2. Rumah Tangga 5,67 5,29 5,11 3,86 3,42 3,78 4,42 4,18 3,2-3,7 3,4-4,4 3. Pemerintah 12,48 6,82-1,81 0,39-9,60-6,67 14,69 29,98 50,9-51,4 27,0-28,0 4. Investasi 11,43 5. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 10,46 14,12 17,36 16,08 14,11 15,58 9,37 1,78 4,0-4,5 7,7-8,7 6. Perubahan stok -45,16-31,58-81,55 552,88 131,38-107,06-40,60-156,87 Diskrepansi statistik 1) 56,97 178,77 126,50-36,05 88,12 230,83 174,14 20,95 Permintaan Domestik ( ) 7,62 Ekspor Neto ( 7-8 ) -25,96 7. Ekspor barang dan jasa 4,97 5,17 21,96 22,18 11,80 11,19 4,76 7,41 7,7-8,2 9,0-10,0 8. Dikurangi impor barang dan jasa 16,72 26,68 33,46 31,16 18,84 17,86 10,56 3,74 2,0-2,5 7,9-8,9 9. PRODUK DOMESTIK BRUTO 4,10 * Angka Sementara * * Proyeksi Sumber : BPS (diolah)1) Selisih antara PDB menurut sektoral dan penggunaan 5
3 Persen (y-o-y) Persen (y-o-y) PMTB (rhs) Non Bangunan a, Bangunan (rhs) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV * 2004** 2005*** 2 15,00 1 5,00-5,00 Kondisi Ekonomi saat ini (IKE) masih berada pada kondisi pesimis. Dilihat dari sisi produsen, indeks riil penjualan eceran pada 2 bulan pertama 2006 mengalami penurunan. Penurunan ini terutama berasal dari kelompok pakaian dan perlengkapannya. Apabila dilihat berdasarkan kelompok barang, penurunan penjualan eceran tertinggi berasal dari kelompok pakaian dan perlengkapannya. 1 Pada survei BPS, Indeks Tendensi Konsumen 2 pada triwulan IV-2006 dan prospek triwulan I-2006 mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi konsumen relatif stagnan (tidak terjadi perubahan pendapatan rumah tangga) Grafik 2.2 Kontribusi Pertumbuhan Investasi Pertumbuhan investasi (PMTB) dalam triwulan I-2006 masih Bangunan & Non Bangunan mengalami perlambatan dengan pertumbuhan sekitar 4,0 4,5% (y-o-y) lebih rendah jika dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi komponen, perlambatan laju pertumbuhan investasi terutama berasal dari investasi non-bangunan yang terus 25 mengalami penurunan sejak pertengahan 2005, sementara 15 investasi bangunan tumbuh relatif stabil. Secara umum, perlambatan laju pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh iklim -5 investasi yang belum membaik dan melemahnya daya beli masyarakat, serta suku bunga nominal kredit yang dianggap -15 tinggi oleh beberapa sektor investasi. Perlambatan laju -25 gkiriil ginv (rhs) pertumbuhan investasi juga dikonfirmasi oleh beberapa indikator -35 antara lain penurunan laju penjualan semen, penurunan laju Grafik 2.3 penjualan truk, peningkatan suku bunga nominal kredit investasi Perkembangan Kredit Investasi yang diikuti oleh penurunan laju kredit investasi riil dan penurunan laju pertumbuhan impor barang modal. Survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan BPS juga mengindikasikan adanya perlambatan investasi pada triwulan I Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), rencana investasi pada semester I-2006 mengalami penurunan jika dibandingkan semester yang sama tahun Tingginya biaya modal, faktor teknis, dan kurangnya permintaan merupakan alasan utama para investor. Dari survei BPS, Indeks Tendensi Bisnis (ITB) juga mengindikasikan hal serupa dimana kondisi bisnis pada triwulan I-2006 relatif tidak berubah dibandingkan perlambatan pada triwulan IV Di sisi lain, faktor yang mendorong pertumbuhan investasi diperkirakan akan didorong oleh tingginya investasi pemerintah pada triwulan I-2006 yang jauh lebih besar dibandingkan investasi triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dalam kaitan ini, survei Jetro yang merupakan survei terhadap perusahaan Jepang di Indonesia mengindikasikan adanya sentimen bisnis yang sudah meningkat (walaupun pada level yang rendah) selama triwulan I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber Survei Konsumen dan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia. 2 Sumber Indeks Tendensi Bisnis BPS Nilai ITK , menunjukkan bahwa kondisi ekonomo konsumen pada triwulan berjalan tidak mengalami perubahan (stagnan) disbanding triwulan sebelumnya 6
4 Perkembangan Makroekonomi Terkini 25, ,00 1 5,00-5, ,00-2 (growth, y-o-y) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV * 2004** 2005** (growth, y-o-y) PDB ekspor Grafik 2.4 Pertumbuhan Ekspor Ekspor barang dan jasa pada triwulan I-2006 diperkirakan akan mengalami laju pertumbuhan yang melambat, yaitu sekitar 7,7-8,2% jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, perlambatan tersebut tidak sebesar perlambatan yang terjadi pada impor. Di sisi migas, volume ekspor minyak masih menurun akibat dari produktivitas sumur-sumur minyak di Indonesia. Namun demikian kenaikan harga minyak diperkirakan masih dapat mengimbangi penurunan volume tersebut. Volume dan nilai ekspor nonmigas diprakirakan tetap akan meningkat. Beberapa