BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu"

Transkripsi

1 BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : Orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita. Berdasarkan hasil SPSS yang menunjukkan nilai signifikan <0,05, maka H o ditolak, artinya orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis secara bersama mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita. Orientasi dominansi sosial mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita, dengan nilai signifikan 0,000. Orientasi dominansi sosial memiliki arah korelasi prediktif (β = 0,618) yang positif dalam memprediksikan sikap terhafap risiko pada tenaga kerja wanita, ini berarti apabila orientasi dominansi tinggi maka sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita juga akan tinggi. Persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita, dengan nilai signifikan 0,004. Persepsi kelangkaan lawan jenis memiliki arah korelasi prediktif (β = -0,159) yang negatif, berarti semakin sedikit atau langka jumlah laki-laki maka sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita akan semakin tinggi. 1

2 5.2 Diskusi Penelitian mengenai korelasi prediksi ini telah membuktikan bahwa orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis ternyata mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada Tenaga Kerja Wanita (TKW). Hipotesis alternatif (H a ) pertama menyatakan bahwa orientasi dominansi sosial mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita, diterima. Hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Jamieson, Koslov, Nock, dan Mendes (2012), menyatakan bahwa diskriminasi atau penolakan ras yang sama terhadap ras yang berbeda dapat mengakibatkan meningkatkan perilaku yang berisiko. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku diskriminasi tidak hanya meningkatkan keinginan untuk mengambil risiko tetapi juga langsung mengarah pada perilaku berisiko. Penelitian ini menunjukan bahwa terhadap hubungan antara orientasi dominansi sosial dan perilaku berisiko secara luas. Orientasi dominansi sosial memiliki arah yang positif dengan sikap terhadap risiko. Apabila orientasi dominansi sosial seseorang tinggi maka perilaku berisiko nya pun akan ikut tinggi. Dengan menggunakan skala DOSPERT, perilaku berisiko pada tenaga kerja wanita dilihat secara umum yang meliputi 5 bidang. Penelitian yang dilakukan oleh Pratto dkk (1994) mengenai kebijakan di Amerika setelah invasi Irak atas Kuwait tahun 1990 menunjukkan bahwa banyak orang rela untuk mengorbankan dirinya untuk berjuang dalam perang. Individu dengan orientasi dominansi tinggi terkait dengan sikap mendukung aksi militer melawan Irak, dan kerelaan dalam mengorbankan diri untuk perang. 2

3 Salah satu ciri utama orang dengan SDO tinggi adalah mempertahankan ketidaksetaraan (inequality) antar kelompok sosial, atau pemeliharaan hierarki sosial yang ada (Pratto, Sidanius, Stallworth, & Malle, 1994). Hierarki sosial ini memiliki bermacam-macam basis, bisa berupa usia (misalnya: orang yang lebih tua memiliki status yang lebih tinggi daripada orang yang lebih muda), jenis kelamin (misalnya: laki-laki memiliki status yang lebih tinggi daripada perempuan), maupun kelompok sosial apapun (arbitrari; misalnya: agama X memiliki status yang lebih tinggi daripada agama Y, suku X memiliki lebih tinggi daripada suku Y). Dalam penelitian ini, kelompok sosial yang dimaksud adalah kelompok perempuan yang menjadi TKW lebih tinggi statusnya, lebih superior, daripada outgroup-nya, yakni kelompok perempuan yang tidak menjadi TKW. Artinya, SDO menggunakan basis berupa profesi atau peran (role). Dalam SDO, ketika peran yang dijalani seseorang menjadi lebih berdaya (powerful), maka semakin besar peluangnya untuk menjadi kelompok hegemonik. Duckitt dan Sibley berteori bahwa keyakinan SDO diaktivasikan oleh kompetisi. Dalam penelitian ini, kompetisi yang dimaksud adalah kompetisi di antara para perempuan yang berada di antara situasi kelangkaan lawan jenis. Duckitt (2010) menggunakan perspektif psikologi evolusioner, bahwa bagi orang-orang yang kompetitif ini, dunia sosial itu "bengis" dan memincu pertarungan untuk bertahan hidup memperebutkan sumber daya, sebagaimana diungkap oleh Charles Darwin. "Sumber daya" yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laki-laki berkualitas yang akan menjadi pasangan hidup TKW. Prinsip dari perspektif psikologi evolusioner adalah "Yang kuat adalah yang menang (dalam pertarungan)", bahkan "dengan segala cara". Sarana untuk menguatkan status dan posisi diri, dalam penelitian ini, bagi perempuan adalah dengan menjadi TKW. 3

4 Dalam penelitian ini, menjadi TKW diasumsikan sebagai sebuah perilaku yang memiliki struktur pengalaman yang serupa dengan perilaku berisiko. Risiko menjadi TKW antara lain adalah culture shock, rawan mengalami penipuan dan kekerasan, minimnya perlindungan (KampungTKI, 2013). Tetapi pengambilan risiko merupakan salah satu cara untuk menjadi dominan atau superior. Frederick Wilcox (dalam ThinkExist.com, 2013) menyatakan bahwa "Progress always involves risk; you can't steal second base and keep your foot on first base". Ada dua penjelas yang dapat menghubungkan risk attitude dengan dominance atau superiority. Salah satu variabel psikologis yang bisa menghubungkan kedua hal ini adalah maskulinitas. Apakah dengan begitu, "maskulinitas" berperan dalam diri TKW, hal ini memerlukan penelitian lebih lanjut. Penjelasan yang lain dapat menggunakan "social resistance framework" yang dikembangkan Factor, Kawachi, dan Williams (2011). Menurut mereka (halaman 1293, 1296), kelompok marjinal (yang terpinggirkan) secara sosial melakukan perilaku berisiko untuk memberikan sinyal kepada kelompok dominan bahwa kekuatan atau kekuasaan mereka bukan tanpa batas ("signaling to the dominant group that their power is not without limits", "to create a boundary or imaginary line which signals to the dominant group that their control over the individual ends from this point on"). Kelompok yang ingin menjadi TKW pada umumnya berasal dari keluarga miskin yang marjinal atau tidak diperhatikan dalam masyarakat. Dengan menggunakan teori Factor dan kawan-kawan, dapat diuraikan bahwa kelompok perempuan TKW ini ingin memberikan signal dengan cara melakukan perilaku berisiko (menjadi TKW) bahwa mereka juga dapat mencapai dominansi bahkan lebih dari yang kelompok perempuan mayoritas (dominan). Dominansi ini dapat dihubungkan dengan sikap terhadap risiko (risk attitude), bahwa positive risk attitude sebagai sarana menunjukkan dominansi akan menimbulkan 4

5 kesan positif (positive impression) bahwa mereka layak mendapatkan pasangan yang lebih baik, atau hal-hal rewarding lainnya yang lebih baik. Dalam kaitan ini, harus dibedakan antara dominansi sosial (social dominance) dengan pembenaran sistem (system justification). Sebagaimana dikatakan sebelumnya, "social dominance" melegitimasikan pemeliharaan ketidaksetaraan antar kelompok, di mana hal ini serupa dengan pembenaran sistem bahwa kelompok berstatus rendah melihat posisi mereka dalam sistem sosial dapat dibenarkan. Namun Brandt (2013, halaman 767) mengatakan: "A recent metaanalysis on status differences in social dominance orientation found that low-status social groups were not on average supportive of the unequal social conditions that they are subjected to." Artinya, orang dengan SDO rendah mungkin memiliki keinginan untuk bergerak naik status ke status yang lebih tinggi, menolak "status quo", tidak mau tetap terus berada di posisi bawah. Akan tetapi, bila mereka suatu saat berada di hierarki atas, mereka dapat melegitimasikan posisinya yang sudah berada di atas (Brandt, 2013; Brandt & Reyna, 2012). Hubungan antara rasio jenis kelamin dengan perilaku berisiko sebenarnya sudah diteliti, hanya saja lebih banyak yang berada pada bidang perilaku seksual berisiko. Sebagai contoh, Gantz (2009, halaman 57) melalui kajiannya terhadap sejumlah penelitian empiris menemukan bahwa: An imbalanced sex ratio within a specific geographic area affects the mate availability within that area, potentially leading to more risky sexual behavior by the scarcer gender and greater acceptance of risky behavior by the more available gender." 5

6 Penemuan lebih baru di wilayah Asia (China) juga mendukung temuan Gantz. Penelitian yang dilakukan oleh South dan Trent (2010) di China menemukan bahwa ketidakseimbangan jumlah jenis kelamin meningkatkan perilaku hubungan seks dini, frekuensi sering, dan berganti-ganti pasangan, serta infeksi penyakit menular seksual. Selanjutnya, Gibson (2011) secara spesifik menemukan bahwa laki-laki yang wilayah demografinya memiliki kelangkaan jumlah perempuan lebih mungkin menjadi penyerang dengan konsekuensi bunuh diri (suicide attackers). Suicide attack merupakan perilaku berisiko yang sangat ekstrim. Hubungan antara rasio atau perbandingan jenis kelamin dengan perilaku berisiko juga diteliti dalam bidang perilaku finansial (saving, borrowing, dan spending) oleh Griskevicius et al. (2012). Menurut hasil penelitian Griskevicius, terlalu banyak laki-laki menyebabkan kompetisi antar laki-laki yang membuat lakilaki menghabiskan lebih banyak uang selama pacaran dengan lawan jenis. Hal ini sejalan dengan teori psikologi evolusioner yang menyatakan bahwa: "as sex ratio becomes male-biased and women become scarce,... men should want immediate rewards" (Griskevicius et al., 2012). Hanya saja studi-studi para peneliti di atas bersifat epidemiologis-objektif (kecuali studi yang bersifat manipulasi eksperimental terhadap persepsi operational sex ratio). Hasil penelitian ini berbeda dari penelitian Gant, karena penelitian ini mengambil data subjektif, yaitu persepsi seseorang tentang perbandingan jenis kelamin di lingkungannya, apakah lebih banyak laki-laki ataukah perempuan. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada perempuan, bukan laki-laki. Selama ini perempuan kurang terwakili dalam riset-riset yang menghubungan sex ratio dengan perilaku 6

7 berisiko; mungkin karena perilaku berisiko juga seringkali dihubungkan dengan basis biologis laki-laki, yaitu hormon testosteron. Di samping itu, penelitian ini menghubungkan persepsi rasio jenis kelamin dengan perilaku berisiko secara luas, tidak hanya yang berhubungan dengan perilaku seksual dan perilaku finansial. Dengan menggunakan alat ukur DOSPERT, perilaku berisiko secara umum dari berbagai bidang ikut diukur. Hasil penelitian psikologis perseptual ini mendukung studi-studi sebelumnya. Penjelasan yang ditawarkan Griskevicius et al. (2012) dapat pula dipakai untuk menjelaskan hasil penelitian saat ini. Bahwa : "An abundance of rivals should lead men to value immediate rewards because there is an important trade-off between acquiring immediate resources and waiting in hopes of acquiring more or better quality resources in the future." Perilaku menunda pemuasan (delayed gratification behavior) tidak selalu adaptif (Griskevicius et al., 2012). Perumpamaan yang diajukan adalah: seseorang menemukan pohon buah. Buahnya masih beberapa hari lagi baru akan matang. Orang ini dapat memilih untuk memetik buah yang ada sekarang, atau memilih untuk pulang dan kembali beberapa hari lagi saat buah telah matang. Namun perspektif evolusioner memperlihatkan bahwa penundaan juga memiliki kelemahan. Apabila orang tersebut membatalkan untuk memetik buah itu sesegera mungkin, tidak ada jaminan bahwa masih ada buah itu atau buah lainnya yang tetap ada di masa mendatang. Tidak ada jaminan pula bahwa ia akan berada di sekeliling pohon buah itu, sekalipun buah yang matang itu ada di pohon buah itu. Lebih lanjut, kompetisi yang semakin meningkat di antara sesama orang untuk sumber daya buah yang terbatas, menurunkan kemungkinan bahwa ada buah apapun yang tetap ada di pohon itu di masa mendatang. 7

8 Perumpamaan di atas walaupun tidak persis sama dengan kondisi TKW memberikan insight berupa penjelasan mengapa sex ratio menyebabkan perempuan memprioritaskan immediate rewards (hasil yang segera), yang berarti ingin segera memperoleh pasangan (laki-laki) yang berkualitas. Salah satu cara yang paling mungkin di kalangan perempuan kelas sosial ekonomi rendah untuk mencari jalan pintas meningkatkan impresi atas dirinya di mata laki-laki adalah melakukan perilaku berisiko. Keinginan menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri merupakan heuristik yang cukup populer di kalangan perempuan Indonesia untuk memperoleh uang banyak dalam waktu singkat, sehingga bisa menggunakan kosmetik, fashion, dan perabot yang mampu menunjukkan peningkatan status dirinya di mata sosial atau masyarakat. Namun demikian, dalam penelitian ini yang diukur adalah sikap terhadap perilaku pengambilan risiko secara umum. Semakin perempuan mempersepsikan bahwa ada kelangkaan jumlah laki-laki di lingkungannya, perilaku perempuan tersebut makin berisiko. Logika mendasar atas penjelasan terhadap hasil penelitian ini adalah bahwa perilaku berisiko mampu meningkatkan citra diri secara segera (immediate); dan berdasarkan hasil-hasil riset yang disampaikan di atas, peningkatan citra diri berhubungan positif dengan kemungkinan memperoleh lawan jenis yang berkualitas sebagai pasangan. Hubungan antara perilaku berisiko dan citra diri pernah ditemukan oleh Fuller et al. (2007). Meskipun dalam konteks organisasi, penelitian mereka memiliki arti penting. Mereka menemukan melalui penelitian empiris bahwa dalam situasi kompetisi antar pekerja, karyawan yang ingin meningkatkan citra yang positif akan kompetensinya akan melakukan "voice behavior" atau mengemukakan gagasan-gagasan inisiatif yang sebenarnya 8

9 menantang status quo (kondisi yang tenang) dalam perusahaan tersebut. Perilaku ini memiliki keuntungan berupa kesan positif yang mungkin ditimbulkan, di samping keuntungan berupa inovasi bagi organisasi yang bersangkutan. Namun demikian, "voice behavior" ini juga mengandung risiko, khususnya jika perilaku itu dipersepsikan sebagai komplain, keluhan, atau kritik pribadi. Voice behavior menantang atau mengganggu harmoni yang sudah ada dalam organisasi serta dapat mengecewakan hubungan antarpribadi dan dengan demikian bisa juga menciptakan impresi negatif. Teori yang dihasilkan oleh Fuller et al. (2007) menunjukkan bahwa secara fungsional "voice behavior" bertujuan untuk manajemen impresi, khususnya saat terdapat interaksi antara self-monitoring yang tinggi dengan performa yang rendah. Implikasi atas temuan Fuller dapat diterapkan pada hasil penelitian ini. TKW pada umumnya adalah perempuan yang "tidak kompeten" (Febriani, 2011), atau dalam teori Fuller diistilahkan "rendah performanya". Penelitian ini memiliki asumsi yang juga didukung oleh data empiris bahwa rendahnya performa ini membawa para perempuan TKW untuk bersikap positif terhadap perilaku yang berisiko (positive risk attitude). Hasil regresi menunjukkan bahwa orientasi dominansi sosial dan persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita, dengan begitu hipotesis alternatif (H a ) ketiga diterima. Orientasi dominansi sosial memiliki arah yang positif dalam memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita. Yaitu semakin tinggi orientasi dominansi seseorang maka akan semakin tinggi pula sikap terhadap risiko. Sementara persepsi kelangkaan lawan jenis mampu memprediksikan sikap terhadap risiko pada tenaga kerja wanita 9

10 dalam arah yang negatif. Artinya, apabila seseorang mempersepsikan salah satu jenis kelamin langka (sedikit jumlahnya) maka sikap terhadap risiko akan semakin besar. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan tenaga kerja wanita sebagai subjek penelitian, dimana sebagai subjek penelitian sebagian besar berpendidikan tidak tinggi. Karena kondisi subjek tersebut, terdapat kesulitan dalam mengisi kueioner yang diberikan. Banyak diantara mereka yang tidak mengerti maksud dari beberapa item pernyataan, oleh karena itu peneliti harus membacakan serta menjelaskan satu persatu maksud dari setiap item dan apa yang hendak ditanyakan dari masing-masing item. 5.3 Saran Saran Teoritis 1. Data kontrol diperketat untuk menghindari adanya hal-hal lain diluar penelitian yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. 2. Sebagai tambahan untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya disertakan ratio jenis kelamin yang ada di setiap daerah di Indonesia. Khususnya daerah yang dijadikan tempat penelitian, tujuannya untuk lebih memperkuat hasil yang diperoleh. 3. Saran bagi penelitian selanjutnya agar membedakan tenaga kerja wanita yang sudah pernah bekerja di luar negeri dengan yang baru pertama kali bekerja di luar negeri.. 4. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya melakukan back-translation. Dalam adaptasi alat ukur, dikenal adanya forward translation dan back translation. Forward translation, seperti yang dilakukan oleh penelitian 10

11 ini, menerjemahkan alat ukur dari bahasa asing ke bahasa Indonesia dengan expert judgment dosen pembimbing. Sementara back-translation yaitu menerjemahkan kembali hasil terjemahan bahasa Indonesia tersebut ke bahasa asing awal oleh penerjemah independen; guna mengetahui kecocokan hasil terjemahan. Apabila ditemukan kesesuaian antara forward dan back translation, maka hasil adaptasi lebih meningkat kualitasnya. Dalam penelitian ini tidak melakukan backtranslation sehingga terdapat beberapa item yang kurang dimengerti oleh subjek penelitian Saran Praktis 1. Diharapkan bagi para tenaga kerja wanita untuk lebih mempertimbangkan keuntungan dan kerugian yang akan didapatkan dengan menjadi tenaga kerja. Mempertimbangkan berbagai risiko yang mungkin akan dihadapi ketika bekerja di luar negeri. 2. Bagi para wanita, tidak ada salahnya untuk mengekpresikan diri maupun berkeinginan untuk meningkatkan kelas sosial, selama hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang benar. 3. Bagi para wanita, kelangkaan jenis kelamin laki-laki sebaiknya tidak menjadikan wanita berkompetisi secara tidak sehat untuk bisa mendapatkan laki-laki yang diinginkan, melainkan lebih kreatif dalam menarik perhatian laki-laki. 4. Bagi para wanita, emansipasi wanita modern sehingga membuat wanita bisa berkarir atau bekerja sesuai dengan apa yang diinginkan sebaiknya tidak disalahgunakan. Carilah pekerjaan yang benar dan tidak hanya mementingkan keuntungan. 11

12 5. Bagi BNP2TKI, sebaiknya para calon Tenaga Kerja Wanita tidak hanya dibekali dengan keterampilan teknis (hard skill) seperti memasak, bahasa asing, dan lain-lain tetapi juga dibekali dengan soft skill seperti kemampuan dalam berinteraksi dengan orang lain, kemampuan bahasa asing, kemampuan dalam cara berkomunikasi, serta diajarkan mengenai kebudayaan di negara mereka akan ditempatkan. Selain itu lebih baik persyaratan bagi para calon TKW lebih diperketat sehingga tidak ada calon TKW yang tidak memenuhi persyaratan atau kriteria. Hal ini untuk lebih meminimalisir kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang mungkin menimpa para TKW di luar negeri. 12

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan bagian dari Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Menurut Pasal 1 bagian (1) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, peneliti dapat

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, peneliti dapat BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan, peneliti dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ho diterima dan Ha ditolak. r=

Lebih terperinci

PERAN ORIENTASI DOMINANSI SOSIAL DAN PERSEPSI KELANGKAAN LAWAN JENIS DALAM MEMPREDIKSIKAN SIKAP TERHADAP RISIKO PADA TENAGA KERJA WANITA

PERAN ORIENTASI DOMINANSI SOSIAL DAN PERSEPSI KELANGKAAN LAWAN JENIS DALAM MEMPREDIKSIKAN SIKAP TERHADAP RISIKO PADA TENAGA KERJA WANITA PERAN ORIENTASI DOMINANSI SOSIAL DAN PERSEPSI KELANGKAAN LAWAN JENIS DALAM MEMPREDIKSIKAN SIKAP TERHADAP RISIKO PADA TENAGA KERJA WANITA Innes Zia Rizkytha Aiueo_wow@yahoo.com Dosen Pembimbing : Juneman,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan:

BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan: BAB V SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan: 1. Regresi pertama adalah regresi linear berganda yang dimana Ha (hipotesis

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016 Pijakan Awal Pengalaman perjuangan rakyat untuk gagasan2, prinsip2 dan kemungkinan2 baru, perlu terus berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dibandingkan dengan laki-laki 1. Fenomena ini terdapat juga pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring bergesernya waktu dari tahun ke tahun fenomena emansipasi di era modernitas saat ini menunjukan kebangkitan perempuan, dan tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa untung atau rugi. Mengurangi potensi kerugian atau resiko merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa untung atau rugi. Mengurangi potensi kerugian atau resiko merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melakukan keputusan investasi, memilih merupakan pekerjaan yang tidak mudah bagi investor terutama dalam situasi ketidakpastian yang tinggi. Pilihan terhadap

Lebih terperinci

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja

Issue Gender & gerakan Feminisme. Rudy Wawolumaja Issue Gender & gerakan Feminisme Rudy Wawolumaja Feminsisme Kaum feminis berpandangan bahwa sejarah ditulis dari sudut pandang pria dan tidak menyuarakan peran wanita dalam membuat sejarah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) periode remaja adalah umur 10-19 tahun. Fase dimana terjadi pertumbuhan fisik yang cepat dan perkembangan psikologi dan kedewasaan.

Lebih terperinci

BAB IV Analisis Dan Pembahasan

BAB IV Analisis Dan Pembahasan BAB IV Analisis Dan Pembahasan 4.1 Karakteristik Responden Analisis karakteristik responden digunakan untuk memperoleh gambaran sampel dalam penelitian ini. Data yang menggambarkan karakteristik responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tantang Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi S1 Terhadap Pentinngnya Laporan Keuangan (Studi Pada Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia tua merupakan waktu bagi seseorang untuk bersantai dan menikmati sisa kehidupannya, tetapi tidak di sebagian besar negara berkembang seperti di Indonesia. Mereka

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK IAN UNY 2012 UTAMI DEWI

ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK IAN UNY 2012 UTAMI DEWI ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK IAN UNY 2012 UTAMI DEWI utami.dewi@uny.ac.id STAKEHOLDER ANALYSIS Stakeholder analysis (SA)is a term that refers to the action of analyzing the attitudes of stakeholders towards

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV maka terdapat beberapa hasil yang dapat disimpulkan di dalam penelitian ini, yaitu: Tingkat kecenderungan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh diskriminasi secara struktural dan kelembagaan. Di sebagian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjuangan kesetaraan gender terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, didasarkan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender disebabkan oleh diskriminasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN. sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Untuk membagi kedekatan emosional dan fisik serta berbagi bermacam tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan akan peningkatan pelayanan kesehatan dan sosial bagi remaja semakin menjadi perhatian di seluruh dunia sejalan dengan rekomendasi International Conference

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 66 6. KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan mengenai hasil penelitian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Pada bab ini juga akan dijelaskan diskusi yang menyatakan analisis

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran (Marketing) Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasimengenai barang atau jasa dalam kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya jaman dan arus globalisasi membuat tidak sedikit perempuan yang berkesempatan berkarir di luar rumah dan menduduki posisiposisi penting di perusahaannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya perilaku seksual pranikah di kalangan generasi muda mulai mengancam masa depan bangsa Indonesia. Banyaknya remaja yang melakukan perilaku seksual pranikah

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka Dalam bab ini, akan dibahas mengenai tinjauan pustaka yang digunakan peneliti terkait dengan penelitian yang dilakukan, dan dapat menjadi landasan teoritis untuk mendukung penelitian

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Dalam bab terakhir ini akan dijelaskan kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh selama penelitian. Selain itu, terdapat saran untuk

Lebih terperinci

R Sq Linear = 0.02 R Sq Linear = 0.007 R Sq Linear = 0.027 150 pendidikan ibu, relasi gender, manajemen keuangan, kesejahteraan keluarga subjektif, sebaliknya berhubungan negatif nyata dengan usia ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 Perilaku seksual pranikah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang yang terjadi akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Perilaku seksual pranikah ini akan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab 5 ini, dijabarkan mengenai kesimpulan, diskusi, serta saran terkait metodologis dan praktis. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari uji statistik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama

BAB I PENDAHULUAN. oleh daya saing dan keterampilan (meritokration). Pria dan wanita sama-sama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi yang penuh dengan persaingan, peran seseorang tidak lagi banyak mengacu kepada norma-norma kebiasaan yang lebih banyak mempertimbangkan

Lebih terperinci

ABSTRAK KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI MENGENAI GONORE DI YAYASAN X BANDUNG

ABSTRAK KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI MENGENAI GONORE DI YAYASAN X BANDUNG ABSTRAK KORELASI ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP DAN PERILAKU LAKI-LAKI SEKS DENGAN LAKI-LAKI MENGENAI GONORE DI YAYASAN X BANDUNG Maria Pyrhadistya, 2016; Pembimbing I: Dr. Oeij Anindita Adhika, dr.,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kasus kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia dapat diibaratkan seperti gunung es yang hanya nampak puncaknya saja di permukaan, namun sebagian besar badan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi, ikut berkembang pula perkembangan remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet yang dengan mudah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata kewirausahaan diambil dari kata wirausaha. Sebagian orang ada

BAB II LANDASAN TEORI. Kata kewirausahaan diambil dari kata wirausaha. Sebagian orang ada 2.1.Kewirausahaan (Entrepreneurship) BAB II LANDASAN TEORI Kata kewirausahaan diambil dari kata wirausaha. Sebagian orang ada yang menyebut wirausaha sebagai wiraswasta. Wirausaha diterjemahkan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Menurut Hatch dan Farhady (dalam Sugiyono, 2009), variabel dapat didefinisikan sebagai atribut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Hal ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Coping Stress 1. Definisi Coping Stress Lazarus dan Folkman (Sugianto, 2012) yang mengartikan coping stress sebagai suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH: PSIKOLOGI DAN BUDAYA

MATA KULIAH: PSIKOLOGI DAN BUDAYA MATA KULIAH: PSIKOLOGI DAN BUDAYA OLEH: DR. ASIH MENANTI, MS PERTEMUAN 6: CULTURE AND GENDER - THE IMPACT OF GENDER AND CULTURE TO PSYCHOLOGY: KIRA-KIRA 30-40 TAHUN LALU, PERGERAKAN WANITA DI US MENEMUKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian 1. Objek Penelitian Objek penelitian difokuskan kepada masalah yang diteliti yaitu pengaruh pemasaran hijau terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa (stakeholders) menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. ketat, dan pada umumnya para pengguna jasa (stakeholders) menginginkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan tenaga kerja di dunia usaha atau dunia industri tingkat lokal, nasional, dan global begitu tinggi. Persaingan dalam dunia kerja juga semakin

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama

BABI PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, fenomena pernikahan dini kian lama kian berkurang, namun demikian bukan berarti fenomena pemikahan dini

Lebih terperinci

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

BAB 1: PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh. BAB 1: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa remaja keadaan fisik, psikologis, dan seksualitas akan mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi perkembangan jiwa dan pertumbuhan tubuh.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada

STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA. Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada STUDI ANTESEDEN INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA Woro Endah Sulistyaningrum Universitas Gadjah Mada Majang Palupi Universitas Islam Indonesia majang_palupi@uii.ac.id ABSTRACT In this research, theory of

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan BAB V PENUTUP Pada bagian ini peneliti akan mengungkapkan hal-hal yang berkaitan dengan kesimpulan dan saran sebagai penutup dari pendahuluan hingga analisa kritis yang ada dalam bab 4. 5.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENUNDA MEMILIKI ANAK PADA PASANGAN YANG BEKERJA DI BANDUNG

2015 PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENUNDA MEMILIKI ANAK PADA PASANGAN YANG BEKERJA DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam budaya Indonesia, rumah tangga tidak lengkap tanpa kehadiran anak.bahkan, pada suku atau ras tertentu, memiliki anak berjenis kelamin pria itu wajib.ini jauh berbeda

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTRAVERSI DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA PEGAWAI DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Mia Novitaloka 1, Harlina Nurtjahjanti 2 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang diperoleh berdasarkan analisis pada Bab IV. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi serta saransaran untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses sosialisasi merupakan salah satu tugas perkembangan terpenting bagi anak-anak juga remaja. Menurut Hurlock (2008) tugas perkembangan adalah tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rokok dan perokok bukan suatu hal yang baru didunia ini, tetapi telah ada sejak lama. Di Indonesia, rokok sudah menjadi barang yang tidak asing dan sangat

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN. Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN. Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN Bab terakhir ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil-hasil yang diperoleh dalam penelitian, serta keterbatasan penelitian. Selain itu, dalam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Hubungan Nilai..., Dian Rahmi Iskandar, F.PSI UI, 2008 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui setiap individu yang lahir ke dunia ini. Keluarga sebagai bagian dari suatu kelompok sosial mentransformasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

BAB I PENDAHULUAN. pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjuangan kesetaraan gender adalah terkait dengan kesetaraan sosial antara pria dan wanita, dilandaskan kepada pengakuan bahwa ketidaksetaraan gender yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern seperti saat ini membawa masyarakat harus bisa beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Modernisasi pada dasarnya dapat membawa dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu.

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karir menjadi salah satu penghubung utama bagi individu dengan organisasi. Karir di masa sekarang jauh berbeda dengan karir di masa lalu. Di masa lalu tidak terpikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (Ospek) telah menyeret nama sejumlah institusi pendidikan lewat kasus-kasus yang terjadi selama pelaksanaannya. Dari waktu ke waktu

Lebih terperinci

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet

Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet Hubungan Kesejahteraan Psikologis Dengan Self Esteem Pada Wanita Rawan Sosial Ekonomi (WRSE) di Wilayah Kecamatan Tebet SKRIPSI Oleh : Bayhaqqi 201210515003 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

Budaya dan Komunikasi 1

Budaya dan Komunikasi 1 Kejujuran berarti integritas dalam segala hal. Kejujuran berarti keseluruhan, kesempurnaan berarti kebenaran dalam segala hal baik perkataan maupun perbuatan. -Orison Swett Marden 1 Memahami Budaya dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, perilaku seksual pranikah pada remaja jumlahnya meningkat yang terlihat dari data survey terakhir menunjukkan kenaikan 8,3% dari total remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan perekonomian Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan perekonomian Indonesia semakin meningkat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia semakin meningkat. Perkembangan perekonomian yang meningkat ini turut mempengaruhi pola konsumsi di Indonesia. Adanya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karir sebagai seorang akuntan publik sangat menantang dan dihargai secara

BAB I PENDAHULUAN. Karir sebagai seorang akuntan publik sangat menantang dan dihargai secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karir sebagai seorang akuntan publik sangat menantang dan dihargai secara finansial. Profesi sebagai seorang akuntan dari sebuah perusahaan akuntan publik sangat

Lebih terperinci

ABSTRAK. Yuanita Respati Dewi

ABSTRAK. Yuanita Respati Dewi ABSTRAK Yuanita Respati Dewi 0432006 Judul Sub Judul : Evaluasi Modul Pelatihan Pemahaman Efikasi Diri Bagi Perawat :Evaluasi Modul Pelatihan Pemahaman Efikasi Diri Padai Perawat RSU X Yogyakarta Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran

BAB I PENDAHULUAN. Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian Kesuksesan yang diraih oleh perusahaan tentunya tidak lepas dari peran karyawannya. Maju mundurnya perusahaan juga ditentukan oleh kinerja para karyawannya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Investasi masa kini merupakan salah satu fungsi menejemen keuangan bagi seorang individu atau organisasi. Dimana masyarakat sekarang ini sudah jarang menabung

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisa yang dijabarkan pada BAB IV, kesimpulan-kesimpulan yang didapat pada penelitian analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Loyalitas Konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja Indonesia banyak yang memiliki prestasi tinggi baik itu dari segi akademis maupun non akademis. Sudah banyak pemuda indonesia yang mengharumkan nama indonesia

Lebih terperinci

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak.

KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK. Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo. Abstrak. KECERDASAN SPIRITUAL DAN KECENDERUNGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA SISWA SMK Nur Indah Rachmawati, Anggun Resdasari Prasetyo Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soedarto SH Tembalang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian di dunia dan Indonesia. Penyakit ini memiliki

Lebih terperinci

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN STUDI DESKRIPTIF MENGENAI KOMITMEN TERHADAP ORGANISASI PADA TENAGA KEPENDIDIKAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN DWI NINGSIH ARIANI Dr. Maya Rosmayati Ardiwinata, M. Si 1 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. dikhawatirkan dapat menimbulkan permasalahan yang kompleks. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya, hubungan dengan manusia lain tidak lepas dari rasa ingin tahu tentang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 60 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dijelaskan dan disajikan keterbatasan penelitian, hasil pengumpulan data, hasil analisis data, dan pembahasan hasil penelitian dalam kaitannya dengan teoriteori

Lebih terperinci

BAB III: METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah

BAB III: METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah BAB III: METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ( KBBI) penelitian adalah kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menaksir bagaimana aktivitas kinerja dan hasil akhir yang

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menaksir bagaimana aktivitas kinerja dan hasil akhir yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan dalam periode tertentu dengan mengacu kepada standar dan kebijakan yang telah ditetapkan. Pengukuran

Lebih terperinci

THEORY OF REASONED ACTION

THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION THEORY OF REASONED ACTION INTRODUCTION Akar teori : Psikologi Sosial Menjelaskan bagaimana dan mengapa sikap mempengaruhi perilaku 1872, Charles Darwin studi tentang sikap terhadap

Lebih terperinci

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN UMUR PUBERTAS DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA SISWA KELAS XII SMK TELKOM SANDHY PUTRA PURWOKERTO 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : YANINDIHAS RACHMA NURCAHYANI NIM: 201410104320 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu ke waktu pasar mengalami evolusi bentuk tempat dan cara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar sebagai suatu bentuk pelayanan umum tempat terjadinya transaksi jual beli barang bagi masyarakat, merupakan salah satu cerminan perekonomian dan sosial

Lebih terperinci

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) 1 Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER) Pemberdayaan (empowerment) adalah sebuah konsep yang berhubungan dengan kekuasaan (power) Dalam tulisan Robert Chambers 1, kekuasaan (power) diartikan sebagai kontrol terhadap

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. kepemilikan saham bebas secara bersama-sama menunjukkan hasil nilai F sebesar 3,829

BAB 6 PEMBAHASAN. kepemilikan saham bebas secara bersama-sama menunjukkan hasil nilai F sebesar 3,829 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1. Pengaruh Kepemilikan Saham Perusahaan Bagi Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi Pengujian pengaruh kepemilikan saham perdana, kepemilikan saham insentif dan kepemilikan saham bebas

Lebih terperinci

PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN PIRAMIDA PENDUDUK KAB. KLUNGKUNG,

PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN PIRAMIDA PENDUDUK KAB. KLUNGKUNG, BAB III PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN 8000 7000 6000 0 PIRAMIDA PENDUDUK KAB. KLUNGKUNG, 2014 5000 4000 3000 2000 1000 0 PENDUDUK USIA 15+ YANG BEKERJA MENURUT LAP. USAHA, 2014 1000 2000 SEKTOR SEKUNDER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengkonsumsi rokok, baik kaya, miskin, tua, muda, hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Taufik Pardita, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini isu mengenai pengembangan kewirausahaan menjadi kajian yang hangat karena kewirausahaan perannya sangat penting dalam pembangunan suatu negara. Keinginan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A

HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A 1 HUBUNGAN ANTARA PERFORMANCE GOAL ORIENTATION DENGAN SIKAP TERHADAP SERTIFIKASI GURU PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS A Rohmatul Ummah, Anita Listiara* Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap manusia pasti mempunyai berbagai kebutuhan hidup yang harus dipenuhi dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan yang lainnya karena itulah manusia membutuhkan biaya atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Homoseksual berasal dari bahasa Mesir yaitu homo yang artinya sama dan dari bahasa Latin yaitu sex yang artinya jenis kelamin. Homoseksual biasanya dikonotasikan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 191 BAB VI KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN 6.1. KESIMPULAN ATAS MASALAH PENELITIAN Kontribusi utama dalam penelitian ini adalah memberikan bukti empiris bahwa CSR bukan hanya sebagai bentuk tanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memusatkan perhatian pada pengembangan SDM. soft skill yang di dalamnya terdapat unsur behavior dan attitude. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi selalu berdiri disertai dengan suatu tujuan atau pencapaian. Guna mencapai tujuan tertentu organisasi membutuhkan beberapa faktor yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi yang terbesar dari penduduk dunia. Sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berumur 14-24

Lebih terperinci