Summary Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko Utang Pemerintah Tahun 2010

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Summary Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko Utang Pemerintah Tahun 2010"

Transkripsi

1 Summary Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko Utang Pemerintah Tahun 2 Perkembangan perekonomian Indonesia semakin membaik dengan adanya akselerasi pertumbuhan pada Q4 sebesar 6,9% sehingga pertumbuhan PDB tahun 2 mencapai 6,1%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didukung oleh tingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah. Realisasi belanja Pemerintah yang cukup tinggi membantu tercapainya angka pertumbuhan yang lebih tinggi dari asumsi APBN yang sebesar 5,8 %. Kondisi perekonomian domestik yang baik serta mulai pulihnya ekonomi dunia telah menyebabkan mengalirnya dana dari negara maju ke emerging market. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat suku bunga di negara maju dan menurunn ya risk aversion investor menyebabkan terus mengalirnya dana asing ke pasar keuangan Indonesia. Sebagai dampak mengalirnya dana asing tersebut adalah turunnya tingkat yield SBN yang diminta investor ke tingkat terendah sejak awal penerbitan SBN. Kondisi pasar yang membaik tersebut menyebabkan terdapat keleluasaan dalam melaksanakan strategi penerbitan dan pengelolaan risiko portofolio utang. Salah satu indikator membaiknya kondisi ekonomi dan pengelolaan utang dapat dilihat dari rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus menurun. Apabila pada akhir 2 rasio utang Indonesia tersebut masih berada pada tingkat 28,32 %, maka pada akhir tahun 2 dengan tingginya angka pertumbuhan PDB dan terkendalinya pertumbuhan outstanding utang telah menghasilkan rasio utang terhadap PDB sebesar 26,% Pengelolaan portofolio dan risko utang pada tahun 2 semakin membaik. Kondisi risiko portofolio utang telah mengalami perubahan dibandingkan kondisi pada akhir 2 sebagaimana terlihat pada tabel berikut: No Jenis Risiko Indikator Risiko Des 2 Des 2 Perubahan Keterangan 1 Risiko Tingkat Bunga Refixing rate 26.8% 28.16% -2.8% Penurunan tingkat risiko 2 3 Risiko Nilai Tukar Risiko Refinancing Porsi Utang valas terhadap Total Utang Average Time to Maturity 46.18% 47.39% -1.22% Penurunan tingkat risiko 8,42 tahun 8,44 tahun.2 tahun Kenaikan tingkat risiko Perkembangan kondisi risiko dapat dijelaskan sebagai berikut : Perkembangan risiko tingkat bunga pada tahun 2 menurun dilihat dari penurunan rasio refixing rate dari portofolio utang sebesar 2.8% yaitu dari 28,16% di tahun akhir tahun 2 menjadi 26.8% di akhir tahun 2. Kondisi ini disebabkan oleh penambahan outstanding utang tidak diikuti oleh penambahan outstanding utang berbunga variable rate (VR) sehingga rasio VR terhadap total utang ikut menurun. Perkembangan risiko nilai tukar selama 2 juga mengalami perbaikan. Hal tersebut ditandai dengan turunnya porsi utang valas terhadap total utang dari i

2 47,39% pada tahun 2 menjadi 46.18% di tahun 2. Penurunan rasio tersebut disebabkan pelunasan pinjaman luar negeri yang lebih besar daripada penarikan pinjaman baru, serta porsi valas dalam penerbitan SBN semakin kecil.. Perkembangan refinancing risk selama 2 cenderung mengalami kenaikan yang ditandai oleh turunnya rata-rata jatuh tempo utang non SRBI dari 8,44 tahun pada 2 menjadi 8,42 di akhir tahun 2. Berdasarkan kondisi tingkat risiko pada tahun 2 sebagaimana tercantum di atas, dapat disimpulkan bahwa kondisi pengelolaan risiko portofolio utang cenderung membaik apabila dilihat dari sisi risiko tingkat bunga dan risiko nilai tukar. Namun bila dilihat dari risiko refinancing, maka pada tahun 2 mengalami kenaikan tingkat risiko. ii

3 DAFTAR ISI SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... i iii iv v LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2 1. UMUM KONDISI PASAR DOMESTIK KONDISI PASAR KEUANGAN GLOBAL PERKEMBANGAN KONDISI PORTOFOLIO UTANG TAHUN A. Perkembangan Portofolio SBN... B. Perkembangan Portofolio PINJAMAN PERKEMBANGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG TAHUN A. Risiko Tingkat Bunga (interest rate risk) B. Risiko Nilai Tukar (exchange rate risk) C. Risiko Refinancing (refinancing risk) PERKEMBANGAN INDIKATOR RISIKO PORTOFOLIO TAHUN 26 - TAHUN KESIMPULAN iii

4 DAFTAR TABEL Tabel 1 Perkembangan Portofolio Utang Tahun Tabel 2 Realisasi Penarikan Pinjaman Program Tahun Tabel 3 Realisasi Penarikan Pinjaman Proyek Tahun Tabel 4 Perkembangan Indikator Risiko Tingkat Bunga Portofolio Utang Tabel 5 Sensibilitas Biaya Utang Terhadap Perubahan Suku Bunga Acuan Tabel 6 Perbandingan Utang Valas Terhadap Total Utang dan PDB Tabel 7 Outstanding Portofolio Utang Valas Tabel 8 Outstanding Utang Valas Dalam Original Currency Tabel 9 Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap Valas Tabel Sensibilitas Portofolio Utang Terhadap Perubahan Kurs Tabel 11 Rata-rata Jatuh Tempo Pembayaran Utang... 2 Tabel 12 Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang iv

5 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 Perkembangan Debt to GDP... 1 Grafik 2 Pergerakan BI Rate dan Inflasi... 2 Grafik 3 Pergerakan USD/IDR dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG)... 3 Grafik 4 Perkembangan Inflasi dan Yield SUN... 4 Grafik 5 Perkembangan Yield Curve... 4 Grafik 6 Pergerakan Kurs IDR Terhadap Beberapa Mata Uang Utama... 5 Grafik 7 Perbandingan Debt to GDP ratio beberapa negara di Dunia... 6 Grafik 8 Pergerakan CDS Yr dan Global Bond Yr to T-Bond Spread... 6 Grafik 9 Perbandingan CDS Tahun Dengan Beberapa Negara Lainnya... 7 Grafik Pergerakan SUN Valas Per Tenor... 7 Grafik 11 Perkembangan Indikator Likuiditas Pasar TED Spread (Libor over T-bills 3 m)... 8 Grafik 12 Perkembangan Rate Bank Sentral beberapa negara di dunia... 8 Grafik 13 Komposisi Portofolio Utang... 9 Grafik 14 Penerbitan SBN Bruto... Grafik 15 Komposisi Instrumen Penerbitan SBN Tahun 2... Grafik 16 Komposisi Portofolio SBN by Instrument (nominal) Grafik 17 Perkembangan Realisasi Penarikan Pinjaman dan Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Grafik 18 Perkembangan Outstanding Pinjaman per jenis kreditor Grafik 19 Outstanding Pinjaman (by purpose) Grafik 2 Proporsi Interest Rate Utang Tahun 2 dan Tahun Grafik 21 Komposisi Utang Valas (per currency) Grafik 22 Komposisi Utang Valas (per instrumen) Grafik 23 Perbandingan Maturity Profile (Persen) Grafik 24 Perbandingan Maturity Profile (Nominal)... 2 v

6 LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2 1. UMUM Perkembangan perekonomian Indonesia semakin membaik dengan adanya akselerasi pertumbuhan pada Q4 sebesar 6,9% sehingga pertumbuhan PDB tahun 2 mencapai 6,1%. Pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut didukung oleh tingginya realisasi investasi langsung, konsumsi masyarakat, ekspor, dan belanja pemerintah.realisasi belanja Pemerintah yang cukup tinggi membantu tercapainya angka pertumbuhan yang lebih tinggi dari asumsi APBN yang sebesar 5,8 %. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada tahun 2 tidak disertai dengan angka realisasi defisit APBN. Realisasi defisit APBN lebih rendah dari yang diperkirakan akibat realisasi pendapatan pemerintah yang lebih tinggi (2% dari APBN-P 2) sejalan dengan angka pertumbuhan PDB yang di atas target APBN, sedangkan belanja hanya mencapai 94% (lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja tahun 2) sehingga realisasi defisit terhadap PDB hanya mencapai,68%. Kondisi perekonomian domestik yang baik serta mulai pulihnya ekonomi dunia telah menyebabkan mengalirnya dana dari negara maju ke emerging market. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat suku bunga di negara maju dan menurunnya risk aversion investor menyebabkan terus mengalirnya dana asing ke pasar keuangan Indonesia. Sebagai dampak mengalirnya dana asing tersebut adalah turunnya tingkat yield SBN yang diminta investor ke tingkat terendah sejak awal penerbitan SBN. Kondisi perekonomian dunia mulai pulih dari kondisi krisis yang ditandai membaiknya angka pertumbuhan ekonomi negara negara maju utama dunia yang sebelumnya terkena krisis seperti Amerika Serikat, Jerman dan Jepang, serta semakin melajunya pertumbuhan negara-negara emerging market khususnya negara-negara BRIC (Brazil, Russia, India dan China). Namun ditengah pemulihan ekonomi dunia terdapat beberapa negara, seperti Portugal, Italy, Ireland, Greece dan Spain (negara PIIGS), yang mengalami krisis utang akibat tingkat utang yang unsustainable. Negara-negara tersebut mengalami kesulitan akibat naiknya yield yang sangat besar akibat meningkatnya persepsi potensi default sejalan dengan tingginya rasio utang terhadap PDB mereka Kebalikan dari kondisi yang dialami negara-negara PIIGS Indonesia mengalami perbaikan dilihat dari rasio debt to GDP sehingga persepsi investor asing dan domestik terhadap Indonesia sangat baik. Credit rating Indonesia mengalami peningkatan secara merata dari semua lembaga rating utama. 7% Grafik 1 Perkembangan Debt to GDP (Triliun IDR) 7, 6% 6, 5% 5, 4% 3% 39.% 35.11% 33.4% 28.32% 26.% 4, 3, 2% 2, % 1, % Total Debt (rhs) GDP (rhs) Debt to GDP 1

7 Dari grafik di atas dapat dilihat rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia semakin menurun, yang menunjukkan semakin rendah kerentanan Indonesia terhadap beban utang secara relatif terhadap perekonomian nasional. Turunnya rasio debt to GDP merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan bagi investor dan lembaga rating dalam melakukan asesmen kondisi risiko default (credit rating) Indonesia. 2. KONDISI PASAR DOMESTIK Kondisi pasar keuangan domestik pada tahun 2 mengalami perbaikan yang sangat signifikan ditandai dengan turunnya yield SBN domestik dan kenaikan indeks komposit di Bursa Efek Indonesia sebesar 48%. Membaiknya perekonomian Indonesia telah menyebabkan pasar keuangan Indonesia dibanjiri oleh arus dana dari luar negeri. Masuknya dana asing dari luar negeri memberi dampak yang positif, namun juga diiringi meningkatnya risiko sudden reversal. Masuknya dana asing ke Indonesia melalui dua jalur, yaitu melalui investasi langsung ke sektor riil (Foreign Direct Investment) maupun melalui investasi portofolio. Salah satu penempatan dana asing yang terbesar adalah melalui pembelian SBN domestik. Akibat masuknya dana asing ke Pasar SBN domestik telah menyebabkan kepemilikan asing meningkat pesat hingga mencapai lebih dari 3% dari tradable SBN Rupiah. Kondisi likuiditas yang tinggi di Pasar dunia telah meningkatkan demand akan komoditi, baik komoditi energi, mineral dan pangan. Sementara adanya gangguan cuaca yang cukup ekstrim telah mengganggu produksi berbagai komoditi pangan dan mineral, sehingga meningkatkan angka inflasi dunia, termasuk Indonesia. Walaupun terjadi trend kenaikan inflasi pada tahun 2, namun secara uumum kondisi inflasi Indonesia tahun 2 cukup terkendali hingga menjelang akhir tahun. Terkendalinya angka inflasi menyebabkan Bank Indonesia tetap menahan BI rate di level 6,5%. Untuk melihat perkembangan angka inflasi dan BI-rate dapat dilihat pada diagram di bawah ini : (%) 12 Grafik 2 Pergerakan BI rate dan Inflasi (%) 12 BI rate Inflasi Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Angka inflasi tahun 2 cenderung meningkat akibat meningkatnya harga komoditi pangan dan lainnya yang diakibatkan oleh turunnya produksi domestik dan global sementara permintaan dunia meningkat. Namun di sisi lain, Bank Indonesia tetap menjaga BI Rate agar tetap konstan pada tingkat 6,5% selama tahun 2 2

8 walaupun angka headline inflation di atas target APBN namun core inflation masih stabil. Membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia juga dicerminkan oleh membaiknya kondisi financial market diantaranya pasar modal. Kondisi fundamental perusahaan terbuka yang terdaftar pada BEI yang baik telah mengundang datangnya investor asing dan domestik untuk semakin giat berinvestasi di Pasar Modal. Kondisi ini menyebabkan pasar modal Indonesia menjadi salah satu tujuan penempatan dana yang favorit di dunia, sehingga menyebabkan naiknya kapitalisasi pasar sangat tinggi. Derasnya arus modal asing masuk ke Indonesia baik melalui FDI maupun melalui investasi portofolio telah menyebabkan nilai tukar Rupiah terapresiasi secara signifikan. Bank Indonesia selaku otoritas moneter berusaha menjaga agar nilai tukar Rupiah tidak menguat terlalu besar melalui intervensi pasar dengan membeli valuta asing di pasar.perkembangan IHSG dan nilai tukar Rupiah terhadap USD dapat dilihat pada diagram berikut : (IDR) 13, Grafik 3 Pergerakan USD/IDR dan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) (IDR) 5, 12, USD/IDR IHSG -RHS 4, 11, 3,, 2, 9, 1, 8, Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Nilai tukar Rupiah terhadap USD cenderung menguat yang ditunjang oleh besarnya capital inflow dan surplus current account. IHSG tumbuh sangat signifikan yang didorong oleh performa emiten sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan banyaknya capital inflow ke pasar modal. Sebagaimana diketahui inflasi dalam negeri adalah faktor utama yang diperhitungkan investor dalam menentukan yield SUN Rupiah disamping faktor-faktor lainnya seperti besarnya imbal hasil riil, liquidity premium, nilai tukar rupiah, dan faktor lainnya. Sebagai ilustrasi korelasi antara yield SUN dan Inflasi dapat dilihat pada diagram di bawah ini : 3

9 (%) Grafik 4 Perkembangan Inflasi dan Yield SUN (generic) Sun 2 yr Sun yr Inflasi (%) Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Besarnya capital inflow ke pasar keuangan domestik yang ditandai meningkatnya kepemilikan asing menyebabkan yield SBN Rupiah cenderung turun ke tingkat terendah sampai bulan November 2, namun sejalan dengan mulai naiknya angka inflasi yang menembus angka 6% (yoy) pada bulan Agustus menyebabkan mulai naiknya ekspektasi inflasi sehingga menyebabkan yield SBN mulai meningkat pada akhir tahun 2 Perkembangan tingkat yield SBN dalam berbagai tenor menunjukkan perkembangan kondisi pasar SBN. Sejalan dengan membaiknya angka inflasi dan turunnya angka BI-Rate telah berkibat yield kurve bergeser ke bawah. Perkembangan yield Curve 2 dapat dilihat pada diagram berikut ini : (%) 15. Grafik 5 Perkembangan Yield Curve (%) Mar- 31-Oct- 31-May- 31-Dec yr 2yr 3yr 4yr 5yr 6yr 7yr 8yr 9yr yr 15yr Terkendalinya angka inflasi pada Semester 1 tahun 2 dan derasnya arus masuk modal asing ke Pasar SBN telah menyebabkan Pergerakan Yield Curve SBN Rupiah selama awal sampai dengan pertengahan tahun 2 cenderung bergeser turun dengan slope yang sedikit mendatar namun sejalan dengan meningkatnya ekspektasi inflasi terutama pada periode akhir tahun 2 telah menyebabkan slope yield curve lebih curam (steep). 2yr yr

10 Pergerakan nilai tukar Rupiah sangat dipengaruhi oleh pergerakan arus modal dunia yang mengalir dari negara-negara maju menuju negara-negara emerging market. Positifnya neraca pembayaran Indonesia yang didukung oleh surplus neraca lancar dan neraca modal telah menyebabkan suply valuta asing di pasar uang meningkat. Pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap sejumlah mata uang utama dunia dapat dilihat pada diagram berikut : Grafik 6 Perkembangan Kurs IDR Terhadap Beberapa Mata Uang Utama 14, 13, 12, 11,, 9, 8, Jan- Mar- May- Jul- Sep- USD/IDR Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- 12.% 8.% 4.%.% -4.% -8.% -12.% 2, 18,5 17, 15,5 14, 12,5 11, Jan- Mar- May - Jul- Sep- GBP/IDR Nov- Jan- Mar- May - Jul- Sep- Nov- 12.% 8.% 4.%.% -4.% -8.% -12.% USD/IDR % Change (rhs) GBP/IDR % Change (rhs) 17, 15,5 14, 12,5 11, 9,5 8, EUR/IDR 12.% 8.% 4.%.% -4.% -8.% -12.% JPY/IDR 12.% 8.% 4.%.% -4.% -8.% -12.% Jan- 9 Mar- 9 May- J ul- 9 Sep- N ov- Jan-1 Mar-1 May- J ul-1 Sep- N ov- Jan- Mar- May- J ul- Sep- N ov- Jan- Mar- May- J ul- Sep- N ov- EUR/IDR % Change (rhs) JPY/IDR % Change (rhs) Nilai tukar Rupiah terhadap USD, Euro dan GBP cenderung menguat, sementara terhadap JPY cenderung melemah. Pergerakan nilai tukar Rupiah tersebut dipengaruhi oleh kondisi ekonomi Indonesia, masuknya arus modal asing, pergerakan antara nilai tukar mata uang kuat dunia, dan adanya kecenderungan beberapa mata uang berfungsi sebagai safe heaven currency seperti JPY dan CHF. Volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap USD cenderung menurun akibat berhasilnya pengendalian stabilitas nilai tukar oleh otoritas moneter, sementara terhadap Euro, GBP dan JPY berada pada tingkat yang lebih tinggi, akibat adanya krisis utang eropa (negara PIIIGS) dan adanya kecenderungan JPY sebagai safe heaven currency. 3. KONDISI PASAR KEUANGAN GLOBAL Pertumbuhan ekonomi negara-negara maju menunjukkan trend positif, walaupun kondisi perekonomian belum dapat kembali pulih ke tingkat sebelum terjadinya krisis. Untuk menunjang pemulihan ekonomi, banyak bank sentral negara utama dunia (USA, Eurozone country, dan Jepang) mengendurkan kebijakan moneter, bahkan melakukan ekspansi moneter melalui kebijakan quantitative easing (QE). Akibat kebijakan QE likuiditas pasar keuangan global meningkat sehingga menyebabkan tingkat yield menurun drastis Salah satu akibat dari kebijakan stimulus fiskal yang dilakukan pemerintah beberapa negara telah menyebabkan meningkatnya angka defisit ke tingkat tidak sinambung (unsustainable). Besarnya defisit yang terakumulasi dalam beberapa tahun sebelumnya ditambah besarnya kebutuhan untuk stimulus akibat krisis keuangan global telah menyebabkan meningkatnya rasio debt to GDP pada banyak negara didunia. Tingginya rasio debt to GDP tersebut telah menyebabkan persepsi risiko 5

11 meningkat sehingga menyebabkan melambungnya yield yang diminta investor dan berkurangnya demand sehingga menyebabkan krisis utang di beberapa negara eropa (negara PIIGS). Perbandingan rasio utang terhadap PDB beberapa negara di dunia dapat dilihat pada diagaram di bawah ini: Grafik 7 Perbandingan Debt to GDP ratio beberapa negara di Dunia China 17.5 Indonesia 26.4 Mexico Turkey India United States Brazil Spain United Kingdom Portugal Ireland Greece Japan (%) Data bersumber dari bloomberg Tingginya likuiditas pasar keuangan dan pemulihan/pertumbuhan ekonomi negara maju dan emerging market telah meningkatkan permintaan akan komoditi dan mendorong harga naik, sementara terdapat penurunan produksi komoditi pangan telah menyebabkan inflasi di negara emerging market meningkat. Rendahnya tingkat bunga di negara-negara maju dan adanya kebijakan quantitative easing telah menyebabkan meningkatnya likuiditas, serta kondisi ekonomi indonesia yang membaik mendorong turun yield Global Bond Indonesia sebagaimana ditunjukkan oleh spread Global Bond Indonesia terhadap US Treasury Bond. Perkembangan besarnya premium risiko Indonesia dapat di lihat pada diagram di bawah ini: bps Grafik 8 Pergerakan CDS yr dan Global Bond yr to T-Bond Spread bps 8 6 GB Yr to TBond spread cds yr Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- 6

12 Tingginya likuiditas pasar keuangan dunia dan membaiknya persepsi risiko indonesia telah menyebabkan yield spread Global Bond Indonesia dengan US Treasury Bond semakin mengecil, bahkan apabila sebelumnya spread dimaksud lebih tinggi dari angka CDS Indonesia untuk tenor yang sama maka untuk 2 spread tersebut cenderung lebih rendah bila dibandingkan CDS spread. Baiknya kondisi ekonomi Indonesia dibandingkan kondisi negara maju utama, serta menurunnya persepsi risiko yang ditunjukkan oleh meningkatnya rating Indonesia menyebabkan angka CDS Indonesia semakin menurun, sebagaimana terlihat pada diagram berikut ini : bps 8 Grafik 9 Perbandingan CDS Tahun dengan beberapa Negara Lainnya bps 8 6 Indonesia yr (BB+) Thailand yr (-BBB) Philiphines yr (BB) Turkey yr (BB+) Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Besarnya likuiditas di Pasar Keuangan Global dan adanya krisis utang di negara PIIGS telah menyebabkan turunnya yield surat utang emerging market di pasar global, khususnya untuk surat utang negara yang memiliki prospek ekonomi yang bagus dan tingkat utang yang rendah. Seperti yang dapat dilihat pada perkembangan Yield Global Bond Indonesia di diagram berikut ini: (%) 14 Grafik Pergerakan SUN Valas Per Tenor Global Bond 5 yr (%) Penerbitan GMTN-2 Global Bond yr Global Bond 2 yr Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- 2 7

13 Ted Spread merupakan salah satu indikator likuiditas pasar yang menunjukkan tetap rendahnya biaya utang akibat besarnya likuiditas. Kondisi likuidi tas pasar uang dunia dapat dilihat dari spread antara Libor 3 month (rate pinjaman antar bank) dengan Treasury Bill 3 month (rate pinjaman US Government) atau biasa disebut TED Spread. Spread yang mengecil menunjukkan semakin cairnya kondisi likuiditas pasar utang. Berdasarkan indikator ini sempat terjadi gangguan di pasar pada bulan Mei- Agustus 2 akibat krisis utang di Eropa seperti dapat dilihat dalam perkembangan spread antara Libor dengan Treasury Bill : Grafik 11 Perkembangan Indikator Likuiditas Pasar TED Spread (Libor over T-bills 3m) (%) Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Bank sentral rate merupakan salah satu indikasi besaran return yang diinginkan dari investasi yang dilakukan di suatu negara di samping penambahan premium risk. Berikut adalah gambaran besaran BI rate bila dibandingkan dengan rate bank sentral di beberapa negara lainnya: (%) 14 Grafik 12 Perkembangan Rate Bank Sentral di beberapa negara di dunia (%) Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- Jan- Mar- May- Jul- Sep- Nov- BI Rate FED Target Rate ECB Base Rate BOJ Target rate Brazil Selic Target Rate India Banks Association Benchmark Data bersumber dari bloomberg 8

14 4. PERKEMBANGAN KONDISI PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2 Perkembangan portofolio utang selama tahun 2 dipengaruhi oleh kegiatan yang dilakukan Pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN 2, kegiatan pengelolaan portofolio utang, dan dampak perubahan kurs Rupiah terhadap mata uang utama. Perkembangan portofolio utang selama tahun 2 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Perkembangan Portofolio Utang Tahun 26-2 Outstanding (triliun IDR) SBN SPN dan ZC FR VR SBN Valas IFR SDHI SU dan SRBI Total SBN ,64.41 Loan - Multilateral Bilateral Komersial Supplier Total Loan Total Debt (rhs) 1,32.2 1, , , ,676.7 Outstanding utang meningkat sebesar Rp86,9 triliun selama tahun 2 terutama disebabkan penambahan outstanding SBN sebesar Rp84,95 triliun dan Pinjaman sebesar Rp2 triliun. Outstanding Pinjaman seharusnya menurun sesuai dengan tidak terealisasinya sejumlah penarikan pinjaman, namun akibat peningkatan kurs nilai tukar mata uang JPY, outstanding pinjaman justru meningkat. Sebagai akibat dari operasi penerbitan SBN dan penarikan pinjaman, pembayaran pokok utang yang jatuh tempo, serta perubahan kurs Rupiah terhadap valas, maka terjadi perubahan dalam komposisi inst rumen portofolio. Komposisi instrumen portofolio selama tahun 2 adalah sebagai berikut : Grafik 13 Komposisi Portofolio Utang % 8% 6% 43.% 42.2% 44.6% Pinjaman SBN 38.4% 36.5% 4% 2% % 57.% 57.8% 55.4% 61.6% 63.5%

15 Berdasarkan diagram tersebut di atas dapat dilihat bahwa komposisi portofolio utang semakin didominasi oleh Surat Berharga Negara yang porsinya naik menjadi 63,5% portofolio pada 2 dari sebelumnya 61,6% portofolio pada 2. Hal ini sejalan dengan strategi mengutamakan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri. Kondisi portofolio SBN dan pinjaman selama tahun 2 dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Perkembangan Portofolio SBN Realisasi penerbitan SBN bruto tahun 2 dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembiayaan APBN 2 adalah sebesar Rp161,9 triliun sedangkan secara neto penerbitan SBN mencapai Rp91,2 triliun. Realisasi penerbitan SBN tersebut lebih rendah dari yang ditargetkan pada APBN-P 211 dikarenakan lebih rendahnya outlook realisasi defisit, sehingga Menteri Keuangan memutuskan pengurangan target penerbitan sebesar Rp15 triliun. Penerbitan SBN bruto tahun 2 terdiri dari Rp136,8 triliun penerbitan SBN di pasar domestik dan Rp 26. trilliun SBN valas diterbitkan di Pasar Internasional. Secara historis, komposisi penerbitan SBN dilihat dari penerbitan SBN Rupiah di pasar domestik dan SBN Valas di pasar internasional dapat di lihat pada diagram di bawah ini. Grafik 14 Penerbitan SBN Bruto (trilyun rupiah) Valas D o mestik Penerbitan SBN di Pasar Domestik semakin besar porsinya terhadap total penerbitan SBN Bruto. Hal tersebut seuai dengan strategi pengelolaan utang jangka menengah, yaitu untuk mengendalikan risiko nilai tukar dan dalam rangka pengembangan pasar domestik. Apabila dilihat dari komposisi instrumen, maka penerbitan SBN bruto selama tahun 2 dapat dilihat pada diagram berikut : Grafik 15 Komposisi Instrumen Penerbitan SBN Tahun 2 (triliun IDR) SUN Valas - JPY SUN Valas - USD SBSN Valas - USD SBSN VR SPN ZC ORI FR

16 Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa terjadi perubahan yang cukup signifikan dalam komposisi instrumen penerbitan 2 bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Selama tahun 2 Penerbitan SBN bruto didominasi oleh Obligasi Fixed Rated Rupiah, SPN, SBN Syariah dan Obligasi Valas dalam USD dan JPY. Sementara Obligasi VR dan SBSN Valas tidak diterbitkan. Penerbitan Obligasi Fixed Rated yang melonjak tajam, menandakan pulih pasar keuangan domestik dimana investor sudah kembali berinvestasi pada sekuritas yang bertenor lebih panjang. Perkembangan portofolio SBN tahun 2 sebagai dampak operasi penerbitan tersebut di atas, dapat dilihat pada diagram berikut ini : Grafik 16 Komposisi Portofolio SBN by Instrumen (nominal) (trilyun IDR) 1,2 SDHI 1, SU dan SRBI IFR SBN Valas VR FR ZC SPN Dampak penerbitan obligasi fixed rate yang melonjak tajam adalah meningkatnya outstanding obligasi fixed rate sebesar Rp 46 triliyun dari Rp 394 trilyun di tahun 2 menjadi Rp 44 trilyun di tahun 2. Peningkatan outstanding juga terjadi pada SBN valas yang disebabkan penerbitan GMTN 2 (ekuivalen Rp18,5 trilyun) dan Samurai Bond (ekuivalen Rp 6,5 trilyun). Sementara porsi obligasi Variable Rate tetap di posisi Rp 143 triliun dan tidak mengalami perubahan. B. Perkembangan Portofolio Pinjaman Pada tahun 2, target pembiayaan APBN-P melalui Pinjaman adalah sebesar Rp71,78 triliun yang terdiri dari Rp29,5 triliun Pinjaman Program dan Rp42,36 triliun Pinjaman Proyek termasuk di dalam nya penerusan pinjaman sebesar Rp16,8 triliun dan pinjaman dalam negeri sebesar Rp1, triliun. Dari target tersebut, realisasi penarikan pinjaman program adalah sebesar Rp29,4 triliun (99% dari target) dan pinjaman proyek/kegiatan sebesar Rp24,51 triliun (57,9% dari target). Adapun realisasi penarikan Pinjaman program selama tahun 2 dapat dilihat pada tabel berikut : 11

17 Tabel 2 Realisasi Penarikan Pinjaman Program Tahun 2 Realisasi Pinjaman program hampir mencapai %, kurangnya pencapaian target disebabkan oleh penguatan kurs Rupiah dan belum tercapainya target refinancing dari Pinjaman BOS/KITA karena belum semua kegiatan penunjang BOS/KITA dapat diverifikasi sebagai dasar pencairan pinajamn tunai ini. Sementara untuk pinjaman proyek, realisasi penarikannya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Realisasi Penarikan Pinjaman Proyek Tahun 2 A B APBN-P Realisasi % thdp AP BN Pinjaman L uar N egeri 1. Pi njaman proyek Pem erint ah P usat % 2. Pe nerusan pi njaman % Pinjaman D alam Ne ge ri Sumb er & Pe nggunaan Jum lah Pinjam an Luar Ne geri % 1. Pi njaman proyek Pem erint ah P usat % * A sumsi kurs APBN-P 2: US D 1 = IDR 9.2 J umlah Pinjam an Dalam Ne geri % Ju mlah % Selama tahun 2 Realisasi Pinjaman Proyek mencapai 57,9% dari total target (Rp42,36 triliun). Jumlah penarikan tersebut masih cukup rendah, yang disebabkan oleh rendahnya realisasi penarikan pinjaman proyek antara lain: o Terlambatnya pengguguran revisi DIPA yang antara lain menunggu persetujuan DPR o Lambatnya dimulainya proses pelelangan proyek yang biasanya dimulai pada bulan Maret tahun yang bersangkutan dan memakan waktu minimum 3 bulan. Pemerintah telah mengantisipasi masalah ini dengan menerbitkan Keppres No.54/2 tentang Tatacara Pengandaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagai revisi Kepres 8/23, namun pelaksanaannya baru akan dimulai di tahun 211 o Lambatnya proses penerbitan No Objection Letter (NOL) dari Lender atas persetujuan pemenang lelang, draft kontrak, dan persetujuan pembayaran. o Sebab-sebab lain seperti belum siapnya penyediaan dana pendamping (untuk proyek tahun pertama), masalah pengadaan tanah ganti rugi yang harganya meningkat, perubahan design dan kenaikan harga material karena lamanya proses perencanaan dan penganggaran 12

18 o Untuk proyek fisik juga disebabkan oleh kondisi cuaca sepanjang tahun 2 sehingga menghambat proses kontruksi Perkembangan realisasi penarikan dan repayment pinjaman selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 17 Perkembangan Realisasi Penarikan dan Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman (Trilyun IDR) Pinjaman Proyek Pinjaman Program Pembayaran Cicilan Pokok Net Flow (Trilyun IDR) (2.) (4.) (6.) (8.) (52.68) (57.92) (63.44) (68.3) (5.63) (2.) (4.) (6.) (8.) Penarikan pinjaman proyek tahun 2 mengalami penurunan bila dibandingkan penarikan di tahun 2. Sedangkan pembayaran cicilan pokok mengalami penurunan dikarenakan penguatan rupiah. Jika dilihat dari jenis kreditur, maka perekembangan outstanding pinjaman dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 18 Perkembangan Outstanding Pinjaman per jenis kreditur (nominal) (trilyun IDR) Multilateral - Bilateral - Komersial - Supplier Outstanding pinjaman multilateral dan bilateral di tahun 2 mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan tahun 2, hal ini disebabkan terjadinya pe nguatan nilai tukar yen, meskipun dalam original currency, outstanding pinjaman dalam nilai tukar yen mengalami penurunan. Dari segi tujuan pembiayaan, selama beberapa tahun terakhir terdapat dominasi Pinjaman program dalam outstanding pinjaman secara keseluruhan. Dominasi Pinjaman Proyek semakin menurun seiring peningkatan porsi Pinjaman Program dalam komposisi outstanding pinjaman Pemerintah. Menurunnya pemanfaatan 13

19 Pinjaman Proyek karena semakin terbatasnya tawaran kreditur dalam pembiayaan kegiatan kepada Pemerintah Indonesia. Selain itu, terdapat alasan karena lebih banyaknya tawaran Pinjaman Program yang relatif mudah dalam proses pengadaannya. Berikut adalah perkembangan outstanding pinjaman bila dilhat dari tujuan pembiayaannya: Grafik 19 Outstanding Pinjaman (by purpose) (miliar USD) Pinjaman Program Pinjaman Proyek 5. PENGELOLAAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2 Dalam Pengelolaan utang pada umumnya ada beberapa indikator risiko yang menjadi perhatian utama, antara lain risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar dan risiko refinancing. Adapun perubahan indikator risiko portofolio tersebut dapat dilihat sebagaimana berikut : A. Risiko Tingkat Bunga (Interest rate risk) Risiko tingkat bunga adalah potensi tambahan beban anggaran akibat perubahan tingkat bunga di pasar yang meningkatkan biaya pemenuhan kewajiban utang Pemerintah. Risiko tingkat bunga terutama akan berpengaruh pada komponen portofolio utang yang berbunga mengambang dan utang yang akan di-refinancing segera selama satu tahun anggaran. Perkembangan indikator risiko tingkat bunga portofolio utang selama tahun 2 memperlihatkan penurunan angka rasio utang VR terhadap total utang dan refixing rate yang menunjukkan turunnya risiko tingkat bunga portofolio utang (lihat tabel di bawah). Penurunan kedua indikator tersebut akan menurunkan volatilitas beban pembayaran bunga yang ditanggung oleh pemerintah pada tahun berjalan dan masa yang akan datang. 14

20 Tabel 4 Perkembangan Indikator Risiko Tingkat Bunga Tahun Portofolio 2 no Uraian Des 2 (%) Des 2 (%) Perubahan (%) Rasio VR masing Portofolio terhadap total utang 1 SBN PLN Variable rate Rasio R efixing rate masing portofolio terhadap total utang 2 SBN PLN Refixing rate Keterangan : Data bersumber dari Dit EAS yang diolah kembali Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa risiko tingkat bunga portofolio utang apabila dilihat dari indikator rasio VR terhadap total utang mengalami penurunan dari 22,11% di tahun 2 menjadi 2.29% di tahun 2. Begitu pula dengan rasio refixing rate, yang menunjukkan perbaikan risiko refinancing yang turun dari 28,16% di 2 menjadi 26.8% di 2. Kedua indikator tersebut menggunakan total utang sebagai pembanding sehingga dapat disimpulkan bahwa kontribusi pinjaman yang berbunga mengambang masih lebih dominan bila dibandingkan dengan SBN yang berbunga variabel. Komposisi Interest rate utang Perkembangan komposisi interest rate selama tahun 2 menunjukkan perubahan sebagaimana ditunjukkan pada diagram berikut: Grafik 2 Proporsi Interest Rate Utang Desember 2 dan Desember 2 9.% 8.4% 1.7% 3.% Des 2 8.5% 8.1% 1.4% 2.4% Des % 79.7% Fixed rate Libor 6 m Floating rate lainnya SBN VR ADB Floating Rate Fixed rate Libor 6 m Floating rate lainnya SBN VR ADB Floating Rate Berdasarkan dua diagram diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan porsi fixed rate dalam portofolio utang sebesar 1.8% sehingga pada akhir tahun 2 porsi fixed rate menjadi 79.7%, sementara porsi variabel rate secara keseluruhan menurun menjadi 2.3%. Dari porsi variabel rate tersebut, yang terbesar adalah SBN dengan bunga variabel yaitu 8,5% dan diikuti oleh pinjaman yang memiliki bunga mengacu kepada Libor 6 m sebesar 8.1%. Dengan turunnya porsi variabel rate terhadap portofolio maka sensifitas portofolio terhadap perubahan tingkat bunga acuan adalah sebagai berikut: Tabel 5 Sensitifitas Biaya Utang Terhadap Perubahan Suku Bunga Acuan No Jenis Bunga Perubahan Delta Cost (miliar IDR) Des 2 Des 2 1 SBI 3 m 1 bps Libor 6 m 1 bps Lainnya 1 bps

21 Dari tabel diatas dapat diketahui kenaikan 1 bps saja dari SBI 3 m akan menyebabkan penambahan biaya SBN VR sebesar Rp14,28 miliar B. Risiko Nilai Tukar (Exchange Rate Risk) Risiko Nilai tukar adalah potensi peningkatan beban kewajiban pemerintah dalam memenuhi kewajiban utang akibat peningkatan kurs nilai tukar valuta asing. Risiko nilai tukar mempengaruhi portofolio utang yang berdenominasi dalam valuta asing, atau utang yang dikaitkan (indeks) dengan valuta asing. Semakin besar porsi utang dalam portofolio yang berdenominasi valas semakin rentan terhadap perubahan kurs, yang akan meningkatkan risiko penambahan beban utang Pemerintah. Outstanding pinjaman dalam valuta asing terdiri dari SUN (Global Bond) dan pinjaman luar negeri. Perbandingan utang valas terhadap total utang dan PDB dapat dilihat pada Tabel 7 Tabel 6 Perbandingan Utang Valas Terhadap Total Utang dan PDB Uraian Des 2 Des 2 Perkembangan Total Utang (Rp triliun) 1, , Utang valas (FX) (Rp triliun) Porsi Utang Valas thd Total Utang 47.39% 46.18% -1.22% PDB Nominal (Rp Tilliun) 5, , Rasio Utang valas thd PDB 13.42% 12.5% -1.37% Keterangan: 1. Data utang bersumber dari Direktorat EAS DJPU yang telah diolah kembali. 2. Nilai PDB berdasarkan data BPS Rasio utang valas terhadap total utang menurun dari 47,39% pada akhir tahun 2 menjadi 46,18% pada akhir tahun 2. Rasio utang valas terhadap PDB selama tahun 2 juga menunjukkan penurunan yaitu sebesar 1,37% atau dari 13,42% di tahun 2, menjadi 12,5% di akhir tahun 2. Penurunan rasio ini menunjukkan berkurangnya kerentanan perekonomian terhadap potensial shock yang diakibatkan semakin berkurangnya volatilitas nilai tukar yang mengenai utang valas Pemerintah. Perubahan yang terjadi pada Portofolio utang valas tahun 2 Walaupun rasio utang valas terhadap total utang menurun, namun apabila di lihat dari sisi outstanding, maka utang Valuta asing Pemerintah selama tahun 2 mengalami kenaikan. Komposisi mata uang portofolio utang Valas Pemerintah pada akhir tahun 2 adalah sebagai berikut : Tabel 7 Outstanding Portofolio Utang Valas Currency Dalam Rupiah (milliar) Des-2 Des-2 Perubahan Outstanding Utang Valas USD 336, , % JPY 276, 296, % EUR 79,84 64, % GBP 7,69 6, % Lainnya 53,43 5, % Total 753, , % 16

22 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat outstanding utang valas dalam equivalen Rupiah naik sebesar 2,76% (sekitar Rp 2,78 triliun) yang disumbangkan oleh kenaikan outstanding utang dalam mata uang USD dan JPY, dua mata uang yang memiliki proporsi terbesar dalam utang valas. Sedangkan outstanding utang valas dalam mata uang lainnya mengalami penurunan. Untuk mengetahui penyebab kenaikan outstanding utang valas, dapat dilihat nilai utang dalam original currency dan perubahan kurs valuta asing dalam satu tahun sebagaimana pada tabel-tabel berikut : Tabel 8 Outstanding Utang Valas dalam Original Currency Currency Original Currency (milliar) Des-2 Des-2 Perubahan Outstanding Utang Valas USD % JPY 2, , % EUR % GBP % Tabel 9 Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Valas Currency Kurs terhadap IDR Des-2 Des-2 Perubahan USD % JPY % EUR % GBP % Berdasarkan kedua tabel di atas dapat dilihat penyebab kenaikan outstanding utang valas adalah penambahan utang dalam mata uang USD dan kenaikan nilai tukar mata uang Yen terhadap Rupiah. Penambahan outstanding dalam USD disebabkan oleh penambahan outstanding utang dalam original currency sebesar,73%. Walaupun terjadi pelemahan kurs USD terhadap Rupiah sebesar 4,35%, namun secara keseluruhan outstanding utang USD dalam Rupiah tetap mengalami kenaikan sebesar 5,91%. Sementara itu outstanding utang dalam valuta JPY mengalami kenaikan sebesar 7,47%, dimana dalam kenyataannya meski outstanding utang Yen dalam original currency mengalami penurunan sebesar,89%, namun hal ini tidak sebanding dengan penguatan kurs JPY terhadap Rupiah yang sebesar 8,43%. Efek perubahan outstanding utang dalam original currency dan pengaruh perubahan kurs valas terhadap Rupiah telah mengubah komposisi utang valas sebagai berikut : Grafik 21 Komposisi Utang Valas (per currency) Des 2 7.% 1.2%.59% 44.67% 6.48% Des 2.82% 8.35% 46.3% 36.63% 38.31% USD JPY EUR GBP Lainnya USD JPY EUR GBP Lainnya 17

23 Seiring dengan penambahan outstanding-nya dalam rupiah, pada tahun 2 terjadi peningkatan dominasi valuta USD dan JPY dalam portofolio utang valas. Dimana utang valas dalam USD semakin membesar dari 44,67% di tahun 2 menjadi 46,3% di tahun 2 dan Utang valas dalam JPY meningkat dari 36.63% di tahun 2 menjadi 38.31% di tahun 2. Penambahan porsi USD dalam portofolio utang valas, secara prinsip Asset Liability Management (ALM) menunjukkan bahwa kerentanan pemerintah terhadap volatilitas nilai tukar semakin terlindungi. Hal ini disebabkan karena sebagian besar penerimaan valas pemerintah adalah dalam valuta USD dan cadangan devisa di Bank Indonesia juga didominasi oleh valuta USD. Dengan demikian pergerakan di sisi Liability akan dapat diimbangi dari perubahan di sisi aset dan penerimaan. Komposisi portofolio utang valas dilihat dari instrumennya menunjukkan perpindahan (shifting) peran SBN Valas yang semakin besar dan peranan pinjaman yang terus berkurang. Komposisi portofolio utang valas dilihat dari porsi SBN dan pinjaman dapat dilihat sebagai berikut : Grafik 22 Komposisi Utang Valas (per instrumen) Des 2 19.% Des % 81.% 79.8% SBN Pinjaman SBN Pinjaman Komposisi portofolio valas berdasarkan instrumennya akan terus berubah di masa yang akan datang karena adanya pertumbuhan negatif pada portofolio pinjaman (terutama apabila dilihat berdasarkan outstanding pada original currency). Sedangkan portofolio SBN mengalami pertumbuhan yang cepat sebagai akibat semakin besarnya penerbitan Global Bond, Samurai Bond dan Sukuk Valas. Hal ini sejalan dengan semakin meningkatnya kebutuhan pembiayaan di tahun-tahun yang akan datang. Penambahan porsi SBN juga mendorong penambahan porsi USD dalam komposisi currency. Penambahan porsi SBN dalam portofolio utang valas membawa konsekuensi pengelolaan utang valas yang lebih flexibel dimana karena sifatnya yang dapat diperdagangkan, akan lebih mudah untuk dilakukan pengelolaan utang berbasis pasar. Selain itu, dengan makin besarnya porsi SBN dalam portofolio utang valas, akan lebih memudahkan pengelolaan administrasinya (pembukuan dan settlement). Sensitifitas Portofolio Tehadap Perubahan Kurs Rupiah Sensitifitas Portofolio Utang terhadap perubahan kurs Rupiah terhadap valas adalah sebagai berikut: Tabel Sensitifitas Portofolio Utang Terhadap Perubahan Kurs Jenis Valas Perubahan Delta Outstanding (triliun IDR) Des Des USD rupiah JPY 1 rupiah EUR rupiah GBP rupiah

24 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perubahan kurs dapat menyebabkan perubahan outstanding utang yang cukup signifikan. Sebagai contoh, peningkatan kurs USD yang merupakan porsi terbesar pada portofolio utang valas sebesar Rp,- akan menyebabkan outstanding utang berubah sebesar Rp3,96 triliun di tahun 2. Hal ini meningkat bila dibandingkan kondisi akhir tahun 2 yang besarnya Rp3,58 triliun. C. Risiko Refinancing (Refinancing Risk) Risiko refinancing adalah potensi naiknya tingkat biaya utang pada saat melakukan pembiayaan kembali (refinancing), atau bahkan tidak dapat dilakukan refinancing sama sekali yang akan meningkatkan beban pemerintah dan/atau mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan pembiayaan pemerintah. Risiko refinancing terutama disebabkan apabila jumlah utang yang jatuh tempo dalam jumlah besar terjadi secara bersamaan, sehingga akan meningkatkan jumlah penerbitan/penarikan utang dan meningkatkan Yield yang diminta investor/lender. Indikator risiko refinancing yang paling sederhana dan jelas adalah maturity profile portofolio utang, khususnya untuk tenor jangka pendek. Maturity profile yang tersebar merata akan kurang berisiko dibandingkan maturity profile yang terkonsentrasi pada satu periode waktu tertentu. Sebaran maturity profile portofolio utang untuk tahun 2 dibandingkan dengan kondisi tahun 2 dapat dilihat pada grafik berikut :.% Grafik 23 Maturity Profile Total Utang (percentage) % 6.% 4.% 2.%.% 1 yr 2 yr 3 yr 4 yr 5 yr 6 yr 7 yr 8 yr 9 yr yr 11 yr 12 yr 13 yr 14 yr 15 yr 16 yr 17 yr 18 yr 19 yr 2 yr 21 yr 22 yr 23 yr 24 yr 25 yr 26 yr 27 yr 28 yr 29 yr 3 yr >3 yr Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa dengan terlaksananya strategi penerbitan SBN dan pengadaan pinjaman dari sisi penentuan tenor, serta kegiatan pengelolaan portofolio berupa debt buyback dan switching telah menghasilkan distribusi tenor yang lebih merata dan mengurangi kosentrasi utang pada tenor pendek. Apabila dilihat perbandingan antara maturity profile SBN dan pinjaman dari sisi jumlah, maka dapat dilihat perubahan yang menarik sebagai berikut : 19

25 Grafik 24 Maturity Profile Total Utang (amount) Trilyun IDR SBN' SBN' Pinjaman' Pinjaman' yr 2 yr 3 yr 4 yr 5 yr 6 yr 7 yr 8 yr 9 yr yr 11 yr 12 yr 13 yr 14 yr 15 yr 16 yr 17 yr 18 yr 19 yr 2 yr 21 yr 22 yr 23 yr 24 yr 25 yr 26 yr 27 yr 28 yr 29 yr 3 yr >3 yr Akibat adanya kegiatan penerbitan SBN, penarikan pinjaman serta pembayaran cicilan pokok utang terjadi perubahan struktur maturity profile untuk tahun 2 dan tahun 2. Pada tahun 2 utang yang jatuh tempo dalam jangka waktu pendek secara jumlah mengalami peningkatan. Hal tersebut disebabkan oleh adanya penerbitan sekuritas yang memilki tenor pendek dalam jumlah yang besar seperti SPN dan SDHI. Namun apabila diperhatikan penambahan utang justru lebih tersebar ke jangka menengah dan panjang. Hal ini disebabkan oleh adanya penerbitan SBN yang bertenor panjang dan juga berkurangnya pinjaman dengan tenor pendek Untuk melihat kondisi refinancing risk secara keseluruhan dapat tergambar melalui angka rata-rata jatuh tempo (average to Maturity/ ATM ) portofolio utang. ATM portofolio utang menggambarkan seberapa panjang masa pelunasan dari portofolio utang. ATM portofolio utang per 31 Desember 2 dan per 31 Desember 2 dapat di lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 11 Rata-rata Jatuh Tempo Pembayaran Utang Per 31 Desember 2 Per 31 Desember 2 Keterangan ATM ATM Outstanding (triliun Rp) Outstanding (triliun Rp) (tahun) (tahun) SUN Zero Coupon Fixed Rate Global Bond SU non SRBI * Islamic Securities Variabel Rate Total SUN PLN Total Utang 1, , Keterangan:* SRBI tidak diperhitungkan dalam ATM karena repayment tergantung kondisi BI. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat terjadinya peningkatan risiko refinancing bila dilihat dari ATM portofolio utang (di luar SRBI), yaitu ATM mengalami pemendekan dari 8,44 tahun menjadi 8,42 tahun di akhir 2. Hal tersebut lebih disebabkan oleh semakin memendeknya jadwal pelunasan untuk Surat Utang Pemerintah nontradable ke Bank Indonesia. 2

26 6. PERKEMBANGAN INDIKATOR RISIKO PORTOFOLIO DARI TAHUN 25 HINGGA 2 Perkembangan indikator risiko portofolio selama tahun 26 hingga tahun 2 dapat dilihat melalui tabel berikut ini: Tabel 12 Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang Indikator Risiko Outstanding (Rp milliar) 1,32,166 1,389,411 1,636,741 1,589,781 1,676,682 Loan 559, ,352 73,246 6, ,276 SBN 742,728 83,59 96, ,458 1,64,46 Debt Interest rate risk (%) Rasio variable rate 28.73% 26.7% 22.89% 22.11% 2.29% Refixing rate 32.4% 3.23% 28.16% 28.15% 26.8% Average time to Refixing Exchange rate Risk Rasio utang FX terhadap PDB 18.24% 16.48% 17.22% 13.42% 12.5% Rasio utang FX terhadap Total Utang 46.77% 46.95% 52.11% 47.39% 46.18% Komposisi currecy Utang - IDR 53.23% 53.5% 47.89% 52.61% 53.82% - JPY 17.85% 17.59% 2.89% 17.36% 17.69% - USD 16.74% 18.95% 21.91% 21.93% 21.72% - EUR 7.% 7.12% 6.36% 5.2% 3.86% - Lainnya 5.19% 3.29% 2.94% 3.% 2.91% Refinancing Risk (%) Matured in 1 year 5.65% 6.79% 6.41% 7.53% 7.6% Matured in 3 year 18.48% 19.36% 18.64% 2.25% 2.82% Matured in 5 year 29.95% 3.62% 31.5% 33.13% 34.15% Average time to maturity Loan SBN Total Keterangan: ATM SBN tahun memasukkan SRBI di dalam perhitungannya, sedangkan ATM tahun 2-2 tidak Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa risiko tingkat bunga cenderung membaik secara konsisten dari tahun 25 hingga tahun 2. Sedangkan risiko nilai tukar cenderung membaik meskipun terdapat fluktuasi khususnya pada tahun 28 yang mengalami peningkatan risiko yang cukup signifikan akibat pelemahan kurs rupiah yang sangat besar. Sementara untuk risiko refinancing, cenderung mengalami peningkatan risiko bila dilihat dari perkembangannya dari tahun 2 ke tahun 2. 21

27 7. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bagian terdahulu dari laporan ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : a. Perkembangan perekonomian Indonesia pada tahun 2 semakin membaik dengan angka pertumbuhan PDB sebesar 6,1%, atau telah kembali mencapai tingkat pertumbuhan sebelum terjadinya krisis finansial global di kisaran 6 %. Membaiknya pertumbuhan ekonomi indonesia tersebut dapat digambarkan dengan turunnya rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) dari 28,32% di akhir 2 menjadi 26,% pada akhir tahun 2. b. Kondisi perekonomian domestik tahun 2 yang membaik serta mulai pulihnya ekonomi dunia telah menyebabkan mengalirnya dana dari negara maju ke emerging market. Hal tersebut disebabkan rendahnya tingkat suku bunga di negara maju dan menurunnya risk aversion investor menyebabkan terus mengalirnya dana asing ke pasar keuangan Indonesia. Sebagai dampak mengalirnya dana asing tersebut adalah turunnya tingkat yield SBN yang diminta investor ke tingkat terendah sejak awal penerbitan SBN. c. Kondisi perekonomian dunia pada tahun 2 mulai pulih dari kondisi krisis yang ditandai membaiknya angka pertumbuhan ekonomi negara negara maju utama dunia yang sebelumnya terkena krisis seperti Amerika Serikat, Jerman dan Jepang, serta semakin melajunya pertumbuhan negara-negara emerging market khususnya negara-negara BRIC (Brazil, Russia, India dan China). Namun ditengah pemulihan ekonomi dunia terdapat beberapa negara, seperti Portugal, Italy, Ireland, Greece dan Spain (negara PIIGS), yang mengalami krisis utang akibat tingkat utang yang unsustainable. Negaranegara tersebut mengalami kesulitan akibat naiknya yield yang sangat besar akibat meningkatnya persepsi potensi default sejalan dengan tingginya rasio utang terhadap PDB mereka. d. Perkembangan portofolio SBN selama tahun 2 ditandai dengan dominasi penerbitan SBN domestik bila dibandingkan dengan penerbitan SBN valas. Besarnya penebitan SBN domestik dibandingkan SBN valas untuk memanfaatkan momentum dari kondisi pasar domestik yang baik dan stabil setelah pulih dari krisis keuangan global. Di tambah lagi dengan terjadinya krisis utang Eropa sehingga menyebabkan terjadinya pengaliran dana dari negara maju ke emerging market. e. Perkembangan portofolio pinjaman tahun 2 mengalami sedikit perbedaan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perbedaan tersebut terletak pada adanya sumber pembiayaan APBN melalui pinjaman yang berasal dari dalam negeri. Pinjaman dalam negeri tersebut merupakan bagian dari target penarikan pinjaman proyek/kegiatan yang jumlahnya masih kecil (Rp1, triliun). Namun demikian, hal ini merupakan langkah awal yang sangat baik dalam menekan risiko portofolio pinjaman khususnya pada risiko nilai tukar. f. Perkembangan risiko tingkat bunga pada 2 menurun dilihat dari penurunan rasio refixing rate dari portofolio utang sebesar 2,8% yaitu dari 28,16% di akhir tahun 2 menjadi 26,8% di akhir tahun tahun 2. Kondisi ini disebabkan oleh meningkatnya outstanding portofolio utang. Namun di sisi lain jumlah outstanding utang yang berbunga VR menurun sehingga rasio refixing rate ikut menurun. 22

LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2011

LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2011 LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2 A. UMUM Pengelolaan portofolio dan risiko utang Pemerintah pada tahun 2 mendapat tantangan yang cukup berat akibat kondisi krisis

Lebih terperinci

Laporan Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2012

Laporan Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2012 Laporan Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 212 Mendukung pembiayaan APBN secara efisien dengan risiko yang terukur untuk mempertahankan kesinambungan fiskal Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Tel 21

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Pembiayaan APBNP 2017 masih didukung oleh peran utang Pemerintah Pusat. Penambahan utang neto selama bulan Agustus 2017 tercatat sejumlah Rp45,81 triliun, berasal dari penarikan pinjaman

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Utang Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung pembiayaan APBNP 2017. Penambahan utang neto selama bulan September 2017 tercatat sejumlah Rp40,66 triliun, berasal dari penerbitan Surat

Lebih terperinci

Laporan Analisis Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2013

Laporan Analisis Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2013 Laporan Analisis Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 213 Direktorat Strategi Dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Tel 21 351714 Fax 21 351715 Gedung Frans Seda Jl. Wahidin Raya 1 (171)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 30 November 2008 Ringkasan Eksekutif Rasio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 31 Juli 2008 Ringkasan Eksekutif Ratio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus menurun

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DISCLAIMER

DAFTAR ISI DISCLAIMER DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan

Lebih terperinci

Surat Berharga Syariah Negara

Surat Berharga Syariah Negara Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), up date 28 Februari 2009

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), up date 28 Februari 2009 Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2009 up date 28 Februari 2009 Gambaran Umum Stok Utang & Bunga Trend Defisit 3-28.1-10.272-1.9-3.1-26.5665-23.8524-19.1004-9.4482

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007 I. Pendahuluan Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) 1. SBI 3 bulan PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA

PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA PERKEMBANGAN UTANG INDONESIA Utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal yang digunakan sebagai salah satu bentuk pembiayaan ketika APBN mengalami defisit dan untuk membayar kembali utang yang jatuh tempo

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

MARKET UPDATE UTANG JUNI 2011

MARKET UPDATE UTANG JUNI 2011 MARKET UPDATE UTANG JUNI 2011 Ringkasan: Tingkat Imbal Hasil SUN mengalami penguatan pada bulan Mei dibanding April dan terjadi Net Foreign Buying pada SUN sebesar Rp3,90 Trilliun selama bulan Mei. Tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN

SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN SUN SEBAGAI INSTRUMEN PEMBIAYAAN DEFISIT APBN Salah satu upaya untuk mengatasi kemandegan perekonomian saat ini adalah stimulus fiskal yang dapat dilakukan diantaranya melalui defisit anggaran. SUN sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai tukar atau kurs merupakan indikator ekonomi yang sangat penting karena pergerakan nilai tukar berpengaruh luas terhadap aspek perekonomian suatu negara. Saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsekuensi dari krisis keuangan global yang mulai terjadi pada tahun 2008 lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara maju harus

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 2004 2009, pembiayaan defisit APBN melalui utang menunjukkan adanya pergeseran dominasi dari pinjaman luar negeri menjadi Surat Utang Negara (SUN) atau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL

BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL A. Gambaran Umum Tentang Obligasi Negara 1. Surat Utang Negara di Indonesia a). Jenis Surat Utang Negara (1) Obligasi Negara Berdenominasi Rupiah Obligasi Negara berdenominasi

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA Jakarta, 8 November 2017 DJPPR Kemenkeu @djpprkemenkeu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

Robohnya Rupiah Kami 1

Robohnya Rupiah Kami 1 Jakarta, 9 Maret 2015 Robohnya Rupiah Kami 1 Selama pekan lalu ketika kurs rupiah melemah melewati Rp13.000 per dollar banyak yang bertanya kepada saya -- termasuk melalui sosial media -- tentang rupiah

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.00% Deposito

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN)

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Jakarta, 30 November 2017 DJPPR Kemenkeu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melakukan hedging kewajiban valuta asing beberapa bank. (lifestyle.okezone.com/suratutangnegara 28 Okt.2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa Orde Baru, pemerintah menerapkan kebijakan Anggaran Berimbang dalam penyusunan dan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang artinya

Lebih terperinci

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report 1 Februari 1 ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report RESEARCH Data Pasar Hari Kerja Sebelumnya Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kurs Acuan BI Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama Dunia Keterangan Hari

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 BAGI STAF BPKD PEMPROF DKI JAKARTA DI GEDUNG DIKLAT 23 27 MEI 2011 OBLIGASI PEMERINTAH RILYA ARYANCANA Topik KARAKTERISTIK OBLIGASI PEMERINTAH JENIS OBLIGASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

Perekonomian Suatu Negara

Perekonomian Suatu Negara Menteri Keuangan RI Jakarta, Maret 2010 Perekonomian Suatu Negara Dinamika dilihat dari 4 Komponen= I. Neraca Output Y = C + I + G + (X-M) AS = AD II. Neraca Fiskal => APBN Total Pendapatan Negara (Tax;

Lebih terperinci

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO

ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO ANALISIS INVERSTASI DAN PORTOFOLIO Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.0% Deposito

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM)

Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) Pelemahan Rupiah: Haruskah Kita Panik? Mohammad Indra Maulana (Alumni FEB UGM) 12/14/2014 Pertanyaan 1: Benarkah selalu melemah selama Desember? 12/14/2014 M. Indra Maulana 2 Nilai tukar Rupiah saat ini

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 1 June 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Arus Modal Masuk, Menopang Rupiah Pasar Eropa mulai agak tenang di akhir bulan Mei dalam rangka menyongsong pekan pertama bulan Juni. Tekanan yang begitu dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investor sering kali dibingungkan apabila ingin melakukan investasi atas dana yang dimilikinya ketika tingkat bunga mengalami penurunan. Sementara itu, kebutuhan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon (stance) kebijakan moneter ditetapkan untuk menjamin agar pergerakan inflasi dan ekonomi ke depan tetap berada pada jalur pencapaian sasaran inflasi

Lebih terperinci

Press Release Monthly Bond Market Review September Depresiasi Rupiah Tekan Pasar Obligasi Domestik

Press Release Monthly Bond Market Review September Depresiasi Rupiah Tekan Pasar Obligasi Domestik Spread Yield to maturity Press Release Monthly Bond Market Review September 2015 Depresiasi Rupiah Tekan Pasar Obligasi Domestik Kondisi pasar obligasi Indonesia pada bulan September mengalami tekanan

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 20 January 2011 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Keluarnya Modal Asing Menekan Rupiah dan Obligasi Di AS, pertumbuhan ekonomi mulai memiliki momentum, namun inflasi kembali meningkat seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51

OVERVIEW investasi obligasi. 1/51 http://www.deden08m.wordpress.com OVERVIEW Konsep pengertian obligasi. Karakteristik dan jenis obligasi. Hasil-hasil (yields) yang diperoleh dari investasi obligasi. 1/51 OBLIGASI PERUSAHAAN Obligasi perusahaan

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi makro, maka dari itu kondisi ekonomi makro yang stabil dan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi pasar modal yang mengalami pasang surut memberikan tanda bahwa kegiatan di pasar modal memiliki hubungan yang erat dengan keadaan ekonomi makro, maka

Lebih terperinci

S e p t e m b e r

S e p t e m b e r September 2014 1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN UTANG PEMERINTAH DAN FUNGSI PEMBIAYAAN DALAM APBN

KEBIJAKAN PEMBIAYAAN UTANG PEMERINTAH DAN FUNGSI PEMBIAYAAN DALAM APBN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN UTANG PEMERINTAH DAN FUNGSI PEMBIAYAAN DALAM APBN Jakarta, 30 November 2017 APBN dan Nota Keuangan Sebagai Instrumen Fiskal Negara APBN merupakan KESEPAKATAN Pemerintah dan DPR Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran aktif lembaga pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan sumber daya ekonomi secara optimal dengan mempertemukan kepentingan investor selaku pihak

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF

PROSPEK EKONOMI 2016: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 2015 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PROSPEK EKONOMI 216: PERSPEKTIF LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DESEMBER 215 FAUZI ICHSAN KEPALA EKSEKUTIF PERKEMBANGAN TERKINI 3Q6 3Q7 3Q8 3Q9 3Q1 3Q11 3Q12 3Q13 3Q14 3Q15 EKONOMI GLOBAL: PERTUMBUHAN EKONOMI

Lebih terperinci

mendorong lebih banyak tingkat upah.

mendorong lebih banyak tingkat upah. Jakarta, 6 Februari 2016 Trump Tahan Dollar, BI Tahan Bunga Indeks dollar DXY sepekan lalu melemah 0,66% % sehingga menyebabkan n sepanjang tahun berjalan melemah 2,29%. Bisa jadi pelemahan dollar ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem Perbankan sebagai bagian dari sistem keuangan diharapkan dapat meningkatkan perannya secara optimal sebagai lembaga intermediasi didalam momentum recovery setelah

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012

ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 ASUMSI NILAI TUKAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA SBI/SPN APBN 2012 A. Nilai Tukar Realisasi rata-rata nilai tukar Rupiah dalam tahun 2010 mencapai Rp9.087/US$, menguat dari asumsinya dalam APBN-P sebesar rata-rata

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci