NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH. Analisis Kinematis Lengan Excavator Keihatsu 921 C

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH. Analisis Kinematis Lengan Excavator Keihatsu 921 C"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Analisis Kinematis Lengan Excavator Keihatsu 921 C Disusun Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjan Teknik (S1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : DEVI YULIANTO D JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2 HALAMAN PENGESAHAN Naskah publikasi ini berjudul "Analisis Kinematis Lengan Excavator 921 C" telah disritujui pembimbing dan disahkan Ketua Jurusan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sariana S-1 teknik mesin di Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta. Disusun oleh: Nama : Devi Yulianto NIM : D { Pembimbing Pendamping Wiiianto. S.T.. M.Eno.Sc Mengetahui

3 Analisis Kinematis Lengan Excavator Keihatsu 921 C Devi Yulianto, Wijianto, S.T., M.Eng.Sc. Amin Sulistyo, S.T. Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura deviyulianto63@gmail.com ABSTRAKSI Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah analisis kinematis pada excavator, yaitu pada excavator produk keihatsu 921 C. Analisis kinematis dimaksud untuk mengetahui posisi dan kecepatan pada setiap link pada posisi tertentu. analisis kinematis yang dilakukan adalah pada perhitungan posisi dan kecepatan sesaat boom, arm dan backet. Analisi dilakukan sepanjang workspace area mekanisme lengan excavator berbagai titik pada mekanisme lengan excavator pada satu arah putaran. Analisis yang dilakukan adalah pada gerak umum dua dimensi yang dimiliki oleh mekanisme lengan excavator. Hasil analisis kinematis didapatkan hasil bahwa analisis kinematis diberbagai posisi dari silinder boom memendek secara maksimal sampai memanjang secara maksimal pada workspacearea didapatkan kecepatan sudut boom terendah dicapai pada saat silinder boom pada posisi sudut θ 1 = 42,75 o dan kecepatan tertinggi sudut boom dicapai pada saat silinder boom pada posisi θ 1 = 137,75 o. Dan pada arm didapatkan kecepatan sudut arm terendah dicapai pada saat silinder arm pada posisi sudut θ 3 = 70 o dan kecepatan tertinggi sudut arm dicapai pada saat silinder arm pada posisi θ 3 = 140 o. Dan untuk bucket didapatkan kecepatan sudut bucket terendah dicapai pada saat silinder Bucket pada posisi sudut θ 5 = 30 o dan kecepatan tertinggi sudut bucket dicapai pada saat silinder bucket pada posisi θ 5 = 130 o. Kata kunci: Excavator, Kinematis, Lengan Excavator 3

4 A. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Pada era globalisasi sekarang ini, dapat dirasakan adanya suatu perkembangan yang pesat dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Indonesia dalam hal ini sebagai negara yang berkembang maka dituntut untuk lebih produktif dalam melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan proyek-proyek yang besar seperti pembangunan jalan-jalan tol, gedung pencakar langit, bandara udara dan lain-lain. Diperlukanlah sarana atau sebuah alat yang dapat melakukan pekerjaan berat. Alat-alat berat tersebut digunakan untuk penggalian, pengangkutan, perataan dan lain-lain dengan waktu yang singkat, sehingga dalam pengerjaan proyek tersebut dapat dipercepat. Maka banyak diciptakan alat-alat berat, salah satunya alat berat yang digunakan untuk menggali disebut excavator. Exavator mempunyai banyak jenis dan pada umumnya excavator digunakan untuk menggali, pengangkutan dan pemindahan. Maka perlu ketelitian dalam pembuatan alat tersebut. Dalam kontruksi permesinan, dituntut analisis dalam bidang mekanika, salah satunya adalah analisis kinematis. Analisis kinematis sangatlah penting dalam perencanaan struktur-struktur yang bergerak. Kinematika sebagai bagian dari ilmu-ilmu teknik dapat digunakan sebagai dasar analis dalam persoalan perencanaan teknik. Mahasiswa teknik pada khususnya sebagai investasi bagi perkembangan teknologi kedepan yang telah memperoleh pelajaran mengenai ilmu teknik salah satunya ilmu kinematika diharapkan mampu mengembangkannya, sehingga mampu mengembangkan ilmu dan teknologi, salah satu metode untuk melakukan pengembangan adalah dengan analisa pada sebuah kasus tertentu. Dari latar belakang diatas dalam tugas akhir kali ini akan dibahas tentang analisis kinematis pada exavator. Yaitu pada excavator produk keihatsu 921 C. Analisis kinematis dimaksud untuk mengetahui posisi dan kecepatan pada setiap link pada posisi tertentu. 2. TUJUAN PENULISAN Tujuan dalam penulisan tugas akhir ini ini adalah : 1. Untuk mengetahui perhitungan analisis kinematis pada mekanisme lengan excavator pada posisi tertentu. 2. Untuk mengetahui perhitungan analisis kinematis pada banyak posisi sepanjang workspace area dari mekanisme boom, arm dan bucket dengan menggunakan pemrograman komputer. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. TINJAUAN UMUM Excavator adalah suatu peralatan kontruksi alat berat yang memiliki fungsi untuk melakukan pekerjaan seperti penggalian tanah, pengumpulan tanah, 4

5 memindahkan dan mengangkut tanah serta mengangkat barang. Tergantung attacment yang di pasang pada excavator. Attacment ada beberapa macam antara lain : backhoe, shovel, dragline, chamsel dan lain-lain. Sistem pengandaliannya dibedakan menjadi dua macam yaitu : sistem kabel (cable system) dan sistem hidrolik (hydroulic system). Peralatan excavator dalam aplikasinya digunakan antara lain untuk pembangunan jalan raya, membuat saluran irigasi pertanian, membangun bendungan, membangun jembatan, membuka lahan pemukiman baru dan lainlain. Dalam penulisan tugas akhir ini disajikan hydraulic excavator backhoe. Kontruksi dari hydrulic excavator backhoe terdiri dari mesin sebagai penggerak utama, pompa hidrolik sebagai penggerak utama seluruh silinder hidrolik, silinder hidrolik sebagai penggerak undercarriage serta work equipment (attacment).dan undercarriage serta lengan excavator backhoe. (work equipment). Namun demikian yang akan disajikan dalam tugas akhir ini hanya bagian lengannya saja. Keterangan : 1. arm 2. Silinder Hidrolik Bucket 3. Silinder Hidrolik arm 4. Boom 5. Silinder Hidrolik Boom 6. Bucket Gambar Mekanisme Lengan Excavator Backhoe a. Mekanisme Boom Mekanisme boom adalah bagian dari mekanisme lengan excavator yang memiliki kontruksi paling besar. Mekanisme boom terdiri dari batang boom dan pengendali boom berupa dua buah silinder hidrolik. Dalam melakukan kerjanya silinder hidrolik menerima daya dari pompa hidrolik, sehingga mekanisme boom berfungsi untuk meneruskan daya yang diberikan oleh pompa hidrolik. Daya 5

6 yang di terima dari pompa hidrolik digunakan untuk menempatkan posisi arm dan bucket dan batang boom itu sendiri pada posisi kerja yang diinginkan. Gerak yang mampu dilakukan oleh batang boom hanya sebatas gerak rotasi pada sumbu putarnya, sedangkan silinder hidrolik bergerak secara translasi. Dengan demikian maka gerak yang dimiliki oleh mekanisme boom adalah gerak bidang umum. Adapun kontruksi dari mekanisme boom adalah sebagai berikut : b. Mekanisme Arm Mekanisme arm terdiri dari sebuah batang arm dan pengendalinya sebuah silinder hidrolik. Batang arm dipasang pada ujung batang boom lalu dihubungkan dengan batang arm. Mekanisme arm berfungsi untuk mengatur mekanisme bucket pada posisi yang dikehendaki. Posisi mekanisme arm sangat tergantung terhadap posisi mekanisme boom. Jika mekanisme boom berubah posisi maka secara otomatis posisi mekanisme arm juga berubah posisi. Gerak yang dimiliki oleh mekanisme arm adalah gerak bidang umum, jadi seperti gerak yang dimiliki mekanise boom, karena batang boom bergerak secara rotasi dan silinder hidrolik bergerak secara translasi. Adapun konstruksi batang arm dibedakan menjadi dua macam yaitu : c. Mekanisme Bucket Mekanisme dapat didekati sebagai sebagai mekanisme empat batang atau fourbar linkage dengan silider hidrolik sebagai penggeraknya. Dengan demikian maka mekanisme bucket terdiri dari sebuah silinder hidrolik dan mekanisme empat batang serta bucket itu sendiri. Bucket memiliki fungsi untuk melakukan kerja-kerja penggalian dan membawa hasil galian untuk dipindahkan. Mekanisme bucket adalah mekanisme yang letaknya paling ujung dari mekanisme lengan evcavator bakchoe. Gerak pada mekanisme bucket juga merupakan gerak bidang umum. 2. DASAR TEORI a. Konsep Dasar Kinematika Kinematika adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang gerak suatu partikel atau benda tanpa memandang gaya yang bekerja pada partikel atau benda tersebut. Kinematika benda tegar adalah salah satu yang dipelajari dalam kinematika. Benda tegar didifinisikan sebagai sistem partikel-partikel yang jarak anatara partikelnya tetap/tidak berubah. Jadi bila masing-masing partikel tersebut dinyatakan dalam sebuah vektor posisi dari sumbu-sumbu acuan yang diletakkan pada benda dan berputar bersama benda tersebut, maka tidak akan terjadi perubahan pada vektor posisi tersebut. Gerak bidang pada bidang tegar ada tiga macam yaitu : 1. Gerak translasi Didefinisikan sebagai gerakan yang setiap garis pada benda tersebut tetap sejajar terhadap kedudukan awalnya pada setiap saat. Pada gerak translasi 6

7 rektilinier semua titik pada benda bergerak menurut garis lurus yang sejajar, sedangkan pada gerak translasi kurvilinier semua titik bergerak pada garis lengkung yang sama dan sebangun. 2. Gerak rotasi pada sumbu tetap Bila sebuah benda tegar bergerak mengelilingi sumbu yang tetap, maka semua partikel yang terletak pada benda kecuali partikel yang terletak pada sebuah putaran, bergerak sepanjang lintasan lingkaran. Gerak rotasi pada sumbu tetap adalah gerakan sudut terhadap sumbunya. 3. Gerak bidang umum Bila sebuah benda tegar mengalami kombinasi dari gerak rotasi dan gerak translasi, maka benda tersebut memiliki gerak bidang umum. b. Persamaan Analisis Kinematis Dalam analisis kinematis yang akan disajikan pada tugas akhir ini adalah termasuk jenis gerak bidang umum yang merupakan kombinasi gerak translasi silinder hidrolik dan gerak rotasi batang boom, arm dan bucket. Salah satu cara untuk mendifinisikan gerakan ini adalah dengan menggunakan koordiasi pusat s untuk menyatakan lokasi titik sepanjang lintasan dan koordinat posisi sudut untuk menyatakan orientasi garis/benda. Kedua koordinat tersebut kemudian dihubungkan secara geometri. Dengan menerepkan deferensial terhadap waktu, persamaan geometri tersebut akan diperoleh v = ds/dt, α = dv/dt, ω = dθ/dt, α = dω/dt sehingga gerakan titik translasi dan gerakan sudut suatu batang atau garis dapat dihubungkan. Gerak sudut Gerak rotasi pada sumbu tetap pada sebuah benda tegar dinyatakan oleh gerakan sudutnya. Hanya garis-garis atau benda saja yang mengalami gerakan sudut. Perubahan sudut sering kali diukur dengan gerakan diferensial dθ dan dinamakan perpindahan sudut. Vektor ini memiliki besar dθ yang bisa diukur delam derajat. Radian atau putaran (1 putaran = 2π radian). Gerakan ini selalu terhadap sumbu tetap, sehingga dθ selalu sepanjang sumbu tersebut. Kecepatan sudut Laju perubahan sudut terhadap waktu disebut kecepatan sudut (ω). Karena dθ terjadi dalam selang waktu yang sangat singakat, maka : ω = dθ/dt Vektor ini sering kali diukur dalam radian per detik (rad/s). Arah rotasi dapat searah ataupun berlawanan dengan arah puraran jarum jam. Disini kita tetapkan nilai positif untuk arah putaran jarum jam (counter clockwise) dan negatif untuk arah searah jarum jam (clockwise). Rotasi terhadap sumbu tetap menunjukkan sebuah titik yang bergerak/berputar sepanjang lintasan yang berpusat pada suatu titik tertentu. Posisi titik A pada gambar dibawah didefinisiskan oleh vektor R yang ditarik dari titik O ke titk A.komponen vektor R adalah R = 7

8 Kecepatan titik A disebut dengan VA. kecepatan adalah laju perubahan jarak terhadap waktu. Untuk gerak rotasi terhadap sumbu tetap, maka berlaku : V = ω x R Gambar Posisi, Kecepatan Pada Batang C. ANALISIS KINEMATIS a. Analisis Kinematis Mekanisme Boom Data-data yang diketahui : R0 = 887 mm θ1 = 137,75 o θ1 = 42,25 o R1 = 2330 mm β1 = 112,75o RB = 5680 mm Q = mm3/s RAB = 3702,25 mm DS1 = 125 mm Asumsi dasar : Kecepatan silinder boom (VS1) = konstan, sehingga αs1 = 0 Skala 1 cm = 65 mm Gambar Posisi Mekanisme Boom 8

9 1. Analisis Posisi Posisi link 1 R 1 x = R 1 cosθ 1 = mm R 1 y = R 1 sinθ 1 = 1567 mm Posisi link 2 R 2 x = -R o - R 1 x = mm R 2 Y = R 1 Y = 1570 mm R 2 = θ 2 = Arcsin R 2 = silinder Boom maka, dari persamaan diatas pada saat θ 1 = 137,75 o akan diperoleh sebagai berikut : R 2 = 3050 mm θ 2 = 31 o Posisi titik B R B x = R B cosβ 1 = -2196,5 mm R B y = R B sin β 1 = 5238,1mm 2. Analisis Kecepatan Kecepatan di titik A adalah : Jika V S1 adalah kecepatan silinder boom maka diperoleh : Dengan menerapkan hukum continuitas maka diperoleh persamaan : Vs 1 = dimana, Q : debit aliran fluida silinder hidrolik A : luas penampang silinder hidrolik Vs 1 = 130,08 mm/s 9

10 Gambar Poligon Kecepatan Titik A Dari poligon diatas dideroleh : V A1 = 5,023 cm = 653,24 mm/s V A2 = 5,12 cm = 666,13 mm/s Penyelesaian secara matematis : θ A = θ 1 θ 2 = 11,25 o sehingga : V A1 = V A2 = = 653,24 mm/s = 666,18 mm/s Sehingga dapat dicari kecepatan sudut pada boom : V A1 = ω 1 x R 1 Maka : ω 1 = 0,280 rad/s, V A2 = ω 2 x R 2 Maka : ω 2 = 0,218 rad/s Karena titik A dan titik B berada pada satu batang penghubung kaku maka, V B = ω 1 x R B = 0,280 x 5680 = 1592,45 mm/s b. Analisis Kinematis Mekanisme arm Data-data yang diketahui : R 0 = 2999 mm Q = mm 3 /s R 3 = 934 mm D S2 = 135 mm sehingga A S2 = mm 3 θ 3 = 40 o R DB = BD = 2397 mm 10

11 β 2 = -124 o β 2 = -140 o θ 3 = 140 o R EB = BE = 2911 mm untuk lebih jelasnya maka dapat diperhatikan Gambar 18 dibawah ini. Asumsi dasar bahwa kecepatan silinder arm (V S2 ) = konstan sehingga α 2 = 0 Gambar Posisi Mekanisme Arm 1. Analisis Posisi Bila arm diputar dengan titik pusat di titik B maka : Posisi link 3 R 3 x = R 3 cosθ 3 = 715,49 mm R 3 y = R 3 sinθ 3 = 600,36 mm Posisi link 4 R 4 x = R o + R 3 x = 3714,49 mm R 4y = R 3 y = 600,39 mm R 4 = = 3752,82 mm θ 4 = Arcsin = 9,2 o posisi titik D R DB x = R DB cosβ 2 = mm R DB y = R DB sinβ 2 = mm Posisi titik E 11

12 R EB x = R EB cosβ 2 = mm R EB y = R EB sinβ 2 = mm 2. Analisis kecepatan Kecepatan di titik C adalah : Jika V S2 adalah kecepatan silinder arm maka diperoleh : Dengan menerapkan hukum continuitas maka diperoleh persamaan : Vs 2 = dimana, Q : debit aliran fluida silinder hidrolik A : luas penampang silinder hidrolik Vs 2 = 112 mm/s Gambar. Poligon Kecepatan Titik C Dari poligon diatas dideroleh : V C3 = 5,468 cm = mm/s V C4 = 4,697 cm = 187,89 mm/s Penyelesaian secara matematis θ A = θ 3 θ 4 = 30,8 o θ A = 30,8 o sehingga : V C3 = = mm/s 12

13 V C4 = = 187,89 mm/s Sehingga dapat dicari kecepatan sudut pada arm : V C3 = ω 3 x R 3 Maka : ω 3 = 0,234 rad/s V C4 = ω 4 x R 4, Maka : ω 4 = 0,051 rad/s Karena titik D dan titik E berada pada satu batang penghubung kaku maka, Kecepatan titik D adalah : V D = ω 3 x R D = mm/s Kecepatan titik E adalah : V E = ω 3 x R E = 681,174 mm/s c. Analisis kinematis mekanisme bucket Data-data yang diketahui : R 0 = 2119 mm R 5 = 760 mm θ 5 = 30 o Q = mm 3 /s D S3 = 120 mm 1. Analisis Posisi Posisi link 5 R 5 x = R 5 cosθ 5 = 658,18 mm R 5 y = R 5 sinθ 5 Gambar Posisi Mekanisme Bucket 13

14 = 380 mm Posisi link 6 R 6 x = R 0 + R 5 x = 2777,18 mm R 6 y = R 5 y = 380 mm R 6 = = 2803,06 mm θ 6 = Arcsin = 7,8 o Skala 1 cm = 400 mm Gambar Four-bar Linkage Mekanisme Bucket Data-data yang diketahui : R 8 = 580 mm R H = O 3 = 153 mm θ 8 = -10 o R 9 = 450 mm R 7 = 620 mm θ 9 = -145 o R B = Sin θ B = Cos θ B = = 433,288 mm = 0,877 mm 14

15 = 0,481 mm θ B = 2Arctan = 61,28 o θ A = arcos = 116,03 o θ 7 = θ B θ A = -57,48 o R 7 x = R 7 cosθ 7 =333,31 mm R 7 y = R 7 sinθ 7 =-522,78 mm R 8 x = -(R 9 x+r 5 x+r 7 x) = -541,49 mm R 8 y = -(R 9 y+r 5 y+r 7 y) =- 142,78 mm Cos θ 8 = R 8x /R 8 = -0,9969 mm Sin θ 8 = R 8y /R 8 Maka : = 0,255 mm θ 8 = 2Artan = 165,29 o θ 9 = θ ,47 = 222,76 o R H x = R H cosθ 9 = ,5 mm R H y = R H sinθ 9 = ,4 mm 2. Analisis Kecepatan Kecepatan di titik F adalah : Jika V S3 adalah kecepatan silinder bucket maka diperoleh : Dengan menerapkan hukum continuitas maka diperoleh persamaan : Vs 3 = 15

16 dimana, Q : debit aliran fluida silinder hidrolik A : luas penampang silinder hidrolik Vs 3 = = 141,54 mm/s Dari poligon diatas dideroleh : V F5 = 6,69 cm = 374,6 mm/s V F6 = 6,19 cm = 346,83 mm/s Penyelesaian secara matematis θ A = θ 5 θ 6 = 22,2 o sehingga : V F5 = V F6 = = 374,6 mm/s Gambar Poligon kecepatan titik F = 346,83 mm/s Sehingga dapat dicari kecepatan sudut pada bucket : V F5 = ω 5 x R 5 Maka : ω 5 = 0,493 rad/s V F6 = ω 6 x R 6 16

17 Maka : ω 6 = 0,124 rad/s Kecepatan sudut link 7 dan 8 : ω 7 = ω 8 = = 0,62716 rad/s = 0,98495 rad/s Maka kecepatan relatif titik G terhadap titik F adalah V FG = ω 7 x R 7 = 388,84 mm/s Dan kecepatan titik G adalah : V G = ω 8 x R 8 = 551,57 mm/s Kecepatan titik H adalah : V H = ω 8 x R H = 1507 mm/s D. ANALISIS PENGERJAAN KOMPUTER MATLAB a. perbandingan kecepatan mekanisme boom pada berbagai posisi Keterangan : Grafik Kecepatan boom pada berbagai posisi 17

18 Dari grafik 01 menunjukan grafik perbandingan kecepatan pada mekanisme boom pada berbagai posisi dari posisi silinder boom memendek maksimal sampai memanjang maksimal. Dari grafik diatas menunjukkan kecepatan boom pada beberapa titik link di mekanisme boom. Kecepatan V A1 adalah kecepatan boom pada titik A terhadap O 1, kecepatan V A2 adalah kecepatan boom pada titik A terhadap titik O 2 dan kecepatan V B adalah kecepatan titik B terhadap titik O 1. Dengan pemrogaman komputer matlab telah diperoleh kecepatan pada titik V A1,V A2 dan V B pada berbagai posisi. Dari grafik diatas dapat diketahui kecepatan titik V A1,V A2 dan V B, kecepatan terendah ketika pada saat silinder boom pada posisi sudut 42,75 o dengan nilai V A1 : 35,519 mm/s, V A2 : 135,195 mm/s dan V B : 86,58 mm/s, dan mengalami pernambahan kecepatan hingga pada posisi sudut 62,75 o dengan interval kecepatan yang sangat tinggi, setelah pada posisi sudut 62,75 sampai 77,75 o dengan interval keceptan rendah, setelah pada posisi sudut 77,75 mengalami kecepatan dengan interval sangat tinggi hingga mencapai kecepatan maksimum pada posisi sudut 137,75 o dengan nilai V A1 : 653,241, V A2 : 666,138 dan V B : 1592,45.. b. perbandingan kecepatan mekanisme Arm pada berbagai posisi Grafik 02. Keceatan arm pada berbagai posisi Kererangan : 18

19 Dari grafik 02 menunjukan grafik perbandingan kecepatan pada mekanisme arm pada berbagai posisi dari posisi silinder arm memendek maksimal sampai memanjang maksimal. Dari grafik diatas dapat dilihat kecepatan boom pada beberapa titik link di mekanisme boom. Kecepatan V C3 adalah kecepatan arm pada titik C terhadap titik A, kecepatan V D adalah kecepatan arm pada titik D terhadap titik B dan kecepatan V E adalah kecepatan titik E terhadap titik B. Dengan pemrogaman komputer matlab telah diperoleh kecepatan pada titik V C3,V D dan V E pada berbagai posisi. Dari grafik diatas dapat diketahui kecepatan titik V C3,V D dan V E, kecepatan tertinggi ketika pada saat silinder arm pada posisi sudut 140 o dengan nilai V C3 : 218,292 mm/s, V D : 560,622 mm/s dan V E : 699,043 mm/s, dan mengalami penurunan kecepatan hingga pada posisi sudut 70 o dengan nilai V C3 : 111,896 mm/s, V D : 287,167 mm/s dan V E : 358,329 mm/s, kemudian setelah posisi sudut 70 o mengalami penambahan kecepatan hingga pada posisi sudut 30 o dengan nilai V C3 : 167,017 mm/s, V D : 287,167 mm/s dan V E : 854,49 mm/s.. c. perbandingan kecepatan mekanisme bucket pada berbagai posisi Grafik 03. Kecepatan bucket pada berbagai posisi Keterangan : 19

20 Dari grafik 03 menunjukan grafik perbandingan kecepatan pada mekanisme bucket pada berbagai posisi dari posisi silinder bucket memendek maksimal sampai memanjang maksimal. Dari grafik diatas dapat dilihat kecepatan bucket pada beberapa titik link di mekanisme buckrt. Kecepatan V F6 adalah kecepatan bucket pada titik F terhadap titik O 5, kecepatan V G adalah kecepatan bucket pada titik G terhadap titik O 8 dan kecepatan V H adalah kecepatan titik H terhadap titik O 8. Dengan pemrogaman komputer matlab telah diperoleh kecepatan pada titik V F6,V G dan V H pada berbagai posisi. Dari grafik diatas dapat diketahui kecepatan titik V F6,V G dan V H, kecepatan tertinggi ketika pada saat silinder bucket pada posisi sudut 30 o dengan nilai V F6 : 346,691 mm/s, V G : 551,573 mm/s dan V H : 1506,98 mm/s, dan mengalami penurunan kecepatan hingga kecepatan terendah dari silinder bucket pada titik V F6 yaitu pada posisi sudut 130 o dengan nilai V F6 : -52,49 mm/s, pada titik V G dan V H pada posisi sudut 110 o, dengan nilai V G : 129,45 mm/s dan V H : 353,67 mm/s, kemudian mengalami penambahan kecepan hingga pada posisi sudut 130 o, dengan nilai V G : 140,101 mm/s dan V H : 382,54 mm/s E. PENUTUP KESIMPULAN Dari analisa kinematis lengan exavator keihatsu 921 C pada posisi tertentu dan berbagai posisi di setiap link maka dapat dipeoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis kinematis diberbagai posisi dari silinder boom memendek secara maksimal sampai memanjang secara maksimal didapatkan kecepatan sudut boom terendah dicapai pada saat silinder boom pada posisi sudut θ 1 = 42,75 o dan kecepatan tertinggi sudut boom dicapai pada saat silinder boom pada posisi θ 1 = 137,75 o. 2. Analisis kinematis diberbagai posisi dari silinder arm memendek secara maksimal sampai memanjang secara maksimal didapatkan kecepatan sudut arm terendah dicapai pada saat silinder arm pada posisi sudut θ 3 = 70 o dan kecepatan tertinggi sudut arm dicapai pada saat silinder arm pada posisi θ 3 = 140 o.. 3. Analisis kinematis diberbagai posisi dari silinder bucket memendek secara maksimal sampai memanjang secara maksimal didapatkan kecepatan sudut bucket terendah dicapai pada saat silinder bucket pada posisi sudut θ 5 = 30 o dan kecepatan tertinggi sudut bucket dicapai pada saat silinder boom pada posisi θ 5 = 130 o. Saran Saran-saran dalam melakukan analisis kinematis pada lengan exavator keihatsu 921 C ini adalah sebagai berikut : 20

21 1. Agar analisi bisa akurat harus benar-benar memahami mekanisme pada unit excavator. Diharapkan bisa mengumpulkan data dari shop manual atau meninjau unitnya secara langsung. 2. Dalam melakukan analisis diharapkan melukan studi pustaka agar memahami dasar-dasar teori yang diperlukan dalam analisis tersebut. 3. Diharapkan dengan adanya penulisan dari pada analisis kinematis ini, semoga dapat menjadikan acuan atau dasar pemikir guna untuk perbandingan dengan alat-alat berat yang ada dilapangan. 4. Diharapkan untuk operator keihatsu 921 C, dalam melakukan pengerjaan mengangkat dan memindahkan agar lebih efektif dan efisien maka pada posisi lengan exavator silnder hidrolik boom memanjang secara maksimal, sinder arm memanjang maksimal dan sinder hidrolik bucket memanjang maksimal. 21

22 DAFTAR PUSTAKA Holowenko, A.R, Cendy Prapto ; 1993 ; Dinamika Permesinan. Erlangga: Jakarta E.Wilson, Charles, J Peter Sedler ; 1983 ; Kinematics and Dynemics of Mechinery, Harper and Row: Newyork Hanselman, Duane and Bruce litlefield ; 2000 ; MATLAB : Bahasa Komputasi Teknik, ANDI: Yogyakarta Keihatsu Ltd ; Shop Manual Keihatsu 921 C, Japan Popov, E.P ; 1996 ; Mekanika Teknik, Alih Bahasa : Zainbal Astaman Tanisan, M.Sc, Edisi Kedua (Versi S1), Erlangga: Jakarta P. Beer, Ferdinan, Russel Jonson J.R ; 1977 ; Vektor Mechanics for Engineer ; Statics and Dinamics, Mc Grow-Hill Book Company: USA Weston Sear, Francis, Mark W. Semansky ; 1991 ; Fisika Untuk Universita I, Bina Cipta: Jakarta Mariam, J.L, L.G Kraige ; 1993 ; Mekanika Teknik Jilid 2 ; Erlangga: Jakarta Victor, I, Steeter E, Benjamin Wilie ; 1990 ; Mekanika Fluida Jilid 1, Erlangga: Jakarta 22

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS PERCEPATAN LENGAN EXCAVATOR KEIHATSU 921 C

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS PERCEPATAN LENGAN EXCAVATOR KEIHATSU 921 C NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS PERCEPATAN LENGAN EXCAVATOR KEIHATSU 921 C Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi. Indonesia dalam hal ini sebagai negara yang berkembang. maka dituntut untuk lebih produktif dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi. Indonesia dalam hal ini sebagai negara yang berkembang. maka dituntut untuk lebih produktif dalam melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, dapat dirasakan adanya suatu perkembangan yang pesat dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Indonesia dalam hal ini sebagai

Lebih terperinci

Analisis Kinematis Lengan Excavator Keihatsu 921 C

Analisis Kinematis Lengan Excavator Keihatsu 921 C TUGAS AKHIR Analisis Kinematis Lengan Excavator Keihatsu 921 C Tugas Akhir ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus

Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus BAB 7. GERAK ROTASI 7.1. Pendahuluan Gambar 7.1 Sebuah benda bergerak dalam lingkaran yang pusatnya terletak pada garis lurus Sebuah benda tegar bergerak rotasi murni jika setiap partikel pada benda tersebut

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK

KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK KINEMATIKA GERAK 1 PERSAMAAN GERAK Posisi titik materi dapat dinyatakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suatu bidang datar maupun dalam bidang ruang. Vektor yang dipergunakan untuk menentukan posisi disebut

Lebih terperinci

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom

KINEMATIKA. Fisika. Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom KINEMATIKA Fisika Tim Dosen Fisika 1, ganjil 2016/2017 Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Elektro - Universitas Telkom Sasaran Pembelajaran Indikator: Mahasiswa mampu mencari besaran

Lebih terperinci

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Diferensial Vektor. (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TKS 4007 Matematika III Diferensial Vektor (Pertemuan III) Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Perkalian Titik Perkalian titik dari dua buah vektor A dan B pada bidang dinyatakan

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon

Pembahasan a. Kecepatan partikel saat t = 2 sekon (kecepatan sesaat) b. Kecepatan rata-rata partikel saat t = 0 sekon hingga t = 2 sekon Soal Kinematika Gerak dan Analisis Vektor Soal No. 1 Sebuah partikel bergerak dengan persamaan posisi terhadap waktu : r(t) = 3t 2 2t + 1 dengan t dalam sekon dan rdalam meter. Tentukan: a. Kecepatan partikel

Lebih terperinci

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:

Kinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber: Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba

Lebih terperinci

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika

KINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada

Lebih terperinci

2.2 kinematika Translasi

2.2 kinematika Translasi II KINEMATIKA PARTIKEL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman dan kemampuan menganalisis serta mengaplikasikan konsep kinematika partikel pada kehidupan sehari-hari

Lebih terperinci

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika.

TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. MATA KULIAH : FISIKA DASAR TUJUAN :Mahasiswa memahami konsep ilmu fisika, penerapan besaran dan satuan, pengukuran serta mekanika fisika. POKOK BAHASAN: Pendahuluan Fisika, Pengukuran Dan Pengenalan Vektor

Lebih terperinci

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13 Fakultas Perikanan - KESETIMBANGAN Kondisi benda setelah menerima gaya-gaya luar SEIMBANG : Bila memenuhi HUKUM NEWTON I Resultan Gaya yang bekerja pada benda besarnya sama dengan nol sehingga benda tersebut

Lebih terperinci

ANALISA SIDE SHIFTER PADA FORKLIFT LONKING LG 30 DT

ANALISA SIDE SHIFTER PADA FORKLIFT LONKING LG 30 DT NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA SIDE SHIFTER PADA FORKLIFT LONKING LG 30 DT Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1

DEPARTMEN IKA ITB Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR. MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej BENDA TEGAR Kuliah FI-1101 Fisika 004 Dasar Dr. Linus Dr Pasasa Edy Supriyanto MS Bab 6-1 Jurusan Fisika-Unej Bahan Cakupan Gerak Rotasi Vektor Momentum Sudut Sistem Partikel Momen

Lebih terperinci

PENGARUH BEBAN DAN KONDISI PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK GERAK SISTEM PENGGERAK PRESISI

PENGARUH BEBAN DAN KONDISI PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK GERAK SISTEM PENGGERAK PRESISI 144 PENGARUH BEBAN DAN KONDISI PEMBEBANAN TERHADAP KARAKTERISTIK GERAK SISTEM PENGGERAK PRESISI Ahmad Su udi Dosen Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai

Lebih terperinci

III. KINEMATIKA PARTIKEL. 1. PERGESERAN, KECEPATAN dan PERCEPATAN

III. KINEMATIKA PARTIKEL. 1. PERGESERAN, KECEPATAN dan PERCEPATAN III. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dari mekanika yang mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan apa/siapa yang menggerakkan benda tersebut. Bila gaya penggerak ikut diperhatikan maka

Lebih terperinci

Fisika Dasar 9/1/2016

Fisika Dasar 9/1/2016 1 Sasaran Pembelajaran 2 Mahasiswa mampu mencari besaran posisi, kecepatan, dan percepatan sebuah partikel untuk kasus 1-dimensi dan 2-dimensi. Kinematika 3 Cabang ilmu Fisika yang membahas gerak benda

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN FIS A. BENDA TEGAR Benda tegar adalah benda yang tidak mengalami perubahan bentuk dan volume selama bergerak. Benda tegar dapat mengalami dua macam gerakan, yaitu translasi dan rotasi. Gerak translasi

Lebih terperinci

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L)

momen inersia Energi kinetik dalam gerak rotasi momentum sudut (L) Dinamika Rotasi adalah kajian fisika yang mempelajari tentang gerak rotasi sekaligus mempelajari penyebabnya. Momen gaya adalah besaran yang menyebabkan benda berotasi DINAMIKA ROTASI momen inersia adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Vektor BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Vektor Ada beberapa besaran fisis yang cukup hanya dinyatakan dengan suatu angka dan satuan yang menyatakan besarnya saja. Ada juga besaran fisis yang tidak

Lebih terperinci

Karena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak

Karena hanya mempelajari gerak saja dan pergerakannya hanya dalam satu koordinat (sumbu x saja atau sumbu y saja), maka disebut sebagai gerak BAB I. GERAK Benda dikatakan melakukan gerak lurus jika lintasan yang ditempuhnya membentuk garis lurus. Ilmu Fisika yang mempelajari tentang gerak tanpa mempelajari penyebab gerak tersebut adalah KINEMATIKA.

Lebih terperinci

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com

GERAK ROTASI. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com GERAK ROTASI Hoga saragih Benda tegar yang dimaksud adalah benda dengan bentuk tertentu yang tidak berubah, sehinga partikelpartikel pembentuknya berada pada posisi tetap relatif satu sama lain. Tentu

Lebih terperinci

ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824

ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824 NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR ANALISA HIDROLIK SISTEM LIFTER PADA FARM TRACTOR FOTON FT 824 Disusun Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Ujian Tugas Akhir Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

FIsika DINAMIKA ROTASI

FIsika DINAMIKA ROTASI KTS & K- Fsika K e l a s X DNAMKA ROTAS Tujuan embelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami konsep momen gaya dan momen inersia.. Memahami teorema sumbu

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 2) Gerak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Kerangka Acuan & Sistem Koordinat Posisi dan Perpindahan Kecepatan Percepatan GLB dan GLBB Gerak Jatuh Bebas Mekanika

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD

BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD BAB III ANALISA DINAMIK DAN PEMODELAN SIMULINK CONNECTING ROD Dalam tugas akhir ini, peneliti melakukan analisa dinamik connecting rod. Geometri connecting rod sepeda motor yang dianalisis berdasarkan

Lebih terperinci

Kinematika Dwi Seno K. Sihono, M.Si. - Fisika Mekanika Teknik Metalurgi dan Material Sem. ATA 2006/2007

Kinematika Dwi Seno K. Sihono, M.Si. - Fisika Mekanika Teknik Metalurgi dan Material Sem. ATA 2006/2007 Kinematika Kinematika Mempelajari tentang gerak benda tanpa memperhitungkan penyebab gerak atau perubahan gerak. Asumsi bendanya sebagai benda titik yaitu ukuran, bentuk, rotasi dan getarannya diabaikan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule.

Satuan dari momen gaya atau torsi ini adalah N.m yang setara dengan joule. Gerak Translasi dan Rotasi A. Momen Gaya Momen gaya merupakan salah satu bentuk usaha dengan salah satu titik sebagai titik acuan. Misalnya anak yang bermain jungkat-jungkit, dengan titik acuan adalah

Lebih terperinci

GAYA SILINDER STICK DAN SILINDER BUCKET PADA EXCAVATOR 320 CATERPILLAR AKIBAT GAYA POTONG

GAYA SILINDER STICK DAN SILINDER BUCKET PADA EXCAVATOR 320 CATERPILLAR AKIBAT GAYA POTONG Jurnal Mekanikal, Vol. 3 No. 2: Juli 212: 293-31 ISSN 286-343 GAYA SILINDER STICK DAN SILINDER BUCKET PADA EXCAVATOR 32 CATERPILLAR AKIBAT GAYA POTONG Muhammad Zuchry Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik,Universitas

Lebih terperinci

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan

SP FISDAS I. acuan ) , skalar, arah ( ) searah dengan SP FISDAS I Perihal : Matriks, pengulturan, dimensi, dan sebagainya. Bisa baca sendiri di tippler..!! KINEMATIKA : Gerak benda tanpa diketahui penyebabnya ( cabang dari ilmu mekanika ) DINAMIKA : Pengaruh

Lebih terperinci

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D

4 I :0 1 a :4 9 1 isik F I S A T O R A IK M A IN D 9:4:04 Posisi, Kecepatan dan Percepatan Angular 9:4:04 Partikel di titik P bergerak melingkar sejauh θ. Besarnya lintasan partikelp (panjang busur) sebanding sebanding dengan: s = rθ Satu keliling lingkaran

Lebih terperinci

BAB V KINEMATIKA FLUIDA

BAB V KINEMATIKA FLUIDA BAB V KINEMATIKA FLUIDA Tujuan Intruksional Umum (TIU) Mahasiswa diharapkan dapat merencanakan suatu bangunan air berdasarkan konsep mekanika fluida, teori hidrostatika dan hidrodinamika. Tujuan Intruksional

Lebih terperinci

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar

Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar Bab 6 Momentum Sudut dan Rotasi Benda Tegar A. Torsi 1. Pengertian Torsi Torsi atau momen gaya, hasil perkalian antara gaya dengan lengan gaya. r F Keterangan: = torsi (Nm) r = lengan gaya (m) F = gaya

Lebih terperinci

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik.

GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. GERAK LURUS Standar Kompetensi Menerapkan konsep dan prinsip dasar kinematika dan dinamika benda titik. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak dengan kecepatan dan percepatan konstan.

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 2) Gerak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Kerangka Acuan & Sistem Koordinat Posisi dan Perpindahan Kecepatan Percepatan GLB dan GLBB Gerak Jatuh Bebas Mekanika

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Mesin S1

Program Studi Teknik Mesin S1 SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK KODE / SKS : IT042243 / 2 SKS Program Studi Teknik Mesin S1 Pokok Bahasan Pertemuan dan TIU 1 Pendahuluan memahami tentang pengertian

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut

Gerak rotasi: besaran-besaran sudut Gerak rotasi Benda tegar Adalah kumpulan benda titik dengan bentuk yang tetap (jarak antar titik dalam benda tersebut tidak berubah) Gerak benda tegar dapat dipandang sebagai gerak suatu titik tertentu

Lebih terperinci

Kinematika Sebuah Partikel

Kinematika Sebuah Partikel Kinematika Sebuah Partikel oleh Delvi Yanti, S.TP, MP Bahan Kuliah PS TEP oleh Delvi Yanti Kinematika Garis Lurus : Gerakan Kontiniu Statika : Berhubungan dengan kesetimbangan benda dalam keadaan diam

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA

MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA MATERI PELATIHAN GURU FISIKA SMA/MA a. Judul: Pembelajaran Gerak Rotasi dan Keseimbangan Benda Tegar Berbasis Koop untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa SMA b. Kompetensi Dasar Setelah berpartisipasi

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi

Fisika Umum (MA101) Kinematika Rotasi. Dinamika Rotasi Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Kinematika Rotasi Hukum Gravitasi Dinamika Rotasi Kinematika Rotasi Perpindahan Sudut Riview gerak linear: Perpindahan, kecepatan, percepatan r r = r f r i, v =, t a

Lebih terperinci

GERAK LURUS Kedudukan

GERAK LURUS Kedudukan GERAK LURUS Gerak merupakan perubahan posisi (kedudukan) suatu benda terhadap sebuah acuan tertentu. Perubahan letak benda dilihat dengan membandingkan letak benda tersebut terhadap suatu titik yang diangggap

Lebih terperinci

Bab V. Untuk menentukan besarnya kecepatan suatu titik yang bergerak. terhadap sebuah badan yang juga bergerak, perhatikan titik B yang

Bab V. Untuk menentukan besarnya kecepatan suatu titik yang bergerak. terhadap sebuah badan yang juga bergerak, perhatikan titik B yang Oleh : Ir Ir. Erwin ulityo - Ir. Endi utikno. Bab V KECEPATAN DAN PERCEPATAN PADA DUA TITIK YANG BERIMPIT KOMPONEN CORIOLI DARI PERCEPATAN NORMAL 5.1 Kecepatan relatif dua titik berimpit Untuk menentukan

Lebih terperinci

KINEMATIKA PARTIKEL 1. KINEMATIKA DAN PARTIKEL

KINEMATIKA PARTIKEL 1. KINEMATIKA DAN PARTIKEL FISIKA TERAPAN KINEMATIKA PARTIKEL TEKNIK ELEKTRO D3 UNJANI TA 2013-2014 1. KINEMATIKA DAN PARTIKEL Kinematika adalah bagian dari mekanika yg mempelajari tentang gerak tanpa memperhatikan apa/siapa yang

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

GERAK MELINGKAR. Gerak Melingkar Beraturan

GERAK MELINGKAR. Gerak Melingkar Beraturan KD: 3.1 Menganalisis gerak lurus,parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. GERAK MELINGKAR Gerak melingkar yaitu Gerak suatu benda dengan lintasan yang berbentuk lingkaran.contoh :Compact

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP BUANG TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP BUANG TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI DIAMETER KATUP BUANG TERHADAP DEBIT DAN EFISIENSI PADA POMPA HIDRAM Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN

Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN Kegiatan Belajar 3 MATERI POKOK : JARAK, KECEPATAN DAN PERCEPATAN A. URAIAN MATERI: Suatu benda dikatakan bergerak jika benda tersebut kedudukannya berubah setiap saat terhadap titik acuannya (titik asalnya).

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi

Fisika Umum (MA301) Gerak dalam satu dimensi. Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi Fisika Umum (MA301) Topik hari ini: Gerak dalam satu dimensi Posisi dan Perpindahan Kecepatan rata-rata sesaat Percepatan Gerak dengan percepatan konstan Gerak dalam dua dimensi Gerak dalam Satu Dimensi

Lebih terperinci

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA. menu. Mirza Satriawan. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/32 FISIKA DASAR (TEKNIK SIPIL) KINEMATIKA Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Definisi KINEMATIKA Kinematika adalah cabang ilmu fisika yang

Lebih terperinci

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8

(A) 3 (B) 5 (B) 1 (C) 8 . Turunan dari f ( ) = + + (E) 7 + +. Turunan dari y = ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( ) ( + ) ( + ) ( + ) ( ) ( + ) (E) ( ) ( + ) 7 5 (E) 9 5 9 7 0. Jika f ( ) = maka f () = 8 (E) 8. Jika f () = 5 maka f (0) +

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta

BENDA TEGAR FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) Mirza Satriawan. menu. Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta 1/36 FISIKA DASAR (TEKNIK SISPIL) BENDA TEGAR Mirza Satriawan Physics Dept. Gadjah Mada University Bulaksumur, Yogyakarta email: mirza@ugm.ac.id Rotasi Benda Tegar Benda tegar adalah sistem partikel yang

Lebih terperinci

PENENTUAN KECEPATAN DAN PERCEPATAN MEKANISME ENGKOL PELUNCUR PADA KOMPONEN MESIN

PENENTUAN KECEPATAN DAN PERCEPATAN MEKANISME ENGKOL PELUNCUR PADA KOMPONEN MESIN Jurnal Mekanikal, Vol. 3 No. 2: Juli 2012: 268-278 ISSN 2086-3403 PENENTUAN KECEPATAN DAN PERCEPATAN MEKANISME ENGKOL PELUNCUR PADA KOMPONEN MESIN Naharuddin Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1

a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari jari r lintasannya Gambar 1 . Pengantar a. Hubungan Gerak Melingkar dan Gerak Lurus Gerak melingkar adalah gerak benda yang lintasannya berbentuk lingkaran dengan jari jari r Kedudukan benda ditentukan berdasarkan sudut θ dan jari

Lebih terperinci

Distribusi Tekanan pada Fluida

Distribusi Tekanan pada Fluida Distribusi Tekanan pada Fluida Ref: White, Frank M., 2011, Fluid Mechanics, 7th edition, Chapter 2, The McGraw-Hill Book Co., New York 2/21/17 1 Tekanan pada Fluida Tekanan fluida (fluid pressure): tegangan

Lebih terperinci

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan

1. (25 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan . (5 poin) Sebuah bola kecil bermassa m ditembakkan dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H (jari-jari bola R jauh lebih kecil dibandingkan dengan H). Kecepatan awal horizontal bola adalah v 0 dan

Lebih terperinci

Besaran Fisika pada Gerak Melingkar

Besaran Fisika pada Gerak Melingkar MATERI POKOK BESARAN FISIKA PADA GERAK MELINGKAR I. Kompetensi Dasar Menganalisis besaran fisika pada gerak melingkar dengan laju konstan II. Indikator Hasil Belajar Siswa dapat : 1. Mengetahui pengertian

Lebih terperinci

Pengertian. Transformasi geometric transformation. koordinat dari objek Transformasi dasar: Translasi Rotasi Penskalaan

Pengertian. Transformasi geometric transformation. koordinat dari objek Transformasi dasar: Translasi Rotasi Penskalaan Pengertian Transformasi geometric transformation Transformasi = mengubah deskripsi koordinat dari objek Transformasi dasar: Translasi Rotasi Penskalaan Translasi Mengubah posisi objek: perpindahan lurus

Lebih terperinci

BAB 7 ANALISA GAYA DINAMIS

BAB 7 ANALISA GAYA DINAMIS BAB 7 ANALISA GAYA DINAMIS Gaya dinamis adalah gaya yang disebabkan oleh percepatan. Pada suatu mekanisme yang bergerak, seperti yang ditunjukkan gambar 7.1 terjadi percepatan linier (A) dan percepatan

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya.

Pengertian Momen Gaya (torsi)- momen gaya. Pengertian Momen Gaya (torsi)- Dalam gerak rotasi, penyebab berputarnya benda merupakan momen gaya atau torsi. Momen gaya atau torsi sama dengan gaya pada gerak tranlasi. Momen gaya (torsi) adalah sebuah

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 FISIKA

Antiremed Kelas 10 FISIKA Antiremed Kelas 10 FISIKA Gerak Melingkar Beraturan PG Doc Name: AR10FIS098 Doc. Version: 01-09 halaman 1 01. Jika suatu benda sedang bergerak pada kelajuan tetap dalam suatu lingkaran, maka... Kecepatan

Lebih terperinci

MAKALAH MOMEN INERSIA

MAKALAH MOMEN INERSIA MAKALAH MOMEN INERSIA A. Latar belakang Dalam gerak lurus, massa berpengaruh terhadap gerakan benda. Massa bisa diartikan sebagai kemampuan suatu benda untuk mempertahankan kecepatan geraknya. Apabila

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang

BAB II DASAR TEORI. bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Pengupasan Pengupasan merupakan pra-proses dalam pengolahan agar didapatkan bahan pangan yang siap untuk dikonsumsi. Pengupasan memiliki tujuan yang sangat penting,

Lebih terperinci

KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK

KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK KINEMATIKA DAN DINAMIKA TEKNIK Irfan Wahyudi MSc Materi/Pertemuan ke 1 Pendahuluan Pada tahap awal perancangan suatu mekanisme mesin perlu dilakukan dulu suatu analisa terhadap mekanisme pergerakan, kecepatan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2...

DAFTAR ISI. BAB 2 GRAVITASI A. Medan Gravitasi B. Gerak Planet dan Satelit Rangkuman Bab Evaluasi Bab 2... DAFTAR ISI KATA SAMBUTAN... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v BAB 1 KINEMATIKA GERAK... 1 A. Gerak Translasi... 2 B. Gerak Melingkar... 10 C. Gerak Parabola... 14 Rangkuman Bab 1... 18 Evaluasi

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO

FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO i FISIKA UNTUK UNIVERSITAS JILID I ROSYID ADRIANTO Departemen Fisika Universitas Airlangga, Surabaya E-mail address, P. Carlson: i an cakep@yahoo.co.id URL: http://www.rosyidadrianto.wordpress.com Puji

Lebih terperinci

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan

Kinematika. Gerak Lurus Beraturan. Gerak Lurus Beraturan Kinematika Gerak Lurus Beraturan KINEMATIKA adalah Ilmu gerak yang membicarakan gerak suatu benda tanpa memandang gaya yang bekerja pada benda tersebut (massa benda diabaikan). Jadi jarak yang ditempuh

Lebih terperinci

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis

B.1. Menjumlah Beberapa Gaya Sebidang Dengan Cara Grafis BAB II RESULTAN (JUMLAH) DAN URAIAN GAYA A. Pendahuluan Pada bab ini, anda akan mempelajari bagaimana kita bekerja dengan besaran vektor. Kita dapat menjumlah dua vektor atau lebih dengan beberapa cara,

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Bidang Matematika. Kode Paket 634. Oleh : Fendi Alfi Fauzi 1. x 0 x 2.

Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Bidang Matematika. Kode Paket 634. Oleh : Fendi Alfi Fauzi 1. x 0 x 2. Pembahasan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri SNMPTN) Bidang Matematika Kode Paket 6 Oleh : Fendi Alfi Fauzi. lim x 0 cos x x tan x + π )... a) b) 0 c) d) e) Jawaban : C Pembahasan: lim x 0

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 0 A. Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda Dinamika adalah ilmu yang mempelajari gerak suatu benda dengan meninjau penyebabnya. Buah kelapa jatuh dan pohon kelapa dan bola menggelinding di atas

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus Lampiran 2 : Buku Siswa Lampiran 3 : Soal-soal Lampiran 4 : Angket Lampiran 5 : Script Flash 45

LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus Lampiran 2 : Buku Siswa Lampiran 3 : Soal-soal Lampiran 4 : Angket Lampiran 5 : Script Flash 45 LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus Lampiran 2 : Buku Siswa Lampiran 3 : Soal-soal Lampiran 4 : Angket Lampiran 5 : Script Flash 45 Lampiran 1 SILABUS Sekolah : Kelas/Semester Mata Pelajaran : X (sepuluh)/gasal

Lebih terperinci

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring

Mengukur Kebenaran Konsep Momen Inersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring POSDNG SKF 16 Mengukur Kebenaran Konsep Momen nersia dengan Penggelindingan Silinder pada Bidang Miring aja Muda 1,a), Triati Dewi Kencana Wungu,b) Lilik Hendrajaya 3,c) 1 Magister Pengajaran Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Bab 1 : Skalar dan Vektor

Bab 1 : Skalar dan Vektor Bab 1 : Skalar dan Vektor 1.1 Skalar dan Vektor Istilah skalar mengacu pada kuantitas yang nilainya dapat diwakili oleh bilangan real tunggal (positif atau negatif). x, y dan z kita gunakan dalam aljabar

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN Fungsi periodizer kutub tersebut dapat dituliskan pula sebagai: p θ, N, θ 0 = π N N.0 n= n sin Nn θ θ 0. () f p θ, N, θ 0 = π N N j= j sin Nj θ θ 0 diperoleh dengan menyubstitusi variabel θ pada f θ =

Lebih terperinci

Mekanika Rekayasa/Teknik I

Mekanika Rekayasa/Teknik I Mekanika Rekayasa/Teknik I Norma Puspita, ST. MT. Universitas Indo Global Mandiri Mekanika??? Mekanika adalah Ilmu yang mempelajari dan meramalkan kondisi benda diam atau bergerak akibat pengaruh gaya

Lebih terperinci

Analisa Kinematika Mesin Pemotong Pipa Model Helix

Analisa Kinematika Mesin Pemotong Pipa Model Helix TUGAS AKHIR Analisa Kinematika Mesin Pemotong Pipa Model Helix Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Joko Pramono NIM : 41310110065

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI Dari definisi permasalahan yang ada pada masing-masing mekanisme pengendali, beberapa alternatif rancangan dibuat untuk kemudian dipilih dan

Lebih terperinci

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

Penjumlahan Vektor. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas X. (Telah disesuaikan dengan KTSP) Penjumlahan Vektor Edisi Kedua Untuk SMA kelas X (Telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokumen : Copyright 008 009 GuruMuda.Com Seluruh dokumen di GuruMuda.Com dapat digunakan dan disebarkan secara bebas

Lebih terperinci

BAB III GERAK MELINGKAR BERATURAN DAN GERAK MELINGKAR BERUBAH BERATURAN

BAB III GERAK MELINGKAR BERATURAN DAN GERAK MELINGKAR BERUBAH BERATURAN BAB III GERAK MELINGKAR BERATURAN DAN GERAK MELINGKAR BERUBAH BERATURAN A. KOMPETENSI DASAR : 3.. Memprediksi besaran-besaran fisika pada gerak melingkar beraturan dan gerak melingkar berubah beraturan.

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 Fisika

Antiremed Kelas 11 Fisika Antiremed Kelas 11 Fisika Kinematika dengan Analisis Vektor - 04 - Gerak Melingkar - Latihan Soal Doc. Name: AR11FIS0104 Version: 2012-07 halaman 1 01. Sudut pusat yang dibentuk oleh 3/4 putaran adalah.

Lebih terperinci

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA

Fisika Umum Suyoso Kinematika MEKANIKA GERAK LURUS MEKANIKA A. Kecepatan rata-rata dan Kecepatan sesaat Suatu benda dikatan bergerak lurus jika lintasan gerak benda itu merupakan garis lurus. Perhatikan gambar di bawah: Δx A B O x x t t v v

Lebih terperinci

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2

K 1. h = 0,75 H. y x. O d K 2 1. (25 poin) Dari atas sebuah tembok dengan ketinggian H ditembakkan sebuah bola kecil bermassa m (Jari-jari R dapat dianggap jauh lebih kecil daripada H) dengan kecepatan awal horizontal v 0. Dua buah

Lebih terperinci

Kinematika. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com 1

Kinematika. Hoga saragih. hogasaragih.wordpress.com 1 Kinematika Hoga saragih hogasaragih.wordpress.com 1 BAB II Penggambaran Gerak Kinematika Dalam Satu Dimensi Mempelajari tentang gerak benda, konsep-konsep gaya dan energi yang berhubungan serta membentuk

Lebih terperinci

Bab III. 3.1.1 Kecepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku. Penghubung berputar terhadap satu titik tetap

Bab III. 3.1.1 Kecepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku. Penghubung berputar terhadap satu titik tetap Diktat KINEMTIK leh : Ir. Erwin Sulito - Ir. Endi Sutikno ab III KECEPTN RELTIF DN PERCEPTN RELTIF 3.1 KECEPTN RELTIF 3.1.1 Kecepatan relatif dua buah titik pada satu penghubung kaku Penghubung berputar

Lebih terperinci

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D Kelas : Elektro A

Nama : Mohammad Syaiful Lutfi NIM : D Kelas : Elektro A Nama : Mohammad Saiful Lutfi NIM : D46 Kelas : Elektro A RANGKUMAN MATERI MOMENTUM SUDUT DAN BENDA TEGAR Hukum kekalan momentum linier meruakan salah satu dari beberaa hukum kekalan dalam fisika. Dalam

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k

r = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k Kompetensi Dasar Y Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. P Uraian Materi Pokok r Kinematika gerak translasi, terdiri dari : persamaan posisi benda, persamaan kecepatan,

Lebih terperinci

θ t = θ t Secara grafik θ-t : kecepatan sudut dapat ditentukan menggunakan tangen sudut kemiringan grafik terhadap sumbu t dθ dt d dt Gerak Melingkar

θ t = θ t Secara grafik θ-t : kecepatan sudut dapat ditentukan menggunakan tangen sudut kemiringan grafik terhadap sumbu t dθ dt d dt Gerak Melingkar Gerak Melingkar Posisi dari suatu titik yang mengalami gerak melingkar dinyatakan dengan θ yaitu besar sudut yang telah ditempuh dari awal perhitungan. Kecepatan sudut ω Adalah besar sudut yang ditempuh

Lebih terperinci

SOAL DINAMIKA ROTASI

SOAL DINAMIKA ROTASI SOAL DINAMIKA ROTASI A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Sistem yang terdiri atas bola A, B, dan C yang posisinya seperti tampak pada gambar, mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B,

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

KESEIMBANGAN BENDA TEGAR KESETIMBANGAN BENDA TEGAR 1 KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : a. KINEMATIKA = Ilmu gerak Ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci