BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :"

Transkripsi

1

2 BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : (sirkulasi) Fax. : BKM_TOD@bi.go.id Website :

3 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter Triwulan II-2009 Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Januari, April, Juli, dan Oktober. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Dewan Gubernur Boediono Miranda S. Goeltom Hartadi A. Sarwono Siti Ch. Fadjrijah Gubernur Deputi Gubernur Senior Deputi Gubernur Deputi Gubernur S. Budi Rochadi Deputi Gubernur Muliaman D. Hadad Ardhayadi Mitroatmodjo Budi Mulya Deputi Gubernur Deputi Gubernur Deputi Gubernur

4 ii LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia

5 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Langkah-langkah Penguatan Kebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga (Inflation Targeting Frameworks) Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah-langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Prinsip Dasar Sasaran Inflasi Strategi Kebijakan Moneter Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respon kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan. Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respon kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang. Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK untuk tahun 2008, 2009, dan 2010 masing-masing sebesar 5%+1%, 4,5%+1%, dan 4%+1%. Sasaran inflasi dimaksud sejalan dengan proses penurunan inflasi secara bertahap (gradual disinflation) mengarah pada sasaran inflasi jangka menengah-panjang yang kompetitif dengan negara lain sekitar 3%. Instrumen dan Operasi Moneter BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu. Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities). Proses Perumusan Kebijakan Transparansi BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG Bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan. Kebijakan moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada press dan pelaku pasar, website, maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respon kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia. Koordinasi dengan Pemerintah Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkkan. iii

6 iv LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia

7 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Gubernur Bank Indonesia Kata Pengantar Triwulan II-2009 diwarnai oleh munculnya tanda-tanda perbaikan ekonomi dunia. Ekspektasi pemulihan ekonomi yang terjadi telah mendorong sentimen positif di pasar keuangan global. Kendati demikian, membaiknya prospek perekonomian tersebut diperkirakan belum mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi global, yang terutama disumbang oleh negara maju. Laju perekonomian domestik diprakirakan melambat, meski tidak sedalam proyeksi semula. Di sisi eksternal, kinerja Neraca Pembayaran Indonesia lebih baik dibandingkan perkiraan sebelumnya, ditopang oleh prospek perekonomian global yang membaik, harga komoditas yang meningkat serta pasar keuangan global yang menunjukkan tanda-tanda kestabilan. Pertumbuhan ekonomi selama triwulan II-2009 diprakirakan berada dalam kisaran 3,7%-4,0%, lebih rendah dibandingkan triwulan I-2009 (4,4%), namun lebih tinggi dari prakiraan semula (3,3%). Pertumbuhan ekonomi domestik yang melemah, terutama disebabkan oleh kontraksi kegiatan ekspor dan perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, kinerja ekspor menurun signifikan akibat lemahnya ekspansi ekonomi dunia, termasuk di negara mitra dagang utama. Pengeluaran konsumsi masyarakat melemah dan daya beli belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Namun, perlambatan yang lebih dalam pada konsumsi swasta ini dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden serta adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Neraca Pembayaran Indonesia triwulan II-2009 diprakirakan mencatat surplus sebesar USD 0,4 miliar. Transaksi berjalan mencatat surplus terkait meningkatnya harga komoditas di pasar global dan permintaan dari emerging markets, khususnya Cina dan India. Sementara, transaksi di neraca modal dan finansial mencatat defisit. Pembalikan arus dana yang sempat dialami pasar keuangan domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan investasi portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Cadangan devisa mencapai USD57,6 miliar setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Kondisi sektor keuangan domestik membaik seiring dengan perkembangan global dan indikator makro domestik yang kondusif. Selama triwulan II-2009, rupiah cenderung menguat, indeks saham meningkat, yield SUN menurun didukung oleh terjaganya kondisi fundamental domestik. Pada akhir triwulan, indikator-indikator tersebut sempat mengalami koreksi akibat pengaruh perkembangan global yang belum stabil. v

8 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Likuiditas di sektor perbankan cenderung longgar, seperti tercermin pada meningkatnya simpanan perbankan dalam instrumen moneter, naiknya volume transaksi PUAB dan suku bunga PUAB yang menurun. Respon penurunan suku bunga perbankan masih terbatas pada suku bunga simpanan. Adapun, suku bunga kredit turun lebih lambat dengan ekspansi kredit yang masih terbatas. Penurunan laju inflasi terus berlanjut. Terjaganya pasokan pangan serta penguatan nilai tukar mendukung penurunan tekanan inflasi. Inflasi triwulan II-2009 tercatat sebesar -0,15% (qtq), jauh lebih rendah dibanding pola historisnya. Secara kumulatif, inflasi IHK tercatat amat rendah, mencapai 0,21% (ytd) atau 3,65% (yoy). Perekonomian Indonesia selama 2009 berpotensi tumbuh lebih tinggi dari prakiraan semula. PDB 2009 diprakirakan tumbuh mencapai batas atas kisaran 3,5%-4,0%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya (3,3%). Sementara itu, inflasi pada 2009 diproyeksikan lebih rendah dari prakiraan sebelumnya bahkan berpotensi di bawah 5%, seiring dengan membaiknya ekspektasi inflasi dan terjaganya pasokan dan distribusi bahan makanan. Bank Indonesia akan senantiasa mengarahkan kebijakan moneter yang kondusif bagi permintaan domestik dengan tetap berkomitmen untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka menengah-panjang. Di bidang perbankan, Bank Indonesia akan terus mendorong konsolidasi dan intermediasi perbankan serta memperkuat daya tahan perbankan di tengah gejolak global. Demikian gambaran singkat materi laporan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia selama triwulan II Jakarta, 3 Juli 2009 Pjs. GUBERNUR BANK INDONESIA Miranda S. Goeltom vi

9 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Daftar Isi Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Daftar Isi 1. Tinjauan Umum Perkembangan Makroekonomi Terkini... 5 Perkembangan Ekonomi Dunia... 5 Pertumbuhan Ekonomi... 6 Neraca Pembayaran Indonesia Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan II Nilai Tukar Rupiah Inflasi Kebijakan Moneter Perekonomian Indonesia ke Depan Asumsi dan Skenario yang Digunakan Prospek Pertumbuhan Ekonomi Prakiraan Inflasi Faktor Risiko Respon Kebijakan Moneter Triwulan II Tabel Statistik vii

10 LAPORAN KEBIJAKAN MONETER Bank Indonesia Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Daftar Isi viii

11 Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perkembangan perekonomian global mengindikasikan proses pemulihan yang semakin menguat, walaupun masih terdapat sejumlah risiko. Di negara maju, berbagai indikator pemulihan ekonomi makro telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik. Paket stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah dan program stabilisasi sektor keuangan telah berhasil mendorong penguatan keyakinan masyarakat sehingga mampu mendorong konsumsi. Di samping itu, kondisi pasar kredit yang mulai membaik turut menopang kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat. Kendati demikian, masih tingginya angka pengangguran menjadi faktor risiko yang membayangi proses pemulihan ekonomi di kelompok negara tersebut. Di sisi lain, pemulihan ekonomi negara emerging markets, khususnya China, India dan Korea, semakin menunjukkan penguatan. Dengan dukungan stimulus fiskal dalam bentuk infrastruktur dan tingginya pertumbuhan kredit, kegiatan investasi di China yang telah berlangsung sejak awal tahun terus berlanjut. Geliat permintaan domestik di beberapa negara Asia tersebut pada gilirannya mendorong peningkatan kinerja perekonomian negara lainnya di kawasan. Namun demikian, membaiknya perekonomian di beberapa negara emerging markets diperkirakan belum mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi negara maju. Dengan berbagai perkembangan tersebut, kontraksi ekonomi global diperkirakan masih berlanjut, meski dengan laju yang semakin melambat. Ekspektasi pemulihan ekonomi dunia mendorong perkembangan positif di pasar keuangan global. Sepanjang triwulan II-2009 kinerja sektor keuangan global terus membaik. Bursa saham di negara maju mencatat peningkatan indeks harga yang didorong oleh faktor sentimen positif terkait dengan membaiknya permodalan bank pasca stress test, optimisme terhadap upaya stabilisasi sektor keuangan dan kondisi perekonomian, serta laporan keuangan beberapa lembaga keuangan dunia yang mencatat kinerja positif. Kondisi sektor perbankan juga menunjukkan perbaikan, sebagaimana tercermin dari pelonggaran standar pemberian kredit. Perkembangan pasar keuangan di negara maju tersebut pada gilirannya berimbas pada pasar keuangan di kawasan. Kendati demikian, menjelang akhir periode perkembangan di pasar keuangan menunjukkan pembalikan arah yang dipicu oleh sentimen negatif terkait dengan masih tingginya angka pengangguran di Amerika Serikat dan Eropa. Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia. Dampak penguatan permintaan negara mitra dagang, terutama China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan tembaga. Meski terus membaik, belum pulihnya perekonomian global menyebabkan kinerja ekspor yang masih mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi swasta dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres), serta adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan yang masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah, kegiatan investasi masih terbatas. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama triwulan II-2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%.

12 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Di sisi harga, tren penurunan inflasi diprakirakan masih berlanjut. Pada Juni 2009, harga barang konsumen mencatat inflasi sebesar 0,11% (m-t-m), jauh lebih rendah dibandingkan dengan pola historisnya maupun proyeksi sebelumnya. Kenaikan harga beberapa komoditas pangan di pasar internasional masih dapat dikompensasi oleh apresiasi rupiah sehingga kenaikan harga barang domestik masih terkendali. Selain penguatan rupiah, lemahnya permintaan domestik, serta membaiknya ekspektasi inflasi sejalan dengan meningkatnya akselerasi disinflasi menyebabkan laju inflasi kelompok inti menunjukkan penurunan. Terjaganya pasokan pangan juga menjadi faktor yang mendukung rendahnya inflasi selama triwulan II Dengan perkembangan tersebut, secara kumulatif (ytd) inflasi IHK baru mencapai 0,21% atau 3,65%(yoy). Kenaikan harga komoditas dan membaiknya permintaan negara emerging markets juga menyebabkan kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) lebih baik dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya. Perbaikan kinerja NPI ditopang oleh surplus pada transaksi berjalan yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya. Kenaikan harga komoditas di pasar global, terutama untuk komoditas tambang dan crude palm oil, serta meningkatnya permintaan dari negara emerging markets, khususnya China dan India, mendukung peningkatan ekspor non migas. Di sisi neraca neraca modal dan finansial (TMF), investasi dalam bentuk portofolio masih mencatat surplus. Membaiknya kondisi pasar keuangan global, serta terjaganya persepsi positif terhadap ekonomi domestik mendorong aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio. Kendati demikian, pembalikan arus dana yang sempat mewarnai pasar finansial domestik sejak pertengahan Juni 2009 menyebabkan investasi portofolio selama triwulan II-2009 tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Penanaman dana dalam bentuk investasi langsung juga diperkirakan meningkat sejalan dengan meningkatnya kegiatan eksplorasi perusahaan migas. Lebih lanjut, terjaganya kepercayaan terhadap prospek perekonomian domestik dan membaiknya keketatan di pasar keuangan global mendukung penarikan utang luar negeri swasta yang lebih tinggi dari perkiraan. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa sampai dengan akhir Juni 2009 mencapai 57,58 miliar dolar AS atau setara dengan 5,6 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah. Membaiknya NPI dan sentimen positif di pasar global mendorong apresiasi nilai tukar. Dibandingkan dengan negara di kawasan, rupiah mengalami penguatan tertinggi setelah Won Korea. Secara rata-rata, selama triwulan II-2009 rupiah terapresiasi 9,99%. Penguatan nilai tukar tersebut ditopang oleh meningkatnya pasokan valas sejalan dengan aliran masuk modal asing. Optimisme akan pemulihan ekonomi global yang disertai dengan terjaganya kondisi fundamental domestik sebagaimana tercermin pada neraca pembayaran yang surplus dan imbal hasil rupiah yang tetap menarik, telah menumbuhkan risk appetite terhadap aset di pasar keuangan emerging markets, termasuk Indonesia. Namun demikian, adanya sentimen negatif pada perekonomian global berdampak pada sedikit melemahnya nilai tukar diakhir triwulan II-2009 dibandingkan dengan awal Juni Di sektor keuangan, perkembangan global dan indikator makro domestik yang kondusif memberikan dampak positif di sektor keuangan domestik. Di pasar saham, secara umum perkembangan bursa efek selama triwulan II-2009 ditandai oleh peningkatan indeks harga, meski di akhir periode terjadi pembalikan arus modal asing yang sempat

13 Tinjauan Umum mengakibatkan turunnya indeks harga. Fundamental domestik yang membaik serta kenaikan harga komoditas global telah mendorong maraknya pembelian saham baik oleh investor asing maupun domestik. Di pasar obligasi, yield SUN mencatat penurunan sejalan dengan menurunnya suku bunga kebijakan moneter dan meningkatnya minat investasi penanam modal asing. Kendati demikian, untuk tenor jangka panjang (di atas 15 tahun) yield SUN masih cenderung tinggi, terkait dengan masih tingginya persepsi risiko. Di sektor perbankan, kondisi perbankan nasional relatif stabil, namun respons perbankan terhadap kebijakan pelonggaran moneter masih terbatas. Secara mikro, kondisi perbankan nasional tetap stabil, yang diindikasikan oleh masih terjaganya rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) per Mei 2009 yang cukup tinggi mencapai level 17,3%. Sementara itu rasio gross Non Performing Loan (NPL) tetap terkendali di bawah 5% dengan rasio net di bawah 2%. Likuiditas Perbankan, termasuk likuiditas dalam pasar uang antar bank makin membaik dan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat. Namun demikian, respons suku bunga perbankan masih terbatas. Penurunan BI Rate sebesar 250 bps sejak Desember 2008 hingga Juni 2009 baru direspons dengan penurunan suku bunga dasar kredit (base lending rate) hingga Mei 2009 sekitar 45 bps. Terkait dengan hal tersebut, penyaluran kredit perbankan sampai dengan bulan Mei 2009 masih mencatat kontraksi sebesar 1,1% (ytd). Kendati demikian, likuiditas perekonomian masih cukup longgar. Meski pertumbuhan besaran moneter (uang kartal dan M1) masih sangat rendah, perhitungan berdasarkan faktor fundamentalnya menunjukkan perkembangan besaran moneter masih sesuai dengan kebutuhan perekonomian. Dengan penurunan suku bunga kredit yang lebih lambat dan ekspansi kredit yang masih sangat terbatas, terdapat indikasi dunia usaha semakin intensif mencari alternatif pembiayaan selain perbankan, antara lain melalui penerbitan obligasi. Ke depan, prospek ekonomi berpotensi tumbuh lebih baik dari perkiraan semula. Proyeksi perekonomian dalam jangka pendek akan sangat dipengaruhi oleh perkembangan global. Kinerja ekspor keseluruhan tahun yang diperkirakan masih mengalami kontraksi diprakirakan dapat dikompensasi oleh peningkatan konsumsi masyarakat yang ditopang oleh penyelenggaraan Pemilu. Mencermati dampak dari penyelenggaran pemilihan calon legislatif selama triwulan I-2009 yang lebih besar dari perkiraan sebelumnya, penyelenggaraan pemilihan presiden 2009 diprakirakan dapat memberi sumbangan yang signifikan pada kegiatan konsumsi masyarakat. Di tengah kondisi daya beli yang belum menunjukkan perbaikan signifikan, konsumsi swasta selama tahun 2009 diprakirakan dapat tumbuh relatif tinggi sebagai imbas dari penyelenggaraan Pemilu. Dengan latar belakang kondisi tersebut, perekonomian selama keseluruhan tahun 2009 berpotensi tumbuh lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya. Secara keseluruhan tahun, PDB diprakirakan dapat tumbuh sebesar 3,5-4,0% dengan kecenderungan menuju batas atas kisaran tersebut. Neraca Pembayaran Indonesia diperkirakan mencatat surplus untuk keseluruhan tahun Hal tersebut ditopang oleh kondisi perekonomian global yang membaik, harga komoditas yang meningkat, serta stabilisasi pasar keuangan global yang berlanjut. Kegiatan ekspor diprakirakan membaik, seiring dengan penguatan ekonomi global sejak triwulan III secara lebih merata di berbagai kawasan, serta berlanjutnya kenaikan harga komoditas

14 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 dunia. Di sisi neraca transaksi modal finansial, arus masuk modal asing, baik dalam bentuk portofolio maupun investasi langsung, diprakirakan berlanjut sejalan dengan optimisme pemulihan ekonomi dunia yang disertai dengan semakin kondusifnya pasar finansial global. Selain itu, arus masuk modal di sektor publik diprakirakan turut menopang kinerja neraca Transaksi Modal dan Finansial. Dengan mempertimbangkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Juli 2009 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps, dari 7,0% menjadi 6,75%. Keputusan tersebut diharapkan dapat mendukung upaya menjaga optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Ke depan, kebijakan moneter diarahkan untuk menjaga keseimbangan antara mendorong perekonomian domestik di tengah masih lesunya perekonomian global dan menjaga stabilitas makroekonomi dalam jangka menengah dengan mempertimbangkan kenaikan tekanan inflasi di tahun Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut, kebijakan moneter ke depan akan dilakukan secara lebih berhati-hati mengingat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter semakin terbatas.

15 Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh melambat menjadi sekitar 3,7-4,0% (yoy). Di sisi permintaan, seluruh komponen PDB diperkirakan masih berada dalam tren melambat. Walaupun perbaikan ekonomi global mendukung kinerja ekspor Indonesia dalam triwulan II-2009, perekonomian global yang masih kontraksi menyebabkan ekspor masih mengalami kontraksi yang cukup signifikan dalam Triwulan II Namun demikian, laju perlambatan ekonomi tertahan oleh pengeluaran konsumsi swasta terkait dengan Pemilu Pilpres putaran pertama. Sementara itu, pertumbuhan investasi diperkirakan menurun sejalan dengan melemahnya permintaan dan belum membaiknya sentimen bisnis pengusaha. Di sisi penawaran, sebagian sektor-sektor perekonomian pada triwulan II-2009 juga diperkirakan tumbuh melambat seiring dengan melemahnya permintaan eksternal maupun domestik. Meskipun demikian, beberapa sektor ekonomi diperkirakan tumbuh membaik seiring dengan meningkatnya permintaan untuk kegiatan Pemilu Presiden yakni sektor pengangkutan dan telekomunikasi, sektor jasa dan sektor industri pengolahan khususnya subsektor industri makanan dan minuman, subsektor industri kertas dan barang cetakan, serta subsektor industri tekstil. Grafik 2.1 Grafik Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga AS PERKEMBANGAN EKONOMI DUNIA Prospek pemulihan ekonomi global semakin membaik. Kondisi tersebut sejalan dengan proses stabilisasi di pasar keuangan, dukungan stimulus fiskal yang cukup besar, suku bunga rendah, serta mulai pulihnya keyakinan konsumen dan bisnis. Berbagai respons pelonggaran moneter dan stimulus fiskal yang ditempuh di hampir semua negara memicu optimisme pelaku pasar terhadap prospek ekonomi global. Fase pemulihan ekonomi dunia tercermin dari tren penurunan indikator makro ekonomi yang makin melambat dan bahkan banyak yang diyakini sudah mencapai titik terendah. Secara keseluruhan, perekonomian dunia pada triwulan II-2009 diperkirakan masih mengalami kontraksi, Kontraksi ekonomi tersebut diperkirakan lebih terbatas dibandingkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan I Perbaikan ekonomi dunia lebih didorong oleh pertumbuhan kelompok ekonomi negara berkembang, sementara kelompok negara maju masih berada pada titik terendahnya. Perekonomian AS pada triwulan II-2009 diperkirakan masih akan menurun. Penurunan tersebut disebabkan oleh merosotnya aktivitas ekonomi, dipicu terutama oleh turunnya investasi swasta, khususnya non-residensial, dan turunnya ekspor seiring dengan anjloknya permintaan dunia. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga AS masih tumbuh positif. Hal tersebut terutama didorong oleh berbagai kebijakan bantuan tunai dari pemerintah AS. Pendapatan rumah tangga

16 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Grafik 2.2 Grafik Capacity Utilization dan Industrial Production AS AS di bulan April menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan lalu didorong social benefit yang diberikan oleh Pemerintah AS (Grafik 2.1). Namun demikian, kekhawatiran atas ketatnya pasar tenaga kerja dan ketidakpastian ke depan mendorong rumah tangga mengurangi konsumsi dan beralih meningkatkan tabungan seperti tercermin melonjaknya savings rate yang mencapai level tertinggi dalam 14 tahun. Membaiknya indikator konsumsi mulai direspons dengan membaiknya kegiatan ekonomi di sektor manufaktur sebagaimana tercermin dari menurunnya inventory to sales ratio, membaiknya indeks pembelian kalangan pabrikan (PMI), dan melambatnya kontraksi industrial production (Grafik 2.2). Kondisi sektor keuangan global terus mengalami perbaikan. Kondisi keketatan likuditas terus mereda didorong aliran likuiditas dan kebijakan quantitative easing oleh beberapa bank sentral. Injeksi likuiditas yang dilakukan bank sentral seperti the Fed, BOE, BOJ, dan ECB mampu meredakan ketegangan pasar kredit seperti tercermin dari menurunnya spread Libor dengan Overnight Index Swap (OIS) ke level sebelum Lehman Brothers bangkrut. Perbaikan di sektor keuangan juga ditunjukkan oleh hasil stress test yang dilakukan the Fed yang menyimpulkan bahwa perbankan AS relatif tahan terhadap gejolak keuangan, tercermin dari kewajiban pemenuhan permodalan yang ternyata tidak sebesar yang diperkirakan semula. Bahkan dalam perkembangannya, beberapa perbankan berencana untuk mengembalikan dana TARP (Troubled Asset Relief Programme) kepada Pemerintah lebih cepat dan mampu memenuhi kecukupan modal yang disyaratkan tanpa menimbulkan gejolak di pasar keuangan. Indikasi perbaikan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2009 terjadi juga di Asia. Perbaikan ekonomi China telah mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia. Perbaikan ekonomi China tersebut tercermin dari solidnya pertumbuhan fixed asset investment dan tingginya penyaluran kredit perbankan, ditambah lagi dengan paket mega stimulus fiskal sebesar 4 triliun yuan (586 miliar dolas AS). Inflasi dunia masih dalam tren menurun akibat melambatnya kegiatan ekonomi dan masih cukup rendahnya harga komoditas dibandingkan tahun Beberapa negara seperti AS, Jepang, China dan India bahkan mengalami deflasi pada bulan Mei Namun demikian, membaiknya prospek ekonomi ke depan dibarengi oleh kenaikan harga minyak internasional yang berpotensi meningkatkan inflasi di masa datang. Kondisi tersebut menyebabkan bank sentral negara-negara di dunia lebih berhati-hati dalam melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Dengan demikian perkembangan ekonomi global yang membaik ini perlu terus dicermati, mengingat berbagai faktor risiko yang menyertainya. PERTUMBUHAN EKONOMI Permintaan Agregat Di perekonomian domestik, membaiknya perekonomian global berkontribusi positip pada kinerja ekspor. Namun, sejalan masih berlangsungnya kontraksi perekonomian global,

17 Perkembangan Makroekonomi Terkini Grafik 2.3 Indikator Penuntun PDB ekspor masih tumbuh negatif meski tertahan oleh indikasi membaiknya permintaan dari negara berkembang. Sejalan dengan berkurangnya intensitas kegiatan ekonomi, pertumbuhan impor juga diprakirakan masih negatif (Tabel 2.1). Dari sisi domestik, perlambatan ekonomi domestik sedikit tertahan dengan adanya pengeluaran konsumsi menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden putaran pertama. Sementara itu, investasi juga diprakirakan akan terus menurun seiring dengan melemahnya kegiatan ekonomi. PDB pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh pada kisaran 3,7% - 4,0% (yoy). Perlambatan tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan indikator penuntun PDB yang mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi berada pada fase perlambatan paling tidak sampai dengan 5 bulan ke depan (Grafik 2.3). Konsumsi masyarakat pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh melambat. Perlambatan tersebut sejalan dengan pergerakan indikator penuntun konsumsi swasta yang mengindikasikan siklus perlambatan pertumbuhan akan berlangsung setidaknya hingga dua triwulan ke depan (Grafik 2.4). Seiring dengan masih terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), tekanan terhadap daya beli masyarakat diperkirakan masih berlanjut. Namun demikian, penghasilan yang bersumber dari musim panen pada akhir triwulan I-2009 dan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) ke-13, serta pengeluaran menjelang Pemilu Pilpres diprakirakan berpotensi menahan perlambatan konsumsi masyarakat yang lebih dalam. Tertahannya laju perlambatan konsumsi masyarakat pada triwulan II-2009 juga didukung oleh perkembangan indikator dini yang sebagian besar menunjukkan peningkatan pada April Berdasarkan perkembangan tersebut, konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh melambat pada kisaran 3,8% - 4,5% (yoy). Beberapa indikator dini pada April 2009 mengindikasikan adanya perbaikan pada konsumsi masyarakat pada triwulan laporan jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada sisi pembiayaan, indikator M1 riil dan kredit konsumsi riil menunjukkan dukungan pembiayaan konsumsi masyarakat relatif stabil. Kemampuan daya beli masyarakat % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Permintaan Indikator II III IV I II III IV I II* Total Konsumsi 4,6 5,3 5,0 4,9 5,5 5,5 6,3 6,4 5,9 7,2 4,9-5,6 Konsumsi Swasta 4,7 5,1 5,5 5,0 5,7 5,5 5,3 4,8 5,3 5,8 3,8-4,5 Konsumsi Pemerintah 3,8 6,5 2,0 3,9 3,6 5,3 14,1 16,4 10,4 19,2 12,9-13,5 Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 7,6 9,7 12,4 9,4 13,7 12,0 12,2 9,1 11,7 3,5 1,9-2,4 Ekspor Barang dan Jasa 10,4 7,4 7,9 8,5 13,6 12,4 10,6 1,8 9,5-19,1 (-17,4) - (-16,5) Impor Barang dan Jasa 6,5 7,0 13,9 9,0 18,0 16,1 11,0-3,5 10,0-24,1 (-21,3 - (-19,9) PDB,6 6,6 5,8 6,3 6,2 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 3,7-4,0 * Angka Proyeksi Bank Indonesia

18 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Grafik 2.4 Indikator Penuntun Konsumsi Swasta Grafik 2.5 Indeks Keyakinan Konsumen Survei Konsumen BI Grafik 2.6 Indikator Penuntun Investasi menengah atas menunjukkan peningkatan. Hal tersebut ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai transaksi belanja dengan menggunakan kartu debit/atm dan kartu kredit hingga pertengahan triwulan II-2009 yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan selama Januari-Maret Selain itu, pertumbuhan konsumsi masyarakat terutama durable goods juga memberikan indikasi positif sebagaimana ditunjukkan oleh pertumbuhan penjualan produk elektronik serta kendaraan terutama sepeda motor. Namun demikian, pertumbuhan impor barang konsumsi mengalami penurunan yang tajam. Di sisi lain, keyakinan konsumen cenderung menguat didukung oleh ekspektasi perbaikan penghasilan dan membaiknya ketersediaan lapangan kerja. Indikasi Keyakinan Konsumen Bank Indonesia (IKK BI, Grafik 2.5) menunjukkan adanya perbaikan terutama karena membaiknya persepsi konsumen terhadap kondisi saat ini yang relatif stabil menjelang Pemilu Pilpres dan kondisi 6 bulan mendatang karena peningkatan ekspektasi kondisi tingkat penghasilan yang terutama didorong oleh realisasi pemberian gaji ke-13 untuk PNS pada akhir triwulan laporan. Sementara itu, indeks riil penjualan eceran bergerak meningkat terutama pada kelompok makanan dan tembakau sejalan dengan perkembangan harga yang mengalami penurunan. Tertahannya perlambatan konsumsi yang lebih dalam juga dikonfirmasi oleh beberapa indikator daya beli di berbagai daerah. Kredit konsumsi menunjukkan arah perkembangan yang relatif stabil di seluruh wilayah disertai dengan membaiknya optimisme masyarakat yang ditandai oleh kenaikan IKK di seluruh wilayah. Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan perkembangan yang positif, terutama di Jabalnustra. Pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan mengalami penurunan terkait masih lemahnya permintaan eksternal dan kepercayaan dunia bisnis. Pergerakan indikator penuntun investasi sampai dengan triwulan II-2009 mengindikasikan pertumbuhan investasi masih berada pada siklus perlambatan minimal sampai dengan empat bulan ke depan (Grafik 2.6). Perlambatan investasi tersebut terutama disebabkan penurunan investasi non-bangunan terkait dengan masih rendahnya daya serap eksternal dan belum membaiknya risiko ketidakpastian global. Tertundanya penyaluran stimulus fiskal dan realisasi proyek infrastruktur juga mendorong lemahnya tendensi bisnis pelaku usaha meskipun kondisi dalam negeri menjelang Pemilu Pilpres relatif stabil. Di samping itu, langkah percepatan pembangunan infrastruktur dengan mendirikan dua lembaga yaitu Lembaga Pembiayaan Infrastruktur (Infrastructure Fund) dan Lembaga Penjaminan Infrastruktur (Guarantee Fund) diperkirakan belum berdampak pada 8

19 Perkembangan Makroekonomi Terkini triwulan II Berdasarkan perkembangan tersebut, investasi pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh sebesar 1,9% - 2,2% (yoy), melambat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jika dilihat dari distribusinya, pangsa pertumbuhan investasi pada triwulan II-2009 diperkirakan masih ditopang oleh investasi bangunan (Grafik 2.7). Grafik 2.7 Pertumbuhan Investasi Bangunan & Nonbangunan Perlambatan pertumbuhan investasi juga dikonfirmasi oleh perkembangan berbagai indikator dini. Pertumbuhan investasi nonbangunan cenderung melambat sejalan dengan penurunan permintaan mesin dan perlengkapan luar negeri serta melemahnya impor barang modal (Grafik 2.8). Di sisi lain, investasi bangunan diprakirakan tumbuh melambat akibat rendahnya realisasi pembangunan infrastruktur serta proyek properti pada kuartal II Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan konsumsi semen yang berangsur menurun sejak awal triwulan II-2009 hingga pada bulan Mei 2009, terutama terjadi di Pulau Jawa dan Sumatera. Dukungan pembiayaan investasi berupa kredit investasi riil hingga awal triwulan II-2009 juga mengindikasikan penurunan. Sementara itu, perkembangan tendensi bisnis pengusaha juga mengindikasikan perlambatan kegiatan investasi (Grafik 2.9). Hasil survei BPS memperkirakan masih lemahnya minat pengusaha terutama diperkirakan karena penurunan kegiatan usaha pada sektor industri pengolahan. Indikasi tersebut juga didukung oleh hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang memperkirakan nilai rencana investasi serta jumlah pelaku usaha yang akan berinvestasi pada semester I-2009 diperkirakan menurun jika dibandingkan dengan semester sebelumnya. Grafik 2.8 Pertumbuhan Impor Barang Modal Grafik 2.9 Sentimen Bisnis BPS Perlambatan pertumbuhan ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan akan tertahan sejalan dengan membaiknya kinerja negara mitra dagang utama, seperti India dan China, serta harga komoditas internasional. Kinerja ekspor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih lemah yang dipicu oleh penurunan permintaan terutama pada pasar tradisionalnya. Namun demikian, pelemahan tersebut diindikasikan tertahan oleh membaiknya permintaan negara emerging markets yang memiliki pangsa sebesar 26%, terutama pada komoditas CPO dan batubara. Di samping itu, berangsur menguatnya harga komoditas pertambangan dan pertanian yang dibarengi dengan indikasi membaiknya pergerakan Consumer Confidence negara tujuan ekspor utama diperkirakan juga akan menopang perbaikan permintaan eksternal. Berdasarkan perkembangan tersebut, ekspor pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh sebesar (-17,4)% - (-16,5)% (yoy). Menurut sektor dan golongan komoditas (HS 2 dijit), permintaan ekspor pada bulan April 2009 masih didominasi oleh komoditas berbasis sumber daya alam seperti CPO, karet dan barang dari karet (Grafik 2.10). 9

20 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 Grafik 2.10 Pertumbuhan Ekspor Menurut Sektor Grafik 2.11 Indikator Penuntun Impor Penurunan permintaan domestik dan eksternal diperkirakan mendorong pelemahan kinerja impor pada triwulan II Pertumbuhan impor pada triwulan II-2009 diperkirakan masih berada pada siklus kontraksi sebagaimana ditunjukkan oleh pergerakan indikator penuntun impor (Grafik 2.11). Hal tersebut searah dengan perlambatan impor bahan baku dan barang modal akibat melambatnya kegiatan perekonomian terutama pada sektor industri pengolahan. Selain itu, melambatnya pertumbuhan bea masuk impor dan melemahnya pertumbuhan impor komoditas bahan baku seperti besi dan baja juga mengindikasikan perlambatan pertumbuhan impor pada triwulan II Dengan perkembangan tersebut, kinerja impor pada triwulan II-2009 diprakirakan masih negatif sekitar (-21,3)% - (-19,9)% (yoy). Bila dilihat dari distribusinya, pangsa terbesar impor masih disumbang oleh impor bahan bahan baku dan barang modal yang tumbuh melambat. Pada bulan April 2009, pangsa pertumbuhan nilai impor berdasarkan golongan komoditas HS 2 dijit masih bertopang pada komoditas impor kelompok bahan baku dan barang modal yang mendukung kegiatan produksi, seperti mesin/pesawat mekanik serta besi dan baja. Operasi Keuangan Pemerintah Selama April-Mei 2009, APBN mencatat surplus anggaran sebesar Rp5,8 triliun (0,1% dari PDB), hampir sama dengan kondisi periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar Rp3,6 triliun (0,1% dari PDB). Dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, operasi keuangan Pemerintah pada triwulan II-2009 diperkirakan akan mengalami penurunan baik di sisi penerimaan maupun belanja. Penurunan penerimaan pada periode Januari-Mei 2009 tersebut berdampak pada lebih rendahnya surplus anggaran dibandingkan dengan periode yang sama tahun Jika dibandingkan dengan targetnya selama tahun 2009, realisasi pendapatan negara dan hibah lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu akibat kinerja sektor perpajakan yang melambat. Sebaliknya, penyerapan belanja negara pada periode laporan mengalami peningkatan baik dari Belanja Pemerintah Pusat maupun Transfer ke Daerah. Pencapaian penerimaan perpajakan di triwulan II-2009 mengalami penurunan sebagai imbas dari melambatnya perekonomian dan dikeluarkannya beberapa stimulus perpajakan di tahun Namun, penurunan tersebut sedikit terbantu dengan adanya peningkatan PPh nonmigas pada bulan April terkait pembayaran PPh Badan. Penurunan terutama terjadi pada penerimaan PPN dan Pajak Ekspor seiring dengan menyusutnya perdagangan internasional dan dihapuskannya pajak ekspor CPO sejak November Di sisi nonpajak, penerimaan SDA Migas mengalami peningkatan signifikan di bulan Mei seiring dengan kembali meningkatnya harga minyak internasional 1. Sektor 1 Di bulan Mei 2009, rata-rata harga minas mencapai US$59,7/barel, meningkat pesat dibandingkan rata-rata harga minas selama periode Januari-April 2009 sebesar US$45,2/barel. 10

21 Perkembangan Makroekonomi Terkini pajak yang utama seperti PPh nonmigas terus mengalami perlambatan pertumbuhan yang selain akibat perlambatan perekonomian juga terkait dengan pemberian stimulus seperti pengurangan tarif Pajak Penghasilan dan kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak yang mulai berlaku tahun ini. Sementara itu, perlambatan perekonomian dunia terlihat jelas dampaknya pada penerimaan PPN yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar -6,5% (yoy) selama lima bulan pertama tahun 2009 terutama akibat menurunnya aktivitas impor. Kinerja belanja negara mengalami peningkatan. Aktivitas belanja negara selama triwulan II-2009 ditandai dengan pembayaran subsidi BBM dan listrik dalam jumlah yang cukup signifikan pada bulan Mei lalu. Pemerintah juga melaksanakan pembayaran rapel gaji PNS, TNI/Polri dan pensiunan pada bulan April dan pembayaran gaji ke-13 yang dijadwalkan pada Juni Secara keseluruhan tahun, kinerja belanja negara mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya dikarenakan realisasi belanja Pemerintah Pusat dan transfer ke daerah yang lebih tinggi. Lebih tinggi realisasi belanja Pemerintah Pusat bersumber dari peningkatan belanja barang dan belanja lain. Dari pembayaran transfer, porsi pengeluaran Pemerintah dalam rangka subsidi dibandingkan dengan targetnya mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode Januari-Mei Namun secara nominal, biaya subsidi lebih rendah seiring dengan turunnya harga minyak internasional. Dengan kondisi tersebut, realisasi Belanja Pemerintah Pusat selama tahun 2009 mencapai 25,3% dari APBNP, lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 21,8% dari APBNP. Transfer ke Daerah juga meningkat terlepas dari menurunnya Dana Bagi Hasil (DBH) seiring dengan penurunan harga minyak di pasar internasional. Meningkatnya Belanja Daerah dikarenakan faktor teknis dimana terdapat rapel pembayaran Dana Alokasi Umum (DAU) untuk Januari dan Februari yang dilakukan di bulan Januari. Dengan perkembangan tersebut, realisasi Transfer ke Daerah telah mencapai 37,5% dari APBNP, lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 33,0% dari APBNP. Penawaran Agregat Sektor-sektor perekonomian pada triwulan II-2009 diprakirakan tumbuh melambat sejalan dengan perkembangan sisi permintaan (Tabel 2.2). Hal tersebut terkait dengan masih tingginya ketidakpastian perekonomian global sehingga membuat pelaku usaha melakukan penundaan investasi dan ekspansi usaha. Hal tersebut ditunjukkan oleh hasil survei pelaku bisnis yang menunjukkan penurunan pada triwulan II Survei Tendensi Bisnis BPS menunjukkan bawa ekspektasi pelaku bisnis hingga triwulan II-2009 mengalami penurunan. Seluruh variabel pembentuk indeks tendensi bisnis BPS seperti penggunaan kapasitas produksi, pendapatan usaha, serta jumlah jam kerja menunjukkan penurunan. Indikasi melambatnya pertumbuhan sisi penawaran juga dikonfirmasi oleh jumlah Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang masih mengalami peningkatan. Namun demikian, penyelenggaraan Pemilu Presiden diperkirakan dapat berdampak positif terhadap kinerja beberapa sektor pada triwulan II Jika melihat pola historis tahun 2004, Pemilu Presiden dapat mendorong pertumbuhan beberapa sektor terutama subsektor jasa perusahaan. Hal 11

22 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 % Y-o-Y, Tahun Dasar 2000 Tabel 2.2 Pertumbuhan Ekonomi - Sisi Penawaran Sektor II III IV I II III IV* I II* Pertanian 5,6 7,7 2,0 3,4 6,3 4,8 3,4 4,7 4,8 4,8 4,0-4,3 Pertambangan dan Penggalian 3,2 1,0-2,0 2,0-1,7-0,5 2,1 2,1 0,5 2,2 1,7-1,9 Industri Pengolahan 5,1 4,5 3,8 4,7 4,3 4,2 4,3 1,8 3,7 1,6 1,3-1,6 Listrik, Gas, dan Air Bersih 10,2 11,3 11,6 10,3 12,3 11,8 10,4 9,3 10,9 11,4 11,0-11,4 Bangunan 7,7 8,3 9,9 8,6 8,0 8,1 7,6 5,7 7,3 6,3 5,7-6,1 Restoran, Hotel, dan Perdagangan 7,8 8,0 8,6 8,4 6,9 8,1 8,4 5,6 7,2 0,6 0,3-0,6 Pengangkutan dan Komunikasi 13,7 14,8 14,5 14,0 18,3 17,3 15,5 15,8 16,7 16,7 14,7-15,9 Keuangan, Persewaan, dan Jasa 7,6 7,6 8,6 8,0 8,3 8,7 8,6 7,4 8,2 6,3 4,6-4,6 Jasa-Jasa 7,0 5,2 7,2 6,6 5,9 6,7 7,2 6,0 6,4 6,8 5,8-6,1 PDB,6 6,6 5,8 6,3 6,2 6,4 6,4 5,2 6,1 4,4 3,7-4,0 * Angka Proyeksi Bank Indonesia tersebut terkait dengan belanja iklan pada saat Pemilu Presiden yang cenderung meningkat dibandingkan pada Pemilu Legislatif lalu. Sementara itu, sektor lainnya seperti sektor komunikasi dan industri terutama subsektor makanan, tekstil dan barang cetakan masih akan tumbuh namun lebih rendah jika dibandingkan dengan Pemilu Legislatif yang lalu. Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan II-2009 diprakirakan masih berada dalam tren yang melambat, yaitu tumbuh pada kisaran 1,3% - 1,6% (yoy). Perlambatan tersebut terutama terkait dengan belum membaiknya permintaan terutama permintaan ekspor. Selain berdampak pada pemanfaatan kapasitas yang tersedia, lemahnya permintaan juga mendorong pengusaha untuk menunda kegiatan investasi yang tercermin dari rendahnya tingkat penyerapan dana stimulus fiskal berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDtP). Meskipun demikian, pelaksanaan Pemilu Presiden diperkirakan dapat sedikit menahan laju perlambatan sektor industri terutama untuk subsektor industri tekstil, subsektor makanan, minuman, dan tembakau, serta subsektor kertas dan barang cetakan. Jika dilihat dari strukturnya, distribusi terbesar sektor industri pengolahan masih berasal dari subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya, subsektor makanan, minuman dan tembakau serta subsektor kimia dan barang dari karet. Sementara itu, subsektor makanan, minuman dan tembakau, subsektor kimia dan barang dari karet, serta subsektor kertas dan barang cetakan merupakan kontributor utama sektor industri pengolahan. Melambatnya kinerja sektor industri pengolahan tercermin dari tren penurunan indeks dan kapasitas produksi yang dihasilkan oleh Survei Produksi BI. Jika dilihat lebih rinci, penurunan yang cukup signifikan terlihat pada subsektor alat angkutan, mesin dan peralatannya, serta subsektor logam dasar. Namun demikian, beberapa subsektor yang terkait dengan Pemilu seperti subsektor makanan dan minuman, subsektor tekstil, serta subsektor kertas dan barang cetakan masih menunjukkan peningkatan. Indikator melambatnya sektor industri juga dikonfirmasi oleh perkembangan beberapa indikator dini lainnya. Sampai dengan pertengahan triwulan II-2009, produksi mobil dan sepeda motor masih tumbuh dalam tren yang melambat. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh konsumsi listrik sektor industri yang masih berada dalam tren yang melambat sampai dengan awal triwulan II Sementara itu, subsektor semen mulai menunjukkan sedikit perbaikan yang 12

23 Perkembangan Makroekonomi Terkini diindikasikan oleh meningkatnya konsumsi semen pada pertengahan triwulan II Namun demikian, pertumbuhan konsumsi semen ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi pembiayaan, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor industri sampai dengan awal triwulan II-2009 menunjukkan perlambatan dan berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun Sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) diprakirakan akan tumbuh melambat pada triwulan II-2009 pada kisaran 0,3% - 0,6% (yoy). Perlambatan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan karena melemahnya daya beli masyarakat akibat turunnya penghasilan dan masih meningkatnya jumlah PHK, serta menurunnya kinerja impor. Namun demikian, adanya penyelenggaraan Pemilu Presiden diperkirakan dapat menahan laju perlambatan yang lebih dalam terutama untuk beberapa kelompok komoditas seperti makanan dan tembakau, serta pakaian dan perlengkapannya. Indikator dini sektor PHR seperti Indeks Penjualan Eceran (SPE-BI) mulai menunjukkan adanya perlambatan pada pertengahan triwulan II Jika dilihat lebih rinci, hampir seluruh kelompok komoditas menunjukkan tren perlambatan terutama untuk barang tahan lama. Hal yang sama juga terlihat pada indikator kinerja subsektor hotel yaitu rata-rata tingkat hunian hotel di Jakarta dan Bali yang juga mengindikasikan perlambatan sampai dengan awal triwulan II Dari sisi pembiayaan, kredit perbankan yang telah disalurkan pada sektor perdagangan sampai dengan awal triwulan II-2009 juga melambat dan tumbuh di bawah rata-rata pertumbuhan tahun Pada triwulan II-2009, sektor pertanian diprakirakan akan tumbuh melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Melambatnya pertumbuhan sektor pertanian dikarenakan telah berlalunya musim panen raya. Berdasarkan angka ramalan I BPS, produksi padi dan luas panen akan menurun pada sub-round kedua (Mei Agustus) seiring dengan berlalunya musim panen. Sementara itu, jika dilihat dari strukturnya, pangsa terbesar sektor pertanian berasal dari subsektor tanaman bahan makanan. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh kinerja subsektor perkebunan, kecuali perkebunan kelapa sawit. Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit perbankan ke sektor pertanian sampai dengan pertengahan triwulan II-2009 tumbuh relatif stabil namun masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun Sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan akan tumbuh melambat pada kisaran 1,7% - 1,9% (yoy) pada triwulan II Melambatnya pertumbuhan tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya permintaan ekspor komoditas pertambangan seperti ditunjukkan oleh perkembangan ekspor bijih, kerak dan abu logam, nikel, serta aluminium. Namun demikian, mulai membaiknya harga beberapa komoditas ekspor diperkirakan dapat sedikit menahan laju perlambatan sektor pertambangan. Sementara itu, sampai dengan awal triwulan II-2009 kredit yang disalurkan ke sektor pertambangan juga mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2009 diprakirakan akan tumbuh stabil di kisaran 14,7% - 15,9% (yoy), yang diindikasikan oleh tren peningkatan jumlah pelanggan seluler. Stabilnya pertumbuhan tersebut tercermin dari 13

24 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan II-2009 kinerja perusahaan sektor komunikasi seperti Telkom yang masih menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh meningkatnya lalu-lintas percakapan dan pemakaian pulsa menjelang Pemilu Legislatif, dimana diperkirakan akan terjadi juga pada Pemilu Presiden mendatang. Sementara itu, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh relatif stabil sampai dengan awal triwulan II-2009, namun tetap masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan tahun Sektor bangunan diprakirakan masih tumbuh stabil pada triwulan II Hal tersebut diindikasikan oleh beberapa indikator seperti perkembangan pembangunan properti komersial pada Survei Properti Komersial BI yang tumbuh relatif stabil sampai dengan triwulan II Hal yang sama juga dicerminkan oleh perkembangan konsumsi semen yang sampai dengan pertengahan triwulan II-2009 mulai menunjukkan indikasi peningkatan, walaupun masih berada di bawah tingkat pertumbuhan tahun Di sisi pembiayaan, kredit yang disalurkan perbankan ke sektor bangunan sampai dengan awal triwulan II-2009 masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan kredit tahun Sementara itu, mulai turunnya tingkat suku bunga perbankan terutama Kredit Pemilikan Rumah (KPR) diperkirakan dapat berdampak positif terhadap pertumbuhan sektor properti. NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (NPI) Evaluasi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan II-2009 menunjukkan adanya prospek perbaikan kinerja eksternal Indonesia, khususnya di sisi transaksi berjalan. Ditopang dengan membaiknya prospek ekonomi global, permintaan akan komoditas ekspor Indonesia semakin meningkat. Tertahannya penurunan harga komoditas juga positif dalam menopang perbaikan neraca perdagangan Indonesia. Kinerja impor diprakirakan terkoreksi lebih tajam dibandingkan dengan ekspor sehingga mampu memperbaiki kinerja transaksi berjalan (TB) pada triwulan II Di sisi transaksi modal dan finansial (TMF), relatif terjaganya stabilitas pasar finansial global serta minat asing untuk berinvestasi, cukup positif dalam menopang arus masuk dana asing dalam bentuk investasi portofolio. Aktivitas investasi asing langsung juga tampak semakin positif sejalan dengan meningkatnya harga komoditas serta prospek ekonomi domestik yang tetap positif. Peran sektor publik dalam menarik dana asing tetap dominan diantaranya melalui instrumen SBI, SUN, serta penerbitan SUKUK valas pada triwulan II Sementara di sektor swasta, tekanan transaksi Utang Luar Negeri (ULN) sedikit meningkat akibat pembayaran utang korporasi yang lebih besar. Berdasarkan perkembangan tersebut, NPI triwulan II-2009 diprakirakan mencatat surplus. Transaksi Berjalan Evaluasi terhadap neraca transaksi berjalan menunjukkan adanya perbaikan kinerja eksternal Indonesia yang terlihat dari meningkatnya surplus neraca perdagangan sejalan dengan membaiknya ekspor. Positifnya kinerja ekspor tersebut didukung oleh meningkatnya permintaan komoditas berbasis SDA oleh beberapa negara, terutama China dan negara Asia non-jepang lainnya. Hal tersebut diprakirakan mampu mengkompensasi sebagian perlambatan permintaan global yang terutama bersumber dari AS dan Eropa. Tren penurunan harga komoditas yang terhenti juga cukup kondusif dalam membantu 14

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818189 +62 21 3818206 (sirkulasi)

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran 1 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Tim Penulis Laporan Triwulanan, Bank Indonesia I.1

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2007 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprakirakan terus berlanjut pada triwulan IV-2007. PDB triwulan IV-2007 diprakirakan

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163

Lebih terperinci

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini

2. Perkembangan Makroekonomi Terkini 2. Perkembangan Makroekonomi Terkini Penguatan pertumbuhan ekonomi diprakirakan berlanjut pada triwulan II-2007. Setelah mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan I-2007, PDB diprakirakan tumbuh

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan masih akan terus berlangsung pada 2008, melanjutkan perkembangan yang membaik selama 2007. Pertumbuhan ekonomi 2008 diprakirakan mencapai

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 261 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan Moneter Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010

Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter Januari 2010 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016

Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Policy Brief Outlook Penurunan BI Rate & Ekspektasi Dunia Usaha No. 01/01/2016 Overview Beberapa waktu lalu Bank Indonesia (BI) dalam RDG 13-14 Januari 2016 telah memutuskan untuk memangkas suku bunga

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur

Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan. Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur 1 Perkembangan Terkini Perekonomian Global dan Nasional serta Tantangan, dan Prospek Ekonomi ke Depan Kantor Perwakilan BI Provinsi Kalimantan Timur ALUR PIKIR 2 PEREKONOMIAN GLOBAL PEREKONOMIAN DOMESTIK

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN

PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN, DAN KEMISKINAN PERKEMBANGAN EKONOMI, KETENAGAKERJAAN DAN KEMISKINAN Kinerja perekonomian Indonesia masih terus menunjukkan tren peningkatan dalam beberapa triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Divisi Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Grup Kebijakan Moneter Departemen

Lebih terperinci

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia

Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta Indonesia Jl.MH. Thamrin No.2 Jakarta 10110 - Indonesia http://www.bi.go.id BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat

Lebih terperinci

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website :

BANK INDONESIA. Telepon : (sirkulasi) Fax. : Website : BANK INDONESIA Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Tim Outlook Jangka Pendek dan Diseminasi Kebijakan Biro Kebijakan Moneter Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter Telepon : +62 61 3818163 +62

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik BAB I PENDAHULUAN 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan moneter di Indonesia telah mengalami berbagai perubahan seiring dengan perkembangan ekonomi, baik perkembangan ekonomi domestik maupun global.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2003, Bank Indonesia Sampai dengan triwulan III-2003, kondisi perekonomian Indonesia masih mengindikasikan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014

LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 LAPORAN EKONOMI MAKRO KUARTAL III-2014 Proses perbaikan ekonomi negara maju terhambat tingkat inflasi yang rendah. Kinerja ekonomi Indonesia melambat antara lain karena perlambatan ekspor dan kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN I-2003 Tim Penulis Laporan triwulan I-2003, Bank Indonesia Kondisi moneter selama triwulan I-2003 tetap stabil dan terkendali meskipun belum

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2003 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN IV 2003 Tim Penulis Laporan Triwulanan IV 2003, Bank Indonesia Sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Secara umum perekonomian Indonesia 2005 menghadapi tantangan yang cukup berat. Kondisi perekonomian global yang kurang menguntungkan, terutama meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro tahun 2005 sampai dengan bulan Juli 2006 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi membaik dari

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2004 1 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN II 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan II 2004, Bank Indonesia Selama

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001

LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 REPUBLIK INDONESIA LAPORAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN TRIWULAN I/2001 DAN PROYEKSI PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2001 Dalam tahun 2000 pemulihan ekonomi terus berlangsung. Namun memasuki tahun

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009

Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2009 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Februari, Maret, Mei, Juni,

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

UMKM & Prospek Ekonomi 2006

UMKM & Prospek Ekonomi 2006 UMKM & Prospek Ekonomi 2006 Oleh : B.S. Kusmuljono Ketua Komite Nasional Pemberdayaan Keuangan Mikro Indonesia (Komnas PKMI) Komisaris BRI Disampaikan pada : Dialog Ekonomi 2005 & Prospek Ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN:

ANALISIS TRIWULANAN: ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 149 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2014 Tim Penulis

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% yoy pada kuartal ketiga 2016, lebih tinggi dari 2015 sebesar 4,74% yoyatau lebih rendah dari 2016 sebesar 5,18% yoy. PDB kuartal

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat

Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Ringkasan eksekutif: Tekanan meningkat Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia masih tetap kuat tetapi tekanan semakin meningkat Indikator ekonomi global telah sedikit membaik, harga komoditas telah mulai meningkat

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter November 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Isi DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum... 1.2 Realisasi Semester I Tahun 2013... 1.2.1 Realisasi Asumsi Dasar Ekonomi Makro Semester

Lebih terperinci

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN

BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN BUKU LAPORAN PEREKONOMIAN INDONESIA 2010 ISSN 0522-2572 Laporan Perekonomian Indonesia 2010 i Visi Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks 94 BAB V Simpulan dan Saran 5.1 Simpulan Dari penelitian yang telah dilakukan, dan telah dijelaskan pula di bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga,

Lebih terperinci

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012

Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter September 2012 Tinjauan Kebijakan Moneter (TKM) dipublikasikan secara bulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada setiap bulan Januari, Februari, Maret,

Lebih terperinci

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan

Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan Ringkasan Laporan Nusantara Februari 2014 *) Perkembangan Terkini, Prospek, dan Tantangan Ke Depan PERKEMBANGAN TERKINI EKONOMI DAERAH Setelah mengalami perlambatan pada beberapa triwulan sebelumnya, realisasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci