Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat
|
|
- Widyawati Yuliani Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Bidang Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat dan Ketua Kelompok Kerja Pengendali, Tim Nasional PNPM Mandiri. Daftar hadir peserta: (lihat Lampiran 1) Tujuan pertemuan: Menyajikan materi diskusi i) hasil temuan dan rekomendasi dari evaluasi eksternal atas Fase Percontohan PNPM Peduli (Peduli Pilot External Assessment); dan ii) keseluruhan disain dan kerangka kerja untuk Fase II serta setiap rancangan disain program yang sudah disiapkan oleh kelima kandidat Organisasi Pelaksana (Executing Organization / EO) 1 untuk Fase II. Dalam rangka persiapan pertemuan Konsultasi Disain ini, kelima EO telah mempresentasikan rancangan disain mereka kepada Pak Sujana Royat pada tanggal 21 Mei untuk memperoleh masukan. Dalam pertemuan ini, Pak Sujana telah memberikan persetujuannya secara umum atas disain dan arah tujuan bagi Fase II yang mencerminkan fokus yang lebih kuat terhadap hak dan keadilan. Format pertemuan: Pertemuan konsultasi pada tanggal 2 Mei dibuka oleh Pak Sujana Royat. Pertemuan ini terbagi menjadi 3 bagian: i) presentasi hasil evaluasi oleh Donna Holden (Ketua Tim Evaluasi Eksternal PNPM Peduli); ii) presentasi oleh Ibu Felicity Pascoe (Koordinator PNPM Peduli) mengenai kerangka kerja yang diusulkan untuk Fase II; dan iii) presentasi dari masing-masing EO mengenai rancangan disain Fase II mereka. Bagian ini kemudian diikuti dengan sesi diskusi dan Tanya jawab. Hasil-hasi pokok dari pertemuan: 1. Pak Sujana menyetujui rancangan disain para EO dengan memberikan panduan bagi para EO dalam finalisasi proposal mereka sebelum pengajuan dan penilaian (tenggat waktu 17 Mei): a) PNPM Peduli merupakan program inklusi sosial, dan bukan program pembangunan ekonomi ataupun program tentang matapencaharian. Dalam mempromosikan inklusi sosial dan menangani akar permasalahan eksklusi diperlukan suatu pendekatan yang berbeda terhadap pengentasan kemiskinan atau peningkatan kesejahteraan ekonomi. Matapencaharian 2 telah terbukti merupakan sebuah pintu masuk yang bermanfaat dalam menyatukan individu yang tereksklusi dan melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Namun demikian, matapencaharian tidak seharusnya menjadi satu-satunya fokus atau tujuan. Tujuan akhirnya harus terkait upaya pemulihan martabat, keadilan dan mempromosikan inklusi sosial bagi mereka yang telah tereksklusi baik dari segi ekonomi, sosial, budaya maupun kehidupan sehari-hari. b) Penentuan sasaran harus tertuju pada masyarakat yang paling terpinggirkan, tidak hanya pada masyarakat yang miskin. Sudah ada banyak program pemerintah yang menangani 1 Pelaksana Organisasi (Executing Organization / EO) adalah organisasi masyarakat sipil nasional (Civil Society Organization / CSO) penerima bantuan hibah untuk membangun dan mengimplementasikan sebuah program yang menangani suatu aspek tertentu terkait inklusi sosial. Mereka melaksanakan programnya dengan: bermitra dengan OMS lokal yang diberikan bantuan hibah untuk melaksanakan kegiatan program dengan individu dan kelompok terpinggirkan, mengembangkan kemitraan strategis melalui penelitian, advokasi dan organisasi lain yang dapat membantu mereka mendapatkan pengetahuan guna memberikan pengaruh dan dukungan kapasitas kepada OMS lokal pelaksana kegiatan tersebut. 2 Konsep matapencaharian didefinisikan di sini sebagai sesuatu yang membantu untuk menghasilkan pendapatan. Ini termasuk usaha kecil informal, pekerjaan formal dan kegiatan lain yang membantu untuk menghasilkan pendapatan. Halaman 1/5
2 pengentasan kemiskinan. PNPM Peduli merupakan satu-satunya program pemerintah yang berfokus utama dalam menjangkau individu dan kelompok masyarakat terpinggirkan dan mempromosikan inklusi sosial. Inilah yang membedakan PNPM Peduli dari programprogram pemerintah lainnya. Masyarakat miskin harus didorong untuk berpartisipasi dalam PNPM Perdesaan dan Perkotaan. c) Program-program EO harus memastikan 80% dari dana diperuntukkan secara langsung bagi mereka yang terpinggirkan. Ini merupakan standar PNPM yang berlaku bagi PNPM Peduli. Hal ini tidak berarti 80% dari dana PNPM Peduli harus dialokasikan dalam bentuk bantuan langsung masyarakat / BLM (block grants) kepada para penerima manfaat. Namun hal ini mensyaratkan bahwa dana harus memberikan manfaat secara langsung kepada masyarakat yang terpinggirkan (misalnya: bagaimana peningkatan kapasitas OMS dan bantuan dana kepada Mitra Strategis dapat memberikan kontribusi langsung kepada individu dan kelompok masyarakat yang terpinggirkan?). d) Keberlanjutan program membutuhkan komitmen dari pemerintah daerah. PNPM Peduli merupakan sebuah program pemerintah (bukan proyek PSF). Program ini tidak berkenaan dengan penyaluran BLM, melainkan untuk membangun suatu model yang dapat menjadi pembelajaran bagi pihak lain dalam hal mempromosikan jalur menuju inklusi. EO/OMS harus membangun keterkaitan satu sama lain guna berbagi pembelajaran dan pengetahuan baru dengan pemerintah daerah. Program ini juga bermaksud untuk mendorong agar pemerintah di masa yang akan datang dapat memadukan pembelajaran dan praktik yang baik ke dalam program-program pemerintah guna perbaikan dalam penentuan sasaran dan peningkatan dalam pemberian layanan. e) Disain harus secara spesifik menguraikan bagaimana para Mitra Strategis akan berkontribusi terhadap pencapaian tujuan program EO. Yang juga penting adalah memastikan agar sebagian besar dana teralokasikan langsung pada kegiatan-kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat kepada kelompok-kelompok yang terpinggirkan. 2. Mempromosikan keterkaitan yang lebih erat dengan PNPM Mandiri dalam Fase II. PNPM Peduli harus memastikan keterkaitan yang jelas dengan Tujuan Pembangunan Program (Program Development Objective / PDO) PNPM Mandiri. 3 EO harus mengacu kepada delapan karakteristik program PNPM dalam memfinalisasi disain mereka. OMS PNPM Peduli harus mendorong dan mendukung mereka dengan percaya diri dan keinginan penuh untuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan masyarakat, untuk berpartisipasi aktif dalam PNPM Mandiri dan Musrenbang. PDO dan capaian PNPM Peduli Fase II yang direvisi telah dikembangkan untuk berkontribusi terhadap tujuan-tujuan PNPM Mandiri (terkait dengan akses terhadap layanan, pemerintah yang responsif, dan partispasi dalam kehidupan masyarakat). Data mengenai partispasi dalam forum komunitas di luar kegiatan-kegiatan PNPM Peduli akan terdata oleh program. 3. Memastikan bahwa potensi risiko serta langkah-langkah mitigasi telah teridentifikasi pada awal program. Format proposal Peduli II yang dilengkapi oleh seluruh EO memuat matriks risiko. Hal ini mensyaratkan EO untuk mengidentifkasikan potensi risiko dan langkah-langkah mitigasi terkait: pemangku kepentingan (masyarakat, pemerintah dan mitra non-pemerintah), implementasi (disain, faktor eksternal, manajemen, dll), tata kelola (termasuk kecurangan, korupsi, dan akuntabilitas), dan OMS (keahlian dan kemampuan teknis). 3 Tujuan Pembangunan Program (Program Development Objective / PDO) dari PNPM Perdesaan adalah: agar masyarakat desa di lokasi PNPM-Perdesaan mendapatkan keuntungan dari peningkatan tata kelola pemerintahan dan kondisi sosial-ekonomi. Tujuannya adalah: tujuan keseluruhan dari Program PNPM adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan tata kelola tingkat lokal di daerah perdesaan Indonesia melalui penyediaan sumber daya investasi guna mendukung proposalproposal produktif yang disusun oleh oleh masyarakat, menggunakan proses perencanaan partisipatif. Halaman 2/5
3 4. Disain program EO harus menjelaskan secara rinci bagaimana mereka akan memprogramkan inklusi sosial. Penentuan sasaran individu/kelompok terpinggirkan dan pemahaman atas akar permasalahan dari eksklusi sosial telah meningkat semenjak fase percontohan dilaksanakan, sebagaimana yang telah diuraikan dalam disain Fase II pada pertemuan ini. Namun demikian, hampir semua EO harus lebih spesifik lagi mengenai apa yang akan dilakukan mitra OMS bersama dengan masyarakat di lapangan dalam upaya menangani akar permasalahan dari pengecualian (eksklusi). Hal ini masih belum terlihat jelas dalam kegiatan-kegiatan yang telah dipresentasikan seperti misalnya: penguatan matapencaharian, pelatihan dan pengembangan kapasitas. 5. Akhirnya, PNPM Peduli pada awalnya bertujuan untuk mendukung anak yatim piatu dan anak-anak jalanan. Hanya ada sedikit dari kedua kelompok masyarakat ini yang diikutsertakan dalam kegiatan fase percontohan. Oleh karenanya sangat disarankan untuk dapat mengupayakan bagaimana agar kelompok anak yatim piatu dan anak-anak jalanan dapat diikutsertakan dalam Fase II. Hal ini mungkin memerlukan keterlibatan EO atau OMS baru yang memiliki keahlian dalam menjangkau dan bekerja dengan kelompok-kelompok tersebut. Presentasi 1: Evaluasi Eksternal Fase Pilot PNPM Peduli: Temuan dan Rekomendasi [Ibu Donna Holden, Team Leader, External Assessment Team] Sebuah tim konsultan eksternal telah dikontrak sejak bulan Agustus hingga Oktober 2012 untuk melakukan evaluasi atas PNPM Peduli Fase Percontohan yang akan memberikan informasi berguna untuk mendesain program tahap II. Evaluasi tersebut menyimpulkan adanya pembelajaran pada lima area pokok: 1) peran dan keunggulan komparatif dari OMS Indonesia; 2) pengembangan kapasitas bagi para OMS agar dapat menjangkau dan memberdayakan kelompok-kelompok terpinggirkan; 3) bekerja pada isu tentang peminggiran dan inklusi sosial; 4) bekerja pada area matapencaharian dan inklusi ekonomi; and 5) proses bisnis yang efektif dalam membiayai OMS. Temuan umum: Logika program dan tujuan PNPM Peduli yang kuat dan relevan. Bukti nyata adanya rasa kepemilikan yang tinggi dari Pemerintah Republik Indonesia (Government of Indonesia / GoI) dan kolaborasi yang kuat dengan tim PNPM Peduli. Bukti atas hubungan yang saling menghargai di berbagai tingkat dalam rantai pengaruh PNPM Peduli yang turut berkontribusi terhadap pembentukan lingkungan yang berpengaruh terhadap hal-hal yang disebut. Kemampuan para penerima manfaat dalam mengartikulasikan perubahan-perubahan yang muncul: peningkatan kepedulian, partisipasi, jaringan sosial, kepercayaan diri dan daya tawar. Pencapaian PNPM Peduli yang signifikan dalam membangun format penyampaian program dalam kerangka waktu yang singkat. Perbedaan tekanan tentang tujuan pembangunan program (apakah ini merupakan suatu program mengenai pengembangan kapasitas OMS atau mengenai inklusi sosial?) yang memerlukan perhatian sesegera mungkin agar PNPM Peduli dan para mitranya dapat memperkuat dampak yang dihasilkan. PNPM Peduli dan para mitranya akan dapat memfokuskan upayanya secara lebih efektif dalam sebuah pernyataan visi yang jelas tentang apa bentuk keberhasilan yang diinginkan oleh PNPM Peduli. Rekomendasi Pokok Halaman 3/5