komponen ekspor nonmigas khususnya mineral dan industri pengolahan diperkirakan tetap akan meningkat. Di kelompok mineral, peningkatan ekspor bersumber dari ekspor batubara karena meningkatnya permintaan dunia yang diikuti peningkatan produksi dalam negeri. Pada kelompok industri olahan, peningkatan ekspor bersumber dari ekspor minyak kelapa sawit, TPT dan sepatu. Beberapa informasi yang mendukung hal tersebut antara lain adalah meningkatnya ekspor minyak kelapa sawit ke India dan lebih murahnya harga minyak kelapa sawit Indonesia jika dibandingkan negara pesaing Malaysia. Ekspor TPT dan sepatu diperkirakan akan meningkat akibat adanya pembatasan ekspor tekstil Cina ke Amerika sehingga mendorong permintaan ekspor Indonesia. Peningkatan pada ekspor nonmigas dikonfirmasi oleh beberapa indikator ekspor ƒyang hingga bulan Februari menunjukkan peningkatan 8,00 pertumbuhanƒ seperti peningkatan laju pertumbuhan nilai 7,00 ekspor Indonesia ke Jepang dan Cina. 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 Pada triwulan I-2006 volume pertumbuhan impor barang dan jasa diperkirakan tumbuh hanya sekitar 2,0-2,5%, melambat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Perlambatan laju volume pertumbuhan impor tersebut sejalan dengan melemahnya permintaan domestik. Hal tersebut terindikasikan pula pada menurunnya impor bahan baku dan barang modal. Perlambatan pertumbuhan yang terjadi pada kelompok bahan baku antara lain berasal dari makanan dan minuman primer untuk industri dan bahan baku untuk industri baik primer maupun proses. Sementara itu, kelompok barang modal yang mengalami perlambatan pertumbuhan antara lain impor mobil penumpang dan alat angkutan untuk industri. Di sisi lain, barang modal (tidak termasuk perlengkapan transportasi) diperkirakan akan mengalami laju peningkatan meskipun kurang signifikan impor barang dan jasa I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV * 2004** 2005** Grafik 2.5 Pertumbuhan Impor Dari sisi fiskal, stimulus operasi keuangan pemerintah selama triwulan I-2006 (s.d Februari) meningkat tajam dan berdampak tinggi terhadap sektor riil, baik dalam hal konsumsi, investasi maupun transfer terhadap sektor riil. Dalam hal konsumsi, pengeluaran Pemerintah telah mencapai sekitar 13% dari yang dianggarkan yang digunakan untuk pengeluaran belanja pegawai, dana perimbangan serta belanja barang. Sementara 7
5 itu, investasi Pemerintah mencapai 10% dari anggaran, relatif sama dengan realisasi selama 3 bulan pertama tahun 2005, didorong oleh belanja modal dan dana perimbangan. Dengan mempertimbangkan pola pengeluaran Pemerintah telah kembali normal, dampak kinerja fiskal pada triwulan I-2006 diperkirakan akan lebih besar dari dampaknya di periode yang sama tahun 2005 dan terjadi di seluruh komponennya. Peningkatan konsumsi Pemerintah didorong oleh adanya kenaikan gaji PNS serta anggaran Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Bagi Hasil (DBH) yang lebih besar. Peningkatan DAU disebabkan oleh peningkatan penerimaan dalam negeri bersih sedangkan peningkatan DBH karena asumsi harga minyak (USD57/ barel dibandingkan USD51/barel) dan kurs yang lebih tinggi (Rp9.900/USD dibandingkan Rp9.700/USD) dari realisasi 2005 yang meningkatkan penerimaan migas. Peningkatan investasi didorong oleh keyakinan telah kembali normalnya pola belanja modal. Di samping itu, kontribusi Pemerintah pada sektor riil juga diberikan dalam bentuk pembayaran transfer berupa subsidi langsung tunai tahap II serta perkiraan realisasi bantuan sosial. 3 Penawaran Agregat Di sisi penawaran, seiring dengan melemahnya kondisi permintaan, beberapa sektor ekonomi juga masih menunjukkan kecenderungan pertumbuhan yang melambat. Sampai dengan triwulan I-2006, perekonomian Indonesia masih didukung oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian. Sektor industri pengolahan tetap memberikan konstribusi lebih dari seperempat terhadap struktur perekonomian Indonesia, disusul oleh sektor perdagangan yang juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Sementara itu, kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian relatif membaik sejalan dengan meningkatnya produksi. Bagi sektorsektor non-primer, perlambatan tersebut diperkirakan berasal dari lemahnya permintaan domestik sebagai akibat dari penurunan daya beli masyarakat dan biaya produksi yang meningkat. Untuk sektor primer, sektor pertanian justru mengalami peningkatan karena faktor musim yang mendukung dan bertambahnya luas areal panen, terutama pada tanaman bahan makanan. Sektor industri pengolahan pada triwulan I-2006 mengalami tekanan yang cukup berat sehingga diprakirakan tumbuh melambat menjadi 2,6%, jauh di bawah kinerja triwulan I-2005 yang tumbuh sebesar 6,3%. Perlambatan pertumbuhan di sektor ini terjadi pada hampir semua sub sektor industri pengolahan, terutama yang berorientasi pada pasar domestik. Perlambatan pertumbuhan dipacu oleh permintaan domestik yang melemah sebagai akibat dari penurunan daya beli. Kondisi ini terindikasi dari penurunan konsumsi barang-barang tahan lama dan mahalnya sumber pembiayaan. Selain itu, untuk beberapa produk industri seperti 3 Termasuk dalam bantuan sosial adalah dana Program Kompensasi Penghematan Subsidi (PKPS) BBM yang untuk tahun 2006 direncanakan sebesar Rp20 triliun dan terdiri dari program Biaya Operasional Sekolah (BOS) sebesar Rp11,89 triliun, asuransi kesehatan rakyat miskin (Askeskin) sebesar Rp3,6 triliun dan pembangunan infrastruktur pedesaan sebesar Rp4,8 triliun. Dari jumlah tersebut yang telah disetujui DPR dan dipastikan terealisasi adalah program BOS dan Askeskin, sedangkan program infrastruktur pedesaan masih diusulkan oleh Departemen Pekerjaan Umum di DPR. 8
6 Perkembangan Makroekonomi Terkini Sektor elektronik, tekstil dan sepatu juga diperparah oleh masuknya barang impor dari Cina yang sebagian diduga palsu. Perlambatan yang terjadi di sektor industri pengolahan dindikasikan oleh beberapa hasil survei antara lain Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), JETRO dan Survei Tendensi Bisnis BPS. Angka indeks SKDU menunjukkan tren yang menurun bahkan negatif pada periode terakhir survei. Hal yang sama juga tercermin pada indeks survei JETRO terhadap sektor manufaktur. Survei Tendensi Binis BPS juga memperkuat indikasi kedua survei tersebut sebagaimana ditunjukkan oleh angka indeks yang berada dalam range tendensi yang stagnan. Searah dengan perlambatan di sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restauran tumbuh melambat, dari 9,9% pada triwulan I-2005 menjadi 5,0% pada triwulan yang sama Faktor penyebab perlambatan terkait dengan daya beli masyarakat yang menurun dan kurang kondusifnya sub sektor pariwisata. Indikasi penurunan antara lain tercermin pada indeks ketepatan waktu membeli barang tahan lama Survei Konsumen; penurunan Indeks Riil Penjualan Eceran; penurunan penjualan mobil, motor, dan elektronik; penurunan jumlah kunjungan turis; penurunan tingkat hunian hotel. Penurunan tersebut juga diindikasikan oleh anekdotal dari pelaku bisnis di bidang perdagangan retail maupun hotel. Penjualan retail menurun selama bulan Januari, Februari dan berlanjut hingga Maret sebagaimana disampaikan oleh beberapa asosiasi yang terkait erat dengan perdagangan retail. Sementara itu, kunjungan turis menjadi terganggu pasca bom Bali II yang meskipun skalanya lebih kecil namun dampaknya lebih parah dibandingkan dampak Bom Bali I. Dari sisi pembiayaan perlambatan tersebut diindikasikan oleh penurunan ekspektasi dan realisasi kredit modal kerja. Ekspektasi permintaan % (y-o-y) kredit modal kerja pada % (y-o-y) Tabel 2.2 triwulan I-2006 PDB Sisi Penawaran menunjukkan tren yang 2004* 2005* 2006** menurun. Sementara itu, I II III IV 2004* I II III IV 2005** Total laju pertumbuhan oustanding kredit pada bulan Januari kembali menunjukkan tren yang menurun. Pertumbuhan (%) Pertanian 5,3 3,4 2,8 1,3 3,3 1,1 0,9 2,9 5,5 2,5 5,6-6,1 Pertambangan dan Penggalian -9,6-8,6-5,7 6,9-4,5 4,1-0,5 1,0 1,9 1,6 1,6-2,1 Industri Pengolahan 5,9 7,2 5,0 7,4 6,4 6,3 4,9 4,5 2,9 4,6 2,4-2,9 Listrik, Gas dan Air Bersih 4,8 6,2 3,2 6,8 5,2 6,4 6,9 6,6 6,1 6,5 5,5-6,0 Bangunan 7,7 7,2 7,5 7,6 7,5 7,4 8,2 6,9 6,9 7,3 6,3-6,8 Perdagangan, Hotel dan Restoran 2,8 4,0 6,6 9,2 5,7 9,9 10,0 8,6 6,0 8,6 4,8-5,3 Pengangkutan dan Komunikasi 13,4 13,8 14,1 12,4 13,4 14,3 14,1 13,0 10,8 13,0 9,8-10,3 Keuangan, Persewaan dan Jasa 6,7 5,8 8,4 9,8 7,7 6,7 8,9 7,9 5,2 7,1 4,9-5,4 Jasa-Jasa 4,9 5,1 4,4 5,0 4,8 4,6 4,4 5,6 6,0 5,2 5,2-5,7 PDB 4,1 4,4 4,6 7,1 5,1 6,3 5,6 5,6 4,9 5,6 4,3-4,8 Kontribusi terhadap Pertumbuhan (%) Pertanian 0,8 0,5 0,5 0,2 0,5 0,2 0,1 0,5 0,7 0,4 0,9 Pertambangan dan Penggalian -1,0-1,0-0,6 0,7-0,5 0,4-0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 Industri Pengolahan 1,7 2,0 1,4 2,2 1,8 1,8 1,4 1,3 0,8 1,3 0,7 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,03 0,04 0,02 0,05 0,03 0,04 0,1 0,0 0,0 0,0 0,0 Bangunan 0,4 0,4 0,4 0,5 0,4 0,4 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,5 0,7 1,1 1,5 0,9 1,6 1,6 1,4 1,0 1,4 0,8 Pengangkutan dan Komunikasi 0,7 0,7 0,8 0,7 0,7 0,8 0,8 0,8 0,7 0,8 0,7 Keuangan, Persewaan dan Jasa 0,6 0,5 0,7 0,9 0,7 0,6 0,8 0,7 0,5 0,7 0,5 Jasa-Jasa 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,4 0,4 0,5 0,6 0,5 0,5 Sumber : BPS dan Triwulan I 2006 proyeksi Bank Indonesia *) Angka Sementara **) Proyeksi Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh melambat, dari 14,3% pada triwulan I-2005 menjadi 10,1% pada triwulan yang sama Di sub sektor transportasi faktor yang mempengaruhi perlambatan antara lain 9
7 adalah kenaikan harga BBM, kenaikan biaya pembelian suku cadang, melambatnya kegiatan turisme, dan daya beli masyarakat menurun. Sementara itu di sektor komunikasi, perlambatan lebih dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat meskipun sedikit tertahan oleh penurunan tarif telekomunikasi dan semakin beragamnya layanan komunikasi. Indikasi perlambatan di subsektor pengangkutan antara lain tercermin pada penurunan jumlah penumpang pesawat dan penurunan transportasi pendukung arus barang. Jumlah penumpang pesawat baik domestik maupun internasional menunjukkan laju pertumbuhan yang terus melambat. Perlambatan pertumbuhan penumpang pesawat domestik dipengaruhi oleh kenaikan tarif pesawat akibat kenaikan harga avtur dan daya beli masyarakat yang menurun. Penurunan pertumbuhan penumpang internasional dipengaruhi oleh kinerja pariwisata yang memburuk. Sementara itu, penurunan laju pertumbuhan pada kegiatan transportasi pendukung arus barang sangat dipengaruhi oleh menurunnya kinerja di sektor industri dan perdagangan, serta kondisi buruknya kondisi infrastruktur. 0,1 0,05 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,05-0,1-0,15 Output Gap Accelerated Output Gap -0,2-0,25-0,3 Grafik 2.6 Estimasi dan Akselerasi Perubahan Output Gap Persen (% SBT) Kapasitas Utilisasi Realisasi Kegiatan Dunia Usaha Kesenjangan Output Perekonomian triwulan I-2006 diperkirakan masih berada di bawah tingkat potensialnya. Meskipun PDB aktual diperkirakan mengalami penurunan namun PDB potensial (kapasitas perekonomian) diperkirakan juga mengalami penurunan. Kecenderungan perlambatan investasi yang terjadi pada periode tersebut ternyata tidak saja menyebabkan pertumbuhan PDB aktual mengalami perlambatan namun juga terjadi pada PDB potensial. Kondisi ini mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi masih berada di bawah tingkat potensialnya seperti tercermin pada kesenjangan output (output gap) yang negatif. Indikasi lain yang dapat menggambarkan kondisi kesenjangan output yang negatif tersebut dapat dilihat penyerapan tenaga kerja dan penggunaan kapasitas yang masih di bawah normal atau maksimumnya. Sampai tahun 2005 tingkat pengganguran masih tercatat cukup tinggi sebesar 10,8%(Oktober ). Sementara itu, tingkat tingkat utilisasi kapasitas juga terlihat relatif tidak menurun (masih di sekitar angka 70%) meskipun pertumbuhan PDB melambat. Kondisi kesenjangan output yang masih negatif tersebut diperkirakan belum memberikan tekanan pada inflasi sebagaimana tercermin dari sumber inflasi inti yang berasal dari tekanan output gap diperkirakan masih relatif rendah. -25 I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 2.7 Kapasitas Utilisasi (SKDU) BPS, angka sementara dengan memperhitungkan dampak kenaikan harga BBM. 10
8 Perkembangan Makroekonomi Terkini NERACA PEMBAYARAN Kinerja neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2006 secara keseluruhan membaik dan mencatat surplus yang cukup tinggi. Realisasi surplus NPI triwulan I-2006 mencapai USD5,8 miliar atau jauh di atas perkiraan semula sebesar USD2,0 miliar. Membaiknya kondisi neraca pembayaran tersebut tercermin pada lebih tingginya surplus baik dari neraca transaksi berjalan maupun neraca modal dan finansial, yang terutama disumbang oleh tingginya arus masuk dalam bentuk foreign portfolio investment (FPI) yang secara keseluruhan mencapai USD4,8 miliar. Sementara itu, perkiraan realisasi surplus transaksi berjalan yang meningkat didasarkan pada asesmen pertumbuhan ekspor nonmigas yang cenderung lebih tinggi dan impor nonmigas yang relatif melambat. % (ratio) 6,0 CA/GDP CA/GDP (new version) 4,0 2,0 0,0-2,0-4,0-3,6 Grafik 2.8 Transaksi Berjalan (% anualised) 5,1 Transaksi Berjalan Neraca transaksi berjalan diperkirakan mencatat surplus sekitar USD 2 miliar, lebih besar dari perkiraan semula sebesar USD0,8 miliar. Peningkatan surplus tersebut terutama berkaitan dengan indikasi melambatnya impor nonmigas sementara ekspor nonmigas masih tumbuh cukup tinggi. Perlambatan impor nonmigas tersebut terkait dengan kecenderungan melambatnya ekspansi perekonomian. Perkembangan impor bulan Januari 2006 yang merosot cukup tajam hingga mencapai 0,9% (y-o-y) memperkuat indikasi bahwa proyeksi pertumbuhan impor nonmigas triwulan I-2006 sebesar 13,7% (y-o-y) menjadi cukup sulit untuk dicapai. Dengan menggunakan angka asumsi nilai impor nonmigas pada bulan Februari dan Maret mencapai USD4,7 miliar sesuai perkiraan semula, maka untuk keseluruhan triwulan I-2006, impor nonmigas hanya dapat tumbuh sebesar 7% (yoy). Di sisi lain, ekspor nonmigas berpotensi tumbuh lebih tinggi dari perkiraan semula. Berdasarkan perkiraan awal tahun, ekspor nonmigas triwulan I-2006 diperkirakan tumbuh 8,1% (y-o-y), namun data ekspor nonmigas bulan Januari 2006 mencatat nilai yang cukup tinggi yakni USD6 miliar atau tumbuh 21,5% (yoy). Dengan menggunakan asumsi nilai ekspor nonmigas pada Februari dan Maret mencapai USD5,6 miliar, maka ekspor nonmigas pada triwulan I-2006 dapat tumbuh sebesar 10,7% (yoy). 1,1 0,4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Berdasarkan sumber peningkatan nilai ekspor nonmigas, faktor kenaikan volume terjadi pada kelompok produk pertanian 8,9%, pertambangan 90,3% dan industri 15,4%, sementara faktor kenaikan harga hanya terjadi pada kelompok produk pertanian (13,7%). Perkembangan indikator harga barang yang dicerminkan dari unit price kelompok barang pada komoditi ekspor nonmigas masih menunjukkan kecenderungan menurun. Demikian pula dengan unit price dua komoditi utama juga cenderung turun khususnya pada ekspor peralatan listrik dan TPT yang mempunyai pangsa nilai sekitar 25% dari ekspor nonmigas. 11
9 (20) (40) (60) Sementara itu, ekspor migas pada triwulan I-2006 diperkirakan masih cukup tinggi seiring dengan harga minyak internasional Pertumbuhan impor nonmigas Pertumbuhan ekspor nonmigas yang bertahan pada level yang tinggi. Ekspor migas diperkirakan akan tumbuh sebesar 39% (y-o-y) yang didorong oleh harga 21,5 0,9 minyak yang berada pada level di atas USD60 per barrel. Ratarata harga Minas per barrel dalam triwulan I-2006 telah mencapai USD62,9 (naik 36,3% yoy) jauh lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar USD46,1. Dengan melonjaknya harga minyak tersebut, penurunan volume ekspor migas masih dapat diimbangi sehingga nilai ekspor migas masih meningkat. Grafik 2.9 Pertumbuhan Ekspor dan Impor nonmigas Menurunnya volume ekspor migas tersebut disamping disebabkan oleh faktor alami penurunan produktivitas sumur minyak, juga terjadinya pengalihan alokasi kilang LPG di Bontang untuk menghasilkan produk LNG. Konsekuensi dari pengalihan tersebut adalah turunnya ekspor LPG tahun 2006 sekitar 700 ribu metric ton atau setara USD412 juta. Dengan perkembangan tersebut, total ekspor migas pada triwulan I-2006 diperkirakan meningkat sebesar 15,1% (yoy). Persen (y-o-y) $/barel Minas Brent Crude Oil WTI 20 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Oct Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Des Jan Feb Mar Sumber: Bloomberg Volume (mbbl) Grafik 2.10 Perkembangan Harga Minyak Dunia Grafik 2.11 Volume Ekspor Minyak rata2 minas 2006 = rata2 brent 2006 = rata2 WTI 2006 = rata2 IMF 2006 = Total Volume (mbbl) Crude Product Neraca Modal Kecenderungan surplus Lalu Lintas Modal (LLM) masih berlanjut ke triwulan I-2006 dan diperkirakan menjadi USD1,2 miliar. Dalam perkiraan realisasinya, surplus LLM dapat lebih tinggi sebagai akibat dari arus masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio. Di samping itu, hasil penerbitan obligasi Pemerintah pada awal Maret 2006 lebih tinggi dari perkiraan semula. Arus masuk modal asing dalam berbagai penempatan investasi portofolio awal tahun 2006 merupakan episode lanjutan sejak akhir tahun 2005 sebagai akibat dari persepsi pasar yang positif atas kebijakan moneter dan fiskal. Kebijakan kenaikan BI Rate ke level 12,75% telah menjadikan penempatan pada SBI semakin menarik. Sentimen positif kenaikan harga BBM yang dipersepsikan pasar akan memberikan ketahanan di sisi fiskal memberikan pengaruh positif pada IHSG hingga mencapai level tertinggi dalam sejarah yaitu mencapai 1330 pada tanggal 20 Maret Sementara itu, di tengah kondisi likuiditas finansial global yang cukup tinggi, imbal hasil penempatan pada SUN masih relatif menarik dibandingkan dengan penempatan surat berharga sejenis di kawasan regional. Sampai dengan akhir Maret, arus masuk bersih modal asing kedalam, SUN, SBI dan saham masing-masing mencapai USD1,6 miliar, USD504 juta dan USD509 juta. Di samping itu, hasil penerbitan obligasi valas oleh Pemerintah yang lebih tinggi dari perkiraan semula merupakan penyebab 12
10 Perkembangan Makroekonomi Terkini lain lebih tingginya surplus neraca modal. Penerbitan obligasi yang pada awalnya diperkirakan USD1,0 miliar, dalam realisasinya menjadi USD2,0 miliar yang dibagi menjadi dua yaitu, obligasi re-opening dari obligasi INDO-35 dengan masa jatuh tempo 12 Oktober 2035 dengan bunga kupon 8,50%, dan obligasi dengan seri INDO-17 dengan bunga kupon 6,875% dan jatuh tempo 9 Maret Nilai nominal penawaran INDO-17 sebesar USD3,9 miliar dolar AS dengan 232 investor sedangkan re-opening INDO-35 sebesar USD3,7 miliar dolar AS dengan 189 investor. Dengan tinggnya penawaran tersebut, menunjukkan minat investor asing pada surat berharga RI cukup antusias, sehingga total penerimaan devisa mencapai USD2,2 miliar atau di atas nilai nominal USD2 miliar. Cadangan Devisa Surplus yang terjadi baik pada neraca transaksi berjalan maupun neraca modal secara keseluruhan telah menyebabkan NPI mengalami surplus sebesar USD5,8 miliar. Dengan perkembangan ini, posisi cadangan devisa pada akhir triwulan I menurun menjadi USD40,1 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut mampu membiayai sekitar 4,5 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. KEBIJAKAN MAKROEKONOMI Di awal tahun 2006 Pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan di bidang industri dan perdagangan, infrastruktur dan iklim investasi. Langkah yang diambil Pemerintah tersebut merupakan kombinasi langkah perbaikan kondisi ekonomi jangka pendek dan jangka panjang yang diharapkan secara bertahap akan dapat menjadi fondasi yang kuat dan dapat mendorong kinerja di sektor mikro sehingga secara agregat akan dapat memperkuat perekonomian nasional. Di bidang industri dan perdagangan, Pemerintah mengeluarkan kebijakan harmonisasi tarif tahap II. Jumlah pos tarif yang diharmonisasi adalah yang berlaku efektif per 1 Februari Tujuan dari dikeluarkannya kebijakan harmonisasi tarif adalah untuk mengurangi distorsi antar komoditas dan industri serta mengurangi insentif penyelundupan. Dengan dikeluarkannya kebijakan ini, maka total pos tarif yang diharmonisasi telah mencapai tarif. Di bidang infrastruktur, Pemerintah mengeluarkan paket kebijakan infrastruktur tahun Paket kebijakan ini akan dijadikan sebagai payung hukum di bidang pengembangan infrastruktur. Jumlah output yang akan dikeluarkan dari paket kebijakan ini sampai dengan akhir tahun 2006 adalah 153 yang mencakup 4 isu kebijakan utama, yaitu kerangka kebijakan, peraturan dan kelembagaan (33 output); Kebijakan sektor (10 sektor, 83 output); Pemerintah daerah (5 output) dan Transaksi Proyek Pembanguan Infrastruktur (32 output). Melalui paket kebijakan tersebut diharapkan dapat menjawab beberapa permasalahan krusial dalam pengembangan infrastruktur. 13
11 Untuk memperbaiki iklim investasi, Pemerintah mengeluarkan Inpres No. 3 tahun Paket ini berisi serangkaian program dan tindakan dengan tujuan memperbaiki iklim investasi yang mencakup aspek-aspek yang selama ini disoroti oleh berbagai pihak menajdi sumber tidak kondusifnya iklim investasi di Indonesia. Aspek-aspek dimaksud adalah bidang umum yang didalamnya termasuk upaya memperkuat kelembagaan pelayan investasi dan sinkronisasi peraturan Daerah dan Pusat; bidang kepabeanan; bidang perpajakan; dan bidang ketenagakerjaan dan bisang usaha kecil, menengah dan koperasi. 14
2. Perkembangan Makroekonomi Terkini
2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB diprakirakan tumbuh
Lebih terperinci1. Tinjauan Umum
1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap
Lebih terperinciINDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER
PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinci2. Perkembangan Makroekonomi Terkini
2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara umum perekonomian Indonesia pada triwulan III-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin membaik disertai dengan stabilitas makroekonomi. Membaiknya pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang
Lebih terperinci2. Perkembangan Makroekonomi Terkini
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis
Lebih terperinciANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007
ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinci2. Perkembangan Makroekonomi Terkini
2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2007 terus berlanjut, ditopang oleh perbaikan permintaan domestik khususnya investasi swasta. Pertumbuhan ekonomi triwulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN
PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan
Lebih terperinci2. Perkembangan Makroekonomi Terkini
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan III 25 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara keseluruhan, kinerja ekonomi Indonesia pada triwulan III-25 tidak sebaik dibandingkan perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan
Lebih terperinciANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III
ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis
Lebih terperinciAsesmen Pertumbuhan Ekonomi
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR
Lebih terperinci4. Outlook Perekonomian
4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciP D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara
Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciRingsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik
B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus
Lebih terperinciPotensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1
Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 28 Perekonomian Indonesia tahun 28 tumbuh 6,6%(yoy), mengalami perlambatan dibandingkan pertumbuhan tahun 27 (6,28%). Dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi didorong
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan
Lebih terperinciLAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001
REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 2004
BAB I KONDISI EKONOMI MAKRO TAHUN 24 Kondisi ekonomi menjelang akhir tahun 24 dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, sejak memasuki tahun 22 stabilitas moneter membaik yang tercermin dari stabil dan
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO
PERKEMBANGAN EKONOMI TERKINI, PROSPEK DAN RISIKO PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK PROSPEK DAN RISIKO KEBIJAKAN BANK INDONESIA 2 2 PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA TERUS MEMBAIK SESUAI PERKIRAAN... OUTLOOK
Lebih terperinciRealisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35
Lebih terperinciUang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar. aruhi. Nov. Okt. Grafik 1. Pertumbuhan PDB, Uang Beredar, Dana dan Kredit KOMPONEN UANG BEREDAR
(M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ember Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 ( dalam arti luas) pada ember mengalami peningkatan. Posisi M2 pada ember tercatat sebesar Rp4.076,3 T, atau tumbuh
Lebih terperinciBAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 2003
BAB II PROSES PEMULIHAN EKONOMI TAHUN 23 Secara ringkas stabilitas moneter dalam tahun 23 tetap terkendali, seperti tercermin dari menguatnya nilai tukar rupiah; menurunnya laju inflasi dan suku bunga;
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran
ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan
Lebih terperinciTINJAUAN KEBIJAKAN MONETER
TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0
Lebih terperinciLaporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014
Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan
Lebih terperinciUMKM & Prospek Ekonomi 2006
UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciT0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan I 2017
Agustus Mei 2013 2017 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I 2017 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin
Lebih terperinci2. Perkembangan Makroekonomi Terkini
Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Secara umum perekonomian Indonesia pada triwulan IV-2006 mengindikasikan perkembangan yang terus membaik. Pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciDAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG
DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional
Lebih terperinciPERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004
Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia
Lebih terperinciPEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN
PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI
Lebih terperinci4. Outlook Perekonomian
4. Outlook Perekonomian 2005-2006 Prospek ekonomi Indonesia tahun 2005-2006 mengalami sedikit revisi ke bawah dibandingkan perkiraan triwulan lalu. Berdasarkan asesmen terkini, pertumbuhan ekonomi tahun
Lebih terperinciBAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,
Lebih terperinciTriwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten
Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002
REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN APRIL 2002 Pada bulan April 2002 pemerintah berhasil menjadwal ulang cicilan pokok dan bunga utang luar negeri pemerintah dalam Paris Club
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH
Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Produksi Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Produksi Sepeda Motor Ekspor Besi Baja Ekspor Kayu Lapis Ekspor Kayu Gergajian Penjualan Minyak Diesel Penjualan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai
Lebih terperinciSURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan
Lebih terperinciBAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009
Perkembangan Asumsi Makro BAB I BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II TAHUN 2009 1.1 Pendahuluan Memasuki tahun 2009, efek lanjutan dari pelemahan ekonomi global semakin dirasakan
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciSURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00
SURVEI KONSUMEN Juli - 2010 Indeks 150.00 125.00 100.00 75.00 optimis pesimis 50.00 25.00 0.00 periode krisis ekonomi global 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 2007 2008 2009 2010 Indeks Keyakinan
Lebih terperinciaruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar
(M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa Desember Uang beredar (M2) Desember tumbuh melambat dibanding ember. Posisi M2 tercatat sebesar Rp4.170,7 T, atau tumbuh 11,8% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
Lebih terperinciKinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara
No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar
Lebih terperinciT0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2017
Agustus Agustus 20132017 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan II 2017 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND
LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito
Lebih terperinciSURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%
Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan
Lebih terperinci4. Outlook Perekonomian
4. Outlook Perekonomian Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada 2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama 2007. Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai
Lebih terperinciAgustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016
Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Triwulan IV 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,
Lebih terperinciAgustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Triwulan IV 2016
Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Triwulan IV 2016 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,
Lebih terperinciPROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA
PROYEKSI MAKROEKONOMI INDONESIA 2009-2013 Biro Riset LMFEUI Gejolak makroekonomi mulai terjadi sejalan dengan fluktuasi harga energi dan komoditas sejak semester kedua 2007. Fluktuasi tersebut disusul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi
BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini pasar modal merupakan instrumen penting dalam perekonomian suatu negara. Pasar modal yang ada di Indonesia merupakan pasar yang sedang
Lebih terperinciSuharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan
Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,
BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti
Lebih terperinciLAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A
LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...
Lebih terperincimeningkat % (yoy) Feb'15
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar aruhi wa ruari Pertumbuhan likuiditas perekonomian M2 (Uang Beredar dalam arti luas) pada ruari meningkat. Pada ruari, posisi M2 tercatat sebesar Rp4.230,7 T,
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012
Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat
Lebih terperinciii Triwulan I 2012
ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DOMESTIK
BAGIAN II PEREKONOMIAN DOMESTIK Bagian II PEREKONOMIAN DOMESTIK Kinerja perekonomian Indonesia tahun 2013 tidak terlepas dari pengaruh perubahan pola siklus yang mewarnai dinamika ekonomi global. Perubahan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii
Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester
Lebih terperinciSURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Lebih terperinciBAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut
Lebih terperinciMEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH
PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh
Lebih terperinciPERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH
Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :
Lebih terperinciEkonomi, Moneter dan Keuangan
Ekonomi, Moneter dan Keuangan T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t e r 0 I. TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER Januari 2014 T i n j a u a n K e b i j a k a n M o n e t er 1 T i n j a u a n K e b i j a k
Lebih terperinciUang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi
Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi wa April Pertumbuhan likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) mengalami akselerasi pada April. Posisi M2 tercatat sebesar Rp5.042,1
Lebih terperinciT0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA. Realisasi Triwulan II 2016
Agustus Agustus 20132016 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan II 2016 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara
Lebih terperinciBANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :
BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62
Lebih terperinciBAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014
BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun
Lebih terperinciRealisasi Triwulan I-2015
Agustus 2013 T0 LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA Realisasi Triwulan I-2015 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara,
Lebih terperinciKajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional
Lebih terperinci