PERAN ORIENTASI DOMINANSI SOSIAL DAN PERSEPSI KELANGKAAN LAWAN JENIS DALAM MEMPREDIKSIKAN SIKAP TERHADAP RISIKO PADA TENAGA KERJA WANITA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN ORIENTASI DOMINANSI SOSIAL DAN PERSEPSI KELANGKAAN LAWAN JENIS DALAM MEMPREDIKSIKAN SIKAP TERHADAP RISIKO PADA TENAGA KERJA WANITA"

Transkripsi

1 PERAN ORIENTASI DOMINANSI SOSIAL DAN PERSEPSI KELANGKAAN LAWAN JENIS DALAM MEMPREDIKSIKAN SIKAP TERHADAP RISIKO PADA TENAGA KERJA WANITA Innes Zia Rizkytha Dosen Pembimbing : Juneman, S.Psi, M.Si. Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Telp. (62-21) Fax. (62-21) ABSTRACT This study aimed to examine the role of social dominance orientation and perception of operational sex ratio in predicting risk attitude among women migrant workers. This research used quantitative non-experimental method and correlational-predictive by using the likert scale as a measuring tool. The study involved 258 Labor Women (TKW) at Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) and other shelters who are not married. The results showed that social dominance orientation and perceived of the operational sex ratio are able to predict attitudes toward risk on women workers (TKW). Social dominance orientation could positively predict attitude towards risk (β=0,618) and perception of operational sex ratio has a negative direction in predicting attitudes toward risk (β= -0,159) Keywords: social dominance orientation, the perception of operational sex ratio, risk attitude, women in the workforce.

2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis dalam memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non-eksperimental dan korelasional-prediktif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat ukur. Penelitian ini melibatkan 258 Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang belum menikah di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) dan tempat penampungan. Hasil penelitian menunjukan bahwa orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap resiko pada Tenaga Kerja Wanita (TKW). Orientasi dominansi sosial mampu memprediksikan sikap terhadap resiko dalam arah positif (β=0,618) dan persepsi kelangkaan lawan jenis memiliki arah negatif dalam memprediksikan sikap terhadap resiko (β= -0,159). Kata kunci: Orientasi dominansi sosial, persepsi kelangkaan lawan jenis, sikap terhadap resiko, tenaga kerja wanita. PENDAHULUAN Dari tahun ke tahun, jumlah tenaga kerja wanita meningkat secara signifikan. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Handayani (2012) jika pada periode 1996 terdapat 44 persen migran laki-laki dan 56 persen migran perempuan dari setiap 100 persen tenaga kerja migran yang meninggalkan Indonesia, pada 2007 jumlah pekerja migran perempuan meningkat menjadi 78 persen. Pekerjaan menjadi seorang tenaga kerja wanita di luar negeri selain persyaratan yang tidak mudah, ancaman risiko yang harus dihadapi pun beraneka ragam. Menurut Handayani (2012) pekerjaan menjadi seorang tenaga kerja wanita bukanlah pekerjaan tanpa risiko. secara sederhana risiko adalah kemungkinan menderita kerugian yang diakibatkan oleh suatu perbuatan atau suatu peristiwa tertentu (Utami, 2012). Berbagai berita mengenai tenaga kerja wanita di luar negeri telah banyak diberitakan oleh media cetak maupun elektronik, mulai dari penganiayaan, pemulangan, pelecehan seksual, bahkan hingga hukuman penjara atas tenaga kerja wanita Indonesia yang terjadi di Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, Hongkong, dan negara lainnya. Wanita Indonesia yang bekerja diluar negeri terkait dengan sikap mereka terhadap risiko atau biasa disebut dengan Risk Attitude. Risiko adalah situasi dimana terdapat hal negatif atau hasil yang tidak menguntungkan, seperti kehilangan, kecelakaan, luka pada tubuh, atau kematian yang tidak dapat diketahui. Seseorang tidak mengetahui kapan hal itu dapat terjadi, tetapi seseorang juga tidak bisa memastikan bahwa hal tersebut akan terjadi (Crozier & Svenson, 2002). Sikap terhadap risiko mempunyai pertimbangan yang melibatkan antara kerugian dan keuntungan (Jhonson, 2009). Sikap terhadap risiko memiliki dua kemungkinan yaitu sangat baik atau menguntungkan (gain frame) dan tidak baik atau merugikan (loss frame). Mengambil risiko yang menguntungkan (gain frame) dan mengambil risiko yang tidak menguntungkan (loss frame) memiliki karakteristik sebagai pencari risiko dan penolak risiko (Tversky & Kahneman, 1981 dalam Johnson, 2009).

3 Meskipun demikian, ancaman risiko yang mungkin dialami tidak menurunkan minat wanita Indonesia untuk bekerja menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri. Fenomena migrasi dengan menjadi tenaga kerja wanita dapat dijelaskan dari berbagai aspek dan perspektif (Mashud, 2010). Teori migrasi klasik dari Everett S.Lee (Mantra, 2000 dalam Mashud, 2010) menjelaskan bahwa keputusan bermigrasi ke luar negeri merupakan konsekuensi atas perbedaan keuntungan antara tempat asal dan tempat tujuan baru. Daerah asal yang dinilai kurang menguntungkan menjadi faktor pendorong (push factor). Kondisi daerah asal yang dilihat kurang baik dinilai menyebabkan stress dan tekanan kuat untuk bermigrasi. Sementara itu, menjadi tenaga kerja wanita ke luar negeri menjadi faktor penarik (pull factor) karena dinilai menjanjikan. Penelitian yang dilakukan oleh Weber et al (dalam Harris & Jenkins, 2006) mengatakan bahwa wanita memiliki kecenderungan yang besar untuk terlibat dalam perilaku yang mengandung risiko dimana secara keseluruhan mereka merasakan manfaat yang besar dari perilaku yang mengandung risiko tersebut. Didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mashud (2010), Pekerjaan sebagai tenaga kerja wanita diambil dengan mempertimbangkan untung rugi serta apa yang terbaik bagi dirinya, menjadi tenaga kerja wanita diambil juga karena individu yang otonom dan hasil kalkulasi rasionalnya. Dorongan untuk bermigrasi menjadi tenaga kerja wanita selain tekanan kemiskinan dan kelangkaan kesempatan kerja, juga dirangsang oleh keberhasilan para tenaga kerja wanita yang pulang dari luar negeri (Mashud, 2010). Sementara itu, menurut Supriyoko (1990) adapun faktor-faktor yang menyebabkan para wanita Indonesia memilih manca negara sebagai lahan pekerjaannya dapat diklasifikasikan menjadi faktor intriksik dan faktor ekstrinsik. Keinginan untuk lebih memerankan dirinya dalam upaya mengangkat harkat martabat diri beserta keluarga merupakan faktor intriksik. Menjadi tenaga kerja wanita lebih dipandang sebagai upaya untuk meningkatkan status sosial ekonominya, dimana para tenaga kerja wanita lebih berorientasi kepada upaya untuk meningkatkan gengsi status sosial. Dampak menjadi tenaga kerja wanita untuk sebagian besar para tenaga kerja wanita telah menjadi simbol fenomenal hadirnya kehidupan baru yang lebih baik dan kesuksesan. Hasil jerih payah menjadi tenaga kerja wanita, sebagian besar diperuntukan untuk kebutuhan produktif seperti modal untuk berdagang, membeli tanah, dan membeli motor untuk mengojek. Selain itu, banyak dari mereka membelanjakan penghasilannya untuk kebutuhan konsumtif seperti membeli perhiasan, pakaian, dan alat-alat rumah tangga. Para tenaga kerja wanita ini memiliki kecenderungan untuk memamerkan kekayaan yang mereka peroleh dari hasil jerih payah mereka bekerja di luar negeri (Mashud, 2010). Orientasi dominansi sosial dikonseptualisasikan sebagai pengukuran dari perbedaan individu dalam tingkatan yang didasarkan pada perbedaan kelompok atau perbedaan yang dimiliki individu. Orientasi dominansi sosial mengukur preferensi individu untuk hirarki dalam setiap sistem sosial dan dominansi terhadap kelompok atau individu yang inferior (Sidanius & Pratto, 2001). Teori dominansi sosial mendalilkan bahwa faktor signifikan adalah perbedaan individu yang dikatakan sebagai Orientasi Dominansi Sosial (ODS) atau sejauh mana individu berkeinginan untuk mendominasi dan menjadi unggul (Pratto, Sidanius, Stallworth, & Bertram, 1994). Orang dengan dominansi sosial yang tinggi adalah orang yang percaya bahwa kehidupan terbagi ke dalam struktur yaitu yang di atas dan yang di bawah. Mereka yang di atas adalah mereka yang menang, memiliki kekuasaan, atau memiliki seluruh nilai-nilai yang positif. Individu dengan level orientasi dominansi sosial tidak hanya mendukung mereka dalam sosial, politik dan ideologi, tapi juga bagaimana mereka menjalani kehidupan (Ho, Sidanius, Pratto, Levin, Thomsen, Kteily, & Skeffington, 2011). Sebagai contoh, jenis pekerjaan yang mereka cari dan dapatkan atau bidang yang mereka pilih untuk dipelajari (Haley & Sidanius, 2005 dalam Ho, Sidanius, Pratto, Levin, Thomsen, Kteily, & Skeffington, 2011). Seperti apa yang disampaikan oleh Supriyoko (1990), menjadi tenaga kerja

4 wanita di luar negeri dirasa merupakan salah satu bidang pekerjaan yang mendukung mereka dalam menjalani kehidupan sehingga dapat meningkatkan kelas sosial dan harkat martabat diri beserta keluarga. Dalam artikel yang ditulis oleh Julianto (2012) alasan wanita sulit mendapatkan pasangan hidup dikarenakan konsep dan harga diri yang miskin (inferior). Mereka yang kurang percaya diri biasanya suka menghakimi dan menyalahkan diri. Misalnya, "Aku ini bodoh, mana ada yang mau sama aku."atau menyalahkan diri dan berkata, "Ah, mana mungkin dia mau sama aku yang miskin ini.". Oleh karena itu, banyak wanita yang tetap melajang meskipun telah mencapai kematangan seksual (Kruger, 2009 dalam Durante, Griskevicius, Simpson, Cantu, & Tybur, 2012). Banyak wanita tidak hanya mencari pasangan dalam berhubungan seks tapi juga pasangan yang dapat memberikan kontribusi untuk masa depan mereka serta dapat memberikan keturunan yang baik (Gangestad & Simpson, 2000 dalam Durante, Griskevicius, Simpson, Cantu, & Tybur, 2012). Ketika terjadi kelangkaan pada jenis kelamin laki-laki, para wanita akan mengalami kesulitan dalam menjaga pasangannya yang bersedia dan mampu untuk berinvestasi pada keturunannya di masa depan. Hal ini dijelaskan dalam teori kelangkaan lawan jenis yang berfokus pada ketidakseimbangan antara usia reproduksi pria dan wanita, yang dikatakan sebagai operational sex ratio (Durante, Griskevicius, Simpson, Cantu, & Tybur, 2012). Kelangkaan jenis kelamin laki-laki menjadi salah satu inspirasi karir wanita, dengan langkanya usia menikah laki-laki mendorong wanita untuk lebih mencari pekerjaan yang menguntungkan (Durante, Griskevicius, Simpson, Cantu, & Tybur, 2012). Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Supriyoko (1990), salah satu faktor ekstrinsik wanita Indonesia menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri adalah karena faktor Rasio Jenis Kelamin (RJK) yang ada di daerah mereka. Dengan menjadi tenaga kerja wanita diharapkan mereka dapat mencari pasangan hidup yang tidak hanya berkualitas tinggi namun juga dapat memberikan keturunan yang baik bagi mereka sehingga mereka tidak harus melajang dalam waktu yang lama. Berdasarkan itu semua, peneliti ingin mengetahui apakah orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri. METODE PENELITIAN Subjek Penelitian dan Teknik Sampling Partisipan dalam penelitian ini adalah para Tenaga Kerja Wanita (TKW) yang akan berangkat ke luar negeri dimana para tenaga kerja wanita ini baru pertama kali bekerja di luar negeri dalam sektor informal. Karakteristik usia partisipan adalah usia tahun. Penelitian ini mengambil partisipan dengan rentang usia tersebut dikarenakan menurut Effendi dan Makhfuldi (2009), usia minimal wanita berdasarkan Undangundang Nomor 1 Tahun 1974, usia minimal bagi wanita untuk menikah adalah 16 tahun. Namun, persyaratan menjadi tenaga kerja wanita minimal adalah 18 tahun. Oleh karena itu, peneliti mengambil usia antara tahun. Sebelum melakukan penelitian, dilakukan uji alat ukur yang dilakukan di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI) dan tempat penampungan Tenaga Kerja Wanita.Untuk uji coba alat ukur dilakukan oleh 90 partisipan. Sampel untuk penelitian dilakukan di tempat yang sama dan populasi yang sama sebanyak 258 partisipan. Teknik nonprobability sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah convenience sampling, yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan kemudahan.

5 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian noneksperimental dan korelasional-prediktif. Penelitian korelasi tidak bisa ditentukan secara pasti sebab dan akibat nya. Penelitian ini hanya ingin melihat apakah variabel bebas (prediktor) mampu memprediksikan variabel terikat (kriteria) dan ingin melihat arah prediksinya. Alat Ukur Penelitian Setiap alat ukur menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen berupa pernyataan (Sugiyono, 2012). Alat Ukur Orientasi Dominansi Sosial Untuk mengukur tingkat orientasi dominasi sosial para Tenaga Kerja Wanita (TKW) menggunakan adaptasi dari Social Dominance Orientation (SDO) scale atau skala pengukuran orientasi dominasi sosial dari Sidanius dan Pratto (1994). Sosial Dominance Orientation (SDO) telah dikembangkan untuk dapat mengukur orientasi dominansi sosial. Skala ini terdiri dari 14 atau 16 butir tergantung dari versi manakah yang digunakan (Pratto, Sidanius, Stallworth, & Malle, 1994 dalam Moss,2008). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan SDO versi ke enam dengan banyaknya butir 16 item pertanyaan. Contoh butir dari dimensi dominansi berbasis kelompok yaitu, Agar sukses, kadangkala kita perlu untuk menginjak atau mengorbankan orang lain, Untuk mendapatkan sesuatu yang Anda inginkan, kadangkala perlu untuk menggunakan paksaan terhadap orang lain, Beberapa orang memang lebih rendah mutunya dibandingkan dengan orang lain. Contoh dari dimensi oposisi terhadap kesetaraan yaitu, Akan lebih baik apabila setiap orang memiliki posisi yang setara, Tidak apa-apa jika beberapa orang mempunyai kesempatan atau peluang yang lebih besar dibandingkan dengan orang lain, Kita semua harus bekerja keras agar semua orang memperoleh penghasilan yang setara. Pilihan skala dalam alat ukur ini menggunakan 6 skala yaitu, Sangat Tidak Suka (STS), Tidak Suka (TS), Agak Tidak Suka (ATS), Agak Suka (AS), Suka (S), Sangat Suka (SS). Alat Ukur Persepsi Kelangkaan Lawan Jenis Alat ukur yang digunakan untuk melihat persepsi Tenaga Kerja Wanita (TKW) terhadap kelangkaan lawan jenis akan disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang membahas mengenai kelangkaan lawan jenis. Dalam penelitian ini hanya terdapat 1 butir pertanyaan, Saat ini jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah perempuan. Hal ini dikarenakan, peneliti hanya ingin mengetahui bagaimana persepsi para tenaga kerja wanita mengenai jumlah laki-laki yang ada saat ini. Pada penelitian ini menggunakan 6 pilihan skala yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Agak Tidak Setuju (ATS), Agak Setuju (AS), Setuju (S), Sangat Setuju (SS). Alat Ukur Sikap Terhadap Risiko Pada penelitian ini untuk mengukur keputusan berisiko (risky decision making), peneliti menggunakan alat ukur Domain-Specific Risk-Taking (DOSPERT) Scale versi pertama tahun 2002 dan versi pendek tahun 2006 yang dibuat oleh Weber, Blais, & Betz tahun Penelitian ini menggunakan gabungan dari dua versi DOSPERT, 30 butir pernyataan dari versi pendek (2006) dan 9 pernyataan dari versi pertama (2002). Setiap orang berbeda dalam cara mereka menyelesaikan pekerjaan yang berhubungan atau keputusan personal yang melibatkan risiko dan ketidakpastian.

6 Skala DOSPERT terdiri dari tiga skala respon yang berbeda, yaitu risk taking (Pengambilan risiko), risk perception (persepsi terhadap risiko), dan expected benefit (harapan keuntungan). DOSPERT adalah skala psikometri yang menilai pengambilan risiko dalam lima domain konten yaitu, keputusan keuangan dengan contoh butir Mempertaruhkan penghasilan sehari untuk berjudi, kesehatan atau keselamatan dengan contoh butir Banyak minum miras agar dapat bergaul secara sosial, rekreasi dengan contoh butir Pergi kemping atau berkemah di tengah-tengah alam liar, etika dengan contoh butir Tidak membayarkan pajak penghasilan, dan sosial dengan contoh butir menunjukan ketidaksetujuan terhadap pimpinan mengenai persoalan besar. Responden menilai kemungkinan bahwa mereka akan terlibat dalam kegiatan berisiko domain-spesifik (Bagian I). Bagian opsional II menilai persepsi responden terhadap besarnya risiko dan manfaat yang diharapkan dari kegiatan yang dilakukan pada bagian I. Cara menghitung Risk Attitude adalah : Preferensi = a(expected Benefit) + b(perceived Risk) Skor a diperoleh dengan menjumlahkan skor-skor tingkat manfaat sedangkan skor b diperoleh dengan cara menjumlahkan skor-skor tingkat risiko. Skor b yang tinggi menunjukkan kecenderungan perilaku mencari risiko sedangkan skor b yang rendah menunjukkan kecenderungan perilaku terhadap risiko. Domain keputusan yang mana para responden menunjukan derajat yang berbeda dalam mengambil risiko termasuk permainan akan kesempatan atau perjudian, investasi keuangan, keputusan bisnis, dan keputusan pribadi (MacCrimmon & Wehrung, 1986, 1990 dalam Weber, Blais, & Betz, 2002). Menurut teori dari Slovic et al tahun 1986 (dalam Weber, Blais, & Betz, 2002), keputusan pribadi lebih lanjut dapat dibagi lagi menjadi kategori yang berbeda, variabel yang diketahui mempengaruhi persepsi risiko dan pengambilan risiko yaitu keputusan kesehatan atau keselamatan, keputusan rekreasi, keputusan sosial (menghadapi anggota keluarga atau rekan kerja), dan keputusan etika. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Uji validitas isi dilakukan pada tanggal 15 dan 16 Juli 2013, dengan ahli yaitu dosen pembimbing, Juneman S.Psi., M.Si. Ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun sebelumnya (Sugiyono, 2012).. Dalam pengujian alat ukur tiap variabel, menggunakan expert judgement dan validitas konstruk. Setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Uji korelasi butir total (corrected item total correlation) untuk uji validitas konstruk dan uji reliabilitas melalui teknik Alpha Cronbach. Kedua analisis tersebut menggunakan program computer Statitiscal Packages for Social Science (SPSS) versi 20. Validitas konstruksi dikatakan kuat apabila korelasi dari tiap butir dengan skor totalnya memiliki nilai yang positif dan besarnya 0,25 ke atas. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran. Untuk itu, peneliti melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach yang diukur berdasarkan skala Alpha Cronbach 0 sampai 1. Apabila nilai dari Alpha Cronbach yang diperoleh lebih dari 0,60 maka dapat dikatakan bahwa item reliabel. Prosedur Penelitian Dalam proses pembuatan alat ukur orientasi dominansi sosial, peneliti mengadaptasi dari alat ukur orisinil SDO scale versi ke 6 (Social Dominance Orientation Scale 6 ) dengan bantuan expert judgement. Dalam alat ukur orientasi dominansi sosial menggunakan skala likert dengan 6 pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Suka (STS), Tidak Suka (TS), Agak Tidak Suka (ATS), Agak Suka (AS), Suka (S), dan Sangat Suka (SS). Proses kedua adalah pembuatan alat ukur persepsi kelangkaan lawan jenis dengan mengkonstruk sendiri berdasarkan teori yang ada dengan bantuan dari expert judgement. Dalam alat ukur persepsi kelangkaan lawan jenis menggunakan skala likert dengan 6 pilihan jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak

7 Setuju (TS), Agak Tidak Setuju (ATS), Agak Setuju (AS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Proses terakhir adalah mengadaptasi alat ukur risk attitude yaitu Domain-Specific Risk-Taking (DOSPERT) dengan 30 item DOSPERT tahun 2006 dan 9 item DOSPERT tahun Tahap awal dalam pelaksanaan penelitian peneliti membuat alat ukur dari masing-masing variabel. Setelah itu dilakukan uji validitas isi yang dievaluasi oleh expert judgment. Setelah item dievaluasi, kemudian dilakukan pilot study kepada 90 subjek uji coba. Setelah itu dilihat nilai validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas dan reliabilitas pada data yang didapatkan dari hasil uji alat ukur, item yang tidak valid dihapus agar mendapatkan nilai reliabilitas diatas 0,60. Peneliti menyusun item-item kembali setelah penghapusan untuk di penelitian berikutnya. Setelah itu, peneliti menyebarkan kuesioner di tempat-tempat penampungan para tenaga kerja wanita yang ada di Jakarta Timur dan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2TKI). HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai signifikansinya adalah 0,000 dimana nilai tersebut <0,05. Hal ini menunjukkan bahwa nilai orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis secara bersama signifikan dalam memprediksi sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita. Karena nilai signifikan jauh dibawah 0,05, maka orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis secara bersama benar-benar memprediksikan secara signifikan sikap terhadap risiko. Berdasarkan hasil SPSS yang menunjukkan nilai signifikan <0,05, maka H o ditolak, artinya orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis secara bersama mampu memprediksikan sikap terhadap risiko. Nilai signifikan orientasi dominansi sosial (SDO) adalah 0,000 yang berarti bahwa orientasi dominansi sosial secara signifikan dapat memprediksikan sikap terhadap risiko. Selain itu, nilai signifikan dari persepsi kelangkaan lawan jenis adalah 0,04, nilai tersebut masih dibawah 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa persepsi kelangkaan lawan jenis secara signifikan juga dapat memprediksi sikap terhadap risiko. Nilai dari beta (β = 0,618) pada orientasi dominansi sosial menunjukan hasil yang positif (+), maka orientasi dominansi sosial memiliki arah positif dalam memprediksikan sikap terhadap risiko. Hal ini berarti bahwa jika orientasi dominansi sosial tinggi maka sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita juga tinggi. Sedangkan nilai beta (β = -0,159) pada persepsi kelangkaan lawan jenis menunjukkan arah yang negatif (-), maka persepsi kelangkaan lawan jenis memilihi arah yang negatif dalam memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita. Hal ini berarti bahwa semakin sedikit jumlah laki-laki yang dipersepsikan maka sikap terhadap risiko akan semakin tinggi. Nilai dari R Square adalah 0,343, nilai ini dikalikan dengan 100% maka menjadi 34,3%. Hal ini menunjukkan orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis berkontribusi sebanyak 34,3% pada sikap terhadap risiko SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita dengan nilai signifikansinya <0,05, maka H o ditolak, artinya orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis secara bersama mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita. Orientasi dominansi sosial mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita, dengan nilai signifikan 0,000 dan memiliki arah korelasi prediktif (β = 0,618) yang positif dalam memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita, ini berarti apabila orientasi dominansi tinggi maka sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita juga akan tinggi. Persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita, dengan nilai signifikan 0,004 dan

8 memiliki arah korelasi prediktif (β = -0,159) yang negarif, berarti semakin sedikit atau langka jumlah laki-laki maka sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita akan semakin tinggi. Saran Saran Teoritis Data kontrol diperketat untuk menghindari adanya hal-hal lain diluar penelitian yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Sebagai tambahan untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya disertakan ratio jenis kelamin yang ada di setiap daerah di Indonesia. Khususnya daerah yang dijadikan tempat penelitian, tujuannya untuk lebih memperkuat hasil yang diperoleh. Saran terakhir adalah untuk melakukan backtranslation untuk penelitian yang adaptasi dari luar. Saran Praktis Diharapkan bagi para tenaga kerja wanita untuk lebih mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan dengan menjadi tenaga kerja. Bagi para wanita, tidak ada salahnya untuk mengekpresikan diri maupun berkeinginan untuk meningkatkan kelas sosial, selama hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang benar selain itu kelangkaan jenis kelamin laki-laki sebaiknya tidak menjadikan wanita berkompetisi secara tidak sehat untuk bisa mendapatkan laki-laki yang diinginkan, melainkan lebih kreatif dalam menarik perhatian laki-laki. Saran terakhir bagi BNP2TKI, sebaiknya para calon Tenaga Kerja Wanita tidak hanya dibekali dengan keterampilan teknis (hard skill) tetapi juga dibekali dengan soft skill seperti kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain, bahasa asing, cara berkomunikasi, serta persyaratan bagi para calon TKW lebih diperketat sehingga tidak ada calon TKW yang tidak memenuhi persyaratan atau kriteria. REFERENSI Crozier, W. R, & Svenson, O. (2002). Decision making: Cognitive models and explanations. London: Routledge. Durante, K. M., Griskevicius, V., Simpson, J. A., Cantu, S. M., & Tybur, J. M. (2012). Sex ratio and women's career choice: does a scarcity of men lead women to choose briefcase over baby. Journal of Personality and Social Psychology, 103 (1), Effendi, F., & Makhfuldi. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Handayani, R. (2012, Juni 27). Perempuan dalan pusaran tenaga kerja global. Radar lampung. Diambil pada tanggal 16 Januari 2013, dari Harris, C.R., & Jenkins, M. (2006). Gender differences in risk assessment : Why do women take fewer risks than men?. Journal of Judgement and Decision Making 1(1), Ho, A.K.,Kteily, N., Levin, S., Sidanius, J., Skeffington, J.S., Pratto, F., & Thomson, L. (2011). Sosial dominance orientation: Revisiting the structure and fuction of a variable predicting social a political attitudes. Personality and Social Psychology Bulletin, 20(10), Diunduh dari

9 Jhonson, V. (2009). Risk style, regulatory fokus, and situation in risky choise decision making. Journal of Social Psychology, Diunduh dari Julianto. (2012, April 9). 6 alasan sulit mendapatkan teman hidup. Harian kompas. Diambil pada tanggal 16 Januari 2013, dari Mashud, M. (2010). Perspektif fenomenologi tentang trafficking TKW. Jurnal Sosiologi. Moss, S. (2008, December 21). Social dominance theory. Social. Diambil pada tanggal 2 Januari 2012, dari Pratto, F., Sidanius, J., Stallworth, & L.M., Malle, B.F. (1994). Sosial dominance orientation: A personality variable predicting social and political attitudes. Journal of Personality and Social Psychology 67(4), Pratto, F., & Sidanius, J. (2001). Social Dominance: An Intergroup Theory of Social Hierarchy and Oppression. Cambridge: Cambridge University Press. Utami, N. (2012). Tinjauan yuridis pelaksanaan asuransi tenaga kerja dalam memberikan perlindungan terhadap penempatan tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Jurnal Hukum. Sugiyono. (2012). Metode penelitian kombinasi. Bandung: Alfabeta. Supriyoko (1990). Tenaga kerja wanita Indonesia latar belakang dan catatannya. Diunduh dari Weber, E. U., Blais, A. R., & Betz, N. E. (2002). A domain-specific risk-attitude scale: measuring risk perceptions and risk behaviors. Journal of Behavioral Decision Making, 15,

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan seseorang terhadap BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah sikap pasien terhadap operasi medis. Sikap merupakan suatu bentuk evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel adalah konstruk-konstruk atau sifat-sifat yang sedang dipelajari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Manusia memiliki predisposisi dasar untuk membentuk hirarki dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Manusia memiliki predisposisi dasar untuk membentuk hirarki dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Orientasi Dominasi Sosial 2.1.1 Teori Dominansi Sosial Manusia memiliki predisposisi dasar untuk membentuk hirarki dalam masyarakat (Sidanius & Pratto, 2001). Setiap individu

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pada penelitian ini terdapat empat variabel yaitu,, Subjective Norm, Perceived Control,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia.

BAB 3 METODE PENELITIAN Populasi dan Karakteristik Sampel. populasi mahasiswa Universitas Indonesia. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.1.1 Populasi dan Karakteristik Sampel Populasi menurut Pujiati dan Rusliah (2007) adalah seluruh anggota kumpulan objek yang jelas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis Definisi operasional merupakan batasan pengertian yang dijadikan pedoman dalam melaksanakan suatu aktivitas, seperti penelitian. Dapat

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek,

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel penelitian adalah atribut atau sifat yang dimiliki oleh objek, individu, ataupun

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang metode penelitian yang digunakan. Akan dipaparkan secara singkat variabel penelitian, definisi operasional dari variabel, karakterisitik

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional. Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter yang dimaksud adalah BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel 1 : Motivasi penggunaan Twitter Pada penelitian ini, motivasi penggunaan Twitter

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2009), variabel dapat didefinisikan sebagai atribut

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel, namun dikarenakan penelitian ini bukan bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian 3.1.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antara sense of humor dengan work-life balance pada karyawan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis Dalam penelitian ini beberapa variabel yang akan dikaji adalah : 1. Variabel ( X ) : Kesepian (loneliness) 2. Variabel ( Y ) : Kesehjateraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian & definisi operasional Variabel adalah sebuah karakteristik atau kondisi yang berubah atau memiliki nilai yang berbeda

Lebih terperinci

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN DIVISI SUMBER DAYA MANUSIA DI HOTEL BOROBUDUR JAKARTA Felicia Universitas Bina Nusantara, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 7, felicia_fc@ymail.com Agung Gita Subakti,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Sugiyono (2007:3) variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa statistik deskriptif adalah

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi. a. Jenis penelitian: asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat

BAB III. Metodologi. a. Jenis penelitian: asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat BAB III Metodologi 3.1 Jenis dan Desain Penelitian a. Jenis penelitian: asosiatif, yaitu suatu pertanyaan penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Bentuk hubungan asosiatif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1. Variabel Penelitian & Definisi Operasional Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang akan diuji adalah: 1. Variable (X): Materialisme

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas dalam

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Variabel) dan Variabel Terikat (Dependent Variabel). Variabel bebas dalam BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu Variabel bebas (Independent Variabel) dan Variabel

Lebih terperinci

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook

BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis. Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook BAB 3 METEDOLOGI PENELITIAN 3. 1. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Hipotesis 3. 1. 1. Variabel Penelitian Variabel 1 = Self-Control Variabel 2 = Intensitas penggunaan facebook 3. 1. 2. Definisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 16 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel menurut Christensen (dalam Seniati, L., dkk, 2009) merupakan karakteristik atau

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian Pada bab ini akan menjelaskan metode penelitian yang mencakup definisi operasional, desain penelitian, teknik sampling, lokasi penelitian serta prosedur selama penelitian berlangsung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan variabel-variabel yang diteliti, maka jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dan verifikatif. Sugiyono (2009:206) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek dari penelitian ini adalah pengguna sepatu Converse, dan lokasi dilakukannya penelitian adalah di Kota Semarang. 3.2 Populasi dan Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara memecahkan persoalan dalam penelitian ilmiah tidaknya suatu penelitian sangat tergantung pada metodologi yang digunakan (Sumadi Suryabrata, 000:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi: desain penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian & Definisi Operasional. (2010), variabel adalah konstrak yang diukur BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian & Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian & Definisi Operasional Menurut Sangadji (2010), variabel adalah konstrak yang diukur dengan berbagai macam nilai untuk

Lebih terperinci

Organisasi di PT. Telkom Indonesia Witel Solo

Organisasi di PT. Telkom Indonesia Witel Solo 40 gejala, untuk menerangkan gejala ini maka disediakan suatu bagian statistik deskriptif. Sejalan dengan tujuan penelitian, maka metode deskriptif akan digunakan peneliti untuk mengkaji lebih dalam tentang

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan mengenai identifikasi variable penelitian, definisi operasional variable penelitian, populasi dan sampel, metode pengambilan sampel, desain

Lebih terperinci

merupakan faktor sukses (critical success factor) yang mendorong pengambilan keputusan berisiko secara efektif (Hillson, 2008). Risk attitude adalah

merupakan faktor sukses (critical success factor) yang mendorong pengambilan keputusan berisiko secara efektif (Hillson, 2008). Risk attitude adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengambilan keputusan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh manusia setiap saat, baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan profesional. Beberapa keputusan memiliki

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Untuk dapat meneliti konsep empirik, konsep tersebut harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Menurut Arikunto (2006), variabel adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang asuransi jiwa, yaitu PT. Prudential Life Assurance (Prudential

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai variabel penelitian dan hipotesis, subjek penelitian dan teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, dan prosedur penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai data-data deskriptif yang diperoleh dari responden. Data deskriptif yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 45 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian sensus, menurut Arikunto (1996: 115) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan desain atau suatu proses yang memberikan arahan atau petunjuk secara sistematis kepada peneliti dalam melakukan proses penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian non-eksperimental tidak ada treatment/ perlakuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 20 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di salah satu Bank swasta nasional di Kota Jakarta. Dasar pertimbangan yang digunakan dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode

METODE PENELITIAN. nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode 50 III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Pada penelitian hubungan virginitas dengan intensitas melakukan seks pra nikah, peneliti menggunakan tipe penelitian eksplanatori dengan metode kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

BAB III METODE PENELITIAN. itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2011; 2) penelitian merupakan cara ilmiah, berarti penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional, empiris, dan sistematis.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional 25 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menguraikan mengenai hal-hal yang menyangkut operasional penelitian. Pembahasan mengenai bagaimana penelitian ini dilaksanakan, subjek yang diteliti serta aspek-aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. yaitu sebuah metode yang datanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka (Sugiyono, 2009). Desain ini sangat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejak Maret 2017 sampai dengan Agustus Semesta Jl. Kemanggisan raya no 19 Jakarta Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sejak Maret 2017 sampai dengan Agustus Semesta Jl. Kemanggisan raya no 19 Jakarta Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Proses penelitian ini diawali dengan pencarian dan pengumpulan data, pengelolaan data dan penulisan hasil laporan, sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mempergunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di RM Sederhana Palembang, Sumatra Selatan yang beralamat di Jl. Demang. Pemilihan lokasi didasarkan pada pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1958 di Jakarta. Ruang lingkup

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1958 di Jakarta. Ruang lingkup BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian PT Maskapai Asuransi Raya (selanjutnya disebut PT Asuransi Raya atau Perusahaan didirikan pada tanggal 20 Maret 1958 di Jakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

BAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu proses pengambilan keputusan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional a. Perceived social support Perceived social support biasanya didefinisikan sebagai persepsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai variabel penelitian, definisi operasional, hipotesis, subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian, alat ukur penelitian, validitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Arikunto (2010), penelitian korelasional merupakan penelitian untuk mengetahui ada atau tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Perbandingan Fear of Success dengan Jenis Kelamin. Gender BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan jenis kelamin. Kemudian menjelaskan secara deskriptif dengan di sertai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori dan konseptualisme. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori dan konseptualisme. Penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang berawal dari kemauan atau minat untuk mengetahui permasalahan tertentu dan mencari jawabannya yang selanjutnya berkembang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara yang digunakan dalam proses untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran melalui metode ilmiah guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah explanatory research.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah explanatory research. 42 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah explanatory research. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), explanatory research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Populasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di kota Bandung dengan populasi penelitian yaitu mahasiswa di kota Bandung yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

BAB III METODE PENELITIAN. menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti harus menentukan obyek-obyek penelitian yang akan diteliti dan besarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung. 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Hijabers Community Bandung. 2. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini merupakan anggota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (remaja). Instagram sekarang banyak sekali bermunculan akun-akun yang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian 1. Gambaran Obyek Penelitian Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Instagram. Instagram kini menjadi market place

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah level of explanation yaitu penelitian deskriptif dan asosiatif dengan pendekatan kuantitatif. Menurut Siregar (2013, p.15)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Identifikasi Variabel Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel gaya kepemimpinan partisipatif dan Work

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 25 BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian yang meliputi subyek penelitian, desain penelitian, seting lokasi & instrumen penelitian, pengukuran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

BAB III METODE PENELITIAN. metode penelitian yang ilmiah pula, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan salah satu dari tindakan yang dapat dikatakan sebagai tindakan dalam mencari kebenaran dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian Ada sejumlah 112 kuesioner yang kembali dari 150 kuesioner yang disebarkan kepada responden. Dari 112 kuesioner, sejumlah 69 kuesioner

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia, yang beralamat di Jalan Setiabudhi No. 229 Bandung, Jawa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN.1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan korelasional dengan teknik survei untuk melihat hubungan variabel terikat dengan variabel tergantungnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Obyek Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Butik Kharisma Indonesia yang berlokasi di Jalan Gajahmada No. 134, Semarang. Obyek penelitian ini adalah karyawan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 dari konsumen Sophie Martin yang datang berkunjung. Salah satu teknik pengumpulan data yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Setelah peneliti menguraikan teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti akan memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Promosi Jabatan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Promosi Jabatan dan 43 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh Promosi Jabatan dan Rekan Sekerja terhadap Kinerja Pegawai di Dinas Sosial Provinsi Riau. Yaitu untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pada penelitian ini, peneliti akan mengetahui pengaruh intensitas penggunaan media sosial terhadap pembentukan identitas diri remaja, sehingga pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan BAB III METODOLOGI PEELITIA A. Pendekatan Penelitian Suatu penelitian terdapat dua macam pendekatan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada 30 November sampai 15 Desember 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek pada penelitian ini adalah guru SMK yang mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di kecamatan Pesanggrahan. Dilaksanakan pada 30 November sampai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam. menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Definisi Operasional Self-monitoring Self-monitoring merupakan kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan

BAB III METODE PENELIITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan BAB III METODE PENELIITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian yang berwujud data kuantitatif dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini menguraikan yang menyangkut kegiatan operasional penelitian dari karakteristik subyek, desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan teknik pengolahan

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 27 4. METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas metode yang digunakan dalam menjawab permasalahan serta menguji hipotesis penelitian. Pada bagian pertama akan dijelaskan mengenai partisipan penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Deskriptif Penelitian deskriftif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Dalam hal ini penelitian dipilih tentang implementasi SAP dalam menghasilkan laporan keuangan. Objek penelitian ini adalah PT Tri Swardana Utama

Lebih terperinci