ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU SOCIAL ENTREPRENEUR POSDAYA KREATIF DI KECAMATAN BOGOR BARAT SUHARTINI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU SOCIAL ENTREPRENEUR POSDAYA KREATIF DI KECAMATAN BOGOR BARAT SUHARTINI"

Transkripsi

1 ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU SOCIAL ENTREPRENEUR POSDAYA KREATIF DI KECAMATAN BOGOR BARAT SUHARTINI DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Karakteristik dan Perilaku Social Entrepreneur Posdaya Kreatif di Kecamatan Bogor Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2014 Suhartini NIM H

4 ABSTRAK SUHARTINI. Analisis Karakteristik dan Perilaku Social Entrepreneur Posdaya Kreatif di Kecamatan Bogor Barat. Dibimbing oleh ANDRIYONO KILAT ADHI. Social Entrepreneur adalah seseorang yang mampu menyelesaikan masalah sosial dengan menggunakan prinsip-prinsip Entrepreneur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kader posdaya dan perilaku social entrepreneur serta hubungan antara karakteristik kader posdaya dan perilaku social entrepreneur posdaya kreatif di Kecamatan Bogor Barat. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, uji Chi Square, dan uji Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kader posdaya yang memiliki perilaku tertinggi adalah kader posdaya perempuan, berusia dewasa (26-45 tahun), lulusan SMA, bekerja sebagai wirausaha, menjadi kader selama 4-6 tahun, dan memiliki etika yang tinggi. Berdasarkan hasil dari uji Chi Square dan uji Rank Spearman menunjukkan bahwa sebagian besar karakteristik responden tidak memiliki hubungan yang nyata dengan unsur-unsur perilaku social entrepreneur. hanya terdapat hubungan nyata (α = 0.05) antara jenis kelamin dengan perilaku, visioner dengan tindakan, visioner dengan perilaku, kreatif dengan sikap, kreatif dengan perilaku, berjiwa entrepreneur dengan sikap, berjiwa entrepreneur dengan perilaku, beretika dengan tindakan dan beretika dengan perilaku. Kata Kunci : karakteristik, perilaku, posdaya kreatif, social entrepreneur ABSTRACT SUHARTINI. Analysis of Characteristics and Social Entrepreneur Behavior Posdaya Kreatif in West Bogor Subdistrict. Supervised by ANDRIYONO KILAT ADHI. Social Entrepreneur is someone who is able to resolve social problems by using the principles of Entrepreneur. This study aimed to analyze the characteristics of the individual and social behaviors posdaya kreatif entrepreneur and the relationship between behavioral characteristics of individuals with social entrepreneur creative s posdaya in West Bogor subdistrict. The analytical tool used are descriptive analysis, Chi Square test and Spearman Rank test. The results showed that the behavioral characteristics of individuals who have the highest social entrepreneur are woman, aged adults (26-45 years), high school educated, worked as an entrepreneur, being a cadre Posdaya for 4-6 years, and high ethical. Based on the results of the Chi Square and Spearman Rank indicates that most of the characteristics of the respondents do not have a real relationship with the elements of behavior Social Entrepreneur. Only there is a real connection between the actions and visionary, creative and attitude, entrepreneurial and attitude, and ethics in action. Keywords: behavior, characteristics, posdaya kreatif, social entrepreneur

5 ANALISIS KARAKTERISTIK DAN PERILAKU SOCIAL ENTREPRENEUR POSDAYA KREATIF DI KECAMATAN BOGOR BARAT SUHARTINI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

6

7

8 PRAKATA Segala puji bagi Allah SWT atas kuasa dan kehendak-nya penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir yang berjudul Analisis Karakteristik dan Perilaku Social Entreprenenur Posdaya Kreatif di Kecamatan Bogor Barat, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi. Penelitian ini dilaksanakan di 6 kelurahan, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor dari bulan Mei 2014 hingga Juni Penulis menyampaikan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis yang senantiasa memberikan perhatian, dorongan semangat dan kasih sayang selama penulis belajar, Febriantina, SE. MSc. MM selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, ajaran dan didikannya selama ini, Dr.Ir. Andriyono Kilat Adhi selaku dosen pembimbing skripsi atas perhatian, bantuan, arahan, dan bimbingan kepada penulis dalam penulisan tugas akhir ini, dan semua pihak yang telah memberikan semangat dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian tugas akhir ini dengan baik. Penulis mohon maaf bila dalam penulisan tugas akhir ini masih terdapat kekurangan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, September 2014 Suhartini

9 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN x PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan Penelitian 6 Manfaat Penelitian 6 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 7 Karakteristik Kader Posdaya Kreatif 7 Karakteristik Social Entrepreneur 7 Perilaku Sociopreneur Posdaya Kreatif 8 KERANGKA PEMIKIRAN 9 Kerangka Pemikiran Teoritis 9 Kerangka Pemikiran Operasional 11 METODE PENELITIAN 13 GAMBARAN UMUM 19 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 Karakteristik Kader Posdaya 23 Karakteristik Social Entrepreneur 26 Perilaku Social Entrepreneur 29 SIMPULAN DAN SARAN 37 Simpulan 37 Saran 37 DAFTAR PUSTAKA 38 LAMPIRAN 39 RIWAYAT HIDUP 55

10 DAFTAR TABEL 1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat tahun Jumlah penduduk miskin di Kota Provinsi Jawa Barat tahun Jumlah penyandang permasalahan sosial di Kecamatan Bogor Barat tahun Kriteria Penilaian Skor Kuesioner 15 5 Distribusi kader posdaya berdasarkan jenis kelamin 24 6 Distribusi kader posdaya berdasarkan usia 24 7 Distribusi kader posdaya berdasarkan tingkat pendidikan 25 8 Distribusi kader posdaya berdasarkan status pekerjaan 25 9 Distribusi kader posdaya berdasarkan lama kepengurusan Distribusi kader posdaya berdasarkan tingkat sifat visioner Distribusi kader posdaya berdasarkan tingkat sifat kreatif Distribusi kader posdaya berdasarkan tingkat sifat berjiwa entrepreneur Distribusi kader posdaya berdasarkan tingkat sifat beretika Distribusi kader posdaya berdasarkan tingkat sifat inovasi sosial Distribusi Social Entrepreneur berdasarkan tingkat pengetahuan Distribusi Social Entrepreneur berdasarkan tingkat sikap Distribusi Social Entrepreneur berdasarkan tingkat tindakan Sebaran kader posdaya berdasarkan perilaku social entrepreneur Hubungan Karakteristik dengan Perilaku Social Entrepreneur Posdaya Kreatif Tahun DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka Pemikiran Operasional analisis karakteristik dan perilaku Social Entrepreneur posdaya kreatif 12 DAFTAR LAMPIRAN 1 Kuesioner penelitian 40 2 Data Karakteristik Kader Posdaya Kreatif Kecamatan Bogor Barat Mei- Juni Skor Karakteristik Social Entrepreneur Kecamatan Bogor Barat Mei- Juni Skor Responden terhadap perilaku Social Entrepreneur dan unsurunsurnya 47 5 Hasil Kriteria penilaian Skor Kuesioner Perilaku Social Entrepreneur Kecamatan Bogor Barat Mei-Juni Uji Reliabilitas dan validitas kuesioner 49 7 Hasil Output Uji Rank Spearman 51 8 Hasil Uji Chi Square kuesioner 52

