BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Virginia Indonesia Company (VICO) berencana memodifikasi beberapa kilang (plant) yang berlokasi di Pamaguan, Nilam 2, Nilam 4, Nilam 5 dan Badak. VICO perlu membangun fasilitas tambahan maupun mengubah bentuk dari kilang tersebut. PT Rekayasa Engineering sebagai kontraktor utama VICO dalam bidang Engineer & Contruction meminta PT. Lidar Indonesia Geospasial untuk melakukan as build menggunakan metode 3D Laser Mapping dan selanjutnya dilakukan pembentukan model tiga dimensi sebagai usaha untuk mendukung proses modifikasi kilang produksi. Di sektor konstruksi pemodelan tiga dimensi digunakan untuk merancang desain struktural maupun desain produk, dimana teknologi ini dijadikan alat untuk mempertimbangkan aspek finansial maupun pengalokasian waktu yang diperlukan dalam pekerjaan kontruksi. Pemodelan tiga dimensi adalah membentuk karakter ataupun objek dalam bentuk koordinat tiga dimensi dengan pengembangan representasi matematika dari objek. Model tiga dimensi dapat membantu untuk memperjelas maksud dari rancangan objek karena bentuk sesungguhnya dari objek akan divisualisasikan secara nyata. Pembentukan sebuah model tiga dimensi dapat dilakukan menggunakan beberapa cara, namun dalam pekerjaan ini pembentukan objek dilakukan berdasarkan susunan dari geometri objek sederhana. Geometri objek sederhana merupakan suatu objek yang bentuknya teratur dan besarannya bisa ditentukan melalui perhitungan matematis seperti tabung, bola dan kotak. Dalam proyek ini dilakukan pengolahan data point cloud hasil penyiaman di lapangan dan diolah menjadi model tiga dimensinya. Model tiga dimensi objek terbentuk oleh beberapa bentuk geometri sederhana. Bentuk geometri objek-objek sederhana disusun sedemikian hingga membentuk model tiga dimensi objek dengan pertimbangan standard yang berlaku di perusahaan. Dalam pemodelan, diutamakan bentuk jaringan perpipaan dengan infrastruktur penunjangnya seperti kontruksi 1

2 2 bangunan, instrument penunjang, trey, Acces Stay Leader(ASL), dan safety yang ada di lapangan. Dari keseluruhan proyek yang berlangsung, porsi tugas akhir ini adalah membuat model tiga dimensi sebuah kilang (plant) dengan menggunakan bentuk geometri objek sederhana yang beracuan pada data point cloud hasil penyiaman di lapangan. Model tiga dimensi tersebut akan dijadikan klien sebagai dasar untuk melakukan tindak lanjut dalam kontruksi dan inventarisasi kilang (plant) secara jangka pendek maupun jangka panjang. I.2. Batasan masalah Pada laporan proyek ini batasan masalah yang digunakan yaitu : 1. Lokasi pekerjaan dalam proyek ini adalah Satellite Nilam 2, Vico Indonesia yang berlokasi di Muara Badak, Kalimantan Timur. 2. Tidak membahas mengenai akuisisi data untuk menghasilkan raw data. 3. Bentuk pemodelan dalam proyek ini adalah menggunakan bentuk geometri objek sederhana dengan kategori batas serta menggunakan template yang telah disediakan pada perangkat lunak cyclone. 4. Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat lokal pada alat perekam. I.3. Tujuan Proyek tugas akhir ini bertujuan untuk memodelkan data point cloud dari kilang Satellite Nilam 2 menjadi model tiga dimensi menggunakan bentuk geometri objek sederhana seperti tabung, bola dan kotak. I.4. Manfaat Manfaat dari model tiga dimensi ini adalah sebagai inventarisasi dan memudahkan para insinyur untuk melakukan perencanaan tanpa harus meninjau langsung ke lapangan karena model telah menyerupai keadaan sesuangguhnya dengan memiliki tingkat kesesuaian bentuk yang tinggi.

3 3 I.5. Landasan Teori I.5.1. Terrestrial Laser Scanner Laser merupakan mekanisme suatu alat yang memancarkan radiasi elektromagnetik, umumnya dalam bentuk cahaya yang tidak dapat dilihat maupun dengan mata normal, melalui proses pancaran terstimulasi. LASER sendiri kepanjangan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation. Terrestrial Laser Scanner adalah suatu peralatan yang memanfaatkan aplikasi sinar laser dimana digunakan untuk penyiaman suatu kenampakan objek dengan memanfaatkan sensor aktif. Sensor aktif ini memberikan suatu keuntungan yaitu tidak adanya ketergantungan terhadap kondisi pencahayaan yang mungkin berbeda secara signifikan misal daerah bervegetasi. Hasil dari peyiaman ini akan memperoleh kumpulan titik-titik 3D (X, Y dan Z) atau point cloud dari objek tersebut secara cepat dan akurat dalam jumlah titik penyiaman ( point cloud ) yang banyak dan real time. Terdapat 2 jenis scanner berdasarkan sistem pengukurannya, antara lain : 1. Time of flight scanner. Akurasi rendah karena merupakan tipe scanner jarak jauh dengan cakupan 1, meter. Scanner jenis ini cepat dalam melakukan akuisisi data dan titik yang didapat hingga mencapai titik setiap detiknya. 2. Phase comparison scanner. Akurasi yang dihasilkan tinggi karena merupakan tipe scanner jarak menengah. Akan tetapi, scanner jenis ini dapat mengukur hingga titik setiap detiknya. Kelebihan Terrestrial Laser Scanner dibandingkan dengan alat ukur konvensional lainnya yaitu pengambilan data lebih cepat dan kualitas hasil pengukuran yang jauh lebih akurasi. Kemudian untuk pengambilan data dan pengukuran dapat dilakukan dari jarak yang cukup jauh sehingga efisiensi dan keselamatan pekerja dapat terjamin, kemudian densitas titik yang didapat sangat tinggi sehingga menjamin survey topografi yang lengkap dan cepat. Prinsip dasar perekaman data pada laser scanner adalah pulsa ditransmisikan tercermin dari objek yang kemudian dikembalikan ke sistem penerima yaitu memancarkan gelombang sinar laser hingga mengenai objek yang akan diukur kemudian objek tersebut memantulkan kembali gelombang sinar tersebut ke sistem penerima (Kholiq, D.I 2006). Selama proses pancaran gelombang akan diperoleh

4 4 perbedaan lama waktu saat gelombang laser dipancarkan keobjek dan waktu saat gelombang dipantulkan kembali ke alat laser scanner. Perbedaan waktu tersebut yang akan digunakan dalam menentukan jarak ukuran dari scan head ke objek. Persamaan untuk menentukan jarak ukuran dari scan head ke objek pada laser scanner sebagai berikut : Distance ( R ) = ( C x T )/ (1.1) Dimana : R : jarak scanner dari titik objek C : kecepatan gelombang sinar laser ( 3 x 10 8 m/s) T : jumlah waktu sinyal pergi dan pulang Data yang direkam berupa data sudut horizontal (α), sudut vertikal (β), dan jarak antara pusat koordinat scanner dengan objek yang direkam (R) seperti pada persamaan 1.1. dan Seperti dapat dilihat pada Gambar 1.1 prinsip perekaman data scanner untuk bidang X dan Y dijadikan sebagai reference plane dalam koordinat scan. Laser bergerak dari atas ke bawah dan ke samping kanan sesuai dengan arah perputaran jarum jam (Wicaksono H.P. 2006). Dimana hasil pengukuran maka koordinat 3D objek yang direkam dapat ditentukan dengan persamaan berikut : X= R. cos β.sin α (1.2) Y= R. cos β. cos α (1.3) Z= R. sin β (1.4) Dimana : R : jarak dari scanner ke titik objek α : sudut horizontal titik objek β : sudut vertikal objek X,Y,Z : koordinat titik point cloud

5 5 Z+ R β z Pusat scanner O α x Y+ X + Y Gambar I.1. Prinsip perekaman data dengan scanner (Soeta at 2005) Secara garis besar gambar I.1 merupakan prinsip perekaman data pada alat TLS hingga didapatnya data point cloud. I.5.2. Sistem koordinat 3D Sistem koordinat adalah pernyataan besaran geometri untuk menentukan posisi suatu titik dengan mengukur besaran vektor terhadap suatu suatu sumbu X, Y dan Z terhadap posisi acuan yang telah didefinisikan. Penetapan untuk titik acuan system koordinar ada 2 yaitu apabila hanya secara asumsi maka disebut sistem koordinat lokal dan apabila diikatkan pada referensi maka disebut sistem koordinat yang telah tereferensi. Sistem koordinat pada point cloud berupa titik-titik koordinat 3D, dimana setiap titik hasil penyiaman memiliki nilai koordinat masing-masing sumbu X, sumbu Y, dan sumbu Z. Kaidah dan aturan koordinat point cloud sesuai dengan kaidah tangan kanan seperti dapat dilihat pada Gambar I.2 sistem koordinat

6 6 3D tangan kanan bahwa pusat koordinat adalah tempat berdiri alat (scan head). Masing-masing sumbu X, Y dan Z yang saling tegak lurus tersebut saling berpotongan pada suatu titik, titik potong ketiga sumbu tersebut disebut sebagai pusat sumbu koordinat. Sistem koordinat di dalam scan head menggunakan prinsip aturan tangan kanan (Right Hand Rule) seperti dapat dilihat pada Gambar I.2, yaitu sumbu Y+ searah dengan arah sinar laser, sumbu X+ tegak lurus sumbu Y+ dengan arah kanan scanner, sedangkan sumbu Z+ tegak lurus dengan bidang X, Y. Arah proses scanning pada scan head searah dengan perputaran jarum jam (Wicaksono H.P. 2006). Z+ Titik objek ( x,y,z ) ( point cloud ) z Pusat origin O ( scan head ) α β x Y+ X+ y proyeksi objek pada bidang XY Gambar I.2. Sistem koordinat 3D tangan kanan dengan rotasi positif (+) pada setiap sumbunya I.5.3. Pemodelan 3D Pemodelan adalah membentuk suatu benda-benda atau objek. Membuat dan mendesain objek tersebut sehingga terlihat seperti hidup. Sesuai dengan objek dan basisnya, proses ini secara keseluruhan dikerjakan di komputer. Melalui konsep dan proses desain, keseluruhan objek bisa diperlihatkan secara 3 dimensi, sehingga banyak yang menyebut hasil ini sebagai pemodelan 3 dimensi (3D modelling). Ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan bila membangun model objek, kesemuanya memberi kontribusi pada kualitas hasil akhir. Hal-hal tersebut

7 7 meliputi metoda untuk mendapatkan atau membuat data yang mendeskripsikan objek, tujuan dari model, tingkat kerumitan, perhitungan biaya, kesesuaian dan kenyamanan, serta kemudahan manipulasi model. Proses pemodelan 3D membutuhkan perancangan yang dibagi dengan beberapa tahapan untuk pembentukannya. Seperti objek apa yang ingin dibentuk sebagai objek dasar, metoda pemodelan objek 3D, pencahayaan dan animasi gerakan objek sesuai dengan urutan proses yang akan dilakukan. I Pembentukan model tiga dimensi objek dari point cloud dengan metode region growing. Metode region growing adalah metode pengelompokan sub region menjadi region yang lebih besar berdasarkan kriteria yang ada. Metode region growing dimulai dengan memilih point yang digunakan sebagai seed dan selanjutnya mencari point tetangga yang mirip. Maka dari itu akan terbentuk sebuah model yang lebih luas menurut persebaran dari point tetangga tersebut. Menurut Bryan S. Morse, di tahun 2000 dalam Lecture 18 : Segmentation (Region Based) menyebutkan beberapa tahapan dalam metode region growing, diantaranya : a. Memilih seed point Salah satu cara untuk memilih seed point adalah dengan melakukan secara interaktif. Seorang pengguna dapat mengklik mouse pada objek yang diinginkan dan idealnya mengisi seluruh objek. Tapi bagaimana dengan segmentasi otomatis keseluruhan? Salah satu cara adalah dengan menyebarkan seed point sekitar cloud objek. Jika tiga seed point belum cukup, dapat memasukkan seed point tambahan dengan memilih point di luar segmen. b. Scanning Beberapa daerah juga dapat diidentifikasikan dengan memindai point cloud secara berkala. Penambahkan point daerah dan pemilahan daerah baru yang diperlukan. Kemudian dapat dibuat melewati tambahan dari point tersebut untuk membentuk daerah ini. Pada dasarnya proses ini adalah pelabelan terhubung antar komponen yang sama dengan ukuran kesamaan bukannya nilai-nilai biner.

8 8 c. Region Merging Batas pendekatan multiple seed point adalah menetapkan setiap point menjadi seed. Dua point atau lebih yang berdekatan memiliki kesamaan lalu menggabungkan seed tersebut menjadi satu wilayah. Jika dua daerah yang berdekatan secara kolektif memiliki kemiripan yang cukup maka daerah tersebut akan digabungkan juga. Kesamaan didasarkan pada perbandingan statistik dari masing-masing daerah. d. Split and Merge Algoritma Metode penggabungan murni kurang efisien dalam komputasinya karena proses penggabungan dimulai dari setiap seednya yang sangat banyak (point individu). Hal tersebut dapat dibuat lebih efisien dengan membagi objek menjadi daerah yang lebih kecil. Apabila masing-masing daerah terkoheren, maka rekursif penggabungan ini menghasilkan daerah koheren yang lebih besar.pertama, harus membagi objek. Dimulai dengan mempertimbangkan keseluruhan objek sebagai satu wilayah. 1. Tidak dilakukan pembagian objek jika seluruh wilayah koheren (yaitu, jika semua point di wilayah tersebut memiliki kesamaan yang cukup). 2. Apabila daerah tidak cukup koheren,maka harus dilakukan pembagian menjadi beberapa kuadran dan penerapan langkah-langkah sebelumnya dalam pengembangan wilayah baru hingga menjadi koheren. Pada gambar I.4 dapat dilihat proses perkembangan sebuah region (wilayah) dari langkah awal pemilihan seed point hingga terbentuknya sebuah wilayah objek. Begitu pula dengan algoritma dalam pembentukan region dapat dilihat pada gambar I.4.

9 9 Gambar I.3 Proses region growing Keterangan : : Point cloud sebuah objek : Seed point : Point tetangga yang memiliki kesamaan : Point noise atau tidak dapat dibentuk region (wilayah) : Region yang terbentuk Dimulai dari tahap ke-1 yaitu pemilihan seed point dari point cloud sebuah objek. Apabila sudah ditetapkan satu atau lebih seed point, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan pencarian terhadap point tetangga yang memiliki kesamaan, ditunjukkan pada tahap ke-2. Dari pencarian tersebut didapat juga point noise yang tidak digunakan dalam pembentukan region karena tidak masuk dalam standar deviasi dengan seed point yang digunakan. Terakhir pada tahap ke-3 pembentukan region dari point-point yang memiliki kesamaan tersebut.

10 10 mulai Point cloud yang akan dibentuk model Menentukan seed point tidak Mencari point tetangga yang mirip sesuai standar deviasi ya Model region yang telah dikembangkan selesai Gambar I. 4 diagram alir proses region growing Pada gambar I.4. menunjukkan proses pembentukan model dengan pendekatan region growing, dimana proses dimulai dari input point cloud yang akan dimodelkan, penentuan seed hingga model region yang telah dikembangkan. I Proses Rendering. Rendering adalah proses akhir dari keseluruhan proses pemodelan ataupun animasi komputer. Dalam rendering, semua data-data yang sudah dimasukkan dalam proses modeling, animasi, texturing, pencahayaan dengan parameter tertentu akan diterjemahkan dalam sebuah bentuk output. Dalam

11 11 standard PAL system, resolusi sebuah render adalah 720 x 576 pixels. Bagian rendering yang sering digunakan: a. Field Rendering, field rendering sering digunakan untuk mengurangi strobing effect yang disebabkan gerakan cepat dari sebuah objek dalam rendering video. b. Shader, shader adalah sebuah tambahan yang digunakan dalam 3D software tertentu dalam proses rendering. Biasanya shader diperlukan untuk memenuhi kebutuhan special effect tertentu seperti lighting effects, atmosphere, fog dan sebagainya. I Texturing. Proses texturing ini untuk menentukan karakterisik sebuah materi objek dari segi tekstur. Untuk materi sebuah object bisa digunakan aplikasi properti tertentu seperti reflectivity, transparency, dan refraction. Texture kemudian bisa digunakan untuk membuat berbagai variasi warna pattern, tingkat kehalusan/kekasaran sebuah lapisan objek secara lebih detail. I Image dan Display. Image dan display merupakan hasil akhir dari keseluruhan proses dari pemodelan. Biasanya objek pemodelan yang menjadi output adalah berupa gambar untuk kebutuhan koreksi pewarnaan, pencahayaan, atau visual effect yang dimasukkan pada tahap penambahan tekstur pemodelan. I.5.4 Software Cyclone Cyclone merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh Cyra untuk efisiensi operasional semua sistem penyiaman HDS dari Leica. Secara singkat perangkat lunak Cyclone memiliki tiga fungsi utama yaitu: 1. Mengoperasikan Scanner sehingga dapat dilakukan penyiaman data objek. 2. Mengolah hasil penyiaman. 3. Mengintegrasikan data hasil pengolahan dengan aplikasi lain. Dalam Manual Pemrosesan Data Dengan Software Cyclone yang disusun oleh Technical Support 3D Laser Scanning Division, PT. ALMEGA GEOSYSTEMS

12 12 menyebutkan beberapa istilah dalam software cyclone ada yang perlu diketahui, antara lain : a. Database : Merupakan tempat penyimpanan data cyclone, dalam 1 database bisa digunakan untuk menyimpan lebih dari 1 project b. Project : Merupakan data tiap job/pekerjaan yang disimpan di dalam database. c. Station : Merupakan salah satu file di dalam project yang merupakan tempat berdiri alat pada saat pengambilan data. d. Scanworld : File di dalam folder station yang berisi data scan tiap sekali pengambilan data. Sehingga dalam 1 station bisa terdapat lebih dari 1 scanworld. Scanworld menggunakan icon e. ControlSpace : folder di dalam Scanworld yang berisi informasi titik ikat atau target yang ada dalam data scan. f. ModelSpaces : Folder dalam Scanworld yang berisi data tampilan hasil scan. Di dalam ModelSpaces ada ModelSpace view ( ) yang merupakan file data tampilan. g. Scan : Berisi data asli hasil scanning. h. Images : Berisi data image hasil pengambilan foto dilapangan oleh scanner. i. Registrations : Penggabungan data antara beberapa data/scanworld yang diambil dari beberapa posisi berdiri alat. Dalam istilah umum biasa disebut rektifikasi/georeferensi data. j. Point Cloud : Istilah untuk menyebut data point hasil scanning, disebut point cloud karena jumlah point-nya yang sangat banyak (jutaan point). k. Target : Titik yang digunakan sebagai titik ikat untuk penggabungan/registrasi antar scanworld. Untuk pembentukan geometri objek 3D khususnya, cyclone menggunakan metode Least-square. Pengguna dapat mendefinisikan sendiri berapa toleransi

13 13 kesalahannya. Objek yang dibentuk berdasarkan standar yang berlaku dan pengguna dapat mendefinisikan berdasarkan keperluan. Perangkat lunak cyclone dapat dikoneksikan dengan perangkat lunak lain. Beberapa perangkat lunak tersebut antara lain; Autocad, Microstation, PDMS, dan Auto Plant. Keempat perangkat lunak tersebut dapat dikoneksikan langsung dengan cyclone melalui Plug-In dengan format COE (Cyclone Data Exchange). Selain format COE, ada beberapa format data lain yang dapat diimport ke cyclone, antara lain yaitu; ASCII (XYZ, PTS, SVY, PTX, TXT), RIEGL 3DD, CGP, BMP, JPEG, dan TIFF. Sedangkan format data yang dapat dieksport dari cyclone antara lain; COE, ASCII (XYZ, PTS, SVY, PTX, TXT,), BMP, JPEG dan TIFF. I.5.5 Geometri Objek Sederhana Menurut Sarinurrohman, 2005 menyebutkan bahwa objek sederhana merupakan suaru objek yang bentuknya teratur yang besarannya bisa ditentukan melalui perhitungan matematis. Beberapa objek sederhana itu kotak, silinder, bola, dimana dari bentuk tersebut dapat ditentukan luas dan volumenya. Berikut rumus perhitungan dari objek sederhana tersebut : a. Kotak (box) Volume = P x L x T...(1.23) Luas Selimut = 2P x L + 2P x T + 2L xt...(1.24) Keterangan : P = Panjang L = Lebar T = Tinggi p t Gambar 1.5 Kotak (box) l

14 14 Gambar 1.5 merupakan ilustrasi gambar geometri sederhana dari kotak beserta komponennya, dimana bentuk geometri sederhana ini digunakan mewakili bentuk struktur bangunan ataupun penampang sebuah equipment. b. Bola (sphere) Volume = 4/3 x π x r 3...(1.25) Luas Selimut = 4 x π x r 2...(1.26) Keterangan : π = 3.14 r = jari-jari lingkaran r Gambar 1.6 bola (sphere) Gambar 1.6 merupakan ilustrasi geometri sederhana dari bola beserta komponennya, dimana bentuk geometri sederhana ini digunakan mewakili bentuk dari beberapa bagian equipment dan penutup pipa. c. Tabung (silinder) Luas alas = π x r 2...(1.27) Luas Sisi = T x K...(1.28) Keliling = π x 2r...(1.29) Luas Sisi = π x r 2 x T...(1.30)

15 15 Keterangan : π = 3.14 r = jari-jari lingkaran T = tinggi K = keliling t r Gambar 1.7 tabung (silinder) Gambar 1.7 merupakan ilustrasi geometri sederhana dari tabung beserta komponennya, dimana bentuk geometri sederhana ini digunakan untuk mewakili bentuk dari jaringan pipa, beberapa bagian equipment, instrument, dll. I.5.6. Struktur Kilang Struktur maupun mekanisme kilang erat kaitannya dengan teknologi perpipaan. Teknologi perpipaan adalah sistem atau instalasi untuk mengantarkan media, dimana aliran gas atau zat cair dialirkan didalamnya. Mungkin kondisi media yang dialirkan melewati pipa tersebut bersifat; asam, tekanan tinggi, temperatur tinggi dan lainnya. Sehingga para pabrikan masing-masing perlu memproduksi pipa dalam berbagai jenis dan pilihan, disesuaikan dengan kebutuhan. Lapangan yang menggunakan pipa dalam peroses operasinya, antara lain adalah : a. Perpipaan untuk Pembangkit Tenaga b. Perpipaan untuk Industri Bahan Gas c. Perpipaan untuk Penyulingan Minyak Mentah d. Perpipaan untuk Pengangkutan Minyak e. Perpipaan untuk Proses Pendinginan

16 16 f. Perpipaan untuk Tenaga Nuklir g. Perpipaan untuk Distribusi dan Transmisi Gas I Klasifikasi dan Bahan Pipa. Pipa adalah suatu alat yang digunakan untuk transportasi fluida (cair, gas) dari suatu tempat ke tempat lainnya, atau dari suatu equipment ke equipment lainnya. Adapun berbagai jenis fluida yang dapat ditransport dengan pipa adalah : a. Air d. Udara b. Steam e. Minyak pelumas (oli) c. Gas f. Larutan kimia (acid) Selain itu pipa dapat digunakan sebagai saluran kabel listrik atau bagian konstruksi bangunan. Jenis-jenis pipa terdiri dari : a. Spiral Welding Pipe b. Seamless Pipe c. Welded Pipe d. Saw Pipe e. FWB Pipe f. C & W Pipe g. EFW Pipe h. ERW Pipe i. Lined Pipe j. Hose k. Tubing l. Pipe Nipple I Spesifikasi Pipa. Spesifikasi pipa adalah keterangan nilai pipa secara terperinci, antara lain berisi; bahan, sifat fisis, sifat kimia, proses pembuatan, ukuran, dan servis yang digunakan, dijelaskan dalam spesifikasi. Semua jenis pipa yang pakai di kilang-kilang memiliki spesifikasi tersendiri. Begitu juga jenis lainnya yang banyak beredar dipasaran. (Raswari, 2010)

17 17 Spesifikasi pipa ditunjukkan dengan kode alpanumerik yang didalamnya tercantum standard pembuatan dan pemakaian. Standard pipa merupakan ketetapan yang telah ditetapkan oleh para ahli, dan merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi oleh pabrik dalam memproduksi pipa. Oleh karena itu pipa harus selalu dibuat dengan mengikuti standard yang baku. Beberapa standard pipa yang ada dan digunakan, antara lain : a. ASTM (American Society for Testing and Materials) b. ANSI (American National Standard Institute) c. ASME (American Society Mechanical Engineer) d. API (American Petroleum Institute) e. ANWA (American Nations Work Association) f. BS (British Standard) g. JIS (Japanese Industrial Standard) h. DIN (Deufche Normen) i. dll Umumnya dikilang-kilang, standard yang dipakai adalah standard Amerika seperti ASTM, ANSI, ASME, dan API. I Gambar Piping Plan. Piping plan merupakan perencanaan jalur-jalur perpipaan beserta komponen serta kelengkapan secara efektif dan efisien. Pada umumnya piping plan merupakan gambaran umum jalur-jalur pipa saja baik di atas maupun di bawah tanah. (Raswari, 2007). Dalam piping plan telah menunjukkan judul gambar, unit daerah, kode-kode atau simbol simbol, standar, spesifikasi gambar, dimensi masing-masing bagian pipa, komunitas jalur perpipaan dan lain-lain Gambar Piping plan disebut juga General Arrangement Drawing atau Equipment Location Drawing. Gambar ini merupakan denah peralatan dalam suatu area yang lebih kecil, atau pada lokasi tertentu dalam lingkungan pabrik, dan dilihat dari atas. Gambar Piping plan memperlihatkan tata letak peralatan yang sesungguhnya, yang dibatasi oleh garis batas area. Gambar ini harus memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya : a. Memungkinkan untuk pengoperasian.

18 18 b. Mudah untuk pengamanan kebakaran. c. Mudah untuk perbaikan. d. Mudah untuk pengontrolan dan aman. Gambar I.8 : Gambar Piping plan Gambar1.8 merupakan gambar Piping Plan berfungsi sebagi informasi teknik, sehingga harus dapat dimengerti oleh pelanggan, konstruktor, konsultan, atau bagian perawatan dan perbaikan pabrik. I Process and Instrument Drawings (P&ID). Gambar merupakan unsur penting sebagai alat komunikasi, rancangan yang sangat rumit tidak dapat diinformasikan secara verbal, melalui gambar itulah cara yang yang paling efisien. Dalam gambar Teknik Perpipaan, ada 2 jenis gambar yang sangat dominan diterapkan untuk mengungkap rencana teknis sebagai pedoman rencana kerja dan gambaran proses. Dua jenis gambar yang dimaksud adalah : a. Gambar Ortoghrafik b. Gambar Isometrik Jenis dokumen yang paling penting untuk pekerjaan dilapangan adalah Piping And Instrument Drawings (P&ID) gambar-gambar P&ID sering disebut juga Process And Instrumentation Drawings (P&ID), dokumen ini merupakan pedoman

19 19 rancangan dan operasi kelompok teknik lapangan. P&ID dibuat sebagai master plan instalasi kilang. Piping and Instrument Diagram (P&ID) adalah sebuah master plan dari suatu instalasi kilang yang memuat instruksi-instruksi umum bagi penggambaran (Raswari, 2007). Dari master plan inilah model kilang dan seluruh penggambaran kontruksi dibuat, atau dengan kata lain P&ID adalah sebuah pedoman perencanaan dan operasi pada suatu pengilangan. P&ID merupakan dokumen rumit yang dibuat sebagai petunjuk teknis, sebagai bahan informasi aspek teknis. P&ID memuat informasi untuk keperluan pembuatan gambar; Flow diagram, proses pemipaan berikut Instrumentnya, Pemipaan utiliti berikut instrumennya, dimana seluruh gambar konstruksi dibuat mengacu pada P&ID. Gambar I.9 : Process and Instrument Drawings (P&ID). Gambar I.9 merupakan gambaran mengenai P&ID suatu proses petunjuk teknis yang disertai dengan symbol-simbol di dalamnya. Simbol mengenai perpipaan terlampir di lampiran D.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam pekejaan monitoring konstruksi, displin ilmu geodesi sangat membantu dalam hal pengukuran dan penyajiaan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk model tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang As built drawing adalah produk dan dokumen pemeliharaan konstruksi pada semua instalasi proyek. Sebuah dokumen As built drawing memuat perubahan yang ada di lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangunan sejarah mempunyai nilai penting di suatu negara karena dari bangunan bersejarah tersebut dapat diketahui kisah yang terkait dari bangunan tersbut. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang VICO atau Virginia Indonesia Company, merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi secara umum merupakan disiplin ilmu kebumian yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian bumi dan benda-benda langit lainya, termasuk medan gaya

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak

Lebih terperinci

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem

Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem Metode yang digunakan untuk pengembangan sistem dalam penelitian ini adalah model proses Prototype. Model prototype (Prototyping model)

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi

Lebih terperinci

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Listrik merupakan sumber energi yang paling vital di dunia ini. Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam memasok energi listrik

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007] BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang

Lebih terperinci

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang

Lebih terperinci

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sistem pemanas dengan prinsip perpindahan panas konveksi, konduksi dan radiasi adalah teknologi yang umum kita jumpai dalam kehidupan seharihari, baik alat pemanas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem 3D Scanner Pemindaian tiga dimensi (3D) merupakan proses pengambilan data berupa bentuk suatu objek untuk membuat pemodelan 3D dari objek tersebut. Model 3D yang tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini dan semakin kompleksnya pekerjaan-pekerjaan engineering yang menuntut ketelitian dan kecepatan tinggi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh

Lebih terperinci

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan

Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Bab 3 Algoritma Feature Pengurangan Sebelum membahas pemodelan produk berbasis yang disusun berdasarkan algoritma pengurang terlebih dahulu akan dijelaskan hal-hal yang mendasari pembuatan algoritma tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pemodelan balik sering dikenal juga reverse engineering adalah teknik pemodelan ulang dari benda yang sudah ada. Teknik ini berlaku dalam bidang geodesi. Dalam

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik 83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana

Lebih terperinci

Sistem Koordinat 3D. +y +y

Sistem Koordinat 3D. +y +y Pendahuluan Grafika Komputer dalam aplikasinya terbagi menjadi 2 : Grafika 2D Grafika 3D Aplikasi 2D banyak dipakai dalam pembuatan grafik, peta, kreasi 2D yang banyak membantu pemakai dalam membuat visualisasi.

Lebih terperinci

METODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER

METODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER METODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER Fadhli Umar Lubis Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: fadhli_umar@yahoo.com Abstrak 3D laser scanner yang

Lebih terperinci

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02

Drawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02 Drawing, Viewport, dan Transformasi Pertemuan - 02 Ruang Lingkup Definisi Drawing Viewport Transfomasi Definisi Bagian dari grafik komputer meliputi: 1. Citra (Imaging) : mempelajari cara pengambilan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Objek tiga dimensi dibentuk oleh sekumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari tower DA-501 ke tower DA-401 dijelaskan seperti diagram alir dibawah ini: Mulai Memasukan Sistem Perpipaan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN

BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN Pada pemodelan produk berbasis feature, produk didefinisikan sebagai benda kerja yang memiliki satu atau lebih feature yang terasosiasi pada

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Utama untuk berkembang pesat dalam pembangunan dan kualitas suatu proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. Utama untuk berkembang pesat dalam pembangunan dan kualitas suatu proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang CV Saga Prima Utama adalah perusahaan konstruksi bangunan yang mempunyai spesialisi pada sektor perpabrikan yang meliputi pembuatan penahan panas, isolasi, pembuatan

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR 63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang

Lebih terperinci

Bab IV HASIL KERJA PRAKTEK

Bab IV HASIL KERJA PRAKTEK Bab IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1 Peranan Praktikan Gambar 1.2 Struktur Organisasi Perusahaan beserta nama Praktikan menempati posisi di divisi Research & Development sebagai Product Designer, Jobdesk yang

Lebih terperinci

BAB 2 PENGGAMBARAN 3 DIMENSI (3D)

BAB 2 PENGGAMBARAN 3 DIMENSI (3D) BAB 2 PENGGAMBARAN 3 DIMENSI (3D) 2.1 Pengaturan Dasar 3D Sebelum melakukan penggambaran 3D dengan AutoCAD, Anda perlu melakukan beberapa pengaturan yang berkaitan dengan proses penggambaran. Pengaturan-pengaturan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pencahayaan (Lighting) Pencahayaan merupakan salah satu faktor untuk mendapatkan keadaan lingkungan yang aman dan nyaman dan berkaitan erat dengan produktivitas manusia. Pencahayaan

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pengeran Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan

Lebih terperinci

Bab III Perangkat Pengujian

Bab III Perangkat Pengujian Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Ir. Sofi Ansori Penulis

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Ir. Sofi Ansori Penulis KATA PENGANTAR Sebagai prakata, pertama kali yang sangat ingin penulis sampaikan adalah ucapan terima kasih kepada beberapa pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu proses penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat kecil seperti neutron dan elektron-elektron. kontraktor yang bergerak dibidang EPC, Petrochemical, LNG.

BAB I PENDAHULUAN. sangat kecil seperti neutron dan elektron-elektron. kontraktor yang bergerak dibidang EPC, Petrochemical, LNG. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Benda-benda yang ada dibumi pada dasarnya berbentuk padatan, cairan, atau gas yang komposisinya tergantung pada sumbernya. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS

IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS IMPLEMENTASI BAHASA PEMROGRAMAN UNTUK PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN HASIL PENGUKURAN DENGAN TS Jasmani, Sugianto HP. Institut Teknologi Nasional Malang e-mail: jhaz@telkom.net

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9]

Gambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9] 2 PMSI MULTI IS D SISTM CM 2.1 Pemesinan C Multi xis Proses pemesinan dengan teknologi NC (numerical control) telah dikenal luas pemakaiannya pada saat ini. lectronics Industries ssociation (I) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik dengan menggunakan uap sebagai penggerak utama dan menggunakan bahan bakar residu (Sunarni dkk, 2012).

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN III.1. Analisa Dalam perancangan sebuah animasi, dibutuhkan komponen-komponen seperti objek, pergerakan objek, dan hal lain yang berguna untuk menunjang karya animasi perancangan

Lebih terperinci

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat.

CAHAYA. Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. CAHAYA Cahaya: Cahaya adalah suatu bentuk radiasi energi elektromagnetik yang dipancarkan dalam bagian spektrum yang dapat dilihat. Energi panas di radiasikan / dipancarkan pada suatu media oleh suatu

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input Mark Budiman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: markbudiman93@gmail.com Abstrak 3D Laser Scanner merupakan alat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom

Pengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan

BAB I PENDAHULUAN. dihidupkan kembali dengan menggunakan pompa atau gas. Gas lift merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumur-sumur minyak yang laju produksinya sudah rendah atau bahkan sudah tidak mampu mengalirkan minyak ke permukaan dapat ditingkatkan / dihidupkan kembali

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI 4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, dokumen penting masih tetap mutlak diperlukan dan dijaga keutuhannya. Huruf merupakan suatu elemen utama yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tak tampak.

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA

PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA PERTEMUAN - 2 PENGOLAHAN CITRA EDY WINARNO fti-unisbank-smg 24 maret 2009 Citra = gambar = image Citra, menurut kamus Webster, adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda

Lebih terperinci

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI

DASAR-DASAR OPTIKA. Dr. Ida Hamidah, M.Si. Oleh: JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI DASAR-DASAR OPTIKA Oleh: Dr. Ida Hamidah, M.Si. JPTM FPTK UPI Prodi Pend. IPA SPs UPI OUTLINE Pendahuluan Optika Klasik Optika Modern Pendahuluan Optika adalah ilmu yang menjelaskan kelakuan dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minyak dan gas bumi merupakan suatu fluida yang komposisinya tergantung pada sumbernya di dalam bumi, yang pada umumnya merupakan campuran senyawa kimia dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING

APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING Nama : Charley C. Corputty NPM : 11111620 Jurusan Pembimbing : Sistem Informasi : Dr.-Ing.

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Augmented Reality dapat memvisualisasikan dengan baik model 3 dimensi, video, paparan area, maupun animasi 3 dimensi dengan hanya membutuhkan deteksi visual

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Akuisisi Data Seismik Akuisisi data seismik dilaksanakan pada bulan April 2013 dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III di kawasan batas laut dan Zona Ekonomi Eksklusif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segmentasi citra (image segmentation) merupakan langkah awal pada proses analisa citra yang bertujuan untuk mengambil informasi yang terdapat di dalam suatu citra.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem dan Informasi Terdapat dua kelompok pendekatan didalam mendefinisikan sistem yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan menekankan pada komponen dan elemenya.

Lebih terperinci

BAB 2 SISTEM OPERASI LASER SCANNER

BAB 2 SISTEM OPERASI LASER SCANNER BAB 2 SISTEM OPERASI LASER SCANNER 2.1 Laser Scanner 2.1.1 Definisi 3D Laser Scanner 3D Laser Scanner atau lebih dikenal dengan sebutan laser scanner saja merupakan instrumen analisis objek real world

Lebih terperinci

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. akan dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aplikasi. Untuk itulah,

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. akan dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aplikasi. Untuk itulah, BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Program Aplikasi Dengan aplikasi perangkat lunak yang dibuat dalam skripsi ini, implementasi akan dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aplikasi.

Lebih terperinci

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000

TAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000 BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya pada daerah perkotaan menyebabkan orientasi pembangunan mengarah secara vertikal pada pemanfaatan ruang baik ke atas maupun

Lebih terperinci

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005

Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra. Bertalya Universitas Gunadarma, 2005 Pendahuluan Pengantar Pengolahan Citra Bertalya Universitas Gunadarma, 2005 Definisi Citra Citra (Image) adalah gambar pada bidang dua dimensi. Secara matematis, citra merupakan fungsi terus menerus (continue)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PROYEK

PERKIRAAN BIAYA PROYEK Halaman 1 dari Pertemuan 5 Pertemuan 5 PERKIRAAN BIAYA PROYEK 5.1 KEGUNAAN a. Bagi Pemilik, menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. b. Bagi Konsultan, diajukan kepada pemilik

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS)

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (49-54) ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) Agung Budi Cahyono, Alif Fariq an Setiawan Departemen

Lebih terperinci

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA Bab pembahasan ini berisi tentang proses pengambilan dan pengolahan data. Proses pengambilan dengan TLS dibagi menjadi dua bagian yaitu proses persiapan dan proses pengukuran.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PENGERTIAN DESAIN. Desain biasa diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata "desain" bisa digunakan baik

Lebih terperinci

PEMBUATAN APLIKASI PEMBELAJARAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI DALAM BENTUK VIDEO PENDEK ANIMASI TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN 3DS MAX DESIGN 2014

PEMBUATAN APLIKASI PEMBELAJARAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI DALAM BENTUK VIDEO PENDEK ANIMASI TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN 3DS MAX DESIGN 2014 PEMBUATAN APLIKASI PEMBELAJARAN KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA DAN TSUNAMI DALAM BENTUK VIDEO PENDEK ANIMASI TIGA DIMENSI MENGGUNAKAN 3DS MAX DESIGN 2014 Program Studi Teknik Informatika, STMIK U Budiyah

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah sistem kerja yang terdiri dari berbagai rangkaian mesin, dibutuhkan ketepatan dalam keseluruhan sistem kerjanya, baik ketepatan waktu kerja, pemasangan

Lebih terperinci

[DOCUMENT TITLE] [DOCUMENT SUBTITLE]

[DOCUMENT TITLE] [DOCUMENT SUBTITLE] [DOCUMENT TITLE] [DOCUMENT SUBTITLE] [Draw your reader in with an engaging abstract. It is typically a short summary of the document. When you re ready to add your content, just click here and start typing.]

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP

PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING. Ressi Dyah Adriani NPP PEMANFAATAN KAMERA CCTV SEBAGAI ALAT BANTU TRAFFIC SURVEY BIDANG : TRAFFIC ENGINEERING Ressi Dyah Adriani NPP 10529 ressi.adriani@jasamarga.co.id ABSTRAK Data kepadatan lalu-lintas merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR BAB IV PERANCANGAN GAMBAR 4.1. Definisi Gambar Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Projection Mapping Pada Bidang Non Planar Sebagai Media Proyeksi Dengan Model Dimensi Tiga Dari Perangkat Kinect Dengan Metode Iterative Closest Point Farandi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan

Lebih terperinci

Pengantar Grafika 3D E D I T A N

Pengantar Grafika 3D E D I T A N Pengantar Grafika 3D F A KULTAS I L M U K O M P UTER E D I T A N 2 5 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 2 Mahasiswa memahami Grafika 3-Dimensi dan dapat membedakan dengan Grafika 2-Dimensi Mahasiswa mengerti

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Sungai Sungai merupakan saluran alami yang mempunyai peranan penting bagi alam terutama sebagai system drainase. Sungai memiliki karakteristik dan bentuk tampang yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari- hari seringkali ditemukan uang palsu pada berbagai transaksi ekonomi. Tingginya tingkat uang kertas palsu yang beredar di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

pelajaran 1.2 Mengoperasikan penyalaan komputer sampai dapat digunakan 2. Merakit, menginstalasi, men-setup, memelihara dan melacak serta

pelajaran 1.2 Mengoperasikan penyalaan komputer sampai dapat digunakan 2. Merakit, menginstalasi, men-setup, memelihara dan melacak serta No Kompetensi Utama Profesional Standar Kompetensi Guru Kompetensi Inti Kompetensi guru Guru pelajaran Menguasai materi, 1. Mengoperasikan computer personal struktur, dan periferalnya konsep, dan pola

Lebih terperinci