ANALISA DI TINGKAT MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA DI TINGKAT MASYARAKAT"

Transkripsi

1 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat support.org/governance review 2012 SERI RINGKASAN STUDI (MEI 2012)

2 2 Apa Yang Dimaksud Dengan Pnpm Perdesaan? Mengapa Tata Kelola Yang Baik Merupakan Hal Penting Dalam PNPM? Kajian Tata Kelola Pnpm Perdesaan: Latar Belakang, Tujuan dan Rancangan 3 Apa yang menjadi karakter dan cakupan permasalahan tata kelola di tingkat masyarakat? Apa penyebab permasalahan tersebut? Bagaimana memperbaiki masalah dalam tata kelola? APA YANG DIMAKSUD DENGAN PNPM PERDESAAN? MENGAPA TATA KELOLA YANG BAIK MERUPAKAN HAL PENTING DALAM PNPM? Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) adalah program pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan. PNPM Mandiri merupakan program pemberdayaan masyarakat terbesar di dunia yang bergerak di setiap kecamatan di seluruh provinsi Indonesia kecuali Jakarta. Melalui program ini, pemerintah Indonesia bertekad untuk menyusun perencanaan pembangunan yang lebih menyeluruh, dapat dipertanggungjawabkan, dan merefleksikan kebutuhan masyarakat lokal. PNPM menyalurkan dana hibah kepada masyarakat sehingga mereka dapat mewujudkan perencanaan pembangunan yang mereka susun bersama. Proses perencanaan tersebut dilakukan dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up) dan difasilitasi oleh tenaga ahli sosial dan teknik. Para tenaga ahli ini membantu membina masyarakat dalam kegiatannya namun tidak mengontrol penggunaan dana. Melalui dana hibah yang relatinf luas cakupannya, masyarakat membiayai berbagai kegiatan yang mereka putuskan bersama selama kegiatan tersebut dapat mendorong pembangunan dan memperbaiki kesejahteraan mereka terutama masyarakat miskin dan yang terpinggirkan. Seringkali dana ini dipergunakan untuk membiayai perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, sekolah, dan infratruktur sederhana lainnya yang telah mereka sepakati sebagai jenis pembangunan yang paling mereka butuhkan. Dana ini juga digunakan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi, terutama bagi kelompok perempuan, melalui dana pinjaman bergulir dan melalui pembangunan sumber daya manusia seperti keterampilan pemasaran. Kapasitas PNPM untuk menyalurkan bantuan secara langsung dan transparan kepada masyarakat merupakan tulang punggung program ini. Dana PNPM disalurkan tanpa melalui banyak perantara, tidak seperti dana dari proyek lainnya. Lebih dari 85% merupakan dana hibah yang langsung ditransfer kepada dan diawasi oleh masyarakat. Dalam program ini, infrastruktur dibangun oleh masyarakat, bukan oleh kontraktor. Dengan cara ini maka biaya pembangunan dapat ditekan, kualitas hasil pembangunan lebih tinggi, dan resiko terkait tata kelola menjadi lebih sedikit. Berbagai bukti menunjukkan bahwa PNPM memberikan lebih banyak manfaat dari dana yang disalurkan daripada program pembangunan desa lainnya. Namun demikian, kesuksesan dari pendekatan ini sangat tergantung pada tata kelola yang baik, terutama di tingkat masyarakat karena mereka yang mengelola sebagian besar dana PNPM. Secara khusus, agar program dapat mencapai hasil yang optimal, seluruh anggota masyarakat termasuk masyarakat miskin dan yang terpinggirkan harus didorong untuk turut berpartisipasi dan mampu mengekspresikan aspirasi mereka. Mereka harus memiliki informasi yang tepat dan mudah dipahami sehingga mereka dapat memutuskan apakah program berhasil sesuai harapan atau tidak. Mereka juga harus mampu menyampaikan penolakan atau keberatan jika mereka merasa suatu program tidak berhasil, terutama jika mereka menduga adanya penyimpangan dana. Tata kelola yang baik dan modal sosial yang tinggi di masyarakat adalah prasyarat yang penting untuk memenuhi tujuan pembangunan secara umum. Hal ini juga merupakan tujuan utama dari program ini. Jika diterapkan di seluruh wilayah publik dan kehidupan bermasyarakat, tata kelola yang baik dapat memberikan kekuatan bagi masyarakat untuk menuntut para pemimpin and penyedia jasa layanan publik dalam memenuhi tanggung jawab mereka menciptakan lingkungan yang memungkinkan masyarakat mewujudkan aspirasi mereka. Oleh karena itu, tujuan khusus PNPM adalah untuk memfasilitasi terwujudnya tata kelola yang baik di dalam maupun di luar program, karena hal ini akan mempengaruhi pembangunan masyarakat di tingkat desa dan di tingkat lokal. Walaupun tujuan PNPM telah dinyatakan sebagaimana tersebut di atas, PNPM masih menghadapi berbagai tantangan yang sebagian besar terkait dengan cepatnya perubahan dari PPK yang relatif kecil menjadi PNPM yang berskala nasional. Kegiatan pengawasan PNPM mendapati sejumlah kasus terkait dengan tata kelola yang dapat menghambat perkembangan modal sosialyang menjadi landasan program. Salah satu masalah adalah kualitas fasilitasi dan partisipasi serta meningkatnya kasus korupsi atau penyimpangan dana yang walaupun jumlahnya terbilang kecil namun tetap menganggu jalannya program. Kajian Tata Kelola PNPM Perdesaan: Analisa di Tingkat Masyarakat (the Governance Review of PNPM Rural: Community Level Analysis) mencoba untuk membantu pemerintah Indonesia memahami cakupan dan penyebab masalah masalah tersebut serta kendalanya. Kajian ini juga dilakukan untuk melahirkan rekomendasi demi memperbaiki tata kelola dalam kegiatan PNPM, untuk memastikan kontribusi PNPM dalam menciptakan tata kelola yang baik di tingkat masyarakat. KAJIAN TATA KELOLA PNPM PERDESAAN: LATAR BELAKANG, TUJUAN, DAN RANCANGAN Secara khusus, kajian ini dilakukan dengan pembahasan masalah sebagai berikut: zapa yang menjadi karakter dan cakupan permasalahan tata kelola di tingkat masyarakat? zapa penyebab permasalahan tersebut? zbagaimana memperbaiki masalah dalam tata kelola? Kajian ini dilakukan melalui kegiatan desk review, wawancara, dan kunjungan lapangan ke Jawa Barat dan Sumatera Barat 1. Kegiatan tersebut dilakukan secara terpisah maupun tergabung dengan misi pengawasan PNPM (PNPM supervision mission) dan berlangsung antara bulan Oktober dan November 2011 yang juga menyertakan kajian dari para pemegang kepentingan (stakeholders). Kajian tata kelola masyarakat (the Community Governance Review) memanfaatkan informasi yang dikumpulkan dari kegiatan PNPM yang sedang berlangsung. Kegiatan tersebut meliputi analisa resiko korupsi setiap tiga bulan yang dilakukan oleh tim fidusiari PSF, serta kegiatan yang dilakukan tim pengawasan (monitoring) dan evaluasi PSF terkait institusi lokal (local level institutions LLI). HASIL TEMUAN DAN OBSERVASI BAGAIMANA KONDISI TATA KELOLA LOKAL DI PNPM? Kajian ini menggambarkan bahwa keberadaan tata kelola lokal dalam PNPM Perdesaan masih sangat kuat. Terdapat tingkat partisipasi yang tinggi. Anggota masyarakat juga memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai program mereka beserta prosesnya. Keadaan ini terutama ditemui pada masyarakat yang telah lebih lama berpartisipasi dalam PNPM Perdesaan dan telah melihat hasil nyata PNPM Perdesaan. Anggota masyarakat lebih menyukai PNPM Perdesaan daripada program pembangunan lainnya dan berharap agar PNPM Perdesaan dapat terus berlanjut. Kajian dampak evaluasi oleh PNPM Perdesaan (the PNPM Rural Impact Evaluation) mendukung temuan ini. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa secara rata rata, tingkat partisipasi perempuan dalam rapat PNPM mencapai 48%, sementara tingkat partisipasi masyarakat miskin adalah sebesar 60%. Hasil evaluasi juga menemukan bahwa 60% dari anggota masyarakat menilai akses informasi program PNPM adalah bagus. Sementara 68% anggota masyarakat mengekspresikan kepuasan mereka dengan PNPM Perdesaan. Hal ini bertolak belakang dengan hasil evaluasi program pembangunan desa lainnya yang hanya sebesar 24% dan 29 % untuk indikator yang sama.

3 4 Hasil Temuan dan Observasi Kenapa Terdapat Permasalahan? 5 Tata kelola lokal dalam PNPM Perdesaan masih sangat kuat. Terdapat tingkat partisipasi yang tinggi dan anggota masyarakat juga memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai program mereka beserta prosesnya. Namun demikian, kajian ini juga menemukan beberapa hal yang perlu menjadi bahan perhatian, yaitu: TINGKAT PARTISIPASI TINGGI, TAPI KUALITAS PARTISIPASI BERVARIASI: Kajian ini mencatat bahwa terlepas dari tingginya tingkat partisipasi, banyak anggota masyarakat tidak berbicara di dalam rapat ataupun berpartisipasi dalam bentuk lain yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan. Di berbagai wilayah, kajian ini mencatat bahwa masih ada dominasi kaum elit dalam pengambil keputusan masyarakat di tingkat desa maupun di tingkat yang lebih tinggi. KELEMAHAN DALAM PENYEBARAN INFORMASI DAN TRANSPARANSI: Kajian ini mencatat bahwa tingkat pengetahuan masyarakat mengenai prosedur pelaksanaan proyek secara umum adalah tinggi. Namun demikian, pengetahuan masyarakat terutama yang terkait dengan pembiayaan proyek dan prosedur untuk sistem penyampaian pengaduan seringkali relatif rendah. Secara khusus, kajian ini mencatat bahwa papan pengumuman yang merupakan sumber informasi masyarakat seringkali menyajikan informasi yang tidak terorganisasi secara baik, tidak relevan, dan sulit untuk dipahami. PERFORMA MEKANISME AKUNTABILITAS BERVARIASI: Penilaian performa ini dilihat berdasarkan observasi pada saat kunjungan lapangan. Mekanisme akuntabilitas penerapan mekanisme dalam kajian ini meliputi: Badan Pengawas Unit Pelaksana Kegiatan (BP UPK) dan Badan Koordinasi Antar Desa (BKAD); tim pengawas dari masyarakat; kegiatan audit silang (cross audit); tim pengadaan dari kelompok perempuan; dan rapat pertanggungjawaban desa. Ditemukan bahwa tingkat efektivitas penerapan mekanisme ini bervariasi di tiap wilayah. Performa yang kurang baik seringkali disebabkan oleh lemahnya penyampaian informasi. Kasus lainnya menunjukkan bahwa mekanisme BKAD dan BP UPK yang tidak berfungsi disebabkan oleh anggota yang memiliki hubungan terlalu dekat dengan kaum elit lokal atau karena anggota tidak memiliki kekuatan dan kapasitas untuk mengawasi penggunaan dana secara efektif. PENINGKATAN KASUS KORUPSI: Kajian ini menemukan peningkatan laporan kasus korupsi walaupun dalam jumlah kecil. Kasus tersebut terutama terkait dengan dana pinjaman bergulir yang dimaksudkan untuk mendorong pemberdayaan ekonomi dan sosial perempuan. Kajian ini juga mencatat bahwa sebagian besar laporan kasus korupsi ditemukan melalui kegiatan pengawasan PNPM. SECARA KONTEKS, KUALITAS TATA KELOLA LOKAL BERVARIASI: Kajian ini mencatat bahwa ketika kegiatan PNPM sukses dan harapan masyarakat tinggi, maka tingkat partisipasi juga tinggi di wilayah tersebut. Kajian ini juga menemukan bahwa masyarakat yang dekat dan saling kenal satu dan lainnya cenderung memiliki tingkat partisipasi yang lebih tinggi dan tata kelola yang lebih baik. Di wilayah tersebut, mekanisme informal sering digunakan secara efektif untuk mengatasi masalah tata kelola. Masyarakat di wilayah ini seringkali, walaupun tidak selalu, merupakan masyarakat yang hidup dalam kelompok kecil di perdesaan. KENAPA TERDAPAT PERMASALAHAN? Akuntabilitas sosial merupakan inti dari kegiatan PNPM. Agar PNPM dapat meraih kesuksesan, anggota masyarakat harus berkontribusi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Mereka harus dapat terlibat dalam perdebatan yang sehat dan mengawasi program agar tidak gagal dalam mencapai tujuannya. Prasyarat akuntabilitas sosial meliputi (i) adanya norma norma yang kuat dalam penyebaran informasi dan transparansi; (ii) adanya kualitas partisipasi yang tinggi termasuk partisipasi kelompok perempuan; dan (iii) adanya mekanisme yang berjalan baik memastikan bahwa masyarakat awam dapat mengawasi jalannya program dan mengajukan keluhan. Kajian ini menyatakan bahwa akuntabilitas sosial dalam PNPM dipengaruhi oleh tata kelola yang bermasalah yang disebabkan oleh: PERUBAHAN DALAM KONTEKS YANG LEBIH BESAR: Kajian ini menemukan bahwa kualitas tata kelola di seluruh wilayah nusantara sangat bervariasi, dengan tingkat korupsi di beberapa kecamatan dan wilayah yang cenderung meningkat. Tata kelola yang lemah mempengaruhi PNPM melalui intervensi politik, adanya tekanan untuk berkolusi, lemahnya pengawasan pemerintah, dan imbas politis (political capture) yang mempengaruhi pengadilan dan penyelidik. Namun demikian, kajian ini juga mencatat bahwa lemahnya tata kelola di tingkat lokal tidak selalu berarti lemahnya tata kelola dalam suatu program. Hal ini dikarenakan kinerja fasilitator yang bagus dan adanya staf program serta masyarakat yang telah lama berpartisipasi dengan PNPM. PERUBAHAN RANCANGAN PROGRAM, IMPLEMENTASI, DAN MANAJEMEN: Kajian ini menemukan bahwa masalah manajemen dan masalah implementasi, terutama dengan kegiatan fasilitasi dan penanganan keluhan, adalah terkait dengan hal sebagai berikut: MANAJEMEN KEUANGAN: PNPM mengalami masalah dengan pengelolaan keuangan yang berakibat negatif pada kualitas tata kelola lokal. Satu masalah terkait dengan aturan pemerintah Indonesia yang mencairkan dana dalam jangka waktu terlalu ketat. Akibatnya, terdapat tekanan waktu, insentif yang lemah, dan situasi di mana pencairan dana menjadi lebih penting daripada tujuan pembangunan itu sendiri. Masalah ini diperparah dengan kegiatan pembukuan yang masih menggunakan cara manual yang tentunya sangat menyita waktu; lalu banyaknya siklus pencairan dana, dan pembuatan laporan; serta tingginya penggunaan transaksi secara tunai. Tingkat transparansi pada wilayah wilayah yang masih melakukan pembukuan secara manual semakin parah di wilayah yang telah lama berpartisipasi dengan PNPM. Pada wilayah tersebut, dana yang digulirkan telah berkembang secara signifikan tanpa dukungan staf dan aturan pengelolaan keuangan yang memadai. FASILITATOR: Fasilitator yang baik adalah yang dapat mengkritisi tata kelola masyarakat. Namun fasilitator seringkali berhalangan hadir, tidak cukup terlatih, kurang terampil atau kurang termotivasi, atau menghadapi tekanan politik dan mencoba untuk berkolusi dengan pegawai pemerintah setempat. Semakin banyak ditemui fasilitator yang bekerja terlalu keras (overworked). Adanya tekanan dari pengembangan cakupan program (scale up) dan semakin banyaknya jumlah wilayah yang harus mereka fasilitasi, serta tuntutan untuk membuat laporan, menjadi alasan mereka tidak memiliki waktu cukup untuk bekerja secara efektif. PENANGANAN KELUHAN: Terdapat tiga permasalahan dalam sistem penanganan keluhan PNPM. Pertama, pelbagai faktor, temasuk ancaman desa dapat dikeluarkan dari program PNPM dan rasa takut akan sanksi sosial, memperlemah insentif bagi setiap warga untuk menyampaikan keluhan. Masyarakat juga tidak terlalu berharap bahwa keluhan mereka akan ditanggapi. Mereka kurang mendapat informasi mengenai apa yang akan terjadi ketika mereka menyampaikan pengaduan. Kedua, PNPM memiliki beban kerja yang terlalu banyak untuk menyelesaikan keluhan masyarakat (overloaded). Ketiga, SMS dan aplikasi penanganan masalah tidak dapat diakses pada saat kajian ini dilakukan. Hal tersebut sebagian disebabkan oleh masalah teknis namun diperburuk oleh kondisi sumber daya manusia dan permasalahan lainnya. 2 Berdasarkan kajian ini, PNPM tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menyelesaikan suatu keluhan. Hal ini sebagian disebabkan beban kerja fasilitator yang sudah

4 6 Rekomendasi Rekomendasi 7 Satu masalah terkait dengan aturan pemerintah Indonesia yang mencairkan dana dalam jangka waktu terlalu pendek. terlalu banyak. Padahal peran fasilitator dalam menyelesaikan keluhan merupakan hal yang penting. Ketika masyarakat ingin menyelesaikan suatu masalah melalui mekanisme PNPM tidak dengan cara informal mereka menyampaikan keluhan langsung kepada fasilitator. Namun fasilitator terlalu sibuk mengerahkan perhatian pada pengelolaan program setiap harinya. Mereka hanya memiliki waktu sedikit untuk menjawab pengaduan masyarakat. Mereka juga tidak memiliki waktu cukup untuk memberdayakan masyarakat agar mereka memiliki kapasitas untuk menyelesaikan berbagai masalah. Kedua, tanggapan terhadap keluhan masyarakat yang lambat menjadikan jumlah permasalahan semakin meningkat. Hal ini sebagian disebabkan karena luasnya cakupan program; permasalahan dalam mengelola sistem penanganan keluhan; dan pemahaman fasilitator dan staf kecamatan serta propinsi yang merasa bahwa mereka hanya dapat melaporkan pengaduan melalui jalur resmi namun tidak memiliki mekanisme untuk mencari bantuan jika terdapat permasalahan besar yang perlu segera ditindaklanjuti. SISTEM MANAJEMEM INFORMASI (SMI) DAN PELAPORAN Permasalahan terkait dengan sistem MIS dan pelaporan mempengaruhi tata kelola di tingkat lokal. Laporan terlalu panjang, menghabiskan banyak waktu, dan tidak memiliki tenggat waktu yang realistis. Hal ini menurunkan kualitas informasi, fasilitasi, dan penanganan keluhan. Kurangnya penetapan standar untuk aplikasi perangkat lunak (software) juga menyebabkan permasalahan. Kegiatan analisa dan kegiatan membandingkan informasi antar wilayah menjadi sulit. REKOMENDASI Rekomendasi berikut disusun dalam suatu lokakarya di Jakarta pada Desember Kesepakatan yang paling utama adalah untuk memperbaiki tata kelola lokal PNPM dan kelola masyarakat desa (PMD) dengan: zmemperkuat visi PNPM: apa yang sebaiknya menjadi pencapaian PNPM zmengambil langkah praktis untuk menterjemahkan visi tersebut ke dalam langkah nyata. Jika perlu, merubah rancangan program atau sistem pengelolaan dan implementasi program. Para peserta dalam lokakarya tersebut juga menyampaikan beberapa masukan praktis bagi perbaikan di bidang berikut ini: MEMPERBAIKI AKUNTABILITAS SOSIAL: 1. Menciptakan komitmen untuk memperkuat BKAD dan BP UPK dan melakukan kegiatan diagnostik untuk menjajaki cara terbaik dalam: (a) mengambil langkah untuk memastikan mekanisme BKAD dan BP UPK memiliki dasar hukum yang jelas; dan (b) membentuk sebuah asosiasi bagi BKAD/BP UPK. 2. Melakukan pengawasan yang lebih baik di tingkat distrik dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat (NGO) dan paralegal. 3. Melembagakan audit sosial (social audits) di tingkat desa: Sebuah studi banding perlu untuk dilakukan untuk melihat pengalaman audit sosial di negara lain dan proyek pembangunan lain. Kunjungan bisa dilakukan ke India atau Bangladesh. 4. Menyediakan bantuan hukum: Bantuan hukum sebaiknya diberikan untuk membantu masyarakat desa melaporkan sebuah kasus kepada polisi dan menindaklanjuti kasus tersebut sesuai sistem hukum Indonesia. PENGELOLAAN KEUANGAN 1. Mengurangi transaksi tunai dengan membayar pemasok (suppliers) melalui transfer bank. 2. Bekerja sama dengan bank swasta untuk menyediakan jasa mobile banking di wilayah yang belum memiliki jasa tersebut. 3. Menjajaki kemungkinan bagi TPK untuk memiliki rekening desa karena dana akan langsung disalurkan ke rekening ini: Sebagian peserta melihat cara ini dapat mengurangi resiko penggelapan dana atau korupsi. Terlebih lagi, cara ini akan dapat memperkuat posisi masyarakat. Namun beberapa peserta lain menyatakan bahwa cara ini terlalu sulit diterapkan secara logistik maupun administratif karena banyaknya jumlah desa yang termasuk dalam PNPM. Sebuah kajian layak dilakukan untuk mengetahui mungkin atau tidaknya mewujudkan rekening desa ini. 4. Memperbaiki pelatihan bagi BP UPK. 5. Meningkatkan kegiatan saling audit (cross audits). 6. Mempertimbangkan berbagai pilihan yang dapat meningkatkan pengawasan masyarakat, terutama dalam mengawasi dana pinjaman bergulir (RLFs) secara kasus korupsi banyak ditemui dalam pengelolaan dana ini. 7. Memperbaiki aplikasi keuangan untuk mengurangi beban kerja UPK. Aplikasi tersebut sebaiknya terintegrasi secara nasional. Hal ini juga akan dapat memperbaiki MIS dan pelaporan. FASILITATOR 1. Kegiatan fasilitasi sebaiknya dilakukan oleh sebuah tim, bukan individu, dalam menjangkau wilayah kerja yang tediri lebih dari satu kecamatan. Hal ini bukan berarti pengurangan jumlah fasilitator namun untuk memudahkan mereka dalam saling bekerja sama, saling belajar, dan membagi beban kerja. 2. Memperbaiki kualitas dan lamanya pelatihan penyegaran (refresher training) serta membuat sebuah rumah pintar (learning house) bagi para fasilitator agar mereka dapat saling memberikan dukungan dan memiliki kesempatan untuk saling belajar. 3. Memastikan bahwa perkumpulan fasilitator dapat memberikan semangat atau sanksi bagi fasilitator yang lemah. 4. Menggunakan mekanisme akuntabilitas sosial untuk memperbaiki kinerja fasilitator PENANGANAN KELUHAN 1. Memperbaiki sosialisasi sistem penanganan keluhan melalui berbagai media, lembaga keagamaan, kader desa, dan melalui kerja sama dengan Komunitas Kreatif (Creative Communities). 2. Memperbaiki sistem SMS untuk menjaga anonimitas. 3. Memperbaiki kerusakan pada sistem penanganan keluhan seperti akses SMS dan sebagainya. MIS & PELAPORAN 1. Menyederhanakan format pelaporan yang telah ada 2. Merubah tenggat waktu pelaporan agar lebih realistis. 3. Memisahkan rutinitas dari laporan istimewa / mendesak terutama pada kasus korupsi. 4. Memastikan kualitas kontrol yang lebih baik dalam penyusunan laporan, mungkin dengan melibatkan lembaga swadaya masyarakat dan universitas. 5. Memperbaiki papan pengumuman masyarakat, mungkin dengan memberi sangsi pada fasilitator yang gagal memperbaiki papan pengumuman tersebut.

5 8 1 Pemilihan lokasi dilakukan untuk memastikan keanekaragaman yang dalam beberapa hal dapat mempengaruhi tata pemerintahan lokal, serta untuk mengobservasi bagaimana PNPM berfungsi dalam konteks tertentu. Pertimbangan pemilihan lokasi meliputi: (i) wilayah lama yang telah bermitra dengan PNPM sejak masa PPK, serta wilayah baru yang bergabung sejak PNPM menjadi program nasional; (ii) wilayah yang memiliki tata pemerintahan yang lemah, serta yang berfungsi baik; (iii) wilayah perkotaan dan perdesaan di lokasi terpencil; (iv) wilayah yang masih menjalankan program PNPM, wilayah yang telah meninggalkan program PNPM Perdesaan untuk menjalankan program PNPM Perkotaan. Wawancara dilakukan pada saat kunjungan lapangan dan dilakukan terhadap: pegawai pemerintah lokal termasuk koordinator proyek PNPM, koordinator provinsi, dan para tenaga ahli, juga mereka yang terlibat dengan CATATAN pelatihan dan penanganan keluhan; fasilitator distrik dan para tenaga ahli, termasuk mereka yang terlibat dengan pengelolaan keuangan dan penanganan keluhan; fasilitator kecamatan (pemberdayaan dan teknis); staf unit pengelolaan kegiatan tingkat kecamatan, UPK yang menangani dana; BP UPK Badan Pengawas UPK, dan lembaga terpilih yang bertugas mengawasi UPK; BKAD Badan Kerjasama Antar Desa, dan lembaga terpilih yang bertugas menangani masalah antar desa, termasuk memastikan akuntabilitas UPK dan badan lainnya; kepada desa; kader desa; masyarakat wanita peminjam dana (borrowers); anggota masyarakat. 2 Pada saat penulisan kajian ini, masalah teknis tersebut sebagian besar telah dapat diatasi. Referensi: Woodhouse, A. (2012). Governance Review of PNPM Rural: Community Level Analysis, PNPM Support Facility, Indonesia, Jakarta. SERI RINGKASAN STUDI Tujuan utama PNPM Support Facility (PSF) adalah menjadi sarana obyektif untuk mengulas, berbagi pengalaman, dan menerapkan pelajaran dari berbagai program kemiskinan dan untuk menumbuhkan diskusi mengenai solusi untuk program kemiskinan. PSF memfasilitasi pelaksanaan analisis dan penelitian terapan untuk mengoptimalkan desain program berbasis komunitas yang merespon terhadap dampak kemiskinan yang semakin tinggi dan untuk lebih memahami dinamika sosial di Indonesia dan pengaruhnya terhadap pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penelitian dan analisis ini bertujuan memberikan basis yang kuat untuk perencanaan, pengelolaan, dan perbaikan program pemberantasan kemiskinan pemerintah Indonesia. Penelitian ini juga dapat mendorong pembelajaran antar negara berkembang, dan menjadi masukan berharga bagi akademisi, instansi pemerintah, dan pelaku pembangunan lain yang menerapkan program berbasis komunitas di mana pun di dunia. Penelitian dan kerja analisis ini diterbitkan oleh PSF dalam rangka mempublikasi dan mempromosikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi dari penelitian dan analisis kepada khalayak yang lebih luas, termasuk akademisi, jurnalis, anggota parlemen, dan pihak pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pengembangan masyarakat.

BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA

BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/village capacity 2010 SERI RINGKASAN STUDI KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: (NOVEMBER 2010) 2 Ringkasan Biaya pemeliharaan

Lebih terperinci

EVALUASI TEKNIS (2012) INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN: SERI RINGKASAN STUDI. support.org/technicalevaluation

EVALUASI TEKNIS (2012) INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN: SERI RINGKASAN STUDI.  support.org/technicalevaluation Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://www.pnpm support.org/technicalevaluation INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN: EVALUASI TEKNIS (2012) SERI RINGKASAN STUDI 2 Apa Itu Pnpm Perdesaan?

Lebih terperinci

STUDI KELOMPOK MARJINAL

STUDI KELOMPOK MARJINAL Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/marginalized study 2010 (JUNI 2010) SERI RINGKASAN STUDI 2 Studi Kelompok Marginal Struktur Sosial Ekonomi dan Pengambilan Keputusan

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI

EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/generasi impact 2011 EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI (JUNI 2011) SERI RINGKASAN STUDI 2 Apa yang Dimaksud Dengan Pnpm

Lebih terperinci

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012

LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 draft LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 Workshop Four Seasons, 26 28 Maret 2012 LATAR BELAKANG Arahan Wakil Presiden Maret 2010 PNPM adalah kebijakan nasional mengenai pemberdayan masyarakat

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PNPM PERDESAAN

EVALUASI DAMPAK PNPM PERDESAAN 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/rural impact 2012 EVALUASI DAMPAK PNPM PERDESAAN (2012) SERI RINGKASAN STUDI 2 Latar Belakang, Tujuan dan Maksud Hasil Evaluasi

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maladministrasi banyak terjadi di berbagai instansi pemerintah di Indonesia. Hal ini membuat masyarakat sebagai pengakses maupun pengguna layanan publik semakin

Lebih terperinci

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM A. Latar Belakang Dalam Strategi intervensi PNPM Mandiri Perkotaan untuk mendorong terjadinya proses transformasi sosial di masyarakat, dari kondisi masyarakat yang tidak berdaya menjadi berdaya, mandiri

Lebih terperinci

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas

Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas Tahap Konsultasi untuk Mekanisme Akuntabilitas Mendengarkan Masyarakat yang Terkena Dampak Proyek-Proyek Bantuan ADB Apa yang dimaksud dengan Mekanisme Akuntabilitas ADB? Pada bulan Mei 2003, Asian Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan terdapat prinsip transparansi dan partisipatif, yang mengandung arti bahwa semua

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 16 JANUARI 2014 Tema Prioritas Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8 10% pada akhir 2014, yang diikuti dengan: perbaikan distribusi perlindungan sosial, pemberdayaan

Lebih terperinci

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN Kegiatan pengendalian dalam PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari pemantauan, pengawasan, audit, evaluasi, dan pelaporan. Dalam buku

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 9 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA

Lebih terperinci

BAB VIII KELEMBAGAAN

BAB VIII KELEMBAGAAN BAB VIII KELEMBAGAAN Untuk menjamin keberhasilan pencapaian tujuan/sasaran rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah dan kehidupan masyarakat Kabupaten Alor serta untuk menghindari terjadinya korupsi dan penyimpangan

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan

BAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana

Lebih terperinci

Good Governance. Etika Bisnis

Good Governance. Etika Bisnis Good Governance Etika Bisnis Good Governance Good Governance Memiliki pengertian pengaturan yang baik, hal ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan pelaksanaaan etika yang baik dari perusahaan Konsep

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2012 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN

Lebih terperinci

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi

Kata Pengantar BAB 4 P E N U T U P. Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi BAB 4 P E N U T U P Kata Pengantar Laporan Kinerja Pemerintah Provinsi Bab 4 Berisi : Gorontalo di susun sebagai bentuk pertanggungjawaban Pemerintah Provinsi Kesimpulan dari hasil penyusunan Gorontalo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI NGANJUK NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN HASIL KEGIATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Usaha kecil dan Menengah atau yang sering disebut UKM merupakan bagian integral dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK

PELAYANAN INFORMASI PUBLIK KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting

Lebih terperinci

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 Mengapa Kebudayaan? Tujuan, Komponen Utama Bagaimana cara kerjanya?, Tentang PNPM Mandiri Perdesaan, Kegiatan Kegiatan Mendatang Kegiatan Budaya Meramaikan Pertemuan

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa adalah bentuk pemerintahan terkecil yang ada di Indonesia, mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan pimpinan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan hibah kepada

BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan hibah kepada BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 1.1. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan hibah kepada masyarakat dalam bentuk belanja bantuan sosial yang dari Pemerintah disebut Dana Urusan Bersama (DUB) dan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat diketahui kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah kemiskinan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah desa merupakan simbol formil kesatuan masyarakat desa. Pemerintah desa sebagai badan kekuasaan terendah selain memiliki wewenang asli untuk mengatur

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA

KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA TERM OF REFERENCE (TOR) PENDAMPING DESA Lampiran-1 Surat Nomor : B.046/DPPMD/06/2015 Tanggal : 19 Juni 2015 KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara

Akuntabilitas. Belum Banyak Disentuh. Erna Witoelar: Wawancara Wawancara Erna Witoelar: Akuntabilitas Internal Governance LSM Belum Banyak Disentuh K endati sejak 1990-an tuntutan publik terhadap akuntabilitas LSM sudah mengemuka, hingga kini masih banyak LSM belum

Lebih terperinci

Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages

Tata Kelola Desa. dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages Tata Kelola Desa dalam rangka Pelaksanaan UUDesa: Hasil Temuan dari Studi Awalan Sentinel Villages GARIS BESAR 1 2 3 4 5 6 Latar Belakang Metodologi Waktu pelaksanaan Tujuan Studi Temuan utama Rekomendasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... DAFTAR ISI Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto... Halaman Persembahan... Halaman Kata Pengantar... Daftar Isi...

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

Evaluasi Dampak Qualitatif PPK Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif

Evaluasi Dampak Qualitatif PPK Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah program nasional Pemerintah Indonesia yang bertujuan memberantas kemiskinan dan memperbaiki tata pemerintahan di tingkat setempat. PPK mulai pada tahun 1998

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN KERJA SAMA ANTAR DESA DALAM RANGKA PELESTARIAN HASIL PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN INSPEKTORAT MENGAKSES DATA DAN INFORMASI PADA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015

AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 AKUNTABILITAS DALAM PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN / P2KP (PROGRAM PENINGKATAN KUALITAS PERMUKIMAN) Rakor Nasional P2KP, 15 Juni 2015 Latar Belakang Audit Sempit: Pemenuhan kewajiban Loan/Grant Agreement.

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK- SP) Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam sudah lama berkembang danusahanya sudah berjalan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik

BAB I PENDAHULUAN. terlalu dominan. Sesuai konsep government, negara merupakan institusi publik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep governance dikembangkan sebagai bentuk kekecewaan terhadap konsep government yang terlalu meletakkan negara (pemerintah) dalam posisi yang terlalu dominan. Sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia

Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia MIGRANT WORKERS ACCESS TO JUSTICE SERIES Akses Buruh Migran Terhadap Keadilan di Negara Asal: Studi Kasus Indonesia RINGKASAN EKSEKUTIF Bassina Farbenblum l Eleanor Taylor-Nicholson l Sarah Paoletti Akses

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR

BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR BOOKLET UNTUK PENDAMPING & PENGELOLA PINJAMAN BERGULIR PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN 1. Pengertian 1 2. Pengelola Bergulir 2 3. Penerima Manfaat Bergulir 2 4. Ketentuan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN KEWENANGAN PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Peran Komunitas dalam pencegahan korupsi di perusahaan

Peran Komunitas dalam pencegahan korupsi di perusahaan Peran Komunitas dalam pencegahan korupsi di perusahaan penggunaan CSR disajikan pada International Business Integrity conference (IBIC) 2016 Mulyadi Prajitno Yayasan Kajian Pemberdayaan Masyarakat (YKPM)

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PEMANTAU INDEPENDEN PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,

Lebih terperinci

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

WALIKOTA MAKASSAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA MAKASSAR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAKASSAR,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Perusahaan. Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan Dalam gambaran umum Kementerian Perdagangan akan diuraikan mengenai Sejarah singkat Kementerian Perdagangan, Visi, Misi, Logo, dan Struktur Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB IX RENCANA KERJA ANTI KORUPSI

BAB IX RENCANA KERJA ANTI KORUPSI BAB IX RENCANA KERJA ANTI KORUPSI 9.1. Ketentuan umum Di dalam Project Appraisal Document (PAD) disebutkan bahwa ACAP (Anti-Corruption Action Plan) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam program

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN:

Jurnal Paradigma, Vol. 6 No. 1, April 2017 ISSN: PARTISIPASI MASYARAKAT DESA DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI DI DESA BINUANG KECAMATAN SEPAKU KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA Farhanuddin Jamanie Dosen Program Magister Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengatasi masalah kemiskinan (hal I, Pedoman Teknis Pengamanan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengatasi masalah kemiskinan (hal I, Pedoman Teknis Pengamanan Sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) adalah program yang bertujuan memberdayakan masyarakat agar mampu mengatasi masalah

Lebih terperinci

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah

(PNPM-MP) adalah bagian dari upaya Pemerintah BUPATI KARANGASEM PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG W/ W Menimbang Mengingat BADAN KERJASAMA ANTAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, a. bahwa Kebijakan Pokok

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 41 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 103 TAHUN 2008 TENTANG c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pedoman Pembentukan Badan Kerjasama Antar Desa Program Pengembangan Kecamatan;

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37PJ/2010 TENTANG : KEBIJAKAN TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Oktober 2010 P a g e 1 I. LATAR BELAKANG PELAKSANAAN UJI PETIK REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SDM DALAM PENGELOLAAN KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA

PENGEMBANGAN SDM DALAM PENGELOLAAN KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA PENGEMBANGAN SDM DALAM PENGELOLAAN KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA Oleh: Mochamad Wekas Hudoyo Penyuluh Perikanan Ahli Madya Disampaikan pada: Temu Teknis Penyuluh Perikanan di Merauke 21 November 2012 JENIS

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP)

MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) MEKANISME PENGENDALIAN PROGRAM MARGINAL FISHING COMMUNITY DEVELOPMENT PILOT (MFCDP) Oleh : Dr. Ir. Enan M. Adiwilaga, MSc National Management Consultant Mekanisme pengendalian program MFCDP mencakup aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I A. Latar Belakang Tahun 2015 merupakan tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015 2019. Periode ini ditandai dengan fokus pembangunan pada pemantapan

Lebih terperinci

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009-2010 LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010 1. KEGIATAN REVIEW PARTISIPATIF Tinjauan (Review) Partisipatif merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak orang membicarakan masalah krisis kepemimpinan. Konon sangat sulit mencari kader-kader pemimpin pada berbagai tingkatan. Reformasi dilakukan

Lebih terperinci

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc.

Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Prosedur ini tidak boleh diubah tanpa persetujuan dari kantor Penasihat Umum dan Sekretaris Perusahaan Vesuvius plc. VESUVIUS plc Kebijakan Anti-Suap dan Korupsi PERILAKU BISNIS UNTUK MENCEGAH SUAP DAN KORUPSI Kebijakan: Anti-Suap dan Korupsi (ABC) Tanggung Jawab Perusahaan Penasihat Umum Versi: 2.1 Terakhir diperbarui:

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i

Lebih terperinci

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas)

LAMPIRAN 6. PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) LAMPIRAN 6 PERJANJIAN KERJASAMA UNTUK MELAKSANAKAN CSR DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN MASYARAKAT DI INDONESIA (Versi Ringkas) Pihak Pertama Nama: Perwakilan yang Berwenang: Rincian Kontak: Pihak Kedua Nama:

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia PAMUJI LESTARI Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan Masyarakat selaku Sekretaris Pokja Pengendali PNPM Mandiri ARAHAN STRATEGIS PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan secara resmi mulai di implementasikan di tahun 2015. Undang-undang ini menghadirkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 59 2017 SERI : E PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 59 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI

Lebih terperinci

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009 KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM merupakan dukungan dana stimulan

Lebih terperinci

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN f Yth. Direksi/Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun secara syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 30 /SEOJK.07/2017

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Unit Pengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menanggapi segala hal masyarakat semakin kritis untuk menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Akan tetapi penanganannya selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun anggaran 2013, kewenangan atas pengesahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) beralih dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB) kepada Direktorat

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan sudah menjadi fenomena kehidupan masyarakat, dengan kata lain telah mengakar luas dalam sistem sosial masyarakat Indonesia. Terjadinya

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN

VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN VII. RANCANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN KOMUNITAS MISKIN 7.1. Latar Belakang Rancangan Program Kemiskinan di Desa Mambalan merupakan kemiskinan yang lebih disebabkan oleh faktor struktural daripada faktor

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN LOMBOK UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK UTARA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan. pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan

BAB 1 PENDAHULUAN. (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan. pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan yang dilaksanakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd) adalah program penanggulangan kemiskinan dengan pendekatan pembangunan partisipatoris (pembangunan

Lebih terperinci