11 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki potensi agribisnis yang sangat besar. Selain sumberdaya alam, sumberdaya manusia di Indonesia jumlahnya juga sangat banyak. Akan tetapi, sumberdaya ini belum bisa dimanfaatkan secara optimal. Jumlah penduduk miskin di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 28,07 juta orang atau sekitar 11,37% dari jumlah penduduk di Indonesia (BPS 2013). Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia masih terjadi ketidakmerataan atau kesenjangan ekonomi. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai macam upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan di Indonesia. Sebagian dari upaya penanggulangan ini membawa hasil, sebagiannya tidak memberikan dampak apaapa. Tingginya tingkat kemiskinan ini selaras dengan tingginya tingkat pengangguran. Jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7,39 juta orang dengan jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 6,25% (BPS 2013). Pada era globalisasi, sumberdaya manusia Indonesia harus memiliki minimal tiga karakteristik pokok yaitu produktif sebagai angkatan kerja, kejernihan pikiran dan cerdas, serta kreatif. Pada kenyatannya, sumberdaya manusia di bidang agribisnis pada saat ini memiliki karakteristik dengan etos kerja yang rendah, starata pendidikan yang kurang menunjang, wawasan kepemimpinan yang rendah, serta wawasan kepemimpinan yang sempit (Pambudy et al. 1999). Pengukuran kualitas sumberdaya manusia dapat ditunjukkan dengan tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Nilai IPM diperoleh dari penjumlahan 3 indikator yaitu kesehatan, pendidikan, dan daya beli masyarakat. Indikator yang ketiga yaitu daya beli masyarakat sangat erat kaitannya dengan kemiskinan masyarakat. Pada tahun 2012, tingkat IPM di Indonesia sebesar 73,29. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 72,77 (BPS 2013). Tabel 1 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Jawa Barat tahun No Tahun IPM , , , , , ,11 Sumber: BPS diolah (2013) Peningkatan IPM di Indonesia tersebar di berbagai daerah, salah satunya di daerah Jawa Barat. Berdasarkan informasi dari BPS, nilai IPM masyarakat di

12 2 provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang mengindikasikan bahwa kualitas SDM di Jawa Barat juga semakin meningkat. Nilai IPM yang tinggi menunjukkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat tinggi, artinya tingkat kemiskinan rendah. Hal ini senada dengan kenyataan di lapang. Berdasarkan informasi dari BPS, jumlah penduduk miskin di kota Provinsi Jawa Barat hampir selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin di kota Provinsi Jawa Barat mencapai orang. Tabel 2 Jumlah penduduk miskin di Kota Provinsi Jawa Barat tahun No Tahun Jumlah (000) orang , , , , , , Sumber: BPS diolah (2013) Bogor adalah satu kota besar di Indonesia. Letak kota Bogor yang berada di dekat pusat pemerintahan Indonesia, Jakarta dengan jarak sekitar 50 Km dan berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten Bogor menjadikan Kota Bogor mempunyai potensi yang strategis bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan jasa, pusat kegiatan nasional untuk industri, perdagangan, transportasi, komunikasi, dan pariwisata. Pada tahun 2012, IPM kota Bogor sudah mencapai 76,40. Nilai IPM kota Bogor lebih tinggi dibanding nilai IPM jawa Barat yang hanya mencapai 73,11 pada tahun Berdasarkan RPJMD, IPM untuk kota Bogor pada tahun 2014 ditargetkan nilainya mencapai angka 80,73. Salah satu dari 6 kecamatan yang ada di Kota Bogor adalah kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Bogor memiliki luas wilayah 3.174,00 Ha atau sekitar 0,3 % dari luas wilayah Kota Bogor secara keseluruhan. Kecamatan Bogor Barat memiliki visi menjadi kecamatan yang aman, tertib dan nyaman menuju masyarakat sejahtera. Kecamatan Bogor Barat juga memiliki 4 misi untuk mewujudkan visinya. Dari keempat misi tersebut, terdapat satu misi yang bersinergi dengan program pemerintah dalam meningkatkan sektor agribisnis di Indonesia, yaitu mendorong dan menumbuhkembangkan ekonomi rakyat yang berbasiskan potensi sumber daya lokal. Bogor Barat memiliki 16 kelurahan yaitu kelurahan Menteng, Pasir Kuda, Pasir Jaya, Pasir Mulya, Gunung Batu, Bubulak, Situ Gede, Margajaya, Balumbang Jaya, Semplak, Cilendek Timur, Cilendek Barat, Curug, Loji, Curug Mekar, dan Sindang Barang. Setiap kelurahan di Bogor Barat memiliki potensi sumber daya lokal yang berbeda. Potensi lokal di setiap kelurahan inilah yang dapat menumbuhkembangkan perekonomian di Bogor Barat. Pada Tahun 2012,

13 Kecamatan Bogor Barat memiliki 796 RT (Rukun Tetangga) dan 196 RW (Rukun Warga). Sedangkan pada tahun 2009 jumlah RT ada 769 dan RW 191, hal ini terjadi sebagai akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Jumlah penduduk yang semakin meningkat tiap tahunnya berdampak pada adanya jumlah tenaga kerja yang semakin meningkat juga di Kecamatan Bogor Barat 1. Di kota Bogor sendiri, kemiskinan dianggap sebagai salah satu permasalahan sosial. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ingin diselesaikan oleh pemerintah kota Bogor. Berbagai program pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan telah dilakukan, salah satunya adalah program pemberian dana hibah. Di kecamatan Bogor Barat sendiri, jumlah kemiskinan masih tinggi. Jumlah fakir miskin pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 9803 orang. Padahal sebelumnya pada tahun 2011 jumlahnya hanya 9508 orang. Tabel 3 Jumlah penyandang permasalahan sosial di Kecamatan Bogor Barat tahun Permasalahan sosial Anak terlantar Balita terlantar Lansia terlantar Anak nakal 0 0 Korban narkoba Eks penderita penyakit kronis 0 7 Gelandangan 6 2 Pengemis Tuna susila Fakir miskin Sumber : Kecamatan Bogor Barat dalam angka 2012 Berdasarkan pernyataan dari PBB, suatu negara akan mampu membangun perekonomiannya apabila memiliki wirausaha sejumlah dua persen dari total penduduknya. Berbagai macam penelitian juga menyatakan hal yang sama. Kewirausahaan adalah salah satu solusi untuk mengatasi masalah kemiskinan. Kewirausahaan diartikan sebagai usaha atau kegiatan dalam rangka meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkatan yang lebih tinggi, baik produktivitas maupun manfaatnya (Juwaini 2011). Kewirausahaan pada zaman sekarang terbagi menjadi beberapa kategori, salah satunya adalah kewirausahaan sosial atau social entrepreneurship. Salah satu solusi untuk mencegah dan mengurangi adanya permasalahan sosial terkait kemiskinan yaitu dengan memberdayakan masyarakat melalui model 3 1 Profil Kota Bogor Kecamatan Bogor Barat. [Diakses tanggal 26 Mei 2014]

14 4 Social Enterpreneur. Sektor agribisnis dari komoditas unggulan lokal pada setiap kelurahan di Kecamatan Bogor Barat dapat dikembangkan oleh masyarakat melalui pengelolaan oleh Social Enterpreneur. Pembukaan lapangan usaha melalui jiwa wirausaha sosial atau Social Enterpreneur diharapkan mampu mengurangi jumlah pengangguran. Seorang Social Enterpreneur menciptakan usaha yang sesuai dengan kemampuan masyarakat. Usaha yang berbasiskan komoditas unggulan lokal dan kearifan lokal terbukti mampu berkembang dan mampu mengurangi angka kemiskinan. Kewirausahaan sosial atau Social Enterpreneurship merupakan kegiatan yang ditujukan terutama pada penciptaan nilai sosial atas dan di atas eksternalitas positif biasa mencari keuntungan bisnis (Paredo 2008). Karakter seorang Social Enterpreneur sangat dibutuhkan di perkotaan. Peran mereka untuk meningkatkan perekonomian sangat besar. Para sociopreneur memiliki jiwa bisnis yang mampu mengajak para masyarakat untuk bekerjasama dalam memanfaatkan potensi lokal yang mereka miliki. Social Enterpreneur memiliki peranan yang penting dalam memajukan usaha-usaha mikro dan kecil menengah di kalangan masyarakat. Bentuk dari Social Enterpreneur yang ada di masyarakat adalah seorang kader Posdaya. Posdaya merupakan gagasan baru yang muncul sebagai salah satu respon terhadap himbauan pemerintah Indonesia untuk membangun kualitas manusia. Posdaya atau pos pemberdayaan keluarga adalah wadah silaturrahim warga yang berada di tingkat RW. Posdaya dibentuk untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Posdaya pertama kali didirikan di Desa Girimulya Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor oleh IPB pada tahun Berdasarkan Laporan Akhir tahun dari P2SDM LPPM IPB tahun 2013, jumlah posdaya di Indonesia pada tahun ini mencapai hampir Pertumbuhan jumlah posdaya yang sangat tinggi mengindikasikan bahwa posdaya mampu beradaptasi dan diterima oleh masyarakat Indonesia. Posdaya dibentuk dari empat aspek pokok yaitu pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi. Keempat aspek tersebut adalah aspek yang sudah ada di masyarakat. Posdaya hanya menjadi penghubung dan pemersatu dari keempat aspek tersebut. Perkembangan posdaya semakin tinggi memerlukan tingkat pengukuran dan kriteria keberhasilan posdaya. Berdasarkan tingkat kinerja posdaya, posdaya dikategorikan dalam 5 kelompok yaitu posdaya potensial, dinamis, produktif, kreatif, dan inovatif. Penentuan skor kinerja posdaya diukur dari aspek kesekretariatan, kemitraan, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan. Kota Bogor memiliki 68 posdaya yang tersebar di 68 kelurahan. Posdayaposdaya tersebut memiliki kategori yang berbeda. Tingkatan kategori tertinggi yang dicapai kota Bogor adalah posdaya kreatif. Terdapat 15 posdaya yang berada pada kategori posdaya kreatif di kota Bogor (Muljono et al. 2013). Dari ke lima belas posdaya tersebut, enam posdaya di antaranya berada di kota Bogor kecamatan Bogor Barat. Posdaya-posdaya yang masuk dalam kategori posdaya kreatif di Kecamatan Bogor Barat adalah posdaya Kenanga, Sejahtera, Mandiri, Puspa Lestari, Bina Sejahtera, dan Panca Galih. Posdaya atau Pos Pemberdayaan Keluarga merupakan salah satu bentuk organisasi masyarakat yang ada di wilayah RW. Posdaya setidaknya memiliki 7 kader. Di Kecamatan Kota Bogor Barat terdapat 6 posdaya yang tergolong

15 sebagai posdaya kreatif. Posdaya-posdaya ini mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat di RW-nya. Karakteristik dan perilaku kader posdaya kreatif di Kecamatan Bogor Barat perlu dikaji sehingga didapatkan informasi tentang karakteristik dan perilaku Social Enterpreneur posdaya kreatif. 5 Perumusan Masalah Sejak posdaya pertama kali didirikan di Indonesia pada tahun 2007, pertumbuhan jumlahnya semakin meningkat. Pada tahun 2014 jumlah posdaya di Indonesia hampir mencapai Jumlah posdaya yang semakin banyak di Indonesia membutuhkan tingkat pengukuran kualitas dari kinerja posdaya. LPPM P2SDM IPB melakukan pengklasifikasian terhadap posdaya menjadi 5 kriteria berdasarkan tingkat kinerjanya. Kinerja posdaya dinilai dari 6 aspek yaitu aspek kesekretariatan, aspek kemitraan, aspek pendidikan, aspek ekonomi, aspek kesehatan, dan aspek lingkungan. Keenam aspek ini memiliki total skor kinerja terbobot berkisar antara Kategori posdaya dikelompokkan menjadi 5 bagian yaitu posdaya potensial dengan skor 0-20, posdaya dinamis dengan skor 20-40, posdaya produktif dengan skor 40-60, posdaya kreatif dengan skor 60-80, dan posdaya inovatif dengan skor Semakin tinggi tingkat kinerja posdaya artinya semakin tinggi pula nilai IPM kader posdayanya (Muljono et al. 2013). Di Kota Bogor terdapat sekitar 68 posdaya. Tingkat kinerja posdaya di kota Bogor tidak semuanya sama. Posdaya yang berada di Kota Bogor sebagian besar berada pada kategori posdaya produktif, yakni memiliki skor kinerja Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LPPM IPB pada tahun 2013, diperoleh hasil bahwa dari 50 posdaya di kota Bogor terdapat 15 posdaya yang mencapai kategori posdaya kreatif. Dari kelima belas posdaya kreatif tersebut, terdapat 6 posdaya yang berada di kecamatan kota Bogor Barat. Posdaya kreatif adalah posdaya yang memiliki kriteria skor kinerja pada range dari total skor 100. Jumlah posdaya kreatif di Kota Bogor masih relatif sedikit. Posdaya dapat mencapai kategori kreatif karena memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik. Tingkat kualitas SDM yang baik menunjukkan bahwa IPM yang dimiliki tinggi. Sehingga kualitas SDM di Posdaya kreatif perlu dipelajari karakteristik dan perilakunya. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana karakteristik kader posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat? 2. Bagaimana perilaku social entrepreneur posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat? 3. Bagaimana hubungan antara karakteristik kader posdaya dan perilaku social entrepreneur posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat?

16 6 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mendiskripsikan karakteristik kader posdaya yang terdiri dari karakteristik individu dan karakteristik social entrepreneur posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat. 2. Menganalisis perilaku social entrepreneur posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat. 3. Menganalisis hubungan antara karakteristik dan perilaku social entrepreneur posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat. Manfaat Penelitian Manfaaat yang diharapkan dari penelitian ini bagi penulis adalah untuk melatih kemampuan analisis penulis, serta pengaplikasian konsep-konsep ilmu pengetahuan yang diterima selama kuliah dengan mengamati keadaan atau masalah yang ada di lapangan. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi posdaya lain yang ingin berkembang menjadi posdaya kreatif ataupun inovatif dengan mempelajari karakteristik dan perilaku social entrepreneur posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat. Sedangkan untuk perguruan tinggi dan kalangan akademisi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi akademik dan bahan kajian atau acuan untuk penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengenai analisis karakteristik dan perilaku social entrepreneur posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat. Karakteristik kader posdaya yang diteliti terdiri dari karakteristik individu dan karakteristik social entrepreneur. Karakteristik individu yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan lama menjadi kader posdaya, sedangkan karakteristik social entrepreneur yang diteliti meliputi visioner, kreatif, berjiwa entrepreneur, beretika, dan inovasi sosial. Perilaku social entrepreneur yang dianalisis meliputi pengetahuan social entrepreneur, sikap social entrepreneur, dan tindakan social entrepreneur. Lokasi penelitian dilakukan di posdaya kreatif kecamatan Bogor Barat, yaitu kelurahan Pasir Kuda, kelurahan Pasir Mulya, Kelurahan Sindang Barang, Kelurahan Loji, kelurahan Bubulak, dan kelurahan Situ Gede. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Statistik Deskriptif, Analisis Korelasi Chi Square, dan Analisis korelasi Rank Spearman.

17 7 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Kader Posdaya Kreatif Widodo (2011) melakukan penelitian tentang karakteristik dan perilaku wirausaha pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor. Karakteristik individu yang diteliti meliputi umur, tingkat pendidikan, asal daerah dan jumlah tanggungan keluarga. Alat analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif, uji Rank Spearman dan uji Chi Square. Berbeda dengan Subachtiar (2013) yang melakukan penelitian tentang karakteristik dan perilaku wirausaha mahasiswa pengusaha di Institut Pertanian Bogor. Karakteristik individu yang diteliti meliputi Jenis Kelamin, Asal Fakultas, IPK, Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu, Jenis Usaha yang Digeluti, Sumber Modal Usaha, Penghasilan Usaha per Bulan, Lama Usaha dan Keikutsertaan dalam Komunitas Wirausaha. Alat analisis yang digunakan adalah statistika deskriptif, uji Rank Spearman dan uji Chi Square. Pambudy et al. (2011) juga melakukan penelitian terkait perilaku wirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Karakteristik individu yang diteliti meliputi Jenis Kelamin, Asal Fakultas, IPK, Uang Saku per Bualan, Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu, Suku Daerah, Keikutsertaan dalam Pelatihan Kewirausahaan, Pernah atau Tidak Melakukan Kegiatan Berwirausaha, dan Kegiatan Wirausaha yang dijalani saat ini. Alat analisis yang digunakan adalah analisis statistika deskriptif, analisis Rank Spearman, analisis Chi Square dan analisis Plotter. Menurut Suharti (2012), terdapat beberapa faktor karakteristik internal yang berpengaruh dalam niat kewirausahaan yaitu umur, sifat, jenis kelamin, pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga. Karakteristik kader posdaya terdiri dari jenis kelamin, golongan umur, pekerjaan, dan pendidikan (Widyana 2013). Karakteristik individu berpengaruh terhadap perilaku kewirausahaan yang dilakukannya. Pada tahun 2012, Priyono dalam penelitiannya tentang perilaku kewirausahaan menyatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kewirausahaan yang dilakukan oleh kaum perempuan. Faktor-faktor internal yang berpengaruh adalah karakteristik personal yang saling terkait yatu usia, pendidikan, jenis kelamin, dan status perkawinan. Berdasarkan peelitian terdahulu dan penyesuaian karakteristik responden kader posdaya kreatif, maka karakteristik individu yang akan diteliti meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan lama menjadi kader posdaya. Karakteristik Social Entrepreneur Pengertian sederhana dari social entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan dan kesehatan (healthcare) (Santosa 2007).

18 8 Wiguna (2013) menyatakan bahwa Social Entrepreneur merupakan gagasan yang muncul pertama kali dari sistem ekonomi di wilayah Eropa yang berorientasi pada proses dan perilaku. Social Entrepreneur bertujuan untuk meningkatkan aspek sosial serta menerapkan strategi terintegrasi antara aspek sosial dan ekonomi sehingga performanya dapat diketahui dari kontribusi yang diberikan dalam upaya meningkatkan aspek sosial. Social Entrepreneur memanfaatkan sumber daya yang ada di daerah berdasarkan kebutuhan atau need-based. Karakteristik kegiatan wirausaha sosial adalah sebagai berikut: 1. Tugas wirausaha sosial ialah mengenali adanya kemacetan atau kemandegan dalam kehidupan masyarakat dan menyediakan jalan keluar dari kemacetan atau kemandegan itu. Ia menemukan apa yang tidak berfungsi, memecahkan masalah dengan mengubah sistemnya, menyebarluaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat untuk berani melakukan perubahan. 2. Wirausaha sosial tidak puas hanya memberi ikan atau mengajarkan cara memancing ikan. Ia tidak akan diam hingga industri perikanan pun berubah. Jika wirausahawan bisnis mengukur kinerja dengan keuntungan dan pendapatan (pengembalian modal), maka wirausahawan sosial diukur keberhasilannya dari dampak aktivitasnya terhadap masyarakat. Perilaku Social Entrepreneur Posdaya Kreatif Perilaku wirausaha adalah segala sesuatu kegiatan ekonomi dan bisnis yang polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu inovasi, kepemimpinan, akumulasi modal, manajerial, dan kemampuan menanggung risiko.pendidikan, pengalaman usaha, motivasi, dan lokasi usaha berpengaruh pada perilaku wirausaha. Perubahan perilaku seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor lingkungan dimana individu bersosialisasi. Perilaku wirausaha dibentuk oleh 3 unsur yaitu pengetahuan wirausaha, sikap wirausaha, dan tindakan wirausaha (Widodo 2011, Pambudy et al. 2011, Subachtiar 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pambudy et al. 2011, perilaku wirausaha paling tinggi dibentuk oleh unsur pengetahuan. Pengetahuan yang tinggi dapat menciptakan seseorang menuju kesuksesan dalam berwirausaha. Widodo (2011) dalam penelitiannya tentang perilaku wirausaha pedagang martabak manis memperoleh hasil bahwa perilaku wirausaha paling dominan dibentuk oleh unsur pengetahuan dan sikap. Dimana pengetahuan berada dalam kategori sangat tinggi dan sikap berada dalam kategori tinggi. Subachtiar (2013) dalam penelitiannya tentang perilaku wirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor memperoleh hasil bahwa perilaku wirausaha paling dominan dibentuk pengetahuan dan tindakan. Pengetahuan dan tindakan mahasiswa berada dalam kategori sangat tinggi. Sedangkan sikap berada dalam kategori tinggi. Posdaya menciptakan entrepreneur yang berjiwa inovatif dan mampu menciptakan atau mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi sesuatu yang bermanfaat. Seseorang yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat

19 dengan menerapkan prinsip-prinsip wirausaha dikenal dengan nama Social Enterpreneur. Social Enterpreneur merupakan salah satu alternatif pemberdayaan masyarakat (Utomo 2012). Social Enterpreneur harus efisiensi dan menghasilkan keuntungan yang optimal. Namun, keadilan sosial baik secara intern maupun dengan masyarakat sekitar merupakan hal yang penting dan tidak boleh diremehkan. Prinsip Social Enterpreneur yang digagas merupakan variabel pendorong dalam hal menekan pengangguran dan pemecahan masalah pemerataan pendapatan yang ada di masyarakat (Pebriani et al. 2011). Anggota posdaya Bina Sejahtera, kecamatan Bogor Barat memperoleh kompetensi pengembangan kewirausahaan secara dominan pada aspek pengetahuan dan sikap (Widyana 2013). Perilaku Social Enterpreneur posdaya dibentuk oleh adanya perubahan pengetahuan dan sikap setelah adanya transformasi pelatihan dan pendidikan serta pendampingan oleh posdaya. Posdaya mampu menciptakan entrepreneur yang berjiwa inovatif dan mampu menciptakan atau mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi sesuatu yang bermanfaat. Kader posdaya mencari sesuatu di daerah untuk menambah motivasi, memperkuat jiwa yang kreatif, entrepreneur yang mampu mendampingi anggota posdaya mencipta atau mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi lebih menguntungkan dan sekaligus mengantar rakyat lebih sejahtera dan mandiri (Suyono 2013). 9 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Karakteristik Kader Posdaya Kreatif Kader Posdaya adalah seseorang yang mencari sesuatu di daerah untuk menambah motivasi, memperkuat jiwa yang kreatif, entrepreneur yang mampu mendampingi anggota posdaya mencipta atau mengubah sesuatu yang tidak berharga menjadi lebih menguntungkan dan sekaligus mengantar rakyat lebih sejahtera dan mandiri (Suyono 2013). Kader-kader posdaya kreatif bidang ekonomi pertanian memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik tersebut disebut dengan karakteristik individu. Pengertian karakteristik individu adalah perbedaan individu dengan individu lainnya. Sumber daya yang terpenting dalam posdaya adalah sumber daya manusia, orang-orang yang memberikan tenaga, bakat, kreativitas, dan usaha mereka kepada posdaya agar suatu posdaya dapat tetap berdiri. Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

20 10 Karakteristik Social Entrepreneur Social entrepreneur adalah seorang yang berusaha dalam aktivitas entrepreneur dengan memiliki tujuan utama untuk menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan hidup dengan memberdayakan komunitas melalui kegiatan yang bernilai ekonomi. Social entrepreneur mampu melakukan perubahan ekonomi pada masyarakat dengan menyerap tenaga kerja. Karakteristik Social Entrepreneur adalah sebagai berikut : 1. mengenali masalah yang ada dalam kehidupan masyarakat 2. memecahkan masalah dg mengubah sistemnya, menyebar luaskan pemecahannya, dan meyakinkan seluruh masyarakat 3. memberikan umpan dan kail, bukan memberikan ikan. Karakteristik Social Entrepreneur : 1. Dirintis oleh sekelompok warga atau komunitas. 2. Pengambilan keputusan tidak didasari oleh kepemilikan modal. 3. Bersifat partisipatif. 4. Pembagian profit adil dan terbatas 5. Tujuan sosial untuk manfaat komunitas dinyatakan secara eksplisit Social entrepreneur merupakan karakter yang terbentuk dari gabungan karakter social dan entrepreneur. Karakter social dan entrepreneur sendiri memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : 1. Social a. Kesetaraan meningkat b. Modal sosial a). Share b). Value c). Trust d). korporasi 2. Entrepreneur a. Inovasi b. kreasi Peran social entrepreneur dalam peningkatan ekonomi yaitu memberikan daya cipta dan nilai-nilai sosial maupun ekonomi. Nilai-nilai sosial maupun ekonomi itu antara lain Kesempatan kerja, Inovasi dan kreasi, Modal social dan Peningkatan kesetaraan. Secara lebih rinci, peranan social entrepreneur adalah sebagai berikut : 1. meningkatkan pendapatan masyarakat 2. mengatasi kemiskinan 3. mengurangi angka pengangguran 4. memanfaatkan sumber daya ekonomi untuk mencapai produktivitas masyarakat 5. mengusahakan pemerataan pendapatan 6. memajukan pertumbuhan ekonomi 7. masalah sosial adalah peluang bisnis

21 11 8. dampak dari ide untuk masyarakat Peningkatan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat meliputi Peningkatan pengetahuan, Peningkatan keterampilan, dan Peningkatan motivasi. Perilaku Social Entrepreneur Posdaya Kreatif Perilaku merupakan pola tindakan yang ditunjukkan oleh seseorang dan merupakan kombinasi antara pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau tindakannya. Perilaku dapat dibedakan dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Komponen kognitif dalam perilaku meliputi awarenes dan knowledge terhadap suatu objek atau fenomena. Komponen afektif mengacu pada liking dan preference, sedangkan komponen psikomotorik mengacu pada intention dan actual behaviour terhadap suatu objek atau fenomena (Subachtiar 2013). Perilaku Social Entrepreneur posdaya kreatif terdiri dari 3 unsur yaitu: 1. Pengetahuan Social Entrepreneur 2. Sikap Social Entrepreneur 3. Tindakan Social Entrepreneur Kerangka Pemikiran Operasional Posdaya kreatif adalah posdaya yang sudah memiliki tingkat kinerja yang baik. Di kecamatan Bogor Barat terdapat 6 posdaya kreatif (Muljono et al. 2013). Keenam posdaya ini seringkali menerima kunjungan dari beragam daerah di Indonesia untuk belajar tentang posdaya. Posdaya ini diurus oleh kader-kader posdaya yang berasal dari masyarakat setempat. Kader-kader posdaya adalah salah satu bentuk dari social entrepreneur. Setiap individu yang menjadi kader posdaya memiliki karakteristik yang berbeda. Karakteristik ini terdiri dari karakteristik individu dan karakteristik Social entrepreneur. Karakteristik individu meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan lama menjadi kader posdaya. Sedangkan karakteristik social entrepreneur meliputi visioner, kreatif, berjiwa entrepreneur, beretika, dan inovasi sosial. Setiap karakteristik dideskripsikan agar diketahui karakteristik yang paling menonjol dalam diri Social entrepreneur. Perilaku social entrepreneur dibentuk oleh tiga unsur yaitu pengetahuan, sikap, dan tindakan. Pengetahuan Social entrepreneur dilihat dengan sejauh mana para kader pernah mengikuti pelatihan tentang pemberdayaan masyarakat serta kepekaan para kader posdaya dengan keadaan di lingkungannya. Sikap Social entrepreneur diketahui dengan seberapa besar ketertarikan atau motivasi kader posdaya untuk membantu menyelesaikan masalah sosial yang ada di lingkungannya, khususnya masalah kesenjangan ekonomi. Sedangkan tindakan Social entrepreneur dilihat pada aksi nyata yang telah dilakukan oleh para kader posdaya dalam membantu masyarakat.

22 12 Selanjutnya dilihat hubungan antara karakteristik individu dan karakteristik Social entrepreneur dengan perilaku Social entrepreneur. Apakah karakteristik individu memiliki hubungan dengan unsur-unsur pembentuk perilaku Social entrepreneur atau tidak. Untuk lebih jelasnya, kerangka operasional dapat dilihat sebagai berikut: Kader posdaya kreatif di Bogor Barat mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui usaha di bidang ekonomi pertanian Permasalahan Bagaimana karakteristik kader posdaya, perilaku social enterpreneur posdaya, serta hubungan antara karakteristik dan perilaku social enterpreneur posdaya kreatif di Kecamatan Bogor Barat Karakteristik Kader Posdaya 1. Jenis Kelamin 2. Usia 3. Tingkat Pendidikan 4. Jenis Pekerjaan 5. Lama Menjadi Kader posdaya Karakteristik Social Enterpreneur 1. Visioner 2. Kreatif 3. Berjiwa Enterpreneur 4. Beretika 5. Inovasi sosial Perilaku Social Enterpreneur posdaya kreatif 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Tindakan Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional analisis karakteristik dan perilaku Social Entrepreneur posdaya kreatif

23 13 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai suatu studi kasus yang bersifat deskriptif korelasional mengenai perilaku Social Entrepreneur Posdaya Kreatif. Variabel independen dalam penelitian adalah Perilaku Social Entrepreneur yang dilihat dari karakteristik kader posdaya dan karakteristik social entrepreneur. Karakteristik kader posdaya terdiri dari : Jenis Kelamin, Usia, Tingkat Pendidikan, Jenis Pekerjaan, dan Lama menjadi kader posdaya. Sedangkan karakteristik social entrepreneur terdiri dari visioner, kreatif, berjiwa entrepreneur, beretika, dan inovasi sosial. Variabel dependen penelitian adalah perilaku Social Entrepreneur yang dibentuk dari unsur pengetahuan, sikap, dan tindakan. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di posdaya Kreatif di Kota Bogor Barat yaitu posdaya Puspa Lestari (kelurahan Pasir Kuda), posdaya Bina Sejahtera (kelurahan Pasir Mulya), posdaya Mandiri (kelurahan Sindang Barang), posdaya Panca Galih (kelurahan Loji), posdaya Sejahtera (kelurahan Bubulak) dan posdaya Kenanga (kelurahan Situ Gede). Posdaya kreatif di Bogor Barat merupakan posdaya yang paling sering dijadikan sebagai tempat studi banding oleh posdaya-posdaya di Indonesia. Banyak sekali pejabat pemerintah Daerah yang belajar dari posdaya kreatif ini untuk membentuk posdaya di daerahnya masing-masing. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa posdaya kreatif kota Bogor Barat mampu meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat melalui peran Social Enterpreneur. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei 2014-Juni Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri atas data primer dan data sekunder, baik data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data primer pada penelitian ini berupa hasil yang didapatkan langsung dengan melakukan observasi tempat penelitian, wawancara mendalam dan pembagian kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dari kumpulan-kumpulan literatur atau referensi dan beberapa sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian terdiri atas : data historis masing-masing posdaya kreatif, data yang bersumber dari Badan Pusat Statistika (BPS), data dari pemerintahan kota Bogor, perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor, dan literatur lainnya yang relevan dengan objek penelitian.

24 14 Populasi dan Sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi penelitian ini adalah kader posdaya kreatif di Kota Bogor Kecamatan Bogor Barat. Jumlah semua kader posdaya di Kecamatan Bogor Barat 172 orang. Jumlah posdaya kreatif di Kecamatan Bogor Barat ada 6 posdaya ( P2SDM IPB 2013). Sampel adalah bagian dari objek yang mewakili populasi. Proses penarikan sampel pada penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik Random sampling berarti teknik pengambilan sampel yang memberi peluang sama kepada seluruh anggota populasi untuk dapat dipilih sebagai anggota sampel. Sampel yang diambil dalam penelitian berjumlah 36 orang yang mewakili dari 6 posdaya di Kecamatan Bogor Barat. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Responden penelitian adalah para kader posdaya kreatif di kecamatan Bogor Barat. Kuesioner untuk mengumpulkan data disusun sendiri oleh peneliti dengan berdasarkan pada hasil kajian teori Kewirausahaan dan Social Entrepreneur serta bahan kepustakaan yang sesuai dengan topik di atas. Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas merupakan pengujian yang menunjukkan sejauh mana instrumen penelitian mampu mengukur apa yang ingin diukur. Sedangkan reliabilitas meruapakan pengujian untuk menunjukkan tingkat kekonsistenan hasil pengukuran jika pengukuran dilakukan berulang. Dalam penelitian sosial, uji validitas dan reliabilitas sangat penting untuk dilakukan agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan software SPSS Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach s Alpha > 0,6. Hasil dari uji reliabilitas dan validitas menunjukkan bahwa nilai Cronbach s Alpha sebesar 0,905 artinya kuesionernya reliabel dan valid. Hasil output dapat dilihat dari output SPSS dalam lampiran 6. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melakukan observasi tempat penelitian, wawancara mendalam, dan pengisian kuisioner. Teknik observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di tempat penelitian. Wawancara mendalam dilakukan kepada ketua posdaya kreatif dan kuisioner dibagikan kepada para kader posdaya yang memiliki usaha di bidang ekonomi pertanian. Proses pengumpulan data primer dilakukan untuk

25 mendapatkan informasi mengenai karakteristik dan perilaku Social Enterpreneur posdaya kreatif ekonomi pertanian. Metode Analisis Data Penelitian ini menggunakan dua alat analisis data, yaitu Analisis deskriptif dan Analisis data kuantitatif (analisis korelasi Chi Square dan Rank Spearman), yang diolah menggunakan SPSS 16.0 dan Microsoft Excel. 15 Analisis Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan secara kualitatif karakteristik kader posdaya ekonomi kreatif di Bogor Barat. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menganalisis karakteristik Social Enterpreneur. Metode statistik deskriptif digunakan untuk mengolah data kuantitatif dan merumuskan karakteristik Social Enterpreneur posdaya kreatif. Pengolahan data kuantitatif menggunakan software microsoft office excel Dalam penelitian ini, pemberian skor untuk masing-masing karakteristik Social Enterpreneur dilakukan dengan nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 0. Sedangkan pemberian skor untuk unsur pengetahuan dan unsur tindakan Social Enterpreneur dilakukan dengan nilai tertinggi 15 dan nilai terendah 0. Pada unsur sikap, pemberian skor dilakukan dengan nilai tertinggi 75 dan nilai terendah 0. Skor perilaku Social Enterpreneur merupakan penjumlahan dari skor unsur-unsur (pengetahuan, sikap, dan tindakan) sehingga skor tertingginya berjumlah 105 dan skor terendah adalah 0. Kriteria pemberian skor secara rici dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 4 Kriteria Penilaian Skor Kuesioner No Range Skor karakteristik Social Entrepreneur Range Skor Pengetahuan Range Skor Sikap Range Skor Tindakan Range Skor Perilaku Kriteria Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Analisis Korelasi Chi Square dan Rank Spearman Nazir (2005) menyatakan bahwa uji Chi Square digunakan untuk menguji apakah beberapa ukuran nominal berhubungan satu sama lain atau tidak. Uji tersebut berguna untuk menguji apakah dua atau lebih populasi mempunyai distribusi yang sama. Secara umum, uji Chi Square digunakan dalam penelitian

26 16 untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi. Sedangkan Rank Spearman digunakan jika pengamatan dari dua variabel minimal dalam bentuk skala ordinal. Analisis Korelasi Chi Square dan Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik kader posdaya dengan perilaku Social Enterpreneur posdaya kreatif. Chi-square Pengujian digunakan dalam penelitian untuk mencari kecocokan ataupun menguji ketidakadaan hubungan antara beberapa populasi, dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0 for windows dan Microsoft Excel. Rumus : Dimana : b : banyak kategori variabel X (baris) k : banyak kategori variabel Y (kolom) N: ukuran sampel n ij : banyak objek di baris ke-i (sel ke-ij) pada data sampel n i : banyak obyek pada baris ke-i n j : banyak obyek pada kolom ke-j Rank- spearman Rank Spearman digunakan jika pengamatan dari dua variabel minimal dalam bentuk skala ordinal. Pengujian dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 16.0 for windows dan Microsoft Excel. Penarikan kesimpulan pada uji korelasi Rank Spearman adalah hipotesis diterima jika nilai p-value variabel lebih kecil dari sign correlation (α) 0,05 atau 5 persen. Rumus : Definisi Operasional Berikut dijelaskan dan didefinisikan beberapa variabel atau peubah yang digunakan dalam penelitian untuk mempermudah pemahaman dalam istilah-istilah penelitian, yaitu: 1. Usia merupakan tingkat umur kader posdaya kreatif pada waktu penelitian dilaksanakan, dengan arah pembulatan ke ulang tahun terdekat. Kondisi

27 yang menggambarkan berapa lama orang telah menjalani kehidupan. Kondisi ini mulai dihitung dari tahun kelahiran. Usia diukur dengan dengan skala ordinal. Usia dikategorikan sesuai dengan pengkategorian oleh Depkes RI Usia dikategorikan dalam 4 kategori yaitu : Remaja (<25 th), Dewasa (26-45 Th), Lansia atau Lanjut Usia (46-65 Th), dan Manula atau manusia lanjut usia (>65 Th). 2. Jenis Kelamin merupakan identitas biologis kader posdaya yang terbagi atas dua kategori yaitu laki-laki dan perempuan. 1) Laki-laki : kategori 1 2) Perempuan : kategori 2 3. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan tertinggi yang pernah dijalani atau diikuti oleh kader posdaya secara formal (dalam tahun). Tingkat pendidikan diukur dalam skala ordinal. Pengkategorian tingkat pendidikan terbagi menjadi 4 kelompok, sesuai dengan sebaran responden sampel yaitu SD, SMP, SMA, dan S1. 4. Jenis Pekerjaan adalah status pekerjaan utama responden pada waktu penelitian. Jenis pekerjaan merupakan kegiatan rutinitas yang dilakukan oleh kader posdaya untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Jenis pekerjaan diukur dalam skala nominal. Berdasarkan sebaran responden sampel, jenis pekerjaan dikategorikan dalam 5 bagian yaitu : wirausaha, guru paud, tidak bekerja, PNS, dan pegawai swasta. 5. Lama menjadi Kader Posdaya adalah lamanya waktu yang telah dicurahkan oleh kader posdaya sebagai pengurus posdaya yang diukur dalam satuan tahun. Pengukuran variabel ini pada skala ordinal. Lama menjadi kader posdaya dikategorikan dalam 3 kelas yang disesuaikan dengan sebaran responden sampel, yaitu 1-3 th, 4-6 th, dan >6 th. 6. Visioner adalah tingkat kemampuan responden dalam menentukan tujuan hidupnya di masa yang akan datang. Sifat visioner tercermin dalam kemampuan kader posdaya dalam menentukan keinginan menjadi apa, keinginan melakukan apa, dan keinginan untuk memiliki apa. Visioner diukur dalam skala ordinal. Tingkatan visioner dibagi dalam 5 kelas berdasarkan interval skor yaitu 0-20 (sangat rendah), (rendah), (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi). 7. Kreatif adalah tingkat kemampuan kader posdaya dalam menangkap peluang yang ada di masyarakat, khususnya peluang usaha. Kreatif adalah suatu kemampuan untuk melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh orang lain, menghasilkan sesuatu yang berbeda dari apa yang dihasilkan orang lain, dan membuat sesuatu yang belum pernah dibuat oleh orang lain. Kreatif diukur dalam skala ordinal. Tingkatan kreatif dibagi dalam 5 kelas berdasarkan interval skor yaitu 0-20 (sangat rendah), (rendah), (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi). 8. Berjiwa Entrepreneur adalah tingkat kemampuan kader posdaya dalam menerapkan prinsip-prinsip entrepreneur dalam semua kegiatannya. Berjiwa entrepreneur berarti kader posdaya mampu mengorganisasi, mengkreasi, dan mengelola suatu entitas dalam hal ini adalah masyarakat. Berjiwa Entrepreneur diukur dalam skala ordinal. Tingkatan berjiwa 17

28 18 entrepreneur dibagi dalam 5 kelas berdasarkan interval skor yaitu 0-20 (sangat rendah), (rendah), (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi). 9. Beretika adalah tingkat kemampuan kader posdaya dalam menjalankan norma atau aturan yang berada dalam masyarakat. Beretika berarti seseorang mampu menghormati orang lain dan mampu berhubungan dengan baik pada orang lain. Etika yang akan menjadikan seorang kader posdaya dapat diterima dan dapat mempengaruhi masyarakat. Beretika diukur dalam skala ordinal. Tingkatan beretika dibagi dalam 5 kelas berdasarkan interval skor yaitu 0-20 (sangat rendah), (rendah), (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi). 10. Inovasi Sosial adalah kemampuan kader posdaya dalam mengimplementasikan kreativitas yang dimiliki untuk mengubah dan memperbaiki sistem sosial yang telah ada di masyarakat. Posdaya menjadi lebih maju dan berkembang ketika didukung oleh SDM yang memiliki nilai-nilai inovatif tinggi. Inovasi sosial juga berarti Kemampuan kader posdaya dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial dengan menggunakan ide yang baru. Tingkat inovasi sosial diukur dalam skala ordinal. Tingkatan inovasi sosial dibagi dalam 5 kelas berdasarkan interval skor yaitu 0-20 (sangat rendah), (rendah), (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi). 11. Perilaku Social Entrepreneur adalah perpaduan unsur pengetahuan, sikap, dan tindakan yang dimiliki oleh seorang kader posdaya. Kegiatan usaha sosial yang polanya dicirikan oleh unsur-unsur kewirausahaan yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan atau tindakan. Perilaku Social Entrepreneur diukur pada skala ordinal. Dikategorikan pada interval skor yaitu : 0-21 (sangat rendah), (rendah), (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi). 12. Pengetahuan Social Entrepreneur adalah variabel yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kader posdaya. Pengetahuan Social Entrepreneur bisa berkaitan dengan benar dan salah. Pengetahuan diukur dengan skala ordinal. Dikategorikan dalam interval skor yaitu, 1-3 (sangat rendah), 4-6 (rendah), 7-9 (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi). 13. Sikap Social Entrepreneur adalah unsur mencirikan respon, tanggapan atau tingkah laku seseorang ketika dihadapkan pada situasi. Sikap Social Entrepreneur dapat berkaitan dengan sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Sikap diukur pada skala ordinal. Sikap dikategorikan berdasarkan interval skor, yaitu 0-15 (sangat rendah), (rendah), (sedang), (tinggi) dan (sangat tinggi). Tindakan Social Entrepreneur suatu kemauan, kemampuan, dan kesempatan yang ada pada diri kader posdaya untuk menggunakan organ fisiknya dalam mensejahterakan masyarakat. Tindakan berhubungan dengan kerja fisik yang dilakukan oleh kader posdaya seperti tangan, kaki, dan mulut untuk berusaha bersama masyarakat. Tindakan Social Entrepreneur berkaitan dengan ya atau tidak dalam memutuskan untuk melakukan suatu hal. Tindakan diukur pada skala ordinal. Dikategorikan dalam interval skor yaitu, 1-3 (sangat rendah), 4-6 (rendah), 7-9 (sedang), (tinggi), dan (sangat tinggi).

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yaitu tentang data III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah dengan responden pelaku usaha mikro kecil pada unit bisnis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Cara Pemilihan dan Jumlah Contoh 27 METODE PENELITIAN Disain, Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di dalam lingkungan SMA, yaitu dari SMA Negeri 10 sebagai SMA negeri dan SMA Kesatuan sebagai SMA swasta yang ada di Kota Bogor, Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode yang memusatkan diri dalam meneliti

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian METODOLOGI Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan teknik survei dalam bentuk penelitian deskriptif korelasional. Penelitian ini berusaha menggambarkan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Upaya perusahaan untuk meningkatkan kemajuannya lebih banyak diorientasikan kepada manusia sebagai salah satu sumber daya yang penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan

METODE PENELITIAN. Sekolah di Kota Bogor SMAN 1. Kelas Bertaraf Internasional. 12 Laki-laki 24 Perempuan 12 Laki-laki 25 Perempuan 60 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 1 Bogor, Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif (quantitative research) dengan desain survei deskriptif korelasional. Penelitian

Lebih terperinci

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 37 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan untuk memperoleh karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif korelasi yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antar variabel (Alimul, 2003). Rancangan penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Persaingan bisnis di sektor pertambangan semakin berkembang. Hal ini menyebabkan PT. Aneka Tambang Tbk membutuhkan karyawan yang berkompetensi untuk mencapai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data 19 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi dan Waktu Penelitian Disain penelitian adalah cross sectional study, yakni data dikumpulkan pada satu waktu (Singarimbun & Effendi 1995. Penelitian berlokasi di Kota

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN i EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Oleh : PARNAMIAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan Di Kota Bogor) JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Juni 2006, Vol. 2, No. 2 Abstract FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN PEDAGANG KAKILIMA (Kasus Pedagang Kakilima Pemakai gerobak Usaha Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Bogor yang merupakan kawasan

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 17 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di salah satu desa penerima Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) yaitu Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain Cross-Sectional Study yaitu penelitian yang dilakukan dengan cepat, lengkap serta dalam satu waktu dan tidak berkelanjutan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel 31 METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Lokasi penelitian di RW 08 Kelurahan Lenteng Agung, Jagakarsa, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih secara purposif (sengaja). Adapun pertimbangan memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu organisasi atau perusahaan, diperlukan suatu jajaran pimpinan yang bertugas pokok untuk memimpin dan mengelola organisasi yang bersangkutan. Kondisi organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan laba yang optimal agar perusahaan tersebut dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dunia bisnis, setiap perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan ataupun industri sejenisnya, pada umumnya mempunyai tujuan untuk mendapatkan laba yang optimal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ini dimulai dengan melihat visi dan misi PT Sinar Sosro Kantor Penjualan Bogor. Visi dan misi perusahaan merupakan suatu arahan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 40 METODOLOGI PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian dirancang sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Singarimbun dan Effendi (2006) mengatakan, desain penelitian survei adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Cara Pemilihan Contoh 23 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study yakni data dikumpulkan pada satu waktu untuk memperoleh gambaran karakteristik contoh.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian survai deskriptif dan korelasionel yang terkait dengan Program Ketahanan Pangan di Kecamatan Gandus. Menurut Singarimbun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel 29 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional. Menurut Rakhmat (2007) metode korelasi bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi, Contoh, dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian dilakukan di 6 sekolah yang terdiri dari SMA dan SMK negeri dan swasta di Kota Bogor.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kombinasi ( mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah metode penelitian yang menggabungkan antara metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian 14 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang titik beratnya diletakkan pada penelitian relasional: yakni mempelajari hubungan variabel-variabel

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI. Oleh HENNY H HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN BAGIAN CUSTOMER CARE PADA PT TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk BEKASI Oleh HENNY H24103029 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi dengan rancangan Cross Sectional yaitu dengan melakukan pengukuran variabel independen (bebas) yang

Lebih terperinci

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 57 BAB VI PERSEPSI RELAWAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 6.1 Persepsi Relawan terhadap PNPM-MP Persepsi responden dalam penelitian ini akan dilihat dari tiga aspek yaitu persepsi terhadap pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman DAFTAR TABEL... vi. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah... 6 1.3 Tujuan Penelitian... 7 1.4 Manfaat Penelitian... 7 1.5 Ruang

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) Faktor yang berpotensi berhubungan dengan Kompetensi remaja dalam mengikuti Program Kreativitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini di desain sebagai suatu penelitian survai yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) penelitian survai adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di dua lokasi. Lokasi pertama yaitu di kantor Unilever Indonesia Tbk, yaitu di Jl. Gatot Subroto kavling 15, Jakarta

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Penelitian kuantitatif dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian METODE Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif korelasional. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) desain penelitian survei adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi

Gambar 2. Kerangka berpikir mengenai perilaku penggunaan pembalut pada mahasiswi 16 KERANGKA PEMIKIRAN Menstruasi merupakan keadaan yang dialami oleh seorang perempuan normal setiap bulan. Agar cairan menstruasi yang keluar dari dinding rahim tidak menodai pakaian yang dipakai maka

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini berjudul Konsep Diri, Kecerdasan Emosional, Tingkat Stres, dan Strategi Koping Remaja pada Berbagai Model Pembelajaran di SMA. Disain penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan persaingan yang makin super ketat.

BAB l PENDAHULUAN. sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan persaingan yang makin super ketat. BAB l PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kebutuhan akan dunia pendidikan semakin besar, sesuai dengan tuntutan dunia kerja dan persaingan yang makin super ketat. Dalam perekrutan tenaga

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan METODE PENELITIAN Data yang Digunakan Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Riskesdas 2007 diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang dimiliki oleh Kota Bogor. Munculnya objek wisata baru yang menawarkan keunggulannya baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian non eksperimental yang bersifat kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional yaitu prosedur pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)

BAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003) BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH

HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU DENGAN SIKAP KARYAWAN DALAM USAHA PETERNAKAN SAPI PERAH (Kasus Perusahaan Peternakan Rian Puspita Jaya Jakarta Selatan) SKRIPSI EVA SUSANTI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif yaitu untuk menggambarkan hubungan antara

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis deskriptif melalui desain studi Cross Sectional Observational untuk menilai tingkat kepuasan kerja dan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan.

BAB 3 METODE PENELITIAN. yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis. Berikut. Jenis dan Metode. pelanggan. BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Untuk mengetahui jenis penelitian yang dilakukan, digunakan desain penelitian yang disesuaikan dengan tujuan penelitian sehingga dapat melakukan analisis.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di 63 BAB VI PEMBAHASAN Berdasarkan data hasil analisis kesesuaian, pengaruh proses pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di Kecamatan Nangapanda Kabupaten Ende dapat dibahas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Variabel Terikat Jenis Kelamin Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Kejadian TBC Usia Produktif Kepadatan Hunian Riwayat Imunisasi BCG Sikap Pencegahan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ditujukan untuk meneliti objek-objek yang terlibat dalam

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian ditujukan untuk meneliti objek-objek yang terlibat dalam BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ditujukan untuk meneliti objek-objek yang terlibat dalam penelitian, adapun pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2006:13)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat. Indonesia pada September tahun

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Pada tanggal 7 Mei 999 kawasan Cagar Alam Pancoran Mas Depok diubah fungsinya menjadi kawasan Tahura Pancoran Mas Depok dan dikelola oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi

BAB III METODE PENELITIAN. maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan studi 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto Kabupaten Gorontalo. Waktu pelaksanaan penelitian bulan Mei 2013. 3.2 Jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir menjelaskan filosofi dari gagasan (ide) riset yang diajukan, sehingga memerlukan suatu model penelitian, yang ditampilkan dalam suatu

Lebih terperinci

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini menggunakan desain case control bersifat Retrospective bertujuan menilai hubungan paparan penyakit cara menentukan sekelompok kasus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu Penelitian 31 METODE PENELITIAN Desain, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi cross sectional, karena data dikumpulkan pada satu waktu tidak berkelanjutan (Singarimbun dan Efendi 1995). Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdiri dari berbagai macam individu yang berasal dari berbagai status yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peranan utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan dan pelaku

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. hipotesis, maka kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: KETEKUNAN KEMAMPUAN

BAB III. METODOLOGI. hipotesis, maka kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: KETEKUNAN KEMAMPUAN BAB III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pikir Sebagai penuntun dalam alur berfikir dan menjadi dasar dalam perumusan hipotesis, maka kerangka pikir yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: BUDAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya lapangan pekerjaan sekarang membuat setiap orang harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya lapangan pekerjaan sekarang membuat setiap orang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurangnya lapangan pekerjaan sekarang membuat setiap orang harus berfikir lebih matang untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari. Dengan keadaan seperti itu lah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara atau prosedur untuk mengetahui dan mendapatkan data dengan tujuan tertentu yang menggunakan teori dan konsep yang bersifat empiris, rasional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan

III. METODE PENELITIAN. petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan 36 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan pengertian atau definisi yang dijadikan petunjuk terhadap variabel-variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA BAB III ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Bab ini akan menyajikan data data yang telah peneliti dapatkan dari para responden. Data tersebut kemudian diolah dengan bantuan program SPSS 15.0 for Windows. Hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini menggunakan desain retrospektif dan cross sectional study. Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN BAB III PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sidakaton, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, Propinsi Jawa Tengah (Lampiran 1). Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega di Jalan Soekarno Hatta No 216,

Lebih terperinci

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA BOGOR RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2016 Urusan Pemerintahan : 1. 20 Urusan Wajib Otonomi Daerah,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan rancangan cross sectional (belah lintang), yaitu menganalisis hubungan antara variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan manusia yang berjiwa kreatif, inovatif, sportif, dan wirausaha. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan kewirausahaan merupakan salah satu program pemerintah khususnya Kementerian Pendidikan Nasional yang bertujuan untuk membangun dan mengembangkan manusia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh 20 METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena data dikumpulkan pada satu waktu dan tidak berkelanjutan dengan sampel yang dipilih khusus

Lebih terperinci

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA

STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA STUDI AWAL PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SURABAYA Esti Dwi Rinawiyanti Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut 1, Surabaya, Indonesia E-mail: estidwi@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan sumber daya manusia dewasa ini telah menjadi hal yang semakin penting dalam pembangunan nasional. Sumber daya manusia berkualitas tinggi merupakan

Lebih terperinci

PROSEDUR PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Desain Penelitian

PROSEDUR PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Desain Penelitian PROSEDUR PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Tegal Gundil, Kecamatan Bogor Utara, Bogor. Pemilihan lokasi penelitian ini adalah berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan

Lebih terperinci

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.

pengetahuan, dan sikap akan berhubungan dengan perilaku pembelian buku bajakan. Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3. 17 KERANGKA PEMIKIRAN Perguruan tinggi merupakan komunitas yang terdiri dari orang-orang intelektual dalam berbagai aktivitas akademis. Perguruan tinggi memiliki peran strategis dan sangat penting sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering

BAB I PENDAHULUAN. terutama buah dan sayuran masih terbuka lebar, karena jutaan hektar lahan kering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian hortikultura dewasa ini masih bercirikan petani yang pada umumnya miskin, produktivitas dan mutu produksi rendah, serta kontinuitas produksi belum mantap.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan Oleh: NANANG SHOLIKHIN SURYA PRATAMA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory. Metode survai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah upaya sadar dan terencana dalam proses pembimbingan dan pembelajaran bagi individu agar tumbuh berkembang menjadi manusia yang mandiri,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kebutuhan konsumen akan selalu mengalami perubahan dalam hidupnya sejalan dengan perubahan keadaan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, menguji suatu kebenaran ilmu pengetahuan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setiap kegiatan penelitian, dalam upaya untuk menemukan data yang valid, dan merupakan usaha dalam mengadakan analisa secara logis rasional di perlukan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu kuantitatif dengan metode korelasional. Kerangka penelitian ini menggambarkan korelasi

Lebih terperinci

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen 69 Bab IV Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen IV.1 Perancangan Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen Berdasarkan Perspektif Zachman Pada bab IV, telah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen

BAB III METODE PENELITIAN. mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian diskriptif korelasional yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian Descriptive Korelasional yang bertujuan untuk menjelaskan adanya hubungan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu 5 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah Descriptive Correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian. pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain Penelitian METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai metode penelitian survey yang bersifat deskriptif korelasional yang menggambarkan dan menjelaskan strategi komunikasi pedagang kaki

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci