BAB 2 STUDI REFERENSI
|
|
- Suryadi Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan metode-metode pengukuran lainnya. 2.1 Konsep dasar Terrestrial laser scanner Terrestrial Laser Scanning (TLS) adalah sebuah teknik menggunakan cahaya laser untuk mengukur titik-titik dalam sebuah pola secara langsung dalam tiga dimensi dari yang ada pada permukaan objek dari sebuah tempat di permukaan bumi.hasil yang didapatkan dari pengukuran TLS ini adalah point cloud yang berkoordinat tiga dimensi terhadap tempat berdiri alat. Point cloud tersebut adalah kumpulan titik-titik dalam jumlah banyak yang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan model tiga dimensi. TLS ini mempunyai kekurangan yaitu ketidakmampuan TLS dalam mengakusisi warna yang sesuai dengan warna aslinya. Warna yang didapatkan oleh alat TLS adalah intensitas pantulan dari benda yang ditembak oleh laser tersebut(quintero, et al., 2008). Tipe TLS ini dibagi menjadi dua bagian yang besar yaitu dynamiclaser scanning dan staticlaser scanning. Staticlaser scanner mempunyai ketelitian dan kepadatan titik yang lebih baik dari dynamiclaser scanning. Dalam proses dynamiclaser scanning dibutuhkan beberapa alat yang mendukung penentuan posisi tiga dimensi tersebut. Alat tersebut seperti Inertia Measurement Unit dan GPS.Alat ini membuat biaya dynamiclaser scanner sangat tinggi. Pada staticlaser scanner, tipe TLS tersebut terbagi lagi menjadi tiga jenis bergantung pada kemampuan seberapa jauh kekuatan laser tersebut dapat dipantulkan oleh benda. Tiga jenis TLS adalah long range, medium range, dan close range TLS. Pembagian ketiga jenis tersebut mempengaruhi penerapannya di bidang industri. Bidang- bidang industri yang menggunakan TLS ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 7
2 Gambar 2.1 Aplikasi dari Terrestrial Laser Scanning (Quintero, et al., 2008) TLS yang beredar terbagi menjadi dua jenis metode pengukuran yaitu metode pengukuran (time of filght) dan phase based. Dalam penelitian ini, alat yang digunakan menggunakan metode pengukuran pulse based Pulse based Prinsip kerjapulse basedadalah pengukuran yang didasarkan kepada waktu tempuh gelombang laser sejak dipancarkan sampai diterima kembali oleh penerima pulsa laser tersebut.waktu tempuh tersebut digunakan untuk menghitung jarak antara TLS dengan target. Perhitungan jarak tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.1 yang di ambil dari (Quintero, et al., 2008). Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar
3 Gambar 2.2 Ilustrasi pengukuran jarak berdasarkan pulsa(quintero, et al., 2008) (2.1) Sumber (Quintero, et al., 2008) Keterangan : D c t : jarak dari alat ke objek : kecepatan rambat gelombang (meter/second) : waktu tempuh (second) Pulsa cahaya laser tersebut dipancarkan dari sumber laser mengenai titik di permukaan objek,kemudian dipantulkan kembali mengenai penerima sinyal laser.alat penerima dan penghitung pulsa laser tersebut disebut laser range finder.laser range finder ini hanya mendeteksi satu arah dari TLS tersebut.bila arah tembakan laser tersebut dirubah, jarak antara objek dengan pemancar sinyalpun akan berubah. Namun, laser range finder ini dapat dirubah arahnya sesuai dengan arah tembakan dan besarnya daerah pandang yang akan di scan. Faktor yang mempengaruhi akurasi dari metode pengukuran jarak berdasarkan teknik pulsa basedini sebagai berikut : 1. Kemampuan untuk kembali ke posisi yang sama antara pulsa yang dipancarkan dengan pulsa yang diterima untuk mengukur interval waktunya. 2. Akurasi dari tenggang waktu di dalam system. 3. Akurasi dari alat yang mengukur interval waktu. 9
