AKTUALISASI PENINGKATAN KUALITAS GURU SMTA DAN HAMBATANNYA **)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AKTUALISASI PENINGKATAN KUALITAS GURU SMTA DAN HAMBATANNYA **)"

Transkripsi

1 AKTUALISASI PENINGKATAN KUALITAS GURU SMTA DAN HAMBATANNYA **) Oleh: DR. SUPRIYOKO, M.PD: Makalah ringkas mengenai "Aktualisasi Peningkatan Kualitas Guru SMTA dan Hambatannya" ini disistematisasi menjadi tiga subbab; masing-masing adalah subbab tentang (A) Kondisi SMTA, (B) Referensi Kualitas, serta (C) Pe-ningkatan dan hambatannya. A. KONDISI SMTA Roda pembangunan pendidikan yang dengan gencarnya tengah digulirkan oleh bangsa Indonesia sedang mencapai kesuksesannya, meskipun belum sampai titik optimal; hal ini secara langsung maupun tidak langsung bisa dicermati dan dirasakan pada berbagai jenjang pendidikan, tak ter-kecuali jenjang menengah atas. Data Balitbang Depdikbud (1989) menyebutkan bahwa jumlah siswa SMTA sebanyak anak, dan (66,35%) di antaranya siswa SMA, yang ditampung di dalam sekolah. Setiap sekolah rata-rata menampung 366 atau 367 siswa. Keseluruhan siswa tersebut dilayani oleh guru dan karyawan (administratif); dengan demikian seorang guru "hanya" melayani 13 atau 14 siswa, dan seorang karyawan melayani 61 atau 62 siswa. Dari si-si kuantitas angka-angka ini relatif memuaskan. **) Makalah Singkat Disampaikan dalam Seminar Pendidikan Menyambut Dies Natalis XXIX IKIP PGRI Yogyakarta Yogyakarta, Minggu, 24 November 1991 Secara khusus kondisi SMTA di Daerah Istimewa Yo-gyakarta (DIY) memiliki perspektif yang spesifik; secara kuantitatif di DIY terdapat lebih dari 400 SMTA. Data Kanwil Depdikbud DIY (1990) menunjukkan angka 403 untuk jumlah SMTA, dan 225 di antaranya adalah SMA; terdistri-busi di lima dati-2; yaitu Bantul, Sleman, Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Kotamadya Yogyakarta. Dari 225 SMA tersebut sebanyak 43 (19,11%) merupa kan sekolah negeri yang dikelola langsung oleh pemerin-tah,sedangkan yang 182 (80,89%) merupakan sekolah swasta yang langsung dikelola oleh masyarakat. Dari rincian ini tergambarkan tingginya partisipasi aktif

2 pihak swasta atau masyarakat DIY dalam pembangunan sekolah menengah, khususnya SMA. Partisipasi aktif semacam ini memang sa-ngat konstruktif, positif dan perlu dipupuk terus. Pada sisi yang lain jumlah sekolah, kelas, siswa, guru tetap, dan siswa drop-out secara sistematis disajikan di dalam Tabel 1. Periksa Tabel 1 berikut. SKEMA SEKOLAH MENENGAH UMUM TINGKAT ATAS (SMA) DIY Kondisi Tahun Ajaran 1989/ Variabel Negeri Swasta Jumlah Jumlah Sekolah Jumlah Kelas Jumlah Murid Jumlah Guru Ttp Jumlah Drop-out Sumber: Depdikbud, "Data Pendidikan Persekolahan Kantor Wilayah Propinsi DIY", 1990 Sementara itu untuk memberi ilustrasi yang lebih terinci Tabel 2 berikut menampilkan ratio kelas-sekolah, siswa-kelas, siswa-guru, serta kursi-siswa yang dihitung baik untuk tingkat propinsi maupun tingkat dati-2. Perik sa Tabel 2 berikut! Tabel 2: ANGKA RATIO ANTAR VARIABEL PERSEKOLAHAN SMA DI DIY Kondisi Tahun Ajaran 1989/1990 Kondisi Kelas Siswa Siswa Kursi Wilayah /Sklh /Kelas /Guru /Siswa Bantul 8,29 33,8 18,0 1,18 Sleman 8,02 34,7 20,0 1,15 Gunung Kidul 7,39 35,4 18,6 1,12 Kulon Progo 7,92 35,5 17,2 1,12 Kotamadya 12,16 36,7 26,6 1,08 DIY 8,95 35,4 20,9 1,13 Sumber: Depdikbud, "Data Pendidikan Persekolahan Kantor Wilayah Propinsi DIY", 1990

3 Dari Tabel 2 tersebut di atas bisa diinterpretasi bahwa ratio kelas-sekolah di DIY sebesar 8,95; data ini menunjukkan setiap SMA di DIY rata-rata memiliki 8,95 a-tau 9 kelas, umumnya tingkat 1, 2, dan 3 masing-masing 3 kelas. Namun demikian ratio kelas-sekolah pada kotamadya tergolong sangat tinggi, mencapai 12,16; artinya SMA-SMA di kotamadya umumnya memiliki kelas "gemuk", yaitu tiap SMA memiliki 12 atau 13 kelas. Sementara itu kalau dili-hat dari jumlah siswa per kelas maka kotamadya juga memi liki kelas "gemuk" karena setiap kelas ratarata berisi 36 atau 37 siswa, sedangkan kelas SMA di Bantul hanyalah berisi 33 atau 34 siswa. Berdasarkan satuan per kelas untuk 40 siswa maka dengan kondisi tersebut di atas terjadi "over capacity" (OC) pada SMA di DIY, yang angkanya untuk skala propinsi 1,13. Daya muat seluruh SMA di DIY mencapai (dari 2.013x40) siswa, sedangkan jumlah siswa riil yang meman-faatkan kursi belajar hanya anak. Hal itu berarti bahwa dari setiap 113 fasilitas kursi belajar maka jum- lah siswa riil yang memanfaatkan hanya 100 anak. Dengan ungkapan lain dari setiap 100 siswa (riil) yang ada maka terdapat 13 kursi belajar yang menganggur. Angka OC untuk masing-masing dati-2 di DIY disa-jikan dalam Tabel 2. Dari Tabel 2 akan terlihat bahwa OC tertinggi terdapat di Bantul yang angkanya mencapai 1,18;artinya dari setiap 100 siswa SMA di Bantul yang ada ma-ka terdapat 18 kursi belajar yang menganggur. "Lampu me-rah" bagi SMA-SMA di DIY telah menyala; artinya apabila kebijakan jumlah siswa setiap kelas di SMA dipertahankan pada angka 40 maka makin lama akan semakin dirasakan fenomena kekurangan siswa tersebut. Mengapa? Karena jumlah rata-rata siswa tiap kelas pada SMA di DIY saat ini saja "tinggal" 35 atau 36 anak; bahkan di beberapa dati-2 ang kanya justru lebih rendah lagi. Apabila dilihat dari ketersediaan guru maka ang-kanya pun cukup memuaskan pula; sekarang ini setiap guru (tetap) SMA di DIY rata-rata membimbing 20 atau 21 siswa (bandingkan dengan seorang dosen PTS di Indonesia yang rata-rata membimbing 38 atau 39 mahasiswa). Relatif me-muaskannya ratio siswa-guru SMA tersebut, dan untuk SMTA Kejuruan lebih memuaskan lagi, secara strategis dapat di manfaatkan untuk meningkatkan kualitas guru itu sendiri. B. REFERENSI KUALITAS Referensi baku tentang kualitas guru pada umumnya dan kualitas guru SMTA pada khususnya sampai kini memang belum tereksplisitkan; namun demikian dengan telah diber lakukannya Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No:26/1989 tentang sistem angka kredit bagi jabatan guru di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maka referensi kualitas mulai dapat difor mulasikan. Secara konsepsual referensi kualitas guru tercer-min pada jabatan akademiknya; makin tinggi jabatan aka-demik seorang guru maka semakin tinggi kualitas akademik yang dimilikinya. Implikasinya peningkatan kualitas guru relevan dengan peningkatan jabatan akademiknya. Pada sisi yang lain secara operasional upaya pe-ningkatan kualitas guru (SMTA) haruslah dijabarkan dari bidang kegiatan dan tugas-tugas pokok guru itu sendiri. Adapun bidang kegiatan

4 dan tugas-tugas pokok guru, tanpa dibedakan guru pada masing-masing jenjangnya, menurut SK Menpan No:26/1989 adalah sebagai berikut. 1. Bidang Kegiatan Guru 1.1 Pendidikan, yang meliputi: a. mengikuti dan memperoleh ijazah pendidikan for mal; b. mengikuti dan memperoleh Surat Tanda Tamat Pen didikan dan Latihan (STTPL) kedinasan. 1.2 Proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyu-nyuluhan, yang meliputi: a. melaksanakan proses belajar mengajar atau prak tek atau melaksanakan proses bimbingan dan penyuluhan; b. melaksanakan tugas di daerah terpencil; c. melaksanakan tugas tertentu di sekolah. 1.3 Pengembangan profesi, yang meliputi: a. melakukan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan; b. membuat alat pelajaran/alat peraga; c. menciptakan karya seni; d. menemukan teknologi tepatguna di bidang pendidikan; e. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. 1.4 Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan, yang meliputi: a. melaksanakan pengabdian pada masyarakat; b. melaksanakan kegiatan pendukung pendidikan. 2. Tugas Pokok Guru Pada dasarnya tugas pokok guru dibedakan menurut jabatannya, tidak dibedakan pada jenjang mana guru meng-abdikan diri. Dengan demikian tugas pokok guru sekolah dasar serta menengah pada dasarnya sama, yang membedakan adalah jabatannya. Rincian tugas pokok guru di lampiran! C. Peningkatan dan Hambatannya Dari referensi tersebut di atas upaya peningkatan kualitas guru dapat dikonsentrasikan pada empat bidang; yaitu bidang pendidikan, proses belajar mengajar, pengem bangan profesi, serta penunjang proses belajar mengajar. Keempat bidang ini bersifat interaksi, interkorelasi dan interdependensi. Kalau keempat bidang yang dikonsentrasi ini dapat dilaksanakan maka peningkatan kualitas merupa-kan tujuan yang dengan sendirinya akan tercapai.

5 Bidang pendidikan misalnya; dari keseluruhan guru SMTA di DIY ternyata baru 34,92% yang memiliki pendidik-an sarjana (S1) IKIP, dan 5,55% yang memiliki pendidikan sarjana non- IKIP. Idealnya keseluruhan guru setidak-ti- daknya memiliki pendidikan minimal sarjana IKIP. Dengan demikian peningkatan kualitas guru dari bidang pendidik-annya memang masih merupakan kebutuhan utama. Meskipun begitu ada hambatan dalam pengembangan bidang pendidikan ini; yaitu banyaknya guru yang "pasrah" karena merasa sudah tua sehingga tidak memiliki motivasi meningkatkan pendidikannya. Sebagai ilustrasi sekitar 30% guru SMTA berusia di atas 45 tahun. Iklim untuk meningkatkan pendididikan di SMTA yang belum kondusif, dibandingkan perguruan tinggi misalnya, juga merupakan kendala tersendiri. Bahkan ada kasus: se-telah guru SLTA menyelesaikan program S2-nya di Amerika Serikat (AS) maka motivasi mengajar di SMTA menjadi ken-dor karena ingin pindah "rumah" di perguruan tinggi. Bidang proses belajar mengajar serta penunjangnya selama ini merupakan bidang yang memperoleh prioritas di dalam meningkatkan kualitas guru. Berbagai kegiatan pe-ningkatan mutu selama ini lebih banyak mengacu di bidang ini; baik kegiatan yang bersifat instruksional maupun diskusional, misalnya juklak dan juknis perintah akade-mik tertentu, lokakarya, seminar, dan sebagainya. Sementara itu bidang pengembangan profesi belum banyak disentuh dalam upaya peningkatan mutu guru SMTA, walau sudah mulai dipikirkan secara bersungguh-sungguh setelah diberlakukannya SK Menpan No:26/1989. Aktivitas spesifik yang selama ini masih menjadi "momok" bagi ke-banyakan guru SMTA adalah melakukan kegiatan karya tulis atau karya ilmiah di bidang pendidikan; misalnya peneli-tian, menyajikan makalah, menulis paper, dan sebagainya. Berdasarkan pengalaman pada perguruan tinggi maka jenis kegiatan ini memang cukup disegani oleh para dosen serta mahasiswanya. Meskipun demikian kegiatan karya tulis a-tau karya ilmiah harus terus dipacu untuk meningkatkan kualitas guru SMTA. Banyak hambatan yang mengait masalah tersebut di atas; antara lain belum tumbuhnya iklim ilmiah di seko-lah-sekolah pada umumnya, relatif miskinnya pengetahuan dan pengalaman para guru, terbatasnya sarana dan fasili-tas, sempitnya kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah, sibuknya para guru pada kegiatan-kegiatan yang bersifat administratif, dan sebagainya. Dalam setiap usaha untuk meningkatkan kualitas, termasuk kualitas guru SMTA, pasti akan banyak dijumpai kendala dan hambatan; meskipun demikian bukanlah berarti usaha harus berhenti. Justru dengan adanya kendala serta hambatan maka hasilnya seringkali lebih memuaskan.

6 Lampiran: TUGAS POKOK GURU BERDASAR SK MENPAN NO:26/1989 A. Tugas pokok Guru Pratama, Guru Pratama Tingkat I, Gu- ru Muda, dan Guru Muda Tingkat I, adalah: 01. melaksanakan dengan bimbingan kegiatan penyusunan program pengajaran atau praktek atau bimbingan dan penyuluhan; 02.melaksanakan dengan bimbingan kegiatan penyajian program pengajaran atau pelaksanaan program prak-tek atau bimbingan dan penyuluhan; 03.melaksanakan dengan bimbingan kegiatan evaluasi belajar atau praktek atau evaluasi pelaksanaan dan penyuluhan; 04. melaksanakan dengan bimbingan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek atau pelaksa-naan bimbingan dan penyuluhan; 05.melaksanakan dengan bimbingan kegiatan penyusunan dan pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan penyuluhan; 06. melaksanakan dengan bimbingan kegiatan penyusunan dan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggung jawabnya (khusus guru kelas di sekolah dasar); 07.melaksanakan dengan bimbingan kegiatan bimbingan siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler; 08.melaksanakan tugas di daerah terpencil; 09.membuat alat pelajaran/alat peraga. B. Tugas pokok Guru Madya, Guru Madya Tingkat I, Guru De wasa, dan Guru Dewasa Tingkat I, adalah: 01. melaksanakan kegiatan penyusunan program penga-jaran atau praktek atau bimbingan dan penyuluhan; 02. melaksanakan kegiatan penyajian program pengajar-an atau pelaksanaan praktek atau pelaksanaan bim-bingan dan penyuluhan; 03. melaksanakan kegiatan evaluasi belajar atau prak-tek atau evaluasi pelaksanaan bimbingan dan penyu luhan; 04. melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar atau praktek pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan; 05. menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan penyu-luhan; 06.menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggung jawab-nya (khusus guru kelas di sekolah dasar); 07. membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler; 08. melaksanakan dengan bimbingan kegiatan membimbing guru dalam kegiatan proses belajar mengajar atau praktek atau bimbingan dan penyuluhan;

7 09. melaksanakan dengan bimbingan kegiatan pelaksana-an bimbingan karir siswa; 10. melaksanakan dengan bimbingan kegiatan Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTA) atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS); 11. melaksanakan tugas di daerah terpencil; 12. melaksanakan tugas tertentu di sekolah; 13. membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendi-dikan; 14. menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidi-kan; 15. membuat alat pelajaran/alat peraga; 16. menciptakan karya seni; 17. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum. C. Tugas pokok Guru Pembina, Guru Pembina Tingkat I, GuruUtama Muda, Guru Utama Madya dan Guru Utama, adalah: 01.melaksanakan kegiatan penyusunan program penga-jaran atau praktek atau bimbingan dan penyuluhan; 02. melaksanakan kegiatan penyajian program pengajar-an atau pelaksanaan praktek atau pelaksanaan bim-bingan dan penyuluhan; 03. kegiatan kegiatan evaluasi belajar atau prak-tek atau evaluasi pelaksanaan bimbingan dan penyu luhan; 04. melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi be-lajar atau praktek atau pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan; 05. menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan atau tindak lanjut bimbingan dan penyu-luhan; 06. menyusun dan melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan di kelas yang menjadi tanggung jawab-nya (khusus guru kelas di sekolah dasar); 07. membimbing siswa dalam kegiatan ekstra kurikuler; 08. melaksanakan kegiatan membimbing guru dalam kegi-atan proses belajar mengajar atau praktek atau bimbingan dan penyuluhan; 09. melaksanakan bimbingan karir siswa; 10. melaksanakan kegiatan Evaluasi Belajar Tahap A-khir (EBTA) atau Evaluasi Belajar Tahap Akhir Na-sional (EBTANAS); 11. melaksanakan tugas di daerah terpencil; 12. melaksanakan tugas tertentu di sekolah; 13. membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang pendi-dikan; 14. menemukan teknologi tepatguna di bidang pendidik-an; 15. membuat alat pelajaran/alat peraga; 16. menciptakan karya seni; 17. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.

Surat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992

Surat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992 Surat Kabar Harian PUSARA, Edisi: Maret 1992 AKTUALISASI KUALITAS GURU SMTA ( Studi Kasus di DIY ) Oleh : Ki Supriyoko Tulisan tentang "Aktualisasi Peningkatan Kualitas Guru SMTA di Indonesia" ini disistematisasi

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 3 Agustus 1988 MENCERMATI FENOMENA LANGKA EKSAKTA TANTANGAN UNTUK DEPDIKBUD Oleh : Ki Supriyoko Dunia pendidikan kita dewasa ini nampaknya tengah

Lebih terperinci

KONSEP DAN PERSPEKTIF SISTEM ANGKA KREDIT BAGI JABATAN GURU

KONSEP DAN PERSPEKTIF SISTEM ANGKA KREDIT BAGI JABATAN GURU KONSEP DAN PERSPEKTIF SISTEM ANGKA KREDIT BAGI JABATAN GURU O l e h : DR. Supriyoko, M.Pd Makalah Disampaikan dalam Forum Diskusi Panel tentang Sistem Angka Kredit bagi Jabatan Guru Diselenggarakan Ikatan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari SMP SEMI TERBUKA SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta, Edisi 5 Februari 1988 SMP "SEMI TERBUKA" SEBUAH ALTERNATIF Oleh : Ki Supriyoko Ada dua macam pendekatan pendidikan yang tengah dilakukan oleh pemerintah

Lebih terperinci

REFLEKSI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI MUATAN LOKAL WAJIB DI SMA/ SMK/ MA

REFLEKSI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI MUATAN LOKAL WAJIB DI SMA/ SMK/ MA 1 REFLEKSI PEMBELAJARAN BAHASA JAWA SEBAGAI MUATAN LOKAL WAJIB DI SMA/ SMK/ MA A. Pendahuluan Venny Indria Ekowati 1 Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah FBS UNY venny@uny.ac.id Surat Keputusan Gubernur Daerah

Lebih terperinci

sekolah dasar masih menghadapi berbagai masalah yang bertuspu pelaksanaannya, pembinaan guru yang belum profesional, pendayagunaan

sekolah dasar masih menghadapi berbagai masalah yang bertuspu pelaksanaannya, pembinaan guru yang belum profesional, pendayagunaan RINGKASAN JUDUL : PENGELOLAAN SEKOLAH DASAR (Studi tentang Efektivitas dan Efisiensi Pengelolaan pada Tingkat Sekolah Dasar di Kecamatan IV Koto Kabu paten Agam Provinsi Sumatera Barat) Dasar pemikiran

Lebih terperinci

layanan pendidikan pemerintah (negeri),

layanan pendidikan pemerintah (negeri), BAB V KESIMPULAN DAN RHKOMENDASI A. Kesimpulan Sesuai dengan perkembangan pendidikan di Propinsi Lampung pada umumnya dan Kotamadya Bandar Lampung khususnya, maka pendidikan di Kotamadya Bandar Lampung

Lebih terperinci

Keterkaitan PUBLIKASI ILMIAH Dengan PKB

Keterkaitan PUBLIKASI ILMIAH Dengan PKB Hand out 1 Mengingat kembali Keterkaitan PUBLIKASI ILMIAH Dengan PKB Buku 4 halaman 1 sd 7 waktu sajian 90 menit (2 JP) 1 Hakekat Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Meningkatkan profesionalitas guru

Lebih terperinci

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1. oleh: Abdul Rahman Saleh 2

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1. oleh: Abdul Rahman Saleh 2 KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 PENDAHULUAN oleh: Abdul Rahman Saleh 2 Perpustakaan di perguruan tinggi merupakan salah satu unit penunjang yang mempunyai

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi: 22 November 1991 SKEMA DEMOGRAFIS PENDUDUK DIY Oleh : Ki Supriyoko Mayoritas atau sebagian besar penduduk pedesaan di Daerah Istimewa

Lebih terperinci

Lampiran I : PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : PER/16/M.PAN-RB/11/2009 TANGGAL : 10 November 2009 RINCIAN KEGIATAN GURU DAN NYA 1 PENDIDIKAN 1. Mengikuti

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU Dr. Cepi Safruddin Abdul Jabar Disampaikan pada Bimtek Pengembangan Diri, Publikasi Ilmiah, dan karya Inovatif bagi Guru TK, SD, SMP, SMA. Dan SMK di Lingkungan

Lebih terperinci

KESIAPAN SMK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNTUK MENJADI SMK RUJUKAN

KESIAPAN SMK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNTUK MENJADI SMK RUJUKAN Laporan Penelitian KESIAPAN SMK DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA UNTUK MENJADI SMK RUJUKAN Oleh: Martubi, M.Pd., M.T. Lilik Chaerul Yuswono, M.Pd. Sukaswanto, M.Pd. Dibiayai oleh Dana DIPA BLU 2015 Sesuai

Lebih terperinci

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian, dan saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jika ditinjau dari sudut geografis, memiliki sebagian wilayah yang dilewati oleh aliran sungai besar, yang tergabung dalam kesatuan

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 20 Juli 1988 ANALISIS POTENSI AKADEMIK YOGYAKARTA UNTUK MENYONGSONG WAJIB BELAJAR SMTP Oleh : Ki Supriyoko Pembicaraan tentang masalah

Lebih terperinci

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009) PROFESIONALISME GURU DAN KARYA TULIS ILMIAH Kardiawarman Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Jl. Setiabudi No. 229-Bandung, Jawa Barat e-mail: yaya_kardiawarman@yahoo.com (Invited Speaker dalam Seminar

Lebih terperinci

lah dilaksanakan cukup baik. Akan tetapi sub aspek

lah dilaksanakan cukup baik. Akan tetapi sub aspek BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Carl haeil analisis data lapangan, dan diskusi tentang hasil penelitian serta membandingkannya dengan landasan konseptual ataupun teori-teori yang relevan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan merupakan satu-satunya daerah tingkat dua yang berstatus kota di samping empat daerah tingkat dua lainnya

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan)

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan) PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan) PENDAHULUAN Guru kini semakin menghadapi permasalahan yang cukup berat dalam

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan Drs., M.Pd. - - FIP - UPI Drs., M.Pd. - - FIP - UPI Latar Belakang SK Menpan No. 84/1993 Karir Guru PNS mulai Guru Pratama (II/a) s.d. Guru Utama (IV/e) Guru bisa sampai golongan IV/e dengan terpenuhinya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PENGERTIAN PENGERTIAN

PENDAHULUAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN PENGERTIAN PENGERTIAN PENDAHULUAN ANGKA KREDIT PUSTAKAWAN BIRO HUKUM DAN ORGANISASI MENDUKUNG TERCAPAINYA PEMBANGUNAN KES DIBERDAYAKAN JABATAN PUSTAKAWAN JAFUNG PUSTAKAWAN MENJAMIN PEMBINAAN KARIER KEPANGKATAN, JABATAN, PROFESIONALISME

Lebih terperinci

dan menilai hasil pembelajaran, menganalisis hasil pembelajaran, melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian

dan menilai hasil pembelajaran, menganalisis hasil pembelajaran, melaksanakan tindak lanjut hasil penilaian LAMPIRAN I: PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TANGGAL: 10 November 2009 RINCIAN KEGIATAN GURU DAN NYA NO UNSUR SUB UNSUR KEGIATAN 1 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Oleh: HARRY SULASTIANTO

Oleh: HARRY SULASTIANTO Oleh: HARRY SULASTIANTO PENGERTIAN KARYA TULIS ILMIAH Karya seorang ilmuwan (yang berupa hasil pengembangan) yang ingin mengembangkan ipteks yang diperolehnya melalui studi kepustakaan, pengalaman, penelitian,

Lebih terperinci

profesional, b^ertanggung jawab, bersih dan berwibawa

profesional, b^ertanggung jawab, bersih dan berwibawa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1999-2004 mengamanatkan bahwa pembangunan aparatur negara diarahkan untuk mewujudkan aparatur negara yang andal serta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian SUARA KARYA, terbit di Jakarta Edisi 17 Juli 1990 MISTERI RIBUAN KURSI KOSONG SMTP Oleh : Ki Supriyoko Ironis! Itulah kata-kata yang paling tepat untuk melukiskan terjadinya kekosongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas sumber daya manusia Indonesia menjadi isu yang sering dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan dianggap tidak mampu bersaing karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang besar dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 sedunia yaitu 237.641.326 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Dengan jumlah

Lebih terperinci

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2 KONDISI SUMBERDAYA MANUSIA DI PERPUSTAKAAN IPB: ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2 PENDAHULUAN Perpustakaan di perguruan tinggi merupakan salah satu unit penunjang

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 18 Mei 1983 MEMILIH PERGURUAN TINGGI SWASTA PERLU PERHATIKAN SARANA, SISTEM, STATUS Oleh : Ki Supriyoko Para calon mahasiswa hendaknya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian pada Bab IV, diperoleh beberapa simpulan sebagai berikut: 1) Jumlah ideal pengawas sekolah yang dibutuhkan

Lebih terperinci

Oleh: Sujarwo, M.Or Yulina Pratiwi Adri Yudhantara

Oleh: Sujarwo, M.Or Yulina Pratiwi Adri Yudhantara LAPORAN HASIL SURVEI TENTANG PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SEKOLAH RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan suatu perpustakaan tidak bisa dipisahkan dari pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau

Lebih terperinci

Bab 1. Angka kredit. dalam kegiatan pengembangan profesi guru. bab 1 1

Bab 1. Angka kredit. dalam kegiatan pengembangan profesi guru. bab 1 1 Bab 1 Angka kredit dalam kegiatan pengembangan profesi guru bab 1 1 Kegiatan pengembangan profesi guru pengamalan (penerapan) keterampilan guru untuk peningkatan mutu belajar mengajar, atau menghasilkan

Lebih terperinci

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002

Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA, terbit di Bandung, Edisi November 2002 PRAKTEK MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) MENUJU KEMANDIRIAN SEKOLAH Oleh : Ki Supriyoko Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yang diterjemahkan

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN GURU DAN ANGKA KREDITNYA

RINCIAN KEGIATAN GURU DAN ANGKA KREDITNYA RINCIAN KEGIATAN GURU DAN NYA LAMPIRAN I: PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TANGGAL: 10 November 2009 NO UNSUR SUB UNSUR KEGIATAN 1 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian,

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian, 214 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian, berikut disajikan secara berurutan: 1) Kesimpulan ; kesimpulan umum dan khusus, serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mewujudkan pendidikan yang lebih upaya untuk meningkatkan pembangunan daerah Kota Yogyakarta maka dibuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). RPJMD

Lebih terperinci

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd.

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd. PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd. A. Pendahuluan Guru memegang peran dalam mencerdaskan bangsa. Karena itu, berbagai kebijakan dan kegiatan

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDIT

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDIT RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDIT LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TANGGAL : 9 Juni 2005 NO UNSUR SUB UNSUR 1 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia taman kanak-kanak adalah anak pada usia rentang 5-6 tahun atau usia prasekolah yang merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan guru merupakan profesi yang membanggakan, maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

TUGAS KEGIATAN BELAJAR 2

TUGAS KEGIATAN BELAJAR 2 TUGAS KEGIATAN BELAJAR 2 PENGELOLAAN JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN (JF-PTP) Oleh: UCI MARDIANI (Calon PTP Universitas Andalas) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2014 Deskripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Bahkan,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yaitu interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Bahkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru merupakan salah satu elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Semua komponen lain, mulai dari kurikulum, saranaprasarana, biaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDIDIKAN TINGGI.

: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDIDIKAN TINGGI. penjelasan pasal demi pasal PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Mereka sama-sama memandang bahwa semakin tinggi latar belakang

Mereka sama-sama memandang bahwa semakin tinggi latar belakang BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Sebagai kesimpulan dari penelitian tentang spektrum petugas bimbingan di SMA ini adalah sebagai berikut. 1. Terdapat perbedaan pandangan di antara para pakar

Lebih terperinci

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI GURU SMP DI KABUPATEN BANTUL

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI GURU SMP DI KABUPATEN BANTUL PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BAGI GURU SMP DI KABUPATEN BANTUL Oleh: Edy Supriyadi, Hartoyo, Zamtinah Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Elektri FT UNY BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya, sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Undang-Undang,

Lebih terperinci

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH

DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH DESKRIPTIF STATISTIK PENDIDIKAN MADRASAH Deskriptif Statistik Pendidikan Madrasah Statistik Pendidikan Islam Tahun 2008/2009 A. Lembaga Jenis Lembaga yang didata antara lain RA, MI, MTs, MA dan Pengawas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan suatu fenomena yang menarik dalam kehidupan masyarakat dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986

Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 Surat Kabar Harian SUARA MERDEKA, terbit di Semarang, Edisi 4 Oktober 1986 DIKOTOMI SEKOLAH UMUM DAN KEJURUAN PERLU DIROMBAK Oleh : Ki Supriyoko Dalam sejarah pendidikan di negara kita terdapat sebuah

Lebih terperinci

TEKNIK PENILAIAN ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI PRAMINTO ADI.S.IP KEPALA BAGIAN SDM APARATUR, HUKUM DAN ORGANISASI BADAN RISET DAN SDM KP

TEKNIK PENILAIAN ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI PRAMINTO ADI.S.IP KEPALA BAGIAN SDM APARATUR, HUKUM DAN ORGANISASI BADAN RISET DAN SDM KP TEKNIK PENILAIAN ANGKA KREDIT PENGEMBANGAN PROFESI PRAMINTO ADI.S.IP KEPALA BAGIAN SDM APARATUR, HUKUM DAN ORGANISASI BADAN RISET DAN SDM KP 1 PENGEMBANGAN PROFESI Adalah kegiatan yang dilakukan Pejabat

Lebih terperinci

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia

PPL BLOK WAKTU. Universitas Pendidikan Indonesia PPL BLOK WAKTU Oleh: 1. Pendahuluan a) Latar Belakang Program Pengalaman Lapangan Kependidikan bagi mahasiswa LPTK merupakan salah satu mata kuliah wajib dari kelompok MKPBM dengan bobot 4 SKS. Dalam pelaksanaannya,

Lebih terperinci

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Keterkaitannya dengan PUBLIKASI ILMIAH

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Keterkaitannya dengan PUBLIKASI ILMIAH PP no 1 Pengantar tentang Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dan Keterkaitannya dengan PUBLIKASI ILMIAH 1 pengembangan keprofesian berkelanjutan meningkatkan profesionalitas guru salah satu dari unsur

Lebih terperinci

PROFIL KOMPETENSI GURU SMK TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh: Lilik Chaerul Yuswono dkk

PROFIL KOMPETENSI GURU SMK TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh: Lilik Chaerul Yuswono dkk PROFIL KOMPETENSI GURU SMK TEKNIK KENDARAAN RINGAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh: Lilik Chaerul Yuswono dkk ABSTRAK Tujuan penelitian pengajaran ini adalah untuk: (1) Mengetahui pendapat guru SMK

Lebih terperinci

SOSIALISASI PENILAIAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT BIDANG KEPERAWATAN RSCM AGUSTUS 2016

SOSIALISASI PENILAIAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT BIDANG KEPERAWATAN RSCM AGUSTUS 2016 SOSIALISASI PENILAIAN JABATAN FUNGSIONAL BIDANG KEAN RSCM AGUSTUS 2016 LATAR BELAKANG Penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kemampuan dan kesempurnaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi diri. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan dapat. atau memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan potensi diri. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan dapat. atau memproduksi sumber daya manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

DAN RANCANGAN PENYESUAIAN ANGKA KREDIT GURU. Biro Kepegawaian Kemdikbud BIMBINGAN TEKNIS CALON TP JABFUNG GURU DAN ANGKA KREDITNYA

DAN RANCANGAN PENYESUAIAN ANGKA KREDIT GURU. Biro Kepegawaian Kemdikbud BIMBINGAN TEKNIS CALON TP JABFUNG GURU DAN ANGKA KREDITNYA DAN RANCANGAN PENYESUAIAN ANGKA KREDIT GURU Biro Kepegawaian Kemdikbud BIMBINGAN TEKNIS CALON TP JABFUNG GURU DAN ANGKA KREDITNYA Dasar pertimbangan: Regulasi baru jabatan fungsional guru dan angka kreditnya

Lebih terperinci

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan Pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan yang mencakup urutan urutan pengertian, diawali dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.14/MEN/XI/2011 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL PERENCANA KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai nilai budaya

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai nilai budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Palang Merah Indonesia (PMI) merupakan sebuah lembaga independen yang memiliki jaringan dengan Palang Merah Internasional, Palang Merah Indonesia bekerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fase dimana anak mengalami tumbuh kembang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah investasi dan harapan masa depan bangsa serta sebagai penerus generasi di masa mendatang. Dalam siklus kehidupan, masa anakanak merupakan fase dimana

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni MENDOBRAK PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 6 Juni 1988 Tantangan Sekolah Kejuruan Kini: "MENDOBRAK" PINTU DUNIA INDUSTRI Oleh : Ki Supriyoko Ada suatu aktivitas akademik penelitian

Lebih terperinci

Catatan Kecil Tentang Arsiparis Indonesia

Catatan Kecil Tentang Arsiparis Indonesia Catatan Kecil Tentang Arsiparis Indonesia Oleh : Rusidi * Arsip sebagai rekaman informasi aktivitas seseorang, kegiatan pemerintahan dan pembangunan, dan rekaman kejadian atau peristiwa. Perjalanan hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 11 Ayat 1 mengamanatkan kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk menjamin terselenggaranya pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan

I. PENDAHULUAN. pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai penghasil bahan pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan kacang-kacangan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan pada kondisi ekonomi yang kurang baik. UMK menjadi sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro dan Kecil (UMK) merupakan salah satu bagian penting dalam perekonomian suatu daerah maupun negara. Selain memiliki peranan penting dalam laju perekonomian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari tahun 2006/2007 sampai dengan 2008/2009 yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

JABATAN FUNGSIONAL GURU

JABATAN FUNGSIONAL GURU PKB Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Kegiatan PENGEMBANGAN DIRI Berdasar Permenpan Nomor: PER/16/M.PAN-RB/11/2009 tentang: JABATAN FUNGSIONAL GURU dan ANGKA KREDITNYA Oleh: Natun, S.Pd.,M.Si. 1 Yang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 2 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 2 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 2 SERI E KEPUTUSAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR : 11 TAHUN 2003 TENTANG PENGATURAN PENUGASAN GURU PEGAWAI NEGERI SIPIL SEBAGAI KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN by Mada Sutapa. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY. Dinas Kesehatan Propinsi DIY

ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN by Mada Sutapa. Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY. Dinas Kesehatan Propinsi DIY ADMINISTRASI KEMAHASISWAAN by Mada Sutapa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNY Dinas Kesehatan Propinsi DIY & CURRICULUM VITAE Mada Sutapa, SIP, M.Si. Pendidikan Sarjana : Ilmu Administrasi Negara Fisip

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU-GURU GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN PURWOREJO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Oleh: Nurhadi,

Lebih terperinci

TRANSKRIP WAWANCARA. 1. Identifitas diri : Triana Budiani

TRANSKRIP WAWANCARA. 1. Identifitas diri : Triana Budiani 1. Identifitas diri Nama : Triana Budiani TRANSKRIP WAWANCARA Pertanyaan Penelitian a. (?) Apakah tujuan utama pelaksanaan program pengembangan SDM guru SMA se- Jawab : Tujuan utama pelaksanaan program

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.47, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jabatan Fungsional. Pengendali. Dampak Lingkungan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 1 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang terletak di pulau jawa bagian selatan tengah.

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko

Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko Surat Kabar Harian KEDAULATAN RAKYAT, terbit di Yogyakarta, Edisi 17 November 1987 TIGA ISU MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA Oleh : Ki Supriyoko ( Bagian Terakhir dari Dua Tulisan ) Berbeda dengan SMA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ada sehingga setiap manusia diharapkan mampu menghadapi tantangan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu usaha setiap bangsa untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga membantu memperlancar pelaksanaan pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah The quality of an instructional program is comprised of three elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006: 8). Sebagaimana dikatakan

Lebih terperinci

pala BAKN No. 5/SE/1976, S.K MENPAN No. 59/1987 jo. 13A988

pala BAKN No. 5/SE/1976, S.K MENPAN No. 59/1987 jo. 13A988 BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan pengkajian terhadap data lapangan hasil dari kegiatan-kegiatan pengamatan ( observasi ), penja jagan ( survai ), wawancara ( interview ) dan dokumentatif serta

Lebih terperinci

pada dasarnya merupakan jawaban terhadap pertanyaan-per

pada dasarnya merupakan jawaban terhadap pertanyaan-per BAB V KESIMPULAN, REKOMENDASI DAN ULASAN KETERBATASAN PENELITIAN" Bab V ini adalah sebagai bab terakhir, menyajikan beberapa kesimpulan hasil penelitian. Kesimpulan tersebut pada dasarnya merupakan jawaban

Lebih terperinci

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA

RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN ANGKA KREDITNYA LAMPIRAN I : PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : TANGGAL : RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH DAN NYA NO I. PENDIDIKAN A. Mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Isi dinyatakan, bahwa pengembangan diri merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Isi dinyatakan, bahwa pengembangan diri merupakan salah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dinyatakan, bahwa pengembangan diri merupakan salah satu komponen struktur

Lebih terperinci

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNTUK GURU SMP SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNTUK GURU SMP SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA PROPOSAL PENGABDIAN PADA MASYARAKAT PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH UNTUK GURU SMP SE-KOTAMADYA YOGYAKARTA Oleh: Dr. Suroso Prihadi, M. Hum. Yayuk Eny Rahayu, M. Hum. Kusmarwanti, M. Pd. PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. tantangan menuju profesionalisme. Oleh Rahmatiah

PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. tantangan menuju profesionalisme. Oleh Rahmatiah PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN tantangan menuju profesionalisme. Oleh Rahmatiah Melalui kegiatan PKB akan terwujud guru yang profesional yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuan yang kuat, tetapi

Lebih terperinci

Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987

Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 Surat Kabar Harian KOMPAS, terbit di Jakarta, Edisi 12 Januari 1987 MENYELAMATKAN SEKOLAH KEJURUAN Oleh : Ki Supriyoko Salah satu tradisi pendidikan yang dipertahankan di negara kita sejak jaman kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

KONSEP KARIER. Pengembangan Karir

KONSEP KARIER. Pengembangan Karir Pengembangan Karir Karier adalah keseluruhan pekerjaan baik yang digaji maupun yang tidak digaji, suatu proses belajar dan peran-peran yang disandang sepanjang hidup. Biasanya, istilah karier berkaitan

Lebih terperinci

praktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege

praktek Kurikulum Elektronika Komunikasi STM Nege BAB III RANCANGAN PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Relevansi antara mata kuliah di dalam Kurikulum Elektronika Komunikasi FPTK IKIP Bandung dengan ma ta

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/11/M.PAN/5/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PSIKOLOG KLINIS DAN ANGKA KREDITNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

a. Implikasi kebijakan melalui Surat Keputusan Menteri layah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat. Penge

a. Implikasi kebijakan melalui Surat Keputusan Menteri layah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat. Penge BAB.V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan dan rekomendasi penelitian ini disusun berdasarkan temuan dan pembahasan hasil penelitian yang terjadi dilapangan. A. Kesimpulan 1. Umum a. Implikasi kebijakan

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah tentang Laboratorium Pendidikan dan Jabatan Fungsional PLP

Kebijakan Pemerintah tentang Laboratorium Pendidikan dan Jabatan Fungsional PLP Kebijakan Pemerintah tentang Laboratorium Pendidikan dan Jabatan Fungsional PLP Prof. Fatchiyah, M.Kes.,PhD. Direktur Biosains Institute UB Tim PAK PLP UB 12/6/2016 sosialisasi PLP UB 1 1. UU NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

- 1 - RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI KEAHLIAN DAN ANGKA KREDITNYA. Sertifikat 5 Semua jenjang

- 1 - RINCIAN KEGIATAN JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI KEAHLIAN DAN ANGKA KREDITNYA. Sertifikat 5 Semua jenjang - 1 - LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 201 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL PERAWAT GIGI DAN ANGKA KREDITNYA RINCIAN KEGIATAN

Lebih terperinci

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta. KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Majalah Kampus Dua Bulanan UST PENDOPO, terbit di Yogyakarta KOMPUTERISASI PERGURUAN TINGGI Oleh : Ki Supriyoko Para pengguna komputer yang bereksperimentasi dan beraplikasi dengan program tulis-menulis,

Lebih terperinci