BAB V PENUTUP. 1. Kesimpulan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan hibah kepada

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan 1.1. Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan yang memberikan hibah kepada masyarakat dalam bentuk belanja bantuan sosial yang dari Pemerintah disebut Dana Urusan Bersama (DUB) dan Pemerintah Daerah disebut Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) kepada masyarakat. Dasar pengalokasian dana tersebut adalah Peraturan Presiden yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Keuangan dan Menteri Dalam Negeri. Hal tersebut ternyata tidak sesuai dengan perundang-undangan yang ada karena: Persyaratan loan agreement tidak menyebutkan syarat akan adanya dana partisipasi daerah dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam perjanjian hanya ada sharing dari Pemerintah RI, yang kemudian oleh Pemerintah disusun aturan yang mensyaratkan adanya sharing dari Pemerintah Daerah dalam bentuk DDUB. Jika dilihat dari peraturan yang ada maupun kesepakatan dengan lembaga donor, maka pengeluaran dalam bentuk belanja sosial melalui DUB dan DDUB hanya merujuk pada Peraturan Presiden No. 15 tahun 2011, dan hal ini memiliki dasar hukum peraturan yang kuat. Hal ini dikarenakan Undang-undang 17 tahun 2003, Undang-undang Nomor 1 tahun

2 2004, dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tidak mengenal pengalokasian dan dalam bentuk DUB dan DDUB Pengertian belanja sosial pada Komite Standar Akuntansi Publik mengacu pada Undang-undang No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Dalam Undang-Undang tersebut memerintahkan agar adanya Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Penanggulangan Kemiskinan. Faktor ini yang belum ditindaklanjuti oleh Pemerintah untuk mengatur secara lebih jelas mengenai belanja sosial. Hal ini sangat penting mengingat setiap pengeluaran dana milik negara harus diatur dengan aturan yang jelas, dan tidak bisa menggunakan aturan yang tidak memiliki payung hukum yang lebih tinggi. Atas dasar tersebut, seharusnya Perpres Nomor 15 tahun 2010 beserta peraturan dibawahnya cacat secara hukum dan tidak dapat digunakan dalam mengatur sharing dana program di PNPM Mandiri Perdesaan. Dalam hal Peraturan Menteri Keuangan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur secara khusus terkait pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan (asas lex specialis derogat lex generalis) bertentangan dengan aturan perundang-undangan diatasnya PNPM Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan dalam pelaksanaan di masyarakat dapat berupa kegiatan infrastruktur, pelatihan, pendidikan, maupun kegiatan dana bergulir. Sebagai kegiatan 118

3 infrastruktur maka hasil kegiatan yang ada menjadi milik desa untuk dipelihara dan dirawat, sedangkan kegiatan untuk pelatihan dan pendidikan maka biaya tersebut habis untuk masyarakat yang kurang mampu tetapi membutuhkan bantuan. Terkait kegiatan dana bergulir yang ditinjau dari analisis intreprestasi kepemilikan dana tersebut menjadi bagian dari kepemilikan masyarakat ternyata peran Pemerintah maupun Lembaga Donor masih beranggapan bahwa dana tersebut masih milik program, hal ini terlihat dari: Intervensi program untuk mengatur dana perguliran masih sangat kuat. Hal ini tentu tidak sesuai dengan konsep bantuan sosial sebagi belanja habis pakai. Jika dilihat dari status dana tersebut maka sudah milik masyarakat untuk mengelolanya Jika terjadi penyimpangan sebetulnya sudah bukan merupakan kerugian negara tetapi kerugian masyarakat. Dalam hal ini intervensi program lebih diarahkan tentang pola pendampingan yang tepat terhadap kelembagaan maupun manusia yang menjadi pelaku untuk dapat mengelola dana dengan baik Peran Pemerintah dan Pemerintah Daerah hanya bertanggung jawab terhadap penggunaan dana di tahun yang berjalan, sedangkan pemeriksa atau auditor bertanggung jawab untuk mengaudit terhadap kegiatan ditahun sebelumnya. 119

4 2. Rekomendasi 2.1. PNPM Mandir Perdesaan sebagai program nasional penanggulangan kemiskinan hendaknya tidak hanya berbicara tujuan, maupun implementasi yang baik di masyarakat, tetapi sebagai pengambil kebijakan publik, harusnya Pemerintah lebih memperhatikan peraturan yang ada serta kaidah yang hendaknya ada dalam meyusun suatu peraturan. Ketidakmampuan melihat akan adanya Undang-udang memperlihatkan bahwa kementerian dan lembaga saling berpijak dengan peraturan yang dianggap milik kementerian/lembaga. Untuk itu, peran dari lembaga Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dalam mensinergikan peraturan dan menyusun peraturan hendaknya lebih diperkuat kembali. Dengan demikian, tidak ada lagi pandangan atau saling mengakui bahwa UU, PP, maupun Prespres menjadi produk kementerian/lembaga tertentu Peran kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan dana perguliran sebagai modal milik masyarakat hendaknya lebih diperkuat kembali melalui peran pendamping yang berkualitas. Disamping itu, perubahan objek audit sudah tidak lagi berbicara tentang dana yang terakumulasi maupun yang ada penyimpangan, tetapi lebih banyak bagaimana kelembagaan masyarakat terutama manusia didalamnya dapat mengelola dan merasakan hasil dari dana bergulir. Dana bergulir yang sudah menjadi kepemilikan masyarakat memang masih rawan disalah gunakan oleh para pemangku kepentingan di kecamatan, hal ini 120

5 disebabkan 2 (dua) hal utama yaitu. Belum pahamnya seluruh masyarakat bahwa dana tersebut adalah milik mereka dan Kurangnya pengawasan terhadap aliran dana tersebut khusunya pengawasan yang langsung dilakukan oleh masyarakat. Beberapa saran terkait kedua permasalahan tersebut adalah: UPK selaku lembaga pengelola kegiatan dan keuangan PNPM Mandiri perdesaan yang vital perlu dibentuk menjadi suatu badan hukum dalam hal ini agar sesuai dengan tujuan dan maksud program ini yaitu berbasis pemberdayaan masyarakat dan bersiat sosial dan kemanusiaan diusulkan menjadi Yayasan yang menjadi milik masyarakat dan didirikan oleh Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD). Menurut UU No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan pasal 1 ayat 1 Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota sehingga kepentingan yayasan dapat diperuntukkan kepada masyarakat umum dan para pengelola saat in bisa masuk dalam jajaran pengurus yayasan, sedangkangkan perangkat desa dan BAKD bisa menjadi pembina dan pengawas yayasan, dan kegiatan simpan pinjam untuk mendapatkan keuntungan yang berputar 121

6 kembali kepada masyarakat dilindungi oleh pasal 7 dari UU Yayasan dimana diperkenankan untuk mencari keuntungan Terkait dengan pengawasan pengembangan mekanisme pemantauan berbasis masyarakat menjadi sangat relefan mengingat dana tersebut adalah milik masyarakat dan para fasilitator agar dapat memberikan pengarahan yang lebih tepat kepada masyarakat terkait informasi kepemilikan dana masyarakat. Selain hal tersebut Ditjen PMD, Kemendagri sebetulnya perlu melakukan kajian secara lebih mendalam di lokasi yang sudah tidak mendapat PNPM Mandiri Perdesaan. Hal ini, untuk melihat bagaimana pengelolaan dana bergulir yang ada di lokasi phase out yang sudah tidak didanai atau mendapat intervensi program Revisi terhadap beberapa peraturan teknis yang bertentangan dengan Undang-undang atau peraturan yang lebih tinggi di atasnya sebaiknya segera dilakukan agar tidak terjadi kesalahan pemahaman dan ketidak pastian dalam hukum bagi pelaku, pelaksana atau pengawas program PNPM Mandiri Perdesaan. 122