DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1"

Transkripsi

1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian / Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN IRIGASI Umum Persiapan Pengumpulan Data Perencanaan Pelaksanaan Sosialisasi Tentang Ke-Irigasian Kepada Masyarakat Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Konsultasi Dengan Masyarakat (PKM) Pengorganisasian Data Perencanaan Penetapan Data Perencanaan BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Perpustakaan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 1 dari 76

2 BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan berbasis kompetensi. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten ditempat kerja. Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain materi pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari instruktur Isi Materi pelatihan 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja. Halaman: 2 dari 76

3 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan materi pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency- RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh melalui: Halaman: 3 dari 76

4 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-pengertian / Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Halaman: 4 dari 76

5 1.4.7 Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 76

6 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi - Kode Unit, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air Perencanaan Layout Daerah Irigasi Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Perencanaan Bangunan Utama (Bendung) Parameter Standar Penggambaran Irigasi Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi Unit Kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. Halaman: 6 dari 76

7 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. memeriksa kemajuan peserta pelatihan. menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Judul Unit Mengumpulkan Data Perencanaan Irigasi Kode Unit Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk melakukan pengumpulan data irigasi melalui sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan Kemampuan Awal Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksidan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air terpadu Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Menyiapkan pengumpulan data 1.1 Kebutuhan data untuk irigasi baik teknis maupun non teknis diidentifikasi dengan cermat. 1.2 Kebutuhan data untuk irigasi baik teknis maupun non teknis dirangkum dengan cermat. 1.3 Metode pengumpulan data ditentukan sesuai dengan jenis dan karakteristik data. Halaman: 7 dari 76

8 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 2. Melaksanakan sosialisasi tentang keirigasian kepada 3. Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan (PKM) 4. Mengorganisasi data 2.1 Materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang keirigasian disusun dengan cermat. 2.2 Informasi tentang keirigasian dijelaskan secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami pada saat sosialisasi. 2.3 Saran dan masukan dari terkait dengan keirigasian dicatat sebagai data 2.4 Laporan hasil sosialisasi dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan. 3.1 Bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket (daftar pertanyaan) kepada pemilik kepentingan (Stakeholder), disusun dengan cermat sesuai tujuan pertemuan. 3.2 Tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM serta wakil pemilik kepentingan yang akan diundang, direncanakan dengan cermat. 3.3 Semua masukan dari dan instansi terkait, termasuk hal-hal yang telah disepakati dicatat dengan cermat. 3.4 Laporan hasil kegiatan PKM dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan. 4.1 Data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan diperiksa dengan cermat. 4.2 Hasil pemeriksaan data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan dipilah sesuai dengan kebutuhan irigasi. 4.3 Semua data hasil pemilahan dirangkum secara cermat. Halaman: 8 dari 76

9 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 5. Menetapkan data 5.1 Data teknis (hidroklimatologi, hidrogeologi, hidrometri, geologi, geoteknik, kapabilitas tanah, peta dan hasil pengukuran, demografi dan sosial ekonomi) hasil analisis diperiksa dengan teliti 5.2 Data hasil analisis hidrologi berupa water balance, kebutuhan air disawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum diperiksa dengan benar dan teliti. 5.3 Semua data hasil pemeriksaan diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan sebagai data definitif Batasan Variabel 1) Kontek Variabel a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi utamanya pada irigasi. b. Unit kompetensi ini berlaku dalam mengumpulkan data irigasi melalui sosialisasi c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan tugas irigasi, meliputi: (1) Data hasil survey dan investigasi lapangan. (2) Hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan (3) Data hasil analisis 2) Perlengkapan dan Peralatan a. Peralatan: Komputer dan software dalam menyelesaikan tugas individual dan kelompok b. Bahan: form questioner dan form wawancara c. Fasilitas: Ruangan dan Tempat pertemuan/balai 3) Tugas-tugas yang harus dilakukan : a. Menyiapkan pengumpulan data b. Melaksanakan sosialisasi tentang ke-irigasi-an kepada c. Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan (PKM) d. Mengorganisasi data e. Menetapkan data. Halaman: 9 dari 76

10 4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan : a. Pedoman atau peraturan tentang Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat dalam Perencanaan Irigasi b. Kode Etik Profesi Panduan Penilaian 1) Kondisi Pengujian a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan (wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode lain yang relevan; 2) Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi ini serta unit-unit kompetensi yang terkait. a. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi: (1) F45 AMPI Menerapkan Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksidan Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L). (2) F45 AMPI Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air b. Unit kompetensi yang terkait, meliputi:. (1) F45 AMPI Merencanakan Layout Daerah Irigasi (2) F45 AMPI Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi (3) F45 AMPI Merencanakan Bangunan Utama (Bendung) (4) F45 AMPI Menerapkan parameter, dan standar penggambaran Irigasi Halaman: 10 dari 76

11 (5) F45 AMPI Menyusun Panduan Operasi dan Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan Kriteria Perencanaan (6) F45 AMPI Melakukan Aplikasi Model Matematis jaringan irigasi 3) Pengetahuan yang dibutuhkan : a. Data Perencanaan Irigasi b. Dampak pengembangan daerah irigasi c. Metode sosialisasi dan PKM d. Investigasi lapangan e. Data hasil análisis (Hidrologi, kebutuhan air di sawah, wáter balance, dll) f. Data hasil survei g. Data hasil investigasi. 4) Keterampilan yang dibutuhkan : a. Melakukan koordinasi dalam Tim Kerja b. Melakukan sosialisasi terhadap c. Menjelaskan maksud dan tujuan dikembangkannya daerah irigasi d. Melakukan investigasi lapangan e. Menginventarisasi dan mengelola data 5) Aspek Kritis Aspek kritis yang harus diperhatikan : a. Kecermatan dalam menjelaskan secara detail dan jelas tentang rencana pengembangan daerah irigasi, termasuk peran dalam kegiatan tersebut b. Kecermatan dalam mengelola dan menetapkan jenis data yang dibutuhkan dalam irigasi Kompetensi kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan 3 informasi 2. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 3 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 3 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2 6. Memecahkan masalah 2 7. Menggunakan teknologi 3 Halaman: 11 dari 76

12 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1 Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / 1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. 2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. 4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan Permulaan dari proses pembelajaran 1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar. 2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan terhadap tugas praktek 1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya. 2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi 1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek. 3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan Halaman: 12 dari 76

13 3.2 Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu. 3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya sebagai instruktur. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut: Unit Kompetensi : Mengumpulkan data irigasi Elemen Kompetensi 1 : Menyiapkan pengumpulan data Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja 1.1 Kebutuhan data untuk irigasi baik teknis maupun non teknis diidentifikasi dengan cermat 1) Dapat menyebutkan jenis data yang dibutuhkan dalam Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Mengidentifika si Kebutuhan data untuk irigasi baik teknis maupun non teknis dengan cermat Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1. Menjelaskan tentang jenis data yang dibutuhkan dalam irigasi 2. Menjelaskan tata cara mengumpulka n berbagai jenis data untuk Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 13 dari 76

14 Kriteria Unjuk No Kerja/Indikator Unjuk Kerja irigasi 2) Dapat menjelaskan cara mengumpulkan berbagai jenis data untuk irigasi 3) Mampu menyusun daftar kebutuhan data untuk irigasi 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengidentifikasi kebutuhan data untuk irigasi 1.2 Kebutuhan data untuk irigasi baik teknis maupun non teknis dirangkum dengan cermat 1) Dapat menjelaskan data yang diperoleh melalui sosialisasi dengan 2) Mampu mengumpulkan data melalui sosialisasi dengan sesuai kebutuhan 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti terkait dengan pengumpulan data melalui sosialisasi dengan 1.3 Metode pengumpulan data ditentukan sesuai dengan jenis dan Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu Merangkum Kebutuhan data untuk irigasi baik teknis maupun non teknis dengan cermat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu Menentukan Metode pengumpulan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran irigasi 3. Menjelaskan tata cara menyusun daftar kebutuhan data untuk irigasi 4. Menjelaskan tata cara mengidentifika si kebutuhan data untuk irigasi 1.Menjelasakan tentang data yang diperoleh melalui sosialisasi dengan 2. Menjelaskan tentang cara mengumpulka n data melalui sosialisasi dengan sesuai kebutuhan 3. Menjelaskan tentang tata cara pengumpulan data melalui sosialisasi dengan 1. Menjelaskan data yang dapat diperoleh melalui pertemuan konsultasi Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang Jam Pelajaran Indikatif 10 menit 10 menit Halaman: 14 dari 76

15 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja karakteristik data 1) Dapat menjelaskan data yang dapat diperoleh melalui pertemuan konsultasi dengan 2) Dapat menjelaskan pemangku kepentingan yang hadir dalam pertemuan konsultasu 3) Mampu menyusun data yang dikumpulkan melalui pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti terkait dengan pengumpulan data melalui pertemuan konsultasi dengan Diskusi: Tujuan Pembelajaran data sesuai dengan jenis dan karakteristik data Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran dengan 2.Menjelaskan tentang pemangku kepentingan yang hadir dalam pertemuan konsultasu 3.Menjelaskan tentang data yang dikumpulkan melalui pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan 4.Menjelaskan tentang pengumpulan data melalui pertemuan konsultasi dengan Sumber/ Referensi yang Disarankan tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 2.1 Materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang : Mengumpulkan data irigasi : Melaksanakan sosialisasi tentang keirigasian kepada Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Menyusun Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang tujuan kegiatan sosialisasi kepada Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 15 dari 76

16 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja keirigasian disusun dengan cermat 1) Dapat menjelaskan tujuan kegiatan sosialisasi kepada tentang ke-irigasian 2) Mampu mengidentifikasi materi untuk kegiatan sosialisasi kepada 3) Mampu menyusun materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang ke-irigasian 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menyiapkan materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang ke-irigasian Tujuan Pembelajaran Materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang keirigasian dengan cermat Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran tentang keirigasi-an 2. Menjelaskan tentang tata cara mengidentifikas i materi untuk kegiatan sosialisasi kepada 3. Menjelaskan tentang cara menyusun materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang keirigasi-an 4. Menjelaskan tentang tata cara menyiapkan materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang keirigasi-an Sumber/ Referensi yang Disarankan b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 2.2 Informasi tentang keirigasian dijelaskan secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami pada saat sosialisasi 1) Dapat menetapkan tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi 2) Mampu menyusun jadwal yang tepat untuk melakukan sosialisasi 3) Mampu menetapkan tempat yang sesuai untuk melakukan sosialisasi 4) Harus mampu bersikap konsisten dan taat terhadap Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Menjelaskan Informasi tentang keirigasian secara rinci dengan bahasa yang mudah dipahami pada saat sosialisasi 1. Ceramah 2. Diskusi 1.Menjelaskan tentang menetapkan tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi 2. Menjelaskan tentang cara menyusun jadwal yang tepat untuk melakukan sosialisasi 3. Menjelaskan tentang cara penetapan tempat yang sesuai untuk melakukan sosialisasi a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi 10 menit Halaman: 16 dari 76

17 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi 2.3 Saran dan masukan dari terkait dengan keirigasian dicatat sebagai data 1) Dapat menjelaskan kriteria yang termasuk keirigasian dari saran dan masukan 2) Mampu memilah saran dan masukan yang terkait dengan keirigasian 3) Harus mampu bersikap cermat dalam mencatat saran dan masukan dari terkait dengan keirigasian 2.4 Laporan hasil sosialisasi dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan 1) Dapat menjelaskan isi laporan 2) Dapat menjelaskan format laporan yang digunakan 3) Mampu menyusun laporan hasil sosialisasi sesuai format dan prosedur 4) Harus mampu bersikap vermat dan teliti dalam menyusun laporan hasil sosialisasi Diskusi: Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Mencatat Saran dan masukan dari terkait dengan keirigasian sebagai data Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta dapat Membuat Laporan hasil sosialisasi sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang kriteria yang termasuk keirigasian dari saran dan masukan 2. Menjelaskan cara memilah saran dan masukan yang terkait dengan keirigasian 3. Menjelaskan cara mencatat saran dan masukan dari terkait dengan keirigasian 1. Menjelaskan tentang isi laporan sosialisasi 2. Menjelaskan format laporan sosialisasi yang digunakan 3. Menjelaskan cara menyusun laporan hasil sosialisasi sesuai format dan prosedur Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif 5 menit 10 menit Halaman: 17 dari 76

18 Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 3.1 Bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket (daftar pertanyaan) kepada pemilik kepentingan (Stakeholder), disusun dengan cermat sesuai tujuan pertemuan 1) Dapat menjelaskan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM 2) Mampu menyusun angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan 3) Dapat menjelaskan tujuan pelaksanaan PKM 4) Harus mampu bersikap cermat menyiapkan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket 3.2 Tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM serta wakil pemilik kepentingan yang akan diundang, direncanakan dengan cermat 1) Dapat menjelaskan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM 2) Mampu merencanakan tempat yang sesuai untuk penyelenggaraan PKM 3) Mampu : Mengumpulkan data irigasi : Melaksanakan kegiatan pertemuan konsultasi dengan (PKM) Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu Menyusun Bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket (daftar pertanyaan) kepada pemilik kepentingan (Stakeholder), dengan cermat sesuai tujuan pertemuan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu Merencanakan Tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM serta wakil pemilik kepentingan yang akan diundang, dengan cermat Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang bahan yang akan dilaporkan dalam PKM 2. Menjelaskan cara menyusun angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan 3. Menjelaskan tujuan pelaksanaan PKM 4. Menjelaskan cara menyiapkan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket 1.Menjelaskan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM 2. Menjelaskan cara merencanakan tempat yang sesuai untuk penyelenggara an PKM 3. Menjelaskan cara merencanakan waktu yang tepat untuk penyelenggara an PKM 4. Menjelaskan cara mengidentifikas i kebutuhan Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit 10 menit Halaman: 18 dari 76