4 Kompetensi Institusional kemitraan dalam PNPM Peduli harus dibangun pada pengalaman dan kapasitas dari organisasi, besertapendekatan-pendekatan yang sudah ada. Peningkatan Kapasitas peran PNPM Peduli dalam peningkatan kapasitas harus bermula dari dan sifatnya diposisiskansebagai suatu jaringan agen-agen perubahan, dalam memberdayakan kelompokyang terpinggirkan dan mendukung inklusi sosial. Pembiayaan bagi OMS fokus pendekatan Bank Dunia terhadap pembiayaan bagi OMS sedang diuji dalam PNPM Peduli, harus segera berfokus pada penyelarasan dengan praktik baik yang timbul sehubungan dengan pembiayaan bagi OMS dan bekerja dengan organisasi dan kelompok non-tradisional. Beralih dari n beragam proyek yang tidak beraturan ke arah pendekatan yang lebih programatis. Penyediaan dalam perangkat program untuk penilaian dan perencanaan. Organisasi berfokus kepada kegiatan utamanya masing-masing bagaimana menggunakan PNPM Peduli untuk membangun dan memperkuat kapabilitas dan jaringan yang telah ada, dll. Presentasi 2: Kerangka Kerja Peduli Fase II Revisi Tujuan dan Hasil Pembangunan Program [Ibu Felicity Pascoe, PNPM Peduli Coordinator, PNPM Support Facility] Berdasarkan rekomendasi dari penilaian eksternal dan pembelajaran program, Peduli Fase II telah mempertajam fokus terkait hak dan keadilan dengan tujuan untuk menangani akar-akar permasalahan eksklusi: PDO yang direvisi untuk Fase II: Untuk meningkatkan akses terhadap layanan, pilihan dan kesadaran atas hak bagi masyarakat yang telah terpinggirkan. Tujuan Program: Keberadaan PNPM Peduli adalah untuk mempelajari jalur menuju terwujudnya inklusi melalui pembentukan kumpulan pengetahuan dan pembelajaran tentang apa yang telah berhasil dilakukan dan mengapa dalam rangka memberikan pengaruh pada kebijakan pemerintah, regulasi, pendekatan CSO dan norma-norma sosial, dalam konteks agar mereka yang telah terpinggirkan dapat diakui dan dihargai dan dapat menikmati suatu standar kehidupan yang dianggap normal dalam komunitas sosialnya. Hasil-hasil Program yang Diharapkan 1. Laki-laki, perempuan, kaum muda dan transgender yang terpinggirkan memiliki akses terhadap kesehatan, pendidikan, pelatihan keterampilan, layanan keuangan dan hukum di lokasi-lokasi proyek; 2. Laki-laki, perempuan, kaum muda dan transgender yang terpinggirkan berpartisipasi di luar lingkup program dalam proses pembuatan keputusan yang berdampak pada keberadaan mereka; 3. Hubungan antara masyarakat yang lebih luas dan kelompok yang terpinggirkan mencerminkan adanya penghargaan dan pengakuan atas keragaman yang lebih baik lagi; 4. Laki-laki, perempuan, kaum muda dan transgender yang terpinggirkan memiliki kesempatan penghidupan yang lebih baik; dan 5. Pemerintah Republik Indonesia bersikap responsif terhadap kebutuhan ekonomi dan sosial bagi laki-laki, perempuan, pemuda dan transgender yang terpinggirkan dalam pengembangan kebijakan dan pembentukkan program. Halaman 4/5
5 Modifikasi disain Fase II berdasarkan pembelajaran dan penilaian 1. Portofolio EO akan berfokus pada isu-isu inklusi sosial tertentu berdasarkan visi dan misi mereka masing-masing. 2. Pengembangan pengetahuan untuk kebijakan yang lebih kuat untuk mempengaruhi perubahan terhadap kebijakan, praktik dan perilaku sosial. 3. Keterlibatan Mitra Strategis dalam mendukung EO untuk mendapatkan pengetahuan dan pengaruh dalam mewujudkan perubahan. 4. Pergeseran pemahaman dalam peningkatan kapasitas yang awalnya adalah pengembangan organisasi menjadi pengembangan kapasitas terkait inklusi sosial. 5. Proses evaluasi dan pengkajian proyek yang diperkuat guna meningkatkan kualitas sejak awal hingga tahap pelaksanaan. Presentasi EO: Masing-masing EO PNPM Peduli mempresentasikan rancangan disain mereka untuk Fase II selama 10 menit. Setiap presentasi menguraikan: fokus dan sasaran program, penerima bantuan yang disasar, jangkauan geografis, dan mitra kerja strategis dan pemerintah yang mereka rencanakan. (lihat Lampiran 4): Partnership for Governance Reform (Kemitraan): Ade Siti Barokah, PNPM Peduli Program Manager Tujuan Program: Memperkuat tata kelola guna meningkatkan akses terhadap perekonomian, layanan dasar dan keadilan sosial bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan di wilayah perbatasan negara dan kawasan hutan. Indonesia for Humanity (IKA): Anik Wusari, Director Tujuan Program: Memberdayakan korban kekerasan guna meningkatkan akses terhadap layanan dasar, penghidupan, keadilan dan kesehatan. Lakpesdam/NU : Laili Nur Farida, PNPM Peduli Program Manager Tujuan Program: Memberikan kontribusi terhadap proses inklusi sosial bagi masyarakat yang mengalami konflik sosial. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI): Harry Kurniawan, PNPM Peduli Program Manager Tujuan Program: Meningkatkan akses kelompok yang terpinggirkan terhadap layanan kesehatan reproduksi dan seksual. Association for Community Empowerment (ACE): Siti Masriyah, PNPM Peduli Program Manager Tujuan Program: Meningkatkan inklusi kelompok buruh tani dalam proses pembangunan. Halaman 5/5
FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN
FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN INFORMASI UMUM 1. Apa yang dimaksud dengan PNPM Peduli? PNPM Peduli adalah program Pemerintah yang didesain khusus untuk menjangkau
Lebih terperinciPanggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014
Panggilan untuk Usulan Badan Pelaksana Nasional Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal Indonesia November 2014 A) Latar Belakang Mekanisme Hibah Khusus untuk Masyarakat Adat
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Aut KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PNPM PEDULI SATU TAHUN
Lebih terperinciKerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia
Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan
Lebih terperinciMODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK. USAID Adapt Asia-Pacific
MODUL 11: PRAKTIK TERBAIK UNTUK DESAIN PROYEK University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung Siklus Proyek Policy & Strategy Pre-project discussion & activities Project Identification Pre-feasibility
Lebih terperinciTINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI
TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)
Lebih terperinciRingkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif
Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir
Lebih terperinciDESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages
DESA: Gender Sensitive Citizen Budget Planning in Villages Baseline Study Report Commissioned by September 7, 2016 Written by Utama P. Sandjaja & Hadi Prayitno 1 Daftar Isi Daftar Isi... 2 Sekilas Perjalanan
Lebih terperinciInisiatif Accountability Framework
Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda
Lebih terperinciPROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR
PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190
Lebih terperinciPRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012
PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards
Lebih terperinciSTATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*
STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia
Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia PAMUJI LESTARI Asisten Deputi Urusan Pemberdayaan Masyarakat selaku Sekretaris Pokja Pengendali PNPM Mandiri ARAHAN STRATEGIS PROGRAM
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN
Lebih terperinciKebijakan Manajemen Risiko
Kebijakan Manajemen Risiko PT Indo Tambangraya Megah, Tbk. (ITM), berkomitmen untuk membangun sistem dan proses manajemen risiko perusahaan secara menyeluruh untuk memastikan tujuan strategis dan tanggung
Lebih terperinciRio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.
Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011. 1. Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang
Lebih terperinciGBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN
GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN Non Pro Poor Policies Pro-Poor Policies Pro-Poor Program & Budgeting Good Local Governance PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN Merubah cara pandang terhadap pendekatan pembangunan
Lebih terperinci2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indo
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.37, 2018 KEMENPAN-RB. Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018
Lebih terperinciDANA INVESTASI IKLIM
DANA INVESTASI IKLIM 29 November 2011 USULAN RANCANG MEKANISME HIBAH TERDEDIKASI UNTUK WARGA PRIBUMI DAN MASYARAKAT LOKAL YANG AKAN DISUSUN BERDASARKAN PROGRAM INVESTASI HUTAN PENDAHULUAN 1. Dokumen Rancang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA, PEMERINTAH DAERAH,
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan Faktor yang mempengaruhi keberhasilan inisiasi pelembagaan partisipasi perempuan dalam perencanaan dan penganggaran daerah adalah pertama munculnya kesadaran
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi
Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan
Lebih terperinci2 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); MEMUTUSKAN:
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDeklarasi Dhaka tentang
Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi komunikasi bencana yang dijalankan oleh BPBD DIY ini, memakai lima asumsi pokok sebagai landasan pengelolaan komunikasi bencana
Lebih terperinciBAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN PROGRAM PENGAWASAN Pada bab sebelumnya telah diuraikan tentang visi, misi dan tujuan yang pencapaiannya diukur dari pencapaian sasaran strategis, sasaran program
Lebih terperinciKebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0
Kebijakan Jender 1.0 The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 2015 1 Latar Belakang Jender dipahami sebagai pembedaan sifat, peran, dan posisi perempuan dan lakilaki yang dibentuk oleh masyarakat,
Lebih terperinciOleh : Arief Setyadi. Persyaratan Gender dalam Program Compact
Oleh : Arief Setyadi Persyaratan Gender dalam Program Compact Perempuan Bekerja Menyiangi Sawah (Foto: Aji) Program Compact memiliki 5 persyaratan pokok, yakni: 1. Analisis ERR di atas 10%, 2. Analisis
Lebih terperinciKEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PETA JALAN PNPM MANDIRI DAN KEBERLANJUTAN PROGRAM HADI SANTOSO Asisten Deputi Urusan Pengarusutamaan Kebijakan dan Anggaran/Sekretaris
Lebih terperinciGLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21
Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1
Lebih terperinciBAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN
BAB IV RENCANA AKSI DAERAH PENGURANGAN RESIKO BENCANA KABUPATEN PIDIE JAYA TAHUN 2013-2015 Penyelenggaraan penanggulangan bencana bertujuan untuk menjamin terselenggaranya pelaksanaan penanggulangan bencana
Lebih terperinciTHE VISIONING PHASE. Titien S. Sukamto
THE VISIONING PHASE Titien S. Sukamto KOMPONEN PADA VISIONING PHASE 1. INISIASI DAN PENGELOLAAN PROYEK Penting untuk mengelola proyek perencanaan strategis sama seperti halnya proyek bisnis dan SI lainnya.
Lebih terperinciPANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017
PANDUAN BANTUAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN ANGGARAN 2017 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS TAHUN 2017 PROGRAM BANTUAN DANA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT STAIN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2017 A.
Lebih terperinciPENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH
PENINGKATAN AKUNTABILITAS KINERJA dan KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH Melalui PENINGKATAN KAPABILITAS APIP dan MATURITAS SPIP Dr. Ardan Adiperdana, Ak., MBA., CA, CFrA, QIA Kepala BPKP Rakorwas Kementerian
Lebih terperinciKomponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan oleh LSM nasional dan LSM lokal yang meliputi
Komponen ini dilaksanakan melalui tiga subkomponen, yaitu: mobilisasi kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan investasi fasilitas umum di tingkat desa. Komponen ini dilaksanakan
Lebih terperinciPermintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal
Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Untuk Knowledge Sector Initiative Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Nomor Permintaan Aplikasi: 01/KSI/SG-S/Des/2014 Tanggal Mulai dan Penutupan
Lebih terperinciBAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA
BAB IV STRATEGI UNTUK KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI KOTA Bab empat ini merupakan inti dari Strategi Sanitasi Kota Bontang tahun 2011-2015 yang akan memaparkan antara lain tujuan, sasaran, tahapan pencapaian
Lebih terperinciID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2
ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi
Lebih terperinciBAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya
KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN 2014-2015 Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya LINGKUP PAPARAN 1 Pendahuluan 2 Landasan Kebijakan 3 Arah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb
No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :
19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.
Lebih terperinciPenilaian Kapasitas Organisasi
Penilaian Kapasitas Organisasi Lembar Penilaian Nama Organisasi: Alamat: Visi dan Misi: Aktivitas Utama: Tanggal Penilaian: Penilai: Skala Pemeringkatan 0 Tidak dapat diterapkan atau tidak tersedia cukup
Lebih terperinciBab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia
Bab 1: Konteks Menganalisis Lingkungan Indonesia Nelayan (Koleksi Bank Dunia ) Foto: Curt Carnemark 4 Berinvestasi untuk Indonesia yang Lebih Berkelanjutan 1.1 Karakteristik Utama Tantangan Lingkungan
Lebih terperinciBab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional
Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh
Lebih terperinciLANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012
draft LANGKAH KEBIJAKAN PETA JALAN PNPM MANDIRI 2012 Workshop Four Seasons, 26 28 Maret 2012 LATAR BELAKANG Arahan Wakil Presiden Maret 2010 PNPM adalah kebijakan nasional mengenai pemberdayan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.
BAB I PENDAHULUAN Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan. Penanggulangan kemiskinan memerlukan upaya yang sungguh-sungguh, terusmenerus, dan terpadu dengan menekankan pendekatan
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015
LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAPPEDA KAB. LAMONGAN
BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten
Lebih terperinciBAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN
BAB VI KEMITRAAN DAN KERJASAMA PERKUMPULAN A. Dasar Pemikiran Pilar utama Perkumpulan adalah kemitraan dengan multi pihak yang tidak bersinggungan dengan kasus hukum yang sedang berlangsung atau belum
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6) 2. Peraturan P
No.999, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-PPPA. Agen Perubahan. Role Model. Pemilihan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4a TAHUN
Lebih terperinciPENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018
PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN 8 Mei 2018 TENTANG KOMPAK KOMPAK Akronim dari KOlaborasi Masyarakat dan P elaya nan untuk Kesejahteraan KOMPAK merupakan program
Lebih terperinciL A P O R A N K I N E R J A
L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a
Lebih terperinciLihat https://acrobat.adobe.com/sea/en/how-to/pdf-to-word-doc-converter.html untuk informasi lebih lanjut. LAMPIRAN 3
Untuk mengedit teks ini: Buka file ini pada Adobe Acrobat Klik 'Export PDF tool' pada bagian kanan Pilih Microsoft Word' untuk formatnya kemudian pilih Word Document Klik Export. Simpan file dengan memberikan
Lebih terperinciANALISA DI TINGKAT MASYARAKAT
1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/governance review 2012 SERI RINGKASAN STUDI (MEI 2012) 2 Apa Yang Dimaksud Dengan Pnpm Perdesaan? Mengapa Tata Kelola Yang
Lebih terperinciMODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA. USAID Adapt Asia-Pacific
MODUL 1: PENGANTAR TENTANG KETANGGUHAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA University of Hawaii at Manoa Institut Teknologi Bandung SELAMAT DATANG! Mengapa kita berada disini (tujuan
Lebih terperinciCall for Proposal SUB-RECIPIENT (SR) NASIONAL COMMUNITY SYSTEM STRENGTHENING (CSS) DAN REMOVING LEGAL BARIER (RLB)
Call for Proposal SUB-RECIPIENT (SR) NASIONAL COMMUNITY SYSTEM STRENGTHENING (CSS) DAN REMOVING LEGAL BARIER (RLB) A. LATAR BELAKANG Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memperkirakan pada tahun 2012 di Indonesia
Lebih terperinciI.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan
Laporan Bab 1 Pendahuluan 3 I.1. Pengantar Laporan pengembangan model merupakan paparan hasil penelitian terhadap praktek pendidikan di masyarakat sungai dalam kaitan dengan kebutuhan untuk mengembangkan
Lebih terperinciASK Laporan Analisis Kebijakan
A. Informasi Wawancara Laporan Analisis Kebijakan Provinsi Kota/Kabupaten Jenis Kelamin Informan Nama Informan Nama Lembaga Nama Pewawancara 1. DKI Jakarta 2. DI Yogyakarta 3. Jawa Timur Surabaya 1. Laki-laki
Lebih terperinciKAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat :
Lebih terperinciPANDUAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2017
PANDUAN KOMPETISI INOVASI PELAYANAN PUBLIK KABUPATEN SITUBONDO TAHUN 2017 A. KATEGORI INOVASI PELAYANAN PUBLIK Inovasi pelayanan publik dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu: 1. Tata Kelola Pemerintahan
Lebih terperinciPrinsip-Prinsip Perilaku Korporasi
Ditetapkan September 2005 Direvisi April 2012 Direvisi Oktober 2017 Prinsip-Prinsip Perilaku Korporasi Epson akan memenuhi tanggung jawab sosialnya dengan melaksanakan prinsip prinsip sebagaimana di bawah
Lebih terperinci1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan
KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,
Lebih terperinciOutline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs
Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI)
RENCANA STRATEGIS FREEDOM OF INFORMATION NETWORK INDONESIA (FOINI) TENTANG FOINI Freedom of Information Network Indonesia (FOINI) merupakan jaringan organisasi masyarakat sipil dan individu yang intensif
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang :
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara
BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian
Lebih terperinciPERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER
PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung
Lebih terperinciPENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN. 8 Mei 2018
PENINGKATAN AKSES DAN KUALITAS LAYANAN DASAR BAGI MASYARAKAT MISKIN DAN RENTAN 8 Mei 2018 TENTANG KOMPAK KOMPAK Akronim dari KOlaborasi Masyarakat dan P elaya nan untuk Kesejahteraan KOMPAK merupakan program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam
Lebih terperinciBAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL
BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan
Lebih terperinciPengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang a.
Lebih terperinciClimate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada. Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates
Climate and Land Use Alliance (CLUA) Evaluasi independen atas hibah kepada Satuan Tugas Hutan dan Iklim Gubernur (GCF) Michael P. Wells & Associates 10 Maret 2014 DRAF Pendekatan Evaluasi ini akan dilakukan
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah BKKKS Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) Provinsi Jawa Timur merupakan organisasi sosial koordinatif tingkat Provinsi yang merupakan lembaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah utama pembangunan yang sifatnya kompleks dan multi dimensional. Persoalan kemiskinan bukan hanya berdimensi ekonomi tetapi juga sosial,
Lebih terperinciKERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)
KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.
Lebih terperinciTERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Sebagaimana dijelaskan pada Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang
Lebih terperinciANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014
ANGGARAN DASAR KOMNAS PEREMPUAN PENGESAHAN: 11 FEBRUARI 2014 PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan fundamental manusia melekat pada setiap orang tanpa kecuali, tidak dapat
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah
Lebih terperinciRoad Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun
Road Map KPK dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia Tahun 2011-2023 1. Latar Belakang Mengantisipasi tantangan ke depan yang semakin kompleks, diperlukan upaya pemberantasan korupsi yang komprehensif
Lebih terperinciFaktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365
Faktor Keberhasilan untuk Keterlibatan Pengguna Akhir Office 365 Faktor keberhasilan penting yang mempengaruhi penerapan Office 365 serta cara agar berhasil menggunakannya dalam rollout Office 365 akan
Lebih terperinciStandar Audit SA 300. Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 00 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan SA Paket 00.indb //0 ::0 AM STANDAR AUDIT 00 PERENCANAAN SUATU AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN (Berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG
PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem
Lebih terperinci1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal
Piagam Audit Intern 1.0 PENDAHULUAN 2.0 VISI 3.0 MISI 1.1. Dasar/ Latar Belakang Penyusunan Piagam Audit Internal a. Peraturan Bank Indonesia No.1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang Penugasan
Lebih terperinciR-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997
R-188 REKOMENDASI AGEN PENEMPATAN KERJA SWASTA, 1997 2 R-188 Rekomendasi Agen Penempatan kerja Swasta, 1997 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas
Lebih terperinciMetadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif
Metadata untuk Penyusunan Rencana Aksi yang Partisipatif Setyo Budiantoro Manager Pilar Pembangunan Ekonomi, Sekretariat TPB/SDGs Kementerian PPN/Bappenas Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil untuk SDGs
Lebih terperinciINDONESIA NEW URBAN ACTION
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan
Lebih terperinciILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013
ILO MAMPU Project - Akses terhadap Pekerjaan & Pekerjaan Layak bagi Perempuan Tinjauan Fase 2 January 2013 Miranda Fajerman Chief Technical Adviser ILO - MAMPU 1 Tujuan AusAID MAMPU Program Meningkatkan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinci