DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA"

Transkripsi

1 DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA NOOKE NOFRIYAN C PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 ABSTRAK NOOKE NOFRIYAN, C Desain dan Konstruksi Kapal Penangkap Cumi-Cumi KM. Cahaya Alam Tiga di Galangan Kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru Jakarta Utara. Dibimbing oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR dan VITA RUMANTI KURNIAWATI. Sebagian besar kapal perikanan yang beroperasi di Indonesia dibangun secara tradisional, dimana pembangunannya tidak menggunakan perencanaan desain dan konstruksi, serta perhitungan naval architecture. Badan yang berwenang dalam menetapkan hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan kapal di Indonesia adalah Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Kapal yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh BKI akan mendapatkan sertifikasi layak laut, dengan ketentuan dalam pembangunannya diawasi oleh BKI. Sementara itu, kapal perikanan yang dibangun secara tradisional umumnya tidak dibangun di bawah pengawasan BKI, sehingga kapal tersebut tidak disertifikasi layak laut. Sampai saat ini belum dilakukan penelitian mengenai keragaan teknis kapal penangkap cumi-cumi tersebut. Penelitian ditujukan untuk menggambar desain dan konstruksi kapal penangkap cumi-cumi tersebut, menghitung parameter hidrostatis kapal penangkap cumi-cumi tersebut serta untuk membandingkan ukuran konstruksi yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga dengan ukuran konstruksi yang telah ditetapkan oleh BKI. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan analisis deskriptif numerik. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki bentuk kapal di bagian haluan yaitu V bottom, sedangkan pada bagian tengah dan buritan yaitu round flat bottom. Berdasarkan nilai kisaran desain kapal tersebut sudah sesuai dengan jenis alat tangkap yang digunakan (static gear). Selain itu, kesesuaian bagian konstruksi dengan nilai konstruksi yang telah ditetapkan oleh BKI adalah 63,16%. Kata kunci: desain, kontruksi, kapal penangkap cumi-cumi

3 ABSTRACT NOOKE NOFRIYAN, C Design and Construction Of Squidjigg KM. Cahaya Alam Tiga At Ship Dock PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, North Jakarta. Guided by BUDHI HASCARYO ISKANDAR and VITA RUMANTI KURNIAWATI. The mostly of fishery ship operated in Indonesia has builded with traditional ways, where in building process of the ship didn t using plan of design and construction as well as naval architect calculation. Institution that have the power to be competent to decide things about ship building in Indonesia is Biro Klasifikasi Indonesia. This institution will give the sea reasonable certificate for the ship that have design and construction appropriated with regulation of Biro Klasifikasi Indonesia. Mostly fishery ship in Indonesia has builded without monitoring from Biro Klasifikasi Indonesia, with the result that the mostly fishery ship in Indonesia don t have the sea reasonable certificate from BKI. Until today there is no research about design and construction of squidjigg in Muara Baru. This research include of designing and constructioning of squidjigg KM. Cahaya Alam Tiga, calculate of hydrostatic parameter of KM. Cahaya Alam Tiga and compare the size construction between size construction KM. Cahaya Alam Tiga with size construction from BKI. Method that used in research is case study with analysis of numeric description. The result of the research was KM. Cahaya Alam Tiga have two type of ship body. For the first that is V bottom for ahead area of ship and round flat bottom in midship area until stern area of ship. Based on turn value of mostly ship design for static gear, design of KM. Cahaya Alam Tiga is already appropriate with ship design for static gear in Indonesia. Suitability value between size construction of KM. Cahaya Alam Tiga with size construction of BKI is 63,16 %. Key word : design, contruction, squidjigg

4 DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP CUMI-CUMI KM. CAHAYA ALAM TIGA DI GALANGAN KAPAL PT. PROSKUNEO KADARUSMAN MUARA BARU, JAKARTA UTARA NOOKE NOFRIYAN C Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

5 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul Desain dan Konstruksi Kapal Penangkap Cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga di Galangan Kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Februari 2012 Nooke Nofriyan C

6 Hak cipta IPB, Tahun 2012 Hak cipta dilindungi Undang-undang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber: a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan atau memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizing IPB.

7 Judul Skripsi Nama NRP Program Studi : Desain dan Konstruksi Kapal Penangkap Cumi-Cumi KM. Cahaya Alam Tiga di Galangan Kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru Jakarta Utara. : Nooke Nofriyan : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Ketua, Anggota, Dr.Ir. Budhi Hascaryo Iskandar, M.Si Vita Rumanti Kurniawati, S.Pi.,M.T. NIP NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr.Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP Tanggal lulus: 17 Februari 2012

8 KATA PENGANTAR Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Juli-September 2011 ini adalah Desain dan Konstruksi Kapal Penangkap Cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga di Galangan Kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan, sehingga penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Februari 2012 Nooke Nofriyan C

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 23 November 1989 dari Bapak Tayudi dan Ibu Nonon Nuraisyah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Riwayat pendidikan penulis dimulai dari TK Nurul Falah Bogor tahun , SD Negeri Gunung Batu 01 Bogor tahun , SLTP Negeri 4 Bogor tahun , SMA YZA 2 Bogor tahun dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Pada tahun pertama di IPB, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Tahun kedua di IPB, penulis masuk ke Mayor Teknologi dan Manajemen Perikaan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) periode sebagai staf PMB (Pengembangan Minat dan Bakat). Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul Desain dan Konstruksi Kapal Penangkap Cumi-Cumi KM. Cahaya Alam Tiga di Galangan Kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru Jakarta Utara.

10 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih penulis disampaikan kepada: 1) Allah SWT atas rahmat dan karunianya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan; 2) Dr.Ir. Budhi Hascaryo Iskandar M.Si Selaku pembimbing yang memberikan bantuan, arahan dan bimbingannya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini; 3) Tak henti-hentinya untuk Vita Rumanti Kurniawati S.Pi.,M.T atas budi baiknya untuk arahan, bimbingan selama ini kepada penulis dan untuk segala bantuannya baik moril maupun materi; 4) Dr.Ir. Mohammad Imron, M.Si. Sebagai penguji tamu dan komisi pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas petunjuk serta masukan yang diberikan dalam rangka memperbaiki skripsi penulis menjadi lebih baik; 5) PT. Proskuneo Kadarusman, Bapak Anam, dan seluruh ABK KM. Cahaya Alam Tiga yang telah bersedia menjadi narasumber dalam penelitian penulis; 6) Keluarga tercintaku: Papa, Mama, Nonna, Nixellia, Lilik Yati, Om Didi, Om Fredi, Tante Yuli, si kecil Dennis, Aulia, Liana, nenek Onah (Alm), Mbah Karyumi (Alm), Engkong Riban (Alm), Mbah Tambat (Alm) yang telah mencurahkan seluruh doa dan dukungan baik materi maupun moril kepada penulis selama menyelesaikan pendidikan; 7) Ndalu Kristiono Adi, Baginda Budiman Ritonga, Khaerul Anwar, Diki Patra, Mukhlis 44, atas kontribusinya dalam penyelesaian skripsi ini. Tanpa kalian skripsi ini mungkin akan semakin lama diselesaikan; 8) Zaki Muttaqin sahabat terbaik penulis, yang tak hentinya mencurahkan doa, bantuan moril dan materil bagi penulis; 9) Teman-teman 44 Willy, Tri, Purwo, Ade Zamil, Reza, Rois, Rian, Eneng, Vera, Wume, Lili, Nado, Haidir, Baskoro, Danang, Sudi, Dudi, Rohana, Hana, Dede, Ibay, Pram, Mira, D daya, Nela, Wawan, Fani, Leocan, Fadly, Gilang, Anton, Hadasa, Via, Nova, Keristina, Fahmi yang telah menemani penulis selama ini; 10) Teman-teman PSP 42, 43, 45, 46, terima kasih atas bantuannya selama ini;

11 11) Kakak beradik Wahyu dan Fadli serta Ibu Dida dan Pak Efendi atas kontribusinya dalam pembuatan skripsi, ilmu yang telah diberikan dan dukungan moril bagi penulis; 12) Bang Agil Cibuntu, buku panduan skripsinya sangat membantu penulis; 13) Nurul Saqinah dan keluarganya atas doa dan semangatnya yang selalu menemani penulis dalam proses penyelesaian skripsi serta selalu mengingatkan penulis untuk sabar; 14) Bapak Dodi Muljawan, Ibu Liliek R, Bapak Suherman, Bapak Ahmad dan seluruh guru di SMA YZA 2 Bogor yang telah membantu penulis dalam proses penerimaan mahasiswa di IPB; 15) Bapak Abdul Hanan dan The Aam yang sangat membantu penulis dalam persiapan seminar dan bantuan materinya; 16) Bapak Riyanto (Bumi Putera) dan Ibu Isoh (SDN Purbasari, Bogor) sekeluarga atas semua doa dan bantuan yang pernah diberikan kepada penulis; 17) Bapak Gigih dan Mbak Vina (Staf TU) yang selalu mempermudah proses surat menyurat yang diperlukan oleh penulis; 18) Mbak Yuni selaku koordinator Perpustakaan PSP FPIK IPB; 19) Mang Yana, Mang Isman dan si teteh Petugas kampus; 20) semua Civitas PSP.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kapal Perikanan Desain Kapal Perikanan Konstruksi Kapal Perikanan Material Kapal Perikanan METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Peralatan Penelitian Metode Penelitian Metode pengumpulan data Metode pengolahan data Analisis Data Analisis data untuk desain kapal Analisis data untuk konstruksi kapal HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-cumi Desain Kapal General arrangement Lines plan Rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga Konstruksi Kapal Material kapal KM. Cahaya Alam Tiga Nilai patokan (scantling number) Gambar konstruksi KM. Cahaya alam Tiga Bagian-bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga... 42

13 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan dan Saran Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xi

14 DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai ratio dimensi kapal untuk kelompok kapal perikanan dengan metode pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/ dragged gear), alat tangkap pasif (static gear) dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling Gear) Nilai koefisien bentuk untuk kelompok kapal perikanan dengan metode pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/ dragged gear), alat tangkap pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear) Nilai kisaran rasio dimensi, berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia Nilai kisaran coefficient of fineness, berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia Spesifikasi teknis kapal penangkap cumi-cumi (squid jigging) Nilai rasio dimensi utama KM. Cahaya Alam Tiga Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga Perbandingan nilai coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga Material yang dipakai pada pembuatan kapal penangkap Cumicumi KM. Cahaya Alam Tiga Perbandingan antara nilai pengukuran beberapa bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Dimensi ukuran panjang kapal Lebar kapal Dalam kapal Coefficient of block (Cb) Coefficient of Prismatic (Cp) dan Coefficient vertical prismatic (Cvp) Coefficient of waterplane (Cw) Coefficient of midship (C ) Diagram proses desain dan konstruksi kapal perikanan Peta lokasi penelitian General arrangement KM. Cahaya Alam Tiga Lines plan KM. Cahaya Alam Tiga Kurva hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga Profile construction dan plan construction KM. Cahaya Alam Tiga Section view KM. Cahaya Alam Tiga Lunas KM. Cahaya Alam Tiga Konstruksi linggi KM.Cahaya Alam Tiga Konstruksi papan kulit KM. Cahaya Alam Tiga Konstruksi pisang-pisang KM. Cahaya Alam Tiga Tahapan pemasangan gading-gading Konstruksi dasar gading-gading Konstruksi galar sebelum dan setelah dipasang penutup plat baja Konstruksi sekat KM. Cahaya Alam Tiga Konstruksi palka KM. Cahaya Alam Tiga Posisi palka KM. Cahaya Alam Tiga Konstruksi papan dek Konstruksi dudukan mesin utama dan mesin bantu... 57

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Lunas dan linggi kapal pelayaran lokal Galar balok dan galar kim kapal pelayaran lokal Gading-gading kapal pelayaran lokal Ketentuan mengenai balok dek kapal pelayaran lokal Ketentuan mengenai tinggi wrang kapal pelayaran lokal Material kayu yang direkomendasikan oleh BKI Dokumentasi saat penelitian di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru Jakarta Utara Offset table KM. Cahaya Alam Tiga Contoh perhitungan parameter hidrostatis... 74

17 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan kegiatan penangkapan tidak akan pernah terlepas dari kemampuan unit penangkapan ikan yang dipakai saat itu. Salah satu komponen penangkapan ikan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan operasional penangkapan ikan adalah kapal yang digunakan. Spesifikasi dan kesesuaian kapal yang digunakan dengan komoditi yang menjadi sasaran tangkap akan sangat berpengaruh dalam keberhasilan kegiatan operasi penangkapan ikan yang dilakukan. Selama ini ditinjau dari segi olah gerak (manuverability), kecepatan (Speed), kelaik-lautan (seaworthiness), luas lingkup area pelayaran (navigable area), struktur bangunan kapal (design and construction), propulsi mesin (engine propultion) dan perlengkapan, kapal-kapal perikanan berbahan dasar kayu kebanyakan dibuat dengan teknologi yang masih tradisional tanpa melihat aspek perencanaan dan tanpa menggunakan kaidah naval architect. Padahal kaidah naval architect sangat diperlukan untuk memungkinkan kapal tersebut tercipta dalam kondisi yang layak, sehingga dapat menjamin kelancaran dan keberhasilan dalam operasi penangkapan ikan yang dilakukan. Oleh karena itu, ilmu naval architect mutlak diperlukan dalam pembangunan sebuah kapal. Penelitian kali ini mengangkat tema mengenai desain dan konstruksi kapal penangkap cumi-cumi KM. Cahaya Alam 3 di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Penelitian dilakukan karena sampai saat ini belum ada kajian mengenai keragaan teknis dari kapal penangkap cumi-cumi yang ada di galangan kapal tersebut. Penelitian yang telah dilakukan terkait dengan kapal penangkap cumi-cumi adalah stabilitas kapal yang diteliti oleh Adi (2011). Selain untuk mengetahui desain dan konstruksi kapal penangkap cumicumi, penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui kesesuaian ukuran konstruksi kapal tersebut dengan ukuran yang telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai desain dan konstruksi kapal penangkap cumi-cumi untuk melihat kelaik-lautan dari kapal tersebut.

18 2 Penelitian dilakukan di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman, karena di tempat ini banyak terdapat kapal penangkap cumi-cumi (squid jigg). Selain itu, galangan ini juga sering melayani jasa reparasi (docking) untuk kapal penangkap cumi-cumi tersebut serta memiliki fasilitas yang lengkap. Selain itu, kemudahan akses menuju galangan menjadi salah satu faktor mengapa penelitian dilakukan di tempat ini. Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi dan pengetahuan dalam pembuatan kapal selanjutnya. Selain itu, hasil penelitian juga diharapkan akan memunculkan ide-ide baru guna memperbaiki kualitas kelaiklautan dan kelaik-tangkapan bagi kapal perikanan dimasa mendatang. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Membuat gambar desain dan konstruksi kapal penangkap cumi-cumi; 2) Menghitung parameter hidrostatis kapal penangkap cumi-cumi; dan 3) Membandingkan ukuran bagian konstruksi dengan ukuran yang direkomendasikan oleh BKI (Biro Klasifikasi Indonesia). 1.3 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai desain dan konstruksi kapal penangkap cumi-cumi yang ada di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Memberi informasi mengenai parameter hidrostatis dari kapal tersebut untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian mengenai kapal penangkap cumi-cumi lebih jauh lagi.

19 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan dalam dunia perikanan, yang mencakup penggunaan dalam usaha penangkapan, pengumpulan sumberdaya ikan, riset perikanan, training dan untuk mengontrol sumber-sumber perairan (Nomura and Yamazaki, 1977), Sehingga kapal perikanan memiliki persyaratan minimal agar dapat digunakan untuk operasi penangkapan (Nomura and Yamazaki, 1977), yaitu: 1) Memiliki kekuatan struktur badan kapal; 2) Menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan; 3) Memiliki stabilitas yang tinggi; dan 4) Memiliki fasilitas penyimpanan hasil tangkapan ikan. 2.2 Desain Kapal Perikanan dan Parameter Hidrostatis Fyson (1985) menyatakan bahwa kelengkapan dari perencanaan desain dan konstruksi dalam pembangunan kapal perikanan yaitu: 1) Profil kapal, rencana dek, rencana bawah dek; 2) Gambar garis dan tabel offset; 3) Profil konstruksi dan perencanaan; 4) Bagian-bagian konstruksi; dan 5) Gambar penyambung. Dalam mendesain suatu kapal perikanan, gambar-gambar yang harus dipersiapkan adalah: general arrangement, lines plan, profile construction, midship section, engine seating dan boom construction. Gambar-gambar perencanaan sangat berguna dalam pembangunan suatu kapal perikanan, seperti lines plan berguna untuk menentukan pengaturan letak dan ukuran ruangan kapal, seperti ruang palka, ruang mesin, ruang kemudi, ruang ABK, ruang peralatan penangkapan ikan (Fyson, 1985). Menurut (Fyson, 1985) dikatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi desain suatu kapal, yang dapat dikelompokan kedalam beberapa kriteria yaitu: sumberdaya yang tersedia, alat dan metode penangkapan, karateristik geografis suatu daerah penangkapan,

20 4 seaworthiness kapal dan keselamatan anak buah kapal, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan desain kapal, pemilihan material yang tepat untuk konstruksi, penanganan dan penyimpanan hasil tangkapan dan faktor-faktor ekonomis. Dimensi utama yang terdiri dari panjang (L), lebar (B) dan dalam (D) sangat menentukan kemampuan dari suatu kapal, oleh sebab itu dalam mendesain suatu kapal, hal ini perlu diperhatikan dengan teliti. Adapun ukuran dimensi kapal menurut (BPPI, 2006) meliputi: 1) Panjang kapal (Length/ L) Panjang kapal terdiri dari: (1) Panjang total atau LOA (length over all) adalah jarak horizontal yang diukur mulai dari titik terdepan dari linggi haluan sampai dengan titik terbelakang dari buritan. Panjang total ini merupakan panjang yang terbesar dari sebuah kapal dan diukur sejajar dengan lunas kapal. (2) Jarak sepanjang garis tegak atau LPP/ LBP (length perpendicular/ length between perpendicular) adalah jarak horizontal yang dihitung dari garis tegak haluan sampai dengan garis tegak buritan. Garis tegak haluan (fore perpendicular) adalah garis khayal yang terletak tegak lurus pada perpotongan antara Lwl dan badan kapal pada bagian haluan. Sedangkan yang dimaksud dengan garis tegak buritan (after perpendicular) adalah sebuah garis khayal yang terletak pada bagian buritan atau di belakang poros kemudi (bagi kapal yang memiliki poros kemudi). (3) Panjang garis air atau LWL (length of water line) adalah jarak horizontal yang dihitung dari titik perpotongan antara garis air (water line) dengan linggi haluan sampai dengan titik perpotongan antara garis air dengan linggi buritan.

21 5 (Sumber: BPPI, 2006) Gambar 1 Dimensi ukuran panjang kapal. 2) Lebar kapal (breadth/b) Lebar kapal terdiri dari: (1) Lebar terbesar atau B max (breadth maximum), adalah jarak horizontal pada lebar kapal yang terbesar di tengah-tengah kapal, dihitung dari salah satu sisi terluar (sheer) yang satu ke sisi (sheer) lainnya yang berhadapan. (2) Lebar dalam atau B moulded (breadth moulded), adalah jarak horisontal pada lebar kapal yang terbesar, diukur dari bagian dalam kulit kapal yang satu ke bagian dalam kulit kapal lainnya yang berhadapan. Keterangan : (Sumber: BPPI, 2006) 1) Lebar terbesar (breadth maximum) 2) Lebar dalam (breadth moulded) 3) Garis air (water line) Gambar 2 Lebar kapal.

22 6 (3) Dalam kapal (depth) Dalam kapal terdiri dari: (1) Dalam atau D (depth), adalah jarak vertikal yang diukur dari dek terendah kapal sampai titik terendah badan kapal. (2) Sarat kapal atau d (draft), adalah jarak vertikal yang diukur dari garis air (water line) tertinggi sampai dengan titik terendah badan kapal. (3) Lambung bebas (free board), adalah jarak vertikal/ tegak yang diukur dari garis air (water line) tertinggi sampai dengan sheer. Keterangan : 1) Dalam (Depth) 2) Sarat kapal (draft) 3) Lambung bebas (free board) (Sumber: BPPI, 2006) Gambar 3 Dalam kapal. Besar kecilnya nilai rasio dimensi utama kapal (L, B dan D) dalam membangun kapal dapat digunakan untuk menganalisa performa (bentuk) dan mempengaruhi kemampuan dari suatu kapal. Nilai perbandingan L/D, L/B, dan B/D perlu diperhatikan dalam perhitungan teknis, jenis bahan maupun ketentuan yang berlaku. Menurut Fyson (1985), dalam desain sebuah kapal karakteristik perbandingan dimensi-dimensi utama merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Perbandingan tersebut meliputi: 1) Perbandingan antara panjang dan lebar (L/B), yang mempengaruhi tahanan dan kecepatan kapal. Nilai perbandingan L/B mengecil akan berpengaruh pada kecepatan kapal/ kapal menjadi lambat;

23 7 2) Perbandingan antara lebar dan dalam (B/D), merupakan faktor yang berpengaruh terhadap stabilitas. Jika nilai B/D membesar akan membuat stabilitas baik, tetapi disisi lain mengakibatkan propulsive ability memburuk; dan 3) Perbandingan antara panjang dan dalam (L/D), merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Jika nilai L/D membesar akan mengakibatkan kekuatan longitudinal kapal melemah. Berikut tabel yang berisikan nilai rasio L/D, L/B, dan B/D yang dikemukakan oleh Nomura dan Yamazaki (1977). Tabel 1 Nilai rasio dimensi kapal untuk kelompok kapal perikanan dengan metode pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/ dragged gear), alat tangkap pasif (static Gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear). Kelompok kapal Panjang kapal (L) GT L/B L/D B/D Alat tangkap yang di tarik <22 m - <6,3 <11,5 >1,75 Alat tangkap pasif <20 m <5 <5,0 >11,0 >2,5 Alat tangkap yang dilingkarkan Sumber : Nomura dan Yamazaki (1977) ,0 11,0 2, ,0 10,5 2,1 >15 5,0 10,0 2,0 <22 m - 4,3 <10,0 >2,15 Analisis kesesuaian antara desain kapal dengan fungsi dan peruntukannya perlu dilakukan, karena menurut Fyson (1985) rasio antara panjang dan lebar (L/B) berpengaruh pada resistensi kapal, rasio antara panjang dan dalam (L/D) berpengaruh pada kekuatan memanjang kapal serta rasio antara lebar dan dalam berpengaruh terhadap stabilitas kapal. Fyson (1985), mengemukakan bahwa koefisien bentuk (coefficient of fineness) menunjukkan bentuk tubuh kapal berdasarkan hubungan antara luas area badan kapal yang berbeda dan volume tubuh kapal terhadap masing-masing dimensi utama kapal.

24 8 Koefisien bentuk badan kapal, terdiri dari: 1) Coefficient of block (Cb), menunjukkan perbandingan antara nilai volume displacement kapal dengan volume bidang balok yang mengelilingi badan kapal. A P L pp F P d B (Sumber : Iskandar dan Novita, 1997) Gambar 4 Coefficient of block (Cb). 2) Coefficient of prismatic (Cp), menunjukkan perbandingan antara volume displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang melintang tengah kapal (A ) dan panjang kapal pada garis air tertentu (Lwl). 3) Coefficient vertical prismatic (Cvp), menunjukkan perbandingan antara volume displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area kapal pada WL tertentu secara horizontal-longitudinal (Aw) dan draft kapal. A P L p p A Aw d F P B (Sumber : Iskandar dan Novita, 1997) Gambar 5 Coefficient of Prismatic (Cp) dan Coefficient vertical prismatic (Cvp).

25 9 4) Coefficient of waterplan (Cw), menunjukkan besarnya luas area penampang membujur tengah kapal dibandingkan dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut. Lwl Aw B (Sumber : Iskandar dan Novita, 1997) Gambar 6 Coefficient of waterplane (Cw). 5) Coefficient of midship (C ), menunjukkan perbandingan antara luas penampang melintang tengah kapal secara vertikal dengan bidang empat persegi panjang yang mengelilingi luas area tersebut. A d B (Sumber : Iskandar dan Novita, 1997 ) Gambar 7 Coefficient of midship (C ). Tabel 2 menjelaskan nilai koefisien bentuk yang dikemukakan oleh (Nomura and Yamazaki, 1977). Tabel 2 Nilai koefisien bentuk untuk kelompok kapal perikanan dengan metode pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towed/ dragged gear), alat tangkap pasif (static gear), dan alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear). Kelompok kapal Cb Cp C Cw Alat tangkap yang di tarik 0,58-0,67 0,66-0,72 0,88-0,93 Alat tangkap pasif 0,63-0,72 0,83-0,90 0,65-0,75 0,91-0,97 Alat tangkap yang dilingkarkan 0,57-0,68 0,76-0,94 0,67-0,78 0,91-0,95 Sumber : (Nomura and Yamazaki, 1977)

26 10 Tabel 3 Nilai kisaran rasio dimensi, berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia. Metode operasi Rasio dimensi L/B L/D B/D Encircling gear 2,60-9,30 4,55-17,43 0,56-5,00 Towed/ dragged gear 2,86-8,30 7,20-15,12 1,25-4,41 Static gear 2,83-11, ,28 0,96-4,68 Multipurpose 2,88-9,42 8,69-17,55 0,35-6,09 Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995) Tabel 4 Nilai kisaran coefficient of fineness, berdasarkan metode operasi di beberapa daerah di Indonesia. Metode operasi Coefficient of fineness Cb Cw Cp Cvp Co Encircling gear 0,56-0,67 0,78-0,88 0,60-0,79 0,68-0,86 0,84-0,96 Towed/ dragged gear 0,40-0,60 0,66-0,77 0,51-0,62 0,60-0,85 0,69-0,98 Static gear 0,39-0,70 0,65-0,85 0,56-0,80 0,53-0,82 0,63-0,91 Multipurpose Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995)

27 11 Pemilihan Materil Perhitungan Dimensi Utama Outline dan GA (spesifikasi Pemilik) Estimasi Parameter-parameter Preliminary design Berat, Trims dan Perhitungan Midship dan Bagian Longitudinal, Tender Ketahanan Gerak, Karakteristik Kontrak Desain Spesifikasi Klasifikasi Gambar Estimasi Biaya Penggambaran Cek Parameter-parameter Rencana GA Pembangunan di Galangan Spesifikasi Kontrak Tes dan Evaluasi Penggambaran dan Perhitungan Penyerahan Kapal Operasional Kapal Evaluasi Hasil Pengoperasian Kapal Sumber : Fyson,1985 Gambar 8 Diagram proses desain dan konstruksi kapal perikanan.

28 Konstruksi Kapal Perikanan Kelengkapan dari perencanaan konstruksi/ pembangunan kapal perikanan akan meliputi gambar sebagai berikut: profil kapal, rencana dek, rencana di bawah dek, gambar garis dan tabel offset, profil konstruksi dan perencanaan, bagianbagian konstruksi serta gambar penyambungan dan bagian-bagian lainnya Fyson (1985). Pasaribu (1985), menjelaskan bahwa konstruksi lambung kapal harus memenuhi syarat sebagai berikut: laik laut dan laik tangkap dalam segala kondisi yang sesuai dengan daerah pelayaran dan fungsi kapal yang diinginkan, ukuran balok konstruksi lambung kapal harus memenuhi dari pihak yang berwenang yang berlaku untuk jenis, tipe, ukuran dan kekuatan kapal, sistem konstruksi kapal perikanan sebaiknya menggunakan sistem gading tunggal dan konstruksi kapal perikanan harus sesuai dengan jenis kapal perikanan, peralatan perikanan, dan daerah penangkapan ikan. Menurut Pasaribu (1985), syarat-syarat konstruksi lambung kapal adalah sebagai berikut: 1) Laik laut dan laik tangkap dalam berbagai kondisi sesuai dengan daerah pelayaran dan fungsi kapal yang diinginkan; 2) Ukuran balok konstruksi lambung kapal harus memenuhi pihak berwenang yang berlaku untuk tipe, jenis, ukuran dan kekuatan kapal; 3) Sistem konstruksi kapal perikanan sebaiknya memakai konstruksi yang melintang; 4) Konstruksi melintang kapal menggunakan sistem gading tunggal; dan 5) Konstruksi kapal perikanan harus sesuai dengan jenis kapal, peralatan perikanan, basis perikanan dan daerah penangkapan. Nomura and Yamazaki (1977), menjelaskan bahwa kapal perikanan harus memenuhi persyaratan minimal agar dapat digunakan untuk operasi penangkapan, diantaranya adalah memiliki konstruksi yang kuat pada badan kapal, menunjang keberhasilan operasi penangkapan ikan, memiliki stabilitas yang tinggi, memiliki fasilitas penyimpanan ikan yang cukup. Bagian konstruksi utama kapal yang berfungsi sebagai kekuatan membujur kapal (yang istilahnya diambil dari kamus perkapalan menurut Soegiono et al, 2005), yaitu:

29 13 1) Lunas Lunas adalah bagian utama konstruksi pada alas kapal yang yang membantang sepanjang garis tengah kapal dari depan sampai belakang. Tinggi dan lebar lunas dalam dan lunas luar tergantung dari angka penunjuk L(B/3+H). Tabel mengenai ketentuan lunas kapal pelayaran lokal dapat dilihat pada Lampiran 1; 2) Linggi Linggi adalah suatu kerangka konstruksi kapal yang membentuk bagian ujung haluan kapal dan ujung buritan kapal. Kerangka konstruksi yang terletak di bagian ujung haluan disebut linggi haluan, sedangkan yang terletak di bagian ujung buritan disebut linggi buritan. Tabel mengenai ketentuan linggi kapal pelayaran lokal dapat dilihat pada Lampiran 1; 3) Galar Galar merupakan balok yang dipasang pada kedua sisi kapal sebelah dalam, terletak memanjang atau membujur dari bagian haluan hingga buritan kapal. Galar berfungsi sebagai penguat membujur, pengikat dan penghubung antar gading-gading pada kapal. Tabel mengenai ketentuan galar pada kapal pelayaran lokal dapat dilihat pada Lampiran 2; 4) Lantai dek Lantai dek merupakan permukaan datar atau hampir mendatar yang menutupi sisi atas dari ruangan-ruangan kapal; dan 5) Kulit kasko Kulit kasko adalah badan dari sebuah kapal, tidak termasuk tiang-tiang, telitemali, layar, permesinan, ataupun peralatan. Kulit kasko berfungsi untuk mencegah air masuk ke dalam kapal, selain itu juga berperan untuk menambah gaya apung. Bagian konstruksi utama kapal yang befungsi sebagai kekuatan melintang, yaitu: 1) Gading-gading Gading-gading adalah rangka atau tulang rusuk dari sebuah kapal yang memberikan kekuatan kapal secara melintang. Pada gading-gading diusahakan sedikit sambungan atau tanpa sambungan agar diperoleh kekuatan yang besar. Bentuk dari gading-gading akan menentukan bentuk

30 14 kasko kapal. Tabel mengenai ketentuan gading-gading kapal pelayaran lokal dapat dilihat pada Lampiran 3; 2) Balok dek Balok dek merupakan penguat melintang konstruksi kapal yang befungsi menyangga lantai dek dan sebagai palang pengikat yang menghubungkan kedua sisi kapal. Balok dek dipasang dari sisi haluan hingga sisi buritan kapal. Tabel mengenai ketentuan balok dek kapal pelayaran lokal dapat dilihat pada Lampiran 4; 3) Wrang Wrang/ gading dasar berfungsi menghubungkan gading atas bagian kiri dan kanan. Tabel mengenai ketentuan tinggi wrang kapal pelayaran lokal dapat dilihat pada Lampiran 5; dan 4) Lantai dek Lantai dek merupakan permukaan datar atau hampir mendatar yang menutupi sisi atas dari ruangan-ruangan di kapal. 2.4 Material Kapal Perikanan Material merupakan salah satu komponen dasar dalam pembuatan sebuah kapal perikanan, jenis dan tipe material yang digunakan akan sangat menentukan kekuatan dari kapal tersebut. Iskandar (1990), menyatakan bahwa material yang digunakan haruslah kuat, baik, sehat, tidak ada celah (retak) dan cacat yang membahayakan kapal. Oleh karena itu pemilihan meterial yang sesuai dengan kegunaan mutlak diperlukan dalam pembangunan sebuah kapal. Menurut Fyson (1985), ada lima jenis pilihan meterial yang sesuai untuk kapal perikanan, yaitu 1) kayu; 2) besi; 3) FRP (fiberglass rainforce plastic); 4) ferrocement dan 5) alumunium. Menurut Iskandar (1990) pemilihan material yang akan digunakan umumnya ditentukan oleh: 1) keahlian/ kemampuan galangan kapal baik dari segi sumberdaya manusianya (SDM) ataupun teknologi yang tersedia; 2) kemudahan dalam perolehan bahan; 3) untung/ rugi secara teknis dari tiap material; serta 4) biaya dari material itu sendiri. Iskandar (1990), mengatakan bahwa saat ini di Indonesia penggunaan kayu masih lebih disukai dalam pembuatan sebuah kapal, hal ini dikarenakan oleh

31 15 beberapa faktor yaitu: 1) harganya murah; 2) pengerjaannya mudah; dan 3) bahan dasarnya mudah ditemukan. Dalam pembangunan sebuah kapal perikanan tidak terlepas dari peran komponen bahan dasar yang digunakan, salah satunya adalah bahan dasar kayu yang menjadi bahan dasar dari kapal yang diteliti pada penelitian kali ini. Pemakaian bahan dasar kayu tidak akan pernah terlepas dari pengidentifikasian sifat fisik dan sifat mekanis yang akan dijadikan bahan acuan untuk proses pemilihan material kayu yang digunakan dalam pembangunan sebuah konstruksi kapal. Sifat kayu diketahui meliputi penyusutan dan berat jenis. Sifat mekanis kayu meliputi keteguhan lentur statik, tekan pukul, belah geser, tarik sejajar arah serat, serta kekerasan kayu yang diukur dalam keadaan basah (Pasaribu, 1985). Pasaribu (1985), juga menyatakan bahwa aspek teknis yang perlu diperhatikan untuk memperoleh umur pakai yang lama dari kapal, yaitu: 1) Sifat fisik dan mekanis dari kayu yang digunakan; 2) Kelayakan desain dan konstruksi kapal; dan 3) Pengelolaan dan pembuatan kapal. Lampiran 6 menunjukan beberapa material kayu yang direkomendasikan oleh BKI.

32 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan lines plan, general arrangement (GA), gambar konstruksi, dan analisis data dilakukan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Gambar 9 Peta lokasi penelitian. 3.2 Peralatan Penelitian Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian adalah: 1) Peralatan yang digunakan dalam pengukuran kapal di lapangan adalah: (1) Alat ukur panjang (meteran dan penggaris); (2) Pendulum dan tali kasur; (3) Alat tulis; (4) Paku payung; (5) Kamera; (6) Kayu kaso; dan (7) Spidol.

33 17 2) Software yang digunakan terdiri dari software untuk menggambar dan mengolah data meliputi: 3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah metode studi kasus dengan analisis deskriptif numerik. Metode dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data dan fakta kapal penangkap cumi-cumi yang ada di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Data yang dikumpulkan meliputi: 1) Tipe dan Ukuran kapal; (1) Nama kapal dan daerah pembuatan; (2) Dimensi utama (L OA, L WL, B dan D); (3) Material kapal; dan (4) Peralatan lain yang termasuk perlengkapan kapal. 2) Tenaga penggerak; 3) data naval architect meliputi: draft, displacement, KB, KM, block coefficient (Cb), prismatic coefficient (C VP ), Midship coefficient (CØ), waterplane coefficient (Cw); 4) Ukuran-ukuran balok konstruksi; dan 5) Gambar desain dan konstruksi.

34 Metode pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh meliputi: 1) Data pengukuran dimensi kapal Langkah-langkah dalam pengukuran dimensi kapal untuk mendapatkan data sheet pengukuran adalah sebagai berikut: (1) Pengaturan posisi kedudukan kapal hingga tepat pada posisi datar (rata air) dengan menggunakan waterpass yang diletakkan pada bagian lunas dan lebar badan kapal; (2) Kayu yang diletakkan pada ujung haluan dan buritan kapal, digunakan sebagai tempat terbentangnya tali/ benang yang disebut dengan standar line. Tali ini diatur hingga letaknya berada diatas garis pusat longitudinal kapal; (3) Penentuan titik ordinat sepanjang kapal yang dibagi menjadi 11 ordinat dimana ordinat 0 berada di buritan dan ordinat 10 berada dihaluan. Selanjutnya, dilakukan Penarikan garis pertolongan mendatar yang akan diproyeksikan ke lambung kapal dengan menggunakan pendulum yang telah diberi tanda setiap 20 cm. Melakukan pengukuran setiap ordinat yang tingginya mulai dari standard line ke sheer, tinggi sheer ke base line, lebar badan kapal, dan lebar linggi haluan. Untuk badan kapal bagian luar, dilakukan pengukuran jarak secara mendatar dari sheer ke base line, dengan memproyeksikan setiap titik ke bawah dengan benang pendulum yang telah diberi tanda; (4) Kemiringan linggi diperoleh dengan cara merentangkan benang dengan pemberat dari ujung haluan ke base line. Selanjutnya dilakukan pengukuran pada jarak horisontal dari benang ke linggi haluan setiap 10 cm. Pembuatan gambar rencana garis (lines plan) dilakukan setelah data sheet pengukuran terkumpul, lalu dilanjutkan dengan perhitungan rasio dimensi utama kapal, yang terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), dan dalam kapal (D). Lines plan akan membantu dalam mendapatkan data untuk pengisian tabel offset. Data-data yang ada pada tabel offset akan digunakan untuk melakukan perhitungan mengenai parameter hidrostatis kapal, yang terdiri dari volume

35 19 displacement ( ), ton displacement ( ), waterplane area (Aw), ton Per Centimeter (TPC), coefficient of block (Cb), coefficient of midship (C ), coefficient of prismatic (Cp), coefficient of vertical prismatic (Cvp), coefficient of waterplane (Cw), Jarak titik apung (B) terhadap lunas (K), jarak titik apung (B) terhadap titik metacentre (M), jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal (BML), jarak metacentre longitudinal terhadap lunas (KML), jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dan jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M). 2) Pengukuran bagian-bagian konstruksi kapal Data konstruksi kapal didapatkan dengan cara pengukuran terhadap bagian-bagian konstruksi kapal. Data ukuran konstruksi ini digunakan untuk membuat gambar rencana konstruksi. Bagian-bagian kapal yang diukur adalah: lunas, gading-gading, balok dek, galar, lantai dek, linggi haluan, linggi buritan, rumah-rumah, kulit lambung serta pondasi mesin. 3) Wawancara Selain data yang didapatkan melalui pengukuran beberapa data juga didapatkan melalui wawancara dengan para pekerja yang ada di kapal. Beberapa data yang diperoleh melalui wawacara meliputi: data mesin yang digunakan, data operasi yang dilakukan, dan jumlah ABK kapal yang bekerja di atas kapal. Selain data primer, penulis juga mendapatkan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh di lapangan meliputi data desain kapal penangkap cumi-cumi yang pernah melakukan docking di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman. Data ini digunakan oleh penulis sebagai bahan referensi untuk pembuatan gambar desain kapal penangkap cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga Metode pengolahan data Pengolahan data dilakukan berdasar dari data pengukuran yang diperoleh melalui pengukuran langsung pada kapal yang diteliti dan diolah dengan metode numerik berupa formula-formula naval architect.

36 20 Pengolahan data ini dilakukan untuk mendapatkan nilai parameter hidrostatik dari kapal yang diteliti. Formula yang digunakan untuk perhitungan adalah sebagai berikut (Fyson, 1985). 1) Volume displacement ( ), dengan rumus Simpson I = h/3 (A 0 + 4A A A n + A n+1 )... (1) Keterangan : A = Luas pada WL tertentu (m 2 ) 2) Ton displacement ( ), dengan rumus : = x δ... (2) Keterangan : = Volume displacement (m 3 ) δ = Densitas air laut (1,025 ton/m 3 ) 3) Waterplane area (Aw), dengan rumus Simpson I Aw = h/3 (Y 0 + 4Y 1 + 2Y Y n + Y n+1 )... (3) Keterangan : H Yn = Jarak antar ordinat pada garis air (WL) tertentu = Lebar pada ordinat ke-n (m) 4) Ton Per Centimeter (TPC), dengan rumus : TPC = (Aw/100) x 1,025...(4) Keterangan : Aw = Waterplane area (m 2 ) 5) Coefficient of block (Cb), dengan rumus : Cb = / (L x B x d)... (5) Keterangan : L B d = Volume displacement (m 3 ) = Panjang kapal (m) = Lebar kapal = Draft kapal (m) 6) Coefficient of midship (C ), dengan rumus : C = A / (B x d)... (6) Keterangan : A = Luas tengah kapal (m 2 ) B = Lebar kapal (m) d = Draft kapal

37 21 7) Coefficient of prismatic (Cp), dengan rumus : Cp = / (A x L)... (7) Keterangan : = Volume displacement (m 3 ) A = Luas tengah kapal (m 2 ) L = Panjang kapal (m) 8) Coefficient of vertical prismatic (Cvp), dengan rumus : Cvp = / (Aw x d)... (8) Keterangan : = Volume displacement (m 3 ) Aw = Waterplane area (m 2 ) d = Draft kapal (m) 9) Coefficient of waterplane (Cw), dengan rumus : Cw = Aw / (L x B)... (9) Keterangan : Aw = Waterplane area (m 2 ) L = Panjang kapal (m) B = Lebar kapal (m) 10) Jarak titik apung (B) terhadap lunas (K), dengan rumus : KB = 1/3 [ 2,5 d ( /Aw) ]... (10) Keterangan : = Volume displacement (m 3 ) Aw = Waterplane area (m 2 ) d = Draft kapal (m) 11) Jarak titik apung (B) terhadap titik metacentre (M), dengan rumus : BM = I /...(11) Keterangan : I = Volume displacement (m 3 ) = Moment inertia 12) Jarak metacentre (M) terhadap lunas (K), dengan rumus : KM = KB + BM... (12) Keterangan : KB BM = Jarak titik apung terhadap lunas = Jarak titik apung terhadap metacentre 13) Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal (BM L ), dengan rumus : BM L = I L /... (13)

38 22 Keterangan : I L = Innertia longitudinal = Volume displacement (m 3 ) 14) Jarak metacentre longitudinal terhadap lunas (KM L ) KM L = KB + BM L... (14) Keterangan : KB = Jarak titik apung terhadap lunas BM L = Jarak titik apung terhadap metacentre longitudinal 15) Jarak titik berat (G) terhadap lunas (K), dengan rumus : KG = / I... (15) Keterangan : = Ton displacement (ton) I = Moment innertia 16) Jarak titik berat (G) terhadap metacentre (M), dengan rumus : GM = KM KG... (16) Keterangan : KM = Jarak metacentre terhadap lunas KG = Jarak titik berat terhadap lunas 3.4 Analisis Data Analisis data untuk desain kapal Analisis desain kapal dilakukan dengan membandingkan antara nilai rasio dimensi kapal dan nilai koefisien bentuk yang diperoleh baik dengan nilai acuan yang ditetapkan maupun dengan data kapal di Indonesia pada umumnya. Acuan yang digunakan untuk membandingkan nilai rasio dan koefisien bentuk dapat dillihat pada Tabel 1 dan Tabel 2, Sementara itu hasil penelitian tentang rasio dimensi dan koefisien bentuk kapal yang ada di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. Analisis desain juga dilihat dari parameter hidrostatisnya. Nilai parameter hidrostatis ini akan menunjukkan karakteristik badan kapal di bawah garis air.

39 Analisis data untuk konstruksi kapal Analisis konstruksi kapal dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran bagian-bagian konstruksi kapal yang diteliti dengan ukuran konstruksi kapal berdasarkan rekomendasi dari Biro Klasifikasi Indonesia (BKI). Ukuran dinyatakan sesuai bila angka yang diperoleh lebih besar dari angka acuan BKI, namun untuk jarak gading dan balok geladak standar yang ditetapkan BKI adalah standar maksimum. Kesesuaian ukuran konstruksi yang dimiliki oleh sebuah kapal dilihat dari persentasi ukuran yang sesuai dengan aturan BKI. Persentasi tersebut dilihat dengan menggunakan rumus: (Jumlah kriteria yang sesuai/ Jumlah keseluruhan kriteria yang diukur) x 100 % Hasil perbandingan akan memperlihatkan layak atau tidaknya sebuah kapal perikanan untuk beroperasi.

40 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat aspek keragaan teknis dari kapal penangkap cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga yang sedang melakukan kegiatan docking di galangan kapal milik PT. Proskuneo Kadarusman, Muara Baru, Jakarta Utara. Kapal ini memiliki fishing base di PPS Nizam Zahman, Jakarta. Adapun setelah dilakukan pengukuran diperoleh spesifikasi kapal KM. Cahaya Alam Tiga yaitu seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Spesifikasi teknis kapal penangkap cumi-cumi (squid jigging) No Keterangan 1 Nama KM. Cahaya Alam Tiga 2 Bahan kayu jati 3 L OA 20,0000 meter 4 L BP 17,1851 meter 5 Lebar (B max) (B moulded ) 5,2136 meter 4,1400 meter 6 Lebar pada garis air (B wl ) 3,6400 meter 7 Dalam (D) 1,5240 meter 8 Tonase 40 GT 9 Palka 6 palka 10 Volume palka 1 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 7,5240 m 3 1,1000 meter 3,8000 meter 1,8000 meter 11 Volume palka 2 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 12 Volume palka 3 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 13 Volume palka 4 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi Sumber: Data olahan, ,1972 m 3 1,1000 meter 4,1400 meter 1,8000 meter 5,7600 m 3 1,6000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter 5,7600 m 3 1,6000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter

41 25 Tabel 5 Lanjutan 14 Volume palka 5 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 15 Volume palka 6 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 6,4800 m 3 1,8000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter m 6,4800 m 3 1,8000 meter 2,0000 meter 1,8000 meter 16 Penampung air tawar 3 penampung air tawar 17 Volume penampung air tawar 1 3,6000 meter a) Panjang 2,0000 meter b) Lebar 1,2000 meter c) Tinggi 1,5000 meter 18 Volume penampung air tawar 2 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 19 Volume penampung air tawar 3 a) Panjang b) Lebar c) Tinggi 3,6000 meter 2,0000 meter 1,2000 meter 1,5000 meter 3,6000 meter 2,0000 meter 1,2000 meter 1,5000 meter 20 Tenaga penggerak utama Mitsubishi 120 PK 21 Tahun pembuatan Jumlah ABK orang 23 Mesin bantu Mitsubishi 100 PK Sumber: Data olahan, 2011 Berdasarkan pengamatan di lapangan diketahui bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki bentuk buritan transom. Badan kapal pada bagian haluan berbentuk V bottom sedangkan pada bagian tengah hingga ke buritan berbentuk round flat bottom. Bentuk seperti ini didasarkan atas tipe operasi penangkapan yang pasif. Alat tangkap yang digunakan adalah pancing cumi-cumi, dengan operasi menggunakan alat bantu penarik tali pancing yang penggeraknya dihubungkan langsung ke mesin utama. Waktu operasi penangkapan diketahui dari pukul sampai Operasi penangkapan dilakukan pada kedalaman perairan 60 m. Lampu yang digunakan untuk operasi adalah lampu halogen dengan daya 3 KW. Operasi penangkapan dilakukan di sekitar perairan Laut Cina Selatan. Tenaga penggerak kapal yang dipasang adalah mesin diesel ber-merk Mitsubishi dengan kekuatan 120 PK, selain itu komponen penggerak lainnya adalah baling-baling yang terbuat dari kuningan dengan 4 buah daun baling-baling

42 26 berbentuk ellips dengan diameter sebesar 110 cm. Baling-baling ini merupakan sumber penggerak karena akan mengeluarkan daya dorong terhadap air. Poros yang menghubungkan mesin utama dan baling-baling berbahan dasar besi campuran dengan panjang 3 m. Kemudi yang digunakan berbahan dasar besi yang dilapisi cat dengan dimensi panjang 140 cm dan lebar 70 cm. Sistem kelistrikan pada kapal menggunakan mesin bantu ber-merk Mitsubishi dengan kekuatan 100 PK yang dapat menghasilkan daya hingga 5 KW. Foto dokumentasi kapal KM. Cahaya Alam Tiga disajikan pada Lampiran Desain Kapal General arrangement Gambar rancangan umum (general arrangement) adalah gambar yang menunjukkan keseluruhan tata letak kapal. Hal ini akan berpengaruh terhadap kestabilan kapal, kenyamanan kerja, keselamatan kerja dan kemudahan kerja dalam kegiatan operasi penangkapan ikan, sehingga aktivitas akan lebih optimal. General arrangement juga harus memperhatikan tujuan penangkapan, jenis alat tangkap yang dipakai, proses operasional dan tempat penyimpanan hasil tangkapan yang diperoleh. General arrangement menjelaskan peletakan kelengkapan kapal KM. Cahaya Alam Tiga yang dilihat dari tiga sisi berbeda yaitu tampak atas dek, tampak samping dan tampak di bawah dek. General arrangement KM. Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 10. 1) Palka Kapal KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 6 buah palka yang merupakan tempat penyimpanan hasil tangkapan, masing-masing palka memiliki kapasitas muatan dan ukuran yang berbeda-beda. 2) Tangki air tawar Tangki air tawar pada KM. Cahaya Alam Tiga berfungsi sebagai tempat penyimpanan air bersih untuk keperluan makan, minum dan untuk membersihkan diri bagi anak buah kapal, diketahui bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 2 buah tangki air tawar yang terletak di dekat palka 1 dan palka 5 atau 6.

43 27 3) Ruang navigasi Ruang navigasi pada KM. Cahaya Alam Tiga terletak pada bagian wheel house paling atas, hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa dengan berada di atas nahkoda akan lebih luas dan jelas untuk menentukan arah kapal. 4) Ruang ABK Ruang ABK berada tepat di belakang ruang navigasi yaitu pada wheel house paling atas. Ruangan ini berfungsi sebagai tempat peristirahatan bagi ABK mengingat operasi yang dilakukan lebih dari satu hari. 5) Ruang mesin Ruang mesin merupakan tempat diletakkannya mesin induk dan mesin bantu yang digunakan. Ruangan mesin KM. Cahaya Alam Tiga terletak di belakang midship di bawah ruang ABK. 6) Dapur Dapur KM. Cahaya Alam Tiga terletak pada buritan, tepatnya di belakang ruang mesin kapal. 7) Toilet Toilet KM. Cahaya Alam Tiga terletak di buritan, tepatnya di belakang ruang mesin. 8) Tangki bahan bakar Tangki bahan bakar terletak di bagian bawah dek kapal, tepatnya di sebelah kanan dan kiri lambung kapal. 9) Mesin generator Mesin generator terletak di ruang mesin, mesin ini berfungsi sebagai pembangkit tenaga listrik. 10) Mesin utama Mesin utama merupakan mesin yang digunakan sebagai penggerak utama kapal, mesin ini terletak di bagian bawah dek kapal. 11) Steering gear

44 28 Steering gear terdiri dari jantra dan rudder sebagai kemudi yang menentukan olah gerak kapal. Hal ini akan menentukan seberapa baik manuvering yang dimiliki oleh kapal tersebut. Gambar general arrangement secara keseluruhan dari kapal KM. Cahaya Alam Tiga disajikan pada Gambar Lines plan Lines plan adalah gambar rencana garis untuk kapal yang akan dibuat, lines plan digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan kapal, terutama untuk kelengkungan pada bagian badan kapal (Susanto, 2010). Lines plan dibuat dengan menggunakan nilai-nilai yang diperoleh dari hasil pengukuran yang ada pada tabel hasil pengukuran (data sheet), selanjutnya digunakan untuk melakukan perhitungan hidrostatik. Lines plan terdiri dari tiga komponen, yaitu: gambar irisan kapal tampak samping (profile plan), gambar irisan kapal tampak atas (half breadth plan) dan gambar irisan kapal tampak depan (body plan). sedangkan offset table yang didapatkan dari lines plan disajikan pada Lampiran 8. Profile plan menunjukkan gambar rencana garis dari irisan kapal tampak samping, gambar ini memuat enam urutan garis horizontal yang biasa disebut garis water line/ WL. Garis water line KM. Cahaya Alam Tiga dimulai dari titik (0.0 m WL) atau WL 0 yang disebut dengan base line, lalu dilanjutkan dengan WL 1 yaitu ( m); WL 2 ( m); WL 3 ( m); WL 4 ( m) dan WL 5 (1.2595). Selain profile plan di dalam lines plan terdapat half breadth plan yang merupakan gambar irisan setengah lebar kapal tampak atas, gambar ini menunjukkan posisi WL pada masing-masing kedalaman yaitu dari ( m m). Body plan adalah gambar garis yang menunjukkan lebar kapal tiap ordinat, ordinat 0-5 menunjukkan bentuk badan kapal dari after prependicular (AP) atau dari buritan kapal sampai bagian midship (tengah kapal). Ordinat 5-10 menunjukan bentuk badan kapal dari midship hingga fore perpendicular (FP) atau bagian haluan kapal. Lines plan secara keseluruhan dari kapal KM. Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 11.

45 Gambar 10 General arrangement KM. Cahaya Alam Tiga. 29

46 Gambar 11 Lines plan KM. Cahaya Alam Tiga. 30

47 Rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga Rasio dimensi utama dari kapal adalah perbandingan antara dimensi panjang (L), lebar (B), dan Draft (D). Perbandingan dari ketiga komponen ini akan sangat mempengaruhi karakteristik dari kapal. Selain itu, nilai rasio dimensi kapal dapat pula menentukan atau mengidentifikasi keragaan teknis kapal dan stabilitas kapal. Nilai dari rasio dimensi kapal diperoleh melalui formula L/B, L/D, B/D. Menurut Susanto (2010), perbandingan L dengan B akan berpengaruh pada tahanan gerak kapal, semakin besar nilai L/B maka akan semakin memperburuk kecepatan kapal karena tahanan geraknya akan semakin besar. Perbandingan antara L dengan D akan menentukan kekuatan memanjang kapal, semakin besar nilainya maka akan semakin melemahkan kekuatan memanjang kapal, sedangkan perbandingan antara B dan D akan menentukan stabilitas kapal, nilai perbandingan B dan D yang semakin besar akan menunjukkan kapal tersebut memiliki stabilitas yang baik. Nilai kisaran rasio dimensi diambil dari standard ability kapal-kapal Indonesia yang diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995) dengan jenis alat tangkap yang dioperasikan bersifat static gear. Nilai perbandingan antara rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga dengan nilai kisaran rasio dimensi untuk kapal di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai rasio dimensi utama KM. Cahaya Alam Tiga No Parameter KM. Cahaya Alam Tiga Nilai kisaran rasio dimensi Pembanding * Nilai rasio dimensi menurut Nomura & Yamazaki (1977) 1 L/B 3,8361 2,86-11,12 5,00 2 L/D 13,1234 4,58-17,28 10,00 3 B/D 3,4201 0,96-4,68 2,00 *Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995) Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa KM. Cahaya Alam tiga memiliki nilai perbandingan L dengan B adalah 3,8361 sedangkan nilai kisaran pembandingnya adalah 2,86-11,12. Hal ini menunjukkan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki bentuk badan seperti kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia. Nilai perbandingan antara L dan D adalah nilai yang digunakan sebagai parameter kekuatan memanjang kapal. Berdasarkan Tabel 6, nilai rasio antara L dan D yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga adalah 13,1234. Hal ini menunjukkan

48 32 bahwa angka perbandingan antara L dan D yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga masih memasuki rentang nilai kisaran rasio dimensi kapal untuk kategori static gear menurut Iskandar dan Pujiati (1995), oleh karena itu KM. Cahaya Alam Tiga bisa dikatakan memiliki kekuatan memanjang seperti kebanyakan kapal di Indonesia untuk kategori static gear. Menurut Susanto (2010), kekuatan memanjang kapal akan bertambah apabila nilai perbandingan antara L dan D semakin kecil, artinya pada panjang kapal yang sama, semakin besar nilai D maka kekuatan memanjangnya semakin baik. Sebaliknya apabila nilai perbandingan antara L dan D semakin besar maka kekuatan memanjang kapal akan berkurang, hal ini disebabkan oleh nilai dalam kapal yang semakin kecil sehingga panjang kapal jauh lebih besar daripada dalamnya. Nilai perbandingan antara B dan D akan mempengaruhi stabilitas kapal, dimana semakin besar nilainya maka stabilitas kapal akan semakin baik. Tabel 6 memperlihatkan nilai perbandingan antara B dan D yang dimiliki oleh kapal KM. Cahaya Alam Tiga adalah sebesar 3,4201. nilai ini menunjukkan bahwa stabilitas yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga seperti kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia karena masuk ke dalam nilai kisaran rasio dimensi yang disajikan pada Tabel 6. Dari ketiga nilai rasio dimensi utama yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga, dapat dilihat bahwa nilai rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga tidak sesuai apabila dibandingkan dengan nilai rasio dimensi utama yang dikemukakan oleh Nomura dan Yamazaki (1977) Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga Nilai parameter hidrostatis pada kapal berguna untuk menentukan kelaiklautan sebuah kapal. Nilai parameter hidrostatis tersebut merupakan gambaran keragaan kapal secara statis pada setiap perubahan tinggi draft. Hasil dari perhitungan nilai parameter hidrostatis ini dapat pula digunakan untuk perhitungan stabilitas kapal. Nilai parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga ini dapat dilihat pada Tabel 7.

49 33 Tabel 7 Parameter hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga No. Parameter WL 1 WL 3 WL 5 1 Volume displacement (m 3 ) 1, , , Ton displacement (ton) 1, , , Water area (Aw) (m 2 ) 31, , , Midship area (Ao) (m 2 ) 0,1365 1,9065 3, Ton Per Centimeter (TPC) 0,3260 0,4235 0, Coefficient block (Cb) 0,0901 0,4260 0, Coefficient prismatic (Cp) 0,6115 0,6570 0, Coefficient vertical prismatic 0,1654 0,6387 0,6517 (Cvp) 9 Coefficient waterplane (Cw) 0,5444 0,6670 0, Coefficient midship (C ) 0,1473 0,6020 0, Longitudinal Centre Buoyancy 0,7269 0,2928 0,0698 (LCB) (m) 12 Jarak KB (m) 0,1960 0,4689 0, Jarak BM (m) 9,8983 1,0258 0, Jarak KM (m) 10,0943 1,4947 1, Jarak BML (m) 198, , , Jarak KML (m) 198, , , KG 8,31 1,65 0,98 Angka volume displacement (m 3 ) merupakan angka yang menunjukkan volume badan kapal di bawah water line (WL), diketahui dari Tabel 7 nilai volume displacement (m 3 ) KM. Cahaya Alam Tiga berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 1,3254; 19,9449; dan 43,8325. Angka tersebut menerangkan bahwa semakin tinggi WL kapal maka nilai volume displacement (m 3 ) akan semakin meningkat. Angka ton displacement (ton) menunjukkan berat badan kapal di bawah water line (WL). Diketahui pada Tabel 7 nilai ton displacement (ton) untuk KM. Cahaya Alam Tiga pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 1,3585 ton; 20,4435 ton; dan 44,9283 ton. Hal ini menunjukkan semakin tinggi WL maka volume berat air yang dipindahkan karena badan kapal yang terendam semakin besar. Water area (Aw) (m 2 ) untuk KM. Cahaya Alam Tiga dari Tabel 7 dapat dilihat berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 31,8080; 41,3218; dan 53,4040. Angka water area yang terus meningkat pada tiap WL menunjukkan luas bidang yang terendam di bawah air meningkat. Angka midship area (A ) (m 2 ) pada kapal KM. Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Tabel 7 berturut-turut pada WL 1, WL 2 dan WL 3 adalah 0,1365;

50 34 1,9065; dan 3,8201. Hal ini menjelaskan bahwa semakin naik WL maka nilai midship area (A ) (m 2 ) pada kapal tersebut semakin naik pula. Angka ton per centimeter (TPC) menunjukkan bobot yang dibutuhkan untuk merubah draft sebesar 1 cm. Tabel 7 memuat nilai ton per centimeter (TPC) berturut-turut pada WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,2960; 0,4108; dan 0,5351. Penjelasan mengenai angka ini adalah pada draft 0,2519 meter WL diperlukan beban seberat 0,3260 ton untuk merubah draft sebesar 1 cm, selanjutnya untuk merubah draft sebesar 1 cm pada WL 3 yaitu 0,7557 meter, diperlukan beban sebesar 0,4235 ton dan untuk merubah draft sebesar 1 cm pada WL 5 yaitu 1,2595 meter diperlukan beban sebesar 0,5474 ton. Dengan demikian ton per centimeter (TPC) dapat dijadikan parameter untuk mengetahui besarnya perubahan muatan terhadap perubahan ketinggian draft. Longitudinal centre bouyancy (LCB) menunjukkan titik bouyancy (gaya ke atas) dari midship sepanjang longitudinal kapal. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat nilai LCB berturut-turut dari WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,7269; 0,2928; dan 0,0698. Hal ini menunjukkan bahwa letak titik apung (bouyancy) secara longitudinal bergerak ke arah buritan dengan semakin bertambahnya tinggi draft kapal. Jarak KB menunjukkan posisi titik apung dari titik K (keel) secara vertikal. Tabel 7 memperlihatkan bahwa nilai KB secara berturut-turut dari WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 0,1960; 0,4689; dan 0,7760. Hal ini dapat diartikan nilai KB mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya draft. Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya draft maka gaya apung yang bekerja ke atas akan semakin besar. Jarak BM menunjukkan jarak antara titik bouyancy terhadap titik metacentre secara vertikal. Jauh dekat jarak antara titik B terhadap M akan berpengaruh pada kestabilan kapal. Tabel 7 memuat nilai BM berturut-turut dari WL 1, WL 2, dan WL 3 yaitu 9,8983; 1,0258; dan 0,6012. Hal ini berarti semakin dekat jarak titik B ke M maka kestabilan kapal menjadi kurang baik, begitu juga sebaliknya. Jarak KM adalah jarak yang menunjukkan titik K (keel) ke titik metacentre. Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai KM berturut-turut dari WL 1, WL 2, dan WL 3

51 35 adalah 10,0943; 1,4947; dan 1,3772. Hal ini dikarenakan oleh semakin tinggi nilai draft maka akan menyebabkan pergeseran pada titik metacentre (M). Jarak BM L merupakan jarak yang menunjukkan posisi BM secara longitudinal. KM L merupakan jarak yang menunjukkan posisi KM secara longitudinal yang dihitung dari midship kapal. Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa nilai BM L dan KM L menurun seiring dengan kenaikan draft.nilai BM L beturut-turut adalah 198,3340; 48,0046; dan 10,6742. Nilai KM L diketahui berturut-turut adalah 198,5300; 48,4735; dan 11,4502. Nilai KG menunjukkan jarak dari lunas kapal ke titik berat (G). Berdasarkan Tabel 7, nilai KG untuk masing-masing draft WL 1, WL 3 dan WL 5 adalah 8,31; 1,65; dan 0,98. Angka tersebut menerangkan bahwa nilai KG akan semakin menurun seiring dengan dalamnya kapal yang terendam di dalam air. Coefficient of fineness merupakan nilai yang menunjukkan bentuk badan kapal. Angka coefficient of fineness untuk KM.Cahaya Alam Tiga disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8 Perbandingan nilai coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga No coefficient of fineness Nilai kisaran Nilai kisaran coefficient of KM. coefficient of fineness (static Cahaya fineness * (static gear) menurut Alam Tiga gear) Nomura dan Yamazaki (1977) 1 Coefficient of block (Cb) 0,5186 0,39-0,70 0,63-0,72 2 Coefficient of prismatic (Cp) 0,6821 0,56-0,80 0,83-0,90 3 Cefficient of water plan prismatic (Cvp) 0,6517 0,53-0,82-4 Coefficient of waterplan (Cw) 0,7958 0,65-0,85 0,91-0,97 5 Coefficient of midship (C ) 0,7603 0,63-0,91 0,65-0,75 Sumber: Iskandar dan Pujiati (1995) Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa pada kondisi draft maksimum, nilai Cb diketahui yaitu 0,5186, nilai ini biasanya digunakan untuk menentukan kondisi kegemukan kapal, nilai ini berkisar antara 0-1, apabila nilai Cb=1, maka bagian kapal yang terendam air berbentuk empat persegi panjang. Dari angka yang tertera pada tabel terlihat bahwa nilai Cb memasuki angka kisaran coefficient of fineness yang telah diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995), hal ini menerangkan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki nilai Cb yang sesuai untuk

52 36 kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia, disamping itu dapat dikatakan bahwa pada draft maksimum bentuk badan kapal KM. Cahaya Alam Tiga yang terendam di bawah air cenderung gemuk. Coefficient of prismatic (Cp) menunjukkan perbandingan antara volume displacement kapal dengan volume yang dibentuk oleh luas area penampang melintang tengah kapal (A ) dan panjang kapal pada draft maksimum. Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa nilai dari Cp adalah 0,6821. Nilai tersebut masih masuk ke dalam nilai kisaran coefficient of fineness yang dipakai. Dengan kata lain kapal memiliki tahanan gerak seperti kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia. Coefficient of vertical prismatic (Cvp) adalah nilai coefficient yang menunjukkan perbandingan antara volume badan kapal yang berada di bawah air dengan volume sebuah prisma dengan luas penampang (A ) dan tinggi (d). Diketahui pada Tabel 10, nilai Cvp KM. Cahaya Alam Tiga pada kondisi draft maksimum adalah 0,6517. Angka ini masih masuk ke dalam kisaran coefficient of fineness yang telah diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995) untuk kapal dengan kategori static gear di Indonesia. Selain itu angka tersebut menjelaskan bahwa bentuk badan kapal KM. Cahaya Alam Tiga secara vertical tidak mengalami banyak perubahan. Coefficient of waterplane (Cw) merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan area bidang air secara membujur dengan area persegi panjang yang mempunyai panjang sama dan lebar maksimum. Berdasarkan Tabel 8 nilai Cw dari kapal KM. Cahaya Alam Tiga pada kondisi draft maksimum adalah 0,7958, angka ini masih masuk ke dalam nilai kisaran coefficient of fineness yang digunakan. Angka tersebut juga menjelaskan bahwa bentuk penampang membujur kapal pada draft design cenderung mendekati persegi. Coefficient of midship (C ) merupakan nilai yang menunjukkan bentuk kapal pada bagian midship secara melintang. Diketahui berdasarkan Tabel 8 nilai C pada kondisi draft maksimum adalah 0,7603. Angka tersebut masih memasuki nilai kisaran coefficient of fineness untuk kapal dengan kategori static gear di Indonesia. Nilai tersebut dapat diartikan bahwa tahanan yang dialami kapal cenderung besar karena luas penampang pada bagian midship mendekati bentuk persegi. Berdasarkan nilai kisaran coefficient of fineness untuk kapal static gear di

53 37 Indonesia yang diteliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995), seluruh nilai coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga memasuki rentang angka kisaran coefficient of fineness tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa KM. Cahaya alam Tiga termasuk ke dalam kategori kapal static gear menurut Iskandar dan Pujiati (1995). Selain itu, Apabila coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga dibandingkan dengan standar coefficient of fineness untuk kapal-kapal dengan kategori static gear menurut Nomura dan Yamazaki, seluruh coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga berada di bawah standar. Data-data nilai parameter hidrostatis dapat pula disajikan dalam bentuk kurva yang dinamakan kurva hidrostatis. Kurva hidrostatis untuk KM.Cahaya Alam Tiga disajikan pada Gambar 12, dan contoh perhitungan disampaikan pada Lampiran 9.

54 Gambar 12 Kurva hidrostatis KM. Cahaya Alam Tiga. 38

55 Konstruksi Kapal Material kapal KM. Cahaya Alam Tiga Material yang digunakan untuk pembangunan kapal KM. Cahaya Alam Tiga adalah kayu jati (Tectona grandis) dan kayu kamper (Prybalanops lancncoelata). BKI 1996, menyebutkan bahwa dalam pemilihan material, beberapa sifat penting yang harus diperhatikan adalah: 1) Tidak ada celah; 2) Tidak mudah cacat yang dapat membahayakan; 3) Tahan binatang laut; dan 4) Tahan terhadap perubahan kondisi kering dan basah. Selain itu, sifat-sifat kayu seperti berat jenis, kandungan air dan ketahanan terhadap organisme perusak akan sangat mempengaruhi penggolongan kayu pada kelas awet (KA) dan kelas kuat (KK). Kayu yang dipakai sebagai bahan material KM. Cahaya Alam Tiga adalah meterial yang disarankan oleh BKI. Pada Tabel 9 disajikan karakteristik kayu yang digunakan sebagai material konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga. Tabel 9 Material yang dipakai pada pembuatan kapal penangkap Cumi-cumi KM. Cahaya Alam Tiga. No Nama lokal Nama latin* Kekuatan* Penggunaan pada bagian* 1 Kayu Jati Tectona grandis KA I KK Semua bagian II kapal 2 Kayu Kamper Prybalanops lancncoelata *Sumber: BKI (1996) KA II KK I Papan dek, palang dek dan rumahrumah Penggunaan pada kapal Lunas, gadinggading, galar, wrang, balok dek, papan dek Linggi haluan dan linggi buritan serta pondasi mesin. Rumah-rumah

56 40 Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa material konstruksi kayu yang digunakan adalah kayu jati dan kayu kamper. Kayu tersebut merupakan kayu yang direkomendasikan oleh BKI melihat dari kategori KA dan KK. Pemilihan material yang dilakukan oleh pengrajin didasarkan pada kebiasaan, harga serta ketersediaan bahan baku Nilai patokan (scantling number) Setelah memilih material dasar, maka langkah selanjutnya adalah menentukan ukuran penampang bagian-bagian konstruksi. Ukuran-ukuran ini telah ditetapkan oleh BKI. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan rumus L(B/3+D) diperoleh angka petunjuk sebesar 65,2373 m 2 dan (B/3+D) adalah 3,2619 m. Dengan demikian, ukuran konstruksi kapal dapat dilihat dengan menyesuaikan nilai scantling number-nya Gambar konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga Gambar rencana konstruksi secara umum terdiri dari tiga bagian gambar yaitu: 1) Gambar tampak samping (profile construction); 2) Gambar tampak atas (plan construction); dan 3) Gambar melintang (section view). 1) Profile construction merupakan gambar yang memuat bentuk, posisi, ukuran kerangka pembangunan kapal yang dimulai dari lunas hingga bangunan di atas dek (Gambar 13). 2) Plan construction merupakan gambar yang memuat konstruksi di bagian bawah dek dan konstruksi lantai dek (Gambar 13). 3) Section view merupakan gambar yang memperlihatkan konstruksi potongan kapal secara melintang, sehingga bentuk gading pada bagian tertentu dapat digambarkan (Gambar 14).

57 Gambar 13 Profile construction dan plan construction KM. Cahaya Alam Tiga. 41

58 42 Gambar 14 Section view KM. Cahaya Alam Tiga Bagian-bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga Bagian-bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga meliputi: 1) Lunas Lunas adalah bagian paling dasar pada kapal. Lunas berfungsi sebagai penyangga badan kapal karena bagian lunas akan berhubungan dengan bagianbagian lain pada kapal. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga hanya memiliki lunas luar. Lunas KM. Cahaya Alam Tiga terbuat dari bahan kayu jati. Bahan tersebut merupakan bahan yang direkomendasikan oleh BKI. Lunas KM. Cahaya Alam Tiga memiliki panjang 17,2 m dengan ukuran penampang 625 cm 2 dan ukuran lebar (L) x tebal (t) yaitu 25 cm x 25 cm. Ukuran penampang yang telah ditetapkan oleh BKI untuk kapal dengan ukuran seperti itu sebenarnya adalah 582 cm 2, dengan ukuran L x t adalah 20 cm x 29,5 cm. Ukuran lunas memang tidak sesuai dengan ukuran yang direkomendasikan oleh BKI, hal ini dikarenakan pada proses pembuatan kapal didasarkan pada

59 43 kebiasaan si pembuat, tanpa melihat nilai acuan yang telah ditetapkan oleh BKI. Namun penampang yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga lebih besar. Hal ini memungkinkan bahwa kapal tersebut memiliki kekuatan yang lebih besar. Gambar konstruksi lunas dapat dilihat pada Gambar 15. 2) Linggi Linggi merupakan bagian dari komponen kekuatan memanjang kapal serta tempat dimana papan kulit diletakkan. Linggi KM. Cahaya Alam Tiga terbuat dari kayu jati. Bahan yang dipakai adalah bahan yang direkomendasikan oleh BKI. Linggi dibagi menjadi 2 bagian yaitu linggi haluan dan buritan, diketahui dari hasil pengukuran linggi haluan memiliki dimensi yaitu L 25 cm x t 25 cm, dengan panjang (P) linggi yaitu 4,1 m dan sudut kemiringan 45 o. Ukuran linggi menurut nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI adalah L 17 cm x t 24,5 cm. Ukuran linggi yang ada pada KM. Cahaya Alam Tiga memang tidak sesuai, namun KM. Cahaya Alam Tiga memiliki linggi yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran yang ditetapkan. Hal ini memiliki arti bahwa kekuatan memanjang kapal, khususnya untuk linggi haluan lebih besar. Linggi buritan terletak di bagian belakang kapal, melalui pengukuran diketahui bahwa dimensi linggi buritan adalah L 25 cm x t 30 cm. Ukuran untuk dimensi linggi yang ditetapkan oleh BKI adalah L 17 cm x t 24,5 cm. Ukuran ini memang tidak sesuai dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI, namun dimensi yang lebih besar tentu saja akan memperbesar kekuatan kapal. Gambar konstruksi dari linggi disajikan pada Gambar 16. Gambar 15 Lunas KM. Cahaya Alam Tiga.

60 Gambar 16 Konstruksi linggi KM.Cahaya Alam Tiga. 44

61 45 3) Papan kulit Papan kulit pada kapal ini berfungsi untuk memberikan kekuatan tambahan pada kapal serta mencegah air masuk ke dalam kapal, sehingga kapal memiliki daya apung. Secara tradisional papan kulit ini dipasang terlebih dahulu daripada gading-gading. Penyambungan papan kulit yang ada pada KM. Cahaya Alam Tiga menggunakan tipe sambungan scarf. Material dasar yang digunakan sebagai bahan pembuat papan kulit ini adalah kayu Jati. Hal ini didasarkan pada kualitas kayu tersebut. BKI 1996 menyebutkan bahwa papan kulit terbagi menjadi tiga kelompok yaitu: 1) Lajur lunas, merupakan papan yang mengapit bagian kiri dan kanan lunas; 2) Lajur sisi, merupakan papan kulit setelah lajur lunas; dan 3) Lajur atas, marupakan papan kulit setelah lajur sisi. Pada KM. Cahaya Alam Tiga ukuran papan kulit yang ada adalah lebar (L) 4 cm dan tebal (t) 35 cm. Pengerjaan dalam pemasangan papan kulit dimulai dengan memanaskan papan untuk bagian haluan kapal. Pada proses pelengkungan papan digunakan tiang-tiang sebagai alat bantu untuk menahan dan menekan papan. Pemanasan akan selesai ketika papan telah mencapai kelengkungan yang diinginkan. Papan kemudian mulai disambung menggunakan paku besi, sambungan yang dipakai untuk pemasangan papan kulit pada kapal adalah tipe sambungan scarf. Hal ini dikarenakan menurut pengrajin tipe sambungan ini merupakan tipe sambungan yang lebih kuat dibandingan dengan tipe sambungan miring. Gambar konstruksi papan kulit KM. Cahaya Alam Tiga disajikan pada Gambar 17.

62 Gambar 17 Konstruksi papan kulit KM. Cahaya Alam Tiga. 46

63 47 4) Pisang-pisang Pisang-pisang merupakan papan kayu yang dipasang pada bagian paling atas kulit kapal, memanjang dari haluan hingga buritan. Material yang digunakan untuk membuat pisang-pisang adalah kayu jati. Pisang-pisang memiliki kegunaan yaitu sebagai penambah kekuatan bagi kulit kapal. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga memiliki pisang-pisang berukuran t x L adalah 5 cm x 15 cm. Apabila bahan papan tidak cukup hingga mencapai buritan, pisang-pisang tadi akan disambung. Sambungan pisang-pisang yang terdapat pada KM. Cahaya Alam Tiga berjenis sambungan scarf. Tipe sambungan yang digunakan pada pisang-pisang sama dengan jenis sambungan yang digunakan di papan kulit. Jenis sambungan seperti ini kerap dipakai karena menurut pengrajin tipe sambungan ini adalah tipe sambungan yang paling kuat. Gambar konstruksi pisang-pisang KM. Cahaya Alam Tiga dapat dilihat pada Gambar 18. Gambar 18 Konstruksi pisang-pisang KM. Cahaya Alam Tiga.

64 48 5) Gading-gading Gading-gading adalah bagian utama konstruksi yang berfungsi sebagai penentu kekuatan melintang pada kapal. Gading-gading berhubungan langsung dengan konstruksi pembangun kapal yang lain. Kekuatan gading-gading akan sangat menentukan kekuatan kapal. Bentuk gading-gading disesuaikan dengan bentuk badan kapal yang akan dibuat. Gading-gading tersusun dari dua bagian yaitu gading atas dan wrang. Material yang digunakan sebagai bahan bakunya adalah kayu jati. Bahan tersebut merupakan bahan yang direkomendasikan oleh BKI. Menurut hasil wawancara dengan pekerja di galangan PT. Proskuneo, kayu jati memiliki daya tahan yang cukup bagus karena dapat bertahan 4 hingga 5 tahun. Berdasarkan pengukuran di lapangan balok gading-gading memiliki ukuran tinggi (T) x tebal (t) yaitu 16 cm x 12cm. Sedangkan pada bagian gading-gading yang dilalui untuk ruangan palka berukuran L x T yaitu 20 cm x 20 cm. Penyambungan antara gading atas dan wrang menggunakan paku baja yang memiliki ukuran panjang 12 cm dengan diameter 5 mm. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat dikatakan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki ukuran konstruksi gading-gading yang tidak sesuai dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI. Hal ini dikarenakan, nilai yang ditetapkan oleh BKI adalah sebesar 10,1 cm x 6,5 cm. Kondisi ukuran gading yang lebih besar membuat KM. Cahaya alam tiga memiliki kekuatan gading yang lebih besar. Tahapan proses pemasangan gading-gading yang pertama adalah peletakan wrang pada lunas kapal. Setelah itu penyambungan gading atas dan wrang. Penyambungan antara gading atas dan wrang menggunakan paku baja berdiameter 5 mm. Proses selanjutnya yaitu pemasangan balok penguat di kedua sisi sambungan gading. Tahapan yang terakhir adalah pemasangan tutup sambungan pada gading-gading yang menyusun konstruksi palka, hal ini berguna untuk menutup bagian yang masih terbuka serta memberi kekuatan tambahan pada palka. Gambar mengenai tahapan pembangunan konstruksi gading-gading disajikan pada Gambar 19. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, KM Cahaya Alam Tiga memiliki jumlah total gading-gading penyusun konstruksi yaitu sebanyak 35

65 49 gading-gading. Berdasarkan bentuk badan kapal yang diinginkan, KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 3 jenis gading-gading yang berbeda pada bagian haluan hingga ke buritan. pada bagian haluan terdapat gading-gading dengan bentuk V. Hal ini dikarenakan bentuk badan kapal yang diinginkan pada bagian haluan adalah V bottom. Bentuk gading-gading V ini terdapat pada gading No Gading-gading yang terdapat pada bagian tengah hingga ke buritan adalah gading-gading dengan bentuk round flat bottom. Hal ini dikarenakan bentuk badan kapal yang diinginkan oleh pengrajin kapal adalah round flat bottom, selain itu bentuk round flat bottom juga dimaksudkan untuk menjaga kestabilan kapal karena operasi penangkapan yang pasif. Gading-gading yang memiliki bentuk round flat bottom ini terdapat pada gading-gading No Gambar konstruksi gading-gading selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 19 Tahapan pemasangan gading-gading.

66 50 Gambar 20 Konstruksi dasar gading-gading. 6) Balok dek Balok dek adalah balok penahan papan dek yang dipasang secara melintang. Konstruksinya berhubungan langsung dengan gading-gading. Balok dek pada KM. Cahaya Alam Tiga memiliki dimensi L X t yaitu 30 cm X 25 cm. Berdasarkan pengukuran di lapangan, jarak balok dek adalah 35 cm. Hal ini tidak sesuai dengan ukuran jarak balok dek yang ditetapkan oleh BKI yaitu sebesar 54 cm. Gambar konstruksi balok dek yang terpasang pada gading-gading dapat dilihat pada Gambar 19. 7) Galar Galar adalah balok yang dipasang memanjang dari haluan hingga ke buritan. Galar berfungsi sebagai komponen kekuatan memanjang kapal. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, galar KM. Cahaya alam Tiga terbuat dari kayu jati. Diketahui bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 2 jenis galar, yaitu galar utama dan galar kim. Galar utama terletak pada siku sambungan antara balok dek dan gading atas, sedangkan galar kim terletak pada sambungan wrang dengan gading atas. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga memiliki ukuran dimensi galar utama (T x t) adalah 20 cm x 10 cm. Sedangkan galar kim memiliki dimensi (T x t) yaitu 15 cm x 10 cm. Hal ini tidak

67 51 sesuai dengan nilai yang ditetapkan oleh BKI yaitu untuk galar utama sebesar 26 cm x 7,5 cm dan untuk ukuran galar kim yaitu sebesar 22 cm x 7,5. ukuran balok galar yang lebih kecil dari nilai yang direkomendasikan oleh BKI akan berpengaruh terhadap kekuatan memanjang kapal. Pada pemasangannya galar kim dipasang terlebih dahulu dibandingkan penguat sambungan gading. Pemasangan galar utama pada kapal dilakukan terlebih dahulu sebelum pemasangan balok dek. Pemasangan galar di kedua sisi harus sama tingginya. Hal ini dikarenakan pemasangan galar tersebut selain untuk menambah kekuatan kapal juga untuk menentukan tinggi rendahnya balok dek yang akan dipasang. Konstruksi galar pada KM. Cahaya Alam Tiga disampaikan pada Gambar 21.a dan 21.b. Konstruksi galar sebelum dipasang penutup plat baja. Konstruksi galar setelah dipasang penutup plat baja. Gambar 21 Konstruksi galar sebelum dan sesudah dipasang penutup plat baja

68 52 8) Sekat Sekat merupakan papan yang memisahkan satu bagian ruangan dengan bagian ruangan lain di bawah dek. Sekat KM. Cahaya Alam Tiga berbahan dasar kayu jati. Bahan tersebut adalah bahan yang direkomendasikan oleh BKI. Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga memiliki 6 sekat. Sekat tersebut berfungsi sebagai pemisah antara ruang mesin utama, ruang mesin bantu dan palka 1-6. Papan penyekat diketahui memiliki ukuran tebal 4 cm dan tinggi 25 cm. Pada papan yang digunakan sebagai penyekat ruangan palka, papan dilapisi dengan polyurethane. Hal ini menurut nelayan akan memudahkan mereka untuk membersihkan ruangan palka, memudahkan untuk kegiatan pengangkutan ikan hasil tangkapan serta mempertahankan suhu yang ada di dalam palka. Gambar konstruksi sekat pada KM. Cahaya Alam Tiga disajikan dalam Gambar 22. Gambar 22 Konstruksi sekat KM. Cahaya Alam Tiga. 9) Palka Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan, KM. Cahaya Alam Tiga diketahui memiliki 6 buah palka, dengan ukuran yang berbeda-beda. Palka pertama berada pada gading 30-33, palka kedua berada pada gading 25-29, palka ketiga dan keempat berada pada gading dan palka terakhir berada pada gading ke Palka KM. Cahaya Alam Tiga dilengkapi dengan insulasi pada dinding palka yang terbuat dari kain-kain bekas dan styrofoam. Ukuran volume

69 53 masing-masing palka selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Gambar konstruksi palka disajikan pada Gambar 23 dan 24. Gambar 23 Konstruksi palka KM. Cahaya Alam Tiga. Gambar 24 Posisi palka KM. Cahaya Alam Tiga.

70 54 10) Papan dek Papan dek adalah papan yang dipasang di atas dek kapal. Papan dek KM. Cahaya Alam Tiga dipasang secara membujur dari haluan hingga ke buritan, papan ini memiliki ukuran penampang yaitu 220 cm, dan memiliki tebal 10 cm dan lebar 12 cm. Ukuran papan tidak sesuai dengan nilai acuan yang telah ditetapkan oleh BKI yaitu dengan tebal 4.3 cm dan lebar 25 cm. Hal ini akan mempengaruhi kekuatan kapal. Konstruksi papan dek dapat dilihat pada Gambar ) Dudukan mesin Dudukan mesin yang terdapat pada KM. Cahaya Alam Tiga ada dua yaitu dudukan mesin utama dan dudukan untuk mesin bantu. Pada dudukan mesin utama dipasang balok penopang papan yang berukuran 25 cm x 30 cm sebagai penguat dudukan mesin. Papan penahan mesin utama berpenampang 320 cm 2, papan tersebut memiliki ukuran lebar 20 cm dan tebal 5 cm. Nilai ini tidak sesuai dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI yaitu L x t sebesar 22 cm x 19.5 cm dengan penampang 430 cm 2. Nilai ukuran yang tidak sesuai akan berpengaruh terhadap kekuatan papan penahan mesin. Gambar konstruksi dudukan mesin utama dapat dilihat pada Gambar 26. Dudukan untuk mesin bantu KM. Cahaya Alam Tiga memiliki penampang papan yaitu 130 cm, dengan ukuran lebar (L) 30 cm dan tebal (t) 4cm. Dudukan mesin bantu ini juga memiliki balok penahan dengan ukuran 20 cm x 20 cm. Gambar konstruksi dudukan mesin utama dan mesin bantu disajikan pada Gambar ) Ruang ABK Ruang ABK untuk KM. Cahaya Alam Tiga terletak di bagian paling atas, di atas ruang mesin. Kayu yang digunakan untuk membangun ruang ABK adalah kayu kamper. Ruang ABK juga dipakai sebagai ruang kemudi karena letaknya yang paling atas, memungkinkan nahkoda untuk melihat arah pergerakan kapal dengan baik. Konstruksi ruang nahkoda ini disusun dari balok penahan yang dipasang secara vertikal memanjang dari atas ke bawah. Balok ini berukuran L x t adalah 20 cm x 25 cm. Papan penutup yang digunakan dipasang secara horizontal

71 55 menutupi ruangan, papan ini berukuran panjang (P) 180 cm, lebar (L) 20 cm dan tebal (t) 4 cm. 13) Pemakalan dan pengecatan Pemakalan adalah proses penutupan celah-celah pada kulit luar kapal. Proses pemakalan pada KM. Cahaya Alam Tiga menggunakan dempul kapal. Selain itu kulit luar dilapisi oleh campuran resin dan matt, sehingga kulit luar lebih kedap air. Pengecatan pada kapal dilakukan di akhir pengerjaan. Cat yang digunakan adalah cat khusus untuk kapal.

72 Gambar 25 Konstruksi papan dek. 56

73 Gambar 26 Konstruksi dudukan mesin utama dan mesin bantu. 57

74 58 Tabel 10 Perbandingan antara nilai pengukuran beberapa bagian konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga dengan nilai acuan yang ditetapkan oleh BKI. No Bagian konstruksi Keterangan Nilai Pengukuran Nilai BKI* Penampang (cm 2 ) Deviasi nilai Sesuai (+) 40 Tidak Sesuai 1 Lunas 2 Linggi haluan L X T (cm) L (cm) t (cm ) 25 X X 29, ,5 (+) 5 x 4,5 (+) 8 (+) 0,5 3 Linggi Burutan 4 Gading-gading L (cm) t (cm ) t (cm) T (cm ) Jarak gading (cm) ,5 6,5 10,1 33 (+) 8 (+) 0,5 (+) 6,5 (+) 5,9 (-) 3 Wrang Tinggi (cm) (+) 1 5 Balok dek Jarak balok (cm) (-) 19 6 Papan dek Tebal (cm) 10 4,3 (+) 5,7 Lebar (cm) Kulit lambung Tebal (cm) 4 4,2 Lebar (cm) Pondasi Mesin Penampang (cm 2 ) L X T (cm) 20 x x 19,5 9 Galar utama T X t 20 x x 7,5 Galar kim T X t 15 x x 7,5 (-) 13 (-) 0,2 (-) 8 (-)110 (-) 2 x 3,5 (-) 6 x (+) 2,5 (-) 7 x (+) 2,5 Keterangan: L= Lebar; T= Tinggi; t= Tebal.

75 59 Berdasarkan Tabel 10, dapat dikatakan bahwa konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga memiliki nilai konstruksi yang sesuai dengan nilai acuan yang telah ditetapkan oleh BKI. Namun tidak semua bagian konstruksi bernilai di bawah standar BKI. Beberapa bagian konstruksi memiliki ukuran yang lebih kecil dari yang disarankan oleh BKI. Apabila dipersentasekan, angka persentase untuk kesesuaian ukuran bagian konstruksi dengan ukuran yang ditetapkan oleh BKI adalah 63,16%.

76 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1) Gambar desain dan konstruksi disampaikan pada Gambar 10,11, 13 dan 14. Berdasarkan gambar tersebut dapat dikatakan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki bentuk transom, dengan bentuk badan kapal V bottom pada bagian haluan, round flat bottom pada bagian tengah dan bagian buritan. Nilai rasio dimensi utama yang dimiliki oleh KM. Cahaya Alam Tiga sudah sesuai dengan kebanyakan kapal di Indonesia dengan kategori static gear menurut Iskandar dan Pujiati, (1995), namun apabila dibandingkan dengan rasio dimensi utama menurut Nomura dan Yamazaki, (1977) nilai rasio dimensi utama kapal KM. Cahaya Alam Tiga belum sesuai. Konstruksi KM. Cahaya Alam Tiga menggunakan kayu jati dan kayu kamper. Kedua kayu tersebut adalah material bahan yang direkomendasikan oleh BKI. 2) Tabel hasil perhitungan parameter hidrostatis dapat dilihat pada Tabel 9. Nilai coefficient of fineness KM. Cahaya Alam Tiga secara keseluruhan masuk ke dalam nilai kisaran yang di teliti oleh Iskandar dan Pujiati (1995). Hal ini menunjukkan bahwa KM. Cahaya Alam Tiga memiliki bentuk badan kapal seperti yang dimiliki oleh kebanyakan kapal dengan kategori static gear di Indonesia, namun apabila dibandingkan dengan coefficient of fineness menurut Nomura dan Yamazaki (1977) coefficient of fineness yang dimiliki KM. Cahaya Alam Tiga tidak sesuai. 3) Terdapat 9 bagian konstruksi yang ukurannya dapat dibandingkan dengan standar BKI. Dari 9 bagian tersebut dijabarkan lagi ke dalam 19 kriteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 kriteria tersebut, 63,16 % dinyatakan sesuai dengan standar BKI. 5.2 Saran Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai pengaruh ketidaksesuaian ukuran konstruksi terhadap kekuatan kapal.

77 DAFTAR PUSTAKA Adi NK Stabilitas Kapal Penangkap Cumi-Cumi KM. Cahaya Alam Tiga di Galangan Kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor Amilia AR Desain dan Konstruksi Kapal Penangkap Ikan di Sidoarjo (Studi Kasus Salah Satu Kapal di PPI Juanda) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. [BKI] Biro Klasifikasi Indonesia Peraturan Konstruksi Kapal kayu. Jakarta. 83 hal. [BPPI] Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan Pengertian Dasar Besaran-Besaran Kapal. Semarang: Balai Besar Penangkapan Ikan. Fyson J Design of Small Fishing Vessels. England : Fishing News Book. Iskandar BH. dan Y. Novita Penuntun Praktikum Kapal Perikanan. Bogor : Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Iskandar BH Studi Tentang Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet di Indramayu [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Hal Iskandar BH. dan S Pujiati Keragaan Teknis Kapal Perikanan di Beberapa Wilayah Indonesia. Laporan Penelitian (tidak dipublikasikan). Bogor: Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Nomura M and T. Yamazaki Fishing Techniques. Tokyo: Japan Internasional Cooperation Agency (JICA). Pasaribu BP Prosiding Seminar Pengembangan Kapal Ikan di Indonesia. Dalam Rangka Implementasi Wawasan Nusantara. Bogor: Institut Pertanian Bogor. 106 hal. Susanto A Evaluasi Desain dan Stabilitas Kapal Penangkap Ikan di Pelabuhan Ratu (Studi Kasus Kapal PSP 01) [Thesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Soegiono, Soeweify, dan Sukotco Kamus Teknik Perkapalan. Surabaya: Airlangga University Press. Hal

78 Umam M Desain dan Konstruksi Kapal Purse Seine Semangat Baru di Galangan Kapal Pulau Tidung [Skripsi]. Bogor. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 62

79 LAMPIRAN

80 64 Lampiran 1 Lunas dan linggi kapal pelayaran lokal Sumber: BKI, 1996

81 65 Lampiran 2 Galar balok dan galar kim kapal pelayaran lokal Sumber: BKI, 1996

82 66 Lampiran 3 Gading-gading kapal pelayaran lokal Sumber: BKI, 1996

83 67 Lampiran 3 Lanjutan Sumber: BKI, 1996

84 68 Lampiran 4 Ketentuan mengenai balok dek kapal pelayaran lokal Sumber: BKI, 1996

85 69 Lampiran 5 Ketentuan mengenai tinggi wrang kapal pelayaran lokal Sumber: BKI, 1996

86 70 Lampiran 6 Material kayu yang direkomendasikan oleh BKI Sumber: BKI, 1996

87 71 Lampiran 7 Dokumentasi saat penelitian di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru Jakarta Utara Tampak samping KM. Cahaya Alam Tiga Buritan KM. Cahaya Alam Tiga

88 72 Haluan KM. Cahaya Alam Tiga Mesin utama KM. Cahaya Alam Tiga

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan merupakan kapal yang digunakan untuk aktivitas penangkapan ikan di laut (Iskandar dan Pujiati, 1995). Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian.

3 METODOLOGI. Gambar 9 Peta lokasi penelitian. 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai September 2011 di galangan kapal PT Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. Selanjutnya pembuatan

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal penangkap cumi-cumi adalah kapal yang sasaran utama penangkapannya adalah cumi-cumi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 21 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kapal Cumi-Cumi (Squid Jigging) Kapal cumi-cumi (squid jigging) merupakan kapal penangkap ikan yang memiliki tujuan penangkapan yaitu cumi-cumi. Kapal yang sebagai objek penelitian

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 3 Peta lokasi penelitian 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek Penelitian dalam penelitian ini adalah Kapal Penangkap Cumi- Cumi yang terdapat di galangan kapal PT. Proskuneo Kadarusman Muara Baru, Jakarta Utara. 3.2

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Penangkap Ikan Menurut Nomura dan Yamazaki (1977) kapal perikanan sebagai kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang meliputi aktivitas penangkapan atau pengumpulan

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka Belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://jurnalmaspari.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka

Lebih terperinci

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung

Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat Bangka belitung 3 R. Nopandri et al. / Maspari Journal 02 (2011) 3-9 Maspari Journal 01 (2011) 3-9 http://masparijournal.blogspot.com Stabilitas Statis Kapal Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan adalah kapal yang digunakan didalam usaha perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas dalam usaha menangkap atau mengumpulkan sumberdaya perairan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut

3 METODOLOGI. Serang. Kdy. TangerangJakarta Utara TangerangJakarta Barat Bekasi Jakarta Timur. Lebak. SAMUDERA HINDIA Garut 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2009. Penelitian dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat untuk pengukuran

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Terdapat beberapa definisi mengenai kapal perikanan, menurut Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA)

5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran General arrangement (GA) 5 PEMBAHASAN 5.1 Desain Perahu Katamaran 5.1.1 General arrangement (GA) Pembuatan desain perahu katamaran disesuaikan berdasarkan fungsi yang diinginkan yaitu digunakan sebagai perahu pancing untuk wisata

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN PALABUHANRATU JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ARIEF MULLAH MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN

Lebih terperinci

2 KAPAL POLE AND LINE

2 KAPAL POLE AND LINE 2 KAPAL POLE AND LINE Kapal merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal merupakan suatu bangunan terapung yang berfungsi sebagai wadah, tempat bekerja (working area) serta sarana transportasi, dan kapal ikan termasuk didalamnya

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Desain Kapal Pancing Tonda Desain kapal merupakan proses penentuan spesifikasi yang menghasilkan gambar suatu obyek untuk keperluan pembuatan dan pengoperasian kapal. Berbeda

Lebih terperinci

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 87-92, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Kajian rancang bangun kapal ikan fibreglass multifungsi 13 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi

Lebih terperinci

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009

Diterima: 7 Januari 2009; Disetujui: 20 November 2009 KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL IKAN DI PPI MUARA ANGKE JAKARTA UTARA DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA Dimension Appropriatness of Some Construction Parts of Woodden Fishing

Lebih terperinci

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA

TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA TEKNO EKONOMI KAPAL GILLNET DI KALIBARU DAN MUARA ANGKE JAKARTA UTARA LUSI ALMIRA KALYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN

2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN 2.1 Pendahuluan 2 DESAIN KAPAL POLE AND LINE SULAWESI SELATAN Desain merupakan hal yang penting dalam pembangunan kapal ikan. Sesuai dengan perbedaan jenis kapal ikan, maka desain dan konstruksi kapal

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT

STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT STABILITAS STATIS KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONGLINE 40 GT Oleh: Wide Veronica C54102019 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01

4 HASIL PENELITIAN. Tabel 6 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Kapal PSP 01 4.1.1 Spesifikasi teknis Kapal PSP 01 merupakan kapal penangkap ikan yang dibangun dalam rangka pengembangan kompetensi Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama

5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama 5 PEMBAHASAN 5.1 Dimensi Utama Keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pengrajin kapal tradisional menyebabkan proses pembuatan kapal dilakukan tanpa mengindahkan kaidahkaidah arsitek perkapalan. Dasar

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Tempat Penelitian Alokasi waktu penelitian mulai dari kegiatan survei, proses konversi, modifikasi dan rekondisi hingga pengujian di lapangan berlangsung selama tujuh

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL BOUKE AMI (KM VARIA KARUNIA) DI GALANGAN KAPAL PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA DIDI JANUARDY

DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL BOUKE AMI (KM VARIA KARUNIA) DI GALANGAN KAPAL PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA DIDI JANUARDY DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL BOUKE AMI (KM VARIA KARUNIA) DI GALANGAN KAPAL PPS NIZAM ZACHMAN JAKARTA DIDI JANUARDY DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

SKRIPSII FAKULTAS INSTITUT 2008

SKRIPSII FAKULTAS INSTITUT 2008 1 DESAIN KAPAL IKAN FIBREGLASS BANTUAN KORBAN TSUNAMI DI PERAIRAN PANGANDARAN, JAWA BARAT IPAN MUHAMMAD SUPANJI SKRIPSII DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANANN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG 1 STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG MEIDA SAPTUNAWATI SKRIPSI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN . HASIL DAN PEMBAHASAN yang dijadikan sampel dan diukur pada penelitian ini berjumlah 22 unit yang mempunyai wilayah pengoperasian lokal, yaitu di daerah yang tidak jauh dari teluk Palabuhanratu. Konstruksi

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI

APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI APLIKASI PERHITUNGAN HIDROSTATIS KAPAL IKAN BERBASIS VISUAL BASIC ARISTA HADI PRATAMA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara

Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara Minahasa Sulawesi Utara Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 81-86, Juni 2013 ISSN 2337-4306 Desain dan parameter hidrostatis kasko kapal fiberglass tipe pukat cincin 30 GT di galangan kapal CV Cipta Bahari Nusantara

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional

Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) GT SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal rawai tuna (tuna long liner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...II pendahuluan...iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT

Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) GT Standar Nasional Indonesia Bentuk baku konstruksi kapal pukat cincin (purse seiner) 75 150 GT ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... I Prakata... II Pendahuluan... III 1 Ruang

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO

ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO ASPEK KESELAMATAN DITINJAU DARI STABILITAS KAPAL DAN REGULASI PADA KAPAL POLE AND LINE DI BITUNG, SULAWESI UTARA YULI PURWANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA (Kasus pada Salah Satu Kapal Payang di Pamekasan) RIZKI MULYA SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ G FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN B060R 1 9 9 1 STUD1 TENTANG DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU LAMINAS1

Lebih terperinci

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ

KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ KAPAL KAYU LAMINASI TUNA LONG LINE 40 GT Dl GALAWGAN KAPAL PT PE N SAMODERA BESAR CABANG UJ G FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN B060R 1 9 9 1 STUD1 TENTANG DESAIN DAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU LAMINAS1

Lebih terperinci

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON

KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON KESESUAIAN UKURAN BEBERAPA BAGIAN KONSTRUKSI KAPAL PENANGKAP IKAN DI PPN KEJAWANAN CIREBON JAWA BARAT DENGAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA ANTON PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL

KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL KONTRUKSI KAPAL PERIKANAN DAN UKURAN-UKURAN UTAMA DALAM PENENTUAN KONSTRUKSI KAPAL RULLY INDRA TARUNA 230110060005 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2012 0 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI

ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI ANALISA TEKNIS KM PUTRA BIMANTARA III MENURUT PERATURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU BKI Sarjito Jokosisworo*, Ari Wibawa Budi Santosa* * Program Studi Teknik Perkapalan Fakultas Teknik UNDIP ABSTRAK Mayoritas

Lebih terperinci

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT

TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT TEKNO-EKONOMI PEMBANGUNAN KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL RAKYAT DI DESA GEBANG, CIREBON, JAWA BARAT Oleh : DEWI AYUNINGSARI C54103050 SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal

Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal Metacentra dan Titik dalam Bangunan Kapal 1. Titik Berat (Centre of Gravity) Setiap benda memiliki tittik berat. Titik berat inilah titik tangkap dari sebuah gaya berat. Dari sebuah segitiga, titik beratnya

Lebih terperinci

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal Disetujui: 19 September 2017

ALBACORE ISSN Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal Disetujui: 19 September 2017 ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 3, Oktober 2017 Diterima: 11 September 2017 Hal 265-276 Disetujui: 19 September 2017 BENTUK KASKO DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS VOLUME RUANG MUAT DAN TAHANAN KASKO

Lebih terperinci

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal

ALBACORE ISSN Volume I, No 1, Februari 2017 Hal ALBACORE ISSN 2549-1326 Volume I, No 1, Februari 2017 Hal 069-076 KAJIAN DESAIN KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG (STUDY KASUS KM. CAHAYA ARAFAH) Design Studies Traditional Purse Seiner

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kapal Perikanan 5 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Kapal Perikanan Pada hakekatnya fungsi sebuah kapal ialah sebagai alat pengangkut di air dari suatu tempat ke tempat lain, baik pengangkutan barang, penumpang maupun

Lebih terperinci

KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU

KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU I -i 6 Sf UDl TENTANG OESAlN BAN KONSTRUKSI 0 KAPAL GILL NET Dl IWDRAMAYU KARYA ILMIAH Oleh BUDHI HASCARYO ISKANDAR C 22.0435 FAKULTAS PERIICANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1990 STUD1 TENTANG DESAIN DAN

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02

KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 KONSEP DASAR PERKAPALAN RENCANA GARIS C.20.02 BAGIIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIIKULUM DIIREKTORAT PENDIIDIIKAN MENENGAH KEJURUAN DIIREKTORAT JENDERAL PENDIIDIIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIIDIIKAN

Lebih terperinci

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG

RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 9, No. 1, Hlm. 19-28, Juni 2017 RASIO DIMENSI UTAMA DAN STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE TRADISIONAL DI KABUPATEN PINRANG RATIO OF THE MAIN DIMENSIONS

Lebih terperinci

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON

Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON I-, &/P'~P/ 4 9$9/~2~,,q Sr STUD1 TEMTANG DESAlM DAN KO Dl DAERAH KABUPATEN CIREBON WINDA LUDFIAH C 23.0519 FAKULTAS PERIKANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 1 9 9 1 SI'UIII TGN.I'ANC I>L;SAIN DAN KONS'I'RUKSI

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance

HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance HUBUNGAN ANTARA BENTUK KASKO MODEL KAPAL IKAN DENGAN TAHANAN GERAK Relationship Between Hull Form of Fishing Vessel Model and its Resistance Oleh: Yopi Novita 1 *, Budhi H. Iskandar 1 Diterima: 14 Februari

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman : Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN 2089 3469 Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN 2540 9484 Halaman : 125 136 Desain Kapal Purse Seine Modifikasi di Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan (Design

Lebih terperinci

TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN Marine Fisheries ISSN 2087-4235 Vol. 4, No. 2, November 2013 Hal: 183-193 TATA MUATAN DAN VARIASI MUSIM PENANGKAPAN PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PURSESEINER BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN Influence of

Lebih terperinci

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu

Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu 76 Lampiran 1 Gambar bahan Fiberglass Resin 157, erosil, katalis, mirror glaze, pigmen dan talk Roving Mat 77 Lampiran 2 Hasil kegiatan pembuatan mold/cetakan perahu No. Tanggal Kegiatan Jumlah Pekerja

Lebih terperinci

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN

TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN TINGKAT KEAKURATAN KONSTRUKSI GADING-GADING KAPAL KAYU GALANGAN KAPAL UD. SEMANGAT UNTUNG DI DESA TANAH BERU, BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN ANISA FATHIR RAHMAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP

Lebih terperinci

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA

STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA III - 555 STABILITAS BEBERAPA KAPAL TUNA LONGLINE DI INDONESIA Yopi Novita 1* dan Budhi Hascaryo Iskandar 1 * yopi1516@gmail.com / 0812 8182 6194 1 Departemen PSP FPIK IPB ABSTRAK Kapal merupakan bagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 32 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengukuran dimensi dan geometri bentuk kapal longline yang diteliti dilakukan di Cilacap pada bulan November. Setelah pengukuran dimensi dan geometri

Lebih terperinci

Design of purse seine-type steel vessels in PT. Crystal Cahaya Totabuan, North Sulawesi

Design of purse seine-type steel vessels in PT. Crystal Cahaya Totabuan, North Sulawesi Aquatic Science & Management, Vol. 3, No. 1, 19-25 (April 2015) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, UNSRAT Asosiasi Pengelola Sumber Daya Perairan Indonesia (Online submissions http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index)

Lebih terperinci

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI

UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI UJI TAHANAN GERAK MODEL PERAHU KATIR PALABUHANRATU GALIH ARIEF SAKSONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PERNYATAAN

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS

HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN SURAT TUGAS HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PENGESAHAN KETUA PROGRAM STUDI HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL

IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL IDENTIFIKASI UKURAN KAPAL PK. NPL. G. 02. M BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN : PELAYARAN : NAUTIKA PERIKANAN LAUT DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT

Lebih terperinci

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA

KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA KERAGAAN KONSTRUKSI KM PSP 01 DI PALABUHANRATU, SUKABUMI, JAWA BARAT VIONA MAULIDIA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal

Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Istilah istilah yang ada di teori bangunan kapal Istilah istilah yang ada pada konstruksi bangunan kapal Jenis-jenis kapal Ukuran utama ( Principal Dimension) * Panjang seluruh (Length Over All), adalah

Lebih terperinci

Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung

Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara Sungailiat, Bangka Belitung 54 R. Pasaribu et al. / Maspari Journal 02 (2011) 54-62 Maspari Journal 02 (2011) 54-62 http://masparijournal.blogspot.com Karakteristik Desain Kapal Perikanan Bottom Gillnet di Pelabuhan Perikanan Nusantara

Lebih terperinci

DESAIN DAN KONSTRUKSI PERAHU KATAMARAN FIBERGLASS UNTUK WISATA PANCING DWI PUTRA YUWANDANA

DESAIN DAN KONSTRUKSI PERAHU KATAMARAN FIBERGLASS UNTUK WISATA PANCING DWI PUTRA YUWANDANA DESAIN DAN KONSTRUKSI PERAHU KATAMARAN FIBERGLASS UNTUK WISATA PANCING DWI PUTRA YUWANDANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT

KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT KAJIAN STABILITAS OPERASIONAL KAPAL LONGLINE 60 GT SHANTY L. MANULLANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA

KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA KONSTRUKSI KAPAL GILLNET (KM. KARUNIA NUSANTARA) DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN PIDIE ACEH DAVID DAMAYANA DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C

KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C KAJIAN STABILITAS STATIS KAPAL YANG MENGOPERASIKAN ALAT TANGKAP DENGAN CARA DIAM/STATIS (STATIC GEAR) Oleh : SUKRISNO C54101029 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS

6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS 6 KESELAMATAN OPERASIONAL KAPAL POLE AND LINE PADA GELOMBANG BEAM SEAS 6.1 Keragaan Kapal Bentuk dan jenis kapal ikan berbeda-beda bergantung dari tujuan usaha penangkapan. Setiap jenis alat penangkapan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I A. UMUM Untuk merencanakan sebuah kapal bangunan baru, ada beberapa masalah yang penting dan pokok untuk dijadikan dasar perencanaan, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.beberapa

Lebih terperinci

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar

Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-13 Analisa Penerapan Bulbous Bow pada Kapal Katamaran untuk Meningkatkan Efisiensi Pemakaian Bahan Bakar Prasetyo Adi dan

Lebih terperinci

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR

ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR JURNAL TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PENERAPAN BULBOUS BOW PADA KAPAL KATAMARAN UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PEMAKAIAN BAHAN BAKAR Prasetyo Adi Dosen Pembimbing : Ir. Amiadji

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA Kapal Perikanan. Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kapal Perikanan Kapaf ikan adalah salah satu jenis dari kapal, dengan demikian sifat dan syarat-syarat yang diperlukan oleh suatu kapal akan diperlukan juga oleh kapal ikan, akan

Lebih terperinci

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1*

PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP. Oleh: Yopi Novita 1* BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume XIX No. 2 Edisi Juli 2011 Hal 35-43 PENGARUH FREE SURFACE TERHADAP STABILITAS KAPAL PENGANGKUT IKAN HIDUP Oleh: Yopi Novita 1* ABSTRAK Muatan utama kapal pengangkut ikan

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + ( % x Lpp) 6, + ( % x,6) 8,8 m A.. Panjang Displacement (L Displ) untuk kapal berbaling-baling

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 9,5 + % x 9,5 5, m A.. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp ),5 x (5, +

Lebih terperinci

STABILITAS KAPAL PURSE SEINE MODIFIKASI DI KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN HERY SUTRAWAN NURDIN

STABILITAS KAPAL PURSE SEINE MODIFIKASI DI KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN HERY SUTRAWAN NURDIN STABILITAS KAPAL PURSE SEINE MODIFIKASI DI KABUPATEN BULUKUMBA, SULAWESI SELATAN HERY SUTRAWAN NURDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 ii PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap dimensi utamanya, kapal rawai ini memiliki niiai resistensi yang cukup besar, kecepatan yang dihasilkan oleh KARTINL C05497008. Pengaruh Pemindahan Berat pada Stabilitas Kapal Rawai di Kecamatan Juana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Dibawah bimbingan JAMES P. PANJAITAN dan MOHAMMAD IMRON. Kapal rawai merupakan

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 99,5 +,98, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x (Lwl + Lpp),5 x (, + 99,5),5

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) C.. PERHITUNGAN DASAR A. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 5.54 + % x 5.54 7.65 m B. Panjang Displacement (L Displ) L Displ,5 x ( Lwl + Lpp

Lebih terperinci

Metode Pembuatan Rencana Garis dengan Maxsurf

Metode Pembuatan Rencana Garis dengan Maxsurf Metode Pembuatan Rencana Garis dengan Maxsurf 1. Memasukkan Sample Design Setelah membuka Program Maxsurf, dari menu File pilih Open dan buka sample design yang telah disediakan oleh Maxsurf pada drive

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapal Perikanan Kapal perikanan yang biasanya juga disebut kapal ikan adalah kapal yang dipergunakan untuk usaha penangkapan ikan atau mengumpulkan sumberdaya perairan, penggunaan

Lebih terperinci

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN )

BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ) MT LINUS 90 BRT LINES PLAN BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS ( LINES PLAIN ). PERHITUNGAN DASAR. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + % x Lpp 07,0 + % x 07,0 09, m. Panjang Displacement (L Displ) L Displ

Lebih terperinci

GROSS TONAGE (GT) HUBUNGANNYA DENGAN TENAGA PENGGERAK (HP) PADA KAPAL PUKAT CINCIN (PURSE SEINER) DI KABUPATEN TAKALAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN

GROSS TONAGE (GT) HUBUNGANNYA DENGAN TENAGA PENGGERAK (HP) PADA KAPAL PUKAT CINCIN (PURSE SEINER) DI KABUPATEN TAKALAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN GROSS TONAGE (GT) HUBUNGANNYA DENGAN TENAGA PENGGERAK (HP) PADA KAPAL PUKAT CINCIN (PURSE SEINER) DI KABUPATEN TAKALAR, PROVINSI SULAWESI SELATAN IRAWAN ALHAM SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) STUDI KELAYAKAN UKURAN KONSTRUKSI KAPAL KAYU NELAYAN DI PELABUHAN NELAYAN (PN) GRESIK MENGGUNAKAN ATURAN BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI) Oleh : Abdur Rachman 4108.100.111 Dosen Pembimbing : M. Nurul Misbah,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA

PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20 No. 1 Edisi Maret 2012 Hal. 71-80 PENGEMBANGAN DESAIN KAPAL PANCING TONDA DENGAN MATERIAL FIBERGLASS DI KABUPATEN BUTON SULAWESI TENGGARA Oleh: La Anadi 1*, Budhi

Lebih terperinci

WISATA PANCING (Design and Construction of Fiberglass Catamaran Boat for Fishing Tours)

WISATA PANCING (Design and Construction of Fiberglass Catamaran Boat for Fishing Tours) BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 21 No. 1 Edisi April 2013 Hal 119-136 DESAIN DAN KONSTRUKSI PERAHU KATAMARAN FIBERGLASS UNTUK WISATA PANCING (Design and Construction of Fiberglass Catamaran Boat for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. PENDAHULUAN MT SAFINA SYUMADHANI Tanker 3600 BRT I - 1 PROGRAM STUDI D III TEKNIK PERKAPALAN PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Untuk merencanakan sebuah kapal bangunan baru, ada beberapa masalah yang penting dan pokok untuk dijadikan dasar perencanaan, baik dari segi teknis, ekonomis maupun segi artistiknya.

Lebih terperinci

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN

PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN PENILAIAN TINGKAT TEKNOLOGI DOK PEMBINAAN UPT BTPI MUARA ANGKE JAKARTA ACHMAD FAUZAN MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement)

PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) PENGUKURAN KAPAL (Tonnage Measurement) OLEH : LUKMAN HIDAYAT NRP. 49121110172 PROGRAM DIPLOMA IV JURUSAN TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN JAKARTA

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN)

TUGAS AKHIR MV EL-JALLUDDIN RUMMY GC 3250 BRT BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) BAB II PERHITUNGAN RENCANA GARIS (LINES PLAN) A. PERHITUNGAN DASAR A.. Panjang Garis Air Muat (Lwl) Lwl Lpp + 2 % x Lpp Lwl 6, + 2 % x 6, Lwl 8,42 m A.2. Panjang Displacement (L.Displ) L Displ 0,5 x (Lwl

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA

BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA BAB IV PERHITUNGAN & ANALISA 4.1 Data Utama Kapal Tabel 4.1 Prinsiple Dimention NO. PRINCIPLE DIMENTION 1 Nama Proyek Kapal 20.7 CATAMARAN CB. KUMAWA JADE 2 Owner PT. PELAYARAN TANJUNG KUMAWA 3 Class BV

Lebih terperinci

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)

Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Analisa Perhitungan Fixed Pitch Propeller (FPP) Tipe B4-55 Di PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) Nama : Geraldi Geastio Dominikus NPM : 23412119 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Eko Susetyo

Lebih terperinci

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif.

juga didefinisikan sebagai sebuah titik batas dimana titik G tidak melewatinya, agar kapal selalu memiliki stabilitas yang positif. 3 STABILITAS KAPAL Stabilitas sebuah kapal mengacu pada kemampuan kapal untuk tetap mengapung tegak di air. Berbagai penyebab dapat mempengaruhi stabilitas sebuah kapal dan menyebabkan kapal terbalik.

Lebih terperinci

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO

DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO DESAIN DAN STUDI KONSTRUKSI KAPAL PURSE SEINE BERMATERIAL KAYU DIPELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA (PPS) LAMPULO Rizwan 1, Ichsan Setiawan, Sayyid Afdhal El Rahimi 1, Irma Dewiyanti 1, Nanda Rizki Purnama 1,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapal Perikanan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapal Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Kapal Perikanan Kapal ikan merupakan kapal yang digunakan dalam usaha penangkapan ikan atau mengumpulkan sumber daya perairan, penggunaan dalam beberapa aktivitas riset,

Lebih terperinci

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA

KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA KAJIAN TEORITIS STABILITAS KAPAL PAYANG KETIKA BERGERAK MELINGKAR (Kasus pada salah satu Kapal Payang di Pelabuhanratu, Jawa Barat) HER1 RASDIANA PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU

KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU KAJIAN TEKNIS DAN KARAKTERISTIK KAPAL LONGLINE DI PERAIRAN PALABUHAN RATU Shanty Manullang *) T.D. Novita *) * Dosen pada Program Studi Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan laborashanty@yahoo.com

Lebih terperinci