4 Keuntungan menggunakan laser scanner pulsa ranging ini adalah tingginya konsentrasi kekuatan laser.dengan tingginya kekuatan laser tersebut, Laser range findermemungkinkan untuk mendapatkan SNR untuk kebutuhan akurasi tinggi dari pengukuran jarak jauh sampai 100 meter (Quintero, et al., 2008). Secara garis besar konsep pengukuran laser scanner range finderseperti berikut.: z d α β x y Gambar 2.3Konsep pengukuran koordinat tiga dimensi Keterangan α adalah sudut vertikal antara bidang horizontal dengan arah penembakan laser. β adalah sudut horizontal antara arah penembakan laser dengan sumbu x alat. d adalah jarak yang didapatkan dari pengukuran waktu tempuh laser. Dari pengukuran laser dari TLS didapatkan dua hal. Hal pertama adalah reflektivitas. Reflektivitas dari benda adalah laser yang dipantulkan oleh benda yang dibidik dari laser scanner. Hal kedua adalah koordinat. Koordinat tersebut didapatkan dari pengukuran sudut dan jarak. Pengukuran sudut didapatkan dari IMU yang berada pada TLS. Konsep pengukuran jaraknya telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Oleh karena itu secara keseluruhan koordinat objek didapatkan dari persamaan berikut: h cos( )... (2.2) h cos( )... (2.3) 10
5 h sin( )... (2.4) sin ( )... (2.5) Kesalahan alat pada instrumen Laser Scanner dapat berupa kesalahan sitematik ataupun kesalahan acak tergantung dari disain scanner yang digunakan.kesalahan acak biasanya mempengaruhi presisi pada pengukuran jarak dan sudut pada laserrangefinder.sedangkan kesalahan sistematik dapat ditimbulkan oleh ketidaklinearan system pengukuran beda waktu atau karena perubahan suhu pada instrument pengukur waktu pada alat yang mengakibatkan perubahan hasil pada pengukuran jarak. 1. Perambatan Sinar Laser Menurut (Quintero, et al., 2008), Sinar laser tersebut idealnya berjalan lurus dan tidak terjadi divergensi dari sinar tersebut sampai mengenai target dan kembali diterima oleh range finder. Namun dengan gangguan pada udara sinar tersebut, terjadi penyebaran sinar laser tersebut yang menyebabkan pengaruh besar dari ketelitian posisi dari sebuah titik yang diukur. Praktisnya penyebaran sinar laser tersebut berdapak pada lokasi angular dari posisi titik yang diukur.seharusnya lokasi titik yang diukur berada pada titik tengah dari sinar laser tersebut. Namun karena adanya penyebaran sinar laser tersebut titik tengah sinar laser tersebut berubah sehingga menimbulkan perubahan lokasi titik dari yang diproyeksikan secara lurus. Ketidakpastian sinar tersebut dapat diaproksimasi sebesar seperempat dari diameter sinar laser tersebut. 2. Masalah dalam tepi objek Sebuah sinar laser mempunyai diameter tersendiri. Bila sinar laser yang dipancarkan tersebut mengenai tepi dari sebuah objek, maka pantulan dari sinar laser tersebut terbagi menjadi dua. Ada bagian dari sinar laser tersebut mengenai bagian tepi bagian terdekatnya, ada pula bagian laser yang mengenai permukaan bagian terjauhnya. Pantulan dari sinar laser tersebut mempunyai informasi dari kedua bagian yang berbeda. Hasilnya yang ditangkap dalam pada range finder 11
6 tersebut adalah rata rata dari kedua sinyal balik sehingga menghasilkan posisi titik yang salah. Ilustrasi sinar laser yang mengenai bagian tepi objek tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Ilustrasi sinar laser mengenai bagian tepi objek(quintero, et al., 2008) 3. Ketidakpastian jarak Ketidak pastian jarak tersebut bergantung pada tipe pengukuran laser scanner yang digunakan. Untuk pulse basedlaser scanner, ketidakpastian jarak bergantung pada mekanisme perhitungan waktu tempuh yang akurat. Semakin teliti perbedaan waktu yang diukur, semakin kecil ketidakpastian jarak yang didapatkan. 4. Ketidakpastian secara angular Kebanyakan laser scanner termasuk yang digunakan dalam tugas akhir ini menggunakan cermin untuk memantulkan pulsa laser dari satu sumber ke arah target yang diinginkan. Ketelitian sudut yang direkam bergantung pada penempatan cermin pada posisi yang tepat dan instrumen yang digunakan untuk mengukur sudut cermin. Sedikit kesalahan yang terjadi pada pengukuran sudut cermin dapat menimbulkan kesalahan yang besar pada koordinat objek yang diukur dan akan semakin besar pula berbanding lurus dengan jarak pengukuran. Cara untuk mengatasi kesalahan ini hanya dengan melakukan kalibrasi oleh pabrikan pada instrumen yang akan digunakan. 12
7 2.1.2 Spesifikasi Leica Scanstation C-10 Dalam tugas akhir ini, alat yang dipakai adalah Leica Scanstation C10. Spesifikasi alat Leica Scanstation C10 dapat dilihat pada Tabel 2.1.Gambar Leica Scanstation C10 tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.5 Tabel 2.1 Spesifikasi Alat Leica Scanstation C10 (hds.leicageosystem.com) Tipe Warna PanjangGelombang Kelas Laser Jangkauan Kecepatan Scanning Resolusi Scanning Ukuran spot Pemilihan Space antar titik Contoh maksimum Density Sistem Laser Scanning Pulse Hijau 532nm (green) 3R 90%; 18% albedo up to titik/detik 0-50m:4.5mm (FWHH - based) 7mm (Gaussian - based) independen 1mm space minimum <1mm Field of View Horizontal 360 maksimum Vertikal 270 maksimum Penembak Target optik Image Digital kecil, sedang, tinggi satu 17 x17 gambar: 1920x1920 pixels (4 mega tinggi Performa Dari Sistem Akurasi untuk satu pengukuran Posisi 6mm Jarak 4mm Sudut (horizontal/vertikal) 60µrad/60µrad, 1 sigma Model permukaan Presisi/noise Target Akusisi 2mm, 1 sigma 2mm std deviasi 13
8 Gambar 2.5 Gambar Leica Scanstation C10 (sumber:leica-geosystems.com) Pemodelan dengan menggunakan TLS ini melalui beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari tahapan survey lokasi, tahapan perencanaan survey, tahapan pengambilan data, tahapan penggabungan data,tahapan georeferencing data dan tahapan pemodelan 3 dimensi data tersebut. Dari tahapan-tahapan tersebut, tahapan yang paling menentukan perencanaan survey sampai penggabungan data survey adalah tahapan penggabungan data survey. Maksud dari penggabungan data survey ini adalah menggabungkan beberapa hasil scan dari tempat berdiri alat yang berbeda sehingga menjadi satu kesatuan objek yang utuh. Tahapan penggabungan data tersebut sering juga disebut tahapan registrasi data. Metode registrasi data tersebut terdiri dari beberapa metode. Metode registrasi tersebut dijelaskan pada bagian Metode registrasi data Pengambilan data dengan laser scanner untuk objek tiga dimensi tidak mungkin dapat dilakukan hanya dengan satu kali pengambilan data, sehingga diperlukan teknik untuk menggabungkan data-data per satu kali pengambilan (yang selanjutnya akan disebutscanworld) kedalam sebuah data global yang dikenal dengan nama registrasi. Ada beberapa metode registrasi data points cloud yang biasa digunakan, teknik registrasi yang dipilih akan mempengaruhi teknik survey yang akan dilakukan nantinya sehingga harus dipilih dengan seksama berdasarkan kondisi objek dan area disekitar objek.(pfeifer, 2007) 1. Target to target registration. 14
9 Metode registrasi target to target ini adalah metode registrasi yang umum digunakan.target yang digunakan dalam metode ini adalah target yang mempunyai reflektivitas tinggi dan digunakan sebagai titik ikat dari kedua tempat berdiri alat. Target tersebut discan dua kali. Pemindaian pertama dilakukan untuk menentukan objek target dari daerah sekitarnya. Pemindaian pertama ini disebut coarse scan. Pemindaian kedua dilakukan untuk menentukan titik tengah dari target yang ada. Untuk menentukan titik tengah tersebut diperlukan pemindaian yang lebih akurat. Oleh karena itu pemindaian target yang kedua ini disebut dengan fine scan. Gambar 2.6 Ilustrasi Metode Target to target registration (Pfeifer, 2007) Konsep registrasi ini menggunakan reseksi dan interseksi untuk menentukan tempat berdiri alat lainnya yang diilustrasikan pada Gambar 2.6. Target yang dibutuhkan minimal sebanyak 3 titik untuk memecahkan 6 parameter orientasi luar (roll, pitch,yaw, translasi x, translasi y, dan translasi z) dari laser scanner dari satu tempat berdiri alat. Hasil dari metode registrasi target to target ini berupa gabungan point cloud dari beberapa tempat berdiri alat yang mempunyai system koordinat local. 2. Cloud to cloud registration Cloud to cloud registration ini menggunakan minimal 2 point cloud yang dimiliki dari kedua hasil scan. Konsep registrasi ini menggunakan metode Iterative Closest Point( ICP). Maksud dari konsep ini adalah mencari offset atau jarak terdekat secara berulang-ulang dari kedua titik yang terdekat antara kedua kumpulan point cloud.ilustrasi dari metode ini dapat dilihat pada Gambar
10 Hasil dari metode ini berupa gabungan point cloud dari beberapa tempat berdiri alat yang mempunyai system koordinat local. Gambar 2.7 Ilustrasi ICP (iterative cloud registration) (Pfeifer, 2007) 3. Traversing Metode registrasi traversing adalah metode poligon. Jenis metode poligon yang digunakan adalah metode poligon tertutup. Poligon tertutup yang dimaksud adalah koordinat awal sama dengan koordinat akhir. Metode poligon tersebut membutuhkan tiga titik acuan dalam satu kali berdiri alat. Titik acuan dibelakang sebagai backsight,titik acuan yang berada di depan sebagai foresight dan titik acuan berada di tempat berdiri alat. Metode registrasi ini termasuk jenis metode registrasi direct georeferencing.ilustrasi dari proses traversing ini dapat dilihat pada Gambar 2.8 Gambar 2.8 Ilustrasi metode traversing( Sumber:leica.geosystem.com) Proses survey dengan traversing: 1. Berdirikan target pada titik yang sudah diketahui (reference point) 2. Berdirikan alat untuk memulai scan, scan target di titik referensi dan mulai proses scan untuk n, tandai tempat berdiri alat. 3. Pindahkan alat ke posisi n+1 dan scan target yang berada di n, setelah itu proses scan area dapat dimulai. 4. Ulangi langkah 2-3 sampai membentuk poligon tertutup pada reference point. 16
11 Secara umum TLS dibagi berdasarkan metode pengukurannya menjadi dua yaitu pulse based dan phase based TLS. Dari metode pengukuran tersebut terdapat beberapa kesalahan. Kesalahan yang terjadi dapat dari berasal dari alat atau dari lingkungan sekitar. Kesalahan yang didpatkan dari alat tersebut adalah perambatan sinar laser, menscan tepi objek,ketidakpastian jarak dan ketidakpastian secara angular. 17
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat
Lebih terperinciBAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA
BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA Bab pembahasan ini berisi tentang proses pengambilan dan pengolahan data. Proses pengambilan dengan TLS dibagi menjadi dua bagian yaitu proses persiapan dan proses pengukuran.
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi
BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak
Lebih terperinciBAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data
BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI
4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan
Lebih terperinciPERBANDINGAN METODE REGISTRASI TERRESTRIAL LASER SCANNER (STUDI KASUS: AULA TIMUR DAN GARDU LISTRIK GKU TIMUR)
PERBANDINGAN METODE REGISTRASI TERRESTRIAL LASER SCANNER (STUDI KASUS: AULA TIMUR DAN GARDU LISTRIK GKU TIMUR) Tugas Akhir Karya tulis ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Oleh Mochtar NIM.
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat
Lebih terperinciBAB 2. Dasar Teori. 2.1 Landslides
BAB 2 Dasar Teori 2.1 Landslides Landslides / longsor merupakan contoh dari proses geologi yang disebut mass wasting. Mass wasting yang sering juga disebut mass movement, merupakan perpindahan massa batuan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi secara umum merupakan disiplin ilmu kebumian yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian bumi dan benda-benda langit lainya, termasuk medan gaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pemodelan balik sering dikenal juga reverse engineering adalah teknik pemodelan ulang dari benda yang sudah ada. Teknik ini berlaku dalam bidang geodesi. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Listrik merupakan sumber energi yang paling vital di dunia ini. Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam memasok energi listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan data pengukuran terestris menuntut pemenuhan aspek efisien, efektif, presisi dan akurat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam lingkup survei
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem 3D Scanner Pemindaian tiga dimensi (3D) merupakan proses pengambilan data berupa bentuk suatu objek untuk membuat pemodelan 3D dari objek tersebut. Model 3D yang tercipta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pengeran Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan
Lebih terperinciGambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik dengan menggunakan uap sebagai penggerak utama dan menggunakan bahan bakar residu (Sunarni dkk, 2012).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam pekejaan monitoring konstruksi, displin ilmu geodesi sangat membantu dalam hal pengukuran dan penyajiaan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk model tiga
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik
83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya pada daerah perkotaan menyebabkan orientasi pembangunan mengarah secara vertikal pada pemanfaatan ruang baik ke atas maupun
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.
BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang VICO atau Virginia Indonesia Company, merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangunan sejarah mempunyai nilai penting di suatu negara karena dari bangunan bersejarah tersebut dapat diketahui kisah yang terkait dari bangunan tersbut. Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang As built drawing adalah produk dan dokumen pemeliharaan konstruksi pada semua instalasi proyek. Sebuah dokumen As built drawing memuat perubahan yang ada di lapangan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER
41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan
Lebih terperinciBAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR
BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR Pengolahan data side scan sonar terdiri dari dua tahap, yaitu tahap real-time processing dan kemudian dilanjutkan dengan tahap post-processing. Tujuan realtime
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK
BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK Tujuan Instruksional Umum Bab II menjelaskan konsep-konsep dasar optika yang diterapkan pada komunikasi serat optik. Tujuan Instruksional Khusus Pokok-pokok bahasan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah
Lebih terperinciBAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR
51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS)
GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (49-54) ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) Agung Budi Cahyono, Alif Fariq an Setiawan Departemen
Lebih terperinciBAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV
BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei
Lebih terperinciBAB 2 TEKNOLOGI LIDAR
BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan
Lebih terperinciBAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radio Detecting and Ranging (Radar) merupakan salah satu alat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radio Detecting and Ranging (Radar) merupakan salah satu alat yang menerapkan sistem komunikasi di dalamnya. Radar berfungsi untuk mendeteksi benda-benda yang jaraknya
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH
BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang berlimpah, serta ditempati lebih dari 240 juta penduduk. Pembangunan di segala
Lebih terperinciBAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI
BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika bersifat universal dan banyak kaitannya dengan kehidupan nyata. Matematika berperan sebagai ratu ilmu sekaligus sebagai pelayan ilmu-ilmu yang lain. Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan arus informasi yang semakin transparan, serta perubahan-perubahan dinamis yang tidak dapat dielakkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. TERSEBUT DIAPLIKASIKAN UNTUK PENDETEKSIAN CACAT DALAM PADA MATERIAL BAJA. DENGAN
BAB IV ANALISA. TERSEBUT DIAPLIKASIKAN UNTUK PENDETEKSIAN CACAT DALAM PADA MATERIAL BAJA. DENGAN BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Simulasi Salah satu teknik untuk memodelkan perambatan ultrasonik dalam medium
Lebih terperinciXpedia Fisika. Optika Fisis - Soal
Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus
Lebih terperinciBAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON
BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON 3.1 Data dan Area Studi Dalam Tugas Akhir ini data yang digunakan didapat dari PT McElhanney Indonesia. Area tersebut merupakan area perkebunan kelapa sawit yang berada
Lebih terperinciSatuan Besaran dalam Astronomi. Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB
Satuan Besaran dalam Astronomi Dr. Chatief Kunjaya KK Astronomi ITB Kompetensi Dasar X.3.1 Memahami hakikat fisika dan prinsipprinsip pengukuran (ketepatan, ketelitian dan aturan angka penting) X.4.1 Menyajikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. tersebut diaplikasikan untuk pendeteksian cacat dalam pada material baja. Dengan
BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Simulasi Salah satu teknik untuk memodelkan perambatan ultrasonik dalam medium adalah dengan pulse echo single probe. Pulse echo single probe adalah salah satu probe ultrasonik
Lebih terperinciPengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering
Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera
BAB 4 ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis dari hasil pengolahan data dan juga proses yang dilakukan pada penelitian kali ini. Analisis akan mencakup kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan,
Lebih terperinciBAB III. Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai. Perancangan Sensor. Pengujian Kesetabilan Laser
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Tahapan Penelitian Tahap penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa bagian, yaitu : Mulai Perancangan Sensor Pengujian Kesetabilan Laser Pengujian variasi diameter
Lebih terperinciBAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena
Lebih terperinciKurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika
Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar
Lebih terperinciHASIL, KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 HASIL, KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan dibagi menjadi tiga sub bab tersendiri yaitu : 1. Hasil Hasil yang didapatkan setelah melakukan analisa dan pembahasan terhadap hasil pengujian. Berikut hasil
Lebih terperinciANALISA POINTING STABILITY SINAR LASER MENGGUNAKAN QUADRANT PHOTODIODE (QPD)
ANALISA POINTING STABILITY SINAR LASER MENGGUNAKAN QUADRANT PHOTODIODE (QPD) Fauzul Azmi 1, Minarni 2, Zulkarnain 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Dosen Fotonik Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciBAB II. Landasan Teori
BAB II Landasan Teori 2.1 Prinsip Kerja Perangkat Fourier Sumber cahaya laser menghasilkan berkas cahaya berdiameter kecil dengan distribusi intensitas mendekati Gaussian. Untuk mendapatkan diameter berkas
Lebih terperinciPENCAHAYAAN (LIGHTING)
PENCAHAYAAN (LIGHTING) S1 Tekinik Informatika 1 Model Pencahayaan Tujuan pencahayaan dalam grafika komputer adalah untuk menghasilkan tampilan senyata mungkin Model pencahayaan secara matematika harus
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang
Lebih terperinciKinematika Gerak KINEMATIKA GERAK. Sumber:
Kinematika Gerak B a b B a b 1 KINEMATIKA GERAK Sumber: www.jatim.go.id Jika kalian belajar fisika maka kalian akan sering mempelajari tentang gerak. Fenomena tentang gerak memang sangat menarik. Coba
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut
Lebih terperinciPerancangan Sistem dan Algoritma Identifikasi Obyek 3 Dimensi dengan Pemanfaatan Laser Pointer sebagai Pembangkit Berkas
30 pril 008, Surabaya, Indonesia Perancangan Sistem dan lgoritma Identifikasi Obyek 3 Dimensi dengan Pemanfaatan Laser Pointer sebagai Pembangkit Berkas Stefanus Ongkodjojo 1), Rudi dipranata ), dan Stanley
Lebih terperinciKINEMATIKA. A. Teori Dasar. Besaran besaran dalam kinematika
KINEMATIKA A. Teori Dasar Besaran besaran dalam kinematika Vektor Posisi : adalah vektor yang menyatakan posisi suatu titik dalam koordinat. Pangkalnya di titik pusat koordinat, sedangkan ujungnya pada
Lebih terperinciBAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS
BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena
Lebih terperinciADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. mengalami suatu gaya geser. Berdasarkan sifatnya, fluida dapat digolongkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fluida adalah zat - zat yang mampu mengalir dan menyesuaikan bentuk dengan bentuk tempat/wadahnya. Selain itu, fluida memperlihatkan fenomena sebagai zat yang
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2
BAB II TEORI DASAR.1 Identifikasi Bentuk Gelombang Perambatan gelombang pada media bawah permukaan mengikuti beberapa prinsip fisika sebagai berikut : a. Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik yang
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2017
ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN METODE REGISTRASI ANTARA METODE KOMBINASI DAN METODE TRAVERSE DENGAN MENGGUNAKAN TERRESTRIAL LASER SCANNER DALAM PEMODELAN OBJEK 3 DIMENSI Alfred B S Simbolon, Bambang
Lebih terperinciDapat merambat melalui sebarang medium dengan kecepatan yang bergantung pada sifat-sifat medium
Pertemuan 6 1 Gelombang Suara Termasuk gelombang tipe longitudinal Dapat merambat melalui sebarang medium dengan kecepatan yang bergantung pada sifat-sifat medium Medium bergetar untuk menghasilkan perubahan
Lebih terperinciBAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik
BAB II GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK 2.1 Umum elektromagnetik adalah gelombang yang dapat merambat walaupun tidak ada medium dan terdiri dari medan listrik dan medan magnetik seperti yang diilustrasikan pada
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM
32 BAB III TINJAUAN MENGENAI INERTIAL NAVIGATION SYSTEM 3.1 Pergerakan rotasi wahana terbang Wahana terbang seperti pesawat terbang dan helikopter mempunyai sistem salib sumbu x, y, dan z di mana masing-masing
Lebih terperinciMETODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY
METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY Husnul Hidayat*, Agung Budi Cahyono, Mohammad Avicenna Departemen Teknik Geomatika FTSLK-ITS, Kampus ITS
Lebih terperinciBAB III GROUND PENETRATING RADAR
BAB III GROUND PENETRATING RADAR 3.1. Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang terdiri dari medan elektrik (electric field) dan medan magnetik (magnetic field) yang dapat
Lebih terperinciRANCANG BANGUN GROUND PENETRATING RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN PIPA BAWAH TANAH
RANCANG BANGUN GROUND PENETRATING RADAR UNTUK MENDETEKSI SALURAN PIPA BAWAH TANAH Amir D Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln Banda Aceh-Medan Km
Lebih terperinciGosong Semak Daun. P. Karya. P. Panggang. Gambar 2.1 Daerah penelitian.
BAB 2 BAHAN DAN METODE 2.1 Daerah Penelitian Daerah penelitian adalah Pulau Semak Daun (Gambar 2.1) yang terletak di utara Jakarta dalam gugusan Kepulauan Seribu. Pulau Semak Daun adalah pulau yang memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian pemanfaatan sistem sensor pergeseran mikro untuk estimasi diameter lubang pada bahan gigi tiruan berbasis
Lebih terperinciAnalisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA
BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan
Lebih terperinciPetunjuk Penggunaan SENSOR GERAK (GSC )
Petunjuk Penggunaan SENSOR GERAK (GSC 410 15) Jl. PUDAK No. 4 Bandung 40113, Jawa Barat-INDONESIA - Phone +62-22-727 2755 (Hunting) Fax. +62-22-720 7252 - E-mail: contact@pudak.com - Website: www.pudak.com
Lebih terperinciMacam-macam berkas cahaya: 1. Berkas mengumpul (Konvergen) 2. Berkas Menyebar ( divergen) 3. Berkas Sejajar.
BAB V CAHAYA Cahaya adalah gelombang yang memindahkan tenaga tanpa perambatan massa. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang terdiri dari beberapa macam warna. Di dalam ruang hampa warna warna
Lebih terperincisehingga tercipta suatu pergerakan partikel partikel atom yang bermuatan di
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Termografi Infra Merah Termografi adalah alat diagnostik yang menggunakan energi panas ( mendeteksi temperatur permukaan). Saat ini termografi telah diterapkan dalam berbagai
Lebih terperinciKuliah ke-2 Pengukuran Gelombang
Kuliah ke-2 Pengukuran Gelombang http://scholarworks.uno.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1012&context=oceanwaves UNIVERSITAS GADJAH MADA Pengukuran Gelombang Metode Pengukuran 1. alat-alat ukur berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia hidup di bumi yang merupakan dunia 3D. Para peneliti dan insinyur kebumian telah lama mencoba membuat tampilan grafis tentang aspek spasial 3D dari dunia nyata
Lebih terperinciCAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 10 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM
CAHAYA. CERMIN. A. 5 CM B. 0 CM C. 20 CM D. 30 CM E. 40 CM Cahaya Cermin 0. EBTANAS-0-2 Bayangan yang terbentuk oleh cermin cekung dari sebuah benda setinggi h yang ditempatkan pada jarak lebih kecil
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI
BAB IV PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN MENGGUNAKAN OTDR SERTA ANALISA HASIL PERHITUNGAN DAN PENGGUKURAN TERHADAP RUGI-RUGI TRANSMISI 4.1 Analisa Perencanaan Instalasi Penentuan metode instalasi perlu dipertimbangkan
Lebih terperinciMAKALAH CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA
MAKALAH CEPAT RAMBAT BUNYI DI UDARA Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika I Dosen Pengampu : Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si Oleh : Gisela Adelita (1305667) Rahayu Dwi Harnum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data spasial sangat dibutuhkan untuk menyediakan informasi tentang kebumian. Untuk memenuhi data spasial yang baik dan teliti, maka diperlukan suatu metode yang efektif
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri =( )/2 (2.1)
BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Prinsip Dasar Pengukuran Satelit Altimetri Pengukuran pada satelit altimetri adalah pengukuran jarak dari altimeter satelit ke permukaan laut. Pengukuran jarak dilakukan dengan memanfaatkan
Lebih terperinciDifraksi. Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung
Difraksi Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Difraksi 1 / 38 Gejala Difraksi Materi 1 Gejala Difraksi
Lebih terperincisepanjang lintasan: i) A-B adalah 1/4 getaran ii) A-B-C-B-A adalah 4/4 atau 1 getaran iii) A-B-C-B-A-B adalah 5/4 atau 1,25 getaran
contoh soal dan pembahasan jawaban getaran dan gelombang, materi fisika SMP Kelas 8 (VIII), tercakup amplitudo, frekuensi, periode dari getaran dan gelombang, panjang gelombang, cepat rambat suatu gelombang
Lebih terperinciTAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000
BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data
Lebih terperinciGROUND PENETRATING RADAR (GPR)
BAB II GROUND PENETRATING RADAR (GPR) 2.1 Gelombang Elektromagnetik Gelombang adalah energi getar yang merambat. Bentuk ideal dari suatu gelombang akan mengikuti gerak sinusoidal. Selain radiasi elektromagnetik,
Lebih terperinciLAPORAN RESMI UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Test)
LAPORAN RESMI UJI ULTRASONIK (Ultrasonic Test) Oleh : Ahmad Rizeki Erika Rizky Ratih Kusumaningtyas Rahardi Wardhana Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya PPNS 2012/2013 BAB 1 Tujuan Untuk mendeteksi adanya
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Citra Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue)
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Kenaikan permukaan air laut dari waktu ke waktu [Mackinnon, 2004]
BAB II DASAR TEORI 2.1. Permasalahan Kenaikan Permukaan Air Laut Fenomena kenaikan muka air laut mengemuka seiring dengan terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global pada dasarnya merupakan
Lebih terperinciBab IV. Pengujian dan Analisis
Bab IV. Pengujian dan Analisis IV.1. Jangkauan Telemetri dan Kalibrasi Kamera a. Jangkauan Telemetri Pengukuran jangkauan telemetri di ruang terbuka dilakukan dengan menempatkan pemancar RF di jendela
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan
Lebih terperinciFisika Optis & Gelombang
Fisika Optis & Gelombang 1 Pemantulan & Pembiasan Saat cahaya yang merambat melalui suatu medium menemui bidang batas antara 2 medium dapat terjadi proses pemantulan dan/atau pembiasan Pemantulan: sebagian
Lebih terperinciMAKALAH FISIKA GELOMBANG I TRANSFORMASI FOURIER. Disusun oleh : I Made Oka Guna Antara ( ) I Putu Adi Susanta ( )
MAKALAH FISIKA GELOMBANG I TRANSFORMASI FOURIER Disusun oleh : I Made Oka Guna Antara (1108205007) I Putu Adi Susanta (1108255009) JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Engineer tidak dapat dipisahkan dengan penggunaan alat ukur. Akurasi pembacaan alat ukur tersebut sangat vital di dalam dunia keteknikan karena akibat dari error yang
Lebih terperinci