EVALUASI TEKNIS (2012) INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN: SERI RINGKASAN STUDI. support.org/technicalevaluation

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI TEKNIS (2012) INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN: SERI RINGKASAN STUDI. support.org/technicalevaluation"

Transkripsi

1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat support.org/technicalevaluation INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN: EVALUASI TEKNIS (2012) SERI RINGKASAN STUDI

2 2 Apa Itu Pnpm Perdesaan? Evaluasi Teknis Pembangunan Infrastruktur 2012: PNPM Perdesaan Dan Sumber Pendanaan Lainnya 3 Rasio Prasarana yang Dievaluasi Total dari 11 Provinsi yang dikunjungi Seluruh Prasarana yang Dievaluasi Gabungan dari Semua Penilaian 42% Jalan 5% MCK 82% Kualitas Tinggi 7% Jembatan 10% Sumber Air 14% Kualitas Menengah 12% Pembuangan/Irigasi 1% Dermaga 4% Gagal 20% Bangunan 4% Listrik APA ITU PNPM PERDESAAN? Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) adalah program pemerintah Indonesia yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan. PNPM Mandiri merupakan program pemberdayaan masyarakat terbesar di dunia dan beroperasi di setiap kecamatan di seluruh provinsi Indonesia. Melalui program ini, pemerintah Indonesia bertekad untuk menyusun perencanaan pembangunan yang lebih menyeluruh, dapat dipertanggungjawabkan, dan merefleksikan kebutuhan masyarakat lokal. PNPM menyalurkan dana hibah kepada masyarakat agar mereka dapat mewujudkan perencanaan pembangunan yang telah mereka susun bersama. Proses perencanaan tersebut dilakukan dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom up) dan difasilitasi oleh tenaga ahli sosial dan teknik. Para tenaga ahli ini membantu mengarahkan masyarakat dalam kegiatannya namun tidak mengontrol penggunaan dana. Dengan batasan penggunaan dana hibah yang luas, masyarakat dapat membiayai berbagai kegiatan yang mendorong pembangunan dan memperbaiki kesejahteraan mereka terutama masyarakat miskin dan yang terpinggirkan. Dana ini dipergunakan untuk membiayai perencanaan, pembangunan dan pemeliharaan jalan, sekolah, dan infratruktur sederhana lainnya dimana mereka sepakat sebagai jenis pembangunan yang paling mereka butuhkan. Dana ini juga digunakan untuk memfasilitasi kegiatan ekonomi melalui pemberian pinjaman, melalui dana bergulir, dan melalui pembangunan sumber daya manusia terutama untuk meningkatkan keterampilan pemasaran kaum wanita agar mereka dapat memiliki pekerjaan dan atau mendirikan serta mengelola usaha kecil. Melalui program inti maupun program percontohan, dana ini juga dimanfaatkan masyarakat untuk berinovasi mencari solusi permasalahan tertentu. Inovasi mereka meliputi pengadaan tenaga pengajar untuk kebutuhan pendidikan di wilayah terpencil, pengadaan mobil ambulan untuk mengurangi tingkat kematian di wilayah dengan fasilitas transportasi terbatas, pemberian sponsor bagi program media masyarakat yang menyalurkan informasi dengan bahasa lokal di wilayah dimana bahasa Indonesia tidak umum digunakan, serta penyediaan makanan bagi anak anak melalui dapur masyarakat di wilayah dengan tingkat gizi buruk tinggi. PNPM Perdesaaan atau PNPM Rural adalah program terbesar dan terluas jangkauannya di antara lima program inti yang berada di bawah payung PNPM Mandiri. Dibentuk tahun 2007, PNPM Perdesaan merupakan pengembangan dari program percontohan terdahulunya yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK). PPK dibentuk tahun 1997 dan hanya meliputi 25 desa. PNPM Perdesaan kini tumbuh menjangkau seluruh wilayah nusantara dan meliputi perdesaan. Lebih dari fasilitator dipekerjakan pemerintah untuk membantu masyarakat dalam menyusun prioritas kebutuhan pembangunan, dan dalam bernegosiasi dalam memutuskan jenis pembangunan yang paling mereka butuhkan. Para fasilitator juga memberikan pelatihan kepada masyarakat sehingga mereka dapat menyusun laporan keuangan dan mengelola kegiatan operasional dengan baik. Setiap tahunnya, PNPM Perdesaan menyalurkan dana hampir sebesar Rp20 trilliun untuk membiayai lebih dari prasarana. EVALUASI TEKNIS PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 2012: PNPM PERDESAAN DAN SUMBER PENDANAAN LAINNYA METODOLOGI Evaluasi teknis pengadaan infrastruktur, 2012: PNPM Perdesaan dan sumber pendanaan lainnya (TE) dilakukan oleh sebuah tim yang terdiri dari tujuh tenaga ahli teknik dan seorang arsitek. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh prasarana desa yang dibiayai oleh PNPM Perdesaan, PNPM Lingkungan Mandiri Perdesaan atau PNPM Green, PNPM Generasi, Bantuan Keuangan Pembangunan Gampong (BKPG), PNPM Paska Bencana dan Paska Krisis, dan organisasi lainnya yang turut memberikan dana. Tim evaluasi melakukan kunjungan ke 12 provinsi yaitu: Aceh, Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua. Kunjungan tim evaluasi ini didampingi oleh tenaga tenaga ahli di bidang sosial, pengelolaan keuangan, dan pengamanan sosial dan lingkungan. Provinsi provinsi tersebut dipilih secara seksama sehingga dapat mewakili cakupan geografis wilayah Indonesia dan mewakili berbagai provinsi yang termasuk dalam kategori miskin dan tidak terlalu miskin (less poor). Distrik dan kecamatan dipilih secara acak dimana mereka dapat mewakili seluruh cakupan wilayah di tiap provinsi. Secara total terdapat 165 kecamatan yang dikunjungi oleh tim evaluasi. Dari jumlah tersebut, 45% diklasifikasikan sebagai miskin dan kurang dari 19% sebagai tidak terlalu miskin. Tim evaluasi juga menyeleksi desa desa dan memastikan wilayah terpencil terwakili sampel penelitian mereka. Dalam melakukan survey, tim evaluasi menggunakan instrumen lapangan yaitu Formulir Inspeksi PrasaranaPrasarana atau Sub project Inspection Form (SIF). Formulir ini terdiri dari satu halaman dan memuat lengkap daftar prasarana PNPM seperti pembangunan jalan, gedung, sistem pengadaan air bersih, dan sebagainya. Setiap jenis prasarana dinilai berdasarkan kriteria unik yang meliputi rancangan, saluran pembuangan, pemeliharaan, perlindungan lingkungan, dan lain lain. Berikut adalah kriteria yang dinilai dalam evaluasi teknis: zproses seleksi dan verifikasi teknis; zrancangan dan anggaran dana prasarana yang bersangkutan; zkonstruksi dan pengawasan konstruksi; zpelaksanaan dan pemeliharaan; zkegunaan dan kebermanfaatan kegiatan yang bersangkutan; zkualitas fasilitasi dan pengawasan; zkualitas pembukuan dan pengarsipan; zperlindungan lingkungan dan sosial; dan zpengelolaan keuangan. Agar sasaran tercapai, tim evaluasi melakukan evaluasi terhadap prasarana. Dari jumlah tersebut, 42% merupakan pengadaan jalan, 20% pembangunan gedung, 12% pengadaan saluran pembuangan dan irigasi. Sebanyak 1% hingga 10% merupakan jenis prasarana lainnya yaitu MCK, jembatan, pengadaan air bersih, tanggul, dan listrik. Perlu diketahui bahwa proporsi ini sangat berbeda untuk wilayah Papua (lihat Papua: Sebuah Kasus Istimewa di halaman 8). KUALITAS TEKNIS PRASARANA Berdasarkan pemeriksaan, tim evaluasi mendapatkan bahwa sebagian besar prasarana berada dalam kondisi yang bagus, serta diterima dan digunakan dengan sangat baik oleh masyarakat penerima bantuan. Hasil analisa di lapangan mengindikasikan bahwa kualitas konstruksi infrastruktur yang dibangun melalui PNPM Perdesaan berdasarkan keseluruhan aspek teknis yang dievaluasi sebanyak 82% diklasifikasikan memiliki kualitas tinggi, 14% memiliki kualitas memadai (acceptable quality), dan 4% dinilai gagal. Namun demikian, rata rata prasarana yang diadakan di Papua memiliki kualitas yang sangat rendah dibandingkan dengan 11 provinsi lainnya (lihat Papua: Sebuah Kasus Istimewa di halaman 7). Tim evaluasi juga mengamati berbagai permasalahan yang muncul. Mereka menemukan di semua provinsi bahwa sejumlah prasarana dapat terpengaruh secara negatif oleh lemahnya saluran pembuangan. Ini terutama terlihat pada prasarana pembangunan jalan serta prasarana yang meliputi bangunan umum dan fasilitas pengadaan air bersih. Maka menjadi jelas bahwa infrastruktur saluran pembuangan yang kurang terencana dan tidak terimplementasi secara baik, dalam jangka panjang, dapat melahirkan masalah besar bagi keberlangsungan prasarana pembangunan jalan tersebut. Kurangnya saluran pembuangan di desa desa dan di wilayah umum dapat menyebabkan ketidakpuasan

3 4 5 Fungsi dan Pemanfaatan Gabungan dari Semua Prasarana Kualitas Fasilitasi Teknik 56% Tinggi 28% Tinggi 34% Sedang 55% Sedang 8% Rendah 17% Rendah 2% Kosong bagi para pengguna. Hal ini juga memiliki berbagai dampak negatif yang serius terkait kuman pembawa penyakit dan kondisi yang kotor serta tidak sehat. Hal lain yang ditemukan tim evaluasi adalah rancangan yang lemah, terutama pada prasarana pengadaan air bersih di beberapa provinsi. Mereka juga menemukan sejumlah besar prasarana memiliki kekurangan pada sistem perlindungan terhadap daerah curam (adequate slope protection) serta standar ketahanan (retention measures) pada jalan jalan dan jembatan. PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN IDari keseluruhan prasarana yang dievaluasi, sebanyak 90% masih berfungsi dan dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai tujuan. Untuk menilai aspek ini bisa dibilang cukup mudah. Jika infrastruktur tersebut masih beroperasi sesuai dengan perencanaan dan tujuan, maka peringkat Rata rata layak diberikan. Peringkat Tinggi diberikan jika masyarakat secara mandiri melakukan tambahan atau memperbaiki prasarana tersebut demi meningkatkan kegunaannya. Tindakan inisiatif tersebut secara signifikan memberikan kepercayaan terhadap kinerja PNPM sebagai dasar untuk mewujudkan komunitas yang dapat berkembang secara mandiri. Tabel 1. Analisa biaya PNPM vs Pemerintah PERBANDINGAN ANGGARAN DAN BIAYA Evaluasi teknis yang dilakukan sebelumnya pada masa PPK menyatakan bahwa penggunaan metode Community Driven Development atau CDD dalam pengembangan infrastruktur perdesaan menghasilkan infrastruktur yang bermanfaat dan tahan lama walaupun dibangun dengan biaya yang lebih rendah dari yang biasa dianggarkan oleh kementrian negara. Salah satu tujuan diadakannnya evaluasi teknis ini adalah untuk menegaskan atau mengabaikan temuan tersebut dalam kinerja PNPM saat ini dan untuk mengumpulkan data yang dapat mendukung temuan tersebut. Untuk tujuan ini, tim evaluasi mengumpulkan dan merekam berbagai dimensi dan gambaran dari berbagai prasarana berikut informasi yang terkait dengan biaya akhir konstruksi untuk tiap jenisprasarana tersebut. Pada saat yang sama, jika dimungkinkan, tim evaluasi juga mengumpulkan dan merekam anggaran kementrian untuk pembangunan infrastruktur serupa. Berbagai jenis infrastruktur tersebut diamati berdasarkan perbandingan dengan keseluruhan daftar jenis prasarana PNPM. Secara umum, perbandingan tersebut menunjukkan bahwa prasarana infrastruktur oleh PNPM memiliki biaya desain dan penerapan yang lebih rendah Biaya PNPM (Rp/units) Biaya Pemerintah (Rp/units) PNPM/ Rendah Rataratratintah Tinggi Rendah Rata- Tinggi Pemer- Jenis Prasarana Unit Bangunan m 2 920,000 1,220,000 1,590, ,000 2,380,000 5,390,000 51% Perbaikan Sekolah m 2 540, ,000 1,080, ,000 87% Mebeler m 2 50, , , , , , % Jalan Rabat m 2 80, , , , , ,000 46% Jalan Sirtu m 2 20,000 30,000 40,000 57, , ,000 26% MCK m 2 530,000 1,040,000 1,370, ,000 1,672,500 2,755,000 62% Jembatan m 2 930,000 2,585,000 4,860,000 3,150,000 82% Dinding Penahan Tanah (TPT) m 3 244, ,000 1,620, , ,000 1,151,000 74% sekitar 15% hingga 25% dari anggaran kementrian negara. Namun demikian, tingkat penghematan dapat jauh lebih besar karena PNPM menggunakan masyarakat sebagai tenaga kerja walaupun mereka tidak memiliki keahlian tertentu. Contoh dimana terdapat penghematan pada kisaran tersebut adalah pada pembangunan jembatan, dinding penahan tanah, dan rehabilitasi sekolah. Ketiga kegiatan ini membutuhkan tenaga kerja terampil dan terlatih daripada kegiatan lainnya. Jika terdapat data untuk melakukan perbandingan biaya proyek pengadaan air dan listrik, sangat dimungkinkan tingkat penghematan juga akan berada pada kisaran tersebut di atas. Contoh dimana tingkat penghematan dapat melebihi kisaran 50% adalah pada pembangunan jalan dan bangunan sederhana. Pembangunan jalan dilakukan dengan memanfaatkan tenaga masyarakat dalam jumlah besar. Mereka adalah tenaga tidak terlatih sehingga biaya tenaga kerja konstruksi dapat ditekan. Pembangunan konstruksi sebenarnya bukanlah hal asing bagi masyarakat. Dengan demikian, satu tenaga pengawas yang kompeten dapat mengarahkan banyak tenaga kerja namun tetap dengan hasil yang memuaskan. Tabel 1 menyajikan data terkait biaya yang dikeluarkan PNPM dan pemerintah untuk prasarana tertentu. Kolom terakhir menunjukkan perbandingan biaya untuk tiap jenis prasarana. Biaya per unit dalam kegiatan PNPM pada tabel berikut adalah berdasarkan pengamatan di 12 provinsi. Anggaran pemerintah yang digunakan dalam analisa ini adalah berdasarkan informasi yang dikumpulkan untuk Sulawesi Barat, Jawa Barat, Maluku Utara, Maluku, Aceh, Lampung, Sulawesi Utara, dan Papua. KUALITAS PENGAWASAN TEKNIS Para anggota tim evaluasi juga menilai kualitas tenaga teknis PNPM secara umum. Penilaian ini dilakukan berdasarkan: pertanyaan dan pengamatan yang tenaga teknis lakukan ketika mendampingi tim evaluasi ke lapangan; pembicaraan mereka dengan para pimpinan desa dan tokoh masyarakat lainnya; pemeriksaan dokumen di UPK dan desa; dapat memberikan instruksi yang layak dan tepat kepada para pekerja konstruksi (dimana mereka dapat menghasilkan bangunan yang berkualitas tinggi dengan hanya sedikit kekurangan). Hasil penilaian menunjukkan kualitas rendah dengan tingkat persentasi yang cukup tinggi. Hal ini tentunya mengkhawatirkan mengingat bahwa kualitas prasarana sangat tergantung pada kualitas fasilitator. Pemeriksaan terhadap berbagai prasarana di lapangan menunjukkan kenyataan bahwa banyak fasilitator teknik di tingkat lokal tidak melakukan atau tidak mampu mengunjungi desa desa dimana prasarana seringkali berada. Beberapa UPK melaporkan bahwa posisi fasilitator teknik untuk kecamatan tertentu telah kosong sekian lama, sehingga fasilitator teknik dari kecamatan terdekat harus menempuh jarak tambahan untuk menjangkau wilayah yang tidak memiliki fasilitator teknik. Dalam situasi ini, tim evaluasi mendapat kabar bahwa banyak prasarana dibangun tanpa bantuan teknik yang sangat penting dari fasilitator. KEPATUHAN DALAM MEMENUHI PERSYARATAN FIDUSIA Tujuan utama dari kinerja tim fidusia adalah untuk menilai tingkat kepatuhan dalam memenuhi aturan; untuk menentukan kualitas administrasi dalam suatu kegiatan pembangunan infrastruktur; untuk mengidentifikasi permasalahan utama; dan untuk merekomendasikan perbaikan. Tim ini terdiri dari empat orang yang melakukan kunjungan ke sebelas dari keseluruhan 12 provinsi yang dievaluasi. Secara umum, tim ini mendapatkan hasil bahwa aspek kepercayaan (fidusia) PNPM adalah tidak cukup memuaskan. Hal ini berisiko mempengaruhi kualitas atau tingkat pemanfaatan infrastruktur menjadi antara rendah dan rata rata. Secara umum, tim ini menemukan tingkat tidak kepatuhan yang tinggi dalam memenuhi prosedur terkait dengan persiapan desain, perencanaan anggaran dan pengadaan, pembukuan dan administrasi dokumen. Bukti bukti transaksi keuangan sering tidak valid atau tidak dapat dipertanggungjawabkan. Peren-

4 6 Kesimpulan Papua: Sebuah Kasus Khusus 7 Kualitas Teknis Prasarana Papua 71% Kualitas Tinggi 21% Kualitas Menengah 8% Gagal canaan anggaran juga seringkali didominasi oleh fasilitator teknik yang mengakibatkan keterlibatan masyarakat terbatas. Terdapat beberapa indikasi kecurangan tingkat kecil dan penyimpangan pengelolaan keuangan. KEPATUHAN TERHADAP PERLINDUNGAN SOSIAL DAN LINGKUNGAN Tim perlindungan ini terdiri dari empat orang yang melakukan kunjungan ke sebelas dari 12 provinsi yang dievaluasi. Secara umum, penemuan mereka mengindikasikan penerapan panduan perlindungan sosial dan lingkungan (the Implementation Guidelines for Social and Environmental Safeguards) yang didistribusikan pada September 2011, belum sepenuhnya dipahami ataupun dipertimbangkan dalam rancangan, konstruksi, maupun kegiatan pemeliharaan pada berbagai prasarana PNPM. Namun demikian, terdapat perbaikan di tahun sebelumnya. Tingkat inklusi ditemukan masih terbatas di banyak desa dimana partisipasi masyarakat didominasi oleh kaum elit lokal. Tingkat pemberdayaan masyarakat dan kepemilikan juga masih terbatas di daerah daerah terpencil dan terpinggirkan, yang termasuk sebagai wilayah paling miskin di Indonesia. Pelaksana kegiatan prasarana seringkali tidak memiliki sertifikat tanah wakaf sehingga memicu terjadinya salah paham dan konflik sosial terkait hak kepemilikan tanah. Perhatian juga perlu diberikan pada permasalahan terkait kesetaraan gender dalam proses pengambilan keputusan masyarakat, dimana proposal yang ditinjau selayaknya dipersiapkan dengan menyertakan semua gender. KESIMPULAN Laporan akhir evaluasi teknis pembangunan infrastruktur 2012 menyatakan secara umum bahwa kualitas dari rancangan dan pelaksaan kegiatan prasarana di berbagai provinsi yang dievaluasi hingga saat ini adalah sepenuhnya sesuai dengan tujuan teknis proyek. Kajian ini menunjukkan bahwa 82% prasarana memiliki kualitas tinggi, 14% memiliki kualitas memadai (acceptable quality), dan 4% dinilai gagal. Evaluasi juga dilakukan terhadap aspek pemeliharaan, kegunaan, pemanfaatan, kualitas, perlindungan lingkungan, dan kelayakan desain prasarana. Secara garis besar, hasil penilaian untuk semua aspek aspek ini adalah sama atau melampaui penilaian dari kajian serupa yang dilakukan oleh PPK tahun Berikut adalah rangkuman rekomendasi dari laporan teknis ini: REKOMENDASI 1. Saluran Pembuangan: Teknik dalam merancang dan membangun sebagian besar prasarana pembangunan jalan yang dilakukan oleh PNPM perlu diperbaiki. 2. Rancangan Hidrolik: Tenaga teknik senior sebaiknya bertanggungjawab terhadap pemeriksaan dan penyetujuan seluruh perencanaan prasarana yang secara aktif melibatkan aliran air bersih. 3. Perlindungan wilayah curam (slope protection): Tenaga ahli senior perlu memberikan perhatian lebih pada pemeriksaan perencanaan yang melibatkan pembangunan pada wilayah curam termasuk bangunan jembatan dan jalan. 4. Koneksi dan gambar yang terinci: Penggambaran jembatan dan bangunan standar sebaiknya ditinjau oleh tenaga senior sehingga dapat diverifikasi apakah perincian koneksi telah cukup dan tepat, dan apakah perlengkapan berkualitas tinggi dan pintu serta lain lain telah dicantumkan. 5. Pembukaan jalan: PNPM disarankan untuk bergerak lebih hati hati ketika dihadapkan pada tawaran prasarana pembuatan sambungan jalan baru. Diperlukan keahlian teknik tingkat tinggi dalam prasarana ini. 6. Evaluasi teknis tahunan: Evaluasi teknis terhadap seluruh prasarana sebaiknya dilakukan pada tahun pertama sejak penyelesaian prasarana tersebut. 7. Perbaikan fasilitator teknik: PNPM harus mengatasi kekurangan jumlah fasilitator teknik di lapangan. 8. Pemeliharaan: Pentingnya pemeliharaan dalam mempertahankan keberadaan infrastruktur yang telah dibangun sebaiknya ditekankan pada saat irigasi. Mereka lebih tertarik (more likely) mengajukan pelatihan masyarakat dan pada materi tambahan. pembangunan MCK dan pengadaan air bersih. Dan mereka sedikit tertarik (slightly less likely) dengan pengadaan 9. Kualitas desain: Tenaga desain senior di tingkat provinsi dan kabupaten perlu untuk lebih memperhatikan rancangan teknis yang disampaikan jembatan dan listrik. kepada mereka. Evaluasi teknis prasarana di Papua menemukan bahwa 10. Sertifikat tanah wakaf: Tenaga administrasi dan tingkat kualitas mereka secara umum lebih rendah daripada kualitas di sebelas provinsi lainnya. Keseluruhan teknik PNPM perlu menyadari pentingnya dan perlunya keberadaan sertifikat ini sebelum konstruksi penilaian teknik dapat dilihat pada diagram berikut prasarana dimulai. yang menunjukkan kualitas infrastruktur yang dibangun 11. Pembangunan sesuai rancangan: Pemeriksaan melalui PNPM Perdesaan. Sebanyak 71% memiliki kualitas oleh tenaga ahli provinsi sebaiknya dilakukan secara tinggi (high quality) sementara persentasi pada sebelas berkala untuk memastikan bahwa rancangan pembangunan dibuat secara tepat dan didokumentasi- memerlukan perhatian lebih lanjut, sebanyak 8% adalah provinsi lainnya adalah 82%. Kemudian, dan mungkin kan dengan layak. proporsi prasarana yang menerima peringkat terendah (gagal). Persentase ini adalah dua kali dari tingkat kegagalan di propinsi lainnya (4%). PAPUA: SEBUAH KASUS KHUSUS Situasi dan kondisi di Papua sangat berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia. Papua memiliki kesulitan dan tantangan tersendiri. Anggota masyarakat dan panitia seleksi prasarana di Papua berhadapan dengan pengajuan prasarana yang jenis kegiatannya jauh berbeda dengan wilayah lainnya di Indonesia, sebagaimana terlihat dalam tabel 2. Dibandingkan dengan sebelas provinsi lainnya, masyarakat di Papua kurang tertarik (less likely) untuk mengajukan pembangunan jalan, saluran pembuangan, dan Rendahnya jumlah prasarana berkualitas tinggi di Papua bisa jadi disebabkan oleh ketidakhadiran fasilitator teknik yang berpengalaman dan berkualitas dalam mengawasi pelaksanaan prasarana. Sebanyak 22 dari keseluruhan 34 kecamatan di Papua tidak memiliki fasilitator. Terdapat 422 posisi fasilitator teknis di Papua namun sebanyak 205 kosong saat ini. Dengan demikian, kapasitas fasilitator teknik yang dipekerjakan menjadi lebih berat secara mereka juga menjangkau wilayah yang tidak memiliki fasilitator. Prasarana yang sepenuhnya dibangun tanpa sama sekali mendapatkan kunjungan dari fasilitator teknik atau tenaga ahli tentunya berdampak terhadap kualitas prasarana tersebut. Tabel 2. Prosentase Jenis Prasarana di Papua dan 11 Propinsi Lain Prasarana Jalan MCK Jembatan Air Drainase Tambatan Gedung Listrik Propinsi Papua Prov

5 8 Referensi: Neil, N. (2013). Infrastruktur PNPM Mandiri Perdesaan, Laporan Evaluasi Teknis 2012, PNPM Support Facility, Jakarta. SERI RINGKASAN STUDI Tujuan utama PNPM Support Facility (PSF) adalah menjadi sarana obyektif untuk mengulas, berbagi pengalaman, dan menerapkan pelajaran dari berbagai program kemiskinan dan untuk menumbuhkan diskusi mengenai solusi untuk program kemiskinan. PSF memfasilitasi pelaksanaan analisis dan penelitian terapan untuk mengoptimalkan desain program berbasis komunitas yang merespon terhadap dampak kemiskinan yang semakin tinggi dan untuk lebih memahami dinamika sosial di Indonesia dan pengaruhnya terhadap pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Penelitian dan analisis ini bertujuan memberikan basis yang kuat untuk perencanaan, pengelolaan, dan perbaikan program pemberantasan kemiskinan pemerintah Indonesia. Penelitian ini juga dapat mendorong pembelajaran antar negara berkembang, dan menjadi masukan berharga bagi akademisi, instansi pemerintah, dan pelaku pembangunan lain yang menerapkan program berbasis komunitas di mana pun di dunia. Penelitian dan kerja analisis ini diterbitkan oleh PSF dalam rangka mempublikasi dan mempromosikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi dari penelitian dan analisis kepada khalayak yang lebih luas, termasuk akademisi, jurnalis, anggota parlemen, dan pihak pihak lain yang memiliki ketertarikan terhadap pengembangan masyarakat.

BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA

BUKTI DARI PEDESAAN INDONESIA Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/village capacity 2010 SERI RINGKASAN STUDI KAPASITAS DESA DALAM MEMELIHARA INFRASTRUKTUR: (NOVEMBER 2010) 2 Ringkasan Biaya pemeliharaan

Lebih terperinci

ANALISA DI TINGKAT MASYARAKAT

ANALISA DI TINGKAT MASYARAKAT 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/governance review 2012 SERI RINGKASAN STUDI (MEI 2012) 2 Apa Yang Dimaksud Dengan Pnpm Perdesaan? Mengapa Tata Kelola Yang

Lebih terperinci

STUDI KELOMPOK MARJINAL

STUDI KELOMPOK MARJINAL Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/marginalized study 2010 (JUNI 2010) SERI RINGKASAN STUDI 2 Studi Kelompok Marginal Struktur Sosial Ekonomi dan Pengambilan Keputusan

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI

EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/generasi impact 2011 EVALUASI DAMPAK PENERAPAN PNPM GENERASI (JUNI 2011) SERI RINGKASAN STUDI 2 Apa yang Dimaksud Dengan Pnpm

Lebih terperinci

EVALUASI DAMPAK PNPM PERDESAAN

EVALUASI DAMPAK PNPM PERDESAAN 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/rural impact 2012 EVALUASI DAMPAK PNPM PERDESAAN (2012) SERI RINGKASAN STUDI 2 Latar Belakang, Tujuan dan Maksud Hasil Evaluasi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif

Ringkasan Eksekutif. Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Ringkasan Eksekutif Ringkasan Eksekutif Proyek yang berfokus pada pemulihan masyarakat adalah yang paling awal dijalankan MDF dan pekerjaan di sektor ini kini sudah hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

Panduan Praktis Safeguard Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup PNPM Mandiri Perdesaan 2012

Panduan Praktis Safeguard Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup PNPM Mandiri Perdesaan 2012 Panduan Praktis Safeguard Kebijakan Pengamanan Sosial dan Lingkungan Hidup PNPM Mandiri Perdesaan 2012 Penerbit: PNPM Support Facility Penanggung jawab: Jan Weetjens, Manajer Sektor PNPM Support Facility

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 16 JANUARI 2014 Tema Prioritas Penurunan tingkat kemiskinan absolut dari 14,1% pada 2009 menjadi 8 10% pada akhir 2014, yang diikuti dengan: perbaikan distribusi perlindungan sosial, pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program pengentasan kemiskinan pada masa sekarang lebih berorientasi kepada pemberdayaan dan partisipasi. Sebelumnya telah dilalui begitu banyak program pengentasan

Lebih terperinci

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized

Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized. Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized Public Disclosure Authorized INFRASTRUKTUR PNPM MANDIRI PERDESAAN LAPORAN EVALUASI TEKNIS 2012 Laporan Akhir Temuan

Lebih terperinci

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika

PENDAMPING DESA. oleh: Ahmad Erani Yustika PENDAMPING DESA oleh: Ahmad Erani Yustika Direktur Jenderal Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi 1 STATUS EX-PNPM MANDIRI PERDESAAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM DAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA

EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA EVALUASI PROGRAM BANTUAN KEUANGAN DESA (BANTUAN KEUANGAN PEUMAKMU GAMPONG, BKPG) DI PROVINSI ACEH Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Provinsi Aceh telah mencatat kemajuan yang mengesankan menuju pemulihan

Lebih terperinci

Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan

Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan Laporan Status Penerapan Upaya Perlindungan Lingkungan Di dalam perjanjian pinjaman antara Pemerintah Indonesia dan pihak Donor (Bank Dunia) disepakati adanya kewajiban bagi pihak pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

Partnership Governance Index

Partnership Governance Index Partnership Governance Index Mengukur Tata Pemerintahan yang Demokratis Merupakan suatu kesepakatan di kalangan dan di antara akademisi dan praktisi internasional bahwa kualitas tata pemerintahan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak negara di dunia dan menjadi masalah sosial yang bersifat global. Hampir semua negara berkembang memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI

PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI PENJELASAN VI PENULISAN USULAN DAN VERIFIKASI Penjelasan VI terdiri dari dua bagian, yaitu Penulisan Usulan Desa dan Verifikasi. Bagian penulisan usulan berisi penjelasan tentang cara menuliskan usulan

Lebih terperinci

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID)

Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan. Program Inovasi Desa (PID) Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) 2017 1 Selayang Pandang SOP Percepatan PID Standar Operasional Prosedur (SOP) Percepatan Program Inovasi Desa (PID) sebagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Kemiskinan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit akut dalam ekonomi, sehingga harus disembuhkan

Lebih terperinci

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR

PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR PROYEK PENINGKATAN KAPASITAS & KEBERLANJUTAN PINJAMAN DANA BERGULIR World Bank PNPM Support Facility (PSF) Gedung Bursa Efek Indonesia Tower 1, lantai 9 Jl. Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BAB X BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI BAGIAN PERTAMA TUGAS DAN FUNGSI Pasal 721 Badan Pembinaan Konstruksi mempunyai tugas melaksanakan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 150 BAB VIII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Penelitian yang berjudul Determinan unmet need Keluarga Berencana di Indonesia memiliki tujuan utama yaitu untuk menjawab mengapa terjadi kenaikan tingkat

Lebih terperinci

Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni

Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni Australia Awards Indonesia Skema Hibah Alumni Tanya Jawab Umum Apa itu Skema Hibah Alumni? Skema Hibah Alumni bertujuan untuk mendukung alumni dari Australia untuk membagi pengetahuan dan pengalaman yang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Proyek Infrastruktur. Rencana. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN MENTERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

PNPM Generasi. Generasi Sehat Dan Cerdas SEKOLAH DASAR TUNAS BANGSA POSYANDU ANGGREK POSYANDU ANGGREK. Info Kit

PNPM Generasi. Generasi Sehat Dan Cerdas SEKOLAH DASAR TUNAS BANGSA POSYANDU ANGGREK POSYANDU ANGGREK. Info Kit PNPM Generasi Generasi Sehat Dan Cerdas SEKOLAH DASAR TUNAS BANGSA POSYANDU ANGGREK POSYANDU ANGGREK Info Kit PNPM Generasi Ringkasan PNPM Generasi Generasi Sehat Dan Cerdas Tujuan Pengembangan Tujuan

Lebih terperinci

Oleh : Tim Studi Teknis Sarana/Prasarana DAFTAR ISI Oktober Konsultan Manajemen Pusat PPK

Oleh : Tim Studi Teknis Sarana/Prasarana DAFTAR ISI Oktober Konsultan Manajemen Pusat PPK Oleh : Tim Studi Teknis Sarana/Prasarana DAFTAR ISI Oktober 2001 Konsultan Manajemen Pusat PPK DAFTAR ISI Daftar Isi Daftar Singkatan Daftar Tabel i ii iii Ringkasan Eksekutif 1 I. Metodologi 2 II. Hasil

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA.

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP

EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP EFEKTIVITAS PUG DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PSP Oleh : Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Disampaikan Pada Acara Koordinasi dan Sinkronisasi Pengarusutamaan Gender dalam Mendukung

Lebih terperinci

Sejarah AusAID di Indonesia

Sejarah AusAID di Indonesia Apakah AusAID Program bantuan pembangunan luar negeri Pemerintah Australia merupakan program yang dibiayai Pemerintah Federal untuk mengurangi tingkat kemiskinan di negaranegara berkembang. Program ini

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.01/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PUSAT INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN TATA RUANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional

Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Laporan Kemajuan MDF Desember 2009 Bab 4: Menatap ke Depan Bab 4 Menatap ke Depan: Perubahan Konteks Operasional Sejumlah proyek baru diharapkan dapat mendorong pengembangan ekonomi berkelanjutan di Aceh

Lebih terperinci

KAPASITAS INFRASTRUKTUR DAN KELEMBAGAAN DESA

KAPASITAS INFRASTRUKTUR DAN KELEMBAGAAN DESA 1 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat http://pnpm support.org/pnpm respek evaluation KAPASITAS INFRASTRUKTUR DAN KELEMBAGAAN DESA (OKTOBER 2011) OLEH AKATIGA SERI RINGKASAN STUDI 2 Mengatasi

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (S O P) FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN 2015 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6

BAB I PENDAHULUAN. Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berakhirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) salah satunya ditandai dengan diberlakukannya UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa. PNPM-MP

Lebih terperinci

BAB I PENDHAULUAN. dari masyarakat penerima program maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai

BAB I PENDHAULUAN. dari masyarakat penerima program maka hasil pembangunan tersebut akan sesuai 1 BAB I PENDHAULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Strategi pembangunan yang berorientasi pada pembangunan manusia dalam pelaksanaannya sangat mensyaratkan keterlibatan langsung dari masyarakat penerima program

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYEDIA DAN PENGELOLA PEMBIAYAAN TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang, sebagai negara berkembang indonesia terus melakukan upaya-upaya untuk menjadi negara maju, yaitu dengan terus melaksanakan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 1. TinjauanPustaka PNPM Mandiri PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat

Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Ringkasan Eksekutif Kamis 2 Mei 2013, jam 9.00 s/d 13.30 Kantor Sekretariat Pokja, Grand Kebon Sirih, Jakarta Pusat Pimpinan pertemuan: Pak Sujana Royat, Deputi Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Kerja

Kerangka Acuan Kerja Kerangka Acuan Kerja Pemandu Pelatihan Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota Program Pamsimas II TRAINING DEVELOPMENT AND PROJECT MANAGEMENT SERVICES TO CENTRAL PROJECT MANAGEMENT UNIT [CPMU] 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto F.1306618 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan sosial. Oleh karena itu, hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat

Lebih terperinci

FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN

FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN FREQUENT ASK QUESTION (FAQ) PENYUSUNAN PROPOSAL PNPM PEDULI FASE 2 KEMITRAAN INFORMASI UMUM 1. Apa yang dimaksud dengan PNPM Peduli? PNPM Peduli adalah program Pemerintah yang didesain khusus untuk menjangkau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor

BAB I PENDAHULUAN. kantor, hingga pembelian barang dan jasa untuk kantor pemerintah. Bahkan sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kontrak untuk pekerjaan publik antara pemerintah dengan sektor swasta/privat merupakan bisnis dengan ukuran yang sangat besar. Mulai dari proyek-proyek infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Salah satu tujuan Nasional Republik Indonesia yang ada pada Pembukaaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum. Namun dalam upaya mencapai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA DI LINGKUNGAN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN ACEH, SUMATERA UTARA, RIAU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan ibu rumah tangga dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat. Kompleksnya kebutuhan

Lebih terperinci

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 4.1. Dinamika Disparitas Wilayah Pembangunan wilayah merupakan sub sistem dari pembangunan koridor ekonomi dan provinsi dan merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dari situasi sebelumnya. Otonomi Daerah yang juga dapat dimaknai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik telah memberikan nuansa baru yang sama sekali berbeda

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228 dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengahtengah masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia masalah kemiskinan

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013 DIREKTORAT PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN LATAR BELAKANG Pada Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/665/2017 TENTANG TIM REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA (PKHI) TAHUN 1439 H/2018 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemiskinan merupakan kondisi ketidakmampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan kehidupan yang layak. Kemiskinan memiliki ciri yang berbeda

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian

METODOLOGI KAJIAN Lokasi dan Waktu Kajian III. METODOLOGI KAJIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian Lapangan dilaksanakan di Desa Mambalan Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Propinsi NTB, yang dimulai sejak Praktek Lapangan I (dilaksanakan

Lebih terperinci

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2010 LAPORAN UJI PETIK KEGIATAN SIKLUS MASYARAKAT PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Periode : Bulan Juli - September 2010 I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM Dana BLM

Lebih terperinci

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI

Executive Summary EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI EXECUTIVE SUMMARY PENGKAJIAN MODEL KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN AIR IRIGASI Desember, 2011 KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Pengkajian Model Kelembagaan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang kompleks, bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga menyangkut kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang

Lebih terperinci

Perkembangan Kelembagaan BKM

Perkembangan Kelembagaan BKM Potret Kemandirian BKM Tahun 2014 Tantangan Penaganan Kawasan Kumuh 2015 A. 12 Aspek Lemah Kemandirian BKM Hasil Penilaian IDF 2013 Pada Bulan September 2014 lalu melalui Surat KMP no 16/NMC/PNPM -Perkotaan/IX/2014,

Lebih terperinci

LINGKUP TUGAS FASILITATOR SATUAN KERJA REHABILITASI/REKONSTRUKSI RUMAH PASKA GEMPA BUMI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LINGKUP TUGAS FASILITATOR SATUAN KERJA REHABILITASI/REKONSTRUKSI RUMAH PASKA GEMPA BUMI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LINGKUP TUGAS FASILITATOR SATUAN KERJA REHABILITASI/REKONSTRUKSI RUMAH PASKA GEMPA BUMI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Tujuan Fasilitator mampu mengenali tugas dan fungsinya sebagai pendamping, sehingga

Lebih terperinci

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT P R O F I L PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Gambaran Umum Provinsi NTB Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terletak antara 115 45-119 10

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 24 TAHUN TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 24 TAHUN TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTANN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 24 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS PEKERJAAN UMUMM DAN PENATAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA LURAH UNTUK MELAKSANAKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

MAYA SUARA

MAYA SUARA MAYA SUARA www.mayasuara.com mayasuara@yahoo.co.id 081288897698 PEKERJAAN TAHAP 1 SISTEM INFORMASI TATA KELOLA MASJID PROFIL PROYEK Nama Proyek : Pembangunan Sistem Informasi Masjid Berbasis Komunitas

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran Pembangunan Millennium (Millennium Development Goals atau disingkat dalam bahasa Inggris MDGs) adalah delapan tujuan yang diupayakan untuk dicapai pada tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, masalah kemiskinan telah menjadi masalah internasional, terbukti PBB telah menetapkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan yang ingin dicapai

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENGANTAR

DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang II. Dasar Hukum III. Gambaran Umum 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Gambaran Umum Demografis 3. Kondisi Ekonomi BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN

PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN PENJELASAN VII PEMANTAUAN, PENGAWASAN, EVALUASI, AUDIT, DAN PELAPORAN Kegiatan pengendalian dalam PNPM Mandiri Perdesaan terdiri dari pemantauan, pengawasan, audit, evaluasi, dan pelaporan. Dalam buku

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/Menlhk/Setjen/OTL.0/1/2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 106 TAHUN 2016 TAHUN TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI PEMERINTAHAN DESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Papua merupakan daerah di kawasan timur Indonesia yang mengalami ketertinggalan pembangunan selama beberapa dekade. Pada era otonomi daerah, kebijakan Otonomi Khusus

Lebih terperinci

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009

newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 newsletter Terbitan No. 1, Mei 2009 Mengapa Kebudayaan? Tujuan, Komponen Utama Bagaimana cara kerjanya?, Tentang PNPM Mandiri Perdesaan, Kegiatan Kegiatan Mendatang Kegiatan Budaya Meramaikan Pertemuan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/54/2014 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/54/2014 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/54/2014 TENTANG TIM REKRUTMEN PETUGAS KESEHATAN HAJI INDONESIA TAHUN 1436 H/2015 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 No. 12/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2012 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. beruntung (disadvabtaged groups), seperti orang miskin, orang dengan kecacatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pekerjaan sosial adalah aktivitas kemanusiaan yang sejak kelahirannya sekian abad yang lalu telah memiliki perhatian yang mendalam pada pemberdayaan masyarakat, khususnya

Lebih terperinci

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2.

Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Pangan dan Perkebunan terdiri dari : a. Kepala; b. Sekretariat, terdiri dari : 1. Sub Bagian Perencanaan; 2. BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 105 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN CILACAP

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN WALIKOTA KEPADA CAMAT UNTUK MELAKSANAKAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci