Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011."

Transkripsi

1 Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober Atas undangan Organisasi Kesehatan Dunia, kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah datang bersama-sama pada tanggal 21 Oktober 2011 di Rio de Janeiro untuk menyampaikan tekad kami untuk mencapai kesetaraan sosial dan kesehatan melalui tindakan pada determinan sosial kesehatan dan kesejahteraan melalui pendekatan lintas sektoral yang komprehensif. 2. Kami memahami bahwa kesetaraan kesehatan adalah tanggung jawab bersama dan membutuhkan keterlibatan semua sektor pemerintah, semua segmen masyarakat, dan semua anggota masyarakat internasional, dalam aksi global "kesetaraan untuk semua" dan "kesehatan bagi semua". 3. Kami menggaris bawahi prinsip-prinsip dan ketentuan yang ditetapkan dalam Konstitusi Organisasi Kesehatan Dunia dan dalam Deklarasi Alma-Ata tahun 1978 serta Piagam Ottawa tahun 1986 dan dalam serangkaian konferensi internasional promosi kesehatan, yang menegaskan kembali nilai penting dari kesetaraan dalam kesehatan dan mengakui bahwa "mendapatkan standar kesehatan tertinggi adalah salah satu hak dasar setiap manusia tanpa membedakan keyakinan ras, agama, politik, kondisi ekonomi atau sosial". Kami menyadari bahwa pemerintah memiliki tanggung jawab untuk kesehatan masyarakat mereka, yang hanya dapat dipenuhi melalui penyediaan kesehatan dan jaminan sosial yang memadai dan perlu didukung oleh lingkungan internasional yang memungkinkan. 4. Kami menegaskan kembali bahwa ketidak adilan kesehatan dalam dan antar negara secara politik, sosial dan ekonomi tidak dapat diterima, serta tidak adil dan sebagian besar dapat dihindari, dan bahwa promosi kesetaraan kesehatan penting untuk pembangunan berkelanjutan dan kualitas hidup yang lebih baik dan kesejahteraan untuk semua, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi bagi perdamaian dan keamanan. 5. Kami menegaskan kembali tekad kami untuk mengambil tindakan pada determinan sosial kesehatan yang telah disepakati secara kolektif oleh Majelis Kesehatan Dunia dan tercermin dalam resolusi WHA ("Mengurangi kesenjangan kesehatan melalui tindakan pada determinan sosial kesehatan"), yang mencatat tiga rekomendasi menyeluruh Komisi Determinan Sosial Kesehatan: untuk memperbaiki kondisi hidup sehari-hari, untuk mengatasi distribusi kekuasaan, uang dan sumber daya tidak adil, dan untuk mengukur dan memahami masalah dan menilai dampak dari tindakan. 6. Ketidakadilan kesehatan muncul dari kondisi sosial saat di mana orang dilahirkan, tumbuh, hidup, kerja dan usia, yang disebut sebagai determinan sosial kesehatan. Ini termasuk pengalaman tahun-tahun awal', pendidikan, status ekonomi, pekerjaan dan pekerjaan yang

2 layak, perumahan dan lingkungan, dan sistem yang efektif untuk mencegah dan mengobati masalah kesehatan. Kami yakin bahwa tindakan pada faktor penentu, baik untuk kelompok rentan dan seluruh penduduk, adalah penting untuk membuat masyarakat sehat inklusif, adil, dan ekonomi produktif. Penempatan kesehatan dan kesejahteraan manusia sebagai salah satu fitur kunci dari apa yang merupakan masyarakat adil, inklusif dan sukses di abad 21 ini konsisten dengan komitmen kami untuk hak asasi manusia di tingkat nasional dan internasional. 7. Kesehatan yang baik memerlukan sistem kesehatan yang berkualitas, universal, komprehensif, adil, efektif, responsif dan mudah diakses. Hal ini ini juga tergantung pada keterlibatan dan dialog dengan aktor dan sektor lain, karena kinerja mereka memiliki dampak yang signifikan terhadap kesehatan. Kolaborasi dalam koordinasi tindakan dan kebijakan lintas sektoral telah terbukti efektif. Kesehatan di Semua Kebijakan, bersama dengan tindakan dan kerjasama lintas sektoral, adalah salah satu pendekatan yang menjanjikan untuk meningkatkan akuntabilitas sektor lain untuk kesehatan, serta promosi kesetaraan kesehatan dan masyarakat yang lebih inklusif dan produktif. Sebagai tujuan- kolektif, kesehatan yang baik dan kesejahteraan untuk semua harus diberikan prioritas tinggi di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional. 8. Kami menyadari bahwa kami perlu berbuat lebih banyak untuk mempercepat kemajuan dalam menyikapi ketimpangan distribusi sumber daya kesehatan serta kondisi yang merusak kesehatan di semua tingkat. Berdasarkan pengalaman bersama di Konferensi ini, kami menyatakan kemauan politik kami untuk membuat kesetaraan kesehatan menjadi tujuan nasional, regional dan global untuk mengatasi tantangan saat ini, seperti pemberantasan kelaparan dan kemiskinan, menjamin keamanan pangan dan gizi, akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman, pekerjaan dan bekerja yang layak dan perlindungan sosial, melindungi lingkungan dan memberikan pertumbuhan ekonomi yang adil, melalui tindakan tegas pada determinan sosial kesehatan di semua sektor dan di semua tingkat. Kami juga mengakui bahwa dengan mengatasi faktor penentu sosial kita dapat memberikan kontribusi pada pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium. 9. Krisis ekonomi dan keuangan global saat ini sangat membutuhkan penerapan tindakan untuk mengurangi peningkatan ketidakadilan kesehatan dan mencegah memburuknya kondisi hidup dan kerusakan perawatan kesehatan universal dan sistem perlindungan sosial. 10. Kami mengakui bahwa undangan untuk bertindak terhadap determinan sosial kesehatan baik di dalam negara dan di tingkat global. Kami menggaris bawahi bahwa peningkatan kemampuan aktor global, melalui tata kelola global yang lebih baik, promosi kerjasama internasional dan pembangunan, partisipasi dalam pembuatan kebijakan dan pemantauan kemajuan, penting untuk memberikan kontribusi terhadap upaya nasional dan lokal pada determinan sosial kesehatan. Aksi determinan sosial kesehatan harus disesuaikan dengan konteks nasional dan sub-nasional masing-masing negara dan wilayah dengan memperhitungkan sistem sosial, budaya dan ekonomi yang berbeda.

3 Bagaimanapun bukti dari penelitian dan pengalaman dalam menerapkan kebijakan pada determinan sosial kesehatan, menunjukkan kesamaan bentuk tindakan yang sukses. Ada lima bidang tindakan kunci untuk mengatasi ketidakadilan kesehatan: (i) mengadopsi pemerintahan yang lebih baik untuk kesehatan dan pembangunan, (ii) meningkatkan partisipasi dalam pembuatan kebijakan dan implementasi; (iii) reorientasi sektor kesehatan untuk mengurangi kesenjangan kesehatan; (iv) memperkuat tata kelola dan kolaborasi global; dan (v) memantau kemajuan dan meningkatkan akuntabilitas. Oleh karena itu aksi determinan sosial kesehatan berarti bahwa kita, para perwakilan dari Pemerintah, akan berusaha secara individual dan kolektif untuk mengembangkan dan mendukung kebijakan, strategi, program dan rencana aksi determinan sosial kesehatan, dengan dukungan dari komunitas internasional, yang meliputi: 11. Mengadopsi pemerintahan yang lebih baik untuk kesehatan dan pembangunan 11.1 Mengakui pemerintahan untuk mengatasi determinan sosial melibatkan proses pengambilan keputusan yang transparan dan inklusif dengan memberikan suara ke semua kelompok dan sektor yang terlibat, dan mengembangkan kebijakan yang secara efektif mencapai hasil yang jelas dan terukur, membangun akuntabilitas, dan yang paling penting adalah adil dalam proses pengembangan kebijakan dan hasilnya; 11.2 Kami berjanji untuk: (I) bekerja di berbagai sektor dan tingkat pemerintahan, termasuk melalui strategi pembangunan nasional yang sesuai,, dengan mempertimbangkan kontribusi mereka terhadap kesehatan dan kesetaraan kesehatan dan dalam hal ini mengakui peran utama departemen kesehatan untuk advokasi; (Ii) Mengembangkan kebijakan yang inklusif dan memperhitungkan kebutuhan seluruh penduduk dengan perhatian khusus pada kelompok rentan dan daerah berisiko tinggi; (Iii) Mendukung program penelitian dan survei yang komprehensif untuk menginformasikan kebijakan dan tindakan; (Iv) Meningkatkan kesadaran, pertimbangan dan peningkatan akuntabilitas para pembuat kebijakan atas dampak dari semua kebijakan pada kesehatan; (V) Mengembangkan pendekatan, termasuk kemitraan yang efektif, melibatkan sektor lain dalam rangka mengidentifikasi individu dan peran-peran bersama untuk peningkatan kesehatan dan pengurangan kesenjangan kesehatan; (Vi) Mendukung semua sektor dalam pengembangan alat dan kapasitas untuk mengatasi determinan sosial kesehatan di tingkat nasional dan internasional; (Vii) Mendorong kerjasama dengan sektor swasta, untuk memberikan kontribusi dalam

4 mencapai kesehatan melalui kebijakan dan tindakan pada determinan sosial kesehatan; serta perlindungan terhadap konflik kepentingan, (Viii) Melaksanakan resolusi WHA 62.14, dengan mengambil catatan rekomendasi dari laporan akhir Komisi Determinan Sosial Kesehatan; (Ix) Memperkuat keselamatan kesehatan kerja dan perlindungan kesehatan dan pengawasan mereka dan mendorong sektor publik dan swasta untuk menawarkan kondisi kerja yang sehat sehingga berkontribusi dalam mempromosikan kesehatan bagi semua; (X) Meningkatkan dan memperkuat akses universal terhadap layanan sosial dan perlindungan sosial; (Xi) Memberikan perhatian khusus pada aspek yang berkaitan dengan gender serta perkembangan dini anak dalam kebijakan publik dan pelayanan sosial dan kesehatan; (Xii) Memajukan akses yang terjangkau, obat-obatan yang aman, berkhasiat dan berkualitas, termasuk melalui pelaksanaan keselurhan WHO Strategi Global dan Rencana Aksi Kesehatan Masyarakat, Inovasi dan Kekayaan Intelektual; (Xiii) Memperkuat kerjasama internasional yang disepakati bersama dengan tujuan untuk mempromosikan kesetaraan kesehatan di semua negara melalui fasilitasi transfer keahlian, teknologi dan data ilmiah di bidang determinan sosial kesehatan, serta pertukaran praktek yang baik dalam mengelola kebijakan lintas sektoral pembangunan. 12. Mempromosikan partisipasi dalam pembuatan kebijakan dan pelaksanaan 12.1 Mengakui pentingnya proses partisipatif dalam penyusunan kebijakan dan pelaksanaan pemerintahan yang efektif untuk bertindak terhadap determinan sosial kesehatan; 12.2 Kami berjanji untuk: (I) Mempromosikan dan meningkatkan pelaksanaan kesehatan dan tata kelola kesehatan di semua tingkatan, pengambilan keputusan yang inklusif dan transparan, akuntabilitas termasuk melalui peningkatan akses informasi, akses terhadap kesetaraan dan partisipasi masyarakat; (Ii) Memberdayakan peran masyarakat dan memperkuat kontribusi masyarakat sipil dalam pembuatan kebijakan dan implementasinya dengan mengadopsi langkah-langkah untuk mengaktifkan partisipasi efektif mereka dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan umum; (Iii) Mempromosikan pendekatan pemerintahan yang inklusif dan transparan, dengan melibatkan sejak awal sektor-sektor yang terkait di semua tingkat pemerintahan, serta dukungan

5 partisipasi sosial dan melibatkan masyarakat sipil dan sektor swasta serta perlindungan terhadap konflik kepentingan; (Iv) Mempertimbangkan faktor determinan sosial tertentu yang mengakibatkan ketidakadilan kesehatan masyarakat adat yang menetap, dalam semangat Deklarasi PBB untuk Hak-Hak Masyarakat Adat, dan kebutuhan khusus mereka dan mempromosikan kolaborasi yang bermakna dengan mereka dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan dan program terkait; (V) Mempertimbangkan kontribusi dan kapasitas masyarakat sipil untuk mengambil tindakan dalam advokasi, mobilisasi sosial dan implementasi determinan sosial kesehatan; (Vi) Mempromosikan kesetaraan kesehatan di semua negara khususnya melalui pertukaran praktek-praktek peningkatan partisipasi dalam pengembangan kebijakan dan implementasinya yang baik ; (Vii) Mempromosikan partisipasi penuh dan efektif dari negara-negara maju dan berkembang dalam perumusan dan implementasi kebijakan dan langkah-langkah untuk mengatasi determinan sosial kesehatan di tingkat internasional 13. Reorientasi lebih lanjut sektor kesehatan untuk mengurangi kesenjangan kesehatan 13.1 Mengakui bahwa aksesibilitas, ketersediaan, penerimaan, keterjangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan dan pelayanan kesehatan masyarakat sangat penting dalam memberikan standar kesehatan tertinggi yang merupakan salah satu hak dasar setiap manusia, dan bahwa sektor kesehatan harus bertindak tegas untuk mengurangi kesenjangan kesehatan; 13.2 Kami berjanji untuk: (I) Menjaga dan mengembangkan kebijakan kesehatan publik yang efektif untuk mengatasi determinan sosial, ekonomi, lingkungan dan perilaku kesehatan dengan fokus khusus pada pengurangan kesenjangan kesehatan; (Ii) Memperkuat sistem kesehatan untuk memberikan kesetaraan cakupan universal dan mempromosikan akses ke pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif berkualitas tinggi sepanjang siklus hidup, dengan fokus khusus pada perawatan kesehatan primer yang komprehensif dan terpadu; (Iii) Membangun, memperkuat dan mempertahankan kapasitas kesehatan masyarakat, termasuk kapasitas untuk aksi lintas sektoral, pada determinan sosial kesehatan;, (Iv) Membangun, memperkuat dan memelihara pembiayaan kesehatan dan sistem penyatuan risiko yang mencegah orang menjadi miskin ketika mereka mencari perawatan medis;

6 (V) Meningkatkan mekanisme untuk mendukung dan memperkuat inisiatif masyarakat dalam pembiayaan kesehatan dan sistim penyatuan risiko; (Vi) Mendorong perubahan dalam sektor kesehatan, sebagaimana mestinya, untuk menyediakan kapasitas dan alat untuk bertindak dalam mengurangi ketidak adilan kesehatan termasuk melalui tindakan kolaboratif; (Vii) Memadukan kesetaraan, sebagai prioritas dalam sistem kesehatan, serta dalam desain dan pemberian pelayanan kesehatan dan program kesehatan masyarakat; (Viii) bekerja diluar dan di dalam sektor pemerintahan di semua tingkat dengan mempromosikan mekanisme dialog, pemecahan masalah dan penilaian dampak kesehatan dengan fokus kesetaraan untuk mengidentifikasi dan mempromosikan kebijakan-kebijakan, program, praktek dan langkah-langkah legislatif yang mungkin berperan untuk mencapai tujuan Deklarasi Politik ini dan mengadaptasi atau reformasi hal yang berbahaya bagi kesehatan dan kesetaraan kesehatan; (Ix) Pertukaran praktek yang baik dan pengalaman sukses berkaitan dengan kebijakan, strategi dan langkah-langkah untuk reorientasi sektor kesehatan untuk mengurangi kesenjangan kesehatan. 14. Memperkuat tata kelola dan kerjasama global 14.1 Mengakui pentingnya kerjasama internasional dan solidaritas untuk keuntungan yang merata dari semua orang dan peran penting organisasi multilateral dalam mengartikulasikan norma dan pedoman dan mengidentifikasi praktek-praktek yang baik untuk mendukung tindakan pada determinan sosial, dan dalam memfasilitasi akses ke sumber daya keuangan dan kerja sama teknis, serta dalam meninjau dan, bila sesuai, memodifikasi kebijakan strategis dan praktik yang berdampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; 14.2 Kami berjanji untuk: (I) Mengadopsi pendekatan kebijakan yang koheren didasarkan pada hak untuk mendapatkan standar kesehatan tertinggi, dengan mempertimbangkan hak untuk pengembangan sebagaimana dimaksud, antara lain, oleh Deklarasi Wina 1993 dan Program Aksi, yang akan memperkuat fokus pada determinan sosial kesehatan, dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium; (Ii) Mendukung perlindungan sosial seperti yang didefinisikan oleh negara-negara untuk mengatasi kebutuhan khusus mereka dan pekerjaan yang sedang berlangsung untuk perlindungan sosial dalam sistem PBB, termasuk pekerjaan Organisasi Perburuhan Internasional; (Iii) Mendukung pemerintah nasional, organisasi internasional, badan non-pemerintah dan

7 badan lainnya untuk mengatasi faktor-faktor determinan sosial kesehatan serta berusaha untuk memastikan bahwa upaya untuk memajukan tujuan pembangunan internasional dan tujuan untuk meningkatkan kesetaraan kesehatan saling mendukung; (Iv) Mempercepat pelaksanaan Kerangka Kerja Konvensi WHO dalam Pengendalian Tembakau (FCTC) oleh Negara, mengakui berbagai tindakan termasuk langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi dan ketersediaan, dan mendorong negara-negara yang belum melakukannya untuk mempertimbangkan FCTC karena kami menyadari bahwa secara substansial mengurangi konsumsi tembakau merupakan kontribusi penting untuk mengatasi faktor determinan sosial kesehatan dan sebaliknya; (V) Mengambil langkah ke depan tindakan yang telah ditetapkan dalam deklarasi politik Rapat Majelis Umum PBB Tingkat Tinggi dalam Pencegahan dan Pengendalian Penyakit tidak menular di tingkat lokal, nasional dan internasional - memastikan fokus pada pengurangan kesenjangan kesehatan; (Vi) Mendukung peran utama Organisasi Kesehatan Dunia dalam kesehatan global, dan dalam mempromosikan keselarasan dalam kebijakan, rencana dan kegiatan pada determinan sosial kesehatan dengan mitra lembaga-lembaga PBB, bank pembangunan dan organisasi internasional utama, termasuk advokasi, dan dalam memfasilitasi akses ke penyediaan bantuan keuangan dan teknis untuk negara dan daerah; (Vii) Mendukung upaya pemerintah untuk mempromosikan kapasitas dan menentukan insentif untuk menciptakan tenaga kerja di bidang kesehatan dan di bidang lain yang berkelanjutan, terutama di daerah yang sangat membutuhkan; (Viii) Membangun kapasitas pemerintah nasional untuk mengatasi determinan sosial kesehatan dengan memfasilitasi keahlian dan akses ke sumber daya melalui dukungan yang tepat badanbadan PBB, khususnya Organisasi Kesehatan Dunia; (Ix) Mendorong kerjasama Utara-Selatan dan Selatan-Selatan dalam menampilkan inisiatif, pengembangan kapasitas dan memfasilitasi transfer teknologi dari terminologi yang disepakati bersama untuk tindakan terintegrasi pada ketidakadilan kesehatan, sejalan dengan prioritas dankebutuhannasional, termasuk pada pelayanan kesehatan dan produksi farmasi, yang sesuai. 15. Memantau kemajuan dan peningkatan akuntabilitas 15.1 Mengakui bahwa pemantauan kecenderungan dalam ketidak setaraan kesehatan dan dampak dari tindakan untuk mengatasinya merupakan hal yang penting untuk mencapai kemajuan yang berarti, bahwa sistem informasi harus memfasilitasi adanya hubungan antara hasil kesehatan dan stratifikasi variabel sosial dan juga pentingnya mekanisme akuntabilitas untuk memandu pembuatan kebijakan di semua sektor, dengan mempertimbangkan konteks nasional yang berbeda;

8 15.2 Kami berjanji untuk: (I) Membangun, memperkuat dan memelihara sistem pemantauan yang menyediakan data terpilah untuk menilai ketidak adilan hasil kesehatan serta alokasi dan penggunaan sumber daya; (Ii) Mengembangkan dan menerapkan, tindakan kesejahteraan sosial, yang dapat diandalkan berbasis bukti di mana mungkin dibangun dari indikator-indikator, standar dan program yang ada, dan melintasi batas sosial, dan pertumbuhan ekonomi; (Iii) Untuk mempromosikan penelitian tentang hubungan antara faktor determinan sosial dan hasil kesetaraan kesehatan dengan fokus khusus pada evaluasi efektivitas intervensi; (Iv) Secara Sistematis berbagi kecenderungan dan bukti yang relevan diantara sektor yang berbeda untuk menginformasikan kebijakan dan tindakan; (V) Meningkatkan akses terhadap hasil pemantauan dan penelitian pada semua sektor dimasyarakat; (Vi) Menilai dampak kebijakan pada kesehatan dan tujuan-tujuan sosial lainnya, dan memperhitungkannya dalam pembuatan kebijakan; (Vii) Menggunakan mekanisme lintas sektoral seperti pendekatan Kesehatan di Semua Kebijakan untuk mengatasi ketidak adilan dan determinan sosial kesehatan; meningkatkan akses terhadap kesetaraan dan memastikan akuntabilitas, yang dapat ditindaklanjuti; (Viii) Mendukung peran utama dari Organisasi Kesehatan Dunia bekerjasama dengan badanbadan Perserikatan Bangsa-Bangsa lainnya dalam memperkuat pemantauan kemajuan di bidang determinan sosial kesehatan dan dalam memberikan bimbingan dan dukungan kepada Negara Anggota dalam menerapkan Pendekatan Kesehatan di Semua Kebijakan untuk mengatasi ketidak setaraan kesehatan; (Ix) Mendukung Organisasi Kesehatan Dunia dalam menindak lanjuti rekomendasi dari Komisi Informasi dan Akuntabilitas untuk Kesehatan Wanita dan Anak; (X) Mempromosikan sistem pemantauan yang tepat yang mempertimbangkan peran dari semua pemangku kepentingan terkait termasuk masyarakat sipil, organisasi non pemerintah serta sektor swasta, dengan perlindungan yang tepat terhadap konflik kepentingan, dalam proses pemantauan dan evaluasi; (Xi) Mempromosikan kesetaraan kesehatan didalam dan di antara negara-negara, pemantauan kemajuan di tingkat internasional dan meningkatkan akuntabilitas kolektif dalam bidang

9 determinan sosial kesehatan, khususnya melalui pertukaran praktek-praktek yang baik dalam bidang ini; (Xii) Meningkatkan akses universal dan penggunaan teknologi informasi inklusif dan inovasi kunci determinan sosial kesehatan. 16. Panggilan untuk aksi global 16.1 Kami, Kepala Pemerintahan, Menteri dan perwakilan pemerintah, sungguh-sungguh menegaskan kembali tekad kita untuk mengambil tindakan pada determinan sosial kesehatan untuk menciptakan masyarakat sehat, hidup, inklusif, adil, dan ekonomi produktif, dan untuk mengatasi tantangan nasional, regional dan global untuk pembangunan berkelanjutan. Kami menawarkan dukungan solid dan tekad kami untuk mencapai tujuan bersama Kami menyerukan kepada Organisasi Kesehatan Dunia, lembaga-lembaga PBB dan organisasi internasional lainnya untuk mengadvokasi, berkoordinasi dan berkolaborasi dengan kami dalam pelaksanaan tindakan ini. Kami menyadari bahwa aksi global tentang determinan sosial memerlukan peningkatan kapasitas dan pengetahuan dalam Organisasi Kesehatan Dunia dan organisasi-organisasi multilateral lainnya untuk pengembangan norma, standar dan dan berbagi praktek yang baik. Nilai-nilai dan tanggung jawab kita bersama terhadap kemanusiaan menggerakkan kita untuk memenuhi janji untuk bertindak atas determinan sosial kesehatan. Kami sangat yakin bahwa melakukan hal tersebut tidak hanya moral dan hak asasi manusia tetapi juga sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, perdamaian, kemakmuran dan pembangunan berkelanjutan. Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk mendukung negara berkembang dalam pelaksanaan tindakan melalui pertukaran praktik terbaik, pemberian bantuan teknis dan dalam memfasilitasi akses ke sumber daya keuangan, sementara menegaskan kembali ketentuan-ketentuan Deklarasi Milenium PBB serta Konsensus Monterrey Konferensi Internasional tentang Pembiayaan untuk Pembangunan Kami mendesak negara-negara maju yang telah berjanji mencapai target 0,7 persen dari GNP untuk bantuan pembangunan resmi pada tahun 2015, dan negara-negara maju yang belum melakukannya, untuk melakukan tambahan upaya konkrit untuk memenuhi komitmen mereka dalam hal ini. Kami juga mendesak negara-negara berkembang untuk membangun berdasarkan kemajuan yang telah dicapai dan memastikan bahwa bantuan pembangunan resmi digunakan secara efektif untuk membantu mencapai tujuan dan target pembangunan Para pemimpin dunia akan segera berkumpul lagi di sini di Rio de Janeiro untuk mempertimbangkan bagaimana memenuhi tantangan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan dua puluh tahun yang lalu. Deklarasi Politik ini mengakui kebijakan penting yang dibutuhkan untuk mencapai baik pembangunan berkelanjutan dan pemerataan kesehatan melalui aksi/tindakan pada determinan sosial.

10 16,5 Kami merekomendasikan bahwa pendekatan determinan sosial sepatutnya dipertimbangkan dalam proses reformasi Organisasi Kesehatan Dunia yang sedang berlangsung. Kami juga merekomendasikan Majelis Kesehatan Duniake 65 mendukung Deklarasi Politik ini..

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN DEKLARASI BANGKOK MENGENAI AKTIVITAS FISIK UNTUK KESEHATAN GLOBAL DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN KONGRES INTERNASIONAL KE-6 ISPAH (KONGRES KESEHATAN MASYARAKAT DAN AKTIVITAS FISIK Bangkok, Thailand 16-19

Lebih terperinci

Deklarasi Dhaka tentang

Deklarasi Dhaka tentang Pembukaan Konferensi Dhaka tentang Disabilitas & Manajemen Risiko Bencana 12-14 Desember 2015, Dhaka, Bangladesh Deklarasi Dhaka tentang Disabilitas dan Manajemen Risiko Bencana, 14 Desember 2015 diadopsi

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 Forum Dunia tentang HAM di Kota tahun 2011 GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21 16-17 Mei 2011 Gwangju, Korea Selatan Deklarasi Gwangju tentang HAM di Kota 1

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN

STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN STATUTA FORUM PENGURANGAN RISIKO BENCANA JAWA BARAT PEMBUKAAN Forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat adalah sebuah wadah yang menyatukan para pihak pemangku kepentingan (multi-stakeholders) di Jawa

Lebih terperinci

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA TAHUN 2017 A. Dasar Pemikiran Tanggal 10 Juli 2017, Pemerintah Indonesia telah mengundangkan Peraturan Presiden

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial

Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial 2 Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan Sosial Naskah Rekomendasi mengenai Landasan Nasional untuk Perlindungan

Lebih terperinci

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002

Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Protokol Konvensi Hak Anak Tentang Perdagangan Anak, Prostitusi Anak dan Pronografi Anak Diadaptasi oleh Dewan Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 18 Januari 2002 Negara-negara peserta tentang

Lebih terperinci

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA

ATAS RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK BATANG TUBUH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PRINSIP-PRINSIP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Agenda 21, yang dideklarasikan pada Konferensi PBB tahun 1992 tentang Lingkungan dan Pembangunan, atau KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brasil; merupakan cetak biru

Lebih terperinci

1. Mengelola penyampaian bantuan

1. Mengelola penyampaian bantuan KODE UNIT : O.842340.004.01 JUDUL UNIT : Pengaturan Bidang Kerja dalam Sektor Penanggulangan Bencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini mendeskripsikan keterampilan, pengetahuan, dan sikap kerja yang

Lebih terperinci

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas

Keynote Speech. Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan. Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas Keynote Speech Pengendalian Produk Tembakau dan Pembangunan Berkelanjutan Prof. Bambang P.S. Brodjonegoro, MUP, Ph.D. Menteri PPN/Kepala Bappenas The 4th Indonesian Conference on Tobacco or Health (ICTOH)

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan Risiko Bencana Tahun

Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan Risiko Bencana Tahun Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan Risiko Bencana Tahun 2015 2030 Kerangka Kerja Sendai untuk pengurangan Risiko Bencana Tahun 2015 2030 Daftar Isi Pendahuluan Kerangka Kerja Sendai untuk Pengurangan

Lebih terperinci

INDONESIA NEW URBAN ACTION

INDONESIA NEW URBAN ACTION KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH KEMITRAAN HABITAT Partnership for Sustainable Urban Development Aksi Bersama Mewujudkan Pembangunan Wilayah dan

Lebih terperinci

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER

MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER MENYUSUN INDIKATOR YANG BERPERSPEKTIF GENDER Dian Kartikasari, Seminar Nasional, Perempuan dan SDG, Koalisi Perempuan Indonesia, Jakarta, 20 Januari 2016 SDG SDG (Sustainable Development Goals/Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI

TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI TINJAUAN DAN PEMBARUAN KEBIJAKAN PENGAMANAN BANK DUNIA RENCANA KONSULTASI Bank Dunia memulai proses selama dua tahun untuk meninjau dan memperbaharui (update) kebijakan-kebijakan pengamanan (safeguard)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif. Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini

Ringkasan Eksekutif. Ringkasan Eksekutif. Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini Ringkasan Eksekutif Akhiri KEMISKINAN pada Generasi Saat Ini Visi Save the Children untuk Kerangka Kerja Pasca 2015 Mengatasi kemiskinan bukanlah tugas sosial, melainkan tindakan keadilan. Sebagaimana

Lebih terperinci

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK

PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK PROTOKOL OPSIONAL KONVENSI HAK-HAK ANAK MENGENAI PENJUALAN ANAK, PROSTITUSI ANAK, DAN PORNOGRAFI ANAK Negara-Negara Pihak pada Protokol ini, Mempertimbangkan bahwa, untuk lebih lanjut mencapai tujuan Konvensi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 KONVENSI KETENAKERJAAN INTERNASIONAL KONVENSI 182 MENGENAI PELARANGAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK Yang Disetujui Oleh Konferensi Ketenagakerjaan Internasional

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN

KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN KONVENSI STOCKHOLM TENTANG BAHAN PENCEMAR ORGANIK YANG PERSISTEN Para Pihak atas Konvensi ini, mengakui bahwa bahan pencemar organik yang persisten memiliki sifat beracun, sulit terurai, bersifat bioakumulasi

Lebih terperinci

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik

Kajian Tengah Waktu Strategi 2020. Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu Strategi 2020 Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Menjawab Tantangan Transformasi Asia dan Pasifik Kajian Tengah Waktu (Mid-Term Review/MTR) atas Strategi 2020 merupakan

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia

Kerangka Acuan Call for Proposals : Voice Indonesia Kerangka Acuan Call for Proposals 2016-2017: Voice Indonesia Kita berjanji bahwa tidak akan ada yang ditinggalkan [dalam perjalanan kolektif untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan]. Kita akan

Lebih terperinci

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago

PENJELASAN SUBTEMA IDF. Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago PENJELASAN SUBTEMA IDF Pathways to Tackle Regional Disparities Across the Archipelago 2018 DISPARITAS REGIONAL Dalam Nawacita, salah satu program prioritas Presiden Joko Widodo adalah membangun Indonesia

Lebih terperinci

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN LOKAKARYA KLASTER NASIONAL KESEHATAN Jakarta, 2 Oktober 2014

SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN LOKAKARYA KLASTER NASIONAL KESEHATAN Jakarta, 2 Oktober 2014 SAMBUTAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN LOKAKARYA KLASTER NASIONAL KESEHATAN Jakarta, 2 Oktober 2014 Yang terhormat, 1. Para Pejabat di lingkungan Kementerian Kesehatan, 2. Para Pejabat di lingkup

Lebih terperinci

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba

- 2 - sistem keuangan dan sukses bisnis dalam jangka panjang dengan tetap berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Tujuan pemba PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 51 /POJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN KEUANGAN BERKELANJUTAN BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN, EMITEN, DAN PERUSAHAAN PUBLIK I. UMUM Untuk mewujudkan perekonomian

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGARUSUTAMAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.1. Visi Menuju Surabaya Lebih Baik merupakan kata yang memiliki makna strategis dan cerminan aspirasi masyarakat yang ingin perubahan sesuai dengan kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA STANDAR PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit, yaitu hanya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981

R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 R-165 REKOMENDASI PEKERJA DENGAN TANGGUNG JAWAB KELUARGA, 1981 2 R-165 Rekomendasi Pekerja dengan Tanggung Jawab Keluarga, 1981 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs)

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (SDGs) Dr. Wartanto (Sekretaris Ditjen PAUD dan Dikmas) DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT TUJUAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015

LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 LAPORAN AKHIR BANTUAN KEUANGAN FORUM PENDIDIKAN UNTUK SEMUA (PUS) KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... ii BAB I... 1 PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM KESEHATAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI KARANGANYAR, : a. Bahwa kesehatan merupakan hak

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs

Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs SIARAN PERS Jakarta, 7 Oktober 2015 Mengawal Komitmen Pemerintah dalam Implementasi SDGs Jakarta, 7 Oktober 2015 Koalisi Masyarakat Sipil Indonesia menagih komitmen pemerintah melaksanakan Tujuan Pembangunan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan

memberikan kepada peradaban manusia hidup berdampingan dengan INDONESIA VISI 2050 Latar belakang Anggota Dewan Bisnis Indonesia untuk Pembangunan Berkelanjutan (IBCSD) dan Indonesia Kamar Dagang dan Industri (KADIN Indonesia) mengorganisir Indonesia Visi 2050 proyek

Lebih terperinci

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN. Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa DEKLARASI TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN Majelis Umum, Diproklamasikan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 20 Desember 1993 [1] Mengikuti perlunya penerapan secara

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Pidato Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Untuk Pembentukan ASEAN Supreme Audit Institutions (SAI), Jakarta, 13 Oktober 2011 Kamis, 13 Oktober 2011 Mohon diperiksa disesuaikan

Lebih terperinci

RANGKUMAN HASIL KONFERENSI

RANGKUMAN HASIL KONFERENSI RANGKUMAN HASIL KONFERENSI Memberikan Pelayanan Terbaik Bagi Masyarakat Miskin: Isu Strategis dan Rekomendasi Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas Jakarta, 28 April 2005 KONFERENSI NASIONAL PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 129 TAHUN 1998 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK-HAK ASASI MANUSIAINDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bangsa Indonesia sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hak atas pangan telah diakui secara formal oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia. Akhir -akhir ini isu pangan sebagai hal asasi semakin gencar disuarakan

Lebih terperinci

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan

& KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan PENGENTASAN KEMISKINAN & KELEBIHAN KOPERASI dalam Melindungi Petani & Usahawan Kecil Pedesaan Pengantar oleh: Rajiv I.D. Mehta Director Pengembangan ICA Asia Pacific 1 Latar Belakang Perekonomian dunia

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI

KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI KEBIJAKAN DAN PROGRAM AKSI 1 2012-2013 Kerugian terhadap lapangan kerja akibat krisis finansial dan ekonomi telah menyebabkan kesulitan hidup bagi pekerja perempuan dan laki-laki, keluarga dan komunitas,

Lebih terperinci

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA

Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA Pembela Hak Asasi Perempuan tentang DEKLARASI ASEAN TENTANG HAK ASASI MANUSIA PRINSIP Kaukus Perempuan Asia Tenggara tentang ASEAN1, yang juga dikenal sebagai Kaukus Perempuan, berkomitmen untuk menegakkan

Lebih terperinci

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TANGGAL 11 MEI 2004 RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN 2004 2009 I. Mukadimah 1. Sesungguhnya Hak Asasi Manusia

Lebih terperinci

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs

Outline Presentasi. PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II. Proses Penyusunan SDGs. Proses Penyusunan SDGs Outline Presentasi PRB dan API dalam Draft Sasaran Pembangunan Berkelanjutan Pasca 2015 dan HFA II Bengkulu, 14 Oktober 2014 Kristanto Sinandang UNDP Indonesia Proses Penyusunan SDGs Tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan Dr. Hefrizal Handra Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang 2014 Deklarasi MDGs merupakan tantangan bagi negara miskin dan negara berkembang untuk mempraktekkan good governance dan komitmen penghapusan

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

2013, No.73.

2013, No.73. 5 2013, No.73 2013, No.73 6 7 2013, No.73 2013, No.73 8 9 2013, No.73 2013, No.73 10 11 2013, No.73 2013, No.73 12 13 2013, No.73 2013, No.73 14 15 2013, No.73 2013, No.73 16 17 2013, No.73 2013, No.73

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD LABOUR (KONVENSI

Lebih terperinci

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2004 2009,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara

BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara BAB II PENGATURAN PEKERJA RUMAHANMENURUT KONVENSI ILO N0. 177 A. Konvensi Sebagai Produk ILO dan daya Ikatnya Bagi Negara-negara Anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) merupakan organisasi perdamaian

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2000 (1/2000) TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NOMOR 182 CONCERNING THE PROHIBITION AND IMMEDIATE ACTION FOR ELIMINATION OF THE WORST FORMS OF CHILD

Lebih terperinci

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs): Refleksi dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia Wahyuningsih Darajati Direktur Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air Kementerian PPN/Bappenas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Governance disini diartikan sebagai mekanisme, praktik, dan tata cara pemerintah dan warga mengatur sumber daya serta memecahkan masalahmasalah publik. Dalam

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA

BAB II VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAB II Rencana Aksi Daerah (RAD) VISI, MISI DAN LANDASAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA 2.1 Visi Berdasarkan tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Derah Kabupaten Pidie Jaya, menetapkan Visinya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

Lebih terperinci

KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI. Para Pihak pada Konvensi ini,

KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI. Para Pihak pada Konvensi ini, KONVENSI MINAMATA MENGENAI MERKURI Para Pihak pada Konvensi ini, Menyadari bahwa merkuri merupakan suatu bahan kimia yang menjadi permasalahan global akibat luasnya perpindahan melalui atmosfer, persistensinya

Lebih terperinci

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK

RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK RENCANA AKSI GLOBAL MENANG DENGAN PEREMPUAN: MEMPERKUAT PARTAI PARTAI POLITIK Sebagai para pemimpin partai politik, kami memiliki komitmen atas perkembangan demokratik yang bersemangat dan atas partai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN MDGs dirumuskan pada tahun 2000, Instruksi Presiden 10 tahun kemudian (Inpres No.3 tahun 2010 tentang Pencapaian Tujuan MDGs) Lesson Learnt:

Lebih terperinci

AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA

AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA AGENDA PIAGAM GLOBAL TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI KOTA Oktober 2010 44 Dokumen Referensi Pendahuluan Mengingat bahwa semua manusia diberkahi dengan hak-hak dan kebebasan yang diakui dalam Deklarasi Universal

Lebih terperinci

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975

K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 K143 KONVENSI PEKERJA MIGRAN (KETENTUAN TAMBAHAN), 1975 1 K-143 Konvensi Pekerja Migran (Ketentuan Tambahan), 1975 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PELINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG, The linked image cannot be displayed. The file may have been moved, renamed, or deleted. Verify that the link points to the correct file and location. PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa arsitek dalam mengembangkan diri memerlukan

Lebih terperinci

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk:

Secara umum, perencanaan sosial dimaksudkan untuk: PERENCANAAN SOSIAL BERBASIS KOMUNITAS YANG INDEPENDEN PADA SEKTOR RELAWAN Pada tahun 1992, Dewan Perencanaan Sosial Halton bekerjasama dengan organisasi perencanaan sosial yang lain menciptakan Jaringan

Lebih terperinci

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK

K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK K182 PELANGGARAN DAN TINDAKAN SEGERA PENGHAPUSAN BENTUK-BENTUK PEKERJAAN TERBURUK UNTUK ANAK 1 K 182 - Pelanggaran dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak 2 Pengantar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM

AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM AIDS dan Sistem Kesehatan: Sebuah Kajian Kebijakan PKMK FK UGM Latar Belakang Respon penanggulangan HIV dan AIDS yang ada saat ini belum cukup membantu pencapaian target untuk penanggulangan HIV dan AIDS

Lebih terperinci

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan No.179, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ORGANISASI. Arsitek. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6108) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. No.20, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya. PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01

Lebih terperinci

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016

Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016 Indonesia Komitmen Implementasikan Agenda 2030 Senin, 05 September 2016 Indonesia menuntut peranan negara-negara G-20 untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan Sejumlah isu dibahas dalam 'working

Lebih terperinci