PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN"

Transkripsi

1 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA (Materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika Oleh: Kusuma Wardhani NIM S PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2012 to user

2 PERSETUJUAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA (Materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012) TESIS Oleh Kusuma Wardhani S Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal Pembimbing Pembimbing I Prof. Dr. H.Widha Sunarno, M.Pd. 14 Juli 2012 NIP Pembimbing II Dra. Suparmi, M.A., Ph.D Juli 2012 NIP Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal 16 Juli 2012 Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana UNS, Dr. M. commit Masykuri, to user M.Si. NIP ii

3 PENGESAHAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA (Materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012) Disusun oleh: Kusuma Wardhani S Telah disahkan oleh Tim Penguji Pada tanggal Jabatatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua : Dr. M. Masykuri, M.Si NIP Sekretaris : Dr. Sarwanto, M.Si NIP Anggota : 1. Prof.Dr.H.Widha Sunarno, M.Pd NIP Dra. Suparmi, M.A., Ph.D NIP Direktur Program Pascasarjana, Mengetahui Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S NIP Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP iii

4 iv

5 PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa : 1. Tesis yang berjudul : PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010). 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPS UNS sebagai isntitusinya. Apabila dalam waktu sekurangkurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Siains PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, 31 Juli 2012 Mahasiswa, Kusuma Wardhani S iv

6 KATA PENGANTAR Dengan memanjat kan puji syukur kehadirat Allah SWT, tesis dengan judul Pembelajaran Fisika dengan Model Problem Based Learning Menggunakan Multimedia dan Modul Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kemampuan Verbal Siswa ini dapat selesai. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika Program Pascasarjana UNS. Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan, saran, motivasi, serta doanya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. selaku Direktur Program Pascasarjana yang telah memberikan beragam fasilitas dan kemudahan dalam menempuh pendidikan di Program Pendidikan Sains. 2. Bapak Dr. M. Masykuri, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains yang telah memberikan ijin dan bimbingan dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Bapak Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan dorongan dan bimbingan dalam penulisan tesis ini. 4. Ibu Dra. Suparmi, MA, Ph.D. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan. 5. Ibu dan Bapak Dosen Pengampu Program studi Pendidikan Sains Pascasarjana yang dengan kebesaran hati dan senantiasa membagi ilmu dan memberikan bimbingan dengan sabar. v

7 6. Keluarga tercinta, Ibu Hj. Suparsih Sarbini HS, Suami Drs. H. Literzet Sobri, M.Pd, dan anak-anak : Miftahul Jannah Alif Nurzeni, Naufal Afif Deni Zenika, dan Faisal Atif Fawzeni yang senantiasa mendoakan, memberi dorongan, semangat, dan kasih sayang. 7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas sebelas Maret Surakarta angkatan Pebruari 2011 dan semua pihak yang telah memberi bantuan dan semangat selama kuliah di Pascasarajana UNS dan dapat menyelesaikannya tepat waktu. Semoga semua bantuan tersebut terhitung sebagai amal sholeh Ibu dan Bapak semua, jazakumullahukhoironkatsiro, amien! Surakarta, Juli 2012 Penulis KusumaWardhani vi

8 MOTTO Pergunakanlah lima macam, sebelum datang lima macam lagi. Pergunakanlah hidupmu sebelum datang matimu, sehatmu sebelum datang sakitmu, waktu senggangmu sebelum datang kesibukanmu, masa mudamu sebelum datang masa tuamu, dan kayamu sebelum datang miskinmu. ( Sabda Rasulullah saw dalam HR Baihaqi) vii

9 PERSEMBAHAN Karya tulis berupa tesis ini saya persembahkan kepada : Ayah, almarhum Bapak Dr. H. Sarbini Harjo Sumarto yang semasa hidupnya telah memberi dorongan dan semangat untuk melanjuktan kuliah S2, Ibu tersayang yang selalu mengasuh, membimbing dan memberi doa restu. Serta suami dan anak-anak tercinta yang selalu memberi semangat dan kasing sayang. viii

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR MOTTO... PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN..... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR ABSTRAK ABSTRACT i ii iii iv v vii viii ix xiii xv xix xxi xxii BAB I. PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian. 13 D. Manfaat Penelitian Manfaat Praktis Manfaat Teoritis ix

11 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.. 16 A. Kajian Teori Belajar dan Pembelajaran Pembelajaran Fisika Teori Belajar Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Media Pembelajaran Multimedia Modul Kemampuan Berpikir Abstrak Kemampuan Verbal Prestasi Belajar Materi Pembelajaran Fisika.. 46 B. Kerangka Berpikir. 70 C. Hipotesis.. 76 BAB III. METODE PENELITIAN.. 78 A. Tempat dan Waktu Penelitian.. 87 B. Jenis Penelitian. 79 C. Populasi dan Sampel Populasi Sampel.. 80 D. Variabel Penelitian dan Definisi commit Operasional... to user Variabel Penelitian x

12 2. Definisi Operasional.. 82 E. Teknik Pengumpulan Data. 83 F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data Instrumen Pelaksanaan Penelitian Instrumen Pengambilan Data Penelitian G. Uji Coba Instrumen Derajat Kesukaran Daya Pembeda Uji Validitas Uji Reliabilitas H. Teknik Analisis Data Uji Prasyarat Analisis Data Uji Hipotesis BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 96 A. Deskripsi Data Deskripsi Data Prestasi Belajar kognitif Siswa Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa. 108 B. Uji Persyaratan Analisis Uji Normalitas Uji Homogenitas C. Hasil Penelitian Uji Anava Uji Lanjut Anava 128 xi

13 D. Pembahasan Hasil Analisis Hipotesis pertama Hipotesis kedua Hipotesis ketiga Hipotesis keempat Hipotesis kelima Hipotesis keenam Hipotesis ketujuh E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian 146 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. 148 A. Kesimpulan B. Implikasi Implikasi Teoritis Implikasi Praktis 150 C. Saran. 151 DAFTAR PUSTAKA 153 LAMPIRAN 156 xii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 : Silabus Gelombang Elektromagnetik. 167 Lampiran 2 : RPP 1 : Multimedia 176 Lampiran 3 : RPP 2 : Multimedia 181 Lampiran 4 : RPP 3 : Multimedia 187 Lampiran 5 : RPP 1 : Modul. 193 Lampiran 6 : RPP 2 : Modul. 199 Lampiran 7 : RPP 3 : Modul. 205 Lampiran 8 : LKS 1 : Multimedia. 211 Lampiran 9 : LKS 2 : Multimedia. 217 Lampiran 10 : LKS 3 : Multimedia. 220 Lampiran 11 : LKS 1 : Modul. 225 Lampiran 12 : LKS 2 : Modul. 231 Lampiran 13 : LKS 3 : Modul. 235 Lampiran 14 : Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar 240 Lampiran 15 : Tes Prestasi Belajar Lampiran 16 : Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar (Kognitif) 254 Lampiran 17 : Format Penilaian Afektif 255 Lampiran 18 : Lembar Penilaian Afektif 257 Lampiran 19 : Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Abstrak. 259 Lampiran 20 : Tes Kemampuan Berpikir Abstrak. 260 Lampiran 21 : Kunci Soal Tes Kemampuan Berpikir xiii

15 Abstrak 266 Lampiran 22 : Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Verbal Lampiran 23 : Tes Kemampuan Verbal (Yang Berkaitan dengan Fisika). 268 Lampiran 24 : Kunci Jawaban Tes Kemampuan Verbal Fisika Lampiran 25 : Analisis Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran Tes Dan Reliabilitas Tes Prestasi Belajar. 274 Lampiran 26 : Analisis Validitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran Dan Reliabilitas Tes Kemampuan Verbal. 275 Lampiran 27 : Perhitungan Validitas Butir Lampiran 28 : Data Penilaian 278 Lampiran 29 : Validasi Silabus dan RPP Lampiran 30 : Lembar Penilaian LKS Multimedia Lampiran 31 : Lembar Penilaian LKS Modul 285 Lampiran 32 : Penelaahan Butir Soal Tes Prestasi Belajar Lampiran 33 : Validasi Butir Soal Kemampuan Berpikir Abstrak 294 Lampiran 34 : Validasi Butir Soal Kemampuan Verbal. 301 Lampiran 35 : Instrumen Evaluasi Modul Lampiran 36 : Instrumen Evaluasi Multimedia. 309 Lampiran 37 : Uji Penyetaraan. 311 Lampiran 38 : Uji Normalitas Lampiran 39 : Uji t Lampiran 40 : Photo Kegiatan commit... to user 314 Lampiran 38 : Modul Fisika xiv

16 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. : Sembilan Langkah Belajar Menurut Gagne 19 Tabel 2.2. : Sintaks Prblem Based Leraning. 26 Tabel 3.1. : Jadwal kegiatan Penelitian Tabel 3.2. : Desain Penelitian Tabel 3.3. : Klasifikasi Indeks Kesukaran. 86 Tabel 3.4. : Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Tes Prestasi Belajar Tabel 3.5. : Kriteris Daya Pembeda Soal...88 Tabel 3.6. : Hasil Analisis Daya Pembeda Item Tes Prestasi Belajar Tabel 3.7. : Hasil Analisis Validasi Item Tes Prestasi Belajar. 90.Tabel 3.8. : Kriteria Tingkat Reliabilitas Butir Soal. 91 Tabel 4.1. : Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media Tabel 4.2. : Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Dengan Multimedia. 98 Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Dengan Modul 99 Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak 100 xv

17 Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Tinggi Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak katgori Rendah Tabel 4.8. Distribusi Nilai Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Tabel 4.9. Distriusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Tinggi 104 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Rendah 105 Tabel Deskripsi Data berdasarkan Media dan kemam;puan Berpikir Abstrak Siswa Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media dan kemampuan Verbal Siswa Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media, Kemampuan Berpikir Abstrak, dan Kemampuan Verbal Tabel Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Afektif 108 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif. 109 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif dengan Multimedia. 110 xvi

18 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif dengan Modul 112 Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan Abstrak Rendah dan Tinggi Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Tinggi. 113 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Rendah 114 Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Siswa Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Tinggi. 116 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Rendah 117 Tabel Rangkuman Uji Normalitas Pretasi Belajar kognitif 119 Tabel Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif 120 Tabel Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kognitif. 121 Tabel Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif 122 Tabel Rangkuman Hasil Uji Anava untuk Pretasi Belajar Kognitif.123 xvii

19 Tabel Rangkuman Hasil Uji Anava Untuk Prestasi Belajar Afektif. 126 Tabel 4.30 : Estimated Marginal Means Terhadap pembelajaran PBL Tabel 4.31 : Post Hoc Test : Multiple comparisons : Pembelajaran PBL Dengan Multimedia dan Modul. 132 Tabel 4.32 : Estimated Marginal Means terhadap Kemampuan Berpikir Abstrak Tabel 4.33 : Post Hoc Test : Multiple comparisons : Kemampuan Berpikir Abstrak xviii

20 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 : Kerucur Pengalaman.. 28 Gambar 2.2 : Gelombang Transversal 48 Gambar 2.3 : Gelombang Longitudinal. 49 Gambar 2.4 : Visualisasi Gelombang 51 Gambar 2.5 : Visualisasi Gelombang EM yang merambat dalam arah sumbu x positif Gambar 2.6 : Spektrum Gelombang Elektromagnetik Gambar 2.7 : Hasil Foto Rontgen.. 61 Gambar 4.1 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Gambar 4.2 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Dengan Multimedia. 98 Gambar 4.3 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Dengan Modul.. 99 Gambar 4.4 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Tinggi Gambar 4.5 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Rendah Gambar 4.6 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Tinggi 104 Gambar 4.7 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Verbal Katagori Rendah Gambar 4.8 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif xix

21 Gambar 4.9 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Dengan Multimedia Gambar 4.10 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Dengan Modul Gambar 4.11 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Tinggi Gambar 4.12 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Katagori Rendah Gambar 4.13 : Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Tinggi Gambar 4.14 : Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Katagori Rendah Gambar 4.15 : Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi : Pembelajaran PBL Kemampuan Berpikir Abstrak Gambar 4.16 : Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi : Pembelajaran PBL Kemampuan Verbal xx

22 Kusuma Wardhani Pembelajaran Fisika Dengan Model Problem Based Learning Menggunakan Multimedia dan Modul Ditinjau Dari Kemamuan BerpikirAbstrak dan Kemampuan Verbal Siswa. (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada materi Gelombang Elektromagnetik Kelas X Semester 2 di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd., II: Dra. Suparmi, MA, Ph.D. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang belajar menggunakan multimedia dan modul, antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah, antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan rendah, dan interaksi antara variabelvariabel tersebut terhadap prestasi siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dan dilakukan dari bulan Juni Mei Populasi adalah semua siswa kelas X di SMA Negeri 3 Surakarta tahun pelajaran 2011/2012. Sampel diambil secara acak (cluster random sampling), terdiri dari 2 kelas yaitu kelas X.2 dan kelas X.9. Kelas X.2 belajar menggunakan multimedia dan kelas X.9 menggunakan modul. Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengukur prestasi belajar yang dilakukan dengan tes prestasi siswa, kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal. Data dianalisis menggunakan ANAVA dengan desain faktorial 2x2x2. Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: 1) siswa yang belajar menggunakan multimedia memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari pada yang belajar menggunakan modul (P-value = 0,014 <0,05). 2) siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi memiliki prestasi belajar lebih tinggi dari pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah (P-value = 0,000 <0,05). Siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi ptestasi belajarnya lebih tinggi dari pada yang memiliki kemampuan verbal rendah (P-value = 0,000 <0,05). Ada interaksi antara media dan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa (P-value = 0,004 <0,05). Ada interaksi antara multimedia dan moduld engan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa (P-value = 0,036 <0,05). Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa (P-value = 0,977 <0,05). Tidak ada interaksi antara multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa (P-value = 0761> 0,05). Kata kunci : Problem Based Learning, multimedia, modul, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan verbal. xxi

23 Kusuma Wardhani Learning Physics with Model Problem Based Learning by Making Use of Multimedia and Modules Regarded from Student s Abstract Thinking Ability and Verbal Ability. (Case Studies in Physics Learning at Electromagnetic Waves Materials Class X Semester 2 at SMA Negeri 3 Surakarta Lessons Year 2011/2012 ). Thesis. Supervisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., II: Dra. Suparmi, M.A.,Ph.D. Science Education Study Program, Postgraduate of the Sebelas Maret University Surakarta. ABSTRACT The purposes of the research were to know the difference of student achievement between students who learnt using multimedia and modul media, between student who had hight and low abstract thinking abilities between student who had hight and low verbal abilities and their interaction toward student achievement. The research used experimental method and was conducted from june 2011 june The population was all students in grade X SMA Negeri 3 Surakarta academic year The sample was taken using cluster random sampling, consisted of 2 classes, X2 and X9. X2 learnt using Multimedia and X9 used module. The data was collected using test for student achievement verbal and abstract thinking abilities. The data was analysed using Anova with 2x2x2 factorial design. From the data analysis can be concleded that : Student who learnt using multimedia had higher student achievement than student who learnt using modul (P-value = < 0.05). The student who had hight thinking abstract had higher achievement than student who had low abstract thinking ability (P-value = 0.000< 0.05).Student who had hight verbal ability had higher achievement than the low ones (P-value = 0.000< 0.05). There was interaction between media and abstract thinking ability toward student achievement (P-value = < 0.05).There was interaction between media and verbal ability toward student achievement (P-value = 0.036< 0.05).There was not an interaction between abstract thinking abilityand verbal abilitytoward students achievement (P-value = 0.977< 0.05).There was not an interaction between multimedia and module media with abstract thinking ability and verbal ability toward students achievement (P-value = 0761 > 0.05). Keywords: Problem Based Learning, multimedia, modules, abstract thinking ability, verbal. Capability. xxii

24 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil riset dua lembaga internasional yaitu Asian South pacific Bureau of Adult Education (ASPABE) dan Global Campaign for Education (GCE) menunjukkan bahwa peringkat pendidikan di Indonesia menempati peringkat ke-10 dari 14 negara di Asia Pasifik. Dengan peringkat tersebut Indonesia memperoleh nilai E. Ini sedikit lebih baik dibandingkan Papuanugini, Nepal, dan Pakistan yang memperoleh nilai F. Malaysia yang pada dasawarsa 1970 an masih mengimpor guru dari Indonesia memperoleh predikat A. Dirjen Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Depdiknas, Fasli Jalal mengakui buruknya pendidikan di negeri ini tidak lepas dari kompleksnya kondisi demografi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan populasi sangat besar (Bayhaqi 2005). Pendidikan di Indonesia sudah masuk kategori gawat darurat. Keadaan gawat darurat ini dipicu oleh mutu pendidikan dasar dan menengah terbilang rendah dan sistem pendidikan yang tidak berkembang (Prasojo 2004 cit. Literzet 2004) Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpukan bahwa mutu pendidikan di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi demografi Indonesia dan sistem pendidikan. Melalui Kementerian Pendidikan Nasional telah dilakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Sebagai contoh diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan disempurnakannya Kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi menjadi 1

25 2 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun prestasi belajar Fisika termasuk di SMA Negeri 3 Surakarta belum optimal. Pembelajaran Fisika pada umumnya masih berorientasi pada guru. Siswa cenderung menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru tanpa harus mengetahui makna dari pelajaran tersebut. Siswa juga cenderung menghafal pengertian dan rumus, pendekatan pembelajarannya kurang berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari, dan perkembangan teknologi. Hal ini menyebabkan siswa pasif dan kurang termotivasi dalam belajar, siswa mengangap bahwa Fisika itu sulit dan membosankan, sehingga siswa mengalami kesulitan belajar dan menyebabkan prestasi belajar Fisika rendah. Dalam pembelajaran Fisika guru belum mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membagkitkan semangat belajar siswa, sehingga siswa mempunyai keberanian, serta mempunyai kemampuan belajar. Pembelajaran Fisika menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengembangkan sikap ilmiah. Hal ini bisa tercapai apabila dalam pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses. Depdikbud (1986) mengutarakan bahwa pendekatan keterampilan proses merupakan wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa. Keterampilan proses merupakan keterampilan yang meliputi kegiatan siswa untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir, serta mengembangkan sikap ilmiah siswa. Proses pembelajaran Fisika sesuai dengan Permendiknas No 22 tahun 2006 adalah inkuiri. Untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap

26 3 ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan hidup digunakan proses pembelajaran inkuiri. Inkuiri dapat dikatakan sebagai suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Oleh karena sains merupakan cara berpikir atau bekerja yang setara dengan kumpulan pengetahuan. Proses pembelajaran dalam pembelajaran sains perlu menekankan pada cara berpikir, bekerja, berkomunikasi, dan bersikap ilmiah melalui metode inkuiri. Model inkuiri terdiri dari inkuiri induktif terbimbing, tak terbimbing, inkuiri deduktif, dan pemecahan masalah. Dalam pembelajaran sains, guru diharapkan memiliki filosofi inkuiri, sehingga akan lebih berperilaku sebagai fasilitator pembelajaran, dan siswa ditempatkan sebagai pusat pembelajaran. Namun kenyataannya, hal itu masih jarang dilakukan oleh guru. Penekanan pembelajaran Fisika harus relevan dengan kehidupan sehari-hari, supaya pelajaran Fisika yang diperoleh akan bermanfaat, dan akan mempunyai peran yang penting bagi siswa untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya akan berdampak dalam menciptakan sumber daya manusia yang bermutu. Materi Fisika SMA yang bersifat abstrak dan tidak dapat dipelajari dengan percobaan atau eksperimen di laboratorium antara lain Gelombang elektromagnetik, Radiasi benda hitam, Teori Atom, Radioaktivitas, dan Relativitas. Namun materi-materi tersebut belum diajarkan sesuai dengan karakteristik materi tersebut. Materi Gelombang elektromagnetik, meskipun berkarakteristik abstrak, tetapi penerapan istilah-istilah yang dipelajari misalnya gelombang radio, mikrowave, infra merah, dan sinar x banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu untuk membangkitkan semangat belajar

27 4 Fisika siswa diperlukan strategi pembelajaran, misalanya model pembelajaran kooperatif, CTL, dan model pembelajaran berbasis masalah (PBL). Namun model pembelajarn tersebut belum optimum dilakukan oleh guru. Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) adalah model yang merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Dengan kata lain model ini pada dasarnya melatih kemampuan memecahkan masalah melalui langkah-langkah sistematis. Menurut John Dewey dalam Suranto (2009:91), proses belajar hanya akan terjadi kalau siswa dihadapkan kepada masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan. Dalam membahas dan menjawab masalah, siswa harus terlibat dalam kegiatan nyata, misalnya mengobservasi, mengumpulkan data dan menganalisisnya bersama kawan lain dalam kelompok atau di kelasnya. Siswa akan tertarik untuk belajar, apabila dihadapkan pada masalah yang berhubungam dengan kehidupan sehari-hari. Dari beberapa karakter tersebut, pembelajaran yang dirasa cocok untuk pembelajaran pada materi Gelombang Elektromagnetik untuk siswa SMA Negeri 3 adalah model pembelajaran PBL ( Problem Based Learning), karena kebanyakan siswanya memiliki karakteristik antara lain kecerdasan relatif tinggi, motivasi yang tinggi, dan percaya diri, sehingga siswa akan mampu menyelesaikan masalah yang disajikan dalam pembelajaran berbasis masalah. Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dengan belajar seseorang memperoleh suatu pengetahuan yang berguna untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga akan memiliki suatu pemahaman dan pemikiran yang

28 5 memperngaruhi kehidupan seseorang. Teori belajar yang bersumber dari aliranaliran psikologi, antara lain yaitu teori belajar menurut Piaget, teori pemrosesan informasi dari Gagne, dan teori belajar bermakna menurut Ausubel. Teori-teori belajar tersebut mendukung penelitian ini. Belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. Agar belajar itu menjadi berarti dan memberi makna yang dalam bagi siswa, maka guru harus mampu menyediakan materi pelajaran, sumber belajar, pengalaman belajar, aktivitas, dan lain-lain yang dibutuhkan untuk kepentingan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran guru juga harus mampu memilih media pembelajaran yang tepat yang bisa menumbuhkan semangat belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran. Dalam UU RI no 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan antara lain bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang tugas keprofesionalan. Misalnya, dalam melaksanakan kompetensi pembelajaran guru dituntut memiliki kemampuan secara metodologis dalam hal perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, termasuk di dalamnya penguasaan dan penggunaan media pembelajaran. Penggunaan alat bantu atau media pembelajaran diharapkan dapat mengoptimalkan proses pembelajaran di dalam kelas maupun di luar kelas, sehingga dapat memotivasi siswa untuk belajar Fisika dengan senang. Fisika merupakan salah satu materi pelajaran yang pada umumnya kurang disenangi siswa, karena dalam Fisika banyak konsep yang bersifat abstrak yang tidak dapat dipelajari melalui percobaan atau eksperimen, sehingga siswa sukar

29 6 membayangkannya. Apabila konsep-konsep yang bersifat abstrak itu ditampilkan dengan multimedia, misalnya animasi yang dapat memperlihatkan seolah-olah nyata, dapat memotivasi siswa sehingga siswa menjadi senang belajar Fisika. Pada kenyataannya, pembelajaran yang dilakukan di sebagian besar sekolah saat ini adalah monoton, dengan metode ceramah sehingga kreativitas siswa tidak berkembang, dan suasana kelas menjadi biasa saja, sehingga berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua bagian utama, yang pertama faktor internal yang antara lain terdiri dari faktor jasmaniah, intelegensi, motivasi, perhatian, minat, bakat, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan verbal, dan kesiapan yang berbeda-beda. Kedua faktor eksternal yang terdiri dari faktor keluarga, masyarakat, metode pembelajaran, kurikulum, sarana dan prasarana pembelajaran yang belum dikembangkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut masih kurang diperhatikan oleh guru dalam pembelajaran Fisika. Oleh karena itu, perlu untuk dikembangkan pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk dapat mempelajari dan memahami materi ajar Fisika secara mandiri. Penggunaan multimedia dan modul menjadi salah satu altenatif jawaban karena dengan belajar mandiri siswa memperoleh keluwesan dan keleluasaan dalam mempelajarinya sehingga materi-materi yang kurang dipahami dapat diekplorasi kembali melalui multimedia atau modul. Arti multimedia menurut Arsyad (2011) adalah berbagai macam kombinasi grafik, teks, suara, video, commit dan animasi. to user Penggabungan ini merupakan

30 7 satu kesatuan yang secara besama-sama menampilkan informasi, pesan, atau isi pelajaran. Disini dapat digambarkan bahwa multimedia adalah suatu kombinasi data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan lebih menarik. Permendiknas Nomor 78 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Sekolah Bertaraf Internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, bagian ketiga pasal 5 ayat 2, menyatakan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di Sekolah Bertaraf Internaional (SBI) menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, menyenangkan, dan kontekstual. Sehingga pembelajaran menggunakan multimedia mendukung kebijakan pemerintah tersebut karena pembelajaran menggunakan multi media dapat menumbuhkan daya tarik siswa dalam belajar Fisika. Multimedia berupa animasi dan video digunakan sebagai sarana untuk memberikan pemahaman konsep secara nyata kepada siswa pada pembelajaran materi yang bersifat abstrak. Animasi dapat diimplementasikan untuk menambahkan efek dan mempercantik tampilan paket bahan ajar. Multimedia cocok digunakan dalam penelitian ini, karena SMA Negeri 3 memiliki alat-alat yang sangat mendukung. Di setiap ruang kelas sudah tersedia laptop dan LCD proyektor, dan juga memiliki sebuah ruang audiovisual dengan peralatan komputer 40 unit. Dengan multimedia, pembelajaran Fisika bisa lebih menarik perhatian siswa dan memperkuat motivasi, sehingga diharapkan.bisa meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa. Pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menggunakan multimedia secara optimum pada pembelajaran.

31 8 Selain multimedia ada juga media lain yang dapat digunakan dalam pembelajaran Fisika, antara lain charta, modul, modul interaktif, dan modul bergambar. Dengan modul siswa lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar secara mandiri. Siswa dapat maju sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing. Modul memuat sekumpulan bahan pendidikan, mekanisme dan interaksi, tugas-tugas spesifik dan komponen evaluasi yang disusun dengan menggunakan bahasa yang komunikatif. Pembelajaran Fisika dengan modul akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut cara masing-masing karena setiap siswa akan menggunakan cara yang berbeda untuk memecahkan masalah berdasarkan kemampuan dan kebiasaan masing-masing. Pembelajaran dengan modul terdiri atas serangkaian kegiatan belajar yang secara empiris telah terbukti memberi hasil belajar yang efektif, untuk memcapai tujuan yang dirumuskan secara jelas dan spesifik. Dengan modul siswa lebih banyak mendapat kesempatan untuk belajar secara mandiri, berdasarkan kemampuan dan kecepatan masng-masing. Kenyataannya pembelajaran dengan modul belum dilakukan oleh guru secara optimal. Penggunaan media pembelajaran yang tepat diharapkan akan semakin meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor internal siswa, antara lain kemampuan berpikir abstrak. Kemampuan berpikir abstrak sangat dibutuhkan oleh siswa dalam mempelajari materi Fisika yang bersifat abstrak. Menurut Binet dan Stoddard dalam Kadaryanti (2011), konsep-konsep kecerdasan ditekankan pada kemampuan abstraksi. Dalam konsep Binet, unsur abstraksi dalam kecerdasan

32 9 terwujud dalam kemampuan memutuskan secara tepat, berpikir secara rasional, dan mempunyai otokritik. Stoddard manganggap bahwa kemampuan abstraksi merupakan inti dari kecerdasan. Kemampuan abstrak adalah kemampuan mengoperasikan simbol-simbol, lambang, dan rumus-rumus terutama dalam tingkat analisis dan interpretasi. Kemampuan berpikir abstrak siswa kurang diperhatikan oleh guru. Dalam materi Fisika banyak dijumpai istilah dan simbolsimbol, sehingga dalam mempelajari Fisika siswa dituntut untuk mengartikan istilah dan simbol-simbol tersebut. Tanpa mengetahui arti simbol-simbol dalam Fisika, siswa akan kurang memahami konsep Fisika, maka dibutuhkan kemampuan verbal. Kemampuan verbal adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis yang diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan atau tertulis untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih efisien dalam proses pembelajaran. Winkel (1997) mengemukakan bahwa informasi verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis dan dapat diungkap melalui sumber yang berupa lisan atau tertulis juga. David Lazear dalam Suharsimi (2006), Kemampuan verbal meliputi analisis linguistik, mengenal kembali dan mengingat, memahami dan menciptakan kelucuan atau humor, menjelaskan sesuatu dalam proses belajar mengajar, meyakinkan seseorang agar bersedia melakukan sesuatu dan memahami perintah dengan tepat. Kemampuan verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengungkapkan

33 10 ide, gagasan, pendapat, dan pikiran yang dituangkan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tulisan. Kemampuan verbal dalam Fisika meliputi kemampuan memahami dan mengingat arti kata-kata, istilah-istilah dalam Fisika yang terdapat dalam konsep dan soal. Kekeliruan dalam memahami kata-kata kunci dari soal mengakibatkan kesalahan yang fatal. Jika kemampuan verbal ini tidak diperhatikan dikhawatirkan akan terjadi kesalahan penafsiran terhadap simbol-simbol maupun bahasa dalam Fisika. Kemampuan verbal yang dimiliki oleh siswa tersebut juga kurang diperhatikan oleh guru. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat disusun identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia diindikasikan oleh hasil riset ASPABE dan GCE. 2. Belum optimalnya hasil belajar Fisika disebabkan oleh sebagian besar siswa menganggap Fisika itu sulit dan membosankan. 3. Kesulitan belajar Fisika disebabkan dalam pembelajaran Fisika siswa cenderung mengahafal pengertian dan rumus, pendekatan pembelajarannya kurang berhubungan dengan fenomena alam, kehidupan sehari-hari, dan perkembangan teknologi. 4. Cara pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung monoton dan hanya menggunakan metode ceramah pada konsep-konsep Fisika yang bersifat dikembangkan. abstrak. Padahal berbagai metode pembelajaran telah

34 11 5. Dalam pembelajaran, pendekatan keterampilan proses dan inkuiri, belum banyak dilakukan oleh guru. 6. Model pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, CTL, dan model pembelajaran berbasis masalah (PBL) cocok untuk pembelajaran Fisika, tetapi belum dilakukan oleh guru secara optimal. 7. Berbagai media telah dikembangkan seperti multimedia, animasi simulasi, media interaktif, audio visual, video, modul, komik dan lain-lain. Namun belum banyak guru yang menggunakannya. 8. Prestasi belajar siswa belum maksimum, karena yang mempengaruhi prestasi belajar seperti motivasi, motivasi berprestasi, kemampuan awal, sikap ilmiah, gaya belajar, kemampuan berpikir abstrak, kemampuan verbal, dan aktivitas kurang diperhatikan oleh guru. 9. Untuk mempelajari materi Fisika yang bersifat abstrak dengan multimedia diperlukan kemampuan berpikir abstrak yang tinggi, tetapi kemampuan berpikir abstrak siswa ini masih kurang diperhatikan oleh guru. 10. Dalam pembelajaran Fisika menggunakan media modul diperlukan kemampuan verbal siswa yang tinggi, tetapi kemampuan verbal yang dimiliki oleh siswa masih kurang diperhatikan oleh guru. 11. Materi Fisika SMA yang bersifat abstrak dan tidak dapat dipelajari dengan percobaan atau eksperimen di laboratorium antara lain gelombang elektromagnetik, kalor, radiasi benda hitam, teori atom, radiokativitas, dan relativitas. Namun materi-materi tersebut belum diajarkan sesuai dengan karakteristik materi.

35 12 Berdasarkan identifikasi masalah, maka dapat disusun pembatasan masalah sebagai berikut: 1. Model pembelajaran dibatasi pada model PBL (Problem Based Learning) 2. Media pembelajaran dibatasi pada multimedia dan modul 3. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar Fisika siswa dibatasi pada kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal. 4. Kemampuan berpikir abstrak dibatasi tinggi dan rendah. 5. Kemampuan verbal dibatasi tinggi dan rendah. 6. Prestasi belajar dibatasi pada prestasi belajar kognitif, dan afektif. 7. Materi pembelajaran dibatasi pada materi gelombang elektromagnetik. B. Rumusan Masalah 1. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dengan pembelajaran PBL menggunakan modul? 2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir abstrak rendah? 3. Apakah ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan kemampuan verbal rendah? 4. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa?

36 13 5. Apakah ada interaksi antara pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa? 6. Apakah ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa? 7. Apakah ada interaksiantara pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Perbedaan prestasi belajar antar siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dengan pembelajaran PBL menggunakan modul. 2. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan berpikir abstrak rendah. 3. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dan kemampuan verbal rendah. 4. Interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. 5. Interaksi antara pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dan modul belajar siswa. dengan kemampuan verbal terhadap prestasi

37 14 6. Interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal prestasi belajar siswa. 7. Interaksi antara pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Praktis : a. Menyediakan alternatif media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa dalam mempelajari materi Fisika. b. Meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan multimedia dan modul. c. Mendorong guru untuk mempelajari dan memperdalam keterampilan di bidang komputer. Karena dengan komputer dapat mempermudah segala jenis administrasi guru dan memberi peluang untuk menciptakan media pembelajaran. d. Memberikan masukan kepada sekolah tempat penelitian untuk berupaya meningkatkan prestasi belajar Fisika dengan memperhatikan faktor-faktor internal siswa. 2. Manfaat Teoritis : a. Memberikan sumbangan penelitian di bidang pendidikan mengenai upaya meningkatkan prestasi belajar Fisika.

38 15 b. Memberi peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang media pembelajaran dengan variabel lain yang ada pada diri siswa, misalnya kemampuan konkrit, gaya belajar, sikap ilmiah dan lain sebagainya, sehingga akan diperoleh suatu generalisasi yang dapat diterapkan pada kondisi yang lebih umum. c. Memberi peluang untuk membuat suatu rancangan penelitian baru yang terkait dengan kemampuan abstrak dan kemampuan verbal siswa, sehingga dapat dijadikan acuan untuk merancang sistem pembelajaran yang tepat untuk siswa di Indonesia.

39 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Dengan belajar seseorang memperoleh suatu pengetahuan yang berguna untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi sehingga akan memiliki suatu pemahaman dan pemikiran yang memperngaruhi kehidupan seseorang. Belajar adalah suatu proses di mana organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman (Gagne 1984 cit. Dahar, R.W. 1989). Belajar adalah diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru (Crow & Crow 1958 cit. Sudrajat, A. 2008). Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan pada diri seseorang melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman, sehingga diperoleh pengetahuan dan sikap baru. Menurut UU No. 20/2003, Bab I Pasal 1 Ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pedidikan tertentu dan pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagi guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instuktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam 16

40 17 menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan menurut Nurhadi (2004), Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar. Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang untuk mengembangkan kreativitas mereka, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika. Pembelajaran merupakan kegiatan atau proses interaksi antara siswa dan guru yang berupaya membelajarkan siswa secara terintergrasi dengan memperhitungkan kondisi lingkungan, karakteristik siswa, pengalaman belajar, dan strategi pembelajaran. 2. Pembelajaran Fisika Pembelajaran Fisika pada penelitian ini adalah pembelajaran pada materi Gelombang Elektromagnetik yang dilakukan oleh siswa bersama guru di dalam kelas dengan menggunakan multimedia dan modul. Fisika, sebagaimana yang terdapat dalam Ensiklopedi Sains dan kehidupan, adalah ilmu tentang materi (zat) dan energi. Materi yang memungkinkan dunia industri dan teknologi tinggi terus maju dan berkembang adalah segala sesuatu yang dapat dilihat dan disentuh. Materi dapat berada dalam tiga wujud, yaitu pada, cair, dan gas. Sedangkan energi adalah kemampuan untuk melakukan usaha. Usaha yang telah dilakukan oleh para ahli ilmu pengetahuan adalah mencari berbagai jenis bahan baru seperti konduktor, semikonduktor, berbagai jenis kristal, plastik bahan sintetik (bahan buatan), bahan bakar ramah

41 18 lingkungan, bahan kimia, serat optik telekomunikasi, serat optik sinar X dan sebagainya. Selain itu mereka juga terus mengembangkan berbagai jenis sumber energi ramah lingkungan dalam jumlah banyak untuk membuat, memperluas, dan membentuk materi-materi tersebut. Dari materi-materi tersebut, terdapat banyak materi Fisika yang bersifat abstrak. Materi Fisika SMA yang bersifat abstrak antara lain listrik magnet, radiasi benda hitam, teori atom, radioaktivitas, dan relativitas, kalor, dan gelombang elektromagnetik. Materi-materi Fisika yang bersifat abstrak, dalam pembelajaran memerlukan media yang diharapkan dapat mempresentasikan materi tersebut mendekati aslinya, sehingga siswa akan menjadi lebih mudah memahami dan senang belajar Fisika. 3.. Teori Belajar Beberapa teori belajar menurut aliran psikologi antara laian adalah : a. Teori belajar menurut Robert Gagne Asumsi yang mendasari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari dari pembelajaran. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisikondisi internal dan kondisi-kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu, sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran (Gane 1984 cit. Dahar, R.W. 1989). Belajar merupakan proses

42 19 perubahan, sehingga terjadi perbedaan keadaan dari sebelum individu belajar dengan sesudah individu belajar. Gagne mengemukakan sembilan langkah belajar, yang merupakan tahapantahapan yang berurutan di dalam sebuah proses pembelajaran. Tujuannya adalah memberikan kondisi yang sedemikian rupa sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Agar kesembilan langkah atau peristiwa itu menjadi berarti dan memberi makna yang dalam bagi siswa, maka guru harus melakukan apa yang memang harus dilakukan. Dengan kata lain, guru mampu menyediakan sesuatu seperti materi pelajaran, sumber belajar, pengalaman belajar, aktivitas, dan lain-lain yang memang dibutuhkan untuk mendapatkan suatu pengalaman belajar agar kondisi mental siswa itu terus terjaga untuk kepentingan proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran menurut Gagne disajikan dalam Tabel 2.1 berikut ini. Tabel 2.1. Sembilan Langkah Belajar Menurut Gagne Langkah Pembelajaran 1. Menarik perhatian siswa 2. Menyampaikan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran 3. Menstimulir/atau memanggil terlebih dahulu informasi atau pengetahuan yang sudah diperoleh sebelum proses pengajaran 4. Menyajikan isi Pembelajaran Proses Mental Siswa Merangsang daya penerimaan siswa. dan menciptakan rasa ingin tahu siswa Menguraan tujuan pada awal pelajaran, secara lisan maupun tertulis Mendapatkan kembali atau dan menggiatkan memori jangka pendek siswa Siswa secara selektif menanggapi isi pelajaran Aktivitas Guru Menciptakan efek-efek suara tertentu den mengajukan pertanyaan yang menantang Menguraikan tujuan pada awal pelajaran,secara lisan maupun tertulis Bertanya, berdiskusi, melihat gambar/video, mendengarkan cerita sesuai topik yang dipelajari Menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan berbagai metode, pendekatan, strategi, dan alat bantu pelajaran

43 20 Tabel 2.1. Sembilan Langkah Belajar Menurut Gagne (lanjutan) Langkah Pembelajaran 5. Menyediakan pedoman atau petunjuk belajar 6. Memberi kesempatan untuk latihan/unjuk performance 7. Memberi umpan balik Proses Mental Siswa Siswa menulis berbagai hal untuk disimpan pada memori supaya bertahan lama Merespons pertanyaan, tugas,latihan, dll. Mengetahui tingkat penguasaan materi dan tingkat kebenaran tugas yang dikerjakan 8. Melakukan penilaian Mendapatkan/ mempertegas kembali isi pelajaran sebagai bahan evaluasi akhir 9. Mengekalkan dan mengembangkan pengetahuan dan kemahiran siswa Berlatih, mempraktikkan apa yang telah diperolehnya (kognitif, afektif, psikomotorik) dalam situasi yang baru Aktivitas Guru Menyediakan pedoman, petunjuk belajar yang praktis Memberi pertanyaan, tugas, latihan yang harus dilaksanakan Memberi penguatan/memuji Melakukan penilaian Menyediakan kesempatan yang luas bagi siswa untuk memanfaatkan berbagai pengetahuan, sikap, dan keterampilan tersebut dalam situasi yang berbeda (praktikum, unjuk kerja, project, simulasi, dll) Dari uraian langkah-langkah belajar menurut Gagne tersebut menunjukkan bahwa teori ini mendukung penelitaian yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based learning dengan multimedia. Multimedia dapat menarik perhatian siswa dengan menciptakan efek-efek suara, memeperlihatkan gambar atau video, dan mengajukan pertanyaan atau masalahmasalah yang menantang. b. Teori Belajar menurut Piaget Piaget merupakan salah seorang tokoh pelopor aliran konstrurktivisme. Salah satu sumbangan pemikirannya yang banyak digunakan sebagai rujukan untuk memahami perkembangan kognitif individu yaitu teori tentang tahapan perkembanan individu. Setiap individu mengalami empat tingkat perkembanan kognitif, yaitu : sensori motor (usia 0-2 tahun), pra operasional (usia 2-7 tahun),

44 21 operasional kongkret (usia 7-11 tahun), operasional formal (usia 11 tahun ke atas). (Piaget dalam Dahar, R.W. 1989). Perkembangan kognitif merupakan perubahan yang berurutan dan bertahap sesuai umur. Tahap operasi formal merupakan tahap final perkembangan kognitif. Implikasi penting dalam pembelajaran sains dari Piaget yaitu : memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak hanya sekedar pada hasilnya, memperhatikan peranan dan inisiatif siswa serta keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan intelektual. Memusatkan perhatian pada berpikir atau mental anak tidak sekedar pada hasilnya. Selain kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai ke jawaban tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa yang mutakhir dan hanya apabila guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai yang dimaksudkan. Memperhatikan peranan dan inisiatif siswa, serta keterlibatannya secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di kelas Piaget, penyajian pengetahuan jadi (ready made) tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. Manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbeda-beda. Setiap pengalaman baru dihubungkan dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebuat. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara yaitu asimilasi

45 22 dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuaan yang sudah ada dimodifikasikan untuk menampung dan menyesuaikan dengan lahirnya pengalaman baru. Equilibrium merupakan keseimbangan antara asimilasi dan akomodasi. Teori Piaget juga mendukung penelitian ini yang menggunakan modul dan berbasis masalah. Karena tahapan Piaget menyajikan beberapa pandangan untuk membantu guru dalam menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tanggung jawab siswa. Pada langkah pembelajaran, siswa memerlukan kesempatan untuk belajar melalui aktivitas sesuai dengan langkahnya sendiri, belajar sesuai dengan tahap kognitif atau kecepatan masing-masing dalam memecahkan masalah. c. Teori Belajar menurut David Ausubel Teori belajar bersama menurut David Ausubel memberi penekanan pada belajar bermakna. Belajar dibagi menjadi dua dimensi, dimensi pertama adalah dimensi belajar penerimaan/penemuan, dan dimensi kedua adalah dimensi bermakna/hafalan, yang merupakan suatu kontinum dan bukan dikotomi. Menurut Ausubel, belajar bermakna akan terjadi bila si pembelajar dapat mengaitkan informasi yang baru diperolehnya dengan konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif si pembelajar tersebut. Akan tetapi, bila si pembelajar hanya mencoba menghafalkan informasi baru tadi tanpa menghubungkan dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, kondisi ini dikatakan sebagai belajar hafalan. Informasi yang dipelajari secara bermakna, biasanya lebih lama diingat daripada informasi yang dipelajari secara hafalan.

46 23 Teori Ausubel sangat menekankan agar para guru diharapkan mengetahui konsep-konsep yang telah dimiliki para siswanya agar belajar bermakna dapat berlangsung, tetapi Ausubel belum dapat menyediakan alat untuk mengukur hal tersebut. Penerapan teori Ausubel dalam mengajar adalah : faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Belajar dikatakan bermakna apabila siswa dapat memahami materi dan mampu mengkaitkan materi yang sudah dipelajari dengan konsep-konsep yang relevan dengan struktur kognitif yang telah ada (Ausubel 1963 cit. Dahar 1989) Pembelajaran harus memperhatikan pengalaman siswa, tingkat perkembangan mereka, intelegensi, dan usia. Faktor yang mempengaruhi belajar penerimaan bermakna ialah struktur kognitif yang ada, stabilitas, dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Sifat-sifat struktur kognitif menentukan validitas dan kejelasan arti-arti yang timbul waktu informasi yang baru masuk ke dalam struktur kognitif itu, demikian pula sifat proses interaksi yang terjadi. Jika struktur kognitif tersebut stabil, jelas, dan teratur dengan baik maka arti-arti yang sahih (valid) dan jelas akan timbul, dan cenderung bertahan. Sebaliknya, jika struktur kognitif tersebut tidak stabil, meragukan, dan tidak teratur maka struktur kognitif tersebut cenderung menghambat belajar dan retensi. Adapun prasyarat-prasyarat yang diajukan Ausubel agar terjadinya belajar bermakna. Pertama, materi yang dipelajari harus bermakna secara potensial, maksudnya materi pelajaran tersebut harus memiliki kebermaknaan logis. Materi yang memiliki kebermaknaan logis merupakan materi yang konsisten dengan apa yang telah diketahui dan materi tersebut dapat dinyatakan dalam berbagai cara,

47 24 tanpa mengubah arti (disebut materi substantif). Selain itu, aspek lain dari materi bermakna potensial ini adalah dalam struktur kognitif siswa harus ada gagasangagasan yang relevan. Dalam arti pembelajaran harus memperhatikan pengalaman siswa, tingkat perkembangan mereka, intelegensi, dan usia. Bila para siswa tidak memiliki pengalaman yang diperlukan mereka untuk mengaitkan atau menghubungkan isi pembelajaran tersebut, maka isi pembelajaran akan dipelajari secara hafalan. Kedua, siswa yang akan belajar harus mempunyai niat/tujuan dan kesiapan untuk melaksanakan belajar bermakna. Tujuan belajar siswa merupakan faktor utama dalam belajar bermakna. Banyak siswa yang mengikuti pembelajaran nampaknya tidak relevan dengan kebutuhan mereka pada saat itu. Dalam pembelajaran yang demikian, materi dipelajari secara hafalan. Para siswa kelihatan dapat memberikan jawaban yang benar tanpa menghubungkan materi itu pada aspek-aspek lain dalam struktur kognitif mereka. Jadi, agar terjadi belajar bermakna materi pelajaran harus bermakna secara logis, siswa harus bertujuan untuk memasukkan materi pembelajaran tersebut ke dalam struktur kognitifnya, dan dalam struktur kognitif siswa harus terdapat unsur-unsur yang cocok untuk mengaitkan atau menghubungkan materi yang baru tersebut secara non-arbitrer dan substantif. Jika salah satu komponen tidak ada, maka materi tersebut kalau dipelajari akan secara hafalan saja. Teori belajar menurut Ausubel juga mendukung penelitian ini. Materi gelombang elektromagnetik memiliki kebermaknaan logis, karena materi tesebut konsisten dengan apa yang telah diketahui. Siswa telah mempelajari materi getaran dan gelombang di SMP. Materi gelombang elektromagenetik merupakan

48 25 materi subtantif karena dapat dinyatakan dengan berbagai cara, misalnya menggunakan multimedia dan modul tanpa mengubah arti. 4. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Salah satu model pembelajaran yang berprinsip kerjasama kelompok yang diperkirakan mampu mengembangkan kemampuan belajar selain pembelajaran kooperatif adalah Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah. Model ini merangsang siswa untuk menganalisis masalah, memperkirakan jawaban-jawabannya, mencari data, menganalisis data dan menyimpulkan jawaban terhadap masalah. Pembelajaran berbasis masalah mempunyai ciri khusus antara lain ada soal atau problem, mencakup materi ajar maupun prinsip dan ketrampilan akademik pembelajaran berbasis masalah, juga memuat soal dan problem baik secara sosial atau personal yang bagi peserta didik permasalahan atau problem tersebut ada dalam kehidupan nyata dan membutuhkan jawaban sederhana maupun solusi yang tepat. Proses belajar hanya terjadi kalau siswa dihadapkan kepada masalah dari kehidupan nyata untuk dipecahkan (Dewey,J cit. Nur, M. 2011). Dalam membahas dan menjawab masalah, siswa harus terlibat dalam kegiatan nyata. PBL adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalahmasalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. Metode ini menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran (Duch 1995 ) cit. Yuliastutik, A. 2010). Dari kedua pendapat tersebut disimpulkan

49 26 bahwa model pembelajaran problem based learning mengkombinasikan peserta didik dengan permasalahan di dunia nyata dan permasalahan dari latihan-latihan sehingga memunculkan motivasi untuk belajar. Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran dengan memunculkan masalah-masalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta menjadi siswa yang mandiri. Sintaks atau tahapan suatu pembelajaran berisi langkah-langkah praktis yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan. Dalam pembelajaran berdasarkan masalah, ada lima langkah utama yaitu seperti pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Sintaks Problem Based Learning. Tahap Tahap-1 Orientasi siswa pada masalah Tahap-2 Mengorganisasi siswa untuk belajar Tahap-3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Tahap-4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Tahap-5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Aktivitas Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkankarya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka pergunakan. Adapun tujuan dan hasil belajar dari pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk memberikan informasi sebanyak-banyaknya pada siswa.

50 27 Model ini dikembangkan untuk mengembangkan kemampuan keterampilan berpikir, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan memecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa melalui pelibatan mereka pada pengalaman nyata, mengembangkan keterampilan belajar pengarahan sendiri yang efektif. 5. Media Pembelajaran Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya dalam belajar. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu: pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar, Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat dipahami oleh siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pembelajaran lebih baik, metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendegarkan uraian guru, tetapi juga beraktivitas seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan lain-lain, langkah pembelajaran, siswa memerlukan kesempatan untuk belajar melalui aktivitas sesuai dengan langkahnya sendiri daripada dalam aturan kelompok (Gagne 1970 cit. Dahar 1989). Media

51 28 pembelajaran merupakan alat bantu dalam pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar. Dalam dunia pendidikan, penggunaan media/bahan/sarana belajar sering kali menggunakan Kerucut Pengalaman, yang membutuhkan media belajar sperti buku teks, bahan belajar dan audio visual yang dibuat oleh guru (Dale cit. Anitah). Media belajar diperlukan oleh guru agar pembelajaran berjalan efektif dan efisien. Pengalaman manusia digambarkan sebagai suatu kerucut, yang dimulai dari pengalaman langsung sampai dengan pengalaman yang paling abstrak, yaitu belajar memalui lambang kata-kata. Tahap-tahap dari pengalaman kongkrit ke abstrak digambarkan dalam kerucut pengalaman seperti pada Gambar 2.1. Gambar 2.1. Kerucut Pengalaman (Dale 1956 cit. Anitah 2008)

52 29 Tahapan dalam kerucut pengalaman tersebut dapat dijelaskan sebagai beikut: a. Pengalaman Langsung. Pengaalaman langsung, meliputi melihat, mendengar, memegang, merasakan, menyentuh, dan membau. Pengalaman ini mempunyai tujuan tertentu, misalnya melakukan perjalan dan eksperimen di laboratorium. Seseorang berpartisipasi langsung dengan tanggung jawab akan hasilnya. b. Pengalaman Buatan Pengalaman ini merupakan pengalamantidak langsung, merupakanpengalaman tiruan dari realita, menjadi perlu bila sesuatu yang tidak nyata tidak dapat ditampilkan secara langsung. Misalnya terlamapu besar atau terlampau kecil, atau sesuatu yang dipelajari tidak jelas atau membingungkan. c. Pengalaman Bersandiwara Partisipasi dalam sandiwara, dapat membantu lebih dekat dengan realita tertentu yang tidak terdapat pada pengalaman langsung. Seseorang dapat berpartisipasi dalam rekonstruksi pengalaman, jika telah mengalami secara langsung. Pebelajar dapat memerankan karakter dalam suatu pertunjukan tableau, atau sejarah. Meskipun tidak merupakan sesuatu yang sesungguhnua, dramatisasi memberikan kelebihan tertentu dalam pembelajaran di luar situasi riil. d. Demonstrasi Demonstrasi merupakan penjelasan visual dari suaatu fakta, ide, atau proses yang penting. Demonstrasi memerlukan pengamatan yang teliti, pebelajar mungkin menanyakan tentang apa yang baru saja ditunjukkan

53 30 dan bagamana sesutau itu dikerjakan. Dalam demonstrasi ada dua kemungkinan, pertama pembelajar hanya mengamati, dan yang kedua mungkin pembelajar trlibat dalam mngerjakan sesuatu. e. Karya wisata Dalam karya wisata, pebelajar tidak selalu terbatas hanya pada kegiatan mengamati seperti pada demonstrasi. Ketika pebelajar mewawancarai pimpinan suatu perusahaan, atau teknisi radio, atau wartawan surat kabar, karya wisata itu akan memberikan nilai tambah. Pengamatan dikombinasikan dengan partisipasi akan lebih bermakna. f. Pameran Suatu pameran merupakan suatu yang dilihat oleh pengamat, tetapi kadang-kadang juga mengoperasikan bebrapa alat dan bahkan mengikutsertakan beberapa kegiatan. Salah satu jenis pameran, yaitu sesuatu buatan pabrik atau ubuatan sekolah, misalnya bahan-bahan yang direncanakan dan dihasilkan oleh pebelajar dengan bimbingan guru. g. Gambar Hidup atau Gambar Bergerak. Pengalaman dengan gambar bergerak, tidak seperti karya wisata, menekankan waktu dan ruang, tetapi menekankan pengalaman yang memberikan keuntungan. Misalnya film tentang pembuatan baja, pebelajar dapat melewatkan secara cepat proses-proses yang kurang penting dan ditekankan pada sesuatu yang lebih berarti. Dalam hal ini, ada

54 31 peralatan mekanis yang memungkinkan untuk menunjukkan gerakan lambat, bila pebelajar akan mempelajari konsep-konsep penting. h. Radio, Rekaman, dan Gambar Mati Gambar mati memiliki dua kekurangan yaitu gerak dan suara. Jika menggunakan peralatan visual maupun auditif di dalam kelas, perlu menyediakan peralatan seperti proyektor filmstrip, alat untuk memutar ulang. i. Lambang Visual Pada tahap ini tidak lagi dihadapkan pada suatu yang nyata, melainkan gambaran yang abstrak. Sebagai penggantinya adalah bagan, grafis, peta, dan diagram. Alat komunikasinya adalah bahasa simbul-simbul visual. j. Lambang Verbal. Simbul verbal merupakan puncak kerucut pengalaman. Semua tampilan beralih dari sesuatu yang riil. Pada puncak kerucut, abstraksi daru segala yang realistis, kecuali arti dari suatu istilah, dan dengan arti ini akan mencapai kesepakatan bersama. Kehadiran media pembelajaraan sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khususnya konsep yang berkaitan dengan alam semesta lebih banyak menonjol visualisasinya, sehingga apabila seseorang hanya mengetahui kata yang mewakili suatu obyek, tetapi tidak mengetahui obyeknya disebut verbalisme. Masingmasing media mempunyai keistimewaan menurut karakteristik siswa. pemilihan

55 32 media yang sesuai dengan karakteristik siswa akan lebih membantu keberhasilan dalam pembelajaran. Secara rinci fungsi media memungkinkan siswa menyaksikan obyek yang ada tetapi sulit untuk dilihat dengan kasat mata melalui perantaraan gambar, potret, slide, dan sejenisnya mengakibatkan siswa memperoleh gambaran yang nyata. Dengan penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret kepada siswa, dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran. 6. Multimedia Multimedia diambil dari kata multi dan media. Multi berarti banyak dan media berarti perantara. Multimedia adalah gabungan dari beberapa unsur yaitu teks, grafik, suara, video, dan animasi yang menghasilkan presentasi yang menakjubkan. Multimedia juga mempunyai komunikasi interaktif yang tinggi. Disini dapat digambarkan bahwa multimedia adalah suatu kombinasi data atau media untuk menyampaikan suatu informasi sehingga informasi itu tersaji dengan lebih menarik. Multimedia dapat diartikan sebagai informasi komputer yang dapat disajikan melalui audio atau video, teks, grafik, dan animasi. Multimedia terbagi menjadi dua kategori, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier adalah suatu multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekuensial (berurutan), contohnya: TV dan film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat

56 33 memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif adalah: multimedia pembelajaran interaktif, dan aplikasi game. Berdasarkan kegunaannya, multimedia pembelajaran ada dua macam yaitu: multimedia presentasi pembelajaran yaitu alat bantu guru dalam proses pembelajaran dikelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan, contohnya Microsoft Powerpoint, dan multimedia pembelajaran mandiri : yaitu sofware pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri tanpa bantuan guru. Multimedia pembelajaran mandiri mengandung fitur assesmen untuk latihan, ujian, dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalah. Contohnya Macromedia Authorware atau Adobe Flash. Teknologi multimedia memudahkan guru untuk menyampaikan materi pelajaran, dan siswa merasa terlibat dalam proses pembelajaran karena teknologi multimedia mampu menghasilkan komunikasi yang interaktif. Siswa yang menggunakan multimedia dapat mempelajari pengetahuan yang ada di dalam multimedia sesuai dengan minat, bakat, keperluan, pengetahuan dan emosinya. Multimedia digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran untuk menyampaikan informasi dalam bentuk yang lebih menarik bagi siswa, dengan alat bantu komputer. Keuntungan pembelajaran dengan animasi komputer adalah : dapat dilakukan siswa kapanpun termasuk di rumah, sehingga mereka dapat belajar lebih lama dan mengulangi materi pelajaran lebih lama tanpa terikat guru dan waktu, dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alat mahal dengan cara yang murah dan mudah, bahkan dapat dilihat lebih jelas, misalnya percobaan nuklir dapat dilihat dalam animasi tanpa harus mencoba nuklir sendiri,

57 34 reaksi atau kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam model sehingga siswa makin jelas menangkap konsepnya, simulasi komputer dapat membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang mereka lakukan dan mereka lihat. Selain dengan animasi, digunakan juga media yang sesuai dalam pembelajaran materi gelombang eektromagnetik, yaitu video. Video dapat menyajikan informasi, mengambarkan suatu proses dan tepat mengajarkan keterampilan, menyingkat dan mengembangkan waktu serta dapat mempengaruhi sikap. Hal ini dipengaruhi oleh ketertarikan minat, dimana tayangan yang ditampilkan oleh media video dapat menarik gairah rangsang (stimulus) seseorang untuk menyimak lebih dalam (Kemp, J.E cit. Arisandi, D. 2011). Video merupakan alat bantu informasi yang dapat menarik minat siswa dalam belajar, karena video dapat menampilkan gambar dan suara yang mendukung dalam pembelajaran. Video / VCD pembelajaran adalah suatu media yang dirancang secara sistematis dengan berpedoman kepada kurikulum yang berlaku dan dalam pengembangannya mengaplikasikan prinsip-prinsip pembelajaran sehingga program tersebut memungkinkan peserta didik mencerna materi pelajaran secara lebih mudah dan menarik. Materi Gelombang Elektromagnetik dapat ditanyangkan dengan video / VCD, sehingga diharapkan siswa akan mudah memahami materi yang bersifat abstrak tersebut. Siswa yang belum memahami materi yang ditayangkan dapat mengulang kembali baik di sekolah maupun di rumah.

58 35 7. Modul Modul diartikan sebagai suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru (Depdiknas 2008). Tujuan disusunnya modul adalah agar siswa dapat menguasai kompetensi yang diajarkan dalam kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya. Bagi guru, modul juga menjadi acuan dalam menyajikan dan memberikan materi selama diklat atau kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam setiap kelas, siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat dan kecepatan belajar) maka perlu diadakan pengorganisasian materi, sehingga semua siswa dapat mencapai dan menguasai materi pelajaran sesuai dengan yang telah ditetapkan. Bentuk pelaksanaan cara mengajar seperti itu adalah dengan membagi-bagi bahan pembelajaran menjadi unit-unit pembelajaran yang masingmasing bagian meliputi satu atau beberapa pokok bahasan. Modul adalah bahanbahan pembelajaran atau materi pembelajaran yang meliputi satu atau beberapa pokok bahasan, agar siswa menguasai kompetensi yang diajarakan. Modul adalah bahan belajar yang dirancang secara sistematis berdasarkan kurikulum tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu. Modul dapat mengandung berbagai macam kegiatan belajar. Contoh kegiatan belajar adalah membaca buku pelajaran atau karangan-karangan, mendengarkan audiotape, memperhatikan gambar atau foto serta diagram, melihat film dan slide, menyelidiki berbagai alat demonstrasi, commit to dan user turut serta dalam proyek dan

59 36 eksperimen (Purwanto 2007 cit. Handayani, D.E. 2010). Pembelajaran dengan modul termasuk sistem pembelajaran individual yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menurut kecepatan masing-masing. Modul merupakan bahan ajar atau materi pelajaran yang disusun untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh siswa sesuai dengan kecepatan masing-masing. Selain memberi kesempatan kepada siswa untuk maju menurut kecepatan masing-masing, modul mempunyai tiga tujuan lain yang perlu mendapat perhatian, yaitu : memberikan kesempatan untuk memilih diantara sekian banyak topik dalam suatu program, mengadakan penilaian yang sering tentang kemajuan dan kelemahan siswa. Memberikan modul remedial untuk mengolah kembali seluruh bahan yang telah diberikan guna pemantapan dan perbaikan, atau mengulang pelajaran untuk lebih memantapkannya dengan cara-cara lain, sehingga lebih mempermudah pemahaman siswa. Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen. Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, antara lain adalah : pendahuluan yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modu tersebut dan tujuan pembelajaran berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai dimuat pula tujuan peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain menyiapkan situasi

60 37 pembelajaran yang kondusif, membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas dan melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik. Adapun keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul antara lain adalah: meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan, setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil, siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya, bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat diyakini bahwa pembelajaran menggunakan modul secara efektif akan dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga hasil belajar mereka dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. 8. Kemampuan Berpikir Abstrak Kemampuan berpikir merupakan sekumpulan ketrampilan yang kompleks yang dapat dilatih sejak usia dini. Berpikir merupakan proses mental yang terjadi karena berfungsinya otak dalam rangka mencari jawaban atas suatu persoalan, menemukan ide-ide, mencari pengetahuan, atau sekedar untuk berimajinasi. Proses berpikir terjadi oleh berfungsinya otak manusia, karena otak manusia merupakan pusat kesadaran, pusat berpikir, perilaku, dan emosi manusia mencerminkan keseluruhan dirinya, kebudayaan, kejiwaan, bahasa dan ingatannya (Semiawan, C.R cit. Andra 2010). Berpikir merupakan proses mental dalam rangka menemukan jawaban persoalan atau sekedar berimajinasi.

61 38 Konsep-konsep kecerdasan dari Binet dan Stoddard dalam Kadaryanti (2011 ) menekankan pada kemampuan abstraksi. Dalam konsep Binet, unsur abstraksi dalam kecerdasan terwujud dalam kemampuan memutuskan secara tepat, berpikir secara rasional, dan mempunyai otokritik. Alfred Binet mengembangkan tes intelegensia yang digunakan secara luas dan berhasil menemukan cara untuk menentukan usia mental seseorang. Usia mental mungkin lebih tinggi, lebih rendah, atau sama dengan usia kronologis (usia yang dihitung sejak kelahirannya). Anak cerdas memiliki usia mental lebih tinggi dari usianya, dan mampu mengerjakan tugas-tugas untuk anak yang usianya lebih tinggi. Tingkat kecedasan adalah usia mental dibagi usia kronologis dikalikan 100. Stoddard manganggap bahwa kemampuan abstraksi merupakan inti dari kecerdasan. Kemampuan berpikir abstrak tidak terlepas dari pengetahuan tentang konsep, karena berpikir memerlukan kemampuan untuk membayangkan atau menggambarkan benda dan peristiwa yang secara fisik tidak selalu ada. Orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak baik akan dapat mudah memahami konsep-konsep abstrak dengan baik. Jadi kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata, dalam arti siswa melakukan kegiatan berpikir secara simbolik atau imajinatif terhadap objek permasalahan itu. Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi dan kemampuan dapat dicapai oleh anak yang sudah mencapai tahap operasional formal yang baik. Jadi dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dengan tidak memerlukan

62 39 pertolongan benda / peristiwa konkrit. Kemampuan berpikir abstrak menurut Binet ini diukur dengan menggunakan tes kemampuan berpikir abstrak, antara lain terdiri atas : a. Subtes penalaran verbal Merupakan suatu tes bakat yang mengungkapkan kemampuan untuk memahami konsep-konsep dalam bentuk kata-kata (verbal). Tes ini bertujuan menilai kemampuan siswa untuk mengabstraksi (meringkas) atau menggeneralisir serta berpikir secara konstruktif dibanding dengan kepastian atau pengenalan kata terutama untuk mengungkapkan kemampuan penalaran. b. Perhitungan aritmatik Butir-butir soal tes kemampuan angka dirancang untuk mengungkap pemahaman relasi angka dan mempermudah dalam menangani konsep-konsep menurut angka-angka. Masalah-masalah disusun dalam tipe soal yang biasanya disebut "perhitungan aritmatik" daripada apa yang biasanya disebut penalaran aritmatik. Ini didorong oleh adanya suatu keinginan untuk menghindari unsurunsur bahasa yang biasanya berupa masalah penalaran aritmatik, dimana kemampuan membaca memiliki peran yang sangat berarti. Bentuk perhitungan memberikan keuntungan sehingga tidak akan merugikan sebagai suatu ukuran kemampuan. c.. Tes penalaran abstrak Dimaksudkan sebagai instrumen non-verbal yang mengungkapkan kemampuan penalaran mahasiswa. Rangkaian ini disajikan dalam masing-masing persoalan yang memerlukan persepsi pengoperasian prinsip dalam mengubah

63 40 diagram-diagram. Misalnya siswa harus menemukan asas-asas atau prinsipprinsip yang menentukan perubahan gambar-gambar dan memberikan tanda-tanda atau petunjuk-petunjuk yang dipahaminya dengan menunjukkan (menandai) diagram-diagram yang seharusnya dikuti secara logis. d. Tes kecepatan dan ketelitian klerikal Tes kecepatan dan ketelitian klerikal dimaksudkan untuk mengukur kecepatan memberikan jawaban atau tanggapan dalam suatu tugas persepsi yang sederhana. Pertama-tama siswa harus memilih kombinasi yang telah ditandai dalam tes, kemudian akan tercetus suatu pikiran untuk mencari kombinasi yang sama dalamsuatu kelompok kombinasi yang sama pada gambar jawaban secara terpisah, dan terakhir dapat ditemukan kombinasi yang identik yang diberikan garis bawah. e. Tes Penalaran Mekanikal Tes penalaran mekanikal pada dasarnya suatu bentuk baru dari serangkaian uji pemahaman mekanikal yang telah dipersiapkan sebelumnya oleh salah seorang pengarang. Masing-masing soal berisi situasi mekanikal yang disajikan berupa gambar-gambar sekaligus bersama dengan pertanyaan yang susunan kata-katanya sederhana. Diusahakan agar soal-soal yang disajikan menggunakan istilah-istilah yang sederhana dan acap ditemui pada mesin-mesin atau peralatan yang tidak menyerupai gambar-gambar dalam buku tes atau memerlukan pengetahuan khusus. Dalam tes penalaran mekanik ini sedapat mungkin diperlukan penalaran yang tepat dan logis.

64 41 f. Space relation. Tipe soal yang direncanakan bagi tes ini menyajikan suatu kombinasi dari dua bentuk pendekatan terdahulu dengan pengukuran kemampuan ini. Kemampuan membayangkan suatu obyek yang dikonstruksi dari suatu gambar dalam suatu pola yang telah sering digunakan dalam tes visualisasi struktural. Demikian juga kemampuan untuk membayangkan bagaimana suatu obyek akan nampak jika diputar putar dalam beberapa cara tertentu yang telah dipergunakan secara efektif dalam pengukuran persepsi ruang. g. Spelling. Tipe soal yang digunakan dalam bagian mengeja pada subtes penggunaan bahasa bukanlah tipe soal-soal yang baru. Kata-katanya dipilih dengan teliti. Semua kata-kata diseleksi dari daftar Gate's Spelling Difficulties dalam kata. Kata-kata lainnya diseleksi sebagai tajuk rencana yang mereka tonjolkan dalam setiap kosa-kata. Ejaan yang tidak tepat atau salah dipilih dari penelitian Gates dan orang-orang yang lainnya. Subtes mengeja mengukur bagaimana baiknya seseorang dapat mengeja kata-kata umum dalam bahasa Indonesia (Inggris). Skor tes ini merupakan suatu prediktor terbaik kemampuan mempelajari stenografi dan pengetikan. h. Language usage. Tes pemakaian bahasa terdiri dari dua sub, yaitu: mengeja dan tata bahasa. Tes ini terdiri dari dua tes prestasi belajar yang singkat yang mengukur kemampuan-kemampuan penting yang perlu dipertimbangkan oleh seseorang bersama-sama dengan tes bakat lainnya yang dinilai oleh tes bakat perbedaan.

65 42 9. Kemampuan Verbal Dalam kehidupan manusia peranan bahasa sebagai alat komunikasi sangatlah penting, fungsi yang paling mendasar dari bahasa adalah pemikiran konseptual kedalam kehidupan. Bila pemikiran konseptual tidak dinyatakan dalam bahasa maka orang lain tidak akan memahami pikiran tersebut. Di dalam tes intelegensi, salah satu variannya adalah tes kecerdasan (kemampuan) verbal, yang bertujuan mengukur kemampuan verbal seseorang. Informasi verbal adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis dan dapat diungkap melalui sumber yang berupa lisan atau tertulis juga. Kemampuan verbal adalah kemampuan berkomunikasi yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis. Kemampuan intelegensi verbal meliputi: kosakata yang baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin tahu secara intelektual dan menunjukkan keingintahuan (Azwar, S. 2002). Kemampuan verbal dalam Fisika meliputi kemampuan memahami dan mengingat arti kata-kata, istilah-istilah Fisika yang terdapat dalam konsep dan soal. Kekeliruan dalam memahami kata-kata kunci dari soal mengakibatkan kesalahan yang fatal. Kemampuan verbal dalam Fisika merupakan kemampuan memahami simbol-simbol, maupun bahasa dalam konsep Fisika. Tes Kemampuan Verbal commit ini to terdiri user dari 6 sub tes yang mengukur

66 43 dimensi berfikir divergen dengan konten verbal tetapi masing-masing berbeda dalam produk (Miftah, M. 2009). Keenam subtes dari Tes Kreativitas Verbal atau kemampuan verbal yaitu: a. Permulaan Kata Siswa harus memikirkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan susunan huruf tertentu sebagai rangsangan. Tes ini mengukur kelancaran dengan kata yaitu kemampuan menentukan kata yang memenuhi persyaratan struktural dan tidak diperbolehkan membentuk nama seseorang. Waktu yang ditentukan adalah 2 menit untuk setiap subtes. b. Menyusun Kata Siswa harus menyusun sebanyak mungkin kata dengan menggunakan hurufhuruf dari satu kata yang diberikan dan menghindari membentuk nama seseorang. Tes ini menuntut kemampuan dalam reorganisasi persepsi. Waktu yang ditentukan adalah 2 menit per subtes. c. Membentuk Kalimat Tiga Kata Siswa harus menyusun kalimat sebanyak-banyaknya yang meliputi 3 kata dengan huruf pertama pada tiap kata diberikan sebagai stimulus, dengan urutan penggunaan ketiga huruf itu boleh dibolak-balik menurut keinginan siswa dalam waktu 3 menit per subtes. Setiap kalimat commit hanya to user boleh memakai 1 kata yang telah

67 44 dipakai dalam kalimat sebelumnya atau tidak boleh mengulang kata yang telah digunakan dalam kalimat tersebut. d. Sifat-Sifat yang Sama Siswa harus menemukan sebanyak mungkin objek baik benda hidup maupun benda mati yang semuanya memiliki 2 sifat yang telah ditentukan. Tes ini mengungkap kelancaran dalam memberikan gagasan yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan yang memenuhi syarat tertentu dalam waktu 2 menit untuk masing-masing subtes. e. Macam-Macam Penggunaan Subjek harus memikirkan sebanyak mungkin penggunaan yang tidak lazim dari benda sehari-hari. Penggunaan yang sebenarnya dari benda tersebut tidak perlu dituliskan. Tes ini mengungkapkan kelenturan berpikir, orisinalitas dalam berpikir yang dilihat dari kelangkaan jawaban yang diberikan siswa. Waktu yang ditentukan adalah 2 menit per subtes. f. Apa Akibatnya Siswa harus memikirkan segala sesuatu yang mungkin terjadi dari suatu hipotesis yang telah ditentukan sebagai stimulus yang mungkin terjadi di Indonesia. Tes ini mengungkapkan kelancaran memberikan gagasan dan keterperincian. Waktu yang ditentukan commit adalah to user 4 menit untuk setiap subtes.

68 Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Penilaian merupakan proses akhir dari suatu kegiatan. Penilaian prestasi belajar merupakan proses akhir dari suatu kegiatan pembelajaran. Penilaian mempunyai dua arti yaitu penilaian (assesmen) prestasi belajar dan penilaian (evaluasi) proses ataunprogram pendidikan. Penilaian prestasi belajar adalah caracara menumpulkan informasi tentang pencapaian dan kemajuan belajar siswa. Penilaian (evaluasi) program adalah kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan suatu system pendidikan secara keseluruhan. Penilaian program mempunyai cakupan yang luas, meliputi keseluruhan program pendidikan seperti perencanaan pendidikan, pelaksanaan pendidikan, dan penilaian pendidikan. Penilaian prestasi belajar merupakan bagian dari penilaian program pendidikan. Terdapat tiga ranah yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan berpikir untuk memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan penalaran. Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, emosi, sikap, dan perilaku. Sementara ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan kemampuan melakukan kegiatan yang mengaktifkan gerak fisik (Suharsimi 2005). Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau ditunjukkan oleh murid-murid sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka maupun huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu (Gunarso, S.D 1982). Dari uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil tes berupa angka maupun huruf yang meliputi

69 46 ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang diperoleh siswa setelah mengalami pembelajaran pada periode tertentu. b. Pengertian Prestasi Belajar Fisika Prestasi belajar Fisika adalah hasil tes yang berupa angka yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran Fisika pada materi Gelombang Elektromagnetik. 11. Materi Pembelajaran Fisika a. Konsep gelombang Konsep gelombang merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar untuk memahami berbagai gejala Fisika mulai dari Fisika klasik, Fisika modern hingga Fisika kuantum. Salah satu topik yang sangat penting dalam pembahasan mengenai gelombang adalah perpindahan energi. Sebagai contoh adalah energi bunyi dan berbagai energi lain yang dipindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa harus memindahkan materinya. Pembahasan mengenai gelombang ini menjadi sedemikian menarik karena begitu banyak aplikasi energi gelombang dalam kehidupan seperti dalam cahaya, panas, sinar-x dan radiasi sinar gamma. Gelombang adalah getaran yang merambat. Berdasarkan medium perambatanya gelombang dikelompokkan menjadi dua yaitu gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium di dalam perambatamya. Contoh gelombang mekanik antara lain : gelombang bunyi, gelombang permukaan air, dan gelombang pada commit tali. to Gelombang user elektromagnetik adalah

70 47 gelombang yang tidak memerlukan medium dalam perambatanya. antara lain : cahaya, gelombang radio, gelombnag TV, sinar X dan sinar gamma. b. Pengertian Gelombang Gelombang adalah bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah yang berurutan (gelombang tranversal) atau menghitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik. c. Macam-macam gelombang Menurut amplitudo dan fasenya, gelombang dibedakan menjadi gelombang berjalan dan gelombang diam (stasioner). Gelombang berjalan adalah yang amplitudodan fasenya sama di setiap titik yang dilalui gelombang. Gelombang diam (stasioner) adalah gelombang yang amplitude dan fasenya tidak sama (berubah) di setiap titik yang dilalui gelombang. Menurut medium perantaranya, gelombang dibedakan menjadi gelombang mekanik dan gelombang elektromagnetik. Gelombang mekanik adalah sebuah gelombang yang dalam perambatannya memerlukan medium, yang menyalurkan energi untuk keperluan proses penjalaran sebuah gelombang. Contoh : Suara, merupakan salah satu contoh gelombang mekanik yang merambat melalui perubahan tekanan udara dalam ruang tanpa udara, suara tidak bisa dirambatkan.

71 48 Di pantai dapat dilihat ombak, yang merupakan gelombang mekanik yang memerlukan air sebagai mediumnya. Contoh lain misalnya gelombang pada tali atau per (slinky), gelombang bunyi, dan gelombang laut. Gulungan gelombang laut terjadi karena gelombang menggunakan air laut sebagai perantara. Musik dapat didengar karena gelombang bunyi merambat melalui udara hingga sampai ke telinga. Tanpa udara, bunyi tidak akan didengar. Dalam hal ini udara berperan sebagai medium perambatan untuk gelombang bunyi. Gelombang mekanik terdiri dari dua jenis, yakni gelombang transversal dan gelombang longitudinal. Gelombang Transversal adalah gelombang jika partikel-partikel mediumnya bergetar ke atas dan ke bawah dalam arah tegak lurus terhadap gerak gelombang. Contoh gelombang transversal adalah gelombang tali. Ketika tali digerakkan naik turun, tampak bahwa tali bergerak naik turun dalam arah tegak lurus dengan arah gerak gelombang. Bentuk gelombang transversal tampak seperti Gambar 2.2. Gambar 2.2. Gelombang Transversal Pada Gambar 2.2, tampak bahwa gelombang merambat ke kanan pada bidang horisontal, sedangkan arah commit getaran to naik-turun user pada bidang vertikal. Garis

72 49 putus-putus yang digambarkan di tengah sepanjang arah rambat gelombang menyatakan posisi setimbang medium (misalnya tali atau air). Titik tertinggi gelombang disebut puncak sedangkan titik terendah disebut lembah. Amplitudo adalah ketinggian maksimum puncak atau kedalaman maksimum lembah, diukur dari posisi setimbang. Jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada gelombang disebut panjang gelombang Panjang gelombang juga bisa juga dianggap sebagai jarak dari puncak ke puncak atau jarak dari lembah ke lembah. Selain gelombang transversal, terdapat juga gelombang longitudinal. Jika pada gelombang transversal arah getaran medium tegak lurus arah rambatan, maka pada gelombang longitudinal, arah getaran medium sejajar dengan arah rambat gelombang, misalnya pada getaran sebuah pegas. Perhatikan gambar di bawah ini menunjukkan contoh gelombang longitudinal. Gambar 2.3. Gelombang Longitudinal Pada Gambar 2.3, tampak bahwa arah getaran sejajar dengan arah rambatan gelombang. Serangkaian rapatan dan renggangan merambat sepanjang pegas.

73 50 Rapatan merupakan daerah di mana kumparan pegas saling mendekat, sedangkan renggangan merupakan daerah di mana kumparan pegas saling menjauh. Jika gelombang tranversal memiliki pola berupa puncak dan lembah, maka gelombang longitudinal terdiri dari pola rapatan dan regangan. Panjang gelombang adalah jarak antara rapatan yang berurutan atau regangan yang berurutan. Yang dimaksudkan di sini adalah jarak dari dua titik yang sama dan berurutan pada rapatan atau regangan. Salah satu contoh gelombang logitudinal adalah gelombang bunyi di udara. Udara sebagai medium perambatan gelombang suara, merapat dan meregang sepanjang arah rambat gelombang udara. Berbeda dengan gelombang air atau gelombang tali, gelombang bunyi tidak bisa dilihat menggunakan mata. Ketika loudspeaker disentuh dan sedang memutar lagu, semakin besar volume lagu yang diputar, semakin keras loudspeaker bergetar. Kalau diperhatikan secara seksama, loudspeaker tersebut bergetar maju mundur. Dalam hal ini loudspeaker berfungsi sebagai sumber gelombang bunyi dan memancarkan gelombang bunyi (gelombang longitudinal) melalui medium udara. d. Besaran-besaran dalam gelombang Besaran-besaran dalam gelombang hampir sama dengan besaran-besaran yang dimiliki oleh getaran, antara lain, periode, frekuensi, kecepatan, fase, amplitudo. Ada satu besaran yang dimiliki oleh gelombang tetapi tidak dimiliki oleh getaran, yaitu panjang gelombang. 1) Frekuensi (f) dalam satuan Hz atau 1/det adalah jumlah gelombang yang lewat pada suatu titik setiap detik.

74 51 2) Periode (T) dalam satuan detik adalah waktu yang diperlukan untuk membentuk satu gelombang atau T = 1/f. (2.1) 3) Kecepatan rambat gelombang (v) dalam satuan m/det adalah kecepatan rambat puncak gelombang. 4) Panjang gelombang (λ) dalam satuan meter adalah jarak antara dua puncak gelombang yang berdekatan yaitu atu pencak dan satu lembah. 5) Amplitudo (A) adalah simpangan maksimum, dalam satuan meter (m) Hubungan antara v, f, λ, dan T adalah sebagai berikut : λ = v.t λ = v / f v = λ. f T = λ / v (2.2) (2.3) (2.4) (2.5) Dimana : λ = Panjang Gelombnag (m) v = kecepatan gelombang ( m/s) T = periode gelombang ( s ) f = frekuensi (Hz) Gambar 2.4. Visualisasi Gelombang

75 52 e. Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walau tidak ada medium. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelombang/wavelength, frekuensi, amplitudo, kecepatan. Amplitudo adalah simpangan maksimum, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya. Energi elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam semesta pada level yang berbeda beda. Semakin tinggi level energi dalam suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik. f. Ciri-Ciri Gelombang Elektromagnetik Ciri gelombang elektromagnetik adalah sebagai berikut: 1) Perubahan medan listrik dan medan magnetik terjadi pada saat yang bersamaan, sehingga kedua medan memiliki harga maksimum dan minimum pada saat yang sama dan pada tempat yang sama.

76 53 2) Arah medan listrik dan medan magnetik saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus terhadap arah rambat gelombang. 3) Merupakan gelombang transversal. 4) Seperti halnya gelombang pada umumnya, gelombang elektromagnetik mengalami peristiwa pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), perpaduan (interferensi), dan lenturan (difraksi). Juga mengalami peristiwa pengkutuban (polarisasi) karena termasuk gelombang transversal. 5) Cepat rambat gelombang elektromagnetik hanya bergantung pada sifat-sifat listrik dan magnetik medium yang ditempuhnya. Dapat merambat dalam ruang hampa. James Clark Maxwell menunjukkan bahwa gelombang elektromagnetik, berbeda dengan cahaya yang tampak oleh mata, mempunyai panjang gelombang dan frekuensi. Kesimpulan teoritis ini secara mengagumkan diperkuat oleh Heinrich Hertz, yang sanggup menghasilkan dan menemui kedua gelombang yang tampak oleh mata yang diramalkan oleh Maxwell itu. Beberapa tahun kemudian Guglielmo Marconi memperagakan bahwa gelombang yang tak terlihat mata itu dapat digunakan untuk komunikasi tanpa kawat sehingga muncullah apa yang dinamakan radio itu. Selain itu contoh-contoh lain dari radiasi elektromagnetik adalah televisi, sinar X, sinar gamma, sinar infra, sinar ultraviolet. Semuanya bisa dipelajari melalui hasil pemikiran Maxwell. Beberapa hal yang disimpulkan oleh Maxwell tentang gelombang elektro magnetic adalah: gelombang

77 54 elektromagnetik merupakan gelombang transversal, laju rambat gelombang EM adalah v = 1 atau c = Visualisasi gelombang EM yang merambat dalam arah sumbu x positif dapat ditunjukkan pada Gambar 2.5. Gambar 2.5. Visualisasi Gelombang Elektromagnetik yang Merambat Dalam Arah Sumbu x positif E = medan listrik (menjalar vertikal), B = medan magnet (menjalar horizontal). Gejala seperti ini disebut terjadinya gelombang elektromagnetik (gelombang yang mempunyai medan magnet dan medan listrik Hubungan antara frekuensi dan panjang gelombang elektromagnetik adalah: C = f λ Dimana : C = cepat rambat gelombang elektromagnetik (3 x 10 8 m/s) f = frekuensi (Hz) λ = panjang gelombang (m)

78 55 Perubahan medan listrik menimbulkan medan magnet yang tidak tetap besarannya. Sehingga perubahan medan magnet tersebut akan menghasilkan lagi medan listrik yang berubah-ubah. Proses terjadinya medan listrik dan medan magnet berlangsung secara bersama-sama dan menjalar ke segala arah. Arah getar vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus. Jadi gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang dihasilkan dari perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan, dimana arah getar vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus. g. Spektrum Gelombang Elektromagnetik Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya disebut spektrum elektromagnetik. Spektrum elektromagnetik disusun berdasarkan panjang gelombang mencakup kisaran energi yang sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah. Spektrum gelombang elektromagnetik digambarkan seperti pada Gambar 2.6 berikut. Wavelength (m) Radio Waves Micro Waves & Radar Infrared Visible light Ultra- Violet Frequency (Hz) X-rays Gamma Rays Gambar 2.6. Spektrum Gelombang Elektromagnetik

79 56 Macam-macam spektrum gelombang elektromagnetik dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Gelombang Radio Gelombang radio meliputi daerah frekuensi antara 10 4 Hz sampai 10 8 Hz dan panjang gelombangnya dari 10 m sampai 10 4 m. Gelombang radio banyak digunakan dalam dunia telekomunikasi. Gelombang radio dapat dibedakan menjadi dua, yaitu gelombang radio FM dan gelombang radio AM. Gelombang AM (Amplitudo Modulation) dapat mencapai tempat yang sangat jauh di belahan bumi karena gelombang ini dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Lapisan ionosfer merupakan lapisan udara yang banyak mengandung partikel-partikel listrik. Adapun gelombang FM (Frequency Modulation) banyak digunakan pada pemancar radio FM dan pemancar televisi. Gelombang FM mempunyai kelebihan dibandingkan gelombang AM karena gelombang FM tidak terganggu oleh perubahan kelistrikan di udara sehingga suara menjadi jernih. Akan tetapi, gelombang FM tidak dapat mencapai tempat-tempat yang jauh karena gelombang ini tidak dipantulkan oleh lapisan ionosfer. Gelombang ini diteruskan oleh lapisan ionosfer. Untuk mengatasi digunakan stasiun relai. Gelombang televisi (UHF) dan radio (VHF) tidak dipantulkan oleh lapisan atmosfer,sehingga luas daerah jangkauannya sempit. Karena dapat menembus lapisan atmosfer (ionosfer), gelombang ini sering digunakan sebagai alat komunikasi dengan satelit-satelit. Pesawat telvisi dan radio FM menggunakan gelombang ini sebagai pembawa informasi. Informasi bunyi dibawa dalam bentuk perubahan frekuensi atau modulasi frekuensi. Gelombang radio (MF dan HF) untuk komunikasi radio (memanfaatkan sifat gelombang MF dan HF yang

80 57 dapat dipantulkan oleh lapisan ionosfer, hingga dapat mencapai tempat yang jauh). Gelombang radio (UHF dan VHF). Untuk komunikasi satelit( memanfaatkan sifat gelombang UHF dan VHF yang dapat menembus lapisan atmosfer (ionosfer), hingga dapat mencapai satelit) Radio energi adalah bentuk level energi elektromagnetik terendah, dengan kisaran panjang gelombang dari ribuan kilometer sampai kurang dari satu meter. Penggunaan paling banyak adalah komunikasi, untuk meneliti luar angkasa dan sistem radar. Radar berguna untuk mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta 3D. permukaan bumi, mengukur curah hujan, pergerakan es di daerah kutub dan memonitor lingkungan. Panjang gelombang radar berkisar antara cm. 2) Gelombang mikro Gelombang mikro (microwaves) adalah gelombang radio dengan frekuensi paling tinggi yaitu diatas 3 GHz. Gelombang mikro biasanya juga dihasilkan oleh alat-alat elektronika dan dapat digunakan untuk alat-alat komunikasi, memasak, dan radar. Jika gelombang mikro diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat. Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven untuk memasak makanan dengan cepat dan ekonomis. Gelombang mikro juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection and Ranging). Dalam suatu sistem radar, gelombang mikro dipancarkan terus menerus ke segala arah oleh pemancar. Jika ada objek yang terkena gelombang ini, sinyal akan dipantulkan oleh objek dan diterima kembali oleh penerima. Sinyal pantulan ini akan memberikan informasi bahwa ada objek yang dekat yang akan ditampilkan oleh layar radar. Sistem radar banyak

81 58 dimanfaatkan oleh pesawat terbang dan kapal selam. Dengan adanya radar, pesawat terbang dan kapal selam mampu mendeteksi keberadaan objek lain yang dekat dengan mereka. Di saat cuaca buruk di mana terjadi badai dan gangguan cuaca yang dapat mengganggu pengelihatan, keberadaan radar dapat membantu navigasi pesawat terbang untuk mengetahui arah dan posisi mereka dari tempat tujuan pendaratan. 3) Sinar Inframerah Sinar infamerah dihasilkan oleh elektron dalam molekul-molekul yang bergetar karena benda dipanaskan yang dapat dimanfaatkan dalam bidang industri, medis, dan astronomi. Setiap benda panas pasti memancarkan sinar inframerah. Jumlah sinar inframerah yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda. Pemotretan permukaan bumi dari pesawat udara maupun satelit biasanya menggunakan sinar inframerah karena tidak banyak dihamburkan oleh partikel-partikel udara. Sinar inframerah meliputi daerah frekuensi Hz sampai Hz atau daerah panjang gelombang 10-4 m sampai 10-1 m. Sinar yang tidak dilihat tetapi dapat dideteksi di atas spektrum merah itu disebut radiasi inframerah. Kondisi-kondisi kesehatan dapat didiagnosis dengan menyelidiki pancaran inframerah dari tubuh. Foto inframerah khusus disebut termogram digunakan untuk mendeteksi masalah sirkulasi darah, radang sendi dan kanker. Radiasi infra merah dapat juga digunakan dalam alarm pencuri. Seorang pencuri tanpa sepengetahuannya akan menghalangi sinar dan menyembunyikan alarm. Remote control berkomunikasi dengan TV commit melalui to user radiasi sinar inframerah yang

82 59 dihasilkan oleh LED ( Light Emiting Diode ) yang terdapat dalam unit, sehingga kita dapat menyalakan TV dari jarak jauh dengan menggunakan remote control. Dalam bidang kesehatan, pancaran panas berupa pancaran sinar inframerah dari organ-organ tubuh dapat dijadikan sebagai informasi kondisi kesehatan organ tersebut.ini sangat bermanfaat bagi dokter dalam diagnosis dan keputusan tindakan yang sesuai buat pasien. Selain itu, pancaran panas dalam intensitas tertentu dipercaya dapat digunakan untuk proses penyembuhan penyakit seperti cacar dan encok. Dalam teknologi elektronik, sinar inframerah telah lama digunakan sebagai media transfer data. Ponsel dan laptop dilengkapi dengan inframerah sebagai salah konektivitas untuk menghubungkan atau transfer data dari satu perangkat dengan perangkat lain. 4) Cahaya Tampak Cahaya tampak sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal oleh kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Perbedaan sensasi pada mata akibat cahaya yang berbeda frekuensi atau panjang gelombangnya akan menimbulkan warna yang berbeda. Spektrum warna cahaya berdasarkan urutan kenaikan panjang gelombang adalah: Ungu (390 nm 455 nm) Biru (455 nm 492 nm) Hijau (492 nm- 577 nm) Kuning (577 nm 597 nm) Jingga (597 nm 622 nm)

83 60 Merah (622 nm 780 nm) Kegunaan cahaya tampak salah satunya adalah penggunaan laser dalam serat optik, pada bidang telekomunikasi, dan kedokteran. LASER merupakan singkatan dari Light Amplification by stimulated Emission of Radiation. Laser merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik, biasanya dalam bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dapat dilihat dengan mata normal melalui proses pancaran terstimulasi. Pancaran laser biasanya tunggal, memancarkan foton dalam pancaran koheren. Perkembangan kegunaan sinar laser antara lain untuk menghasilkan tenaga yang sangat kuat seperti halnya dalam proses peledakan bom Hidrogen dengan menembakkan berkas sinar laser ke arah bahan bakar yang mengandung hidrogen berat akan terjadi reaksi termonuklir dan akan berakhir dengan peledakan yang amat dahsyat. 5) Sinar ultraviolet Sinar Ultraviolet atau ultraungu dihasilkan oleh atom-atom dan molekulmolekul dalam loncatan listrik. Matahari merupakan sumber utama dari sinar ultraviolet. Sinar ultraviolet dari matahari dapat mengionisasi partikel-partikel di atmosfer yang berada pada ketinggian sekitar 80 km yang disebut lapisan ionosfer. Lapisan ozon (O3) di atmosfer dapat menyerap sinar ultraviolet sehingga tidak sampai ke permukaan bumi. Berlubangnya lapisan ozon dapat meningkatkan sinar ultraviolet yang sampai ke permukaan bumi. Sinar ultraviolet dapat dimanfaatkan dalam bidang industri terutama dalam proses sterilisasi. 6) Sinar X Sinar X ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen sehingga sinar-x sering disebut sinar Rontgen. Pada umumnya, sinar-x dihasilkan akibat tumbukan

84 61 elektron berkecepatan tinggi pada permukaan logam. Sinar- X memiliki daya tembus yang kuat karena panjang gelombangnya sangat pendek (10-9 m m). Sinar X banyak digunakan dalam bidang kedokteran (diagnosis dan terapi medis) maupun dalam bidang industri (analisis struktur bahan). Suatu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging, dan otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Gambar 2.7 Hasil Foto Rontgen Gambar 2.7 menunjukkan hasil penyinaran menggunakan sinar x pada tangan. Pada gambar dapat dilihat tulang-tulang jari, sedangkan daging pada tangan tidak kelihatan. Ini menunujukkan bahwa masing-masing material pada tangan menyerap sinar x yang berbeda. Tulang mempunyai nomor atom lebih besar sehingga mempunyai daya serap terhadap sinar x lebih tinggi dibandingkan dengan daging yang mempunyai nomor atom lebih kecil dan daya serap terhadap sinar x rendah. Pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan

85 62 sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulangtulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda. 7) Sinar Gamma Sinar gamma (γ) merupakan gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang paling pendek, yaitu dari m sampai m, atau frekuansi tertinggi. Daya tembus sinar gamma besar sekali, yaitu dapat menembus logam sampai beberapa sentimeter. Sinar gamma dihasilkan oleh atom-aton tidak stabil. Sinar gamma berasal dari aktivitas inti atom. Sinar gamma merupakan sinar radioaktif yang dikeluarkan oleh inti-inti atom tertentu. Sinar ini sangat berbahaya dan dapat membunuh sel hidup, terutama sinar gamma tingkat tinggi yang dilepaskan oleh reaksi nuklir. Sinar gamma mempunyai daya tembus sangat tinggi, maka sinar gamma di gunakan dalam berbagai bidang, antara lain: industri untuk mengetahui struktur logam, di bidang pertanian untuk membuat bibit unggul, di bidang teknik nuklir untuk membuat radioisotope, di bidang farmasi untuk sterilisasi. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sabagai berikut: 1. Akpinar, A. dan Orgin, O. (2008) dalam penelitiannya yang berjudul : Fostering Primary Concept Maps menyimpulkan bahwa, kelompok ekperimen yang melakukan pembelajaran dengan animasi komputer interaktif memiliki skor lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yang melakukan pembelajaran secara tradisional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

86 63 pengaruh pembelajaran animasi komputer interaktif pada pejaran Biologi materi sel dan konsep abstrak lainnya, yang dilaksanakan di pusat studi dasar Izmir Turki. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan media animasi computer interaktif yang merupakan bagian dari multimedia untuk mempelajari konsep abstrak. Perbedaannya, penelitian yang dilakukan oleh Ercan Akpinar dan Omer Orgin tersebut mengungkapkan perbedaan pembelajaran menggunakan media animasi komputer dan pembelajaran tradisional, dengan cara input data yang diteruskan dengan peta konsep untuk mendapatkan kesimpulan dari konsep yang dipelajari. Penelitian tersebut juga tidak meninjau faktor internal siswa yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pembelajaran Problem Based Learning menggunakan multimedia dan modul ditinjau dari factor internal siswa yaitu kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal. Siswa mengamati dan mempelajarai materi pelajaran dipandu dengan lembar kerja siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah dan mengambil kesimpulan dari konsep yang dipelajari. Berdasarkan persamaan dan perbedaan tersebut, maka mendorong untuk diadakan penelitian untuk mata pelajaran Fisika pada materi Gelombang Elektromagnetik menggunakan multimedia dan modul. 2. Davies, A. dan Dalgarno, B. (2009), dalam penelitiannya yang dimuat pada Australian Journal of Education Technology 2009,25(1), 1-13 dengan judul Learning fire investigation the clean way : The virtuil experience berkesimpulan bahwa dengan belajar menggunakan CD berbasis virtual siswa akan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan-ketreampilan mendasar

87 64 untuk membangun melalui pelajaran experiental dalam pekerjaan. Kejadiankejadian nyata yang diputar kembali melalui media virtuil berpengaruh terhadap pemahaman konsep yang dipelajari siswa. Dengan CD berbasis virtual siswa dapat menyelesaikan tugas-tugas nyata yang berbahaya. Persamaan dengan penelitian ini adalah pengguanan CD yang merupakan bagian dari multimedia yang digunakan untuk mempelajari materi yang bersifat abstrak agar dapat dipelajari seperti nyata. Perbedaannya adalah tidak membandingkan dengan media lain seperti modul, karena materi yang dipelajari berkaitan dengan pengalaman yang telah terjadi yaitu penyelidikan aktivitas api atau kebakaran. Sedangkan dalam penelitian ini yang dipelajari adalah materi yang bersifat abstrak yang dapat dipelajari dengan menggunakan multimedia maupun modul. 3. Penelitian yang terkait dengan kemampuan verbal dilakukan oleh Hawkins, et all. (2007) dari Nicholls State Uneversity, Inggris dalam European journal Of Behavior Analisys memaparkan Multiple exemplar instruction was effective in evoking the verbal capacity of naming and the contingency procedure induced observational learning Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa contoh pengarahan telah efektif dalam meningkatkan kemampuan verbal melalui penamaan dan prosedur kelompok diinduksikan pembelajaran. Berdasarkan penelitian tersebut maka penelitian ini akan menggunakan kemampuan verbal yang dimiliki siswa dengan memperhatikan instruksi atau pengkondisian kelas dengan adanya aturan dalam proses pembelajaran.

88 65 Perbedaan penelitian ini adalah terletak pada pengunaan kemampuan verbal, jika dalam jurnal kemampuan verbal sebagai tujuan subjek yang diteliti sedangkan dalam penelitian ini kemampuan verbal dijadikan faktor penentu keberhasilan pembelajaran. 4. Hyo-Jeong So (2009) dalam penelitiannya yang dimuat dalam Australasian Journal of Educational Technology 2009, 25(1), yang berjudul Learning about problem based learning: Student teachers integrating technology, pedagogy and content knowledge. Penelitian ini meneliti kompleksitas pre-service guru teknologi pengetahuan konten pedagogi dalam konteks mengintegrasikan pembelajaran berbasis masalah (PBL) dan informasi dan komunikasi (TIK). Desain pelajaran mereka menunjukkan ketidaksesuaian antara teknologi alat, representasi konten, dan strategi pedagogis, menunjukkan perbedaan isi pengetahuan pedagogis dalam merancang pedagogis suara, teknologi pelajaran terpadu. Bagi siswa dianggap sangat menantang dan menghasilkan masalah otentik dan masalah terstruktur untuk topik konten yang dipilih, mengintegrasikan alat ICT dan sumber daya yang relevan bagi terget siswa dan kegiatan pembelajaran, dan merancang tugas dengan keseimbangan antara bimbingan guru dan kemandirian siswa. Penelitian menunjukkan kurangnya interaksi antara keyakinan, pengetahuan, dan tindakan, dan repertoar tidak cukup untuk mengajar dengan teknologi untuk pembelajaran berbasis masalah. Persamaan penelitian dalam jurnal dangan penelitian ini adalah pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), sedangkan

89 66 perbedaannya adalah penelitian dalam jurnal, dalam pembelajaran berbasis masalah guru, dan mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan teknologi, pedagogi dan konten, tidak ditinjau dari faktor internal mahasiswa yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan dalam penelitian ini pembelajaran berbasis masalah menggunakan multimedia dan modul ditinjau dari dua faktor internal siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa. 5. Akınoğlu, O. dan Tandoğan, R.O. (2007) dalam Eurasia Jurnal Matematika, Sains & Teknologi Pendidikan 2007,3 (1),71-81 dengan judul The Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran aktif berbasis masalah terhadap prestasi belajar siswa dan konsep pembelajaran. Dalam penelitian tersebut disimpulkan ada pengaruh pembelajaran aktif berbasis masalah terhadap prestasi belajar siswa dan sikap siswa terhadap mata pelajaran sosiologi. Perbedaan penelitian dalam jurnal tersebut adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran aktif berbasis masalah terhadap presatasi belajar dan konsep pembelajaran Sosiologi, tidak menggunakan media dan tidak ditinjau dari factor internal yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Oleh sebab itu mendorong untuk diadakan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah menggunakan multimedia dan modul ditinjau dari kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar Fisika.

90 67 6. Setiani, A.R. (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan menggunakan media animasi, siswa lebih aktif dan mandiri dibandingkan dengan mengguanakan media VCD. Hal ini dimungkinkan pembelajaran dengan media animasi siswa lebih senang dan lebih mudah memahami konsep. Siswa yang mengikuti pembelajaran CTL menggunakan media animasi prestasi belajarnya baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran CTL mengguanakan media VCD. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media animasi siswa lebih senang, lebih aktif, lebih mandiri, dan lebih mudah memahami konsep dibandingkan dengan media VCD. Sehingga mendorong untuk diadakan penelitian dengan media yang sama yaitu multimedia, diantaranya juga mengguanakan animasi tetapi menggunakan model pembelajaran yang berbeda yaitu PBL. 7. Siswoyo (2009), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemapuan berpikir abstrak tinggi dan rendah, tedapat interaksi antara metode pembelajaran kontekstual (inkuiri tebimbing dan POE) dan kemampuan berpikir abstrak, terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas siswa, dan terdapat interaksi antara metode pembelajaran kontektual (inkuiri terbimbing dan POE) dengan kemampuan berpikir abstrak dan kreativitas siswa. Pada penelitian tersebut terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak rendah. Sehingga penelitian yang dilakukan oleh Siswoyo tersebut ada relevansinya dengan penelitian ini, yaitu meninjau

91 68 kemampuan berpikir abstrak siswa. Perbedaannya penelitian tersebut menggunakan metode kontekstual (inkuiri terbimbing dan POE). Hal ini mendorong untuk diadakan penelitian dengan model PBL menggunakan multimedia dan modul. Apakah siswa yang mempunyai kemampuan abstrak tinggi bila menggunakan multimedia prestasi belajarnya akan lebih baik dibandingkan siswa yang kemampuan abstraknya rendah. 8. Pratiwi, D.A. (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perlakuan metode pembelajaran PBL tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, antara laikn karena siswa yang dikenai perlakuan sudah lama mengalami pembelajaran yang berpusat pada guru, sehingga kemandirian siswa kurang terbentuk. Siswa kurang mengalami belajar secara otentik dan berlatih memecahkan masalah. Penelitian tersebut mempunyai kesamaan dengan penelitian ini, yaitu penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Meskipun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Astuti Pratiwi tersebut diperoleh hasil yang tidak signifikan pada perlakukan metode PBL, tetapi memberi dukungan untuk diadakan penelitian terhadap pembelajaran PBL dengan dua media yang berbeda yaitu multimedia dan modul terhadap kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal. 9. Adib, M. (2009), dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pembelajaran STAD menggunakan media animasi dan media molymod terhadap prestasi belajar siswa pada senyawa hidrokarbon, dan ada pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

92 69 Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Adib tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pembelajaran menggunakan media animasi terhadap prestasi belajar siswa, dan ada pengaruh yang signifikan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Berarti penelitian tersebut mendukung dan memberi gambaran pada penelitian ini, yaitu melihat adanya pengaruh pembelajaran dengan multimedia dan pengaruh kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Perbedaanya, penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran STAD pada mata pelajaran kimia, sehingga mendorong adanya penelitian menggunakan model pembelajaran lain yaitu PBL pada mata pelajaran Fisika. 10. Miftah, M. (2009), dalam penelitiannya antara lain menyimpulkan bahwa antara pada kategori kemampuan verbal tinggi dan sedang prestasi belajar lebih baik dari pada yang berkemampuan verbal rendah, dan pada kategori kemampuan verbal tinggi menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan kategori kemampuan verbal sedang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muh.Miftah tersebut menunjukkan bahwa kemampuan verbal yang dimiliki siswa mempengaruhi prestasi belajar, sehingga memberi dukungan dan memberi gambaran pada penelitian ini tentang penerapan dua metode yang berbeda ditinjau dari kemampuan verbal siswa.. Perbedaannya adalah, penelitian tersebut dilakukan dengan model pembelajaran langsung dan kooperatif pada pembelajaran matematika. Oleh karena itu perlu dibuktikan melalui penelitian menggunakan model pembelajaran yang lain yaitu PBL dengan media yang berbeda yaitu multimedia dan modul pada pembelajaran Fisika.

93 70 B. Kerangka Berpikir Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang pembelajarannya berdasarkan pada metode ilmiah, tidak hanya secara teoritis, tetapi juga melalui latihan penelitian tentang bagaiman Fisika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk membuktikan pengetahuan teoritis pembelajaran Fisika dilakukan dengan kegiatan eksperimen baik dilakukan di laboratorium maupun di luar laboratorium. Untuk materi Fisika yang bersifat abstrak yang tidak dapat dilakukan eksperimen, diperlukan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami konsep-konsep tersebut. Media yang digunakan antara lain multimedia dan modul. Pendekatannya menggunakan model pembelajaran Problem Based learning (PBL). 1. Ada pebedaan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran PBL menggunakan multimedia dengan pembelajarn PBL menggunakan modul. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) memiliki ciri penekanan pada pemecahan masalah yang terjadi dalam berbagai konteks, mengaitkan dengan kehidupan siswa yang bebeda-beda baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat, memonitor dan mengarahkan siswa untuk belajar mandiri, mendorong siswa untuk biasa belajar bersama teman, menerapkan penilaian autentik dan menyenangkan. Kelebihan pembelajaran berdasarkan masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah: realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiry siswa, memupuk kemampuan problem solving. Sehingga diperlukan media yang tepat dalam pembelajaran yaitu multimedia dan

94 71 modul. Media tersebut diharapkan tepat untuk pembelajaran materi Fisika yang bersifat abstrak yaitu gelombang elektromagntik yang membutuhkan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal yang baik. Kedua media tersebut diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan multimedia pembelajaran Fisika bisa lebih menarik karena dapat menampilakan gambar dan tulisan yang bergerak, dan dapat membantu pemahaman konsep abstrak menjadi seperti nyata kepada siswa. Selain itu multimedia memiliki kelebihan atau keuntungan, yaitu: masuk akal, sehingga dapat meningkatkan pembelajaran, meningkatkan dan menvalidasi ekspresi diri dengan membiarkan pebelajar untuk memutuskan sendiri, membuat pebelajar menjadi pemilik sehingga mereka bisa menciptakan apa yang hendak mereka pelajari, menciptakan suasana yang aktif, sehingga pebelajar bisa terlibat langsung, dapat sebagai katalisator yang menjembatani komunikasi siswa dengan guru, pemakaian multimedia sudah tidak asing lagi, karena telah digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti video dan televisi. Sedangkan dengan modul, siswa belajar menurut kecepatan masingmasing dengan membaca secara mandiri. Kekurangan dari modul adalah siswa hanya membayangkan konsep abstrak yang dipelajarinya. Diduga ada perbedaan prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia dengan siswa yang menggunakan modul. Diduga prestasi belajar siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia lebih baik daripada siswa yang menggunakan modul.

95 72 2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah. Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan menemukan pemecahan masalah tanpa hadirnya objek permasalahan itu secara nyata, dalam arti siswa melakukan kegiatan berpikir secara simbolik atau imajinatif terhadap objek permasalahan itu. Untuk menyelesaikan masalah yang bersifat abstrak akan mudah dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi dan kemampuan dapat dicapai oleh anak yang sudah mencapai tahap operasional formal yang baik, yaitu anak usia 11 atau 12 tahun ke atas. Sehingga kemampuan berpikir abstrak diharapkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak yang tinggi belajar menggunakan multimedia akan lebih mudah memahami konsep abstrak, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah akan megalami kesulitan memahami konsep abstrak dengan menggunakan multimedia. Diduga siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi akan memilki prestasi belajar lebih baik dari pada siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak rendah. 3. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Kemampuan verbal adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku siswa yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis yang diperoleh dari sumber yang menggunakan

96 73 bahasa lisan atau tertulis untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih efisien dalam proses. Dengan belajar menggunakan modul, siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi akan lebih mudah menganalisis dan memahami konsep yang dipelajarinya dari pada siswa yang kemampuan verbalnya rendah. Diduga siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi prestasi belajarnya lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. 4. Ada interaksi antara model pembelajara PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. Dengan multimedia, siswa didorong untuk menemukan prinsipprinsip atau pengetahuan bagi dirinya, memahami konsep abstrak, menghilangkan miskonsepsi karena siswa dapat membandingkan pemikirannya yang tidak benar. Sedangkan dengan modul diharapkan siswa dapat membaca, memprediksi, membuat dugaan dan kesimpulan tehadap suatu peristiwa fisika dari permasalahan yang dimunculkan. Sedangkan kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan siswa untuk berpikir logis dengan simbol-simbol sehingga diharapkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses pembelajaran, dan kemampuan berpikir abstrak yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Dari kedua variabel tersebut diharapkan terdapat interaksi antara multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak. Diduga siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi, baik diberi multimedia maupun modul lebih berprestasi dari pada yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah.

97 74 5. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. Multimedia maupun modul memungkinkan siswa menemukan prinsipprinsip atau pengetahuan. Kedua media tersebut memberi kebebasan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri dan memecahkan masalah atau persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Oleh karena itu kedua media memerlukan kemampuan verbal yang diharapkan memilki pengaruh yang signifikan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Dari kedua variabel tersebut diharapkan terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal siswa. Diduga siswa yang memilki kemampuan verbal tinggi baik dengan multimedia maupun modul lebih berprestasi daripada memiliki kemampuan verbal rendah. 6. Ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan siswa untuk berpikir logis dengan simbol-simbol sehingga diharapkan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap proses pembelajaran, dan kemampuan berpikir abstrak yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar. Kemampuan verbal adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku siswa yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis yang diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa lisan atau tertulis untuk menghasilkan produk atau gagasan, mencari pemecahan masalah yang lebih efisien dalam proses pembelajaran. Siswa yang memiliki

98 75 kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi diharapkan prestasi belajarnya lebih baik dari pada yang kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan verbalnya rendah, karena siswa tersebut dapat menganalisis, menemukan, dan menghubungkan antar konsep lebih baik. Dari kedua variable moderator tersebut diharapkan terdapat interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. Diduga siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi lebih berprestasi dari pada siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan verbal rendah. 7. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan mutimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. Multimedia dan modul memberi keleluasaan siswa berpikir kreatif untuk memecahkan masalah dan persoalan-persoalan serta membangun pengetahuannya sendiri. Untuk mempelajari materi Gelombang Elektromagnetik dengan media animasi memerlukan kemampuan berpikir abstrak yang tinggi. Sedangkan dalam pembelajaran dengan media modul memerlukan kemampuan verbal yang tinggi pula. Sehingga dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan berpengaruh signifikan terhadap keberhasilan proses pembelajaran. Dari variabel-variabel tersebut diharapkan terdapat interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan commit kemapuan to user berpikir abstrak dan kemapuan

99 76 verbal terhadap prestasi belajar siswa. Diduga siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi lebih berprestasi dari pada yang memilki kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan verbal rendah, baik dengan multimedia maupun modul. C. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah disusun, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang diberi pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dengan siswa yang menggunakan modul. 2. Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. 3 Ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki kemampuan verbal tinggi dan rendah. 4 Ada interaksi antara model pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa 5. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. 6. Ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.

100 77 7. Ada interaksi antara model pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa.

101 78 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanankandi SMA Negeri 3 Surakarta, kelas X pada tahun pelajaran 2011/2012. SMA Negeri 3 Surakarta dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan peneliti adalah sebagai guru di sekolah tersebut, sehingga data yang diperoleh lebih akurat karena sudah mengenal siswanya. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2011 / 2012, dimulai dari penyusunan proposal pada bulan Juli 2011 sampai dengan laporan penelitian yang berakhir pada bulan Mei Secara geris besar tahap pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Tahap persiapan : Tahap ini meliputi : pengajuan judul, penyusunan proposal, seminar proposal, pembuatan instrumen penelitian meliputi instrumen pembelajaran, instrumen pengambilan data, penentuan sampel, dan uji coba instrumen. Uji coba instrumen dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Februari Tahap pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data. Penelitian dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Maret Tahap analisis data dan penulisan laporan. Analisis data sampai dengan penulisan laporan dimulai pada bulan Maret 2012 sampai bulan Juni

102 79 Tahap kegiatan dan waktu pelaksanaan terlihat pada Tabel 3.1 berikut : Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian No Tahap Kegiatan Penelitian Waktu Pelaksanaan 1 Pengajuan judul Juni Penyusunan proposal Juli Oktober Seminar proposal Oktober Pengumpulan data Maret Menganalisis data Maret Membahas hasil penelitian Maret April Menulis hasil laporan penelitian April Juni 2012 B. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah eksperimental, yang melibatkan dua kelompok yaitu eksperimen satu dengan multimedia dan eksperimen dua dengan modul. Kedua kelompok ini diasumsikan sama dalam segala segi yang relevan dan hanya berbeda dalam pemberian perlakuan dalam pembelajaran. Kelompok pertama diberi perlakuan dengan pembelajaran dengan model Problem Based Learning menggunakan multimedia, sedangkan kelompok kedua diberi perlakuan dengan model Problem Based Learning menggunakan modul. Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2x2x2. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini. Tabel 3.2. Desain Penelitian Model Problem Based Learning (A) Multimedia Modul (A 1 ) (A 2 ) Kemampuan Berpikir Abstrak (B 1 ) Kemampuan Verbal (B 2 ) Tinggi (C 1 ) A 1 B 1 C 1 A 2 B 1 Rendah (C 2 ) A 1 B 1 C 2 A 2 B 1 C 2 Tinggi (C 1 ) A 1 B 2 C 1 A 2 B 2 C 1 Rendah (C 2 ) A 1 B 2 C 2 A 2 B 2 C 2

103 80 Keterangan Tabel 3.2 tersebut, A adalah media pembelajaran, B 1 adalah kemampuan berpikir abstrak, dan B 2 adalah kemampuan verbal. A 1 adalah multimedia, dan A 2 adalah modul. C 1 adalah kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal kategori tinggi, dan C 2 adalah kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal kategori rendah. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah seluruh subyek penelitian (Suharsimi 1996 ). Populasi adalah seluruh siswa yang karakteristiknya ingin diketahui. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X siswa SMA Negeri 3 Surakarta yang berjumlah 327 siswa dan terbagi dalam 10 kelas. 2. Sampel Dari populasi tersebut diambil dua kelas yaitu X 2 dan X 9, masing-masing kelas terdiri dari 32 siswa, sehingga jumlah sampel ada 64 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak sederhana (Cluster Random Sampling), karena siswa dibagi merata ke semua kelas sesuai denga nilai tes masuk, sehingga semua kelas dianggap sama atau sebanding. Sampel yang digunakan sebanyak 64 siswa terbagi dalam dua kelas, yaitu kelas X 2 dan X 9 masing-masing kelas terdiri dari

104 81 32 siswa. Kelas X 2 diberi pembelajaran dengan model PBL menggunakan multimedia dan kelas X 9 diberi pembelajaran dengan model PBL menggunakan modul. Pertimbangan penetapan pemberian perlakuan tersebut berdasarkan hasil tes kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal. Kelas X 2 memperoleh nilai rata-rata kemampuan abstrak lebih tinggi dibandingkan kelas yang lain, sehingga ditetapkan sebagai sampel yang diberi pembelajaran menggunakan multimedia. Sedangkan kelas X 9 memperoleh nilai rata-rata kemampuan verbal lebih tinggi dibandingkan kelas yang lain, sehingga ditetapkan sebagai sampel yang diberi pembelajaran menggunakan modul. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian Variabel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga variabel, yaitu variabel bebas (multimedia dan modul), variable moderator (kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal), dan variabel terikat (prestasi belajar Fisika). Variabel bebas yang dimaksud adalah media pembelajaran, dalam hal ini multimedia dan modul yang digunakan dengan model Problem based Learning (PBL). Variabel moderator pertama adalah kemapuan berpikir abstrak yaitukemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dengan tidak memerlukan pertolongan benda / peristiwa konkrit. Kemampuan berpikir abstrak dikategorikan menjadi yaitu kategori tinggi dan rendah. Kemampuan berpikir abstrak siswa tinggi jika skor tes kemampuan berpikir abstrak siswa > Mean.

105 82 Kemampuan berpikir abstrak siswa rendah jika skor tes kemampuan berpikir abstrak siswa Mean. Variabel moderator yang kedua adalah kemampuan verbal yaitu kemampuan yang dimiliki siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan melalui bahasa lisan atau tertulis. Kemapuan verbal dikategorikan menjadi dua yaitu kategori tinggi dan rendah. Kemampuan verbal siswa tinggi jika skor tes kemampuan verbal siswa >Mean. Kemampuan verbal siswa rendah jika skor tes kemampuan verbal siswa Mean Sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar, yaitu skor yang ditunjukkan oleh tes hasil belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar dibatasi pada aspek kognitif pelajaran Fisika kelas X pada materi gelombang elektromagnetik. 2. Definisi Operasional a. Model Problem Based Learning (PBL) atau model pembelajaran berbasis masalah, adalah pembelajaran dengan memunculkan masalah-masalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir untuk memecahkan masalah. b. Multimedia adalah informasi komputer yang dapat disajikan melalui audio, video, teks, grafik, dan animasi. c. Modul adalah materi pelajaran yang disusun untuk membantu para siswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan secara spesifik dan operasional.

106 83 d. Kemampuan berpikir abstrak adalah kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah dengan tidak memerlukan pertolongan benda / peristiwa konkrit. e. Kemampuan verbal adalah kemampuan yang dimiliki siswa yang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis dan dapat diungkap melalui sumber yang berupa lisan atau tertulis juga. f. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran dengan memenuhi aspek kognitif. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal siswa dilakukan tes, berupa tes kemampuan berpikir abstrak dan tes kemampuan verbal yang berkaitan dengan materi Fisika. Sedangkan untuk memperoleh data kognitif siswa dilakukan tes prestasi belajar berupa soal-soal dari materi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu gelombang elektromagnetik. Data afektif siswa diperoleh dengan observasi atau pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung atau pada waktu penelitian F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen pelaksanaan penelitian dan insrumen pengambilan data, yaitu : 1. Istrumen Pelakasanaan Penelitian

107 84 Instrumen dalam peneltian ini yaitu : Silabus, Rencana Program Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS), multimedia, dan modul. Untuk menjamin validitas istrumen pelaksaan penelitian, maka instrumen tersebut dikonsultasikan kepada pembimbing dan dilakukan tes content validity kepada ahli atau pakar. 2. Instrumen Pengambilan data Pengambilan data dilakukan dengan metode tes. Metode tes adalah suatu alat ukur yang berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandarisasikan dan bertujuan untuk mengukur kemampuan dari hasil belajar individu atau kelompok. Pengumpulan data dengan metode tes prestasi belajar diugunakan untk mendapatkan informasi tentang kemampuan intelektual siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tes yang digunakan dalam penelitian berupa tes obyektif. Instrumen penelitian untuk prestasi belajar berupa tes dengan bentuk pilihan ganda dan siswa tinggal memilih jawaban yang telah tersedia lima pilihan jawaban (satu jawaban benar). Sedangkan instrument penelitian untuk mengetahui kemapuan berpikir abstrak berupa tes dengan bentuk pilihan ganda dan siswa tinggal memilih jawaban yang telah tersedia empat pilihan jawaban (satu jawaban benar). Instrumen untuk kemampuan verbal juga berupa tes dengan bentuk bilihan ganda, dan siswa tinggal memilih jawaban yang tersedia empat pilihan jawaban (satu jawaban benar). Teknik pemberian skor tes : N = x 100 (3.1)

108 85 Persamaan (3.1) merupakan cara menghitung skor prestasi belajar siswa. (N) merupakan perbandingan antara jumlah soal yang dijawab benar (B) dan banyaknya soal seluruhnya (n) dikalikan 100 untuk mendapat rentang skor G. Uji Coba Instrumen Sebelum eksperimen yang sebenarnya dilakukan, perlu dilakukan uji coba terhadap item instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mendapat tes yang baik. Analisis item meliputi derajat kesukaran, daya pembeda, indeks validitas, dan indeks reabilitas keseluruhan tes. Pelaksanaan uji coba instrumen pada penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Ponorogo, karena sekolah tersebut mempunyai standar yang sama dengan SMA Negeri3 Surakarta sebagai sekolah tempat penelitian, yaitu sekolah RSBI atau Rintisan Sekolah Berstandar Internasional dan juga mempunyai kelas program akselerasi. 1. Derajat kesukaran. Derajat kesukaran atau tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran, yaitu bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran dihitung denganpersamaan : Atau IK = (3.3)

109 86 Dimana : IK : Indeks kesukaran. JB A : Jumlah pengikut yang menjawab pada kelompok atas JB B : Jumlah pengikut yang menjawab benar pada kelompok bawah JS A : Jumlah siawa pada kelompok atas JS B : Jumlah siswa pada kelompok bawah. B N N : Jumlah pengikut yang menjawab benar : Jumlah pengikut keseluruhan. Klasifikasi indeks kesukaran menurut Suharsimi Arikunto (1995) dapat dilihat pada Tabel 3.3 beikut. Tabel 3.3. Klasifikasi Indeks Kesukaran Interval IK 0,00< IK 0,30 0,30 < IK 0,70 0,70 <IK < 1,00 Klasifikasi Item Sukar Sedang mudah Dari analisis tingkat kesukaran item tes prestasi belajar diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.4 berikut : Tabel 3.4 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Item Tes Prestasi Belajar Tingkat Jumlah soal Nomor soal kesukaran Sukar 11 3,8,12,17,23,27,32,35,38,39,43 Sedang 28 1,2,4,6,9,13,15,20,22,24,28,29,33,34,37, 41,42,44,45,46,47,11,19,21,30,36,48,49 Mudah 11 5,7,10,14,16,18,25,26,31,40,50 Jumlah soal seluruhnya 50

110 87 Dari 50 soal tes prestasi belajar dipilih sebanyak 43 butir soal, yaitu : soal sedang dipilih 21 butir soal, soal sukar dipilih 11 butir soal, dan soal mudah dipilih 11 butir soal. 2. Daya Pembeda Daya beda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswayang mempunyai kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Untuk soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa tidak pandai soal itu tidak baik, tidak mempunyai daya pembeda. Demikian pula jika semua siswa baik pandai maupun tidak pandai tidak dapat menjawab benar, soal tersebut tidak mempunyai daya pembeda. Item soal yang baik adalah soal yang bisa dijawab siswa yang pandai saja. Daya pembeda dihitung dengan persamaan : DP = (3.4) Persamaan (3.4) menunjukkan bahwa Daya Pembeda (DP) merupakan perbandingan antara selisih jumlah jawaban benar dalam kelompok atas ( dan jumlah jawaban benar pada kelompok bawah ( dengan jumlah siswa pada kelompok atas ( Daya Pembeda dapat juga dihitung dengan persamaan : DP = (3.5) Persamaan (3.5) menunjukkan bahwa Daya pembeda (DP) merupakan selisih dari perbandingan antara jumlah benar dalam kelompok atas ( ) dan jumlah pengikut dalam kelompok atas (N B ) dengan perbandingan antara jumlah benar dalam kelompok bawah (B B ) dan jumlah pengikut commit to dalam user kelompok bawah (N B ). Kriteria daya pembeda soal ditunjukkan pada Table 3.5 berikut.

111 88 Tabel 3.5. Kriteria Daya Pembeda Soal Interval DP Kriteria 0,00 DP 0,20 Jelek 0,20 < DP 0,40 Cukup 0,40 < DP 0,70 Baik 0,70< DP 1.00 Sangat Baik Dari analisis daya pembeda item tes prestasi belajar siswa diperoleh hasil seperti pada Tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6. Hasil Analisis Daya Pembeda Item Tes Prstasi Belajar Daya Pembeda Jumlah soal Nomor soal Baik 22 3,4,6,7,8,9,13,15,17,23,27,29, 34,37,38,39,40,41,42,45,47 Cukup 21 1,2,5,10,12,14,16,18,20,22,24, 25, 26,28,31,32,33,43,44,46,50 Jelek 7 11,19,21,30,36,48,49 Jumlah soal Seluruhnya 50 Dari hasil perhitungan daya pembeda untuk 50 butir soal tes prestasi belajar, diperoleh soal dengan daya pembeda baik sebanyak 22 butir soal, daya pembeda cukup sebanyak 21 butir soal, dan daya pembeda jelek sebanyak 7 butir soal. Soal yang dipilih sebanyak 43 butir soal dengan daya pembeda baik dan cukup, sedangkan soal yang daya pembedanya jelek dibuang. 3. Uji Validitas Validitas atau kesahihan adalah pengujian untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan commit fungsi to user alat ukur yang dapat digunakan

112 89 dalam pengujian validitas soal/kuesioner adalah angka hasil korelasi antara skor pernyataan dan skor keseluruhan pernyataan responden terhadap informasi dalam soal. Jeniskorelasi dalam uji coba instrumen penelitian yang digunakan adalah korelasi product moment dari Pearson, yaitu : r = (3.6) r = Koefisien korelasi phi P A = Proporsi kelompok atas yang menjawab benar P B = Proporsi kelompok bawah yang menjawab benar p q = Proporsi seluruh siswa yang menjawa benar = 1 p Jika nilai r negative maka item tersebut tidak valid, dan jika nilai r 0,30 maka item dikatakan baik atau mempunyai indeks validitas yang tinggi. Koefisien korelasi dapat juga dihitung dengan persaman : r pbis = (3.7) X i = perbandingan antara jumlah skor total yang menjawab benar ( ) dengan jumlah siswa yang menjawab benar ( X ) X t = Perbandingan antara Jumlah skor total ( Y ) dengan Jumlah siswa pengikut keseluruhan. S t p q = Standar deviasi skor total = Proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal. = Proporsi siswa yang menjawab commit salah to pada user setiap butir soal.

113 90 Jika r pbis > r table maka butir soal dikatakan valid. Dalam penelitian untuk uji validitas butir soal Tes prestasi belajar, Tes kemampuan verbal, dan Tes kemampuan berpikir abstrak digunakan program Microsoft Excel dengan hasil sebagai berikut. Tabel 3.7. Hasil Analisis Validitas Item Tes Prestasi Belajar No Jenis Instrumen Jumlah Soal Seluruhnya Jumlah soal Valid Jumlah soal Tidak valid 1 Tes prestasi belajar Tes kemampuan verbal Tes kemampuan berpikir abstrak Dari hasil analisis validitas tersebut, maka diambil keputusan akhir sebagai berikut : a. Tes prestasi belajar Dari 50 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak sebanyak 43 butir soal digunakan, sebanyak 7 butir soal tidak digunakan yaitu nomor : 11, 19, 21, 30, 36, 48, 49. b. Tes kemampuan verbal. Dari 40 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak 34 butir soal digunakan, dan sebanyak 6 soal tidak digunakan yaitu nomor : 12, 13, 17, 21, 29, 33. c. Tes kemampuan berpikir abstrak. Dari 20 butir soal yang diuji cobakan, sebanyak 20 butir soal digunakan semuanya. 4. Uji Reliabilitas Reliabilitas atau keandalan adalah uji yang dipergunakan untuk mengetahuikonsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen apabila

114 91 instrument tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu obyek atau responden. Dalam penelitian ini digunakan persamaan sebagai berikut: r n = ( ) ( (3.8) Dimana : r n = Indeks reliabilitas seluruh tes k = Jumlah item tes S 2 =Varians total p = proporsi siswa yang menjawab benar pada setiap butir soal, yaitu banyaknya siswa yang menjawab benar dibagi dengan banyaknya seluruh siswa pengikut tes. Standar yang digunakan dalam menentukan reliabel dan tidaknya suatu instrumen penelitian umumnya adalah perbandingan antara r hitung dengan r table pada taraf kepercayaan 95 % atau tingkat signifikan 5 %. Menurut Suharsimi (1995) apabila alpha hitung lebih besar dari r tabel dan alpha hitung bernilai positif maka suatu instrument penelitian dapat disebut reliabel. Tingkat reliabel instrumen ditunjukkan oleh Tabel 3.8 berikut. Tabel 3.8. Kriteria Tingkat Reliabilitas Butir soal Nilai r n Tingkat reabelitas r n <0,20 Sangat rendah 0.20 <r n < 0,40 Rendah 0,40 <r n <0,60 Agak rendah 0,60 <r n <0,80 Cukup 0,80 <r n <1,00 Tinggi r n > 1,00 Sangat tinggi Dalam penelitian ini, untuk uji reliabilitas butir soal digunakan program Microsoft Excel dengan hasil analisis sebagai berikut. a. Tes prestasi belajar, diperoleh reliabilitas 0,969, maka dikategorikan tinggi.

115 92 b. Tes kemampuan verbal, diperoleh reliabilitas 0,989 maka dikategorikan tinggi. c. Tes kemampuan berpikir abstrak, diperoleh reliabilitas 0,985, maka dikategorikan tinggi. Berdasarkan hasi uji reliabelitas tersebut, maka instrument tes prestasi belajar, tes kemampuan verbal, dan tes kemampuan berpikir abstrak dapat digunakan lagi dalam penelitian. H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Data Dalam penelitian ini untuk menganalisis data digunakan analisis multivariate Tests (manova) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji persyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan dua variabel bebas yaitu multimedia, dan modul. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kosmogorov Samirnov dengan Lilliefors Significance Correcction. Uji ini dikakukan dengan menggunakan program SPSS versi 18. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis Ho: Sampel berasal dari populasi yang commit berdistribusi to user normal

116 93 Ha: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Taraf Signifikansi: α = 5% 3) Keputusan Uji Ho diterima jika p value (sig.) 0,05 Ho ditolak jika p value (sig.) < 0,05 b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan Metode Levene test dan F-test. Dalam SPSS versi 18 istilah homogenitas menggunakan Test of Homogeneity variances. Adapun prosedur ujinya adalah sebagai berikut: 1) Hipotesis Ho: Sampel berasal dari populasi yang homogen Ha: Sampel tidak berasal dari populasi yang homogen 2) Taraf Signifikansi: α = 5% 3) Keputusan Uji Ho diterima jika p value (sig.) 0,05 Ho ditolak jika p value (sig.) < 0,05

117 94 2. Uji Hipotesis a. Analisis Variansi (ANAVA) Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak menggunakan analisis variansi (anava) tiga jalan 2x2x2 dengan desain faktorial yang ditunjukkan pada tabel 3.5 dengan asumsi : 1) Populasi-popukasi berdistribusi normal 2) Populasi-populasi homogin 3) Sampel dipilih secara acak 4) Variabel terikat berskala pengukuran interval. 5) Variabel bebas berskala pengukuran nominal. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) dengan General Linier Model (GLM). Statistik uji menggunakan GLM (General Linier Model) yang terdapat dalam program SPSS versi 18. Ketentuan pengambilan kesimpulan yaitu Ho ditolak ketika P-Value (Sig.) < 0,05 sehingga H1 akan diterima dengan tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. b. Uji lanjut Anava atau Uji Komparasi Ganda Apabila dari hasil uji hipotesis terdapat Ho yang ditolak maka dilanjutkan dengan Uji Lanjut atau Uji Komparasi Ganda. Uji Lanjut dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara rerata populasi yang dilihat dari estimatornya, yaitu rerata pada sampel yang berkaitan. Dengan kata lain uji komparasi ganda bertujuan untuk mengetahui perbedaan rerata yang signifikan

118 95 setiap pasangan baris dan kolom yang Ho nya ditolak, kemudian perhitungannnya dilakukan dengan menggunakan program Excel, atau PASW 18.

119 96 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian meliputi data nilai prestasi belajar kognitif dan afektif.prestasi belajar aspek kognitif didapat melalui tes materi pembelajaran yaitu materi gelombang elektromagnetik, sedangkan aspek afektifdidapat melalui observasi atau pengamatan ketika pembelajaran dilakukan.data diperoleh dari siwa kelas X semester 2, kelas X 2 sebagai kelas eksperimen I dengan pembelajaran model PBL menggunakan multimedia dan kelas X 9 sebagai kelas eksperimen II dengan pembelajaran model PBL menggunakan modul. 1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Siswa Nilai prestasi belajar kognitif siswa dikategorikan tinggi jika nilainya >mean (rarata), dan nilai prestasi kognitif dikategorikan rendah jika nilainya mean. Jumlah sampel yang diteliti yaitu 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk kelas modul. a. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media Tabel 4.1. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media Media Jumlah Data Mean Minimum Maksimum SD Multimedia 32 83, Modul 32 80, ,49 96

120 97 Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar kognitif kelas multimedia 83,63 sedangkan rerata nilai prestasi belajar kognitif kelas modul 80,03. Jadi rerata prestasi belajar kognitif siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia lebih tinggi daripada yang menggunakan modul. Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif siswa berdasarkan media disajikan dalam Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) ` Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif, disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.1 berikut ini. Frekuensi Nilai Interval Gambar 4.1. Histogram Nilai Pestasi Belajar Kognitif

121 98 Berdasarkan Tabel 4.2 dan Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa nilai prestasi belajar kognitif dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 18 siswa. 1) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Multimedia Tabel 4.3. Distibusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Multimedia Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif dengan multimedia, disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.2 berikut ini. Frekuensi Nilai Interval Gambar 4.2. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif dengan Multimedia

122 99 Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa nilai prsetasi belajar dengan frekuensi teringgi terletak pada interval yang berjumlah 9 siswa. 2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif dengan Modul Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Dengan Modul Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif kelas modul, disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.3 berikut ini. Frekuensi Nilai Interval Gambar 4.3. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif dengan Modul

123 100 Berdasarkan Tabel4.4 dan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa nilai prestasi belajar dengan frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 9 siswa. b. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa Dalam penelitian ini data kemampuan berpikir abstrak siswa diperoleh dari pemberian tes kemampuan berpikir abstrak kepada sampel. Kemampuan berpikir abstrak dikategorikan tinggi jika skornya > rerata, dan kemampuan berpikir abstrak dikategorikan rendah jika skornya rerata. Pengambilan kriteria tersebut berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk kelas modul. Deskripsi data nilai prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan berpikir abstrak disajikan dalam Tabel 4.5 berikut ini. Tabel 4.5. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Jumlah Data Mean Minimum Maksimum SD Rendah 30 77, ,59 Tinggi 34 86, ,25 Pada Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki memampuan berpikir abstrak tinggi 86,00 sedangkan rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan

124 101 berpikir abstrak rendah 77,10. Jadi rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah. Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori tinggi disajikan dalam Tabel 4.6 berikut ini. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi data nilai prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori tinggi disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.4 berikut ini. Frekuensi Gambar 4.4. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemamcommit to user puan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi

125 102 Berdasarkan Tabel 4.6 dan Gambar 4.4 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 10 siswa. Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori rendah disajikan dalam Tabel 4.7 berikut ini. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribuesi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori rendah disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.5 berikut ini. Frekuensi Nilai Interval Gambar 4.5. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah

126 103 Berdasarkan Tabel 4.7 dan Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 9 siswa. c. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif berdasarkan Kemampuan Verbal Siswa Dalam penelitian ini data kemampuan verbal siswa diperoleh dari pemberian tes kemampuan verbal kepada sampel. Kemampuan verbal dikategorikan tinggi jika skornya > rerata, dan kemampuan verbal dikategorikan rendah jika skornya rerata. Pengambilan kriteria tersebut berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk kelas modul. Deskripsi data prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan verbal disajikan dalam Tabel 4.8 berikut ini. Tabel 4.8. Deskripsi Data Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Jumlah data Mean Minimum Maksimum SD Rendah 34 77, ,78 Tinggi 30 87, ,41 Pada Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi 87,07 sedangkan rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah 77,21. Jadi rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki

127 104 kemampuan verbal tinggi lebih baik dibandingkan rerata nilai prestasi belajar kognitif siswa yang memiliki kemampuan verbal rendah. Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan verbal kategori tinggi disajikan dalam Tabel 4.9 berikut ini. Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Tinggi Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan verbal tinggi disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.6 berikut ini. Frekuensi Nilai interval Gambar 4.6. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Tinggi

128 105 Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 12 siswa. Distribusi frekuensi data prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan verbal kategori rendah disajikan dalam Tabel 4.10 berikut ini. Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Rendah Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi nilai prestasi belajar kognitif berdasarkan kemampuan verbal kategori rendah disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.7 berikut ini. Frekuensi Nilai Interval Gambar 4.7. Histogram Nilai Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Rendah

129 106 Berdasarkan Tabel 4.9 dan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval dan interval yang berjumlah masing-masing 11 siswa. d. Deskripsi Data Berdasarkan Media dan Kemampuan Berpikir Abstrak Tabel Deskripsi Data Berdasarkan Media dan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa Multimedia Modul KBA Mean Mean Rendah Tinggi Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki kamampuan berpikir abstrak rendah jika pembelajarannya menggunakan modul rerata nilai prestasi belajar kognitifnya lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan multimedia, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi jika pembelajarannya menggunakan multimedia rerata nilai prestasi belaja kognitifnya lebih tinggi daripada yang menggunakan modul. e. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media dan Kemampuan Verbal Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media dan Kemampuan Verbal Siswa Multimedia Modul Kemampuan Mean Mean Verbal Rendah Tinggi

130 107 Berdasarkan Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa siswa yang memilki kemampuan verbal rendah jika pembelajarannya menggunakan multimedia rerata nilai prestasi belajar kognitifnya lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan modul, begitu juga siswa yang memilki kemampuan verbal tinggi jika pembelajarannya menggunakan multimedia rerata nilai prestasi belajar kognitifnya lebih tinggi daripada siswa yang menggunakan modul f. Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media, Kemampuan Berpikir Abstrak, dan Kemampuan Verbal Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Kognitif Berdasarkan Media, Kemampuan Berpikir Abstrak, dan Kemampuan Verbal Media KBA KVerbal Mean SD N MD Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi MM Rendah Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi Berdasarkan Tabel 4.13 terlihat bahwa siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi atau rendah jika menggunakan multimedia memperoleh rarata nilai prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siwa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan commit verbal to tinggi user atau rendah. Tetapi jika pembelajarannya menggunakan modul, siswa yang memilki kemampuan

131 108 berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal rendah memperoleh rerata nilai prestasi belajar lebih rendah daripada siswa yang memiliki kemampuan bepikir abstrak rendah dan kemampuan verbal tinggi. 2. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa Dalam penelitian ini data prestasi belajar afektif diperoleh dari pengamatan terhadap siswa pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung sampai pada saat evaluasi atau tes prestasi belajar kognitif. Nilai prestasi belajar afektif siswa dikategorikan tinggi jika nilainya > nilai rerata, dan nilai prestasi belajar rendah jika nilainya nilai rerata. Pengambilan kriteria ini berdasarkan jumlah sampel yang diteliti yaitu 64 siswa yang terdiri dari 32 siswa untuk kelas multimedia dan 32 siswa untuk kelas modul. a. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Media Tabel 4.14.Deskripsi Data Nilai Prestasi BelajarAfektif Media Jumlah Data Mean Minimum Maksimum SD Multimedia 32 81, ,07 Modul 32 77, ,61 Pada Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar afektif kelas multimedia 81,25 sedangkan rerata nilai prestasi belajar afektif kelas modul 77,50. Jadi rerata prestasi belajar afektif siswa yang pembelajarannya menggunakan multimedia lebih commit tinggi daripada to user yang menggunakan modul.

132 109 Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif disajikan dalam Tabel 4.15 berikut ini. Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif, disajikan dalam bentuk histogram seperti pada Gambar 4.8 berikut ini Frekuensi nilai interval Gambar 4.8. Histogram commit Nilai Prestasi to user Belajar Afektif

133 110 Berdasarkan Tabel 4.15 dan Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval dan interval yang berjumlah masing-masing 13 siswa. 1) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Multimedia. Distibusi frekuensi data pestasi belajar afektif dengan multimedia disajikan dalam Tabel 4.16 berikut ini. Tabel Distibusi Frekuensi Data Pestasi BelajarAfektif dengan Multimedia Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Freuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%)

134 111 Untuk memperjelas distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif dengan multimedia, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.9 berikut Frekuensi nilai interval Gambar 4.9. Histogram Nilai Prestasi Belajar Afekif dengan Multimedia Berdasarkan Tabel 4.16dan Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval dan yang berjumlah masing-masing 7 siswa. 2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi belajar afektif siswa dengan modul. Distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif siswa yang pembelajarannya dengan model PBL menggunakan modul disajikan dalam Tabel 4.17 berikut ini.

135 112 Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif dengan Modul Niai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif siswa dengan modul, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.10 berikut. Frekuensi nilai interval Gambar Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif dengan Modul Berdasarkan Tabel 4.17 dan Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval 72 commit 77 yang to user berjumlah 8 siswa.

136 113 b. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Siswa Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Berdasarkan Kemampuan Abstrak Rendah dan Tinggi Kategori Jumlah Data Mean Minimum Maksimum SD Rendah 30 74, ,75 Tinggi 34 84, ,02 Berdasarkan Tabel 4.18 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar afektif siswa yang memiliki kemampuan abstrak rendah 74,00, sedangkan rerata nilai siswa yang memiliki kemampuan abstrak tinggi 84,12. Jadi siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi rerata nilai prestasi belajar afektifnya lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah. 1) Distribusi Frekuensi DataPrestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%)

137 114 Untuk memperjelas distribusi frekuensi data prestasi belajar afektif berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori tinggi, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.11 berikut ini Frekuensi nilai interval Gambar Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Tinggi Berdasarkan Tabel 4.19 dan Gambar 4.11 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 11 siswa. 2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah. Tabel Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%)

138 115 Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif berdasarkan kemampuan berpikir abstrak kategori rendah, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.12 berikut Frekuensi nilai interval Gambar Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Berpikir Abstrak Kategori Rendah Berdasarkan Tabel 4.17 dan Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 10 siswa. c. Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Siswa Tabel Deskripsi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Siswa Kategori Jumlah Data Mean Minimum Maksimum SD Rendah ,59 Tinggi ,85

139 116 Berdasarkan Tabel 4.21 dapat dilihat bahwa rerata nilai prestasi belajar afektif siswa yang memiliki kemampuan verbal tinggi lebih baik daripada siswa yang memilki kemampuan verbal rendah. 1) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Tinggi. Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Tinggi Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%) Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif berdasarkan kemampuan verbal kategori tinggi, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.13 berikut ini.

140 Frekuensi Gambar Histogram Nilai Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Tinggi Berdasarkan Tabel 4.22 dan Gambar 4.13 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 10 siswa. 2) Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Rendah Tabel Distribusi Frekuensi Data Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Rendah Nilai interval Frekuensi Nilai Tengah Frekuensi Kumulatif Frekuensi Relatif (%)

141 118 Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar afektif berdasarkan kemampuan verbal kategori rendah, disajikan dalam bentuk histogram seperti Gambar 4.14 berikut. Frekuensi nilai interval Gambar Histogram Prestasi Belajar Afektif Berdasarkan Kemampuan Verbal Kategori Rendah BerdasarakanTabel 4.21 dan Gambar 4.14 dapat dilihat bahwa frekuensi tertinggi terletak pada interval yang berjumlah 9 siswa. B. Uji Persyaratan Analisis Uji persyaratan analisis yang dilakukan terhadap data penelitian yang diperoleh adalah uji normalitas dan uji homogenitas yang dilakukan dengan komputasi menggunakan PASW Statistics dengan hasil sebagai berikut: 1. Uji Normalitas Uji normalitas yang digunakan adalah Uji Lilliefors, yaitu dengan Kolmogorov-Smirnov yang dilakukan pada data prestasi belajar Fisika. Rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar kognitif Fisika disajikan dalam Tabel 4.24 commit berikut to user

142 119 Tabel Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Kognitif NO Variabel Nilai Uji (P-value) Keputusan Kesimpulan 1 Siswa yang diberi pembelajaran PBL * Ho diterima Data normal dengan multimedia 2 Siswa yang diberi pembelajaran PBL * Ho diterima Data normal dengan modul 3 Siswa yang memiliki kemampuan Ho diterima Data normal berpikir abstrak rendah 4 Siswa yang memiliki kemampuan Ho diterima Data normal berpikir abstrak tinggi 5 Siswa yang memiliki Kemampuan Ho diterima Data normal verbal rendah 6 Siswa yang memiliki Kemampuan verbal tinggi Ho diterima Data normal 7 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah Ho diterima Data normal dan kemampuan verbal rendah 8 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah Ho diterima Data normal dan kemampuan verbal tinggi 9 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal rendah Ho diterima Data normal 10 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan * Ho diterima Data normal kemampuan verbal tinggi 11 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang memiliki * kemampuan berpikir abstrak rendah Ho diterima Data normal dan kemampuan verbal rendah 12 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang memiliki * kemampuan berpikir abstrak rendah Ho diterima Data normal dan kemampuan verbal tinggi 13 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi Ho diterima Data normal dan kemampuan verbal rendah 14 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang memiliki berpikir * abstrak tinggi dan kemampuan verbal Ho diterima Data normal tinggi Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar kognitif pada Tabel 4.24, commit terlihat to user bahwa semua nilai uji atau semua

143 120 P-value> 0,05, maka semua H 0 diterima, berarti semua data prestasi belajar kognitif berdistribusi normal. Tabel Rangkuman Uji Normalitas Prestasi Belajar Afektif Ho diterima Data normal NO Variabel Nilai Uji Keputusan Kesimpulan (P-value) 1 Siswa yang diberi pembelajaran PBL Ho diterima Data normal dengan multimedia 2 Siswa yang diberi pembelajaran PBL dengan modul Ho diterima Data normal 3 Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah Ho diterima Data normal 4 Siswa yang memiliki kemampuan berpikir abstrak tinggi Ho diterima Data normal 5 Siswa yang memiliki kemampuan Ho diterima Data normal verbal rendah 6 Siswa yang memiliki kemampuan Ho diterima Data normal verbal tinggi 7 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang Ho diterima Data normal memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan verbal rendah 8 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang Ho diterma Data normal memiliki kemampuan berpikir abstrak rendah dan kemampuan verbal tinggi 9 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang Ho diterima Data normal memiliki kemapuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal rendah 10 Pembelajaran PBL dengan multimedia untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir * abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi 11 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang memiliki berpikir Ho diterima Data normal abstrak rendah dan kemampuan verbal rendah 12 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang memiliki kemampuan berpikir * Ho diterima Data normal abstrak rendah dan kemampuan verbal tinggi 13 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang memiliki * Ho diterima Data normal kemampuan berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal rendah 14 Pembelajaran PBL dengan modul untuk siswa yang commit kemapuan to user * Ho diterima Data normal memiliki berpikir abstrak tinggi dan kemampuan verbal tinggi

144 121 Berdasarkan rangkuman hasil analisis uji normalitas untuk data prestasi belajar afektif pada Tabel 4.22, terlihat bahwa semua nilai uji atau semua P- value> 0,05, maka semua H 0 diterima, berarti semua data prestasi belajar afektif berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Jenis tes yang digunakan untuk uji homogenitas adalah tes Levene s. Rangkuman hasil uji homogenitas untuk data prestasi belajar kognitif disajikan dalam Tabel 4.26 untuk data prestasi belajat afektif disajikan dalam Tabel Tabel 4.26.Rangkuman Uji Homogenitas Presatasi Belajar Kognitif No Faktor Nilai Uji (P-value) Keputusan Kesimpulan 1 Pembelajaran PBL 0,467 Ho diterima Homogen 2 Kemampuan berpikir Ho diterima Homogen 0,906 abstrak 3 Kemamapuan verbal 0,510 Ho diterima Homogen 4 Pembelajaran PBL * 0,952 Ho diterima Homogen Kemampuan berpikir abstrak 5 Pembelajaran PBL * Kemampuan verbal 0,060 Ho diterima Homogen 6 Kemampuan berpikir 0,526 Ho diterima Homogen abstrak * Kemamapuan verbal 7 Setiap Sel 0,066 Ho diterima Homogen

145 122 Berdasarkan rangkuman uji homogenitas prestasi belajar kognitif pada Tabel 4.26 terlihat bahwa semua nilai uji atau semua P-value> 0.05 maka semua H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua data prestasi belajar kognitif berasal dari populasi yang homogen. Tabel Rangkuman Uji Homogenitas Prestasi Belajar Afektif No Faktor Nilai Uji Keputusan Kesimpulan (P-value) 1 Pembelajaran PBL 0,803 Ho diterima Homogen 2 Kemampuan berpikir Ho diterima Homogen 0,322 abstrak 3 Kemamapuan verbal 0,636 Ho diterima Homogen 4 Pembelajaran PBL * 0,371 Ho diterima Homogen Kemampuan berpikir abstrak 5 Pembelajaran PBL * 0,113 Ho diterima Homogen Kemampuan verbal 6 Kemampuan berpikir 0,577 Ho diterima Homogen abstrak * Kemamapuan verbal 7 Setiap Sel 0,654 Ho diterima Homogen Berdasarkan rangkuman uji homogenitas prestasi belajar afektif pada Tabel 4.27 nampak bahwa semua nilai uji atau semua P-value> 0.05, maka semua H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa semua data prestasi belajar afektif berasal dari populasi yang homogen. C. Hasil Penelitian 1. Uji Anava a. Hasil uji analisis variansi untuk prestasi belajar kognitif siswa. Rangkuman hasil uji Anava untuk prestasi belajar kognitif disajikan dalam Tabel 4.25 berikut ini.

146 123 Tabel Rangkuman Hasil Uji Anava untuk Prestasi Belajar Kognitif No Yang diuji p-value Keputusan Kesimpulan 1 PembelajaranPBL.014 H 01 ditolak ada perbedaan 2 Kemampuanberpikirabstrak.000 H 02 ditolak ada perbedaan 3 Kemampuanverbal.000 H 03 ditolak ada perbedaan 4 PembelajaranPBL * H 04 ditolak.001 kemampuanberpikirabstrak ada interaksi 5 PembelajaranPBL * H 05 ditolak.036 kemampuanverbal ada interaksi 6 Kemampuanberpikirabstrak * H 06 diterima tidak ada.977 kemampuanverbal interaksi 7 Pembelajaran_PBL * H 07 diterima tidak ada kemampuan_berpikir_abstrak *.761 tnteraksi kemampuan_verbal Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects tersebut, Jika P-value>0,05 maka Ho diterima, dan jika P-value< 0,05 maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang terdapat dalam Tabel 4.25 dapat disimpulkan sebagai berikut. 1) Hipotesis pertama H 01 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran PBL menggunakan multimedia dengan pembelajarn PBL menggunakan modul. H a1 : Ada pebedaan prestasi belajarsiswa dengan pembelajaran PBL menggunakan multimedia dengan pembelajarn PBL menggunakan modul Berdasarkan hasil uji hipotesis pertama pada Tabel 4.25, diperoleh P-value = (p < 0.05) maka hipotesis H 01 ditolak, sehingga dapat simpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa dengan pembelajaran PBL menggunakan multimedia dengan commit pembelajarn to user PBL menggunakan modul.

147 124 2) Hipotesis kedua H 02 : Tidak ada perbedaan prestasi belajarantara siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. H a2 : Adaperbedaan prestasi belajarantara siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis keduapada Tabel 4.25 diperoleh P-value = (p < 0.05) maka hipotesis H 02 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. 3) Hipotesis ketiga H 03 : Tidak ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki kemampuan verbal tinggi dan rendah. H a3 : Ada perbedaan prestasi belajaran antara siswa yang memilki kemampuan verbal tinggi dan rendah. Berdasarkan hasil uji hipotesis ketigapada Tabel 4.25, diperoleh P-value = (p < 0.05) maka hipotesis H 03 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar antara siswa yang memilki kemampuan verbal tinggi dan rendah. 4) Hipotesis keempat H 04 : Tidak ada Interaksi antara model pembelajara PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak siswa terhadap prestasi belajar siswa. H a4 : Ada interaksiantara model pembelajara PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa.

148 125 Berdasarkan hasil uji hipotsis keempat pada Tabel 4.25 diperoleh P-value = (P < 0.05) maka H 04 ditolak, sehingga dapat simpulkan bahwa ada Interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. 5) Hipotesis kelima H 05 : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. H a5: Ada interaksi antara model pembelajaran PBLdengan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajarsiswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis kelima pada Tabel 4.25 diperoleh P-value = 0.036(p < 0.05) maka hipotesis H 05 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. 6) Hipotesis keenam H 06 : Tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. H a6 : Ada interaksi antara kemapuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajarsiswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis keenam pada Tabel 4.25 diperoleh P-value= (P > 0.05) maka H 06 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajarsiswa.

149 126 7) Hipotesis ketujuh H 07 : Tidak ada interaksi antara model pembelajaran P BL dengan multimedia danmodul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. H a7 : Ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hasil uji hipotesis ketujuh pada Tabel 4.25 diperoleh P-value= (P > 0.05) maka H 07 diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada interaksi antara model pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. b. Hasil uji analisis variansi untuk prestasi belajar afektif siswa. Rangkuman hasil uji Anava untuk prestasi belajar afektif disajikan dalam Tabel 4.29 berikut ini. Tabel Rangkuman Hasil Uji Anava untuk Prestasi Belajar Afektif No Yang diuji p-value keputusan Kesimpulan 1 Pembelajaran_PBL H 01 ditolak ada Perbedaan 2 Kemampuan_berpikir_abstrak H 02 ditolak ada perbedaan 3 Kemampuan_verbal H 03 ditolak ada perbedaan 4 Pembelajaran_PBL * H 04 ditolak ada interaksi kemampuan_berpikir_abstrak 5 Pembelajaran_PBL * H 05 ditolak ada interaksi kemampuan_verbal 6 Kemampuan_berpikir_abstrak H 06 diterima * kemampuan_verbal tidak ada interaksi 7 Pembelajaran_PBL * kemampuan_berpikir_abstrak H 07 diterima tidak ada interaksi * kemampuan_verbal

150 127 Berdasarkan hasil Tests of Between-Subjects Effects, jika p-value> 0,05 maka hipotesis nol ditolak, sedangkan jika p-value< 0,05 maka hipotesis nol diterima. Berdasarkan rangkuman pada Tabel 4.26 untuk prestasi belajar afektif siswa dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Hipotesis pertama diperoleh p-value =0,044. Oleh karena p-value < 0,05 maka H 01 ditolak, berarti ada perbedaan pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul terhadap prestasi belajar. 2) Hipotesiskedua Diperoleh p-value = 0,000. Oleh karena p-value < 0,05 maka H 02 ditolak, berarti ada perbedaan antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. 3) Hipotesis ketiga Diperoleh p-value= 0,000. Oleh karena p-value< 0,05 maka H 03 ditolak, berarti ada perbedaan antara kemampuan verbal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar. 4) Hipotesis keempat Diperoleh p-value = 0,000. Oleh karena p-value< 0,05 maka H 04 ditolak, berarti ada interaksi antara pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak terhadap prestasi belajar siswa. 5) Hipotesis kelima Diperoleh p-value = 0,013. Oleh karena p-value< 0,05 maka H 05 ditolak, berarti ada interaksi antara Pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul

151 128 dengan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. 6) Hipotesis keenam Diperoleh p-value = 0,730. Oleh karena p-value< 0,05 maka H 06 diterima, berarti tidak ada interaksi antara kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajar siswa. 7) Hipotesis ketujuh Diperoleh p-value = 0,421 Oleh karena p-value> 0,05 maka H 07 diterima, berarti tidak ada interaksi antara pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul, kemampuan berpikir abstrak dan kemampuan verbal terhadap prestasi belajarsiswa. 2. Uji Lanjut Anava Berdasarkan hasil uji hipotesis, maka perlu dilakukan uji lanjut analisis variansi atau uji lanjut Anava pada hipotesis keempat dan kelima. 1. a. Hipotesis keempat Hipotesis keempat adalah interaksipembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak (tinggi dan rendah) terhadap prestasi belajar siswa 1) Prestasi Belajar Kognitif Interaksi pembelajaran PBL menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah yang memberikan nilai yang signifikan dapat dilihat Tabel 4.30 berikut:

152 129 Tabel Interaksi Pembelajaran PBL Menggunakan Multimedia dan Modul dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Terhadap Prestasi Belajar Kognitif Siswa (I) (J) Mean Difference interaksi1 interaksi1 (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound MD-AR MD-AT MM-AR MM-AT MD-AT MD-AR MM-AR MM-AT MM-AR MD-AR MD-AT MM-AT MM-AT MD-AR MD-AT MM-AR Berdasarkan Tabel 4.30 dapat diketahui bahwa: a) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang menggunakn multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah (Mean Difference(I-J))= 12,0317 dan probabilitas (sig) p= Karena nilai p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. b) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang menggunakan modul dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah (Mean Difference(I-J))= 5,4375 dan probabilitas (sig) p= Karena nilai p<0.05 maka ada interaksi antara modul dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah.

153 130 c) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang menggunakan multimedia dan multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak rendah (Mean Difference(I-J))= 0,4554dan probabilitas (sig) p= Karena nilai p>0.05 maka tidak ada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak rendah. d) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang menggunakan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi (Mean Difference(I-J))= 6,1389dan probabilitas (sig) p= Karena nilai p<0.05 makaada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi. e) Perbedaan rerata nilai prestasi belajar kognitif antara siswa yang mengguanan modul dan multimedia dengan kemampuan berpikir abstraktinggi dan rendah (Mean Difference(I-J))= 5,8929 dan probabilitas (sig) p= Karena nilai p<0.05 maka ada interaksi antara multimedia dan multimedia dengan kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. Grafik estimed marginal means of prestasi pembelajaran PBL dengan multimedia dan modul dengan kemampuan berpikir abstrak disajikan pada Gambar 4.15 berikut.

154 131 Gambar Grafik Estimed Marginal Means of Prestasi: Pembelajaran PBL dengan Multimdia dan Modul dengan Kemampuan Berpikir Abstrak Berdasarkan gambar Gambar 4.18, dapat dilihat bahwa tidak ada perpotongan garis antara kemampuan berpikir abstrak tinggi dan rendah. Tetapi pada rerata prestasi belajar kognitif pada Tabel 4.30 menunjukan adanya interaksi. Hal ini terlihat bahwa perbedaan rerata prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak rendah pada penggunaan modul dan multimedia dalam pembelajaran dengan model PBL Mean Difference berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan berpikir abstrak tinggi. Siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak tinggi commit prestasi to belajarnya user lebih baik daripada siswa yang memilki kemampuan berpikir abstrak rendah ketika dilihat pada kemampuan

Kusuma Wardhani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1) SMA Negeri 3 Surakarta, 57128, Indonesia

Kusuma Wardhani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi 3 1) SMA Negeri 3 Surakarta, 57128, Indonesia PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA Kusuma Wardhani 1, Widha Sunarno 2, Suparmi

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERFIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN VERBAL SISWA (Studi Pembelajaran pada Materi

Lebih terperinci

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN PROYEK DAN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS MAHASISWA Pembelajaran Kimia pada Materi Termokimia Mahasiswa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN CD MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN CD MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN CD MULTIMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Kasus pada Materi Impuls Momentum Kelas XI Semester

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh NANIK SURYANTI S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh NANIK SURYANTI S PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN MATEMATIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrolisis Garam Kelas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS PENGEMBANGAN MODUL FISIKA SMP/MTs BERORIENTASI PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI TEKANAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING SISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains. Oleh:

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains. Oleh: PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KETERAMPILAN METAKOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Pembelajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN SIKLUS BELAJAR 5E DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN MATEMATIS

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN SIKLUS BELAJAR 5E DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN MATEMATIS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN SIKLUS BELAJAR 5E DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS DAN KEMAMPUAN MATEMATIS (Materi Pokok Larutan Penyangga Kelas XI Semester II MAN Babakan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN METODE PICTORIAL RIDDLE DAN PROBLEM SOLVING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN ANALISIS (Pembelajaran Fisika Materi Pembelajaran Getaran dan Gelombang

Lebih terperinci

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DISERTAI TEKNIK FISHBONE DIAGRAM DAN CONCEPT MAPPING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN GAYA BELAJAR SISWA (Pembelajaran Biologi Materi Sistem Pernapasan

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PROCESS-ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KREATIVITAS PADA MATERI HIDROKARBON KELAS X SMA

Lebih terperinci

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K

Skripsi. Oleh: Gilang Ramadhan K PEMBELAJARAN FISIKA GASING MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DAN DISKUSI PADA MATA PELAJARAN FISIKA SMA KELAS X MATERI GERAK LURUS DITINJAU DARI MINAT SISWA Skripsi Oleh: Gilang Ramadhan K 2310046 FAKULTAS

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA IMPLEMENTASI PENDEKATAN SETS DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN KREATIVITAS SISWA (Pembelajaran Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan Kelas VII Semester 1 di

Lebih terperinci

(Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Pembelajaran Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Kudus Tahun Pelajaran 2013/2014) PENGARUH PEMBELAJARAN CTL DENGAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN VERBAL (Pembelajaran Materi Sistem Peredaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DISKUSI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR DAN GAYA BELAJAR SISWA ( Studi Pembelajaran Fisika Pokok

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran pada Materi Ekosistem Kelas X Semester II MA Negeri 1 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013)

(Studi Pembelajaran pada Materi Ekosistem Kelas X Semester II MA Negeri 1 Praya Kabupaten Lombok Tengah Tahun Pelajaran 2012/2013) PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL PBL DENGAN METODE EKSPERIMEN DISERTAI TEKNIK VEE DIAGRAM DAN FISHBONE DIAGRAM DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Pembelajaran pada

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS VERBAL

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS VERBAL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KREATIVITAS VERBAL (Eksperimentasi Pembelajaran Pesawat Sederhana Pada Siswa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF DENGAN TIPE STAD DAN TGT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF DENGAN TIPE STAD DAN TGT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF DENGAN TIPE STAD DAN TGT DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL (Pokok Bahasan Identifikasi dan Penyimpanan Bahan Kimia pada Pembelajaran Mahasiswa

Lebih terperinci

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY (IT) PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DI GUGUS DIPONEGORO UNIT PELAKSANA TUGAS (UPT) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI

PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) DENGAN MEDIA ANIMASI BERBASIS FLASH DAN VIDEO DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KREATIVITAS (Pembelajaran Kimia Materi Pokok Lambang

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW

PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW PERBEDAAN PENGARUH MODEL JIGSAW DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA DI PURWODADI GROBOGAN Tesis Untuk

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan EFEKTIVITAS INTERNALISASI NILAI KARAKTER MELALUI MODEL VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPS KELAS VIII SMP 4 SURAKARTA TESIS

Lebih terperinci

Oleh: IMAM SANTOSA S

Oleh: IMAM SANTOSA S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS ( STAD ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program studi Teknologi Pendidikan. Oleh. Istanto S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN COMPETENCY BASED TRAINING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MELAKUKAN PERBAIKAN DAN ATAU SETING ULANG KONEKSI JARINGAN BERBASIS LUAS (WIDE

Lebih terperinci

Eksperimentasi Pembelajaran. Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Eksperimentasi Pembelajaran. Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang Dimodifikasi Pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENG

PEMBELAJARAN FISIKA DENG PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL CTL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI ILMIAH SISWA PADA MATERI FLUIDA KELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : Emilia Nur

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Penelitian Eksperimen pada Materi Gerak Melingkar Beraturan di SMA

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran Biologi Pada KD 3.2 Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI-IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS

(Studi Pembelajaran Biologi Pada KD 3.2 Materi Sistem Peredaran Darah Kelas XI-IPA Semester Gasal SMA Negeri 1 Pati Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL), BLENDED LEARNING (BL), SERTA INTEGRASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGEVALUASI DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Pembelajaran

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran Biologi Materi Ekskresi Kelas XI Semester II SMAN Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Studi Pembelajaran Biologi Materi Ekskresi Kelas XI Semester II SMAN Kebakkramat Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DISERTAI TEKNIK ROUNDHOUSE DIAGRAM DAN MIND MAP TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi

Lebih terperinci

(Eksperimentasi Pembelajaran Impuls, Momentum, dan Tumbukan Pada Siswa Kelas XI Semester Gasal SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016) TESIS

(Eksperimentasi Pembelajaran Impuls, Momentum, dan Tumbukan Pada Siswa Kelas XI Semester Gasal SMA Batik 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016) TESIS PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KONSTRUKTIVISME MENGGUNAKAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI DAN SIKAP ILMIAH (Eksperimentasi Pembelajaran Impuls,

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SRI REJEKI NIM.

TESIS Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SRI REJEKI NIM. PENGARUH PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DABIN V KRADENAN DITINJAU DARI DISIPLIN

Lebih terperinci

(Materi Struktur Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII SMP BK Klego Pada Tahun Ajaran 2011/2012) TESIS

(Materi Struktur Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII SMP BK Klego Pada Tahun Ajaran 2011/2012) TESIS PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE PROYEK DENGAN MEDIA POWER POINT DAN MACROMEDIA FLASH DITINJAU DARI KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Struktur Jaringan Tumbuhan Siswa Kelas VIII

Lebih terperinci

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA

EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA EKSPERIMEN MODEL BLENDED LEARNING DAN JOYFULL LEARNING SUB TEMA EKOSISTEM AIR TAWAR DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA KELAS VII SMPN 9 SURAKARTA Skripsi Oleh : Anantyas Kusuma D K2311006 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran Mikrobiologi pada Materi Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Kelas XI SMK Negeri 3 Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS

(Studi Pembelajaran Mikrobiologi pada Materi Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Kelas XI SMK Negeri 3 Madiun Tahun Pelajaran 2013/2014) TESIS KEEFEKTIFAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL), GENERATIF LEARNING (GL) DAN INTEGRASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGANALISIS DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Pembelajaran Mikrobiologi

Lebih terperinci

( Pembelajaran Fisika pada Materi Kinematika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013 SMK Negeri 1 Mojosongo) TESIS.

( Pembelajaran Fisika pada Materi Kinematika Gerak Lurus untuk Siswa Kelas X Tahun Pelajaran 2012/2013 SMK Negeri 1 Mojosongo) TESIS. PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN MODEL POE (PREDICTION, OBSERVATION, AND EXPLANATION) MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN PROYEK DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN SIKAP ILMIAH SISWA ( Pembelajaran Fisika pada Materi

Lebih terperinci

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S

TESIS. O l e h : NUR ROCHMAH S PENGARUH PEMBELAJARAN DENGAN MODEL JIGSAW DAN MODEL STAD TERHADAP PRESTASI BELAJAR KIMIA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMAN 2 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS O l e h : NUR ROCHMAH

Lebih terperinci

(Studi Pembelajaran pada Materi Evolusi di Semester VI Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan, Tahun Akademik 2012/2013) TESIS

(Studi Pembelajaran pada Materi Evolusi di Semester VI Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan, Tahun Akademik 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN CONCEPT ATTAINMENT MODEL MENGGUNAKAN TEKNIK VEE DIAGRAM DAN CONCEPT MAP DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN PENALARAN ILMIAH (Studi Pembelajaran pada Materi Evolusi

Lebih terperinci

TESIS. Disusununtuk Memenuhi Sebagian Persyar atan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh KAMSUN S

TESIS. Disusununtuk Memenuhi Sebagian Persyar atan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh KAMSUN S PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DAN KONVENSIONAL TERHADAP KOMPETENSI SISTEM KENDALI ELEKTRONIK BERBASIS PLC PADA SISWA KELAS XI SMK KUDUS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TESIS Disusununtuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

(Pembelajaran Kimia Materi Tata Nama Senyawa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Dagangan Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS

(Pembelajaran Kimia Materi Tata Nama Senyawa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Dagangan Tahun Pelajaran 2012/2013) TESIS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENTS) DENGAN MEDIA KARTU DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Pembelajaran Kimia Materi Tata Nama Senyawa

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKn DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MTs N DI KABUPATEN KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI KABUPATEN GROBOGAN TESIS Untuk

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI DI KABUPATEN BOYOLALI TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K

SKRIPSI. Oleh: July Trianita Widya Rahayu K EKSPERIMEN BLENDED LEARNING TIPE KELAS MURNI DAN APLIKASI PRAKTIS SUB TEMA BIOMASSA ENERGI TERBARUKAN DITINJAU DARI MINAT SISWA KELAS VIII SMP N 7 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: July Trianita Widya Rahayu K2311039

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD

STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STAD DENGAN METODE PEMBELAJARAN GI TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA KOMPETENSI DASAR TATA SURYA DAN JAGAD RAYA KELAS X SMA NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2013-2014

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika FISIKA MELALUI DISCOVERY LEARNING DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA SMK NEGERI 1 KEBONSARI KABUPATEN MADIUN KELAS X PADA MATERI SIFAT

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: IKA NOVIANTARI NIM S digilib.uns.ac.id 0 EKSPERIMENTASI PENDEKATAN PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DITINJAU DARI

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2013 to user

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2013 to user PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL ACCELERATED LEARNINGMELALUICONCEPT MAPPING DAN MIND MAPPING DITINJAU DARI KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN VERBALSISWA (PembelajaranSistemPeredaranDarahManusiauntukSiswaKelasXI

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETRAMPILAN MENGAJAR GURU DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SKRIPSI Oleh: SRI MEKARWATI K2309074 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

(Penelitian di SMA Negeri 1 Bayat Klaten Kelas X Tahun Pelajaran 2014/2015 Pada Materi Alat-Alat Optik) TESIS

(Penelitian di SMA Negeri 1 Bayat Klaten Kelas X Tahun Pelajaran 2014/2015 Pada Materi Alat-Alat Optik) TESIS PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Penelitian di SMA Negeri 1 Bayat Klaten Kelas

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASARAN MELALUI UNIT PRODUKSI, KREATIVITAS BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII

HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII HUBUNGAN ANTARAKREATIVITAS SISWA DAN KEMAMPUAN NUMERIKDENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA SMPKELAS VIII Skripsi Oleh: Dwi Isworo K 2308082 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

EKSPERIMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING EKSPERIMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (KBK) SISWA KELAS X SMA NEGERI

Lebih terperinci

TESIS. Program Studi Magister Pendidikan Sains OLEH : JOKO DWI SURANTO S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

TESIS. Program Studi Magister Pendidikan Sains OLEH : JOKO DWI SURANTO S FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET KAJIAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN MODEL SETS (SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY) DENGAN METODE OBSERVASI LABORATORIUM DAN METODE OBSERVASI LAPANGAN DI TINJAU DARI SIKAP ILMIAH DAN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh: Muhammad Taufik Akbar K

Skripsi Oleh: Muhammad Taufik Akbar K EKSPERIMEN MODEL PBL MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X MIA SMAN 4 SURAKARTA DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS SISWA Skripsi Oleh: Muhammad Taufik Akbar K2311051 FAKULTAS

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains PENINGKATAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA MATERI SIFAT MEKANIK ZAT MELALUI MEDIA EDMODO PADA SISWA KELAS X TKJ B SMK NEGERI 2 SURAKARTA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2013/2014 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARANFISIKADENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MENGGUNAKAN METODE PROYEK DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITASDANKEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

PEMBELAJARANFISIKADENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MENGGUNAKAN METODE PROYEK DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITASDANKEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PEMBELAJARANFISIKADENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MENGGUNAKAN METODE PROYEK DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KREATIVITASDANKEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Pelaksanaan PembelajaranPada MateriInduksi Magnet

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN KONVENSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TESIS.

PENGARUH PERBEDAAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN KONVENSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TESIS. PENGARUH PERBEDAAN ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TTW DAN KONVENSIONAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE

PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DILENGKAPI MEDIA ANIMASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI

Lebih terperinci

( Pembelajaran Fisika Pada Materi Listrik Arus Searah di SMK Kelas XI Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016) TESIS

( Pembelajaran Fisika Pada Materi Listrik Arus Searah di SMK Kelas XI Semester Gasal Tahun Ajaran 2015/2016) TESIS Us PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN SCIENCE, ENVIRONMENT, TECHNOLOGY, AND SOCIETY (SETS) DENGAN METODE PROYEK DAN EKSPERIMEN DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS SISWA ( Pembelajaran

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENGARUH PENGGUNAAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) DENGAN PERMAINAN WORD SQUARE DAN CROSSWORD TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ENQUIRING MINDS TERHADAP HASIL BELAJAR MOTOR OTOMOTIF SISWA KELAS XI TKR SMK NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : RIZA RIZANDO K2510056 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA i HUBUNGAN EFIKASI DIRI, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister

Lebih terperinci

Oleh: Dwi Setyowati NIM S

Oleh: Dwi Setyowati NIM S PERBEDAAN PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KUNJUNGAN INDUSTRI DAN CERAMAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI BUSANA BUTIK SMK NEGERI

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh: Fatmawati Nur Hasanah S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh: Fatmawati Nur Hasanah S PERBEDAAN PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN EKSPOSITORI TERHADAP KETERAMPILAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA TEKNIK KENDARAAN RINGAN SMK MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TESIS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA

KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS X SMA SKRIPSI Oleh: Dwi Yuliani K2309017 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS), TIPE MAKE A MATCH (MAM) DAN TIPE GUIDE NOTE TAKING (GNT) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Studi Kasus Pada Materi Logaritma Siswa

Lebih terperinci

T E S I S. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh :

T E S I S. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : PENGARUH METODE DEMONSTRASI DAN MIND MAPPING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR PADA SISWA DI SMP SUB RAYON JAKENAN KABUPATEN PATI T E S I S Disusun untuk

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI FLUIDA STATIS DITINJAU DARI KERJASAMA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 SURAKARTA

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI FLUIDA STATIS DITINJAU DARI KERJASAMA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 SURAKARTA EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI FLUIDA STATIS DITINJAU DARI KERJASAMA SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: Suci Novira Aditiani K2311074 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi Oleh: Gina Puri Utari K

Skripsi Oleh: Gina Puri Utari K PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS SISWA PADA MATERI MOMENTUM, IMPULS DAN TUMBUKAN KELAS X DI SMA BATIK 2 SURAKARTA Skripsi Oleh: Gina Puri Utari

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PERBEDAAN PENGARUH JENIS PERMAINAN DAN KELOMPOK UMUR TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN GERAK DASAR (Eksperimen Pada Siswa Umur 6-7 tahun dan Siswa Umur 10-11 tahun pada SD Negeri Jombor 01 Sukoharjo) TESIS

Lebih terperinci

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS

KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS KONTRIBUSI KEMAMPUAN MEMORI DAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATERI KOLOID DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: AZWAR ANNAS K3309021 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMA NEGERI 6 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: LIA MAWARNI K8412040 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Skripsi diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: ASIH APRILIA A

Skripsi diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: ASIH APRILIA A EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM POSING DAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU DARI TINGKAT KEAKTIFAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA Skripsi

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika PENGGUNAAN METODE DISKUSI DAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MATERI FLUIDA STATIS KELAS XI IPA 3 SEMESTER GENAP SMA NEGERI 4 MADIUN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL

PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MENGGUNAKAN MEDIA LABORATORIUM RIIL DAN VIRTUIL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN KEMAMPUAN AWAL (Studi Prestasi Belajar Kimia Kompetensi Dasar Larutan Buffer

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister. Program Studi Pendidikan Sains. Oleh : WINDA APTIKA SARI S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajad Magister. Program Studi Pendidikan Sains. Oleh : WINDA APTIKA SARI S PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN FREE MODIFIED CONCEPT SENTENCE DAN GUIDED CONCEPT SENTENCE DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN VERBAL (Studi Pembelajaran

Lebih terperinci

: RISMAYA WINIASIH K

: RISMAYA WINIASIH K KONTRIBUSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN MEMORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X IPA SEMESTER 1 SMAN 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017 SKRIPSI Oleh : RISMAYA WINIASIH

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: Arif Wahyu Hidayat S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: Arif Wahyu Hidayat S PENGARUH PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DAN GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI DI KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2013/2014 TESIS Disusun

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS

PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS PENGEMBANGAN MODUL MULTIMEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MATERI KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN KELAS XI SMA/MA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA LINGKUNGAN DAN MEDIA GAMBAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA DITINJAU DARI KREATIVITAS SISWA (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas V di SD Negeri Kecamatan Selogiri Kabupaten

Lebih terperinci

Muhamad Ajwar S

Muhamad Ajwar S PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI BERPIKIR KRITIS DAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA KELAS X MIA SMA NEGERI 8 SURAKARTA TAHUN

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DENGAN MEDIA KARTU DAN ULAR TANGGA DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK REAKSI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK

EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN JIGSAW DAN STAD TERHADAP TINGKAT AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Quasi Eksperimen KD Sebaran Flora Dan Fauna Kelas XI IPS SMA N 1 Karanganyar Tahun Ajaran

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR LISTRIK DAN KREATIVITAS SISWA

PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR LISTRIK DAN KREATIVITAS SISWA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENGGUNAKAN ALAT UKUR LISTRIK DAN KREATIVITAS SISWA (Studi Pembelajaran Listrik Arus Searah untuk Siswa Kelas XI

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh FANDI AHMAD S

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Prasyarat Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh FANDI AHMAD S PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI FLUIDA DINAMIK DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MENGGUNAKAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN SIKAP ILMIAH

Lebih terperinci

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA

PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA PERBEDAAN KESADARAN MULTIKULTURAL ANTARA SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 3 SUKOHARJO DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS ASSALAAM SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: HESTI OKTAVIA NIM. K6410031

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION DENGAN PROBLEM BASE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI DITINJAU DARI MINAT BELAJAR (Penelitian Dilakukan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI DI KEBUMEN

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DITINJAU DARI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN KECERDASAN INTELEKTUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS VIII SMP N 1 KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PREZI TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK NEGERI 1 SUKOHARJO SKRIPSI Oleh : DEWI KUSUMA WATI K7412050 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

: EVAN EDO ASIDO TAMBA S

: EVAN EDO ASIDO TAMBA S Pengaruh Model Pembelajaran Problem Solving Learning dan Project Based Learning terhadap Hasil Belajar Sejarah ditinjau dari Kreativitas Siswa di SMA Negeri Se-Surakarta TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Zainal Arifin S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Zainal Arifin S EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DENGAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS VII MTs KABUPATEN KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DILENGKAPI MEDIA VIRTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SMA/MA YUNITA KUSTYORINI NIM 10708251050 Tesis ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ADNAN HUSADA PUTRA NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA.

SKRIPSI. Oleh: ADNAN HUSADA PUTRA NIM K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA. KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN CIRC DAN METODE PEMBELAJARAN PBL SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 GONDANG TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: ADNAN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI ( STUDI KASUS PADA KD BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 NGADIROJO PACITAN) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) KOMPARASI METODE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DAN METODE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) SERTA PENGARUHNYA TERHADAP HASIL BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING

PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING PERBANDINGAN PRESTASI BELAJAR ANTARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK

Lebih terperinci