19 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja merencanakan waktu yang tepat untuk penyelenggaraan PKM 4) Mampu mengidentifikasi kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan PKM 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merencanakan penyelenggaraan PKM 3.3 Semua masukan dari dan instansi terkait, termasuk hal-hal yang telah disepakati dicatat dengan cermat 1) Dapat menjelaskan tujuan melakukan pencatatan terhadap semua masukan dari dan instansi terkait 2) Mampu mengumpulkan semua masukan dari dan instansi terkait dengan cermat 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mencatat semua masukan dari dan instansi terkait 3.4 Laporan hasil kegiatan PKM dibuat sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan 1) Dapat menjelaskan kegunaan laporan hasil kegiatan PKM 2) Mampu Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu Mencatat Semua masukan dari dan instansi terkait, termasuk halhal yang telah disepakati, dengan cermat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu membuat laporan hasil kegiatan PKM sesuai format dan prosedur yang telah ditetapkan Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran personal panitia untuk penyelenggara an PKM 1.Menjelaskan tujuan melakukan pencatatan terhadap semua masukan dari dan instansi terkait 2. Menjelaskan cara mengumpulkan semua masukan dari dan instansi terkait dengan cermat 1.Menjelaskan kegunaan laporan hasil kegiatan PKM 2. Menjelaskan cara mengaplikasika n laporan hasil kegiatan PKM dalam irigasi Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah Jam Pelajaran Indikatif 5 menit 10 menit Halaman: 19 dari 76

20 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja mengaplikasikan laporan hasil kegiatan PKM dalam irigasi 3) Mampu memilah laporan hasil kegiatan PKM yang akan digunakan sebagai data 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menggunakan laporan hasil kegiatan PKM pada irigasi Diskusi: Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran 3. memilah laporan hasil kegiatan PKM yang akan digunakan sebagai data Sumber/ Referensi yang Disarankan tentang Irigasi Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 4 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 4.1 Data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan diperiksa dengan cermat 1) Dapat menjelaskan data dan informasi yang dihasilkan dari survei lapangan 2) Dapat menjelaskan data dan informasi yang dihasilkan dari : Mengumpulkan data irigasi : Mengorganisasi data Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memeriksa data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan, dengan cermat Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang data dan informasi yang dihasilkan dari survei lapangan 2. Menjelaskan data dan informasi yang dihasilkan dari investigasi lapangan 3. Menjelaskan cara mengoleksi data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 20 dari 76

21 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja investigasi lapangan 3) Mampu mengoleksi data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan 4) Mampu memilah data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam memilih data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan 4.2 Hasil pemeriksaan data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan dipilah sesuai dengan kebutuhan irigasi irigasi 1) Dapat menjelaskan jenis data dan hasil pemilihan dari informasi maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 2) Mampu Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memilah hasil pemeriksaan data dan informasi baik yang dihasilkan dari survei dan investigasi lapangan maupun hasil pertemuan dengan, sesuai dengan kebutuhan irigasi irigasi Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 4. Menjelaskan cara memilah data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan 1.Menjelaskan jenis data dan hasil pemilihan dari informasi maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 2. Menjelaskan cara mengoleksi hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 3. Menjelaskan cara menyusun hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 21 dari 76

22 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja mengoleksi hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 3) Mampu menyusun hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 4) Harus dapat bersikap cermat dan teliti dalam Menyiapkan hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 4.3 Semua data hasil pemilahan dirangkum secara cermat 1) Dapat menjelaskan data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan irigasi 2) Mampu memilah data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan sesuai Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu merangkum semua data hasil pemilahan, secara cermat Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 4. Menjelaskan cara menyiapkan hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi 1.Menjelaskan data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan irigasi 2. Menjelaskan cara memilah data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan irigasi 3. Menjelaskan Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 22 dari 76

23 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja kebutuhan irigasi 3) Mampu menyusun data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan hasil sosialisasi dan pertemuan sesuai kebutuhan irigasi 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam Menyiapkan data dan informasi Diskusi: Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran cara menyusun data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan hasil sosialisasi dan pertemuan sesuai kebutuhan irigasi 4. Menjelaskan cara menyiapkan data dan informasi dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 5 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 5.1 Data teknis (hidroklimatologi, hidrogeologi, hidrometri, geologi, geoteknik, kapabilitas tanah, peta dan hasil pengukuran, demografi dan sosial ekonomi) hasil analisis diperiksa dengan teliti 1) Dapat menjelaskan data hasil analisis 2) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis hidroklimatologi 3) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis hidrogeologi : Mengumpulkan data irigasi : Menetapkan data Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu memeriksa data teknis (hidroklimatologi, hidrogeologi, hidrometri, geologi, geoteknik, kapabilitas tanah, peta dan hasil pengukuran, demografi dan sosial ekonomi) hasil analisis, dengan teliti Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang data hasil analisisis 2. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil analisis hidroklimatolo gi 3. Menjelaskan tata cara mengidentifik asi data hasil analisis hidrogeologi 4. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil analisis hidrometri 5. Menjelaskan tata cara mengidentifik Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 45 menit Halaman: 23 dari 76

24 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja 4) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis hidrometri 5) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis geoteknik 6) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis kapabilitas tanah 7) Mampu mengidentifikasi data hasil pengukuran 8) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis demografi 9) Mampu mengidentifikasi data hasil analisis sosial ekonomi 10) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengidentifikasi semua data 5.2 Data hasil analisis hidrologi berupa water balance, kebutuhan air disawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum diperiksa dengan benar dan teliti 1) Dapat menjelaskan data hasil analisis hidrologi 2) Mampu menunjukkan data water balance 3) Mampu menunjukkan data kebutuhan air disawah 4) Mampu menunjukkan data pola tanam dan tata tanam yang optimum 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengidentifikasi data hasil analisis Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu memeriksa data hasil analisis hidrologi berupa water balance, kebutuhan air di sawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum, dengan benar dan teliti Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran asi data hasil analisis geoteknik 6.Menjelaskan tentang data hasil analisisis kapabilitas tanah 7. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil pengukuran 8. Menjelaskan tata cara mengidentifik asi data hasil analisis demografi 9. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil analisis sosial ekonomi 1.Menjelaskan tentang data hasil analisis hidrologi 2. Menjelaskan tentang data water balance 3. Menjelaskan tata cara menerapkan ekosistem dalam pengelolaan SDA sesuai ketentuan 4. Menjelaskan tentang data data pola tanam dan tata tanam yang optimum 5. Menjelaskan cara mengidentifik asi data hasil analisis hidrologi dengan cermat dan teliti Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Jam Pelajaran Indikatif 20 menit Halaman: 24 dari 76

25 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja hidrologi 5.3 Semua data hasil pemeriksaan diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan sebagai data definitif 1) Dapat menjelaskan semua jenis data hasil identifikasi sebagai data 2) Dapat menjelaskan cara mengklasifikasikan data hasil identifikasi 3) Mampu mengelompokkan data sesuai kebutuhaan rancangan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengklasifikasikan data hasil identifikasi Diskusi: Tujuan Pembelajaran Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta mampu mengklasifikasi kan semua data hasil pemeriksaan, sesuai dengan kebutuhan sebagai data definitif Metode Pelatihan yang Disarankan 1. Ceramah 2. Diskusi Tahapan Pembelajaran 1.Menjelaskan tentang semua jenis data hasil identifikasi sebagai data 2. Menjelaskan cara mengklasifika sikan data hasil identifikasi dengan cermat dan teliti 3.Menjelaskan cara mengelompok kan data sesuai kebutuhaan rancangan Sumber/ Referensi yang Disarankan a. Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B b. Undangundang tentang Pengelolaan SDA. c. Peraturan Pemerintah tentang Irigasi Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan Jam Pelajaran Indikatif 10 menit Halaman: 25 dari 76

26 BAB IV PENGUMPULAN DATA PERENCANAAN IRIGASI 4.1 Umum Bab ini berisi uraian mengenai kegiatan persiapan pengumpulan data, pelaksanaan sosialisasi tentang keirigasian kepada, pelaksanaan kegiatan Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat (PKM), pengorganisasian data, serta penetapan data. 4.2 Persiapan Pengumpulan Data Perencanaan Kegiatan-kegiatan Tahap Perencanaan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: - Tahap pendahuluan, dan - Tahap akhir. Dalam kedua tahap tersebut, dilakukan pengukuran dan penyelidikan guna memperoleh data yang diperlukan untuk membuat pendahuluan hingga akhir. Sedangkan secara umum, tahapan irigasi akan meliputi beberapa kegiatan seperti: a. Identifikasi b. Pengukuran situasi c. Studi pengenalan (recognition) d. Kelayakan (feasibility study) e. Desain petak-petak f. Penyelidikan (investigasi) g. Desain jaringan Data Perencanaan Irigasi Dalam bab ini hanya akan dirinci data-data yang diperlukan untuk Tahap Perencanaan. Untuk tahap-tahap data-data yang dibutuhkan adalah yang berhubungan dengan informasi mengenai hidrologi, topografi dan geologi teknik. a. Data Hidrometeorologi 1). Parameter Parameter-parameter hidrologi yang sangat penting untuk jaringan irigasi adalah: 1. Curah hujan 2. Evapotranspirasi 3. Debit puncak dan debit harian 4. Angkutan sedimen. Halaman: 26 dari 76

27 Sebagian besar parameter-parameter hidrologi di atas akan dikumpulkan; dianalisis dan dievaluasi di dalam Tahap Studi proyek. Pada Tahap Perencanaan, hasil evaluasi hidrologi akan ditinjau kembali dan mungkin harus dikerjakan dengan lebih mendetail berdasarkan data-data tambahan dari lapangan dan hasil-hasil studi perbandingan. Ahli irigasi sendiri harus yakin bahwa parameter hidrologi itu benarbenar telah memadai untuk tujuan-tujuan. Dalam Tabel 4.1. diringkas parameter terkait data-data hidrologi dan kriteria. Tabel 4.1. Parameter Perencanaan 2). Pencatatan data Catatan informasi mengenai analisis hidrologi terdiri dari peta-peta, aliran sungai dan meteorologi. Informasi tersebut dapat diperoleh dari instansi-instansi yang berwajib. Adalah penting bagi perencana untuk memeriksa tempat-tempat pencatatan data, memeriksa data-data yang terkumpul dan metode pemrosesannya, memastikan bahwa tinggi alat ukur adalah nol sebelum dilakukan evaluasi dan analisis data. Perencana hendaknya yakin bahwa nya dibuat berdasarkan data-data yang andal. Halaman: 27 dari 76

28 3). Penyelidikan lokasi Penyelidikan di daerah aliran sungai dan irigasi akan lebih melengkapi catatan data dan lebih memperdalam pengetahuan mengenai gejalagejala hidrologi. Tempat-tempat pencatatan akan dikunjungi dan metode yang digunakan diperiksa. Penyelidikan lapangan dipusatkan pada keadaan aliran sungai dan daerah pembuangan. Data-data yang akan dikumpulkan berkenaan dengan tinggi muka air maksimum, peluapan tanggul sungai, penggerusan, sedimentasi dan erosi tanggul. Potongan melintang tinggi tanggul (bankfull cross-sections) akan diperkirakan; -koefisien kekasaran saluran dan kemiringan dasar diukur di mana perlu. Wawancara mengenai keadaan setempat dapat mengorek informasi yang sangat berharga tentang hidrologi historis. Orang-orang yang akan diwawancarai harus diseleksi, yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasinya secara objektif dan kebenarannya dapat diandalkam. Tinggi muka air penggenangan, lokasi dan besarnya pelimpahan tanggul sungai, dan frekuensi kejadiannya sering diketahui dengan baik oleh penduduk setempat. a.1.1. Curah hujan Analisis curah hujan dilakukan dengan maksud untuk menentukan: a) Curah hujan efektif untuk menghitung kebutuhan irigasi. Curah hujan efektif atau andalan adalah bagian dari keseluruhan curah hujan yang secara efektif tersedia untuk kebutuhan air tanaman. b) Curah hujan lebih (excess rainfall) dipakai untuk menghitung kebutuhan pembuangan/drainase dan debit (banjir). Untuk analisis curah hujan efektif, curah hujan di musim kemarau dan penghujan akan sangat penting artinya. Untuk curah hujan lebih, curah hujan di musim penghujan (bulan-bulan turun hujan) harus mendapat perhatian tersendiri. Untuk kedua tujuan tersebut data curah hujan harian akan dianalisis untuk mendapatkan tingkat ketelitian yang dapat diterima. Data curah hujan harian yang meliputi periode sedikitnya 10 tahun akan diperlukan. Analisis curah hujan yang dibicarakan di sini juga disajikan pada Tabel 4.1 a.1.2. Evaportanspirasi Analisis mengenai evaporasi diperlukan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi tanaman yang kelak akan dipakai untuk menghitung kebutuhan air irigasi dan, kalau perlu untuk studi neraca air di daerah aliran sungai. Studi ini mungkin dilakukan bila tidak tersedia data aliran dalam jumlah yang cukup. Halaman: 28 dari 76

29 Data-data iklim yang diperlukan untuk perhitungan ini adalah yang berkenaan dengan : a) Temperatur: harian maksimum, minimum dan rata-rata b) Kelembaban relatif c) Sinar matahari: lamanya dalam sehari d) Angin: kecepatan dan arah e) Evaporasi: catatan harian Data-data klimatologi di atas adalah standar bagi stasiun-stasiun agrometerologi. Jangka waktu pencatatan untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal adalah sekitar sepuluh tahun. Tabel 4.2. Parameter evaportanspirasi a.1.3. Banjir Rencana Banjir rencana adalah debit maksimum di sungai atau saluran alamiah dengan periode ulang (rata-rata) yang sudah ditentukan yang dapat dialirkan tanpa membahayakan proyek irigasi dan stabilitas bangunanbangunan. Presentase kemungkinan tak terpenuhi (rata-rata) yang dipakai untuk irigasi adalah: a) Bagian atas pangkal bangunan 0,1% b) Bangunan utama dan bangunan-bangunan di sekitarnya 1% c) Jembatan jalan Bina Marga 2% d) Bangunan pembuang silang, pengambilan di sungai 4% e) Bangunan pembuang dalam proyek 20% f) Bangunan sementara 20% - 4% Halaman: 29 dari 76

30 Jika saluran irigasi primer bisa rusak akibat banjir sungai, maka perentase kemungkinan tak terpenuhi sebaiknya diambil kurang dari 4%, kadang-kadang turun sampai 1%. Debit banjir ditetapkan dengan cara menganalisis debit puncak, dan biasanya dihitung berdasarkan hasil pengamatan harian tinggi muka air. Untuk keperluan analisis yang cukup tepat dan andal, catatan data yang dipakai harus paling tidak mencakup waktu 20 tahun. Persyaratan ini jarang bisa dipenuhi (lihat juga Tabel 4.4) Faktor lain yang lebih sulit adalah tidak adanya hasil pengamatan tinggi muka air (debit) puncak dari catatan data yang tersedia. Data debit puncak yang hanya mencakup jangka waktu yang pendek akan mempersulit dan bahkan berbahaya bagi si pengamat. Harga harga debit rencana sering ditentukan dengan menggunakan metode hidrologi empiris, atau analisis dengan menghubungkan harga banjir dengan harga curah hujan. Pada kenyataannya bahwa ternyata debit banjir dari waktu kewaktu mengalami kenaikan, semakin membesar seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air. Pembesaran debit banjir dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan desain bangunan kurang besar. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 110%-120% untuk debit banjir. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS. Perhitungan debit rencana diringkas pada Tabel 4.3. Halaman: 30 dari 76

31 Tabel 4.3. Banjir Rencana a.1.4. Debit Andalan Debit andalan (dependable flow) adalah debit minimum sungai untuk kemungkinan terpenuhi yang sudah ditentukan yang dapat dipakai untuk irigasi. Kemungkinan terpenuhi ditetapkan 80% (kemungkinan bahwa debit sungai lebih rendah dari debit andalan adalah 20%). Debit andalan ditentukan untuk periode tengah bulanan. Debit minimum sungai dianalisis atas dasar data debit harian sungai. Agar analisisnya cukup tepat dan andal, catatan data yang diperlukan harus meliputi jangka waktu paling sedikit 20 tahun. Jika persyaratan ini tidak bisa dipenuhi, maka metode hidrologi analitis dan empiris bisa dipakai. Halaman: 31 dari 76

32 Dalam menghitung debit andalan, kita harus mempertimbangkan air yang diperlukan dari sungai di hilir pengambilan. Dalam praktek ternyata debit andalan dari waktu kewaktu mengalami penurunan seiring dengan penurunan fungsi daerah tangkapan air. Penurunan debit andalan dapat menyebabkan kinerja irigasi berkurang yang mengakibatkan pengurangan areal persawahan. Antisipasi keadaan ini perlu dilakukan dengan memasukan faktor koreksi besaran 80% - 90%. Faktor koreksi tersebut tergantung pada kondisi perubahan DAS. Halaman: 32 dari 76

33 Tabel 4.4. Debit Andalan b. Data Topografi Studi Awal dan Studi ldentifikasi didasarkan pada peta-peta yang ada. Pengukuran pemetaan merupakan kegiatan yang dimulai di dalam Studi ldentifikasi sampai tahap pendahuluan suatu proyek. Pemetaan bisa didasarkan pada pengukuran medan (terestris) penuh yang sudah menghasilkan peta-peta garis topografi lengkap dengan garis-garis konturnya. lni adalah cara pemetaan yang relatif murah untuk daerah-daerah kecil. Pemetaan fotogrametri, walaupun lebih mahal, jauh lebih menguntungkan karena semua detail topografi dapat dicakup di dalam peta. Ini sangat bermanfaat khususnya untuk petak tersier. Yang paling tidak menguntungkan adalah apabila diperlukan foto udara dan biaya-biaya yang tinggi. Untuk proyek-proyek kecil pembuatan foto udara akan terlalu mahal dan kurang praktis nya. Kemudian pemecahan yang mungkin Halaman: 33 dari 76

34 adalah pada waktu yang bersamaan mengambil potret untuk proyekproyek yang bersebelahan/di dekatnya. Proyek seluas ha atau lebih biasanya didasarkan pada peta foto udara. Untuk itu (kalau dianggap perlu) akan dibuat foto udara yang baru, dengan skala foto 1: Peta-peta yang dihasilkan dari pemetaan fotogrametri biasanya petapeta foto; peta-peta garis yang dihasilkan dari foto akan banyak kehilangan detail topografi. Peta-peta ortofoto dihasilkan untuk daerahdaerah dengan kemiringan tanah di atas 0,5 persen. Untuk daerahdaerah datar mosaik foto yang direktifikasi dan lebih murah, dapat dipakai. Sudah menjadi kebiasaan umum untuk mendasarkan penetuan garis kontur pada intepretasi pengukuran terestris. Pengukuran titik rinci ketinggian terestris dengan pembuatan peta foto ini dilakukan dengan densitas yang lebih kecil daripada yang diperlukan untuk pengukuran terestris penuh. Bila peta itu dibuat dengan cara pemetaan ortofoto, pada umumnya skala peta diambil 1:5000. Jika tidak, skala peta harus 1:2000 agar peta tersebut dapat dipakai. untuk tujuan-tujuan tersier. Jika tidak, skala peta sebaiknya 1:2000. Persyaratan Teknis untuk Pengukuran Topografi (Bagian PT-02) dan Standar Penggambaran (KP - 07) memberikan detail-detail yang lebih terinci. Persyaratan untuk pembuatan peta topografi umum dirinci sebagai berikut: a) Potret bentuk tanah (landform), relief mikro dan bentuk fisik harus jelas : ini akan langsung menentukan tata letak dan lokasi saluran irigasi, saluran pembuang dan jalan. b) Ketelitian elevasi tanah: Di daerah-daerah datar kemiringan saluran mungkin kurang dari 10 cm/km; ketepatan dalam hal ketinggian adalah penting sekali karena hal ini akan menunjukkan apakah suatu layanan irigasi dan pembuang yang memadai akan dapat dicapai. Di daerah yang bermedan curam layanan irigasi dan pembuang jarang merupakan masalah relief mikro lokal adalah lebih penting daripada ketepatan ketinggian. a) interval garis kontur - tanah datar < 2 % Interval 0,5 m - tanah berombak dan randai/rolling 2-5 % Interval 1,0 m - berbukit-bukit 5-20 % Interval 2,0 m - bergunung-gunung >20 % Interval 5,0 m Halaman: 34 dari 76

35 b) Ketelitian planimetris: Identifikasi lapangan dilakukan relatif sampai titik yang sudah ditentukan di lapangan dan ketepatan peta sekitar 1 mm dapat diterima. c) Jaringan irigasi dan pembuang : Bila jaringan irigasi yang baru akan dibangun pada jaringan yang sudah ada, maka jaringan lama ini juga harus ikut diukur. d) Beberapa titik di sungai pada lokasi bendung akan dicakup dalam pengukuran topografi. e) Batas-batas administratif kecamatan dan desa akan digambar. f) Data-data dasar tanah seperti misalnya tipe medan, jenis utama vegetasi dan cara pengolahan tanah, daerah-daerah berbatu singkapan, atau daerah-daerah yang berpasir dan berbatu-batu akan dicatat. g) Kalau peta-peta topografi yang dibuat juga akan dipakai untuk tersier, saluran-saluran kecil yang ada akan diukur pula. 1). Pengukuran Sungai dan Lokasi Bendung Untuk bangunan utama di sungai diperlukan informasi topografi mendetail mengenai sungai dan lokasi bendung. Bersamasama dengan pengukuran untuk peta topografi umum, akan diukur pula beberapa titik di sungai. Hasil-hasilnya akan digunakan dalam pendahuluan jaringan irigasi. Pengukuran ini mencakup unsur-unsur berikut: a) Peta bagian sungai di mana bangunan utama akan dibangun. Skala peta ini adalah 1:2.000 atau lebih besar, yang meliput 1 km ke hulu dan 1 km ke hilir bangunan utama dan melebar hingga 250 m ke masing-masing sisi sungai. Daerah bantaran harus terliput semuanya. Kegiatan Pengukuran ini juga mencakup pembuatan peta daerah rawan banjir. Peta itu harus dilengkapi dengan garisgaris kontur pada interval 1,0 m, kecuali di dasar sungai dimana diperlukan garis-garis kontur pada interval 0,50 m. Peta itu juga harus memuat batas-batas penting seperti batas-batas desa, sawah dan semua prasarananya. Di situ harus pula ditunjukkan tempat-tempat titik tetap (benchmark) di sekeliling daerah itu lengkap dengan koordinat elevasinya. b) Potongan memanjang sungai dengan potongan melintang setiap 50 m. Panjang potongan memanjang serta skala horisontalnya akan dibuat sama dengan untuk peta sungai di atas skala vertikalnya 1: 200 atau 1 : 500, bergantung kepada kecuraman medan. Skala. potongan melintangnya 1 : 200 horisontal dan 1 : 200 vertikal. Panjang potongan melintang adalah 50 m ke masing-masing sisi Halaman: 35 dari 76

36 sungai. Elevasinya akan diukur pada jarak maksimum 25 m atau untuk beda tinggi 0,25 m mana saja yang bisa dicapai lebih cepat. c) Pengukuran detail lokasi bendung yang sebenarnya harus dilakukan, yang menghasilkan peta berskala 1: 200 atau 1: 500 untuk areal seluas kurang lebih 50 ha (1000 x 500 m 2 ). Peta ini akan menunjukkan lokasi seluruh bagian bangunan utama termasuk lokasi kantong pasir dan tanggul penutup. Peta ini akan dilengkapi dengan titik rincik ketinggian dan garis-garis kontur setiap 0,25 rn. Persyaratan penggambaran detail topografi adalah sarna dengan penggarnbaran untuk peta topografi umum. Uraian yang lebih rinci diberikan pada bagian PT 02 Persyaratan Teknis untuk Pengukuran Topografi, KP 07 Standar Penggambaran dan KP 02 Bangunan Utama. 2). Pengukuran Trase Saluran Setelah tata letak pendahuluan selesai (yang didasarkan dan digambarkan pada peta topografi umum) trase saluran akan diukur dan, dipetakan pada peta baru. Pengukuran ini merupakan dasar topografis untuk potongan memanjang saluran. Sebelum membuat konsep persyaratan (spesifikasi) pengukuran saluran, ahli irigasi akan melakukan pencekan lapangan, didampingi oleh ahli geodetik dan ahli geoteknik. Tujuan pencekan lapangan ini adalah menentukan lokasi yang tepat untuk trase saluran dan bangunan-bangunan pelengkap. Merancang persyaratan pengukuran akan menjadi tanggung jawab ahli irigasi lagi karena dia sudah terbiasa dengan kepekaan dalam pendahuluan dan dialah yang tahu keadaan lapangan. Pengukuran trase saluran biasanya mencakup jaringan irigasi maupun pembuang. Pengukuran trase saluran. (pengukuran strip) akan sebanyak mungkin mengikuti trase saluran yang diusulkan pada tata letak pendahuluan. Pengukuran ini akan meliputi jarak 75 m dari as saluran, atau bisa kurang dari itu, menurut petunjuk ahli irigasi. Pengukuran dan pemetaan ini meliputi pembuatan: a) Peta trase saluran dengan skala 1:2.000 dengan garis-garis kontur pada interval 0,5 m untuk daerah datar, dan 1,0 m untuk tanah berbukit bukit; b) Profil memanjang dengan skala horisontal 1:2000 dan skala vertikal 1:200 (atau 1:100 untuk saluran-saluran kecil); Halaman: 36 dari 76

37 c) Potongan melintang pada skala horisontal dan vertikal 1:200 atau 1:100 untuk saluran-saluran kecil pada interval 50 m pada ruasruas lurus dan 25 m pada tikungan. 3). Pengukuran lokasi bangunan Untuk lokasi-lokasi bangunan besar, seperti bangunan pembuang silang, diperlukan peta lokasi detail. Skalanya adalah 1:100 dengan skala garis kontur 0,25 m. c. Data Geologi Teknik 1). Tahap Studi Pada tahap studi proyek data geologi teknik dikumpulkan untuk memperoleh petunjuk mengenai keadaan geologi teknik yang dijumpai di proyek. Sebelum dilakukan penyelidikan lokasi, semua informasi mengenai geologi permukaan dan tanah di daerah proyek dan sekitarnya akan dikumpulkan. Banyak informasi berharga yang dapat diperoleh dari : a) Laporan-laporan dan peta-peta geologi daerah tersebut b) Hasil-hasil penyelidikan mekanika tanah untuk proyek-proyek di dekatnya c) Foto-foto udara d) Peta-peta topografi. Termasuk foto-foto lama. Khususnya dengan pengccekan foto udara yang diperkuat lagi dengan hasil-hasil pemeriksaan tanah, maka akan diperoleh gambaran daerah itu, misalnya : a) Perubahan kemiringan b) Daerah yang pembuangnya jelek c) Batu singkapan d) Bekas-bekas tanah longsoran e) Sesar f) Perubahan tipe tanah g) Tanah tidak stabil h) Terdapatnya bangunan-bangunan buatan manusia. Peninjauan lokasi akan lebih banyak memberikan informasi mengenai : a) Pengolahan tanah dan vegetasi yang ada sekarang b) Tanah-tanah yang strukturnya sulit (gambut dan lempung berplastisitas tinggi) c) Bukti-bukti tentang terjadinya erosi dan parit d) Terdapatnya batu-batu bongkah di permukaan e) Klasifikasi tanah dengan, jalan melakukan pemboran tanah dengan tangan Halaman: 37 dari 76

38 Untuk pembuatan tata letak dan saluran, adalah penting untuk mengetahui hal-hal berikut: a) Batu singkapan b) Lempung tak stabil berplastisitas tinggi c) Pasir dan kerikil d) Bahan-bahan galian yang cocok. Dari hasil-hasil kunjungan pemeriksaan lokasi, diputuskanlah cocok tidaknya pembuatan saluran tanpa pasangan. Uji lapangan dari contohcontoh pemboran dan sumuran uji akan dilakukan untuk mengetahui sifat -sifat tanah. Lokasi bangunan utama akan diperiksa untuk menilai: a) Morfologi dan stabilitas sungai b) Stabilitas dasar sungai untuk pondasi c) Keadaan dasar sungai untuk pondasi d) Keadaan pondasi untuk tanggul banjir bahan-bahan galian untuk tanggul e) Kecocokan batu sebagai bahan bangunan f) Pengukuran dasar sungai g) Terdapatnya batu singkapan. Yang disebut terakhir ini tidak hanya terbatas sampai pada bangunan utama saja, tetapi harus dilakukan sampai hulu dan hilir dari lokasi ini. Seluruh informasi akan dievaluasi dan dituangkan pada peta pendahuluan dengan skala 1:50.000, atau lebih besar lagi. Aspek-aspek geologi teknik dalam tahap studi pengenalan ditangani oleh ahli irigasi yang berpengalaman. Hanya dalam pembuatan waduk atau bangunan-bangunan utama yang besar yang melibatkan keadaankeadaan geologi teknik yang kompleks saja maka seorang ahli geologi diikutsertakan. Ahli irigasi hendaknya cukup memiliki pengalaman yang memadai di bidang geologi dan mekanika tanah untuk tujuan-tujuan teknik. Konsultasi dengan seorang ahli geologi yang sudah berpengalaman sangat dianjurkan, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan-keadaan geologi. Perumusan detail penyelidikan geologi teknik akan didasarkan pada hasil-hasil studi pengenalan. 2). Penyelidikan Detail Pada tahap ini lokasi pekerjaan yang direncanakan ditentukan oleh pendahuluan. Perencanaan penyelidikan detail akan didasarkan pada peta geologi. Kadang-kadang informasi tambahan mengenai tanah sudah bisa dikumpulkan dari penelitian tanah Halaman: 38 dari 76

39 pertanian. Pengarnatan dari pengukuran topografi yang berkenaan dengan batu singkapan. tata guna tanah. dan bentuk topografi yang tidak teratur (terjadinya parit-parit, longsoran) akan lebih memperjelas gambaran geologi teknik. Penyelidikan geologi teknik detail memungkinkan dilakukannya evaluasi karakteristik tanah dan batuan untuk parameter bangunan seperti disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Karakreristik tanah/ batuan Parameter-parameter yang menentukan sifat-sifat tanah tersebut didapat dari hasil-hasil penyelidikan di lapangan dan di laboratorium. Pengetahuan tentang sifat-sifat di atas diperlukan dari lapisan permukaan sampai lapisan bawah hingga kedalaman tertentu, bergantung pada tipe bangunan. Pada sumuran dan paritan uji, penyelidikan dapat dilakukan sampai pada kedalaman tertentu tergantung pada kondisi geologi. Untuk penyelidikanlapisan tanah bawah yang lebih dalam (lebih dari 5 m), Halaman: 39 dari 76

40 akan diperlukan pemboran. Jumlah lubang bor (jarak yang diperlukan) sangat bergantung pada keseragaman keadaan tanah dan batuan. Penyelidikan geologi teknik detail pada trase saluran yang direncanakan akan terdiri dari sekurang-kurangnya satu titik (pemboran tanah atau pembuatan sumuran uji) per km jika kondisi tanah tidak teratur. Petunjuk indikasi kualitas dari sifat-sifat batuan dan tanah diperoleh dari bagan Klasifikasi Batuan dan Tanah. Cara ini akan cukup memadai untuk konstruksi saluran biasa (gali/ timbunan sampai 5,0 m) dan untuk kondisi tanah pada umumnya. Untuk pembuatan bangunanbangunan irigasi, khususnya bangunan utama di sungai, diperlukan pengetahuan yang mendetail mengenai parameter geologi teknik demi tercapainya hasil yang aman dan ekonomis. Dalam Bagian PT-03 Persyaratan Teknis untuk Penyelidikan Geoteknik dibedakan penjelasan mendetail mengenai tata letak, ketentuan jarak dan kedalaman pemboran. Kiranya dapat dimaklumi bahwa hanya harga persyaratan-persyaratan minimum saja yang dapat dirinci. Bergantung kepada ketidakteraturan dan kompleksnya keadaan tanah, diperlukan lebih banyak penyelidikan detail. Hal ini hanya dapat diputuskan di lapangan oleh seorang ahli geologi teknik yang telah berpengetahuan banyak. d. Data Pertanian (Agronomi) Data pertanian pada wilayah yang akan dikembangkan meliputi peta tanah/ data tanah dan data pertanian. Berdasarkan peta topografi berskala 1: atau fotofoto udara, harus dilakukan penelitian kemampuan tanah pada tingkat semidetail, sekurang-kurangnya satu pengamatan per Ha. Penelitian ini akan menghasilkan data-data mengenai kecocokkan/ kesesuaian tanah, struktur tanah, kelulusan/perkolasi dan data kedalaman muka air tanah yang kurang dari 2 meter. Data-data tersebut akan dianalisa dan diplot pada peta topografi berskala 1: guna memperoleh klasifikasi yang bisa dipakai sebagai dasar tata letak. Data-data yang harus diperlukan adalah: a. Peta tata guna tanah yang ada sekarang, skala 1: b. Peta tanah semidetail, skala 1: c. Peta klasifikasi tanah, skala 1: d. Peta tata guna tanah yang dianjurkan, skala 1: Halaman: 40 dari 76

41 Lahan pertanian ditinjau dari ekosistemnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu: a. Lahan pertanian basah, dan b. Lahan pertanian kering. Antara kedua kelompok lahan pertanian tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga pengelolaannya harus berbeda sehingga pengelolaannya harus berbeda pula agar memberikan hasil yang optimal. Lahan pertanian basah lazim disebut dengan sawah. Ciri-ciri umum dari sawah adalah sebagai berikut: a. Dari setiap petak sawah dibatasi oleh pematang. Pematang tersebut ada yang lurus ada pula yang berbelok. b. Permukaannya selalu datar atau topografinya rata meskipun di daerah bergunung-gunung atau berbukit. c. Biasa diolah atau dikerjakan pada kondisi jenuh air atau berair. d. Kesuburannya lebih stabil daripada lahan kering sehingga memungkinkan diolah secara intensif tanpa adanya penurunan produktivitas yang drastis. e. Secara umum produktivitasnya lebih tinggi daripada lahan kering f. Sawah umumnya mempunyai sumber perairan yang relatif teratur kecuali sawah tadah hujan. Tanaman yang utama diusahakan adalah padi sawah. Ditinjau dari sistem irigasinya lahan pertanian basah (sawah), dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut: a. Sawah irigasi teknis b. Sawah irigasi setengah teknis c. sawah irigasi perdesaan (sawah irigasi sederhana) d. Sawah tadah hujan e. Sawah rawa f. Sawah rawa pasang surut g. Sawah lebak h. Tambak i. Kolam Lahan pertanian kering secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : a. Produktivitas tanah umumnya rendah; b. Topografi bervariasi dari datar, berbukit dan bergunung; c. Tidak dibatasi oleh pematang antarsatu petak dengan petak lainnya. Halaman: 41 dari 76

42 d. Tingkat erosi umumnya tinggi, terutama jika tidak ada upaya pelestarian yang berupa sengkedan atau tidak ada tumbuhan (vegetasi); e. Tidak dapat diusahakan secara intensif seperti sawah, karena persediaan air sangat terbatas ketika tidak ada curah hujan, kecuali untuk lahan kering yang dekat dengan sumber air dapat diusahakan secara terus-menerus; f. Umumnya hanya diusahakan pada musim hujan sedangkan pada musim kemarau dibedakan. Lahan pertanian kering dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut: 1) Pekarangan 2) Tegalan 3) Kebun 4) Ladang (perladangan atau shifting cultivation) 5) Penggembalaan ternak. 6) Hutan; tipe-tipenya seperti: a. Hutan lindung b. Hutan produksi c. Hutan margasatwa d. Hutan raya e. Hutan rakyat e. Data Kependudukan (demografi) dan Sosial Penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal pada suatu negara atau daerah tertentu pada waktu tertentu. Ilmu yang mempelajari penduduk dengan karakteristiknya yang khusus disebut demografi. Demografi adalah ilmu tentang jumlah, komposisi, persebaran, dan perubahan penduduk yang disebabkan oleh faktor faktor kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), dan migrasi. a. Demografi murni atau demografi formal, mempelajari secara matematis dan statistis hubungan antara unsur-unsur utama demografi yaitu: kelahiran, kematian, migrasi, persebaran, jenis kelamin, umur atau komposisi penduduk serta kepadatannya. b. Demografi sosial atau kependudukan, berusaha menjelaskan prosesproses yang terjadi tentang penduduk. melalui sosio-demografi, kita dapat mempelajari (misalnya) dampak masalah-masalah kependudukan (seperti ledakan penduduk atau kepadatan penduduk) terhadap struktur sosial, terhadap bentuk interaksi sosial (seperti interstruktur sosial, interaksi perkotaan dan interaksi pedesaan), terhadap diferensiasi Halaman: 42 dari 76

43 sosial, terhadap kelembagaan sosial, terhadap pembangunan, dan lain-lain. f. Data Land Use dan Tata Ruang Perencanaan ruang wilayah adalah pembangunan/ pemanfaatan ruang wilayah, yang intinya adalah pembangunan lahan (land use planning) dan pergerakan pada ruang tersebut. Perencanaan ruang wilayah pada dasarnya adalah menetapkan ada bagian bagian wilayah (zona) yang tidak diatur penggunaannya (jelas peruntukannya) dan ada bagian bagian wilayah yang kurang tidak diatur penggunannya. Bagi bagian wilayah yang tidak diatur penggunaannya maka pemanfaatannya diserahkan kepada mekanisme pasar. Perencanaan pemanfaatan ruang wilayah dimaksudkan agar pemanfaatan itu dapat memberikan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada baik jangka pendek maupun jangka panjang termasuk menunjang daya pertahanaan dan terciptannya keamanaan. Dalam pelaksanaannya, ruang wilayah ini disinonimkan dengan hasil akhir yang hendak dicapai, yaitu tata ruang. Dengan demikian kegiatan itu disebut ata penyusunaan tata ruang wilayah. Berdasarkan materi yang dicakup, ruang wilayah ataupun penyusunan tata ruang wilayah dapat dibagi kedalam dua kategori, yaitu yang mencakup keseluruhaan wilayah perkotaan dan non perkotaan (wilayah belakang) dan yang khusus untuk wilayah perkotaan. Perencanaan tata ruang yang menyangkut keseluruhan wilayah misalnya Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana tata ruang wilayah provinsi (RTRWP), dan Rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRWK). Perbedaan utama dari kedua jenis tersebut adalah pada perbedaan kegiatan utama yang terdapat pada wilaya. Landasan penataan ruang wilayah di Indonesia adalah Undang-Undang Penataan Ruang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang. Penataan ruang wilayah dilakukan pada tingkat Nasional, Provinsi Kabupaten/Kota, setiap rencana tata ruang harus mengemukakan kebijakan makro pemanfaatan ruang berupa: a. Tujuan pemanfaatan ruang; b. Struktur dan pola ruang, dan; c. Pola pengendalian pemanfaatan ruang. Tujuan pemanfaatan ruang adalah menciptakan hubungan yang harmonis diantara berbagai subwilayah, sehingga dapat mempercepat Halaman: 43 dari 76

44 proses tercapainya kemakmuran dan terjaminnya kelestarian lingkungan hidup. RTRW tingkat nasional berisikan: a. Penggambaran struktur tata ruang nasional. b. Penetapan kawasan yang perlu dilindungi; c. Pemberian indikasi penggunaan ruang budi daya dan arahan permukiman dalam skala nasional; d. Penentuan kawasan yang diprioritaskan; e. Penentuan kawasan tertentu yang memiliki bobot nasional; f. Perencanaan jaringan penghubung dalam skala nasional. RTRW tingkat Provins adalah penjabaran RTRWN berisikan: a. Arahan pengelolaan kawasan lindung dan kawasan budi daya; b. Arahan pengelolaan kawasan pedesaan, perkotaan dan kawasan tertentu; c. Arahan pengembangan kawasan permukiman, kehutanan, pertanian, pertambangan, perindustrian, pariwisata, dll; d. Arahan pengembangan sistem pusat permukiman pedesaan dan perkotaan; e. Arahan pengembangan sistem prasarana wilayah; f. Arahan pengembangan kawasan yang diprioritaskan; Arahan kebijakan pada dasrnya meliputi tata guna tanah, tata guna air, tata guna udara, dan tata guna sumber daya alam lainnya. Terkait dengan penetapan kawasan pada RTRW Kabupaten, maka untuk irigasi termasuk ke dalam Sistem Prasarana Wilayah dalam hal penyediaan jaringan/ saluran irigasi. Dalam analisis tata guna lahan, satuan lahan atau unit lahan merupakan satuan ekologi yang unik dan dapat berfungsi sebagai dasar segmentasi dalam ruang. Suatu satuan lahan dibedakan dengan yang lainnya melalui satuan pemetaan (peta) lahan (land mapping unit). Pada saat akan dilakukan klasifikasi kesesuaian lahan untuk proyek irigasi detail, misalnya, maka pada tahap awal kegiatan perlu dilakukan pembagian areal ke dalam satuan-satuan lahan, dimana setiap satuan memiliki homogenitas dalam hal variabel pembatas, misalnya jarak dari sumber air, lereng-lereng tunggal, drainase, tekstur tanah, ph, dan SAR (sodium absorption ratio). Delineasi satuan peta lahan sangat diperlukan untuk menggambarkan satuan-satuan lahan yang masing-masing memiliki kekhususan dalam hal kualitas sebagai prasyarat irigasi. Halaman: 44 dari 76

45 Penggunaan lahan (land use) berkaitan dengan jenis pengelolaan lahan yang diterapkan pada suatu satuan lahan. Ini dapat berupa grup utama (major kinds of land use) seperti pertanian irigasi, tanaman tahunan, lahan penggembalaan, hutan rekreasi, hutan produksi, budidaya lahan pesisir, dan lain-lain. Penggunaan lahan juga dapat berupa grup yang lebih khusus misalnya, sawah tadah hujan, perkebunan kelapa sawit, plot pembibitan, plot percobaan erosi, blok perumahan, tambak udang, dan lain-lain. Secara umum untuk mengumpulkan atau mendapatkan berbagai jenis untuk irigasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang meliputi cara langsung (data primer) maupun cara tidak langsung (data sekunder). Sebagai contoh untuk mendapatkan data debit aliran sungai bisa dilakukan dengan berbagai cara, antara lain: a) Cara empiris, dengan analisis data hujan b) Pengukuran langsung di lapangan c) Berdasarkan data sejarah Instansi-instansi yang terkait dimana data-data untuk irigasi dapat diperoleh, antara lain dari: a) BAKOSURTANAL: untuk peta-peta topografi umum dan foto-foto udara. b) Direktorat Geologi: untuk peta-peta topografi dan peta-peta geologi. c) Badan Meteorologi dan Geofisika: untuk data-data meteorologi dan peta-peta topografi. d) Puslitbang Sumber Daya Air, Seksi Hidrometri: untuk catatan-catatan aliran sungai dan sedimen, data meteorologi dan peta-peta topografi. e) DPUP: untuk peta-peta topografi, catatan mengenai aliran sungai, pengelolaan air dan catatan-catatan meteorologi, data-data jalan dan jembatan, jalan air. f) Dinas Tata Ruang Daerah: informasi mengenai tata ruang. g) PLN, Bagian Tenaga Air: untuk peta daerah aliran dan data-data aliran air. h) Puslit Tanah: Peta Tata Guna Lahan i) Departemen Pertanian: untuk catatan-catatan mengenai agrometeorologi serta produksi pertanian. j) Balai Konservasi lahan dan hutan : informasi lahan kritis k) Biro Pusat Statistik (BPS): untuk keterangan-keterangan statistik, kementerian dalam negeri, agraria, untuk memperoleh data-data administratif dan tata guna tanah. l) Balai Wilayah Sungai: informasi kebutuhan air multisektor. m) Bappeda: untuk data dan pembangunan wilayah. n) Kantor proyek (kalau ada) Halaman: 45 dari 76

46 Dari sekian banyak data yang ada, kebutuhan akan suatu data sangat dipengaruhi oleh jenis kegiatan irigasi yang akan dikerjakan. Untuk memudahkan dalam menggunakan data, maka para perencana perlu menyusun daftar kebutuhan data apa saja yang dibutuhkan untuk suatu bangunan irigasi. Sebagai contoh, untuk keperluan irigasi yang umum, maka data teknis yang perlu disiapkan/ disusun antara lain adalah debit aliran sungai, lokasi daerah irigasi, dan data curah hujan. Sedangkan data pokok yang sangat dibutuhkan dan perlu disiapkan dalam irigasi, antara lain: curah hujan, data klimatologi, dan peta topografi. Mengingat tiap kegiatan bangunan irigasi akan memerlukan data yang berbeda, dan ketersediaan data juga akan mempengaruhi hasil perhitungan dan analisis, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi kebutuhan data untuk irigasi Pengumpulan data melalui sosialisasi dengan Sesuai dengan Pasal 11, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30 /PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif, maka Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya menyelenggarakan sosialisasi dan konsultasi publik sebelum melaksanakan pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi. Sosialisasi yang dimaksud merupakan penjelasan mengenai rencana Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten/kota yang meliputi latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat, serta tahap pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi. Data yang diperoleh melalui sosialisasi dengan, diantaranya berupa: a) Jumlah petani penggarap b) Pengetahuan tentang pengelolaan air irigasi c) Pengetahuan tentang pola tanam Cara mengumpulkan data melalui sosialisasi dengan sesuai kebutuhan, antara lain melalui feedback maupun komentar yang diberikan oleh selama maupun setelah kegiatan sosialisasi berlangsung. Usulan, saran, persetujuan atau penolakan dari petani/p3a/gp3a/ip3a dapat disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk catatan rapat yang ditandatangani oleh wakil Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota dan wakil Halaman: 46 dari 76

47 petani/p3a/gp3a/ip3a sebagai dasar pelaksanaan tahap berikutnya. Indikasi diperolehnya data melalui sosialisasi dengan, diantaranya terkumpulnya informasi tentang kepemilikan lahan pertanian yang dimiliki Untuk mendapatkan data yang mewakili dari berbagai kalangan, petani, maupun kelompok petani maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian terkait dengan pengumpulan data melalui sosialisasi dengan Pengumpulan data melalui pertemuan konsultasi dengan (PKM) Konsultasi publik sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat (1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 30 /PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan dan Pengelolaan Sistem Irigasi Partisipatif, merupakan forum terbuka petani/p3a/gp3a/ip3a guna menyampaikan usulan, saran, persetujuan atau penolakan terhadap rencana pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi yang disampaikan oleh Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota. Data yang dapat diperoleh melalui pertemuan konsultasi dengan, diantaranya: a) Adanya kesepakatan dalam pengelolaan air irigasi b) Keterlibatan (kelompok petani penggarap) dalam O&P Sedangkan daftar pemangku kepentingan yang diharapkan dapat hadir dalam pertemuan konsultasi, setidaknya berasal dari: a) Dinas pengairan b) Pemerintah daerah c) Kelompok petani Cara mengumpulkan data melalui pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan, antara lain melalui feedback maupun komentar yang diberikan oleh selama maupun setelah kegiatan sosialisasi berlangsung. Usulan, saran, persetujuan atau penolakan dari petani/p3a/gp3a/ip3a dapat disampaikan secara tertulis dan dituangkan dalam bentuk catatan rapat yang ditandatangani oleh wakil Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota dan wakil petani/p3a/gp3a/ip3a sebagai dasar pelaksanaan tahap berikutnya. Halaman: 47 dari 76

48 Indikasi terkumpulnya data melalui pertemuan konsultasi dengan, diantaranya berupa tersusunnya data hasil sosialisai dan konsultasi dengan baik yang berkaitan dengan, pelaksanaan maupun dalam pengelolaan air irigasi (O&P). Untuk mendapatkan data yang mewakili dari berbagai kalangan, petani, maupun kelompok petani maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian terkait dengan pengumpulan data melalui konsultasi dengan. 4.3 Pelaksanaan Sosialisasi Tentang Keirigasian Kepada Masyarakat Sosialisasi pada dasarnya adalah bentuk penyampaian informasi atas suatu rencana program atau kegiatan sebelum program atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Umumnya dari pihak pemerintah memberikan penjelasan tentang rencana program kerja/ kegiatan, dan sebagai penerima sekaligus menyampaikan aspirasi terhadap program tersebut. Kedua pihak kemudian disinkronkan untuk mencapai persetujuan bersama antara pemerintah dan demi lancarnya program kerja rencana. Pelaksanaan sosialisasi tentang keirigasian kepada merupakan tahap yang penting sebagai salah satu bentuk penyebarluasan rencana kegiatan pembangunan bidang irigasi dan metode untuk mendapatkan dukungan, masukan dan respon dari petani setempat terhadap rencana yang akan dilakukan Penyiapan materi sosialisasi kepada tentang keirigasian Tujuan kegiatan sosialisasi kepada tentang keirigasian adalah Untuk memberikan penjelasan secara rinci tentang peran dalam pengelolaan irigasi, sehingga para petani tidak hanya terlibat dalam proses pertaniannya saja tetapi juga terlibat dalam operasi dan pemeliharaan irigasi. Salah satu materi penting untuk kegiatan sosialisasi kepada, adalah adanya partisipasi khususnya petani dalam mengelola irigasi terutama dalam operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi. Secara umum materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang keirigasian, diantaranya: a) Perubahan sistem pengairan yang biasanya tradisional menjadi irigasi teknis b) Manfaat irigasi teknis yang dikelola pemerintah bersama petani (P3A) c) Keterlibatan dalam pengelolaan irigasi Halaman: 48 dari 76

49 Supaya kegiatan sosialisasi dapat berjalan lancar dan mudah serta dapat dipahami oleh petani maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan materi untuk kegiatan sosialisasi kepada tentang keirigasian Pelaksanaan Sosialisasi Sebelum pelaksanaan sosialisasi, tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi keirigasian harus ditetapkan terlebih dahulu karena kedua hal tersebut sangat menentukan keberhasilan dan kesuksesan kegiatan sosialisasi. Tempat yang relatif mudah dijangkau (akses) serta pemilihan waktu yang tepat akan sangat mendukung dan pihak-pihak terkait dapat menghadiri pertemuan tersebut. Sebagai contoh salah satu tempat yang cocok untuk melakukan sosialisasi tentang keirigasian, adalah di balai desa/ kelurahan. Hal ini dikarenakan lokasi tersebut umumnya sudah dikenal dan mudah dijangkau oleh setempat. Lokasi di atas bisa dipilih jika di wilayah yang bersangkutan belum terbentuk komisi irigasi. Sedangkan untuk wilayah yang komisi irigasinya sudah terbentuk, maka segala keperluan untuk kegiatan sosialisasi akan difasilitasi oleh komisi irigasi, termasuk masalah tempat/ lokasi sosialisasi. Hal berikutnya yang juga mempunyai arti penting dan bakal suksesnya sosialisai adalah peserta sosialisasi terutama dari petani setempat. Perwakilan petani, setidaknya untuk 1 calon blok tersier harus diwakili 1-2 petani. Sehingga aspirasi dan suara dari pemanfaat irigasi (petani) bisa terwakilkan. Selanjutnya, jadwal (rundown acara) untuk kegiatan sosialisasi perlu disusun agar pelaksanaan sosialisasi bisa lebih efektif dan efisien, karena umumnya waktu yang tersedia tidak terlalu banyak akibat kesibukan dari dan juga pihak-pihak terkait lainnya. Setelah kedua hal tersebut diperoleh dan ditetapkan, maka perlu konsistensi dan ketaatan terhadap tempat dan waktu pelaksanaan sosialisasi, sehingga kegiatan yang diharapkan dapat berjalan lancar Saran dan masukan dari terkait dengan keirigasian Saran dan masukan dari terkait keirigasian sangatlah diperlukan sebagai imbal balik dari rencana keirigasian yang akan dijalankan. Berdasarkan saran dan masukan dari, maka tambahan data baik teknis dan non teknis terkait dengan irigasi bisa diperoleh. Hal ini penting untuk mengetahui sejauh mana peran serta petani terhadap irigasi. Halaman: 49 dari 76

50 Salah satu contoh saran dan masukan dari yang termasuk keirigasian adalah mengenai keterlibatan petani penggarap dalam pengelolaan air irigasi. Hal ini bisa berupa saran dan masukan mengenai lokasi bendung, arah saluran, posisi bangunan bagi/ bangunan sadap, overall layout, saluran pembuang, dan lain-lain. Saran juga dapat berua solusi terhadap program yang akan dilaksanakan; apakah bisa difasilitasi (oke), tidak bisa difasilitasi, atau harus melalui kompromi, misalnya ½ difasilitasi dan ½ tidak difasilitasi. Saran dalam bentuk teknis, apakah pembangunan saluran irigasi dan bendung, sert a bangunan lain dilakukan secara bertahap atau sekaligus. Sedangkan contoh saran yang berupa non-teknis dapat berupa alternative pengalihan saluran yangmelewati jalur yang tidak disetujui (kuburan, petilasan, dll). Tujuan pemilahan saran dan masukan yang terkait dengan keirigasian adalah untuk memilah data mana yang dapat dijadikan data non teknis terkait dengan irigasi, misalnya keberadaan kelompok petani penggarap, kepemilikan lahan pertanian, dan sebagainya. Mengingat pentingnya data yang akan diperoleh, maka perlu adanya kecermatan dalam mencatat berbagai saran dan masukan dari terkait dengan keirigasian Penyusunan Laporan Hasil Sosialisasi Sebagai bentuk dokumentasi dan pertanggungjawaban, maka hasil dari kegiatan sosialisasi harus disusun dan dirangkum dalam bentuk laporan. Laporan ini sangat penting terutama untuk menindaklanjuti hasil maupun saran dari peserta sosialisasi terhadap suatu irigasi. Isi laporan hasil sosialisasi yang paling umum adalah terangkumnya informasi berupa masukan ataupun saran yang konstruksif yang dapat dijadikan data baik teknis maupun non teknis terkait dengan irigasi. Format laporan hasil sosialisasi yang digunakan harus tergambarkan, dan berisi tentang: 1) Latar belakang dilakukannya sosialisasi keirigasian 2) Maksud dan tujuan 3) Tempat dan waktu penyelenggaraan 4) Materi sosialisasi berupa rencana pembuatan daerah irigasi, dsbnya. 5) Sistem perwakilan pemanfaat irigasi (petani) 6) Para pihak yang menghadiri 7) Saran dan masukan dari peserta sosialisasi, termasuk kesepakatan yang dicapai dituangkan dalam berita acara Halaman: 50 dari 76

51 8) Kesimpulan 9) Dokumentasi 10) Lampiran atau data pendukung lainnya. Mengingat laporan hasil sosialisasi akan mempunyai peran yang penting sebagai referensi atau contoh untuk pelaksanaan sosialisasi serupa di tempat dan waktu yang lain, maka dalam menyusun laporan hasil sosialisasi diperlukan kecermatan dan ketelitian. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam penyusunan laporan hasil sosialisasi adalah harus dibuat sesuai dengan format dan prosedur yang sudah ditetapkan. 4.4 Pelaksanaan Kegiatan Pertemuan Konsultasi dengan Masyarakat (PKM) Pelaksanaan kegiatan pertemuan konsultasi dengan merupakan tahap berikutnya yang juga penting sebagai salah satu bentuk penyebarluasan rencana kegiatan pembangunan bidang irigasi dan metode untuk mendapatkan dukungan, masukan dan respon dari petani setempat terhadap rencana yang akan dilakukan Penyiapan Materi PKM Bahan atau materi yang akan disampaikan dalam kegiatan PKM secara inti, bahwa bahan yang disampaikan dalam kegiatan PKM adalah adanya rencana pembuatan daerah irigasi, yang mana kemungkinan ada beberapa data yang diperlukan dari ataupun pihak terkait. Sebagian dari bahan atau materi pendukung PKM dapat dibuat dalam bentuk kuesioner atau angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan untuk mendapatkan respon dan masukan terkait rencana keirigasian. Salah satu materi pokok yang terdapat dalam angket yang ditujukan kepada pemilik kepentingan dapat berupa kesepakatan terhadap rencana perubahan kawasan menjadi daerah irigasi. Tujuan dilaksanakan PKM antara lain adalah: 1) untuk membahas penyusunan rancangan daerah irigasi 2) untuk membahas penyusunan rancangan pola pengelolaan sumber daya air wilayah sungai Mengingat hasil PKM akan mempunyai peran yang penting sebagai media untuk memperoleh data tambahan dalam penyusunan rancangan daerah irigasi dan pola pengelolaan sumber daya air di suatu wilayah sungai, maka diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan bahan yang akan dilaporkan dalam PKM dan angket Perencanaan Tempat, Waktu dan Panitia PKM Sebelum pelaksanaan PKM, terlebih dahulu harus ditentukan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM karena kedua hal tersebut sangat Halaman: 51 dari 76

52 menentukan keberhasilan dan kesuksesan kegiatan PKM. Tempat yang relatif mudah dijangkau (akses) serta pemilihan waktu yang tepat akan sangat mendukung dan pihak-pihak terkait dapat menghadiri pertemuan tersebut. Tujuan penetapan tempat, waktu dan panitia penyelenggara PKM adalah agar kegiatan PKM dapat dilaksanakan secara efektif sesuai dengan tujuan PKM itu sendiri yaitu pertemuan konsultasi dengan sehingga diperoleh masukan dan informasi yang dapat dijadikan data dari segi non teknis. Salah satu tujuan dari merencanakan tempat yang sesuai untuk penyelenggaraan PKM adalah agar diperoleh tempat yang representatif untuk kegiatan PKM. Untuk hal ini bisa direncanakan kegiatan PKM di balai desa ataupun kelurahan. Di lain sisi, dengan merencanakan waktu yang tepat untuk penyelenggaraan PKM maka diharapkan pertemuan tersebut dapat dihadiri oleh dan pihak/instansi yang terkait dengan irigasi dan kegiatan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Agar diperoleh hasil PKM sesuai dengan yang diharapkan maka kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan PKM menjadi faktor penentu. Seberapa banyak personil yang akan dilibatkan bisa ditentukan melalui identifikasi jenis kegiatan dan ketersediaan personil. Hasil identifikasi tentang kebutuhan personal panitia untuk penyelenggaraan PKM yang tepat antara lain ditunjukkan dengan terbentuknya panitia dengan jumlah personal yang proposional sesuai kebutuhan pertemuan. Supaya kegiatan PKM dapat berjalan lancar dan memberikan masukan/ data untuk mencapai tujuan PKM maka perlu adanya kecermatan dan ketelitian dalam merencanakan penyelenggaraan PKM Membuat catatan atas masukan dari dan instansi terkait Masukan dari dan instansi terkait pada saat kegiatan PKM sangatlah penting dan oleh karena itu perlu dicatat dengan rapi. Tujuan dilakukannya pencatatan terhadap semua masukan dari dan instansi terkait adalah agar setiap masukan atau saran dari dan instansi terkait dapat didokumentasi dan dikumpulkan untuk keperluan analisis berikutnya. Hal ini dikarenakan masukan dari merupakan data dan informasi yang sangat berguna dalam irigasi. Cara untuk mengumpulkan semua masukan dari dan instansi terkait dapat dilakukan melalui pencatatan manual (notulen), maupun Halaman: 52 dari 76

53 dengan menggunakan media elektronik seperti rekaman kaset tape, maupun video kamera. Indikasi terkumpulnya semua masukan dari dan instansi terkait, diantaranya dapat berupa terseleksinya data atau informasi yang masuk dalam kriteria keirigasian sehingga menjadi data pendukung irigasi. Mengingat masukan dari merupakan data dan informasi yang sangat berguna dalam irigasi, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam mencatat semua masukan dari dan instansi terkait Laporan hasil kegiatan PKM Sebagai bentuk dokumentasi dan pertanggungjawaban, maka hasil dari kegiatan PKM harus disusun dan dirangkum dalam bentuk laporan. Laporan ini sangat penting terutama untuk menindaklanjuti temuan maupun saran dari peserta PKM terhadap suatu irigasi. Laporan hasil kegiatan PKM walalupun bersifat non teknis namun sangat berguna dalam penyusunan O&P irigasi. Selanjutnya, berdasarkan laporan hasil kegiatan PKM beberapa masukan dan saran dapat diterapkan dalam suatu irigasi. Indikasi penerapan laporan hasil kegiatan PKM dalam irigasi diantaranya berupa adanya kesepakatan tentang rencana proyek daerah irigasi. Salah satu data penting sebagai laporan hasil kegiatan PKM yang dapat digunakan sebagai data, adalah: 1) Kondisi eksisting daerah pertanian yang dimiliki. 2) Keberadaan yang bisa dilibat dalam pelaksanaan (tenaga kerja) dan petani penggarap 3) Batas wilayah desa/ kecamatan yang jelas dan tegas berdasarkan informasi yang jeals dari dan pemerintah setempat Mengingat laporan hasil PKM mempunyai peran yang penting dalam penyusunan kegiatan O&P irigasi, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam menggunakan laporan hasil kegiatan PKM pada irigasi. 4.5 Pengorganisasian Data Perencanaan Sebelum melaksanakan desain pembangunan dan/atau peningkatan jaringan irigasi primer dan sekunder, penanggung jawab kegiatan melaksanakan survei penelusuran lapangan baik sendiri maupun bekerja sama dengan petani/p3a/gp3a/ip3a untuk mendapatkan gambaran nyata mengenai kondisi di lapangan. Halaman: 53 dari 76

54 Berdasarkan hasil survei penelusuran lapangan, penanggung jawab kegiatan melaksanakan pembuatan desain partisipatif jaringan irigasi baik sendiri maupun bekerja sama dengan petani/p3a/gp3a/ip3a. Pengorganisasian data sangat penting dan secara umum dapat disamakan dengan proses pengaturan data yang meliputi: tahap kompilasi, screening, dan pengecekan (diperkisa), dipilih dan dirangkum. Pada tahap pengecekan, data yang perlu diperiksa adalah terkait dengan; a. Autentik (kaslian) data b. Instrument penghasil data c. Crosscek data antar instansi-instansi yang mengumpulkan data d. Besarnya kewajaran (reliabilitas) data e. Kontinuitas (besaran) data f. Menentukan data dari institusi yang terpercaya (memilih sumber data yang akan dipakai) g. Membuang data ekstrim yang tidak wajar Sedangkan pada tahap merangkum, dibuat cek list terhadap data yang diperlukan dan data yang sudah dikumpulkan, dan termasuk catatan mengenai kualitas dan kuantitas (panjang data) ketersediaan datanya Identifikasi Data dan informasi Data dan informasi yang dihasilkan dari survei lapangan, diantaranya: 1) Sumber air irigasi, baik secara kualitas maupun kuantitas 2) Kondisi existing daerah pertanian 3) Lokasi penempatan bangunan utama 4) Data tanah, baik untuk struktur bangunan maupun untuk daerah pertanian 5) Material yang dapat dimanfaatkan untuk konstruksi 6) Morfologi sungai 7) Dan sebagainya. Data dan informasi yang dihasilkan dari investigasi lapangan, diantaranya adalah : 1) Kondisi topografi daerah irigasi 2) Data tanah khususnya untuk peletakan bangunan irigasi 3) Daerah-daerah yang tidak dapat diairi 4) Batas wilayah 5) Bangunan-bangunan existing 6) Dan sebagainya Data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan harus dikumpulkan sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, yang dapat Halaman: 54 dari 76

55 dimasukkan sebagai data hidrologi yang dibutuhkan dalam, adalah data curah hujan dan klimatologi. Berbagai data dan informasi yang dikumpulkan baik dari hasil survei maupun investigasi lapangan dapat dipilih dan dipilah sesuai kebutuhan irigasi. Sebagai contoh, salah satu data dan informasi hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan adalah kondisi topografi daerah irigasi. Mengingat pentingnya data dan informasi untuk kegiatan irigasi, maka perlu kecermatan dan ketelitian dalam memilih data dan informasi baik hasil survei maupun investigasi lapangan sesuai kebutuhan irigasi Menyiapkan data dan informasi hasil survey Berbagai jenis data dari informasi maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi perlu disiapkan untuk kegiatan analisis berikutnya. Salah satu data yang merupakan data hasil investigasi lapangan sesuai kebutuhan lapangan adalah lokasi penempatan bendung. Pengumpulan hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan dapat dilakukan/ dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan irigasi. Tujuan pengumpulan data hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi adalah untuk memilah data, mana yang termasuk data non teknis dan mana yang teknis, sehingga dengan mudah dapat digunakan untuk kegiatan analisis dalam. cara menyusun data hasil pemilihan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi antara lain penyusunan data dilakukan berdasarkan kebutuhan perancangan, misalnya untuk pembuatan layout daerah irigasi dibutuhkan data peta topografi, kondisi existing bangunan, dan sebagainya. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan data dan informasi hasil survey maupun investigasi lapangan sesuai dengan kebutuhan irigasi, sehingga dapat mendukung kegiatan analisis dan memberikan hasil yang sesuai. Halaman: 55 dari 76

56 4.5.3 Menyiapkan Data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan Jenis data yang dihasilkan dari kegiatan sosialisasi dan PKM, diantaranya adalah batas wilayah desa/ kecamatan yang jelas dan tegas berdasarkan informasi yang jelas dari dan pemerintah setempat. Cara memilah data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan irigasi dapat dikelompokkkan apakah sebagai data teknis maupun non teknis. Pada prinsipnya data yang dihasilkan dari kegiatan sosialisasi dan PKM cenderung bersifat non teknis, sehingga lebih mengarah sebagai data pendukung. Data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan perlu disusun sesuai kebutuhan irigasi yang akan dilakukan. Tujuan penyusunan data hasil sosialisasi dan pertemuan konsultasi dengan sesuai kebutuhan irigasi, adalah: 1) Sebagai laporan hasil pertemuan 2) Sebagai data non teknis yang dapat dijadikan input dalam penyusunan panduan O&P 3) Melibatkan dalam pemberdayaan, mulai dari tahap sampai pada pelaksanaan Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menyiapkan data dan informasi hasil sosialisasi dan PKM sesuai kebutuhan irigasi sehingga mendukung tujuan irigasi. 4.6 Penetapan Data Perencanaan Data-data yang yang terkait dengan irigasi perlu ditetapkan untuk kegiatan analisis/ hitungan sesuai yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya. Data tersebut antara lain: data inventarisasi tpografi, hidrogrologi, geoteknik, mekanika tanah, pertanian, geologi, dan sosial ekonomi Mengidentifikasi Data hasil analisis Salah satu contoh data yang merupakan data hasil analisis adalah debit banjir rencana. Data hasil analisis hidroklimatologi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis hidroklimatologi, adalah debit andalan. Data hasil analisis hidrogeologi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis hidrogeologi, adalah karakteristik air tanah. Halaman: 56 dari 76

57 Data hasil analisis hidrometri perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis hidrometri, adalah debit aliran. Data hasil analisis geoteknik perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis geoteknik, adalah daya dukung tanah. Data hasil analisis kapabilitas tanah perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Salah satu contoh data yang termasuk data hasil analisis kapabilitas tanah adalah daya dukung tanah. Data hasil analisis hasil pengukuran perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa contoh data yang termasuk data hasil analisis hasil pengukuran, adalah: 1) Kondisi topografi 2) Panjang saluran 3) Morfologi sungai Data hasil analisis demografi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa contoh data yang termasuk data hasil analisis demografi, adalah: 1) Jumlah penduduk 2) Sosial budaya 3) Pendidikan Data hasil analisis sosial ekonomi perlu diidentifikasi kesesuaian dan realibitas datanya sebelum digunakan untuk kegiatan analisis. Beberapa contoh data yang termasuk data hasil analisis sosial ekonomi, adalah pekerjaan, pendidikan, dan penghasilan. Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengidentifikasi semua data irigasi sehingga memudahkan kegiatan analisis berikutnya Mengidentifikasi Data hasil analisis hidrologi Beberapa data hasil analisis hidrologi yang penting dan umumny dipakai dalam irigasi antara lain berupa neraca air (water balance), kebutuhan air di sawah, pola tanam dan tata tanam yang optimum. a) Perhitungan Neraca Air Penghitungan neraca air dilakukan untuk mencek apakah air yang tersedia cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di Halaman: 57 dari 76

58 proyek yang bersangkutan. Perhitungan didasarkan pada periode mingguan atau tengah bulanan. Dibedakan adanya tiga unsur pokok: 1) Tersedianya Air 2) Kebutuhan Air 3) Neraca Air. Perhitungan pendahuluan neraca air dibuat pada tahap studi proyek. Pada taraf pendahuluan ahli irigasi akan meninjau dasardasar perhitungan ini. Kalau dipandang perlu akan diputuskan mengenai pengumpulan data-data tambahan, inspeksi dan uji lapangan. Ahli irigasi harus yakin akan keandalan data-data tersebut. Perhitungan neraca air (Tabel 4.6) akan sampai pada kesimpulan mengenai: 1) Pola tanam akhir yang akan dipakai untuk jaringan irigasi yang sedang direncakan dan 2) Penggambaran akhir daerah proyek irigasi Tabel 4.6. Perhitungan neraca air Halaman: 58 dari 76

59 a.1. Tersedianya Air Analisis debit sungai dan penentuan debit andalan telah disajikan dalam sub bab sebelumnya. Debit andalan didefinisikan sebagai debit minimum rata-rata mingguan atau tengah-bulanan. Debit minimum ratarata mingguan atau tengah-bulanan ini didasarkan pada debit mingguan atau tengah bulanan rata-rata untuk kemungkinan tak terpenuhi 20%. Debit andalan yang dihitung dengan cara ini tidak sepenuhnya dapat dipakai untuk irigasi karena aliran sungai yang dielakkan mungkin bervariasi sekitar harga rata-rata mingguan atau tengah-bulanan; dengan debit puncak kecil mengalir di atas bendung. Sebagai harga praktis dapat diandaikan kehilangan 10%. Hasil analisis variasi dalam jangka waktu mingguan atau tengah bulanan dan pengaruhnya terhadap pengambilan yang direncanakan akan memberikan angka yang lebih tepat. Untuk proyek-proyek irigasi yang besar di mana selalu tersedia data-data debit barian, harus dipertimbangkan studi simulasi. Pengamatan di bagian hilir dapat lebih membantu memastikan debit minimum hilir yang harus dijaga. Para pengguna air irigasi di daerah hilir harus sudah diketahui pada tahap studi. Hal ini akan dicek lagi pada tahap. Kebutuhan mereka akan air irigasi akan disesuaikan dengan perhitungan debit dan waktu. Juga di daerah irigasi air mungkin saja dipakai untuk keperluan selain irigasi. a.2. Kebutuhan air Di sini dibedakan tiga bidang utama kebutuhan air. Bidang-bidang yang dimaksud adalah: - Meteorologi - Agronomi dan tanah serta - Jaringan irigasi Dalam memperhitungkan kebutuhan air harus dipertimbangkan kebutuhan untuk domestik dan industri. Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat di bawah ini. h. Evaporasi Pada sub bab sebelumnya telah diuraikan cara penentuan evaporasi dan merinci data-data yang dibutuhkan. i. Curah hujan efektif Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan diambil 70% dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengahbulanan dengan kemungkinan tak terpenuhi 20%. Untuk proyek- Halaman: 59 dari 76

60 proyek irigasi besar di mana tersedia data-data curah hujan harian, hendaknya dipertimbangkan studi simulasi. Hal ini akan mengarah pada diperolehnya kriteria yang lebih mendetail. j. Pola tanam Pola tanam seperti yang diusulkan dalam Tahap Studi akan ditinjau dengan memperhatikan kemampuan tanah menurut hasil-hasil survei. Kalau perlu akan diadakan penyesuaian-penyesuaian. k. Koefisien tanaman Koefisien tanaman diberikan untuk menghubungkan evapotranspirasi (ETo) dengan evapotranspirasi tanaman acuan (ETtanaman) dan dipakai dalam rumus Penman. Koefisien yang dipakai harus didasarkan pada pengalaman yang terus menerus proyek irigasi di daerah itu. l. Perkolasi dan rembesan Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan ini. Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek, maka pengukuran laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar antara 1 sampai 3 mm/hr. Di daerah-daerah miring perembesan dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di daerah-daerah dengan kemiringan di atas 5 persen, paling tidak akan terjadi kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan. m. Penyiapan lahan Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk penyiapan lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu bulan dapat dipertimbangkan. Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan penggenangan sawah; pada awal transplantasi akan ditambahkan lapisan air 50 mm lagi. Angka 200 mm di atas mengandaikan bahwa tanah itu "bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum bera (tidak ditanami) selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan bera lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk kebutuhan air untuk persemaian. n. Efisiensi Irigasi Halaman: 60 dari 76

61 o. Rotasi / Golongan a.3. Neraca air Dalam perhitungan neraca air, kebutuhan pengambilan yang dihasilkannya untuk pola tanam yang dipakai akan dibandingkan dengan. debit andalan untuk tiap setengah bulan dan luas daerah yang bisa diairi. Apabila debit sungai melimpah, maka luas daerah proyek irigasi adalah tetap karena luas maksinum daerah layanan (command area) dan proyek akan direncanakan sesuai dengan pola tanam yang dipakai. Bila debit sungai tidak berlimpah dan kadang-kadang terjadi kekurangan debit maka ada 3 pilihan yang bisa dipertimbangkan: 1) luas daerah irigasi dikurangi: bagian-bagian tertentu dari daerah yang bisa diairi (luas maksimum daerah layanan) tidak akan diairi 2) melakukan modifikasi dalam pola tanam: dapat diadakan perubahan dalam pemilihan tanaman atau tanggal tanam untuk mengurangi kebutuhan air irigasi di sawah (l/dt/ha) agar ada kemungkinan untuk mengairi areal yang lebih luas dengan debit yang tersedia. 3) rotasi teknis golongan: untuk mengurangi kebutuhan puncak air irigasi. Rotasi teknis atau golongan mengakibatkan eksploitasi yang lebih kompleks dan dianjurkan hanya untuk proyek irigasi yang luasnya sekitar ha atau lebih. Data hasil analisis neraca air (water balance) dapat disajikan dalam bentuk tabulasi yang menampilkan hasil perhitungan ketersediaan air dan hasil perhitungan kebutuhan air, serta imbangan air yang terjadi. Indikasi hasil analisis water balance, antara lain dengan diketahuinya debit yang tersedia di sumber dengan debit yang dibutuhkan. b. Data kebutuhan air di sawah Perhitungan kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor faktor berikut : 1) Penyiapan lahan 2) Penggunaan air konsumtif 3) Perkolasi dan rembesan 4) Penggantian lapisan air 5) Curah hujan efektif 6) Efisiensi irigasi Halaman: 61 dari 76

62 Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4. Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) juga memperhitungkan curah hujan efektif. Kebuituhan air di sawah dinyatakan dalam mm/hari atau l/dt/ha/ tidak disediakan kelonggaran untuk efisiensi irigasi di jaringan tersier dan utama. Efisiensi juga dicakup dalam memperhitungkan kebutuhan pengambilan irigasi (m 3 / dt). b.1.1 Penyiapan Lahan untuk Padi Kebutuhan air untuk penyiapan lahan umumnya menentukan kebutuhan maksimum air irigasi pada suatu proyek irigasi. Faktor faktor penting yang menentukan besarnya kebutuhan air untuk penyiapan lahan adalah : a) Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan penyiapan lahan b) Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan 1. Jangka Waktu Penyiapan Lahan Faktor-faktor penting yang menentukan lamanya jangka waktu penyiapan lahan adalah: 1) Tersedianya tenaga kerja dan ternak penghela atau traktor untuk 2) menggarap tanah 3) Perlunya memperpendek jangka waktu tersebut agar tersedia cukup waktu untuk menanam padi sawah atau padi ladang kedua. Faktor-faktor tersebut saling berkaitan. Kondisi sosial budaya yang ada di daerah penanaman padi akan mempengaruhi lamanya waktu yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk daerah-daerah proyek baru, jangka waktu penyiapan lahan akan ditetapkan berdasarkan kebiasaan yang berlaku di daerah-daerah di dekatnya. Sebagai pedoman diambil jangka waktu 1,5 bulan untuk menyelesaikan penyiapan lahan di seluruh petak tersier. Bilamana untuk penyiapan lahan diperkirakan akan dipakai peralatan mesin secara luas, maka jangka waktu penyiapan lahan akan diambil satu bulan. Perlu diingat bahwa transplantasi (pemindahan bibit ke sawah) mungkin sudah dimulai setelah 3 sampai 4 minggu di beberapa bagian petak tersier di mana pengolahan lahan sudah selesai. 2. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan Pada umumnya jumlah air yang dibutuhkan untuk penyiapan lahan dapat ditentukan berdasarkan kedalaman serta porositas tanah di Halaman: 62 dari 76

63 sawah. Rumus berikut dipakai untuk memperkirakan kebutuhan air untuk penyiapan lahan. dimana : PWR : Kebutuhan air untuk penyiapan lahan, mm Sa : Derajat kejenuhan tanag setelah, penyiapan lahan dimulai, % Sb : Derajat kejenuhan tanah sebelum penyiapan lahan dimulai, % N : Porositas tanah dalam % pada harga rata-rata untuk kedalaman tanah d : Asumsi kedalaman tanah setelah pekerjaan penyiapan lahan mm Pd : Kedalaman genangan setelah pekerjaan penyiapan lahan, mm F1 : Kehilangan air di sawah selama 1 hari, mm Untuk tanah berstruktur berat tanpa retak-retak kebutuhan air untuk penyiapan lahan diambil 200 mm. Ini termasuk air untuk penjenuhan dan pengolahan tanah. Pada permulaan transplantasi tidak akan ada lapisan air yang tersisa di sawah. Setelah transplantasi selesai, lapisan air di sawah akan ditambah 50 mm. Secara keseluruhan, ini berarti bahwa lapisan air yang diperlukan menjai 250 mm untuk menyiapkan lahan dan untuk lapisan air awal setelah transpantasi selesai. Bila lahan telah dibiarkan beda selama jangka waktu yang lama (2,5 bulan atau lebih), maka laposan air yang diperlukan untuk penyiapan lahan diambil 300 mm, termasuk yang 50 mm untuk penggenangan setelah transplantasi. Untuk tanah-tanah ringan dengan laju perkolasi yang lebih tinggi, hargaharga kebutuhan air untuk penyelidikan lahan bisa diambil lebih tinggi lagi. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan sebaiknya dipelajari dari daerah-daerah di dekatnya yang kondisi tanahnya serupa dan hendaknya didasarkan pada hasil-hasil penyiapan di lapangan. Walau pada mulanya tanah-tanah ringan mempunyai laju perlokasi tinggi, tetapi laju ini bisa berkurang setelah lahan diolah selama beberapa tahun. Kemungkinan ini hendaknya mendapat perhatian tersendiri sebelum harga-harga kebutuhan air untuk penyiapan lahan ditetapkan menurut ketentuan di atas. Kebutuhan air untuk persemaian termasuk dalam harga-harga kebutuhan air di atas. Halaman: 63 dari 76

64 3. Kebutuhan air selama penyiapan lahan Untuk perhitungan kebutuhan irigasi selama penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh van de Goor dan Zijlstra (1968). Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam l/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus berikut : dimana : IR : Kebutuhan air irigasi di tingkat persawahan, mm/ hari M : Kebutuhan air untuk mengganti/ mengkompensari kehilangan air akibat evaporasi dan perkolasi di sawah yang sudah dijenuhkan (M = Eo + P), mm/ hari Eo : Evaporasi air terbuka yang diambil 1,1, ETo selama penyiapan lahan, mm/ hari P : Perkolasi k = MT/S T : jangka waktu penyiapan lahan, hari S : Kebutuhan air, untuk penjenuhan ditambah dengan laposan air 50 mm, mm yakni = 250 mm seperti yang sudah diterangkan di atas. Untuk menyikapi perubahan iklim yang selalu berubah dan juga dalam rangka penghematan air maka diperlukan suatu metode penghematan air pada saat pasca konstruksi. Pada saat ini perhitungan kebutuhan air dihitung secara konvensional yaitu dengan metode genangan, yang berkonotasi bahwa metode genangan adalah metode boros air. Metode perhitungan kebutuhan air yang paling menghemat air adalah metode Intermitten yang di Indonesia saat ini dikenal dengan nama SRI atau System Rice Intensification. SRI adalah metode penghematan air dan peningkatan produksi dengan jalan pengurangan tinggi genangan disawah dengan system pengaliran terputus putus (intermiten). Metode ini tidak direkomendasi untuk dijadikan dasar perhitungan kebutuhan air, tetapi bisa sebagai referensi pada saat pasca konstruksi. Tabel 4.7 memperlihatkan kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan yang dihitung menurut rumus di atas Halaman: 64 dari 76

65 Tabel 4.7 Kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (IR) b.1.2. Penggunaan air Konsumtif Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut dimana; ETc : evapotranspirasi tanaman, mm/ hari Kc : Koefisien tanaman ETo : evapotransirasi tanaman acuan, mm/ hari a. Evapotranspirasi Evapotranspirasi tanaman acuan adalah evapotranspirasi tanaman yang dijadikan acuan, yakni rerumputan pendek. ETo adalah kondisi evaporasi berdasarkan keadaan-keadaan meteorologi seperti : 1) Temperatur 2) Sinar matahari (atau radiasi) 3) Kelembapan 4) Angin Evapotranspirasi dapat dihitung dengan rumus-rumus teoritis-empiris dengan mempertimbangkan faktor-faktor meterologi di atas. Bila evaporasi diukur di stasiun agrometeorologi, maka biasanya digunakan pan Kelas A. harga-harga pan evaporasi (Epan) dikonversi ke dalam angka-angka ET0 dengan menerapkan faktor pan Kp antara 0,65 dan 0,85 bergantung kepada kecepatan angin, kelembapan relatif serta elevasi. ETo = KP. Epan Halaman: 65 dari 76

66 Harga-harga faktor pun mungkin sangat bervariasi bergantung kepada lamanya aingin bertiup, vegetasi di daerah sekitar dan lokasi pan. Evaporasi pan diukur secara harian, demikian pula harga-harga ETo. Untuk perhitungan evaporasi, diajurkan untuk menggunakan rumus Penman yang sudah dimodifikasi, Temperatur, Kelembapan, angin dan sinar matahari (atau radiasi) merupakan parameter dalam rumus tersebut. Data-data ini diukur secara harian pada stasiun-stasiun (agro) metereologi hitung ETo dengan rumus Penman. Untuk rumus Penman yang dimodifikasi ada 2 metode yang dapat digunakan : 1) Metode Nedeco/ Prosida yang lihat terbitan Dirjen Pengairan, Bina Program PSA 010, ) Metode FAO lebih umum dipakai dan dijelaskan dalam terbitan FAO Crop Water requirments, Harga-harga ET0 dari rumus penman menunjuk pada tanaman acuan apabila digunakan albedo 0,25 (rerumputan pendek). Koefisienkoefisien tanaman yang dipakai untuk penghitungan ETc harus didasarkan pada Eto ini dengan albedo 0,25. Seandainya data-data meteorologi untuk daerah tersebut tidak tersedia maka harga-harga ETo boleh diambil sesuai dengan daerah-daerah di sebelahnya. Keadaan-keadaan meteorologi hendaknya diperiksa dengan seksama agar transposisi data demikian dapat dijamin keandalannya. Keadaan-keadaan temperatur, kelembapan, aingin dan sinar matahari diperbandingkan. Pengguna komsumtif dihitung secara tengah bulanan, demikian pula harga-harga evapotranspirasi acuan. Setiap jangka waktu setengah bulan harga ETo ditetapkan dengan analisis frekuensi. Untuk ini distribusi normal akan diasumsikan. b. Koefisien Tanaman Harga-harga koefisien tanaman padi yang akan dipakai diberikan pada tabel berikut. Halaman: 66 dari 76

67 Tabel 4.8. Harga-harga koefisien 1 tanaman padi b.1.3 Perkolasi Laju perkolasi sangat bergantung kepada sifat-sifat tanah. Pada tanahtanah lempung berat dengan karakteristik pengelolahan (puddling) yang baik, laju perkolasi dapat mencapai 1-3 mm/ hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan; laju perkolasi bisa lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian dan penyelidikan kelulusan, besarnya laju perkolasi serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan tanah dapat ditetapkan dan dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul sawah. b.1.4 Penggantian Lapisan air a) Setelah pemupukan, usahakan untuk menjadwalkan dan mengganti lapisan air menurut kebutuhan b) Jika tiak ada penjadwalan semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing-masing 50 mm (atau 3,3 mm/ hari selama ½ Bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi. b.1.5 Curah hujan efektif Untuk irigasi pada curah hukan efektif bulanan diambil 70 persen dari curah hujan minimum tengah bulanan dengan periode ulang 5 tahun Halaman: 67 dari 76

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu : RANGKUMAN KP 01 BAGIAN PERENCANAAN Unsur dan Tingkatan Jaringan Irigasi Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu : Bangunan-bangunan utama ( headworks ) di mana air diambil

Lebih terperinci

Perancangan Metode Survei

Perancangan Metode Survei MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Perancangan Metode Survei BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan, terlebih dahulu harus dilakukan survei dan investigasi dari daerah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut :

Penyusunan laporan dari pengumpulan data sampai pengambilan kesimpulan beserta saran diwujudkan dalam bagan alir sebagai berikut : III-1 BAB III 3.1 URAIAN UMUM Sebagai langkah awal sebelum menyusun Tugas Akhir terlebih dahulu harus disusun metodologi pelaksanaannya, untuk mengatur urutan pelaksanaan penyusunan Tugas Akhir itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang

DINAS PENGAIRAN Kabupaten Malang Latar Belakang 1.1. Latar Belakang yang terletak sekitar 120 km sebelah selatan Kota Surabaya merupakan dataran alluvial Kali Brantas. Penduduk di Kabupaten ini berjumlah sekitar 1.101.853 juta jiwa pada tahun 2001 yang

Lebih terperinci

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir

BAB III METODOLOGI. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-1 BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Metodologi yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Diagram Alir Penyusunan Tugas Akhir III-2 Metodologi dalam perencanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM

BAB III METODOLOGI. Bab Metodologi III TINJAUAN UMUM III 1 BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU PENILAIAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (KPBK) JABATAN KERJA AHLI MUDA PERENCANA IRIGASI

KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (KPBK) JABATAN KERJA AHLI MUDA PERENCANA IRIGASI KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (KPBK) JABATAN KERJA AHLI MUDA PERENCANA IRIGASI A. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Pelatihan berdasarkan kompetensi perlu diselenggarakan karena adanya Kesenjangan

Lebih terperinci

FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI

FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI - POLITEKNIK NEGERI JAKARTA Nama Peserta : Tanggal/Waktu :, Nama Asesor : TUK : Teknik Sipil - PNJ Pada bagian ini, anda diminta untuk menilai diri

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan embung diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Uraian Umum

BAB III METODOLOGI Uraian Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN Kunci Jawaban Tugas-Tugas (Teori) Daftar Cek Unjuk Kerja (Praktek)...

DAFTAR ISI. Daftar Isi BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN Kunci Jawaban Tugas-Tugas (Teori) Daftar Cek Unjuk Kerja (Praktek)... DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1 Latar Belakang... 2 1.2 Tujuan... 2 1.3 Metoda Penilaian... 2 BAB II PELAKSANAAN PENILAIAN... 4 2.1 Kunci Jawaban Tugas-Tugas (Teori)... 4 2.2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air (dependable flow) suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) relatif konstan, sebaliknya kebutuhan air bagi kepentingan manusia semakin meningkat, sehingga

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data

BAB III METODOLOGI. 3.2 Pengumpulan Data BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Perencanaan muara sungai diawali dengan melakukan survey dan investigasi di lokasi yang bersangkutan untuk memperoleh data perencanaan yang lengkap dan teliti. Metodologi

Lebih terperinci

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan bendungan, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data perencanaan yang lengkap

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

BAB I STANDAR KOMPETENSI. mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Unit Standar Kompetensi Kerja yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : mengidentifikasikan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PENGGALIAN BADAN SALURAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PENGGALIAN BADAN SALURAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PENGGALIAN BADAN SALURAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko

Pertemuan 3. PSDA! Indradi Wijatmiko Pertemuan 3 PSDA! Indradi Wijatmiko Pola Pengelolaan SDA Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air! Data dan Informasi Penyusunan Pola! Rencana Induk Pengelolaan Sumber Daya Air! Disiplin Ilmu yang Terkait!

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN 1. PENDAHULUAN TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN Seiring dengan pertumbuhan perkotaan yang amat pesat di Indonesia, permasalahan drainase perkotaan semakin meningkat pula. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 2. Kerusakan DAS yang disebabkan karena erosi yang berlebihan serta berkurangnya lahan daerah tangkapan air.

BAB III METODOLOGI. 2. Kerusakan DAS yang disebabkan karena erosi yang berlebihan serta berkurangnya lahan daerah tangkapan air. III- 1 BAB III METODOLOGI 3.1. Survei Lapangan Perencanaan dam pengendali sedimen dimulai dengan melakukan survei dilapangan terlebih dahulu supaya dapat diketahui aspek-aspek penting yang melatarbelakangi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menyimpan air yang berlebih pada

Lebih terperinci

3 BAB III METODOLOGI

3 BAB III METODOLOGI 3-1 3 BAB III METODOLOGI 3.1 PENGUMPULAN DATA Untuk pengumpulan data yang dipergunakan dalam Tugas Akhir ini didapatkan dari data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh langsung dari catatancatatan

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang tahapan perencanaan Daerah Irigasi.

A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang tahapan perencanaan Daerah Irigasi. A. KOMPETENSI Mahasiswa memahami tentang tahapan perencanaan Daerah Irigasi. B. INDIKATOR Setelah mengikuti pembelajaran ini, mahasiswa mampu menjelaskan dengan baik dan benar akan: 1. Syarat-syarat perencanaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS

BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi Curah hujan rata-rata DAS BAB II DASAR TEORI 2.1 Perhitungan Hidrologi 2.1.1 Curah hujan rata-rata DAS Beberapa cara perhitungan untuk mencari curah hujan rata-rata daerah aliran, yaitu : 1. Arithmatic Mean Method perhitungan curah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah maupun masyarakat mengandung pengertian yang mendalam, bukan hanya berarti penambahan pembangunan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR

3.2 TAHAP PENYUSUNAN TUGAS AKHIR BAB III METODOLOGI 3.1 TINJAUAN UMUM Untuk membantu dalam proses penyelesaian Tugas Akhir maka perlu dibuat suatu pedoman kerja yang matang, sehingga waktu untuk menyelesaikan laporan Tugas Akhir dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA PENENTUAN LOKASI EMBUNG

BAB III METODOLOGI MULAI IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA PENENTUAN LOKASI EMBUNG 73 BAB III METODOLOGI 3.1 BAGAN ALIR PERENCANAAN Penerapan secara sistematis perlu digunakan untuk menentukan akurat atau tidaknya langkah-langkah yang diambil dalam suatu perencanaan. Bangunan embung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu penelitian dibutuhkan pustaka yang dijadikan sebagai dasar penelitian agar terwujud spesifikasi yang menjadi acuan dalam analisis penelitian yang

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3

METODOLOGI Tinjauan Umum 3. BAB 3 3. BAB 3 METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN POLA PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.226.00. Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III BAB III METODE PENELITIAN METODE PENELITIAN 3.1 Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL FORMULA CAMPURAN KERJA BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi

Gambar 2.1. Diagram Alir Studi 2.1. Alur Studi Alur studi kegiatan Kajian Tingkat Kerentanan Penyediaan Air Bersih Tirta Albantani Kabupaten Serang, Provinsi Banten terlihat dalam Gambar 2.1. Gambar 2.1. Diagram Alir Studi II - 1 2.2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Identifikasi kebutuhan Data

BAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Identifikasi kebutuhan Data BAB III METODOLOGI 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam suatu perencanaan konstruksi dan rencana pelaksanaan perlu adanya metodologi yang baik dan benar karena metodologi merupakan acuan untuk menentukan langkah langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air permukaan (water surface) sangat potensial untuk kepentingan kehidupan. Potensi sumber daya air sangat tergantung/berhubungan erat dengan kebutuhan, misalnya untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM

BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM BAB III METODOLOGI 3.1 URAIAN UMUM Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2. DAFTAR ISI Halaman: Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV...... TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. Umum 2. Lampiran 1a: Wilayah

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5292 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI I. UMUM Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain :

BAB III METODOLOGI. Dalam pengumpulan data untuk mengevaluasi bendungan Ketro, dilakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait, antara lain : BAB III METODOLOGI 45 3.1. URAIAN UMUM Di dalam melaksanakan suatu penyelidikan maka, diperlukan data-data lapangan yang cukup lengkap. Data tersebut diperoleh dari hasil survey dan investigasi dari daerah

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI BIMBINGAN TEKNIS PADA MITRA KERJA NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum

METODOLOGI BAB III III Tinjauan Umum III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Tinjauan Umum Dalam suatu perencanaan embung, terlebih dahulu harus dilakukan survey dan investigasi dari derah atau lokasi yang bersangkutan guna memperoleh data yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi aliran sungai pada saat musim hujan mempunyai debit yang sangat besar. Besaran debit yang lewat tersebut tidak ada manfaatnya bahkan sering sekali menjadi masalah

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Uraian Umum Metodologi adalah suatu cara atau langkah yang ditempuh dalam memecahkan suatu persoalan dengan mempelajari, mengumpulkan, mencatat dan menganalisa semua data-data

Lebih terperinci