Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan"

Transkripsi

1 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI TAHUN 2014

2 KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu kepada Standar Kompetensi Kerja. Pelaksanaan pelatihan merupakan rangkaian kegiatan yang sistematis untuk melakukan aktivitas tertentu dalam rangka pencapaian suatu kompetensi untuk memenuhi tuntutan yang dinyatakan dalam Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dalam jangka waktu tertentu. Berdasarkan identifikasi Indikator Unjuk Kerja (IUK) unsur dari setiap KUK, maka pencapaian suatu kompetensi merupakan pencapaian IUK yang telah dikembangkan berdasarkan unsur kompetensi, tingkat kompetensi dan dimensi kompetensi. Dalam konsep pelatihan berbasis kompetensi, kegiatan pelatihan tidak mutlak tergantung pada lamanya waktu pelatihan yang telah ditetapkan dalam KPBK, tetapi pelaksanaannya sangat tergantung pada kemampuan instruktur yang dituntut menguasai substansi unit kompetensi terkait dan keaktifan masing-masing peserta dalam pencapaian unit kompetensi tersebut. Penetapan waktu pencapaian kompetensi yang tercantum dalam Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi (KPBK) merupakan hasil analisis pencapaian kompetensi dengan durasi maksimum yang harus didukung dengan prasarana dan sarana pelatihan yang memenuhi standar serta persyaratan instruktur dan peserta yang telah ditetapkan sebelumnya. KPBK disusun dengan berorientasi pada kurikulum untuk tiap unit kompetensi, sehingga untuk paket pelatihan suatu jabatan kerja masih memerlukan langkah penyusunan paket pelatihan yang mengacu kepada tujuan pelatihan yang telah ditetapkan. Tim Penyusun Halaman i

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian / Istilah... 3 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Materi Pelatihan BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN WILAYAH PERENCANAAN Umum Studi Literatur Rumuskan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Identifikasi Masalah / Issue di Wilayah Perencanaan BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman ii

4 BAB I PENGANTAR 1. 1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten Ditempat Kerja Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur Isi Materi pelatihan 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. Halaman 1

5 b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan Materi Pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan buku informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan buku kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan buku informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada buku kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: 1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur. Halaman 2

6 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency- RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-Pengertian / Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian Halaman 3

7 unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman 4

8 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli Madya Perencana Tata Ruang Wilayah dan Kota yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan- Kode Unit -, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Melaksanakan Sistem Manajemen Keselatan dan Kesehatan Keja (SMK3) dan Lingkungan Terkait dengan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota Menerapkan Etos Kerja, Etika Profesi dan Manajemen Organisasi Kerja yang baik Melakukan identifikasi dan Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota Merancang Metode Survei Menyupervisi Survei Primer dan Sekunder Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu Memeriksa Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu Mengevaluasi Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu Melakukan Analisis Terpadu/Sintesis Menyusun Naskah Teknis Rancangan Peraturan Daerah Menyiapkan Materi Sosialisasi Hasil Rencana Menyamakan Persepsi Tim Perencana Memeriksa Laporan Pekerjaan Perencanaan Menggunakan Teknologi Informasi Dalam Pelaksanaan Pekerjaan Menggunakan Kemampuan Teknik Komunikasi Kerangka pelatihan modul merupakan bagian dari paket pelatihan Jabatan Kerja Ahli Madya Perencana Tata Ruang Wilayah dan Kota yaitu sebagai representasi alur pikir langkah-langkah pelaksanaan pelatihan yang dapat ditunjukkan pada skema sebagai berikut ini : Halaman 5

9 SKEMA PENCAPAIAN KOMPETENSI AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Ahli Muda Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan Merancang Metode Survei Menyupervisi Survei Primer dan Sekunder Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu Memeriksa Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu Mengevaluasi Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu Melakukan Analisis Terpadu/Sintesis Menyusun Naskah Akademis Rancangan Peraturan Daerah Menyiapkan Materi Sosialisasi Hasil Rencana Memeriksa Laporan Pekerjaan Perencanaan Ahli Utama Gambar 2.1 Skema Pencapaian Kompetensi Ahli Madya Halaman 6

10 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul Unit Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan Kode Unit Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja Halaman 7

11 yang diperlukan untuk melakukan mengidentifikasi permasalahan wilayah Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal kompetensi setara ahli PWK Pratama dan pengalaman profesi Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA KERJA 1. Melakukan studi literatur 1.1 Dokumen/literature terkait dipilah dan dipilih sesuai dengan kebutuhannya 1.2 Teori pendukung dikumpulkan sesuai dengan tujuan pelaksanaan pekerjaan 1.3 Dokumen dan teori pendukung untuk melakukan analisis permasalahan di wilayah dijelaskan 2. Merumuskan metodologi Pelaksanaan pekerjaan 3. Mengidentifikasi masalah / issue di wilayah 2.1 Metode yang sesuai dikumpulkan 2.2 Metode yang terkait dipilah sesuai dengan tujuan pekerjaan 2.3 Metode yang paling tepat dipilih berdasarkan kebutuhannya 3.1 Gambaran umum wilayah dirumuskan 3.2 Masalah / issue diidentifikasi secara umum 3.3 Masalah / issue di wilayah dirumuskan dengan sistematis Batasan Variabel 1. Konteks Variabel 1.1 Unit ini diterapkan sebagai kompetensi perseorangan dan menjadi dasar penentuan kemampuan untuk dapat melakukan pekerjaan mengidentifikasi permasalahan wilayah tata ruang wilayah dan kota 1.2 Unit ini berlaku untuk melaksanakan pekerjaan mengidentifikasi permasalahan yang meliputi: menafsirkan kerangka acuan kerja melakukan studi literatur menggali data awal dan mengidentifikasi masalah di wilayah menetapkan metodologi pelaksanaan pekerjaan 1.3 Masalah/isu wilayah yang diidentifikasi meliputi: gambaran umum wilayah Halaman 8

12 1.3.2 hasil kajian awal berupa kebijakan terkait wilayah, isu strategi, potensi dan permasalahan awal wilayah, serta gagasan awal pengembangan wilayah 1.4 Penerapan sistem manajemen mutu sesuai dengan prosedur 2. Perlengkapan yang diperlukan 2.1 Media penyimpanan data (computer) 2.2 Media pencetakan (printer) 2.3 Media akses data (internet) 2.4 Kerangka Acuan Kerja (KAK) 2.5 Peraturan perundang-undangan pendukung 2.6 NSPK pendukung 2.7 Teori pendukung 2.8 Metode dan teknik analisis pendukung 2.9 Referensi yang sesuai 2.10 Data awal wilayah 2.11 Peta dasar 3. Tugas yang harus dilakukan 3.1 Menerapkan norma, standar, prsedur, dan kriteria terkait dengan tata ruang wilayah dan kota 3.2 Menelaah tujuan dan sasaran pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan kerangka acuan kerja 3.3 Melakukan identifikasi awal terhadap permasalahan di wilayah 3.4 Menerapkan metode yang tepat dan membuat rencana kerja 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan 4.1 Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 4.2 Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 4.3 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 4.4 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Halaman 9

13 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya 4.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 4.6 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 4.7 Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar 4.8 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 4.9 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 4.10 Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang Panduan Penilaian 1. Penjelasan prosedur penilaian Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit serta unit-unit kompetensi yang terkait keterkaitan dengan unit lain: 1.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya F45.PW Melakukan Identifikasi dan Menerapkan F5.PW Melakukan Identifikasi dan Menerapkan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota 1.2 Kaitan dengan unit lain F45.PW Merancang Metode Survei F45.PW Menyupervisi Survei Primer dan Sekunder F45.PW Melaksanakan Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu F45.PW Memilih Teknologi Informasi dalam Pelaksanaan Pekerjaan 2. Penjelasan prosedur penilaian Unit Kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya Halaman 10

14 ditempat kerja atau diluar tempat kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja nomal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar Metode uji antara lain: 1. Ujian tertulis 2. Ujian lisan 3. Pengetahuan yang dibutuhkan 3.1 Pengetahuan tentang peraturan perundang-undangan terkait bidang penataan ruang 3.2 Pengetahuan tentang NSPK bidang penataan ruang 3.3 Pengetahuan tentang Metodolgi dan teknik-teknik analisis dalam tata ruang wilayah dan kota 4. Keterampilan yang dibutuhkan 4.1 Kemampuan merangkum arahan pekerjaan sesuai kerangka acuan kerja 4.2 Kemampuan mengidentifikasi masalah / issue di wilayah 4.3 Kemampuan menrapkan metodologi sesuai dengan kebutuhan pekerjaan 4.4 Kemampuan menyusun rencana kerja 5. Aspek Kritis 5.1 Kemampuan menafsirkan secara tepat kerangka acuan kerja 5.2 Kemampuan menelaah peraturan perundang0undangan terkait dengan tata ruang wilayah 5.3 Kemampuan memilih dan menerapkan metodologi pelaksanaan pekerjaan Kompetensi Kunci NO. KOMPETENSI KUNCI TINGKAT 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi 3 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 3 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 2 Halaman 11

15 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / Perencanaan 1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. 2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. 4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan Permulaan Dari Proses 1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan Terhadap Tugas Praktek 1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi 1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh. Halaman 12

16 3.1.5 Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan 3.2 Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar Secara Mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masingmasing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar Terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3 Rancangan Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Materi Pelatihan sebagai berikut: Halaman 13

17 No Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja 1.1 Dokumen/literatur terkait dipilah dan dipilih sesuai dengan kebutuhannya. 1) Dapat menyebutkan teknik pengelompokkan dan pemilihan dokumen/literatur sesuai dengan kebutuhannya. 2) Dapat menjelaskan hasil pengelompokkan dan pemilihan dokumen/literatur. 3) Mampu secara cermat memilah dan memilih dokumen/literatur yang terkait dengan pekerjaan yang akan dilakukan. 1.2 Teori pendukung dikumpulkan sesuai dengan tujuan pelaksanaan pekerjaan. 1) Dapat menyebutkan teori pendukung yang dibutuhkan. 2) Mampu mengumpulkan teori yang mendukung tujuan pekerjaan secara lengkap. 3) Menjelaskan keterkaitan teori pendukung dengan isu yang ada. 1.3 Dokumen dan teori pendukung untuk melakukan analisis permasalahan di wilayah dijelaskan. Tujuan Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu memilah dan memilih dokumen/ literatur sesuai dengan kebutuhanya. Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu mengumpulkan teori pendukung sesuai dengan tujuan pelaksanaan pekerjaan. Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu menjelaskan dokumen dan Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan Melakukan Studi Literatur Metode Pelatihan yang Disarankan 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi Tahapan Sumber/ Referensi yang Disarankan 1) Menyebutkan 1) Undang-undang teknik Nomor 26 Tahun pengelompokkan 2007 Tentang dan pemilihan dokumen/ literatur Penataan Ruang 2) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun sesuai dengan kebutuhan Rencana Ruang Tentang Tata Wilayah 2) Menjelaskan hasil pengelompokkan dan pemilihan dokumen/ literatur. Nasional 3) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 3) Memilah dan4) Peraturan Menteri memilih dokumen/ literatur yang terkait dengan pekerjaan yang akan dilakukan. 1) Menyebutkan teori pendukung yang dibutuhkan. 2) Mengumpul kan teori yang mendukung tujuan pekerjaan secara lengkap. 3) Menjelaskan keterkaitan teori pendukung dengan isu yang ada. 1) Menjelaskan keterkaitan hasil studi literatur, teori pendukung Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Jam Indikatif 10 menit 10 menit Halaman 14

18 No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja 1) Dapat menjelaskan keterkaitan hasil studi literatur, teori pendukung dan permasalahan di wilayah. 2) Dapat membuat ikhtisar studi literatur dan teori pendukung. 3) Dapat menyimpulkan hasil studi literatur dan pendukung dengan menyeluruh cermat. teori dan Tujuan teori pendukung yang digunakan untuk melakukan analisis wilayah. Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Sumber/ Referensi yang Disarankan Ruang Wilayah Kabupaten 7) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar 8) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 9) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 10) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang Jam Indikatif Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 2 Kriteria Unjuk Kerja/ No Indikator Unjuk Kerja 2.1 Metode yang relevan dikumpulkan. 1) Dapat menyebutkan ragam metode yang umum digunakan dalam melaksanakan pekerjaan. 2) Dapat menjelaskan ragam metode yang dapat digunakan dalam melaksanakan pekerjaan. 3) Dapat mengumpulkan metode Tujuan dan permasalah an di wilayah. 2) Membuat ikhtisar studi literatur dan teori pendukung. 3) Menyimpulkan hasil studi literatur dan teori pendukung dengan menyeluruh dan cermat. Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu mengumpulkan metode yang releven untuk merumuskan metodologi pelaksanaan pekerjaan. Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan Merumuskan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Metode Pelatihan yang Disarankan 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi Tahapan 1) Menyebutkan ragam metode yang umum digunakan dalam melaksanakan pekerjaan. 2) Menjelaskan ragam metode yang dapat digunakan dalam melaksanakan pekerjaan Sumber/ Referensi yang Disarankan 1) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 3) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Jam Indikatif 10 menit Halaman 15

19 No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan secara lengkap. 2.2 Metode yang terkait dipilah sesuai dengan tujuan pekerjaan. 1) Dapat menunjukkan perbedaan penggunaan suatu metode dengan metode yang lain. 2) Mampu memisahkan metode sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. 3) Dapat memilah metode yang sudah dikumpulkan secara cermat. 2.3 Metode yang paling tepat dipilih berdasarkan kebutuhannya. 1) Dapat menjelaskan alasan pemilihan suatu metode terkait dengan tujuan pekerjaan dan ketersediaan data. 2) Mampu menghubungkan metode yang dipilih dengan kebutuhan pekerjaan Tujuan Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu memilah metode terkait sesuai dengan tujuan pekerjaan untuk merumuskan metodologi pelaksanaan pekerjaan. Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu memilih metode yang paling tepat berdasarkan kebutuhan pekerjaan. Metode Pelatihan yang Disarankan 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi Tahapan. 3) Mengumpul kan metode yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan secara lengkap. 1) Menunjukkan perbedaan penggunaan suatu metode dengan metode yang lain. 2) Memisahkan metode sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. 3) Memilah metode sudah dikumpulkan. yang 1) Menjelaskan alasan pemilihan suatu metode terkait dengan tujuan pekerjaan dan ketersediaan data. 2) Menghubungkan metode yang dipilih dengan kebutuhan pekerjaan Sumber/ Referensi yang Disarankan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 7) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar 8) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 9) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 10) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang Jam Indikatif 10 menit 10 menit Halaman 16

20 No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja. 3) Dapat memilih metode pekerjaan secara tepat. Tujuan Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan. 3) Memilih metode pekerjaan secara tepat. Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Indikatif Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 3 Kriteria Unjuk Kerja/ No Indikator Unjuk Kerja 3.1 Gambaran umum wilayah dirumuskan. 1) Dapat menjelaskan kondisi secara umum. 2) Dapat merumuskan pokok-pokok wilayah kondisi secara umum. 3) Dapat merumuskan wilayah secara cermat gambaran umum wilayah. 3.2 Masalah/issue diidentifikasi secara umum 1) Dapat menjelaskan masalah/issue di wilayah. 2) Mampu membuat kategori permasalahan yang ada. 3) Dapat mengidentifikasi permasalahan/ issue yang ada secara cermat. 3.3 Masalah/issue di wilayah Tujuan Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu merumuskan gambaran umum wilayah. Pada akhir pembelajaran sesi ini peserta mampu mengidentifikasi masalah/ issue di wilayah secara umum. Pada akhir pembelajaran sesi ini Mengidentifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan Mengidentifikasi Masalah/Issue di Wilayah Perencanaan Metode Pelatihan yang Disarankan 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi 1) Presentasi 2) Tugas 3) Diskusi Tahapan 1) Menjelaskan kondisi wilayah secara umum. 2) Merumuskan pokokpokok kondisi wilayah secara umum. 3) Merumuskan gambaran umum wilayah secara cermat. 1) Menjelaskan masalah/ issue di wilayah. 2) Membuat kategori permasalah an yang ada. 3) Mengidentifikasi permasalah an/ issue yang ada secara cermat. 1) Mengelompokkan permasalah Sumber/ Referensi yang Disarankan 1) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang 2) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional 3) Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang 4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 11/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten / Kota Beserta Rencana Rincinya 5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 15/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Jam Indikatif 10 menit 10 menit 10 menit Halaman 17

21 No Kriteria Unjuk Kerja/ Indikator Unjuk Kerja dirumuskan dengan sistematis. 1) Mampu mengelompokkan permasalahan sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan. 2) Dapat menjelaskan dengan sistematis permasalahan yang telah dikelompokkan. 3) Cermat dalam merumuskan permasalahan/ issue. Tujuan peserta mampu merumuskan secara sistematis masalah/ issue di wilayah. Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan an sesuai dengan kategori yang sudah ditentukan. 2) Menjelaskan dengan sistematis permasalah an yang telah dikelompok kan. 3) Merumuskan permasalah an/ issue Sumber/ Referensi yang Disarankan Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi 6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 16/PRT/M/2009 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 7) Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2010 Tentang Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil Terluar 8) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 9) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana 11) Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria bidang Penataan Ruang Jam Indikatif Halaman 18

22 BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN WILAYAH PERENCANAAN 4.1 Umum Modul membahas terkait dengan identifikasi permasalahan wilayah, yang berisi studi literatur, rumusan metodologi pelaksanaan pekerjaan dan identifikasi masalah / issue di wilayah. Perencanaan wilayah adalah suatu proses pembangunan yang dimaksudkan untuk melakukan perubahan menuju arah perkembangan yang lebih baik bagi suatu komunitas masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah tertentu dengan memanfaatkan atau mendayagunakan berbagai suber daya yang ada, dan harus memiliki orientasi yang bersifat menyeluruh, lengkap, tetap berpegangan pada azas prioritas. 4.2 Studi Literatur Pemilihan Dokumen/Literatur Sesuai dengan Permasalahan Wilayah Perencanaan a. Teknik pengelompokkan dan pemilihan dokumen/literatur sesuai dengan kebutuhan Pengelompokkan dan pemilihan dokumen/literatur sesuai dengan kebutuhan berguna untuk mengetahui dokumen/literatur yang belum dimiliki. Langkah-langkah yang dilakukan dalam mencari literatur/ dokumen adalah sebagai berikut: 1. Formulasi masalah 2. Pengumpulan data 3. Penelusuran literatur 4. Evaluasi data 5. Analisis dan interpretasi 6. Menelusuri literatur Sedangkan untuk langkah-langkah yang dilakukan dalam penelusuran literatur terkait dengan permasalahan wilayah adalah sebagai berikut : 1. Membaca tulisan-tulisan ilmiah terkait Halaman 19

23 2. Mengevaluasi sema tulisan ilmiah yang dibaca 3. Membuat summary publikasi-publikasi 4. Penggabungan menjadi satu dan mencermati lengkap terhadap permasalahan-permasalahan b. Penjelasan hasil pengelompokkan dan pemilihan dokumen Penjelasan langkah-langkah yang dilakukan dalam mencari literatur/dokumen adalah sebagai berikut: 1. Formulasi masalah Formulasi masalah merujuk pada kegiatan memilih topik yang akan ditelusuri dalam pemilihan wilayah. 2. Pengumpulan data Pengumpulan data, berarti mengumpulkan tulisan yang akan dipelajari. 3. Penelusuran literatur Penelusuran literatur adalah pengumpulan data, mengumpulkan bagian tulisan yang akan di baca. Tidak semua bagian dalam tulisan dibaca, hanya pada garis besar tulisan saja. 4. Evaluasi data Evaluasi data, bahan bacaan yang telah terkumpul perlu dievaluasi mana yang perlu digunakan dan mana yang tidak perlu digunakan. Perbedaan prosedur dalam menentukan kriteria untuk menetapkan validasi bahan bacaan akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. 5. Analisis dan interpretasi Analisis dan interpretasi, bahan literatur yang telah diseleksi dan telah dipelajari pada akhir perlu ditelaah, dianalisis, dan ditafsirkan. Prosedur untuk menganalisis dan mentafsirkan perlu ditetapkan. Perbedaan kriteria akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda. 6. Menelusuri literatur Menelusuri literature adalah penulisan, penyajian hasil. Tidak semua bahan yang telah dipilih harus disajikan ke publik. c. Pemilahan dan pemilihan dokumen/literatur yang terkait dengan pekerjaan yang akan dilakukan Pemilahan dan pemilihan dokumen/literatur yang terkait dengan pekerjaan yang akan dilakukan berguna untuk menentukan dan memilih dokumen sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Halaman 20

24 Jenis literatur dapat dibedakan menjadi jenis yaitu: 1. Koleksi Umum Koleksi umum terdiri dari buku-buku referensi yang menjadi koleksi dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. 2. Koleksi Referensi Koleksi referensi atau koleksi rujukan, digunakan untuk menghimpun informasi secara langsung, dapat menjawab pertanyaan. Koleksi referensi terdiri dari kamus/dictionary, ensiklopedi, buku pedoman, buku pegangan dan lainnya. 3. Literatur Primer Literatur primer berupa tulisan asli yang memuat kajian mengenai teori bari atau penjelasan suatu gagasan dalam bidang tertentu, misalnya terkait dengan bidang. 4. Literatur Sekunder Literatur sekunder berupa literatur yang berisi tentang informasi mengenai literatur primer, dengan cara meringkas atau membuat indeks berdasarkan literatur primer. 5. Literatur Tersier Literatur tersier berupa literatur yang memuat informasi petunjuk untuk memperoleh literatur sekunder. 6. Dokumen Tekstual Dokumen tekstual berupa buku, majalah, kumpulan-kumpulan kartu katalog, dokumen administrative, dokumen undang-undang dan lainnya. 7. Dokumen Non-Tekstual Dokumen non-tekstual berupa dokumen yang memuat bentuk gambar, suara dengan tujuan untuk dilihat, didengan dan pakai sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. 8. Dokumen Campuran Dokumen campuran merupakan dokumen gabungan dari dokumen tekstual dan non tekstual dalam suatu subjek Teori Pendukung Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan a. Teori pendukung yang dibutuhkan Teori yang dibutuhkan berguna untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini, meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollabel yang relevan, memperkirakan faktor-faktor pembatas, Halaman 21

25 menetapkan tujuan dan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai serta mencari langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut, menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tersebut. Permasalahan wilayah mencakup dua hal yaitu: 1. Masalah mikro, adalah permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan proyek itu sendiri, baik dari pengelola maupun dari pemberi ijin proyek. Permasalahan mikro antara lain permasalahan teknik, seperti kondisi lahan, pengelolaan, keuangan, dampak lingkungan, sikap sosial masyarakat dan permasalahan keamanan. 2. Masalah makro, adalah permasalahan pemerintah untuk melihat kaitan proyek dengan program pemerintah seara keseluruhan. Permasalahan makro sebagian besar menjadi tanggung jawab pemerintah, seperti kesesuaian lokasi wilayah dan strategi pengembangan ekonomi wilayah. Selain permasalahan mikro dan makro terkait dengan wilayah juga mencakup permasalahan terkait dengan ancaman bencana yang mungkin dapat terjadi di suatu wilayah. Dalam hal tersebut perlu adanya teori pendukung seperti halnya ketika menangani kejadian bencana, Pemerintah Republik Indonesia telah mengatu di dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. Ketika sedang terjadi bencana yang sewaktu-waktu dapat terjadi di Indonesia, Badan Penanggulangan Bencana di daerah memiliki peranan yaitu sesuai dengan Pasar 21 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 sebagai berikut : a. Menetapkan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana terhadap usaha penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, serta rekonstruksi secara adil dan setara; b. Menetapkan standardisasi serta kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan bencana berdasarkan Peraturan Perundangundangan; c. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana; d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana; Halaman 22

26 e. Melaksanakan penyelenggaraan penanggulangan bencana pada wilayahnya; f. Melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada kepala daerah setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana; g. Mengendalikan pengumpulan dan penyaluran uang dan barang; h. Mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; dan i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan Peraturan Perundangundangan. Dalam pelatihan modul PWK Madya diharapkan peserta pelatihan mampu menerapkan dan mengaplikasikan teori dengan kondisi eksisting di wilayah sesuai dengan dokumen yang telah ditetapkan oleh pemerintah. b. Kumpulan teori yang mendukung tujuan pekerjaan secara lengkap Berdasarkan perkembangannya penerapan teori wilayah dapat dibagi menjadi beberapa komponen yaitu sebagai berikut : 1. Physical Planning (Perencanaan Fisik), yang dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dnegan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. 2. Macro Economic Planning (Perencanaan Ekonomi Makro), ini berkaitan dengan ekonomi wilayah. Perencanaan ini membuat kebijakan ekonomi wilayah guna merangsang pertumbuhan ekonomi wilayah. 3. Social Planning (Perencanaan Sosial), ini membahas tentang pendidikan, kesehatan, integrasi sosial, kondisi tempat tinggal dan tempat kerja. 4. Development Planning (Perencanaan Pembangunan), ini berkaitan dengan program pembangunan secara komprehensif guna mencapai pembangunan wilayah. Halaman 23

27 c. Penjelasan keterkaitan teori pendukung dengan isu yang ada Keterkaitan teori pendukung dengan masalah adalah menggunakan teori Physical Planning (Perencanaan Fisik), yang dilakukan untuk merencanakan secara fisik pengembangan wilayah. Muatan ini lebih diarahkan kepada pengaturan tentang bentuk fisik kota dnegan jaringan infrastruktur kota menghubungkan antara beberapa titik simpul aktivitas. Dalam pembahasna tersebut menyangkut aspek pengembangan wilayah perkotaan yang dijadikan sebagai acuan dalam pembangunan suatu kota. keberadaan RTH di perkotaan dapat membantu meningkatkan interaksi antar sesame pengguna, selain itu juga berguna untuk membantu meningkatkan kualitas dan kuantitas alam menjadi lebih terkendali, maupun menghambat terjadinya bencana alam akibat kerusakan alam, sehingga keberadaan RTH sangat penting di dalam ruang perkotaan di Indonesia Dokumen dan Teori Pendukung Untuk Analisis Permasalahan Wilayah Perencanaan a. Penjelasan keterkaitan, hasil studi literatur, teori pendukung dan permasalahan di wilayah Untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dibutuhkan studi literatur, pencarian teori pendukung untuk melihat keterkaitan antara kedua hal tersebut. Penggunaan teori dapat membantu mempermudah pekerjaan perencana untuk mendeskripsikan dan menjelaskan permasalahan wilayah. Teori berdasarkan pada nilai-nilai tertentu, teori dapat diuji dan dapat dikembangkan. Teori yang digunakan telah diyakini oleh pencetus teori tersebut, teori tidak mungkin tercipta tanpa danya penelitian secara ilmiah. Studi literatur atau yang dikenal dengan tinjauan pustakan, berfungsi sebagai peninjau kembali pustaka yang berkaitan dengan masalahan di wilayah. Studi literatur berkaitan mendasar dalam suatu penelitian. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan teori dan studi literatur dalam pekerjaan yaitu: Halaman 24

28 1. Kegunaan teori dan studi literatur 2. Kelebihan, kelemahan dan spesifikasi teori dan studi literatur 3. Keterkaitan teori dengan studi literatur yang digunakan b. Ikhtisar studi literatur dan teori pendukung Ikhtisar studi literatur dan teori pendukung berguna untuk memilih teoriteori yang berhubungan dengan pekerjaan. Teori-teori pendukung yang digunakan harus sesuai dengan rumusan masalah yang telah disebutkan sebelumnya. Ikhtisar ruang lingkung studi literatur dan teori pendukung meliputi identifikasi permasalahan wilayah, penjelasan masalah wilayah perencaan, uraian sistematis dokumendokumen/literatur yang digunakan sesuai dengan rumusan masalah dan mengandung informasi sesuai dengan kebutuhan. c. Simpulan hasil studi literatur dan teori pendukung dengan menyeluruh dan cermat Hasil studi literatur dan pemilihan teori dipilih secara cermat dan menyeluruh. Simpulan diberikan untuk keperluan pengembangan pekerjaan. 4.3 Rumusan Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan Metodologi Sesuai dengan Permasalahan Wilayah Perencanaan a. Berbagai macam metode yang umum digunakan dalam melaksanakan pekerjaan Masalah berbeda dengan masalah-masalah lainnya, tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan menggunakan metode yang sama. Perumusan masalah merupakan langkah yang sangat penting bagi seorang perencana dalam menentukan pokok-pokok permasalahan dalam wilayah. Masalah yang dirumuskan secara baik dan benar akan dapat membantu tugas seorang perencana dalam menentukan studi nya. Kriteria permasalahan yang baik yaitu: 1. Memiliki nilai Masalah yang akan diselesaikan akan berguna atau bermanfaat secara positif. 2. Memiliki fisibilitas Halaman 25

29 Fisibilitas memiliki arti bahwa masalah tersebut dapat dipeahkan atau dipertanggungjawabkan. Perumusan masalah yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan 2. Rumusan masalah harus jelas, padat dan dapat dipahami oleh orang lain 3. Rumusan masalah harus mengandung unsur data yang mendukung pemecahan masalah 4. Rumusan masalah harus merupakan dasar dalam membuat kesimpulan sementara (hipotesis) 5. Masalah harus menjadi dasar bagi masalah b. Penjelasan metode yang umum digunakan dalam melaksanakan pekerjaan Metode yang umum digunakan dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam menjelaskan metode perumusan masalah pekerjaan perencana seorang peneliti harus mampu: 1. Menguasai teori 2. Banyak membaca masalah-masalah terupdate 3. Memiliki daya observasi tinggi 4. Mengetahui pendekatan apa yang digunakan dalam memecahkan masalah 5. Pendekatan tergantung pada masalah yang diteliti Berdasakan kajian identifikasi terhadap RTH, metode yang digunakan dalam kajian ini dirumuskan berdasarkan pendekatan: urban landscape ecology (ekologi lanskap urban). Dalam metode tersebut mengacu pada perspektif yang melihat manusia sebagai bagian integral dari sistem ekologi Indonesia. Identifikasi RTH diruang perkotaan digunakan untuk melihat kebutuhan masyarakat perkotaan. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menggunakan metode ini adalah faktor manusia dan alam. c. Kumpulan metode yang umum digunakan dalam melaksanakan pekerjaan secara lengkap Metode perenencanaan yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan Halaman 26

30 terkait dengan permasalahan RTH di perkotaan, misalnya untuk Kota Bandung yaitu dengan menggunakan metode kualitatif. Hal ini berkaitan dengan kriteria sebagai berikut: 1. Metode secara kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh terhadap kondisi RTH secara eksisting 2. Data yang terkumpul tidak hanya berkenaan dengan fakta-fakta di lapangan tetapi juga untuk permasalahan terkait dengan aspek, sosial, persepsi, kepercayaan dan pemikiran yang diperoleh melalui interaksi dilapangan 3. Perolehan data secara lebih meluas melalui berbagai informan terhadap informasi yang diperoleh 4. Penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan terkait dengan RTH bersifat studi kasus, menyeluruh dan mendalam, tetapi juga bersifat alamiah sesuai kondisi eksisiting Pemilihan Metode Sesuai dengan Permasalahan Wilayah Perencanaan a. Tunjukkan perbedaan penggunaan suatu metode dengan metode lain Perbedaan penggunaan metode kuantitatif dan kualitatif dalam yaitu terletak pada strategi dasar penelitian yang dilakukan. metode kuantitatif/metode artistic/metode interpretif karena perolehan data berkenaan dengan hasil interpretasi dilapangan, digunakan untuk meneliti pada kondisi tertentu yang membutuhkan sampel dan populasi suatu obyek, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan untuk metode kualitatif/metode naturalistik/metode egnografi, dilakukan pada kondisi alamiah, lebih banyak mengeksplorasi pada hal-hal dilapangan dengan tanpa batas untuk melakukan studi kasus maupun penelitian, tidak berpedoman pada sampel maupun populasi yang telah ditentukan sebelumnya. b. Pemisahan metode sesuai dengan kebutuhan pekerjaan Pemisahan metode berdasarkan pada perbedaan untuk masing-masing metode sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Perbedaan metode kuantitatif dan kualitatif menurut berbagai pandangan yaitu: 1. Metode kuantitatif lebih menggunakan pendekatan etik, peneliti mengumpulkan data dengan terlebih dahulu menetapkan konsep sebagai variabel-variabel yang berhubungan dengan teori yang Halaman 27

31 digunakan sesuai dengan kebutuhan. Metode kualitatif menggunakan perspektif emik, peneliti mengumpulkan data berupa cerita/naskah/narasi dari berbagai informan/sumber informasi sesuai dengan sudut pandang informan tersebut, tidak berbatas oleh variabel-variabel yang mengikat 2. Metode kuantitatif bertolak dari konsep/variabel yang terdapat di dalam teori sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, kemudian mencari data sesuai dengan kebutuhan, dan melakukan pengukuran variable;- variabel sesuai dengan teknik survey dilapangan Metode kualitatif berupa pandangan informan, kemudian penafsiran dan menciptakan konsep baru maupun temuan studi, maupun penemuan konsep atau teori baru untuk pengujian lebih lanjut 3. Metode kuantitatif merumuskan hipotesis sejak awal, berasal dari teori yang relevan yang telah dipilih. Metode kualitatif bisa menggunakan hipotesi maupun tidak menggunakan hipotesis, jika ada hipotesis maka bisa ditemukan pada saat tengah-tengah pencarian data dengan cara mengumpulkan bukti-bukti pendukung hipotesis tersebut 4. Metode kuantitatif digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yaitu: terkait dengan tingkat pengaruh, keeratan korelasi antar variabel, pengukuran variabel Metode kualitatif digunakan untuk mengetahui makna, perkembangan suatu permasalahan, lebih detail dan lebih teliti 5. Metode kuantitatif menggunakan alur berpikir secara deduktif, yaitu penetapan variabel/konsep, pengumpulan data dan penarikan kesimpulan Metode kualitatif menggunakan alur berpikir induktif, yaitu upaya perolehan data, detail penggunaan data, tanpa menggunakan evaluasi dan interpretasi, pengkategorian data, pencarian tema, konsep dan penemuan hasil studi/teori baru c. Pemilahan metode yang sudah dikumpulkan secara cermat Pemilahan metode yang sudah dikumpulkan secara cermat, digunakan sesuai dengan kebutuhan pekerjaan. Misalnya untuk mengukur tingkat kepekaan data, sehingga dapat memunculkan metode mana yang cocok digunakan dalam pekerjaan permasalahan wilayah dengan baik, efektif dan efisien. Halaman 28

32 4.3.3 Pemilihan Metode Perencanaan Sesuai dengan Kebutuhan a. Penjelasan alasan pemilihan suatu metode dengan tujuan pekerjaan dan ketersediaan data Alasan pemilihan suatu metode dengan tujuan pekerjaan dan ketersediaan data yaitu berdasarkan pada kesesuaian dengan permasalahan perencanakan yang sedang dikerjakan, hasil yang diharapkan dan sasaran objek sesuai dengan kebutuhan. b. Hubungan antara metode yang dipilih dengan kebutuhan pekerjaan Hubungan metode yang dipilih dengan kebutuhan merupakan proses pemilihan teori dan studi literature yang terkoordinasi dengan baik dan berhubungan dengan kebutuhan, sehingga dapat diperoleh pelaksanaan identifikasi permasalahan wilayah. c. Pemilihan metode pekerjaan secara tepat Pemilihan metode pekerjaan dilakukan secara tepat, untuk melihat kesesuai dan kebutuhan pelaksanaan pekerjaan dengan baik. 4.4 Identifikasi Masalah / Issue di Wilayah Perencanaan Rumusan Gambaran Umum Wilayah Perencanaan a. Penjelasan kondisi wilayah Dewasa ini kondisi kawasan perkotaan di Indonesia cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yang berarti bahwa tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi, sehingga menyebabkan pengelolaan ruang menjadi semakin berat. Data kependudukan menunjukkan perkembangan penduduk Indonesia terjadi cukup pesat. Pada tahun 1980 jumlah penduduk perkotaan Indonesia mencapai 32,8 juta jiwa atau sebesar 22,3% dari total penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk meningkat menjadi 55,4 juta jiwa atau sebesar 30,9% dan semenjak tahun 2002 meningkat cukup besar menjadi 90 juta jiwa atau sebesar 44%. Angka tersebut diperkirakan akan mencapai 150 juta jiwa atau sebesar 60% dari total penduduk nasional pada tahun Halaman 29

33 b. Rumusan pokok-pokok kondisi wilayah Rumusan pokok-pokok kondisi kependudukan wilayah perkotaan di Indonesia, sebagai berikut: 1. Jumlah penduduk perkotaan Indonesia akan terus meningkat dari waktu ke waktu 2. Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota 3. Penataan ruang kawasan perkotaan di Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah khususnya pada penyediaan ruang terbuka (RTH), penyedia hunian, fasilitas umum dan sosial, dan lainnya c. Rumusan gambaran umum wilayah Rumusan gambaran umum wilayah bermanfaat untuk mengetahui kondisi secara umum, sehingga dapat menjabarkan secara lebih luas kondisi permasalahan wilayah perncanaan. Gambaran umum kondisi kualitas dan kuantitas Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan Indonesia pada kurun waktu 30 tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kota-kota besar yang terkena dampak penurunan kualitas dan kuantitas RTH yaitu Jakarta, Surabaya, Medan dan Bandung. Penurunan tersebut terjadi dari 35% menjadi 10%, hal ini mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan perkotaan, bencana alam seperti banjir, tanah longsor, tingginya tingkat polusi udara, menurunnya produktivitas masyarakat akibat terbatasnya ruang terbuka. Fokus permasalaha RTH di Indonesia terjadi di perkotaan Bandung Identifikasi Masalah / Issue Wilayah Perencanaan Secara Umum a. Penjelasan masalah/issue wilayah Identifikasi masalah/issue secara umum memiliki peranan penting dalam pembentukan ruang publik, terutama permasalahan RTH perkotaan. Perencanaan tata ruang wilayah dan kota secara umum dimulai dengan mengidentifikasi kawasan-kawasan untuk menjamin kelestarian lingkungan secara alami. Selanjutnya dilakukan dengan memasukkan komponen-komponen RTH dalam struktur tata ruang kota. Halaman 30

34 Issue wilayah perkotaan yang dihadapi Indonesia terkait dengan RTH yang secara umum berkaitan dengan beberapa permasalahan perkotaan antara lain yaitu: 1. Menurunnya kualitas lingkungan hidup yang berdampak pada perubahan perilaku sosial masyarakat 2. Dilihat dari aspek kondisi lingkungan hidup, rendahnya kualitas air tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan 3. Dilihat dari aspek perilaku sosial masyarakat penduduk perkotaan, tingginya tingkat kriminalitas dan konflik horizontal di antara kelompok masyarakat perkotaan secara tidak langsung juga disebabkan oleh berkurangnya ruang-ruang kota untuk melakukan interaksi sosial 4. Kurang optimalisasi penyediaan RTH secara kuantitatif maupun kualitatif 5. Lemahnya kelembagaan dan SDM 6. Kurangnya keterlibatan stakeholder dalam penyediaan penyelenggaraan RTH 7. Terbatasnya ruang/lahan di perkotaan yang dapat digunakan sebagai RTH b. Kategori permasalahan wilayah Kategori permasalahan RTH di Kota Bandung dilihat dari beberapa faktor yang dinilai penting untuk dipertimbangkan dalam perhitungan kebutuhan RTH, yaitu sebagai berikut: 1. Faktor Ekologi Kota a. Peningkatan proporsi RTH Kota sebagai penyeimbang proporsi area terbangun b. RTH sebagai produsen O 2 c. RTH sebagai pereduksi CO 2 d. RTH sebagai jalur angin e. RTH sebagai area resapan air hujan f. RTH sebagai penjaga kestabilan tanah g. RTH yang saling terkoneksi h. RTH yang terintegrasi dengan simtem drainase dan pengolahan limbah rumah tangga 2. Faktor Ruang Kota Fisik 1. Terbentuknya tipologi RTH kota dalam hierarki, berdasarkan: a. Skala lingkungan pelayanan b. Ukuran luas Halaman 31

35 c. Aktivitas yang diwadahi 2. RTH kota yang terintegrasi dengan jaringan sirkulasi kawasan 3. Faktor Ruang Kota No Fisik 1. Tersedianya RTH pada skala lingkungan minimal dalam setiap radius tempuh pejalan kaki 2. Tersedianya RTH sebagai ruang interaksi masyarakat c. Identifikasi permasalahan/isu wilayah Identifikasi permasalahan/isu wilayah berguna untuk optimalisasi pemanfaatan dan penggunaan RTH di wilayah perkotaan. Misalnya untuk mengidentifikasi peranaan penggunaan RTH di perkotaan Bandung yang tercantum dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) Kota Bandung Tahun Kondisi kawasan ruang-ruang terbuka hijau pada perkotaan Bandung berupa petak (patch) dan koridor pembentuk struktur ekologi kota dengan kerangka dasar seluruh kawasan perkotaan Bandung. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 4.1 Peta Rencana Ruang Terbuka Hijau Kota Bandung Pada RTRW Tahun Dari gambar terlihat bahwa rencana ruang terbuka hijau Kota Bandung saat ini belum dapat dikatakan berperan sebagai pengendali pembangunan. proporsi ruang terbuka hijau dalam rencana tersebut diperkirakan belum memenuhi persyaratan yang ditetapkan UU Nomor 26 Tahun 2007, bahwa minimum RTH di perkotaan sebesar 30%. Halaman 32

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

Perancangan Metode Survei

Perancangan Metode Survei MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Perancangan Metode Survei BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Metode untuk penyusunan perencanaan partisipatif berbasis kewilayahan dalam penelitian ini merujuk desain penelitian deskriptifkualitatif, yaitu suatu metode

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI (ZONING REGULATOR) Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Penataan Ruang Sub Bidang Pekerjaan : Pengendalian Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM PELATIHAN KERJA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT PAM.MM03.002.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI

AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI DEPARTEMEN P BADAN PEMBINAAN KONSTRU PUSAT PEMBINAAN KOMPETEN PEMBUATAN LAPORAN BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menerapkan Ketentuan Tentang Kegagalan Bangunan dan 1.2 Kode Unit 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BEKERJASAMA DENGAN REKAN KERJA NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI DETEKSI KEBOCORAN DAN COMMISSIONING JARINGAN PERPIPAAN SPAM Kode Jabatan Kerja :... Kode Pelatihan :... DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru No.46, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Jasa Konstruksi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 24/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI

PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI PERATURAN BADAN NASIONAL SERTIFIKASI PROFESI NOMOR : 4/ BNSP / VII / 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PEMELIHARAAN SKEMA SERTIFIKASI PROFESI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN NASIONAL

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI DI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.008.02

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pedoman Penyusunan TNA

Pedoman Penyusunan TNA BABI PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengembangan pelatihan diperlukan langkah-langkah penyusunan yang harus ditempuh oleh seorang penyusun program pelatihan. Salah satu yang harus ditempuh diantara langkah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERSYARATAN KOMPETENSI DALAM PENYUSUNAN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi deskriptif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 28 TAHUN 2000 TENTANG USAHA DAN PERAN MASYARAKAT JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1179, 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Kompetensi. Tenaga Ahli. Terampil. Jasa Konstruksi. Persyaratan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Projek Pada dasarnya, bangunan penelitian berupa bangunan tunggal maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan kegiatan penunjang lainnya.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan, Pelaksanaan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan, Pelaksanaan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metoda Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Program Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja dalam meningkatkan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG QUANTITY (KUANTITAS) PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, penelitian kualitatif yaitu, penelitian yang tidak menggunakan perhitungan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA. No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM STANDARDISASI KOMPETENSI KERJA NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09 / PRT / M / 2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09 / PRT / M / 2013 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 09 / PRT / M / 2013 TENTANG PERSYARATAN KOMPETENSI UNTUK SUBKUALIFIKASI TENAGA AHLI DAN TENAGA TERAMPIL BIDANG JASA KONSTRUKSI MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR KOMPETENSI KERJA KHUSUS KURATOR MUSEUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI PENYUSUN DOKUMEN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP DAN PERSYARATAN LEMBAGA PELATIHAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

KODE UNIT : O

KODE UNIT : O KODE UNIT : O.842340.017.01 JUDUL UNIT : Menyusun PrioritasKerja DESKRIPSIUNIT : Unit ini menjelaskan hasil kinerja, keterampilan, pengetahuan,dan sikap yang diperlukan untuk merencanakan jadwal pekerjaan,

Lebih terperinci

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak

1. Melakukan pendekatan terhadap peluang pendanaan dari donatur potensial. 2. Menyerahkan proposal pendanaan. 3. Memenuhi persyaratan kontrak KODE UNIT : O.842340.006.01 JUDUL UNIT : MemastikanPendanaan PenanggulanganBencana DESKRIPSIUNIT : Unit kompetensi ini menjelaskan keterampilan pengetahuan, dan sikap yang dipersyaratkan untukmengidentifikasi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PERHITUNGAN BIAYA AKIBAT ADANYA PERUBAHAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PELATIHAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,

Lebih terperinci

LSP Teknologi Informasi Indonesia

LSP Teknologi Informasi Indonesia 2017 LSP Teknologi Informasi Indonesia SKEMA SERTIFIKASI Analis Bisnis Teknologi Informasi (IT Business Analyst) Skema sertifikasi Analis Bisnis Teknologi Informasi (IT Business Analyst) merupakan skema

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI

SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI 2016 LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI PIHAK PERTAMA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG SKEMA SERTIFIKASI KOMPETENSI SERTIFIKAT LEVEL BIDANG BISNIS KONVENSI Disusun oleh Komite Skema Sertifikasi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4

BAB III METODE PENELITIAN. Negeri 1 Yogyakarta, SMK Negeri 2 Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMK Negeri 4 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan Negeri se-kota Yogyakarta merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian. Ada tujuh sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pemilihan pendekatan dan jenis penelitian

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN

SKEMA SERTIFIKASI AHLI TEKNIK TEROWONGAN 1. Justifikasi 1.1 Tuntutan persyaratan kompetensi Tenaga kerja untuk pekerjaan perencana, pengawas dan pelaksana jasa konstruksi harus bersertifikat keahlian kerja dan atau keterampilan kerja (UU No.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 42/Permentan/SM.200/8/2016 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA SEKTOR PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci