LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2011

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2011"

Transkripsi

1 LAPORAN ANALISIS PENGELOLAAN PORTOFOLIO DAN RISIKO UTANG PEMERINTAH TAHUN 2 A. UMUM Pengelolaan portofolio dan risiko utang Pemerintah pada tahun 2 mendapat tantangan yang cukup berat akibat kondisi krisis utang di Eropa dan kondisi perekonomian negara maju yang belum pulih sepenuhnya akibat krisis tahun 28 dan terancam kembali mengalami resesi. Pengaruh kondisi perekonomian dunia tersebut masih dapat diminimalisir sehingga tidak mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia secara signifikan. Sepanjang tahun 2, perekonomian Indonesia menunjukkan kinerja yang positif, diindikasikan dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 6,5%, lebih tinggi dari tahun 2 yang sebesar 6,1%. Secara umum pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2 dipengaruhi secara signifikan oleh variabel konsumsi rumah tangga (54,6%), investasi (32,%), dan net ekspor(1,4%). Adapun realisasi belanja Pemerintah memberikan kontribusi sekitar 9,%. Kondisi perekonomian domestik yang stabil di tengah ketidakpastian perekonomian dunia menyebabkan pasar keuangan domestik menjadi sasaran investor asing untuk menanamkan modalnya. Capital inflow ini menyebabkan naiknya kepemilikan asing atas Surat Berharga Negara (SBN) hingga mencapai 35% (dari outstanding SBN tradable) pada Juli 2 serta meningkatnya volume transaksi perdagangan SBN di Pasar Sekunder. 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% % % 35.% Grafik 1 Perkembangan Rasio Utang terhadap PDB 33.4% 28.32% 26.% 24.28% (Triliun IDR) Rasio utang Pemerintah tahun 2 semakin menurun sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan terkendalinya jumlah pertambahan utang pada tingkat yang sustainable. Rasio utang terhadap PDB mencapai 24,28% yang merupakan rasio terendah sejak sebelum krisis ekonomi Total Utang (rhs) PDB (rhs) Kondisi fundamental ekonomi yang baik serta Rasio Utang Terhadap PDB dan BPS rendahnya rasio utang terhadap PDB direspon oleh lembaga pemeringkat Fitch s dengan menaikkan rating Indonesia menjadi level investment grade (BBB-) pada Desember 2. Hal ini menunjukan Indonesia menjadi tempat yang aman bagi investasi untuk menanamkan modalnya.

2 2 B. KONDISI PEREKONOMIAN GLOBAL (%) 12 ( %) Grafik 2 Pertumbuhan Ekonomi Global BRIC US Euro Zone Indonesia Grafik 3 Central Bank Rate BI Rate ECB Base Rate FED Target Rate BOJ Rate Sepanjang tahun 2 kondisi perkonomian dunia yang belum sepenuhnya pulih dari krisis keuangan global terancam kembali mengalami krisis ekonomi susulan (double dip recession). Hal tersebut disebabkan permasalahan utang di zona Eropa, krisis sektor perumahan di Amerika Serikat dan adanya bencana tsunami Jepang. Sementara negara-negara emerging market mengalami problem tingginya inflasi khususnya China dan India. Apabila melihat kondisi emerging market, maka pertumbuhan ekonomi masih tetap pada tingkat yang cukup tinggi. Untuk mengatasi kelesuan perekonomian, Bank sentral negara-negara maju yang dipelopori oleh Federal Reserve melakukan kebijakan pelonggaran moneter dengan menurunkan suku bunga ke tingkat terendah ditambah kebijakan menambah jumlah uang beredar (quantitative easing) melalui pembelian surat berharga pemerintah maupun mortgage. Kebijakan federal reserve diikuti oleh Zona Eropa dan Jepang. Selama tahun 2 kondisi yang paling mengkhawatirkan perekonomian dunia adalah krisis utang pemerintah di Eropa. Krisis utang yang bermula dari negara-negara PIIGS (Portugal, Irlandia, Italia, Yunani, Spanyol) mengancam keseluruhan Zona Euro akibat persepsi investor akan kerapuhan seluruh sistem currency Euro. Krisis utang tersebut memperparah kondisi ekonomi negara-negara zona Euro akibat meningkatnya yield dan level utang yang memaksa negara-negara tersebut mengambil kebijakan penghematan fiskal (austerity measures). Salah satu dampak krisis utang Eropa adalah ancaman krisis sistemik perbankan dunia khususnya yang memiliki eksposur aset negara-negara yang bermasalah. Sebagai dampak hal tersebut, perbankan Eropa harus memperkuat rasio modal terhadap aset mereka melalui pengurangan jumlah kredit atau menambah modal. Akibat langkah perbankan Eropa tersebut, menyebabkan keringnya likuiditas di pasar Eropa maupun di Asia sebagai dampak pengurangan pemberian kredit di pasar sindikasi. Untuk mengatasi hal tersebut, European Centre Bank (ECB) mengadakan fasilitas pinjaman berbunga murah untuk membantu perbankan dan menambah likuiditas pasar sekuritas Eropa.

3 3 (%) Grafik 4 Perkembangan Indikator Likuiditas Pasar TED Spread (Libor over T-bills 3m) Ket: Data berasal dari Bloomberg yang diolah kembali Grafik 5 Perkembangan Harga Komoditas Minyak brent Emas (rhs) (%) , 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Dampak dari memburuknya krisis di zona Eropa tersebut, terutama pada kuartal IV 2 terjadi perpindahan aset dari negaranegara emerging ke aset negara-negara safe haven currency. Hal tersebut menyebabkan yield T-Bill 3m turun hingga mendekati nol, sedangkan adanya kekhawatiran untuk memberikan pinjaman antar bank, meningkatkan tingkat bunga LIBOR. Dapat dilihat pada grafik 4, pada semester I 2 TED Spread masih berada pada kisaran 2 basis points (bps) namun pada kuartal IV sudah mencapai kisaran 6 bps. Di tengah krisis yang terjadi di Zona Eropa dan masih lesunya perekonomian Amerika Serikat, perekonomian China dan negaranegara emerging lainnya masih tumbuh cukup tinggi. Hal tersebut menyebabkan harga minyak tetap tinggi yang didorong oleh pertumbuhan permintaan dari negara-negara emerging. Selain hal tersebut adanya tambahan likuiditas dari kebijakan quantitative easing menambah demand terhadap emas yang berfungsi sebagai instrumen lindung nilai terhadap krisis maupun terhadap penurunan nilai uang. C. KONDISI PASAR KEUANGAN DOMESTIK Kondisi pasar keuangan domestik selama tahun 2 sangat kondusif antara lain ditandai turunnya tingkat bunga pasar, menguatnya nilai tukar rupiah, derasnya aliran investasi asing baik di portofolio maupun sektor riil. Kondusifnya kondisi pasar keuangan disebabkan baiknya kondisi fundamental ekonomi Indonesia di tengah kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu. (%) Grafik 6 Perkembangan BI rate, Inflasi dan Yield SUN Inflasi BI Rate SUN yr (%) Tahun 2 diwarnai oleh inflasi yang menurun. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember 2 mencapai,57% (mtm) atau 3,79%(yoy). Penurunan inflasi sepanjang tahun 2 terjadi karena koreksi inflasi volatile food prices dan minimalnya inflasi administered prices, sementara inflasi inti cenderung moderat.

4 4 Dengan kondisi inflasi yang cenderung menurun pada tahun 2 tersebut untuk menjaga menjaga stabilitas keuangan serta mengurangi dampak memburuknya prospek ekonomi global terhadap perekonomian Indonesia, maka Bank Indonesia melakukan penurunan BI rate yaitu dari awal tahun 2 pada level 6,75%, selanjutnya Oktober 2 turun 6,5% dan pada bulan November 2 pada level 6,%. point (Rupiah) Grafik 7 Pergerakan Indeks Harga SUN domestik dan IHSG IHSG (Rupiah) USD/IDR EUR/IDR JPY/IDR (rhs) Sentimen negatif akibat gejolak pasar keuangan global berdampak terhadap kinerja pasar saham domestik walaupun fundamental makroekonomi dan mikro emiten cukup kuat. Gejolak di pasar keuangan global tersebut mendorong aksi portfolio adjustment oleh investor non resident di pasar keuangan domestik yang diikuti dengan melemahnya nilai tukar sehingga menekan kinerja pasar saham domestik. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan yang cukup tajam sebesar 8,7% ke level pada 3 September 2. Meskipun melemah cukup tajam, namun dibandingkan dengan negara-negara di kawasan, pelemahan tersebut masih relatif lebih rendah. Di sektor keuangan, tingginya ekses likuiditas global dan persespi resiko investor masih akan mendorong tetap derasnya aliran modal asing masuk ke negara-negara emerging termasuk Indonesia, baik dalam bentuk Foreign Direct Investment (FDI) maupun investasi portofolio. Di pasar obligasi negara, masuknya dana asing ke pasar SBN domestik telah menyebabkan peningkatan kembali indeks SUN hingga level tertinggi. Nilai tukar Rupiah selama tahun 2 mengalami apresiasi meski pada semester II-2 mengalami tekanan depresiasi akibat memburuknya sentimen terkait gejolak di pasar Grafik 8 Perkembangan Kurs IDR Terhadap Beberapa Mata Uang Utama ` IDMA Bond Price Index -rhs point keuangan global. Namun, pelemahan nilai tukar rupiah tersebut masih sejalan dengan pergerakan nilai tukar mata uang negara kawasan. Tekanan terhadap rupiah antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya faktor risiko global akibat kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Selain itu, meningkatnya permintaan valas untuk memenuhi pembayaran impor turut menekan nilai tukar rupiah

5 5 (%) 28 Feb 3 Jun 3 Sep 3 Dec (miliar IDR) 12,, 8, 6, 4, 2, - Triliun Rupiah Grafik Volume Transaksi Harian SBN Tradable Volume Frekuensi - rhs '7 '8 '9 ' Jan Feb Mar Apr MayJun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Total Bid Total Awd Grafik 9 Yield Curve 4 1YR 3YR 5YR 7YR Y 15Y 2Y 3Y Grafik Kepemilikan SBN Tradable Bid to Cover Ratio - rhs 2 Grafik 12 Bid to Cover Ratio Penerbitan SBN Masuknya dana asing menekan yield curve sebagai dampak dari rendahnya biaya dana investor asing dan ekspektasi penguatan kurs Rupiah yang menciptakan rendahnya imbal hasil yang diminta investor. Pada akhir tahun 2, yield curve semakin bergeser ke bawah dan datar. Pergerakan tersebut menunjukkan ekspektasi jangka panjang investor terhadap fundamental ekonomi dan semakin baiknya credit rating Indonesia. Aliran dana asing yang berupa investasi portofolio ditempatkan pada instrumen saham (ekuitas) dan SBN. Kepemilikan asing pada SBN meningkat sangat signifikan sehingga sempat mencapai level 35% dengan nilai sekitar Rp248 triliun pada bulan Juli 2. Namun, akibat memburuknya krisis Eropa menyebabkan adanya perpindahan aset ke safe haven currency (flight to quality) sehingga kepemilikan asing di akhir tahun turun ke tingkat 3% atau di kisaran Rp222 triliun. Kondusifnya pasar keuangan domestik, menyebabkan meningkatnya likuditas yang berdampak pada naiknya volume perdagangan, yang mencapai puncaknya pada bulan agustus 2, jauh meningkat bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan volume transaksi tersebut disebabkan adanya capital inflow dana asing. Namun pada kuartal IV-2 volume transaksi mengalami penurun akibat dari aliran modal asing kembali ke safe haven country. Tingginya likuiditas juga ditunjukkan oleh bid to cover ratio pada lelang pasar perdana. Tingginya bid to cover ratio tersebut menyebabkan turunnya biaya utang yang harus dibayar Pemerintah karena terjadinya price tension pada lelang perdana SBN.

6 6 14 BBB+ BBB13 B+ B B CCC+ 5 CCC 4 CC 3 2 R/C 1 SD/DD '97 '98 '99 ' '1 '2 '3 '4 '5 '6 '7 '8 '9 ' ' '12 (%) CCC- BB+ BB BB- 9 BBB S&P's Fitch's Moody's (RHS) Grafik 13 Credit Rating Indonesia INVESMENT GRADE RATING Grafik 14. Pergerakan CDS yr dan Global Bond yr to Tbond Spread GB Yr to TBond spread 9 Indonesia (BBB-) Grafik 15. Pergerakan CDS 5yr Filipina (BBB-) Grafik 16. Pergerakan yield SUN Valas Per Tenor 14 Baa1 13 Baa2 12 Baa3 Ba1 Ba2 9Ba3 8 B Caa B2 B3 5Caa1 3Caa3 Ca C cds Indo yr Thailand (A-) Turki (BB+) (%) Kondusifnya pasar keuangan domestik semakin membaik dengan adanya kenaikan rating dari Fitch s pada bulan Desember 2. Keberhasilan tersebut menyebabkan Indonesia kembali menjadi investment grade rating country seperti yang pernah dicapai sebelum pecahnya krisis Asia Rating investment grade tersebut memberikan keuntungan adanya tambahan investor baru pada pasar keuangan Indonesia khususnya pada pasar SBN. Positifnya persepsi investor asing dicerminkan oleh angka Credit Default Swap (CDS) Indonesia yang semakin menurun dan spread obligasi global Indonesia dengan Treasury Bond (T-Bond) yang semakin ketat. Spread antara global bond Indonesia dan T- Bond yang ketat menunjukkan likuiditas karena ada permintaan global bond yang tinggi. Hal ini menunjukkan persepsi investor terhadap Indonesia yang semakin baik. Persepsi risiko Indonesia dibandingkan dengan peer countries semakin membaik. Hal tersebut dapat dilihat pada perbandingan angka CDS yang menunjukkan perubahan dimana sebelumnya angka CDS Indonesia lebih tinggi dari peer countries, saat ini menjadi setara atau lebih rendah. Berlanjutnya krisis utang Eropa khususnya di negara PIIGS menyebabkan ketidakpastian kondisi perekonomian di masa depan. Hal ini mendorong investor cenderung melakukan pembedaan antara negara yang memiliki kesinambungan utang yang baik (rasio utang rendah) dengan negara yang berpotensi mengalami krisis akibat utang yang tidak sustainable (rasio utang tinggi). Indonesia yang memilki rasio utang rendah diuntungkan dengan penurunan yield. Global Bond 5 yr Global Bond yr

7 7 D. PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2 Pada akhir tahun 2, outstanding utang adalah sebesar Rp1.83,5 triliun, terdapat peningkatan nominal sebesar Rp126,6 triliun dibanding akhir tahun 2 yang sebesar Rp1.676,9 triliun. Dari peningkatan tersebut, penambahan riil utang adalah sebesar Rp1,2 triliun. Adapun penambahan sebesar Rp16,4 triliun merupakan dampak dari pelemahan nilai tukar IDR terhadap JPY dan USD sebagai mata uang asing yang paling dominan dalam portofolio utang pemerintah. Peningkatan outstanding utang pada akhir tahun 2 tersebut berasal dari instrumen SBN sebesar Rp123,2 triliun dan instrumen pinjaman sebesar Rp3,4 triliun. Secara komposisi, porsi instrumen SBN adalah sebesar 65,9% sedangkan porsi instrumen pinjaman adalah sebesar 34,1%. Tabel 1. Perkembangan Outstanding Portofolio Utang dalam triliun IDR Outs % Outs % Outs % Outs % Outs % SBN Denominasi Rupiah Denominasi Valas Pinjaman Denominasi Rupiah Denominasi Valas Total Utang Portofolio SBN Untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan APBN-P 2, target penerbitan SBN bruto adalah sebesar Rp2,2 triliun, dan terealisasi sebesar Rp28,1 triliun dengan memperhitungkan buyback sebesar Rp3,5 triliun. Realisasi penerbitan SBN tersebut terdiri dari penerbitan SUN sebesar Rp171,29 trilliun dan penerbitan SBSN sebesar Rp33,31 trilliun. Realisasi penerbitan SBN tersebut terdiri dari penerbitan SBN domestik sebesar Rp174,12 triliun dan penerbitan SBN valas sebesar Rp3,48 triliun. Termasuk dalam penerbitan di atas adalah penerbitan SPN 3 bulan yang ditujukan sebagai tingkat bunga acuan Obligasi Negara seri VR. Sepanjang tahun 2, jumlah penerbitan SPN 3 bulan tersebut sebesar Rp6,7 triliun. Rincian penerbitan penerbitan SBN pada 2 dan perkembangan komposisi penerbitan SBN dalam lima tahun terakhir sebagaimana disajikan pada tabel 2 dan tabel 3 berikut. Tabel 2. Rincian Penerbitan SBN Tahun 2 Triliun IDR SUN SBSN SBN Domestik 149,85 24,27 174,12 SPN / SPNS 4, 1,32 41,32 Ritel, 7,34 18,34 Fixed rate 98,85 15,61 4,46 Valas 21,44 9,4 3,48 Total 171,29 33,31 24,6

8 8 2. Portofolio Pinjaman (juta USD) 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - Tabel 3. Trend Penerbitan SBN Periode 27-2 Pada APBN-P tahun 2 ditargetkan pembiayaan melalui Pinjaman sebesar Rp57,6 triliun, yang terdiri dari Rp19,2 triliun Pinjaman Program dan Rp36,9 triliun Pinjaman Proyek. Dalam Pinjaman Proyek tersebut di dalamnya juga termasuk Penerusan Pinjaman sebesar Rp,7 triliun dan Pinjaman Dalam Negeri sebesar Rp1,4 triliun. Dari target tersebut, realisasi disbursement Pinjaman Program selama tahun 2 mencapai sebesar Rp13,6 triliun (7,7% dari target) dan Pinjaman Proyek sebesar Rp18,1 triliun (49,% dari target). Pengurangan disbursement Pinjaman Program disebabkan oleh adanya kebijakan kabinet untuk meniadakan Pinjaman Program dengan tema climate change, mengingat sensitivitas isu pendanaan program penyelamatan lingkungan hidup dan telah terpenuhinya kebutuhan kas sampai dengan akhir tahun. Grafik 17. Perkembangan Penarikan Pinjaman Program WB ADB JBIC/ JICA Perancis , , ,74 4 1, Trilliun IDR Penerbitan SBN Gross 99,95 126,24 144,56 161,9 24,6 Redemption & buyback 42,78 4,33 45,29 7,74 84,53 Neto 57,17 85,92 99,27 91,16 12,7 57 Domestik 86,38 86,93 98,79 136,86 174,12 Valas 13,58 39,32 46,88 25,4 3,48 Porsi Penerbitan valas 13,58% 31,14% 32,18% 15,47% 14,9% Realisasi disbursement Pinjaman Proyek yang masih rendah pada tahun 2, dimana hal ini masih relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2. Kondisi tersebut salah satunya disebabkan karena keterlambatan Kementerian/Lembaga dalam memenuhi condition

9 9 precedent sebagai dasar efektifnya pinjaman. Selain itu disebabkan pula oleh keterlambatan Kementerian/ Lembaga dalam menyelesaikan proses pengadaan serta lamanya proses penerbitan No Objection Letter (NOL) dari kreditur, sehingga mengganggu jadwal pengadaan. Relatif rendahnya realisasi disbursement Pinjaman dibandingkan dengan pembayaran repayment-nya, menyebabkan net flow instrumen Pinjaman menjadi negatif. Dalam realisasi APBN 2 terdapat negatif flow dari Pinjaman sebesar Rp15,6 triliun. Adapun perkembangan realisasi disbursement dan repayment Pinjaman selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut. 8 (Trilyun IDR) 6 Grafik 18 Perkembangan Realisasi Disbursement (Penarikan) dan Pembayaran Cicilan Pokok Pinjaman Pinjaman Proyek Pinjaman Program Pembayaran Cicilan Pokok Net Flow (Trilyun IDR) (2) (4) (57.92) (63.44) (68.3) (5.63) (47.32) (2) (4) (6) (6) (8) ) Realisasi sementara Dari perkembangan outstanding Utang pada tabel 1 terlihat bahwa outstanding Pinjaman mengalami kenaikan pada kondisi akhir tahun 2. Kondisi kenaikan ini menjadi tidak sejalan dengan adanya net negative flow Pinjaman dalam tahun 2. Hal ini dapat dijelaskan bahwa naiknya outstanding akhir tahun 2 sebagai dampak depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang USD dan JPY yang merupakan mata uang utama pada portofolio Pinjaman (stock concept). Sedangkan perhitungan repayment dan disbursement didasarkan pada nilai tukar saat transaksi (flow concept), dimana nilai tukar Rupiah terhadap kedua mata uang pinjaman tersebut sempat mengalami apresiasi di pertengahan tahun 2. Dari sisi jenis kreditur, kenaikan jumlah outstanding, terjadi baik pada kreditur bilateral, multilateral, maupun komersial, sebagaimana terlihat pada grafik berikut: Tabel 4. Perkembangan Outstanding Pinjaman triliun IDR Outstanding Pinjaman Berdasarkan sumber pinjaman - Multilateral Bilateral Komersial Supplier Berdasarkan sumber pinjaman - Pinjaman Program Pinjaman Proyek Total Loan Sumber: Realisasi APBN (8)

10 Perkembangan outstanding Pinjaman sebagaimana tabel 4, selain dilihat dari sisi kreditur, juga dapat dilihat dari segi tujuan pembiayaan. Sebelum tahun 2 outstanding Pinjaman Pemerintah hanya didominasi oleh Pinjaman Proyek. Namun seiring dengan perkembangan kebutuhan pembiayaan defisit, terdapat kecenderungan untuk memanfaatkan pinjaman yang sifatnya tunai (Pinjaman Program) selama beberapa tahun terakhir ini. Dalam hal kinerja pengadaan dan penyerapannya, Pinjaman Program relatif sangat baik karena tersedianya underlying program serta karakter disbursement pinjaman yang relatif mudah dan dapat ditarik sekaligus. E. PENGELOLAAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG TAHUN 2 1. Risiko Tingkat Bunga (Interest rate risk) Indikator risiko tingkat bunga portofolio utang Pemerintah yang ditunjukkan oleh rasio VR (variable / floating rate) serta rasio refixing rate mengalami penurunan. Rasio VR terhadap total utang turun dari 2,29% pada 2 menjadi 17,68% pada akhir 2 begitu juga rasio refixing rate yang turun dari 26,8% pada 2 menjadi 24,79% di akhir tahun 2. Penurunan kedua indikator risiko tersebut sebagian besar disebabkan oleh semakin kecil porsi Pinjaman dalam portofolio utang dan turunnya rasio VR dalam portofolio SBN. Penurunan kedua rasio tersebut disebabkan tidak diterbitkannya SBN VR selama tahun 2, sementara pinjaman VR dan SBN VR yang jatuh tempo tahun 2 cukup signifikan. Sementara itu disbursement Pinjaman bersuku bunga floating masih lebih kecil dibandingkan pelunasannya tersebut. Keterangan lebih lanjut mengenai penurunan indikator risiko ini dijelaskan pada bagian perubahan komposisi jenis suku bunga. Tabel 5. Perkembangan Indikator Risiko Tingkat Bunga no Uraian Des 2 (%) Des 2 (%) Perubahan (%) Rasio VR terhadap total utang 1 SBN 8,52 7,49-1,3 Pinjaman,77,19-1,58 Total Utang 2,29 17,68-2,61 Rasio Refixing rate terhadap total utang 2 SBN 12,4 12,72,32 Pinjaman 13,68 12,8-1,6 Total Utang 26,8 24,79-1,28 Ket: Data berasal DJPU yang diolah kembali Komposisi Suku bunga Dari segi komposisi jenis suku bunga, terdapat peningkatan porsi fixed rate portofolio utang sebesar 2,6% dimana persentase fixed rate pada akhir tahun 2 menjadi 82,3%. Kenaikan persentase fixed rate tersebut menyebabkan terjadinya penurunan porsi variable rate menjadi 17,6% yang antara lain terdiri atas porsi variable rate SBN sebesar 7,5% dan Pinjaman sebesar,1%. Penurunan porsi suku bunga variabel dari Pinjaman terutama disebabkan oleh penurunan jumlah outstanding suku bunga berbasis LIBOR dan

11 ADB floating rate. Perubahan komposisi suku bunga ini dipengaruhi oleh meningkatnya peran SBN yang sebagian besar bersuku bunga fixed dalam mendukung pembiayaan APBN. Grafik 19. Proporsi Interest Rate Utang Dec 2 1,484.7 T (82,3%) T T (7,5%) 7,% Des 2 1,336.5 (79,7%) 142, 8 T135.2 T (8,5%) (8,1%) ,2 1,5 1,8 Fixed rate SBN VR Libor 6 m ADB Floating Rate Sensitivitas interest rate utang Floating rate lainnya Dengan turunnya porsi variabel rate terhadap portofolio maka sensitivitas portofolio terhadap perubahan tingkat bunga acuan. Tabel 6. Sensitivitas Biaya Utang Terhadap Perubahan Suku Bunga Acuan No Jenis Bunga Perubahan Delta Cost (miliar IDR) Des 2 Des 2 1 SPN 3 m 1 bps Libor 6 m 1 bps Ket: Data berasal dari DJPU yang diolah kembali Dari tabel diatas dapat diketahui kenaikan 1 bps saja dari SPN 3 m akan menyebabkan penambahan biaya SBN VR sebesar Rp13,51 miliar. Begitu juga dengan sensitivitas utang terhadap LIBOR, kenaikan LIBOR interest 1 bps akan menyebabkan penambahan biaya utang sebesar Rp12,65 miliar 2. Risiko Nilai Tukar (Exchange Rate Risk) Indikator risiko nilai tukar portofolio utang ditunjukkan oleh rasio utang valas terhadap total utang. Rasio tersebut pada tahun 2 mengalami penurunan sebesar 1,23% dari 46,18% pada akhir tahun 2 menjadi 44,95% pada 2. Ditinjau dari besaran PDB, jumlah utang valas selama tahun 2 mengalami penurunan persentase sebesar 1,14%. Dimana rasio utang valas per PDB di tahun 2 adalah 12,5% menurun menjadi,91% di akhir tahun 2. Dengan adanya penurunan rasio ini beban Pemerintah dalam

12 12 memenuhi kewajiban utang akibat peningkatan kurs nilai tukar valuta asing terhadap Rupiah menjadi berkurang. Selain itu, dengan adanya penurunan rasio utang valas juga berpotensi mengurangi kerentanan perekonomian terhadap potensia shock pasar keuangan karena volatilitas nilai tukar portofolio utang Pemerintah berkurang. Tabel 7. Perbandingan Utang Valas Terhadap Total Utang dan PDB Uraian Des 2 Des 2 Perkembangan Total Utang (Rp triliun) 1, , Utang valas (FX) (Rp triliun) Porsi Utang Valas thd Total Utang 46.18% 44.95% -1.23% PDB Nominal (Rp Tilliun) 6, ,427.9 Rasio Utang valas thd PDB 12.5%.91% -1.14% Keterangan: 1. Data utang bersumber dari Direktorat EAS DJPU yang telah diolah kembali. 2. Nilai PDB berdasarkan data BPS Perubahan yang terjadi pada Portofolio utang valas tahun 2 Penurunan rasio utang valas terhadap total utang tidak serta merta disebabkan oleh penurunan outstanding utang valas dalam equivalen Rupiah. Pada kenyataannya outstanding utang valas mengalami peningkatan sebesar Rp36,4 triliun atau sekitar 4,7%, dimana lebih banyak terjadi pada peningkatan utang dalam mata uang USD. Mata uang USD mengalami kenaikan outstanding yang cukup signifikan utamanya disebabkan oleh peningkatan utang riil dalam original currency, ditambah dengan nilai tukar Rupiah terhadap USD sedikit mengalami pelemahan. Utang dalam mata uang Yen juga mengalami kenaikan. Walaupun sebenarnya utang utang riil dalam original currency mengalami penurunan, namun adanya depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap Yen menyebabkan outstanding tersebut mengalami kenaikan dalam mata uang Rupiah. Sementara itu, utang valas dalam mata uang Euro mengalami penurunan yang signifikan yang disebabkan oleh penurunan utang riil dalam original currency serta depresiasi mata uang Euro terhadap Rupiah sepanjang tahun 2. Komposisi utang valas Pemerintah dapat dilihat perubahannya secara detil pada tabel berikut. Tabel 8.Outstanding Portofolio Utang Valas Currency Dalam Rupiah (milliar) Des-2 Des 2 Perubahan Outstanding Utang Valas USD 356, ,75.3% JPY 296,629 31, % EUR 64,674 55, % GBP 6,365 5, % Lainnya 5,162 5, % Total 774,251 8, %

13 13 Tabel 9.Outstanding Utang Valas dalam Original Currency Currency Original Currency (milliar) Des-2 Des 2 Perubahan Outstanding Utang Valas USD % JPY 2, , % EUR % GBP % Currency Kurs terhadap IDR Des-2 Des 2 Perubahan USD 8991, 968,,86% JPY 1,3 6,8 5,91% EUR 955,8 739, -1,81% GBP 13893, ,3,54% Sumber: Bank Indonesia Tabel. Perkembangan Kurs Rupiah terhadap Valas Utang valas Pemerintah yang didominasi oleh utang dalam valuta USD dan JPY mengalami perubahan yang cukup signifikan, dimana untuk utang dalam valuta USD mengalami peningkatan dari 46,3% di tahun 2 menjadi 48,94%% di akhir tahun 2. Sedangkan untuk utang valas dalam JPY mengalami penurunan dari 38.31% di tahun 2 menjadi 37,25% di akhir tahun 2. Efek perubahan outstanding utang dalam original currency dan pengaruh perubahan kurs valas terhadap Rupiah telah mengubah komposisi utang valas sebagaimana digambarkan pada grafik berikut: Grafik 2. Komposisi Utang Valas (46,3%) 32 (38,31%) (24,1%) 615 (75,9%) (48,94%) 297 (37,25%) (2,9%) 612 (79,1%) USD JPY EUR Lainnya (triliun IDR) SBN Pinjaman

14 14 Komposisi currency portofolio valas mengalami perubahan berupa kenaikan porsi JPY dari 37,25% menjadi 38,31% sementara porsi USD turun dari 48,94% menjadi 46,3% akibat penguatan JPY terhadap IDR yang lebih besar dibandingkan penguatan USD terhadap IDR. Porsi SBN dalam portofolio valas cenderung membesar sejalan dengan bertambahnya penerbitan SBN valas yang diiringi pertumbuhan negatif pada portofolio pinjaman (terutama apabila dilihat berdasarkan outstanding pada original currency). Penambahan porsi SBN dalam portofolio utang valas membawa konsekuensi pengelolaan utang valas yang lebih fleksibel karena sifatnya yang dapat diperdagangkan, sehingga lebih mudah untuk mengelola utang berbasis pasar. Selain itu, dengan makin besarnya porsi SBN dalam portofolio utang valas, akan lebih memudahkan pengelolaan administrasinya (pembukuan dan settlement). Sensitivitas Portofolio Tehadap Perubahan Kurs Rupiah Tabel. Sensitivitas Portofolio Utang Terhadap Perubahan Kurs Jenis Valas Perubahan Delta Outstanding (triliun IDR) Des-2 Des 2 USD rupiah JPY 1 rupiah EUR rupiah GBP rupiah.5.4 Ket: Data berasal dari DJPU yang diolah kembali Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perubahan kurs dapat menyebabkan perubahan outstanding utang yang cukup signifikan. Sebagai contoh, peningkatan kurs USD yang merupakan porsi terbesar pada portofolio utang valas sebesar Rp,- akan menyebabkan outstanding utang berubah sebesar Rp4,37 triliun di tahun 2. Hal ini meningkat bila dibandingkan kondisi akhir tahun 2 yang besarnya Rp3,96 triliun. 3. Risiko Refinancing (Refinancing risk) Risiko refinancing adalah potensi naiknya tingkat biaya utang pada saat melakukan pembiayaan kembali (refinancing), atau bahkan tidak dapat dilakukan refinancing sama sekali yang akan meningkatkan beban pemerintah dan/atau mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan pembiayaan pemerintah. Risiko refinancing terutama disebabkan apabila jumlah utang yang jatuh tempo dalam jumlah besar terjadi secara bersamaan, sehingga akan meningkatkan jumlah penerbitan/penarikan utang dan meningkatkan Yield yang diminta investor/lender. Indikator risiko refinancing yang paling sederhana dan jelas adalah maturity profile portofolio utang, khususnya untuk tenor jangka pendek. Maturity profile yang tersebar merata akan kurang berisiko dibandingkan maturity profile yang terkonsentrasi pada satu periode waktu tertentu. Sebaran maturity profile portofolio utang untuk tahun 2 dibandingkan dengan kondisi tahun 2 dapat dilihat pada grafik berikut :

15 1 yr 2 yr 3 yr 4 yr 5 yr 6 yr 7 yr 8 yr 9 yr yr yr 12 yr 13 yr 14 yr 15 yr 16 yr 17 yr 18 yr 19 yr 2 yr 21 yr 22 yr 23 yr 24 yr 25 yr 26 yr 27 yr 28 yr 29 yr 3 yr >3 15 % 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Grafik 21. Maturity Profile Utang ` Pinjaman Jun ' SBN Jun' Pinjaman Des ' SBN Des ' Akibat adanya kegiatan penerbitan SBN, penarikan pinjaman serta pembayaran cicilan pokok utang terjadi perubahan struktur maturity profile untuk tahun 2 dan tahun 2. Perbedaan mencolok terjadi pada utang yang akan jatuh tempo dalam waktu 1 tahun dan 3 tahun yang meningkat pesat selama tahun 2. Peningkatan ini disebabkan oleh adanya penerbitan surat berharga yang bertenor pendek dengan jumlah yang cukup signifikan yaitu penerbitan SPN dan SPN-S (tenor 1 tahun) serta surat berharga ritel (tenor 3 tahun) dengan total penerbitan sekitar Rp52 triliun (±26% dari total penerbitan bruto). Untuk melihat kondisi refinancing risk secara keseluruhan dapat tergambar melalui angka rata-rata jatuh tempo (average to Maturity/ ATM) portofolio utang. ATM portofolio utang menggambarkan seberapa panjang masa pelunasan dari portofolio utang. ATM portofolio utang per 31 Desember 2 dan per 31 Desember 2 dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Keterangan Tabel 12. Rata-rata Jatuh Tempo Pembayaran Utang Per 31 Desember 2 ATM Outstanding (triliun Rp) (tahun) Per 31 Desember 2 ATM Outstanding (triliun Rp) (tahun) SBN Zero Coupon 32,31,44 33,73,5 Fixed Rate 44,4 9,63 517,14,44 Global Bond 142,8 12,3 195,63,63 SU non SRBI * 161,98 9,21 7,94 8,49 Islamic Securities 38,5 4,24 61,45 4,84 Variabel Rate 121,73 6,51 135,6 5,81 Total SBN 937,71 8,98 1.6,96 9,3 Pinjaman 612,28 7,58 615,83 7,3 Total Utang 1.549,98 8, ,79 8,39 Keterangan: 1. * SRBI tidak diperhitungkan dalam ATM karena repayment tergantung kondisi BI 2. Data bersumber dari DJPU yang diolah kembali

16 16 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat terjadinya kenaikan risiko refinancing bila dilihat dari ATM portofolio utang (di luar SRBI), yaitu ATM mengalami pemendekan dari 8,42 tahun menjadi 8,39 tahun di akhir 2. Tabel 13.Summary Perkembangan Indikator Risiko Portofolio Utang Indikator Risiko Outstanding (Rp milliar) 1, , , , ,83.49 Loan SBN , , Interest rate risk (%) Rasio variable rate 26.7% 22.89% 22.% 2.29% 17.68% Refixing rate 3.23% 28.16% 28.15% 26.8% 24.79% Exchange rate Risk Rasio utang FX terhadap PDB 16.48% 17.22% 13.42% 12.5%.91% Rasio utang FX terhadap Total Utang 46.95% 52.% 47.39% 46.18% 44.95% Komposisi currecy Utang - IDR 53.5% 47.89% 52.61% 53.82% 55.5% - JPY 17.59% 2.89% 17.36% 17.69% 16.74% - USD 18.95% 21.91% 21.93% 21.72% 22.6% - EUR 7.12% 6.36% 5.2% 3.86% 3.7% - Lainnya 3.29% 2.94% 3.9% 2.91% 3.8% Refinancing Risk (%) Matured in 1 year 6.79% 6.41% 7.53% 7.6% 8.16% Matured in 3 year 19.36% 18.64% 2.25% 2.82% 22.68% Matured in 5 year 3.62% 31.5% 33.13% 34.15% 34.59% Average time to maturity Loan SBN Total

17 17 F. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada Tahun 2 perekonomian dunia kembali terancam mengalami resesi akibat krisis utang di kawasan Eropa serta masih lesunya ekonomi negara maju lainnya. Kendati demikian, ditengah ketidakpastian kondisi ekonomi global, ekonomi Indonesia justru menunjukkan kinerja yang positif, ditandai dengan pertumbuhan PDB sebesar 6,5%, jauh di atas pertumbuhan agregrat ekonomi dunia yang hanya 2,8%. Kondusifnya kondisi perekonomian Indonesia tersebut diakui oleh lembaga pemeringkat Fitch yang menaikkan credit rating Indonesia ke Investment grade Level. Stabilitas dan prospek ekonomi makro Indonesia yang semakin baik ini juga terefleksikan pada kondusifnya pasar keuangan domestik yang mampu menarik lebih banyak dana investasi asing. Derasnya aliran asing ke pasar keuangan domestik ini berdampak pada semakin rendahnya imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang diminta investor. Disamping itu, bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) berada pada peringkat ketiga sebagai bursa dengan kinerja terbaik di dunia sepanjang tahun 2. Seiring dengan membaiknya ekonomi makro dan pasar keuangan Indonesia, kinerja pengelolaan utang Pemerintah juga menunjukkan peningkatan yang positif. Kinerja tersebut ditunjukkan oleh tren penurunan rasio Debt to GDP terus berlanjut, yang mencapai 24,28% pada akhir 2, lebih rendah dibandingkan dengan akhir tahun 2 yang sebesar 26,%, dan penurunan indikator tingkat risiko Perkembangan risiko utang Pemerintah periode tahun 2, adalah sebagai berikut : a. Risiko tingkat suku bunga pada tahun 2 mengalami penurunan sebesar 1,29% dilihat dari rasio refixing rate portofolio utang. Penurun ini disebabkan oleh penambahan outstanding utang yang lebih banyak didominasi utang bersuku bunga fixed rate. b. Risiko nilai tukar selama tahun 2 mengalami penurunan sebesar 1,23%. Penurunan rasio tersebut disebabkan oleh penguatan nilai tukar Rupiah, khususnya terhadap mata uang USD. c. Refinancing risk selama tahun 2 mengalami peningkatan namun tidak signifikan yaitu dengan rata-rata jatuh tempo utang non SRBI menjadi lebih pendek sebesar,3 tahun. Berdasarkan kondisi tingkat risiko selama tahun 2 di atas, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan risiko portofolio utang mengalami perbaikan dilihat dari sisi risiko tingkat bunga, risiko nilai tukar namun dari risiko refinancing mengalami peningkatan risiko yang tidak signifikan.

18 18 Saran Berdasarkan perkembangan portofolio dan risiko pengelolaan utang tahun 2, maka untuk tahun 212 disarankan untuk: a. Melakukan pembiayaan secara fleksibel dengan memprioritaskan instrumen pembiayaan yang murah dengan risiko yang terkendali. Hal ini dimungkinkan dengan adanya ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang ada. Sebagai contoh perlu di pertimbangkan adanya pembiayaan alternatif dari PLN komersial menjadi PLN yang lebih murah atau melalui PDN/SBN b. Melakukan pengeloalaan utang Pemerintah secara hati-hati dan menghindari keterlenaan (complacency) yang ditengarai menjadi akar krisis utang di Kawasan Eropa. c. Membatasi penerbitan SBN Valas pada tingkat sustainable serta melakukan refinancing PLN berbiaya tinggi dengan menerbitkan SBN domestik untuk mengurangi peningkatan risiko nilai tukar. Selain hal tersebut pemilihan PLN baru perlu mempertimbangkan jenis currency sesuai dengan strategi pengelolaan utang. d. Mengurangi refinancing risk dengan menyeimbangkan penerbitan instrumen SBN bertenor pendek dengan instrumen yang bertenor lebih panjang sehingga refinancing dapat lebih terkendali. e. Mempersiapkan instrumen hedging sebagai bagian dari strategi pengelolaan utang untuk mengelola risiko nilai tukar dan fluktuasi currency.

Laporan Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2012

Laporan Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2012 Laporan Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 212 Mendukung pembiayaan APBN secara efisien dengan risiko yang terukur untuk mempertahankan kesinambungan fiskal Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Tel 21

Lebih terperinci

Laporan Analisis Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2013

Laporan Analisis Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 2013 Laporan Analisis Portofolio dan Risiko Utang TAHUN 213 Direktorat Strategi Dan Portofolio Utang Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Tel 21 351714 Fax 21 351715 Gedung Frans Seda Jl. Wahidin Raya 1 (171)

Lebih terperinci

Summary Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko Utang Pemerintah Tahun 2010

Summary Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko Utang Pemerintah Tahun 2010 Summary Laporan Analisis Pengelolaan Portofolio Dan Risiko Utang Pemerintah Tahun 2 Perkembangan perekonomian Indonesia semakin membaik dengan adanya akselerasi pertumbuhan pada Q4 sebesar 6,9% sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Surat Berharga Negara (SBN) dipandang oleh pemerintah sebagai instrumen pembiayaan alternatif selain pembiayaan melalui perjanjian pinjaman (loan agreement). Kondisi APBN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Pembiayaan APBNP 2017 masih didukung oleh peran utang Pemerintah Pusat. Penambahan utang neto selama bulan Agustus 2017 tercatat sejumlah Rp45,81 triliun, berasal dari penarikan pinjaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar keuangan global yang sangat cepat dan semakin terintegrasi telah mengakibatkan pasar obligasi memainkan peranan penting sebagai alternatif sumber

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF Utang Pemerintah Pusat berperan dalam mendukung pembiayaan APBNP 2017. Penambahan utang neto selama bulan September 2017 tercatat sejumlah Rp40,66 triliun, berasal dari penerbitan Surat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 30 November 2008 Ringkasan Eksekutif Rasio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara),

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2008 up date 31 Juli 2008 Ringkasan Eksekutif Ratio Utang (Pinjaman Luar Negeri + Surat Utang Negara) terhadap PDB terus menurun

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

MARKET UPDATE UTANG JUNI 2011

MARKET UPDATE UTANG JUNI 2011 MARKET UPDATE UTANG JUNI 2011 Ringkasan: Tingkat Imbal Hasil SUN mengalami penguatan pada bulan Mei dibanding April dan terjadi Net Foreign Buying pada SUN sebesar Rp3,90 Trilliun selama bulan Mei. Tingkat

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% RD Pasar

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3%

Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% 1 Prediksi Tingkat Suku Bunga SPN 3 Bulan 6,3% Prediksi tingkat suku bunga SPN 3 Bulan tahun 2016 adalah sebesar 6,3% dengan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi internal maupun eksternal. Data yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total Dana Kelolaan 395,930,218.07 10 0-100% Kinerja - Inflasi (Jan 2016) 0.51% Deskripsi Jan-16 YoY - Inflasi (YoY) 4.14% - BI Rate 7.25% Yield

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

Kinerja CENTURY PRO FIXED

Kinerja CENTURY PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 3,058,893,148.56 - Keuangan - Infrastruktur 0-80% AAA A - 66.33% 15.52% 18.15% - Inflasi (Jan 2016) - Inflasi (YoY) - BI Rate 0.51% 4.14% 7.25% Kinerja Sejak pe- Deskripsi

Lebih terperinci

Surat Berharga Syariah Negara

Surat Berharga Syariah Negara Lampiran 13 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2011 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia)

PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) 1. SBI 3 bulan PENGGUNAAN SPN 3 BULAN SEBAGAI PENGGANTI SBI 3 BULAN DALAM APBN (Perspektif Bank Indonesia) SBI 3 bulan digunakan oleh Bank Indonesia sebagai salah satu instrumen untuk melakukan operasi

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2008 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2008 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO FIXED

Kinerja CARLISYA PRO FIXED 29-Jan-16 NAV: Total Dana Kelolaan 1,728,431,985.66 Pasar Uang 0-80% Deposito Syariah 6.12% 93.88% Infrastruktur 87.50% Disetahunkaluncuran Sejak pe- Deskripsi Jan-16 YoY Keuangan 12.50% Yield 0.64% 7.66%

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset yang dimilikinya. Investor dapat melakukan investasi pada beragam aset finansial, salah satunya

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DISCLAIMER

DAFTAR ISI DISCLAIMER DAFTAR ISI 1. Tujuan dan Kebijakan Pengelolaan Utang 2. Realisasi APBNP 2017 dan Defisit Pembiayaan APBN 3. Perkembangan Posisi Utang Pemerintah Pusat dan Grafik Posisi Utang Pemerintah Pusat 4. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget

BAB I PENDAHULUAN. kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) selalu mengalami budget 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara sedang berkembang yang tengah menuju tahap kemapanan ekonomi, Indonesia membutuhkan anggaran belanja dalam jumlah besar untuk membiayai berbagai program

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TAHUN 2009 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2009 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima

BAB I PENDAHULUAN. yang membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholder) yang akan menerima BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia investasi semakin marak. Banyaknya masyarakat yang tertarik dan masuk ke bursa untuk melakukan investasi menambah semakin berkembangnya

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014

ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 ANALISA PERUBAHAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA DALAM RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN 2014 Pendahuluan Akibat dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun

Lebih terperinci

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012)

Economic and Market Watch. (February, 9 th, 2012) Economic and Market Watch (February, 9 th, 2012) Ekonomi Global Rasio utang Eropa mengalami peningkatan. Rasio utang per PDB Eropa pada Q3 2011 mengalami peningkatan dari 83,2 persen pada Q3 2010 menjadi

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO SAFE

Kinerja CARLISYA PRO SAFE 29-Jan-16 NAV: Peserta mempunyai kebebasan untuk memilih penempatan Dana Investasinya pada portfolio investasi Syariah yang disediakan pihak perusahaan. (netto) vs per December 2015 () 5.15% 6.92% Total

Lebih terperinci

27 Januari 2011 TAHUN Bond Market Update

27 Januari 2011 TAHUN Bond Market Update 27 Januari 2011 TAHUN 2011 Bond Market Update a a Bond Market Update Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 10 Jan 25 Jan Perkembangan Pasar Obligasi Indeks Harga SUN 2006 25 Januari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 PERKEMBANGAN DAN PROFIL RISIKO INDUSTRI JASA KEUANGAN FEBRUARI 2015 Otoritas Jasa Keuangan menilai bahwa secara umum kondisi sektor jasa keuangan domestik masih terjaga, dengan stabilitas yang memadai.

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

Kinerja CARLISYA PRO MIXED

Kinerja CARLISYA PRO MIXED 29-Jan-16 NAV: 1,707.101 Total Dana Kelolaan 12,072,920,562.29 - Pasar Uang 0-90% - Deposito Syariah - Efek Pendapatan Tetap 10-90% - Syariah - Efek Ekuitas 10-90% - Ekuitas Syariah 12.37% 48.71% 38.92%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Krisis global tahun 2008 disebabkan oleh permasalahan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS terjadi karena

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% BII (TD)

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), up date 28 Februari 2009

Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), up date 28 Februari 2009 Perkembangan Utang Negara (Pinjaman Luar Negeri & Surat Utang Negara), 2000 2009 up date 28 Februari 2009 Gambaran Umum Stok Utang & Bunga Trend Defisit 3-28.1-10.272-1.9-3.1-26.5665-23.8524-19.1004-9.4482

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT BERHARGA NEGARA TA 2010 I. PENDAHULUAN Laporan Pertanggungjawaban Pengelolaan Surat Berharga Negara ini disusun untuk memenuhi amanat pasal 16 Undang-Undang

Lebih terperinci

Februari 2017 RESEARCH TEAM

Februari 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada kuartal terakhir ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsekuensi dari krisis keuangan global yang mulai terjadi pada tahun 2008 lalu, Federal Reserve (bank sentral Amerika) dan bank sentral dari negara-negara maju harus

Lebih terperinci

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report

ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report 1 Februari 1 ECONOMIC & DEBT MARKET Daily Report RESEARCH Data Pasar Hari Kerja Sebelumnya Perubahan Tingkat Suku Bunga dan Kurs Acuan BI Nilai Tukar Rupiah terhadap Mata Uang Utama Dunia Keterangan Hari

Lebih terperinci

Press Release Monthly Bond Market Review September Depresiasi Rupiah Tekan Pasar Obligasi Domestik

Press Release Monthly Bond Market Review September Depresiasi Rupiah Tekan Pasar Obligasi Domestik Spread Yield to maturity Press Release Monthly Bond Market Review September 2015 Depresiasi Rupiah Tekan Pasar Obligasi Domestik Kondisi pasar obligasi Indonesia pada bulan September mengalami tekanan

Lebih terperinci

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang-

BAB I. Surat Utang Negara (SUN) atau Obligasi Negara. Sesuai dengan Pasal 1 Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam periode 2004 2009, pembiayaan defisit APBN melalui utang menunjukkan adanya pergeseran dominasi dari pinjaman luar negeri menjadi Surat Utang Negara (SUN) atau

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 20 January 2011 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Keluarnya Modal Asing Menekan Rupiah dan Obligasi Di AS, pertumbuhan ekonomi mulai memiliki momentum, namun inflasi kembali meningkat seiring dengan kenaikan

Lebih terperinci

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER

TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER TINJAUAN KEBIJAKAN MONETER 1 1 2 3 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Jan-12 Mar-12 May-12 Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May-13 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 May-14 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 35.0 30.0

Lebih terperinci

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist

KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM. A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist KAJIAN PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA: Dampak Kenaikan BBM A.PRASETYANTOKO Kantor Chief Economist Isi Presentasi Mengapa perlu kenaikan harga BBM? Beban Anggaran Kemiskinan dan BLSM Benarkah keputusan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia 14 INFLASI 12 10 8 6 4 2 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Hasil Olahan Data Oleh Penulis (2016) GAMBAR 4.1. Perkembangan

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan IV-2006 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan IV-2006 Kondisi moneter selama triwulan IV-2006 menunjukkan perkembangan yang semakin baik. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran

CENTURY PRO MIXED Dana Investasi Campuran 29-Jan-16 NAV: 1,949.507 Total Dana Kelolaan 3,914,904,953.34 Pasar Uang 0-90% Ekuitas 77.38% Efek Pendapatan Tetap 10-90% Obligasi 12.93% Efek Ekuitas 10-90% Pasar Uang 8.82% 0.87% Keuangan A Deskripsi

Lebih terperinci

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. September 2014-1 Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 Telepon

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.0% Deposito

Lebih terperinci

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007

LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA TAHUN 2007 DISAMPAIKAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN APBN 2007 I. Pendahuluan Laporan pertanggungjawaban pengelolaan Surat

Lebih terperinci

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro Melemahnya nilai tukar rupiah dan merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan membuat panik pelaku bisnis. Pengusaha tahu-tempe, barang elektronik, dan sejumlah

Lebih terperinci

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang

CARLINK PRO SAFE Dana Investasi Pasar Uang SAFE 29-Jan-16 NAV: 11.00% Tabel Kinerja CARLink SAFE Total Dana Kelolaan 1,286,637,672.00 Memberikan hasil investasi yang kompetitif dengan mengutamakan keamanan dan tingkat likuiditas yang tinggi. Pasar

Lebih terperinci

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2

PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 PELATIHAN MANAJEMEN OBLIGASI DAERAH TAHAP MIDDLE/2 BAGI STAF BPKD PEMPROF DKI JAKARTA DI GEDUNG DIKLAT 23 27 MEI 2011 OBLIGASI PEMERINTAH RILYA ARYANCANA Topik KARAKTERISTIK OBLIGASI PEMERINTAH JENIS OBLIGASI

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Astra Sedaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi

I. PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap perekonomian Indonesia. menjadi financial nerve-centre (saraf finansial dunia) dalam dunia ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya muslim yaitu sebesar 85 persen dari penduduk Indonesia, merupakan pasar yang sangat besar untuk pengembangan industri

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Deposito

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100.00% Deposito

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Juni 2017 RESEARCH TEAM

Juni 2017 RESEARCH TEAM RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia kuartal pertama 2017 tumbuh 5,01% yoy. Angka ini lebih tinggi dibandingkan PDB pada kuartal keempat 2016 sebesar 4,94%(yoy) dan kuartal ketiga 2016 sebesar 4,92%

Lebih terperinci

Monthly Market Update

Monthly Market Update Monthly Market Update RESEARCH TEAM RINGKASAN Ekonomi Indonesia tumbuh 4,94% yoy pada kuartal keempat 2016. Angka ini lebih rendah dibandingkan PDB pada kuartal sebelumnya yaitu sebesar 5,02% (yoy). Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan bebas. Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa adanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang

I. PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kesejahteraan di masa datang yang berguna untuk mengantisipasi adanya inflasi yang terjadi setiap tahunnya. Investasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN)

PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Direktorat Surat Utang Negara PENGELOLAAN SURAT UTANG NEGARA (SUN) Jakarta, 30 November 2017 DJPPR Kemenkeu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri properti dan real estate merupakan industri yang berkembang dalam beberapa tahun ini di Indonesia. Dari segi fisik terlihat banyak proyek rumah tapak maupun

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan biaya yang ditanggung pemerintah untuk melakukan peminjaman, dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan biaya yang ditanggung pemerintah untuk melakukan peminjaman, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Risiko gagal bayar dari sebuah negara dapat diukur melalui premi risiko dari surat utangnya yang dapat dilihat dari sovereign bond spread 1. Sovereign bond spread

Lebih terperinci

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007

3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-2007 Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-27 3. Perkembangan dan Kebijakan Moneter Triwulan I-27 Selama triwulan I-27, kondisi moneter menunjukkan tren yang semakin membaik. Perkembangan yang membaik tersebut

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Perkembangan Inflasi di Indonesia Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang, dimana adanya perubahan tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap stabilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Investasi di pasar modal dewasa ini sangat dilirik oleh para investor, hal ini dikarenakan adanya perkembangan perekonomian dimana pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

Robohnya Rupiah Kami 1

Robohnya Rupiah Kami 1 Jakarta, 9 Maret 2015 Robohnya Rupiah Kami 1 Selama pekan lalu ketika kurs rupiah melemah melewati Rp13.000 per dollar banyak yang bertanya kepada saya -- termasuk melalui sosial media -- tentang rupiah

Lebih terperinci

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH?

SEBERAPA JAUH RUPIAH MELEMAH? Edisi Maret 2015 Poin-poin Kunci Nilai tukar rupiah menembus level psikologis Rp13.000 per dollar AS, terendah sejak 3 Agustus 1998. Pelemahan lebih karena ke faktor internal seperti aksi hedging domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Indeks ini mencakup pergerakan seluruh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004

PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan III 2004 185 PERKEMBANGAN MONETER, PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN TRIWULAN III 2004 Tim Penulis Laporan Triwulanan III 2004, Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran,Triwulan III - 2005 135 ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2005 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

PRUlink Quarterly Newsletter

PRUlink Quarterly Newsletter PRUlink Quarterly Newsletter Kuartal I 2012 Publikasi dari PT Prudential Life Assurance Sekilas Ekonomi dan Pasar Modal Indonesia Informasi dan analisis yang tertera merupakan hasil pemikiran internal

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND 10-Mar-2004 Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. Pasar Uang 100% Adira IIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya nilai indeks bursa saham global dan krisis finansial di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di seluruh media massa dan dibahas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL

BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL BAB IV ANALISIS RESIKO FINANSIAL A. Gambaran Umum Tentang Obligasi Negara 1. Surat Utang Negara di Indonesia a). Jenis Surat Utang Negara (1) Obligasi Negara Berdenominasi Rupiah Obligasi Negara berdenominasi

Lebih terperinci