4. Outlook Perekonomian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4. Outlook Perekonomian"

Transkripsi

1 4. Outlook Perekonomian Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada 2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai 6,2 6,8%, dengan dorongan utama kuatnya permintaan domestik di tengah-tengah terjadinya gejolak eksternal. Dari sisi pembiayaan, kecenderungan penurunan suku bunga akan memberi stimulus terhadap meningkatnya konsumsi swasta dan investasi. Sementara itu, keseimbangan eksternal menunjukkan bahwa meskipun perekonomian dunia mengalami perlambatan, ekspor diprakirakan tetap dapat mencatat kinerja yang positif. Ekspansi perekonomian pada 2008 akan semakin mantap dengan ditopang oleh kondisi stabilitas makroekonomi yang terus membaik. Sasaran inflasi tahun 2008 sebesar 5±1% merupakan komitmen yang harus diraih sebagai pondasi stabilitas yang kokoh mengiringi capaian pertumbuhan ekonomi. Berbagai indikator dan pengamatan terkini serta didukung dengan sinergi kebijakan antara Bank Indonesia dan Pemerintah, mengkonfirmasi bahwa secara keseluruhan laju inflasi berada dalam tren jangka panjang yang menurun, sehingga sasaran tersebut diprakirakan dapat tercapai. Namun demikian, berbagai tekanan inflasi yang berpotensi muncul memerlukan upaya yang serius dari berbagai pihak untuk bersama-sama mengantisipasi peningkatan risiko kenaikan harga selama ASUMSI DAN SKENARIO YANG DIGUNAKAN Kondisi Perekonomian Internasional Pada 2008 perekonomian dunia diprakirakan mengalami sedikit perlambatan dibanding 2007, yaitu tumbuh sebesar 4,8% (Tabel 4.1). Perlambatan ekonomi terutama bersumber dari negara maju sebagai dampak krisis perumahan yang masih berlangsung. Namun demikian, perkembangan tersebut diprakirakan dapat diimbangi oleh meningkatnya peranan negara berkembang terutama Cina dan India. Dari sisi perdagangan, perekonomian dunia masih diwarnai oleh cukup tingginya volume perdagangan dunia dan harga komoditas nonmigas. Tingginya harga komoditas berdampak pada meningkatnya tekanan inflasi dunia, sehingga kebijakan moneter global akan cenderung ketat. Dari sisi arus dana, aliran modal ke negara berkembang masih cukup tinggi terutama pada awal tahun Hal ini didorong oleh kebijakan moneter global yang ketat, serta the Fed yang masih akan menurunkan suku bunga pada awal tahun. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) ini, nilai dollar AS diprakirakan cenderung melemah. Dengan berbagai prakiraan tersebut, faktor eksternal secara keseluruhan masih cukup kondusif bagi perekonomian nasional meski tidak sekuat tahun Dengan demikian, kondisi eksternal ini menuntut kesiapan di sisi domestik untuk terus 24

2 Outlook Perekonomian meningkatkan daya saing sehingga kinerja ekspor Indonesia tetap dapat tumbuh tinggi dan aliran modal masuk lebih berkesinambungan (sustainable). World Output 4,8 Tabel 4.1 Proyeksi PDB Dunia Skenario Kebijakan Fiskal Melanjutkan kebijakan di tahun 2007, kebijakan fiskal Perkiraan 2007 Perkiraan secara umum masih diarahkan untuk menjaga Okt-07 4,8 7,5 10,3 Okt-07 5,4 9,2 28,4 Sep-06 4,9 7,6-4,8 Okt-07 5,2 6,6 12,2 Apr-07 4,9 7,4-8,8 Okt-07 4,8 6,7-6,7 keseimbangan antara stimulus fiskal dan kesinambungan fiskal. Defisit ditargetkan sebesar 1,7% dari PDB. Defisit sebesar ini diprakirakan tidak mengganggu kesinambungan fiskal terkait dengan dua tekanan utama pada 2008, yaitu tingginya harga minyak mentah dan rendahnya lifting minyak dalam negeri. Upaya konsolidasi fiskal diprakirakan akan berhasil meningkatkan ketahanan fiskal dalam menghadapi kedua tekanan tersebut sehingga tidak mengganggu stabilitas ekonomi makro. Di samping itu, stimulus fiskal diprakirakan masih akan tinggi. 3,8 5,3 5,5 5,2 5,1 4,4 Peningkatan stimulus fiskal di tingkat daerah seiring dengan tingginya harga minyak mentah diprakirakan dapat mengimbangi penghematan yang dilakukan pada belanja berbagai Kementrian/Lembaga Negara untuk membiayai peningkatan subsidi. - United State 3,1 2,9 2,9 1,9 2,8 1,9 - Euro Area 1,5 2,8 2,0 2,5 2,3 2,1 - Japan 1,9 2,2 2,1 2,0 1,9 1,7 - China 10,4 11,1 10,0 11,5 9,5 10,0 - India 9,0 9,7 7,3 8,9 7,8 8,4 World Trade Volume 7,5 Oil Price - Growth 41,3 20,5 9,1 6,6 6,6 9,5 - Level - $64,27 $75,50 $68,52 $64,75 $75,00 Non Fuel Price 10,3 Consumer Prices - Advanced economies 2,3 2,3 2,3 2,1 2,1 2,0 - Emerging Market 5,2 5,1 5,0 5,9 4,9 5,3 Libor on US Dollar Deposits 3,8 Sumber: WEO, Oktober 2007 PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI Kegiatan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 akan terus meningkat, dan berpotensi mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dari Perekonomian diprakirakan tumbuh sebesar 6,2 6,8% pada Dari keseluruhan kegiatan perekonomian, konsumsi swasta tetap sebagai mesin utama penggerak. Pertumbuhan konsumsi swasta terutama didorong oleh perbaikan daya beli masyarakat yang berasal dari kenaikan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Upah Minimum Provinsi (UMP). Sementara itu, investasi mulai mengambil peranan yang lebih besar. Meningkatnya permintaan domestik dan iklim investasi yang mulai membaik memberikan potensi pada peningkatan investasi di Dari sisi eksternal, ekspor akan tetap menunjukkan pertumbuhan yang tinggi seiring dengan ter-diversifikasi-nya negara tujuan ekspor Indonesia dan pangsa produk ekspor non migas. Prospek Permintaan Agregat Konsumsi rumah tangga pada tahun 2008 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 5,2 6,6% seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat (Tabel 4.2). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang pada 2006 mulai menunjukkan peningkatan diprakirakan terus berlanjut sepanjang tahun Berlanjutnya konsumsi rumah tangga terutama didorong oleh daya beli masyarakat yang semakin meningkat. Peningkatan tersebut sejalan dengan prakiraan inflasi 2008 yang lebih rendah 25

3 dibandingkan Tren penurunan suku bunga di 2007 juga memberikan modal ke depan pada meningkatnya konsumsi swasta dari sisi pembiayaan. Dari sisi pendapatan, konsumsi yang lebih tinggi juga didorong oleh kenaikan gaji PNS sekitar 20% dan peningkatan UMP. Pada 2008, dengan memperhitungkan tingkat inflasi, kenaikan gaji PNS dan UMP ini secara riil diprakirakan positif. Dengan demikian, hal tersebut secara langsung akan mendukung daya beli masyarakat. Gambaran pertumbuhan konsumsi yang positif dikonfirmasi oleh leading indicator konsumsi, yang menunjukkan % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 konsumsi rumah tangga berada pada Tabel 4.2 fase ekspansi sejak 2006 sampai Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan beberapa triwulan ke depan Sementara itu, konsumsi pemerintah Indikator * 2008* I II III IV I II III IV* pada 2008 diprakirakan tumbuh Total Konsumsi 3,8 5,6 2,8 3,5 3,9 4,6 4,6 5,4 6,9 5,4 5,2-6,6 sebesar 9,2 12%, lebih tinggi dari Konsumsi Swasta 2,9 3,0 3,0 3,8 3,2 4,7 4,7 5,3 5,4 5,0 4,7-5,9 pertumbuhan 2007 sebesar 8,2%. Konsumsi Pemerintah 11,5 28,8 1,7 2,2 9,6 3,7 3,8 6,5 16,1 8,2 9,2-12 Total Investasi 1,1 1,1 1,3 8,2 2,9 7,8 7,0 8,8 9,7 8,4 9,8-11,6 Secara nominal, komponen Permintaan Domestik 3,1 4,4 2,4 4,6 3,7 5,4 5,2 6,3 7,6 6,1 6,4-7,9 konsumsi pemerintah pusat Ekspor Barang dan Jasa 11,6 11,3 8,2 6,1 9,2 8,9 9,8 7,8 9,1 8,9 8,7-8,9 Impor Barang dan Jasa 2,8 7,5 10,1 9,7 7,6 8,4 7,3 8,1 9,6 8,4 11,3-12,1 meningkat dari Rp179 triliun pada PDB 5,0 5,0 5,9 6,1 5,5 6,0 6,3 6,5 6,5 6,3 6,2-6, menjadi Rp217,8 triliun pada * Angka Proyeksi Bank Indonesia Dari total konsumsi pemerintah tersebut, belanja pegawai meningkat dari Rp93,6 triliun pada 2007 menjadi Rp128,2 triliun pada Di sisi lain, belanja barang diprakirakan menurun di Dari sisi daerah, komponen konsumsi pemerintah daerah di 2008 meningkat seluruhnya sekitar Rp20 triliun. Pengaruh penerimaan pemerintah yang disalurkan dalam bentuk Dana Bagi Hasil (DBH) juga memberikan kontribusi pada peningkatan konsumsi pemerintah daerah. Hal ini sejalan dengan skenario kebijakan fiskal pemerintah dalam upaya peningkatan stimulus di tingkat daerah. Kondisi perekonomian yang kondusif serta stabilitas makroekonomi yang terkendali pada 2008 diprakirakan dapat menciptakan iklim investasi yang lebih baik. Investasi secara keseluruhan akan tumbuh sebesar 9,8 11,6% pada 2008, lebih tinggi dari tahun 2007 sebesar 8,4%. Dari sisi pelaku, upaya pemerintah dalam memberikan stimulus fiskal dengan meningkatkan belanja modal turut mendorong peningkatan investasi. Perkembangan positif juga ditunjukkan oleh jumlah persetujuan investasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Secara keseluruhan, jumlah investasi yang disetujui pada 2007 meningkat dibanding Investasi yang diminati terutama pada sektor-sektor sekunder seperti industri makanan, kertas dan percetakan, serta kimia dan farmasi. Investasi yang telah disetujui ini diharapkan dapat terealisasi pada Berdasarkan jenis investasi, peningkatan investasi pada 2008 didorong oleh investasi bangunan dan non bangunan. Prospek investasi bangunan sejalan dengan mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur, baik yang dilaksanakan oleh pemerintah 26

4 Outlook Perekonomian maupun pihak swasta. Dari proyek-proyek infrastruktur tersebut, yang nilainya tercatat paling besar adalah proyek jalan tol. Adanya usaha-usaha pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan, terutama proses pembebasan tanah, akan mendorong investasi bangunan untuk tumbuh positif. Sementara itu, pertumbuhan investasi non bangunan sejalan dengan tren meningkatnya pertumbuhan konsumsi khususnya non makanan. Potensi investasi non bangunan yang membaik ini terlihat dari meningkatnya impor barang modal seperti mesin dan transportasi. Dari sisi eksternal, kinerja ekspor diprakirakan tetap tumbuh tinggi pada 2008, yaitu sebesar 8,7 8,9%. Walaupun perekonomian negara maju yang selama ini menjadi pasar utama ekspor Indonesia pada 2008 diprakirakan melambat, pertumbuhan ekspor diprakirakan tetap menjanjikan. Hal ini terutama didorong oleh terdiversifikasinya pasar komoditas ekspor Indonesia ke negara berkembang, terutama Cina dan India. Meningkatnya perekonomian negara Cina dan India secara otomatis meningkatkan permintaan terhadap produk-produk ekspor negara lain seperti Indonesia. Indikasi akan hal ini terlihat dari pangsa ekspor produk Indonesia ke Cina serta India yang dari waktu ke waktu semakin besar. Di lain pihak, pangsa ekspor ke AS semakin menurun. Di samping negara tujuan ekspor, tercatat juga adanya pergesaran pangsa ekspor non migas dari tahun ke tahun. Pangsa ekspor non migas yang dahulu didominasi oleh tekstil dan alat elektronik, perlahan-lahan diimbangi oleh ekspor barang yang berbasis sumber daya alam seperti tembaga, nikel dan minyak kelapa sawit. Barang-barang ini lebih banyak diekspor ke negaranegara berkembang. Selain itu, ekspor mesin dan alat mekanis juga diharapkan tetap tumbuh dengan tetap tingginya pertumbuhan ekonomi Singapura sebagai salah satu negara pengimpor terbesar. Secara keseluruhan, berbagai karakteristik ekspor yang positif ini akan dapat mendukung kinerja ekspor pada Pertumbuhan impor pada 2008 diprakirakan sebesar 11,3 12,1%, meningkat dibanding pertumbuhan 2007 sebesar 8,4%. Kinerja impor yang meningkat merupakan respon untuk memenuhi permintaan dalam negeri yang membaik seiring dengan tercapainya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada Permintaan domestik pada 2008 yang diprakirakan tumbuh dalam kisaran 6,4 7,9% membutuhkan barang input yang sebagian dipenuhi dari impor. Dengan demikian, impor barang dan jasa baik dalam bentuk bahan baku, barang modal, maupun barang konsumsi akan terdorong tumbuh lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri tersebut. Prospek Penawaran Agregat Pertumbuhan ekonomi sisi sektoral tahun 2008 diprakirakan sebesar 6,2 6,8% (Tabel 4.3). Dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2007 sebesar 6,3%, kinerja perekonomian tahun 2008 diprakirakan menjadi lebih baik. Secara umum, kenaikan pertumbuhan ekonomi 2008 dari sisi sektoral didorong oleh perbaikan daya beli masyarakat, kenaikan harga komoditi pertambangan, serta pertumbuhan 27

5 Sektor % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 volume perdagangan dunia yang Tabel 4.3 tetap kondusif walaupun menjadi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran sedikit lebih rendah akibat perlambatan pertumbuhan negara * 2008* I II III IV I II III IV* maju. Berdasarkan kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi masih merupakan yang terbesar. 5,0 5,0 5,9 6,1 5,5 6,0 6,3 6,5 6,5 6,3 6,2-6,8 Industri pengolahan yang merupakan kontributor utama pertumbuhan sektoral diprakirakan tumbuh sebesar 4,9 5,5% pada 2008, Pertanian 6,4 1,5 2,2 1,8 3,0-1,1 4,8 8,9 5,9 4,6 3,7-4,3 Pertambangan & Penggalian 2,7 4,0 1,6 0,7 2,2 6,3 3,1 1,8 2,2 3,3 3,2-3,8 Industri Pengolahan 2,9 3,7 5,9 5,9 4,6 5,3 5,1 4,5 4,7 4,9 4,9-5,5 Listrik, Gas & Air Bersih 5,1 4,4 5,7 8,1 5,9 8,5 10,6 11,7 12,0 10,7 11,7-12,3 Bangunan 7,4 8,7 9,3 10,4 9,0 9,5 7,9 7,5 8,5 8,4 8,7-9,3 Perdagangan, Hotel & Restoran 4,4 5,5 7,5 7,0 6,1 8,0 7,3 6,9 7,3 7,4 7,4-8,0 Pengangkutan & Komunikasi 11,5 13,3 13,6 15,9 13,6 12,1 11,8 12,5 13,2 12,4 12,6-13,2 Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 5,3 4,7 6,8 5,6 7,9 7,9 8,0 8,4 8,0 8,0-8,6 Jasa-jasa 5,8 6,1 6,9 6,0 6,2 6,8 7,0 5,7 6,2 6,4 5,7-6,3 PDB 5,0 * Angka Proyeksi Bank Indonesia meningkat dibanding pertumbuhan 2007 sebesar 4,9%. Peningkatan tersebut disumbang baik oleh subsektor industri pengolahan migas maupun subsektor industri pengolahan nonmigas. Di subsektor industri pengolahan migas, tingginya harga minyak diprakirakan mendorong output subsektor ini. Sementara itu, kenaikan produksi di subsektor industri pengolahan nonmigas didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat, sebagaimana dicerminkan oleh kenaikan konsumsi swasta. Beberapa subsektor utama industri pengolahan diprakirakan tumbuh lebih tinggi akibat perbaikan daya beli dan peningkatan kegiatan investasi. Daya beli masyarakat yang semakin menguat yang berdampak pada peningkatan konsumsi swasta diprakirakan berdampak positif terhadap subsektor industri alat angkutan, mesin, dan peralatannya. Sementara itu, konsumsi swasta yang semakin kuat diperkirakan berdampak positif bagi kinerja subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau. Kebijakan pemerintah tentang penghapusan PPN untuk komoditi primer yang bersifat strategis akan memberi insentif lebih lanjut di sektor ini. Selanjutnya, pembangunan proyek-proyek infrastruktur diperkirakan akan diikuti oleh kenaikan nilai tambah di subsektor industri logam dasar besi dan baja serta subsektor industri semen dan barang galian bukan logam. Kebijakan pemerintah yang menghapuskan bea masuk baja canai panas diperkirakan mendorong perkembangan industri seng dan elektronika. Subsektor industri ini diperkirakan juga memperoleh insentif dari penurunan Pajak Penjualan Barang Mewah Elektronika, diantaranya televisi, kulkas, mesin cuci, mesin penyejuk udara, kulkas, dan kamera digital. Pada tahun 2008, pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran diprakirakan terus meningkat dalam kisaran 7,4 8,0%. Faktor utama yang menggerakkan sektor ini adalah kenaikan konsumsi swasta yang merupakan cerminan dari membaiknya daya beli masyarakat. Sebagai akibatnya, aktivitas di subsektor perdagangan besar dan eceran diprakirakan meningkat cukup tinggi dan masih mendominasi pertumbuhan di sektor ini. Sementara itu, meningkatnya kegiatan ekonomi akan 28

6 Outlook Perekonomian meningkatkan aktivitas bisnis dan perjalanan sehingga akan memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi subsektor hotel dan restoran. Terlebih lagi, adanya program pemerintah Visit Indonesia Year 2008 dimana pemerintah menyelenggarakan sekitar seratus kegiatan akbar berskala internasional yang digelar di 33 provinsi di Indonesia akan turut memberi stimulus terhadap subsektor hotel dan restoran. Sektor pertanian diprakirakan tumbuh tinggi sekitar 3,7 4,3% (yoy) pada tahun Kinerja di sektor ini terutama ditunjang oleh subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor perkebunan. Di subsektor tanaman bahan makanan, output yang tinggi didorong oleh peningkatan produktivitas yang dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Sementara itu, pemerintah, dalam APBN 2008, telah mengalokasikan anggaran subsidi kepada petani berupa pupuk, bunga kredit program, dan benih, disamping juga anggaran untuk penyediaan dan perbaikan infrastruktur pertanian, serta pengendalian hama dan penyakit. Di subsektor perkebunan, produksi subsektor tanaman perkebunan diperkirakan tetap tinggi yang terutama didukung oleh produksi perkebunan kelapa sawit. Hal ini tidak terlepas dari produktivitas kebun yang tinggi serta insentif harga CPO di pasar internasional yang menarik. Sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi seiring dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, sebesar 12,6 13,2% pada Kegiatan ekonomi yang semakin meningkat akan mendorong kenaikan aktivitas angkutan di segala moda. Sementara itu, kinerja subsektor komunikasi masih tetap mengesankan didukung oleh daya beli masyarakat yang meningkat. Permintaan akan komunikasi yang meningkat diikuti oleh kondisi suplai yang semakin membaik seiring dengan investasi yang dilakukan oleh para operator telepon dalam beberapa tahun terakhir. Perbaikan layanan selular yang semakin luas tersebut juga dibarengi oleh biaya percakapan yang semakin terjangkau. Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia memperkirakan akan terjadi penurunan tarif pungut ke pelanggan yang cukup signifikan sekitar 50%. Sektor bangunan diprakirakan tumbuh meningkat pada 2008 mencapai 8,7%- 9,3%. Belanja modal pemerintah yang cukup tinggi dan pembangunan infrastruktur yang melibatkan peran swasta diprakirakan mendorong pertumbuhan sektor bangunan menjadi lebih tinggi lagi. Program Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik, misalnya, akan membangun PLTU Batubara berkapasitas 10 ribu megawatt yang ditargetkan selesai pada tahun Nilai keseluruhan proyek tersebut sekitar USD8,5 miliar dan 70% dari proyek tersebut berlokasi di Pulau Jawa. Berdasarkan siklusnya, tahun merupakan masa puncak konstruksi program tersebut. Sementara itu, pembangunan properti komersial tahun 2008, khususnya di Jakarta, diprakirakan masih meningkat. Pembangunan gedung perkantoran dan pertokoan diprakirakan masih tetap marak seiring dengan meningkatnya kegiatan ekonomi. Kinerja sektor keuangan di 2008 diprakirakan masih tetap kuat, untuk tumbuh sebesar 8,0 8,6%. Kegiatan ekonomi yang lebih tinggi diprakirakan akan 29

7 meningkatkan permintaan akan jasa intermediasi sektor keuangan. Prospek sektor keuangan yang membaik juga terindikasi dari rencana beberapa lembaga keuangan nonbank untuk menerbitkan obligasi pada 2008 dalam rangka ekspansi usaha. Dimulainya kegiatan kampanye Pemilu juga diperkirakan akan meningkatkan pembiayaan produk otomotif, khususnya sepeda motor. Sementara itu, kegiatan pembiayaan kredit terutama untuk peralatan berat diprakirakan akan meningkat karena berlangsungnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah. PRAKIRAAN INFLASI Dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi, pemerintah melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 1/2008 tentang Target Inflasi menetapkan sasaran inflasi sebesar 5±1% untuk tahun 2008, 4,5±1% untuk tahun 2009 dan 4±1% pada Kisaran inflasi pada 3 tahun ke depan merupakan sasaran yang harus dicapai melalui koordinasi yang baik antara pemerintah sebagai otoritas fiskal dan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter. Konsistensi kebijakan makroekonomi dan koordinasi fiskal moneter merupakan prasyarat yang harus tetap ada dalam upaya menjaga stabilitas makroekonomi pada jalur yang tepat dan kuat untuk menopang pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan data dan perkembangan terkini, perkembangan inflasi pada 2008 berada dalam sasarannya sebesar 5±1%. Secara fundamental tekanan inflasi terutama berasal dari imported inflation, sementara tekanan dari ekspektasi dan interaksi permintaan-penawaran cukup minimal. Dari sisi nonfundamental, tekanan inflasi administered prices dan volatile foods diprakirakan akan memberi tekanan minimal terhadap inflasi pada Ekspektasi inflasi masyarakat pada 2008 diprakirakan sedikit meningkat, walaupun masih terkendali. Membaiknya ekspektasi inflasi antara lain didorong oleh kebijakan pemerintah untuk tidak menaikkan harga komoditas administered yang strategis. Selain itu, kecenderungan inflasi yang berada dalam tren menurun turut membentuk ekspektasi bahwa inflasi di masa yang akan datang akan lebih rendah dari saat sekarang. Dari kondisi di pasar modal, membaiknya ekspektasi inflasi antara lain tercermin pada posisi terakhir yield curve Surat Utang Negara (SUN) yang relatif lebih rendah dibanding sebelumnya. Tekanan inflasi dari sisi interaksi permintaan dan penawaran diprakirakan masih minimal. Kemampuan sisi penawaran dalam merespon peningkatan permintaan menyebabkan tekanan inflasi dari sisi permintaan belum signifikan. Kemampuan sisi penawaran dalam merespon peningkatan permintaan terlihat dari tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah dan cenderung menurun ditengah peningkatan produksi. Hal ini terkait dengan meningkatnya proporsi investasi dalam struktur PDB. Tekanan dari sisi eksternal pada 2008 diprakirakan akan tetap terjaga walaupun cenderung meningkat. Hal ini dipicu oleh kondisi harga minyak yang secara umum 30

8 Outlook Perekonomian meningkat dibanding perkembangan pada Kestabilan rupiah, di tengah meningkatnya inflasi mitra dagang, diperkirakan dapat meredam tekanan inflasi dari sisi eksternal. Meningkatnya tekanan inflasi negara mitra dagang antara lain disebabkan oleh meningkatnya harga minyak. Tekanan inflasi administered diprakirakan menurun sepanjang tahun Menurunnya tekanan inflasi administered tidak terlepas dari adanya komitmen pemerintah untuk tidak menaikkan harga barang kelompok administered, terutama yang bersifat strategis seperti Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL). Tekanan inflasi administered diprakirakan hanya akan terjadi untuk komoditaskomoditas yang non strategis seperti tarif PAM dan tarif bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Sementara itu faktor pemicu lainnya, yaitu kelangkaan minyak tanah yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir, diprakirakan tidak akan terjadi. Hal ini sehubungan dengan masih dapat dipenuhinya kebutuhan minyak tanah oleh produksi dalam negeri. Faktor nonfundamental lainnya, yaitu inflasi volatile foods,, diprakirakan cenderung menurun terutama didukung oleh pasokan beras yang terjaga. Terjaganya pasokan beras terkait dengan peningkatan produksi dan fleksibilitas impor beras. Peningkatan produksi padi diharapkan tercapai sebagai hasil upaya pemerintah untuk perbaikan infrastruktur pertanian, seperti irigasi, dan penggunaan bibit hibrida yang dapat meningkatkan produktivitas petani. Ke depan, pengadaan beras melalui impor diprakirakan juga akan lebih efektif terkait dengan diberikannya otoritas yang lebih besar kepada BULOG untuk melakukan pengadaan beras melalui impor. Biaya impor diprakirakan lebih murah, tercermin dari harga beras Thailand yang menjadi referensi harga beras impor pada tahun 2007 cenderung dalam tren yang menurun. Faktor lainnya yang mendukung optimisme berkurangnya tekanan inflasi dari sisi volatile foods adalah kecukupan stok gula nasional. Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) memastikan bahwa stok gula nasional sampai Maret 2008 mengalami kelebihan stok sekitar ton. Sementara itu, untuk mengatasi gangguan distribusi yang antara lain disebabkan oleh gangguan cuaca, pemerintah telah melakukan berbagai upaya, antara lain dengan melakukan distribusi lebih awal untuk bahan kebutuhan pangan yang tahan lama seperti beras, gula, dan minyak goreng. Sementara itu, Pemerintah telah mengeluarkan ketentuan penurunan Bea Masuk impor beras sebagai upaya untuk mengendalikan harga beras. Pemerintah pada tahun 2008 akan menurunkan Bea Masuk (BM) impor beras dari Rp 550 per kilogram (kg) menjadi Rp 450 per kg untuk mendukung program stabilisasi harga beras di pasaran dalam negeri. FAKTOR RISIKO Berdasarkan uraian di atas, perekonomian Indonesia tahun 2008 akan tetap tumbuh tinggi disertai terjaganya stabilitas makroekonomi. Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai 6,2 %-6,8%, dan inflasi tercapai sesuai sasaran 5±1%. 31

9 Namun di balik berbagai kemajuan dan optimisme tersebut, terdapat berbagai risiko yang dapat menimbulkan tidak tercapainya skenario masa depan pada Hal tersebut antara lain disebabkan oleh: Eksternal (i) Perlambatan ekonomi dunia yang lebih dalam, (ii) Kenaikan harga minyak dunia, (iii) Instabilitas pasar keuangan global yang berlangsung lebih lama dapat berpotensi menurunkan aliran masuk modal portofolio ke negara emerging markets termasuk Indonesia, Internal (iv) Lifting minyak dalam negeri yang lebih rendah dari asumsi (v) Implementasi proyek infrastruktur dan perbaikan paket kebijakan investasi di daerah (vi) Potensi terganggunya kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok 32

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian 2007

4. Outlook Perekonomian 2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 4. Outlook Perekonomian 2007 Dengan memperhatikan seluruh kondisi dan dinamika perekonomian tahun 2006 serta kecenderungannya ke depan,kondisi makroekonomi

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Secara umum, proses pemulihan ekonomi terus berlanjut yang disertai dengan stabilitas makroekonomi yang relatif terjaga. Dalam tahun 2007, pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB diprakirakan tumbuh

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 No. 06/02/62/Th. VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2012 DAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan IV-2012 terhadap triwulan III-2012 (Q to Q) secara siklikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik

BAB I PENDAHULUAN. negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang sangat ditakuti oleh semua negara. Inflasi itu sendiri yaitu kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum

Lebih terperinci

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan

Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Perkembangan Terkini, Tantangan, dan Prospek Ekonomi Suharman Tabrani Kepala Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan Disampaikan pada MUSRENBANG RKPD 2017 KOTA BALIKPAPAN OUTLINE 2 Perekonomian Nasional Perekonomian

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian 2005-2006 Prospek ekonomi Indonesia tahun 2005-2006 mengalami sedikit revisi ke bawah dibandingkan perkiraan triwulan lalu. Berdasarkan asesmen terkini, pertumbuhan ekonomi tahun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015

Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro APBNP 2015 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nov Des Asumsi Dasar Ekonomi Makro 2015 Asumsi Dasar Ekonomi Makro Tahun 2015 Indikator a. Pertumbuhan ekonomi (%, yoy) 5,7 4,7 *) b. Inflasi (%, yoy) 5,0 3,35

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN JANUARI 2002 Posisi uang primer pada akhir Januari 2002 menurun menjadi Rp 116,5 triliun atau 8,8% lebih rendah dibandingkan akhir bulan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th. X, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2012 (c-to-c) mencapai 7,19 persen Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian 2006

4. Outlook Perekonomian 2006 Outlook Perekonomian 2006 4. Outlook Perekonomian 2006 Prospek perekonomian Indonesia pada tahun 2006 diperkirakan semakin baik. Pembaikan ini didukung oleh perkiraan kondisi perekonomian global yang lebih

Lebih terperinci

Laporan Perekonomian Indonesia

Laporan Perekonomian Indonesia 1 Key Messages Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat Ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi spillover dan gejolak pasar keuangan global. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan relatif

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011 No. 43/08/63/Th XV, 05 Agustus 20 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-20 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-20 tumbuh sebesar 5,74 persen jika dibandingkan triwulan I-20 (q to q)

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 08/02/Th.XVII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN IV TAHUN Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan IV- secara triwulanan (q-to-q) mencapaai

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2008 Nomor. 01/ A/B.AN/VI/2007 Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal 2008 Sesuai dengan ketentuan UU Nomor 17 Tahun 2003, Pemerintah Pusat diwajibkan untuk menyampaikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan I-9 Secara tahunan (yoy) perekonomian Indonesia triwulan I-9 tumbuh 4,37%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,18%). Sementara secara triwulanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 No. 06/08/62/Th. V, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II-2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah triwulan I-II 2011 (cum to cum) sebesar 6,22%. Pertumbuhan tertinggi pada

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian 2006

4. Outlook Perekonomian 2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2006 4. Outlook Perekonomian 2006 Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2006 diperkirakan bergerak kearah bawah dari proyeksi 5,0-5,7%. Perkiraan ini didorong oleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013

Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Prospek Perekonomian Indonesia Tahun 2013 Jumat, 18 Januari 2013 Perekonomian Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang cukup baik di tengah situasi perekonomian global yang masih dibayang-bayangi

Lebih terperinci

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik.

Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012 diprakirakan sebagian besar disumbang oleh permintaan domestik. Jakarta, 11/11/2012 (Kominfonewscenter) Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan IV 2012 dan keseluruhan tahun 2012 diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,1%-6,5%. Sumber pertumbuhan ekonomi tahun 2012

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 58/08/35/Th. XII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. dan Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Ekonomi Jawa Timur Triwulan II - 2014 (y-on-y)

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang yang menggunakan sistem perekonomian terbuka. Sistem perekonomian terbuka sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Simulasi Model Pertumbuhan kegiatan kepariwisataan di Indonesia yang dikaitkan dengan adanya liberalisasi perdagangan, dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan model

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI

PROYEKSI EKONOMI MAKRO : Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI PROYEKSI EKONOMI MAKRO 2011-2015: Masukan bagi Pengelola BUMN Biro Riset LMFEUI Indonesia memiliki sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam berbagai bidang usaha. Kendati, tidak seperti

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian 2006

4. Outlook Perekonomian 2006 Outlook Perekonomian 2006 4. Outlook Perekonomian 2006 Peluang perekonomian Indonesia untuk mencatat pertumbuhan yang lebih tinggi pada tahun 2006 tetap terbuka, meskipun dihadapkan pada tantangan yang

Lebih terperinci

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax:

MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Tel: /Fax: KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA MEDIA BRIEFING Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Tel: 021-23528446/Fax: 021-23528456 www.depdag.go.id Prospek Ekspor

Lebih terperinci

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci