BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Widyawati Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem 3D Scanner Pemindaian tiga dimensi (3D) merupakan proses pengambilan data berupa bentuk suatu objek untuk membuat pemodelan 3D dari objek tersebut. Model 3D yang tercipta pada dasarnya merupakan kumpulan point yang tersusun pada muka ruang 3D dari objek yang dipindai (Koyuncu & Kullu, 2011). Proses pemindaian 3D dapat dilakukan secara kontak ataupun non-kontak Metode Contact Metode contact adalah pemindaian yang dikumpulkan dari hasil sentuhan permukaan objek benda 3D dengan cara melakukan kontak langsung, mirip dengan meraba dalam sebuah ruangan yang gelap. Metode ini memiliki keunggulan dalam hal presisi dimana salah satu contohnya adalah Coordinate Measuring Machine (CMM), metode ini banyak digunakan dalam perusahaan manufacturing. Proses dari CMM adalah dengan melakukan kontak langsung antara probe dengan objek yang akan dipindai hal ini menjadikan kerugian dimana objek yang disentuh dapat mengalami perubahan bentuk karena kikisan dari probe yang digunakan. Contoh lain dari metode ini adalah CGI (Computer Generated Imagery). Kekurangan dari scanner 3D ini adalah perlu melakukan kontak langsung dengan objek yang ingin dipindai, dimana proses ini dapat secara tidak langsung merusak objek yang dipindai jika telah rapuh sehingga tidak disarankan mengunakan metode ini dalam melakukan scan pada benda berharga atau bersejarah.
2 Metode Contactless Metode ini menggunakan proses pemindaian dimana data yang dikumpulkan merupakan permukaan objek 3D tanpa melakukan kontak langsung dengan objek. Pemindaian dapat dilkaukan dengan menggunakan suatu sinar pemancar dan pantulan sinar tersebut akan ditangkap oleh suatu kamera. Selain menggunakan sinar, teknik ini juga dapat menggunakan suara seperti ultrasonik. Dua metode tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing, namun untuk penggunaan umum digunakan metode contactless. Metode contactless sendiri dapat menerapkan beberapa algoritma, yaitu: Structured Light Sistem kerja dari metode ini adalah dengan meproyeksikan sebuah cahaya dengan pola tertentu kepada objek yang akan dipindai. Cahaya yang diproyeksikan tidak hanya dalam bentuk garis sempit namun juga dapat berupa suatu pola dua dimensi. Sebuah garis cahaya yang diproyeksikan pada permukaan objek akan menghasilkan garis pencahayaan, yang jika dilihat akan tampak menyimpang dari sisi perspektif lain dibandingkan dari sudut pandang proyektor. Hasil penyimpangan inilah yang akan digunakan untuk melakukan merekrontruksi geometri dari bentuk permukaan objek yang ingin dipindai.
3 Gambar 2.1 Contoh Set Up Structured Light (Sumber:( ) Gambar 2.1 menunjukkan salah satu proyeksi dari metode ini dimana jika dilihat merupakan pengabungan dari beberapa metode triangulasi, dengan melakukan penghitungan seperti metode triangulasi maka bisa ditemukan jarak dari titik yang membentuk pola tersebut. Dilihat dari sudut pandang yang berbeda, pola geometris yang muncul terdistorsi karena bentuk permukaan objek. Meskipun banyak varian lain dari proyeksi cahaya terstruktur yang mungkin diterapkan, pola garis-garis paralel paling banyak digunakan saat ini Metode ini lebih cepat dan lebih fleksibel jika dibandingakan dengan metode lain, dimana proyeksi cahaya berpola yang terdiri dari banyak garis sekaligus, oleh karenanya dimungkinkan untuk mengakuisisi banyak sampel secara bersamaan.
4 Coded Light Metode ini dilakukan dengan mengganti salah satu kamera atau dua kamera yang digunakan dengan perangkat yang memproyeksikan pola cahaya ke permukaan objek. Perangkat yang digunakan saat ini adalah proyektor video. Perangkat tersebut memproyeksikan gambar dengan struktur tertentu sehingga piksel dapat diatur dengan mudah untuk membedakan gambar dengan menggunakan local coding. Titik yang terproyeksi gambar akan ditangkap oleh kamera yang ada Time-of-flight Metode ini pada dasarnya melakukan pemindaian dengan menggunakan laser untuk memindai objek. Kedalaman objek diperoleh dengan cara menghitung dan membandingkan waktu tempuh yang dibutuhkan sinar laser yang dipancarkan hingga pantulan diterima oleh detector (Malhotra, Gupta, & Kant, 2011). Teknik ini dapat memindai objek dengan jarak yang sangat jauh, tetapi memiliki akurasi yang kurang baik karena dengan kecepatan cahaya yang mendekati 3x10 8 m/s maka jarak tempuh untuk 1 mm hanya sekitar 3,3 picosecond. (Wulf & Wagner, 2003) membuat penelitian pemindai 3D dengan teknik time-offlight dengan jarak pemindaian lebih dari 50 m dan akurasi dalam tingkat centimeter. Metode ini biasa digunakan untuk membuat model 3D dari objek seperti bangunan, formasi batu-batuan, ataupun beberapa objek landscape lainya. Sistem dapat lebih cepat dalam melakukan pemindaian, yaitu dapat mengukur jarak sekitar hingga titik dalam 1 detik.
5 Triangulation Metode ini pada dasarnya mirip dengan metode time-of-flight yaitu dengan menggunakan laser sebagai sumber cahaya. Perbedaannya pada metode ini tidak menggunakan waktu tempuh sebagai parameter ukuran melainkan memanfaatkan lokasi jatuhnya titik laser pada permukaan benda (Winkelbach, Molkenstruck, & Wahl). Letak titik laser dipengaruhi oleh perbedaan jarak permukaan benda ke sumber laser. Terdapat parameter yang perlu diperhatikan yaitu sumber laser, kamera, dan titik laser (Akram, Duan, & Usman). Perhitungan jarak dilakukan dengan kombinasi variabel sumber laser, kamera, dan titik laser yang jatuh pada permukaan benda. Ketiga variabel tersebut akan diposisikan membentuk sebuah segitiga. Proses pemindaian dapat lebih cepat dilakukan dengan menggunakan laser stripe dibandingkan menggunakan laser dot. Prinsip ini dinamakan triangulasi, karena letak sumber laser dan kamera pengamat membentuk sudut seperti pada segitiga (triangle). Gambar 2.2 Contoh Set Up Triangulation (Sumber: ( XxYzAWtLK8I/UT6GenB7sfI/AAAAAAAAADU/0Deth74rjK8/s160 0/794px-LaserPrinciple.png)
6 Gambar 2.2 menunjukkan sebuah objek yang sedang dipindai dimana digunakan sebuah laser dan kamera, ketika laser ditembakkan maka akan membentuk sebuah plane dimana selain plane dapat dilihat juga ada sebuah ray yang merupakan sebuah garis cahaya yang akan masuk ke dalam kamera. Dapat dilihat dari objek, kamera, dan laser jika diambil satu titik akan membentuk sebuah segitiga seperti yang tampak pada Gambar 2.2. Perpotongan dari ray dengan plane yang terbentuk dari objek akan menjadi sebuah titik yang disebut intersection point. Kumpulan dari titik inilah yang nanti akan menjadi sebuah koordinat dalam bentuk 3D point cloud. Gambar 2.3 Representasi Parametrik dari Garis dan Ray (Sumber: Sebuah garis dapat digambarkan sebagai vektor dimana dengan sebuah titik referensi maka bisa ditentukan letak titik lain dengan mengetahui skala parameter dari vektor tersebut seperti yang nampak pada Gambar 2.3. Ray adalah garis cahaya yang masuk ke dalam kamera dimana berbeda dengan sebuah line yang dapat bergerak secara bolak-balik, sehingga ray dapat digambarkan bernilai positif dengan besar ½ dari line.
7 Gambar 2.4 Representasi Parametrik dan Implisit dari Plane (Sumber: Sebuah plane dapat direpresentasikan dalam bentuk parametrik dan juga implisit. Parametrik menggambarkan bahwa pada dasarnya suatu titik dalam plane memiliki 2 buah vektor dimana dengan mengetahui 2 skala parameter dari masing-masing vektor tersebut bisa diketahui posisi titik lain dengan persamaan seperti pada Gambar 2.4, namun karena terdapat dua buah vektor berubah seperti pada Gambar 2.4, sedangkan bentuk implisit menggambarkan bahwa suatu plane merupakan kumpulan zeros, dari persamaan linear dalam 3 variabel. Secara geometris jika ada sebuah titik maka titik tersebut memiliki sebuah vektor ke atas yang bisa disebut n. Jika ditempatkan titik lain dan diketahui bahwa itu adalah tegak lurus maka akan didapat persamaan implisit seperti pada Gambar 2.4.
8 Gambar 2.5 Triangulasi dengan Teknik Perpotongan Garis dengan Bidang (Sumber: Gambar 2.5 menunjukkan 2 bidang atau plane, dimana plane yang pertama merupakan plane pada kondisi sebenarnya dan plane yang kedua merupakan plane dalam kamera. Hubungan dari kedua plane ini adalah garis ray yang masuk ke dalam kamera dan titik p. Titik p terhubung dengan garis yang sama, sehingga p pada camera ray bisa disubstitusikan ke dalam persamaan p pada plane yang sebenarnya sehingga nilai dari skala parameter dapat diketahui. Nilai skala parameter yang telah diketahui dapat disubstitusikan lagi ke dalam persamaan p pada camera ray.
9 Gambar 2.6 Ekstrinsik Model Pinhole Kamera secara Umum (Sumber: Berdasarkan model pinhole koordinat terbagi menjadi dua, yaitu camera coordinate system dan world coordinate system. Nilai dari kedua koordinat adalah sama dalam keadaan ideal. Namun secara umum berbeda seperti nampak pada Gambar 2.6. Berdasarkan konsep ini dengan mengetahui parameter ekstrinsik didapat 2 matriks R dan T akan dilihat hubungan dari kedua koordinat tersebut. Nilai ini akan mempengaruhi persamaan untuk mencari scala parameter yang berubah seperti pada Gambar 2.6. Gambar 2.7 Intrinsik Model Pinhole Kamera secara Umum (Sumber:
10 Dengan memperhatikan kondisi dalam kamera diketahui ada faktor instriksik yang mempengaruhi dengan matriks K sehingga persamaan dari skala parameter berubah seperti pada Gambar 2.7. Dengan beranggapan bahwa Xc merupakan sebuah titik tengah proyeksi maka dapat dilihat persamaan akhir seperti pada Gambar 2.8. Gambar 2.8 Simpulan Pengambilan Point Cloud (Sumber: Dengan mengetahui semua nilai intrinsik dan ekstrinsik serta nilai dari skala parameter, nilai dari P pada world coordinate system dapat diketahui dimana nilai tersebut akan menjadi point cloud. Jika dibandingkan dengan metode time-of-flight metode ini memiliki akurasi yang jauh lebih baik. Namun jika dilihat melalui range pengukuran metode ini memiliki keterbatasans sehingga metode ini lebih baik digunakan dalam melakukan pengamatan pada objek yang berskala kecil Photo-based Scanning Teknik ini menggabungkan teknologi kamera digital dengan software khusus. Tidak seperti teknik lain dimana sistem yang akan menembakkan cahaya ke objek, teknik ini memanfaatkan sumber cahaya dari luar sistem yang kemudian pantulannya ditangkap oleh kamera dari berbagai sudut pandang.
11 Gambar 2.9 Photo-based Scanning Sumber: (Walford, 2009) Gambar 2.9 menunjukkan contoh pengambilan gambar objek dari dua sudut pandang. Software khusus akan membandingkan dua foto tersebut berdasarkan bagian-bagian kecil gambar untuk mencocokkan posisinya dalam model 3D (Walford, 2009) Laser (Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation) Laser merupakan sumber yang menghasilkan sejenis cahaya (radiasi elektromagnetik) dengan panjang gelombang yang besar (sekitar 600 nm) dan intensitas yang lebih baik dari sumber cahaya yang lain. Sifat dari sinar laser ini adalah koheren dan mempunyai intensitas yang sangat tinggi. Perkembangan laser dimulai pada tahun 1960 dimana dimulai dengan laser He-Ne, setelah itu perkembangan laser dilanjutkan dengan jenis gas yang lain seperti kripton maupun jenis cairan seperti dyne. Perkembangan laser semakin pesat dimulai dengan pengenalan proses yang terjadi dalam interaksi pulsa cahaya ultra pendek yang dihasilkan oleh interaksi laser dan benda. Perkembangan ini membuat laser dapat digunakan dalam telekomunikasi, meteorologi, metrologi, biologi, rangkaian komputer, dan sebagainya.
12 2.3. Desain Umum 3D Scanner Teknik triangulasi memberikan pilihan desain yang sederhana dan mempergunakan komponen yang mudah diperoleh. Harga komponen dalam perancangan mempengaruhi akurasi scanner. Penggunaan komponen yang lebih mahal dapat menghasilkan akurasi yang lebih baik, sehingga pemilihan komponen dapat disesuaikan dengan akurasi yang diperlukan dalam pemindaian (Davis & Chen, 2001) (Malhotra, Gupta, & Kant, 2011). Scanner 3D dengan teknik triangulasi dapat dibuat dengan berbagai macam desain. Dilihat dari komponen yang digunakan, pada umumnya scanner terdiri dari satu sumber laser dan satu kamera, meskipun ada beberapa desain yang mempergunakan dua laser ataupun dua kamera. Dilihat dari mekanisme scanner, ada yang memasangkan motor pada sumber laser sehingga laser akan bergerak menyusuri benda, ada pula yang menggunakan motor pada bidang dimana objek diletakkan sehingga laser memiliki posisi yang tetap dan objeklah yang akan berotasi saat dipindai (Borghese, et al., 1998) (Davis & Chen, 2001). Kalibrasi merupakan permasalahan yang cukup menonjol dalam perancangan scanner 3D. Scanner 3D yang ada umumnya menggunakan aktuator yang sulit dikalibrasi. Seiring dengan waktu dan banyaknya pemakaian, repeatability dari aktuator akan berkurang sehingga perlu dimonitor secara berkala (Davis & Chen, 2001) (Levoy, et al., 2000) Parsley Parsley membutuhkan kalibrasi dalam pengerjaannya. Kalibrasi dilakukan untuk menentukan parameter dalam melakukan mapping antara objek 3D untuk membuat gambar dua dimensi, dimana dalam Parsley terbagi atas dua yaitu kalibrasi intrinsik dan ekstrinsik. Kalibrasi intrinsik adalah kalibrasi yang menjelaskan geometri dari kamera dimana hal ini dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan distorsi dari kamera (penyimpangan dari bentuk yang ditangkap oleh kamera). Parameter ini berdiri sendiri berdasarkan posisi kamera dan orientasi menurut sistem koordinat. Kalibrasi yang kedua atau kalibrasi ekstrinsik merupakan kalibrasi yang menjelaskan hubungan antara sistem koordinat kamera 3D dengan koordinat yang sebenarnya. Batas dari koordinat adalah pada refecence body, setelah
13 dua kalibrasi dilakukan maka selanjutnya adalah menentukan plane dimana berfungsi untuk posisi peletakan benda seperti pada gambar berikut. Gambar 2.10 Setup 3D Scanner Parsley (Sumber : (Winkelbach, Molkenstruck,, & Wahl(2006))) Sebagian dari sinar laser akan jatuh pada benda saat laser ditembakkan dan sebagian akan jatuh pada reference body. Sinar laser yang jatuh pada objek akan ditangkap oleh kamera, dimana bagian yang ditangkap oleh kamera merupakan bagian dari objek yang terkena laser. Parsley akan dapat mengetahui posisi dari point cloud dengan mengetahui plane dan nilai dari kalibrasi ekstrinsik, sehingga data dapat diambil dengan konsep triangulasi. Laser yang bergerak akan berpindah tempat secara horizontal dimana jika tidak ada parameter untuk menentukan tinggi data yang didapat akan tertimpa sehingga dengan telah melakukan kalibrasi ekstrinsik laser yang jatuh pada reference body akan digunakan sebagai referensi. Hal ini dapat dilihat dengan pergerakan laser keatas atau kebawah data yang didapat makin banyak. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan data yaitu Pinhole Kamera dan Perspective Projection Sebuah gambaran sederhana dan popular dari model geometri untuk sebuah kamera atau proyektor adalah pinhole model, yang tersusun dari sebuah plane dan sebuah titik eksternal di dalam plane. Plane sendiri dapat diartikan sebagai image plane, dan titik eksternal dapat di lihat sebagai center of projection.
14 Proses kerja sebuah kamera pada dasarnya adalah merubah bentuk 3D menjadi 2D, dimana tiap titik dalam 3D mengambarkan sebuah garis unik yang melewati center of projection. Garis yang melewati center of projection akan saling bersinggungan di satu titik dimana secara matematik konsep ini disebut perspectic projection. Gambar 2.11 Pinhole Model (Sumber: dlight_lesson08_activity1_image1.jpg ) Gambar 2.11 menunjukkan sebuah model dimana terbagi atas 3 bagian yaitu objek, pinhole, dan image plane. Pinhole dapat diartikan sebagai center of projection dan image plane adalah image dimana bayangan terpantul dari objek. Proses kerja dari Gambar 2.11 adalah cahaya akan menyinari objek dimana akan menciptakan garis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, garis cahaya yang tercipta tidak hanya dua seperti pada gambar di atas namun banyak garis dimana akan dipantulkan dalam image plane dan membentuk gambaran objek secara terbalik Proyeksi Geometri Cahaya bergerak membentuk sebuah garis lurus, dimana dalam kamera gambar dari objek yang dilewati cahaya akan membentuk gambaran data 2D
15 yang dalam pengertiannya disebut proyeksi. Proyeksi geometri merupakan proses pengambaran ulang suatu objek 3D dalam bentuk 2D dalam bentuk titik. Gambar 2.12 Model 3D Benda Gambar 2.12 menunjukkan sebuah model benda 3D dimana terdapat suatu vektor garis. Dalam sebuah gambaran 2D hanya terdapat garis dan titik dimana hal ini berbeda dengan 3D yang memiliki garis, titik, dan bidang. Beberapa konversi akan dilakukan pada proyeksi geometri dari objek 3D menjadi 2D, dimana titik akan dihilangkan, garis akan diubah menjadi titik, dan bidang akan diubah menjadi garis.
16 Gambar 2.13 Proyeksi Garis Geometri 3D Gambar 2.13 menunjukkan sebuah garis yang diproyeksikan menjadi titik. Objek 3D yang berupa garis lingkaran jika ingin digambarkan pada image plane maka berdasarkan konsep proyeksi akan ditarik satu garis lurus dari titik 0 sampai pada benda secara perspektif. Perpotongan garis dengan image plane akan digunakan untuk membentuk gambaran benda. Di sini tidak hanya ada satu garis namun ada banyak garis yang digunakan untuk acuan pembentukan gambar pada image plane. Jika bidang yang melewati image plane maka akan tampak seperti gambar berikut.
17 Gambar 2.14 Proyeksi Bidang Geometri 3D Berbeda dengan proyeksi garis yang membentuk titik ketika berpotongan dengan image plane, sebuah bidang akan membentuk garis ketika bepotongan dengan image plane. Konsep inilah yang akan digunakan dalam rekontruksi pada 3D scanner Previous Works (Davis & Chen, 2001) mencoba membuat sebuah desain scanner 3D dengan algoritma triangulasi yang memerlukan kalibrasi minimum. Penelitian tersebut mencoba membuat suatu scanner 3D yang menggunakan dua sudut pandang berbeda untuk menangkap pantulan laser. Motor dipasangkan pada sumber laser sehingga laser bergerak menyusuri objek, tetapi motor tidak membutuhkan proses kalibrasi yang sulit. Hal ini dikarenakan akurasi pemindaian lebih dititikberatkan pada dua sudut pandang kamera daripada akurasi gerakan motor. Penelitian tersebut dibuktikan dengan menggunakan sumber laser handheld.
18 Gambar 2.15 Desain Pemindai 3D dengan Dua Sudut Pandang Kamera (Sumber: (Davis & Chen, 2001)) Gambar 2.15 menunjukkan rancangan scanner 3D dengan satu buah kamera yang dibagi menjadi dua sudut pandang melalui cermin. Garis pada bidang menandakan luas tiap sudut pandang kamera. Daerah yang saling menumpuk merupakan volume kerja scanner. Kamera yang digunakan memiliki resolusi efektif 480x240 piksel, sehingga setiap sudut pandang memiliki resolusi efektif 240x240 piksel. Berdasarkan rancangan tersebut, scanner memiliki volume kerja dengan lebar 440 mm dan kedalaman 550 mm. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui resolusi kedalaman scanner, yaitu 440 mm / 240 = 1,8 mm. Resolusi kedalaman yang lebih tinggi dapat diperoleh dengan memperkecil volume kerja scanner ataupun menggunakan kamera dengan resolusi yang lebih tinggi. (Malhotra, Gupta, & Kant, 2011) membuat sebuah sistem scanner 3D dengan algoritma triangulasi. Sistem scanner yang dibuat menggunakan satu sumber laser dan sebuah web camera (webcam), serta mengeliminasi kebutuhan kalibrasi aktuator yang rumit. Laser ditembakkan ke cermin yang dihubungkan ke motor. Pantulan laser dari cermin akan menyusuri objek dan ditangkap kamera.
19 Gambar 2.16 Contoh Pemindaian 3D secara Horizontal dan Vertikal (Sumber: (Malhotra, Gupta, & Kant, 2011)) Gambar 2.16 menunjukkan bahwa proses pemindaian dapat dilakukan secara horizontal (Gambar 2.16 kiri) ataupun vertikal (Gambar 2.16 kanan). Penelitian tersebut menyebutkan bahwa proses pemindaian memerlukan beberapa kali perulangan untuk memperoleh hasil gambar 3D dari suatu objek. Kecepatan gerak motor mempengaruhi hasil pemindaian, dimana kecepatan yang terlalu tinggi atau rendah akan menyebabkan adanya piksel yang hilang. (Aydar, Akyol, & Duran, 2011) membuat sebuah sistem scanner 3D dengan menggunakan algoritma triangulasi dan software DAVID.
20 Gambar 2.17 Desain Pemindai 3D dengan Software DAVID (Sumber: (Aydar, Akyol, & Duran, 2011)) Gambar 2.17 menunjukkan sistem scanner yang terdiri dari sebuah komputer, sumber laser, kamera, dan sebuah latar belakang sebagai titik kontrol. Sumber laser digerakkan oleh motor stepper. Hasil penelitian ini menyebutkan beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk memperoleh hasil pemindaian yang lebih baik menggunakan sistem scanner 3D dengan software DAVID. Beberapa hal tersebut di antaranya adalah letak kamera dan sumber laser, dimana sudut antara keduanya tidak boleh terlalu lancip. Hal lain untuk dipertimbangkan adalah ketebalan garis laser, dimana garis laser yang lebih tipis akan memberikan hasil yang lebih baik.
BAB 2 LANDASAN TEORI. menjadi sebuah model tiga dimensi. Perbedaan utama dengan scanner biasa terletak
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Scanner Tiga Dimensi Sistem scanner tiga dimensi adalah sebuah perangkat yang mampu menganalisis sebuah objek (tiga dimensi), dan mengumpulkan data yang dimungkinkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.
Lebih terperinciPerancangan Sistem dan Algoritma Identifikasi Obyek 3 Dimensi dengan Pemanfaatan Laser Pointer sebagai Pembangkit Berkas
30 pril 008, Surabaya, Indonesia Perancangan Sistem dan lgoritma Identifikasi Obyek 3 Dimensi dengan Pemanfaatan Laser Pointer sebagai Pembangkit Berkas Stefanus Ongkodjojo 1), Rudi dipranata ), dan Stanley
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE TRIANGULASI UNTUK MEMINDAI OBJEK KE DALAM 3D POINT CLOUD
PENGGUNAAN METODE TRIANGULASI UNTUK MEMINDAI OBJEK KE DALAM 3D POINT CLOUD Randy Muhammad Putra 1, Slamet Winardi 2 1,2 Program Studi Sistem Komputer, Universitas Narotama Surabaya 1 Randyymp@gmail.com,
Lebih terperinciBAB 2 STUDI REFERENSI
BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan
Lebih terperinciMETODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER
METODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER Fadhli Umar Lubis Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: fadhli_umar@yahoo.com Abstrak 3D laser scanner yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan
Lebih terperinci1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri untuk mengembangkan pengetahuan mereka
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi
BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pengeran Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman,
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut
Lebih terperinciGrafik Komputer : Konsep 3 Dimensi
Grafik Komputer : Konsep 3 Dimensi Universitas Gunadarma 2006 Grafik Komputer : Konsep 3D 1/10 Alur Proses Grafik Komputer 3D (1/2) Penetapan ruang model. Transformasi model adalah menempatkan model pada
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input
Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input Mark Budiman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: markbudiman93@gmail.com Abstrak 3D Laser Scanner merupakan alat
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh pengukuran-pengukuran yang terpercaya dari benda-benda di atas citra fotografik (Avery, 1990). Fotogrametri
Lebih terperinciKAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar,
KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1 Nugroho hary Mindiar, 21104209 Mahasiswa Sarjana Strata Satu (S1) Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Universitas Gunadarma mindiar@yahoo.com
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian simulasi pemindaian dan reonstuksi, juga rekonstruksi tomogram dari citra sinar-x. Sistem rekonstruksi citra yang telah
Lebih terperinciSistem Koordinat 3D. +y +y
Pendahuluan Grafika Komputer dalam aplikasinya terbagi menjadi 2 : Grafika 2D Grafika 3D Aplikasi 2D banyak dipakai dalam pembuatan grafik, peta, kreasi 2D yang banyak membantu pemakai dalam membuat visualisasi.
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Projection Mapping Pada Bidang Non Planar Sebagai Media Proyeksi Dengan Model Dimensi Tiga Dari Perangkat Kinect Dengan Metode Iterative Closest Point Farandi
Lebih terperinciBAB 2 TEKNOLOGI LIDAR
BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR. Disusun Oleh : JOSSY KOLATA ( ) KELOMPOK 5
LAPORAN PRAKTIKUM METROLOGI INDUSTRI MODUL 5 : PROFIL PROYEKTOR Disusun Oleh : JOSSY KOLATA (1007121681) KELOMPOK 5 LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER
41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan
Lebih terperinciMODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET
MODUL 1 INTERFEROMETER DAN PRINSIP BABINET 1. Tujuan a. Merangkai Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder b. Menggunakan Interferometer Michelson Morley dan Mach Zehnder untuk meneliti dan memahami
Lebih terperinci2015 RANCANG BANGUN SCANNER 3D MENGGUNAKAN SENSOR ULTRASONIK DENGAN TAMPILAN REALTIME BERBASIS MIKROKONTROLER
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not LEMBAR PERNYATAAN... Error! Bookmark not UCAPAN TERIMAKASIH... Error! Bookmark not ABSTRAK... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... vii DAFTAR
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.
16 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Serial Sectioning Pengetahuan tentang struktur pori tiga dimensi secara komputasi menjadi bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.
Lebih terperinciGambar 2.1 Sumbu-sumbu pada mesin NC [9]
2 PMSI MULTI IS D SISTM CM 2.1 Pemesinan C Multi xis Proses pemesinan dengan teknologi NC (numerical control) telah dikenal luas pemakaiannya pada saat ini. lectronics Industries ssociation (I) mendefinisikan
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang American Society of Photogrammetry (Falkner dan Morgan, 2002) mendefinisikan fotogrametri sebagai seni, ilmu dan teknologi mengenai informasi terpercaya tentang objek fisik
Lebih terperinciComputer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn
Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@dsn.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@dsn.dinus.ac.id CG -
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI
4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan
Lebih terperinciPerformansi David Laser Scanner untuk Pengukuran Antropometri Kaki
Petunjuk Sitasi: Dharma, I. G., & Nathania, N. A. (2017). Performansi David Laser Scanner untuk Pengukuran Antropometri Kaki. Prosiding SNTI dan SATELIT (pp. B239-243). Malang: Jurusan Teknik Industri
Lebih terperinci10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display
1 2 SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) Teknologi Display Cathode Ray Tubes (CRT) Liquid Crystal Display (LCD) 3 4 CRT Elektron ditembakkan dari satu atau lebih electron gun Kemudian
Lebih terperinciPengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom
Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen
Lebih terperinciRekonstruksi Model Dimensi Tiga pada Objek Museum Menggunakan Metode Cahaya Strip Berpola
1 Rekonstruksi Model Dimensi Tiga pada Objek Museum Menggunakan Metode Cahaya Strip Berpola Muhammad Reza Hadafi F, Surya Sumpeno, Muhtadin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Lebih terperinciREKONSTRUKSI 3D PADA PATUNG PURBAKALA DENGAN SCANNER BERBASIS OPTIK. Fendik Eko P
REKONSTRUKSI 3D PADA PATUNG PURBAKALA DENGAN SCANNER BERBASIS OPTIK Fendik Eko P 2210205019 Pembimbing: Dr. I ketut Edy Purnama. MT Prof. Dr. Ir. Mauridhi Hery Purnomo, M.Eng PROGRAM PASCA SARJANA BIDANG
Lebih terperinciComputer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat.
Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@research.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@research.dinus.ac.id
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Pengertian Citra Secara harfiah, citra (image) adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus (continue)
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis
A216 Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis Anas Maulidi Utama, Djoko Purwanto, dan Ronny Mardiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Identifikasi manusia dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Identifikasi manusia dapat dilakukan secara otomatis dengan bantuan perangkat elektronik. Identifikasi tersebut perlu dilakukan untuk menunjang sistem peresensi, keamanan,
Lebih terperinciSwakalibrasi Kamera Menggunakan Matriks Fundamental
Swakalibrasi Kamera Menggunakan Matriks Fundamental Eza Rahmanita, Eko Mulyanto 2, Moch. Hariadi 3 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Trunojoyo Madura Jl. Raya Telang Po Bo 2 Kamal, Bangkalan
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan
BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan
Lebih terperinciBAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK
BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung
Lebih terperinciBAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.
BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. 3.1 Perangkat lunak PhotoModeler Photomodeler adalah salah satu perangkat lunak yang mempunyai kemampuan yang cukup unggul dan umum dipakai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak
Lebih terperinciSCANNER OBJEK TIGA DIMENSI DENGAN LASER
SCANNER OBJEK TIGA DIMENSI DENGAN LASER Wiedjaja 1 ; Suryadiputra Liawatimena 2 1, 2 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta
Lebih terperinciPENCAHAYAAN (LIGHTING)
PENCAHAYAAN (LIGHTING) S1 Tekinik Informatika 1 Model Pencahayaan Tujuan pencahayaan dalam grafika komputer adalah untuk menghasilkan tampilan senyata mungkin Model pencahayaan secara matematika harus
Lebih terperinciGRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi pandangan pada ruang nyata merupakan proses untuk mengestimasi koordinat 3D (x, y, z) titik pandang terhadap objek yang dilihat dalam satuan fisik. Ketika suatu
Lebih terperinciBAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC
BAB 3 RANCANG BANGUN EKSPERIMEN SISTEM INTERFEROMETER SAGNAC Interferometer Sagnac terbagi 2 yaitu Interferometer Sagnac aktif dan pasif. Apabila sumber laser berada di dalam ring resonator disebut Aktif
Lebih terperinciO L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I
CAHAYA O L E H : B H E K T I K U M O R O W AT I T R I W A H Y U N I W I N D Y S E T Y O R I N I M A R I A M A G D A L E N A T I T I S A N I N G R O H A N I PETA KONSEP Cahaya Dualisme Cahaya Kelajuan Cahaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tak tampak.
Lebih terperinciGambar 4.1 Macam-macam Komponen dengan Bentuk Kompleks
BAB 4 HASIL DA A ALISA Banyak komponen mesin yang memiliki bentuk yang cukup kompleks. Setiap komponen tersebut bisa jadi memiliki CBV, permukaan yang berkontur dan fitur-fitur lainnya. Untuk bagian implementasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengenalan wajah adalah aplikasi dari pengolahan citra yang dapat mengidentifikasi seseorang melalui citra digital atau frame video. Sistem pengenalan wajah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh
Lebih terperinciAnalisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciDrawing, Viewport, dan Transformasi. Pertemuan - 02
Drawing, Viewport, dan Transformasi Pertemuan - 02 Ruang Lingkup Definisi Drawing Viewport Transfomasi Definisi Bagian dari grafik komputer meliputi: 1. Citra (Imaging) : mempelajari cara pengambilan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).
Lebih terperinciBAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN
BAB III ALGORITMA PENAMBAHAN FEATURE DAN METODA PENCAHAYAAN Pada pemodelan produk berbasis feature, produk didefinisikan sebagai benda kerja yang memiliki satu atau lebih feature yang terasosiasi pada
Lebih terperinciIntensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.
Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895 memberikan hal yang sangat berarti dalam perkembangan
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II LANDASAN TEORI Reverse Engineering D Laser Scanning Laser... 7
ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN... ii MOTTO... v KATA PENGANTAR...
Lebih terperinciTAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000
BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data
Lebih terperinciBAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR
BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR Pengolahan data side scan sonar terdiri dari dua tahap, yaitu tahap real-time processing dan kemudian dilanjutkan dengan tahap post-processing. Tujuan realtime
Lebih terperinciGambar 17. Tampilan Web Field Server
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di workshop dan laboratorium instrumentasi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) selama
Lebih terperinciBAYANGAN S1 Teknik Informatika
BAYANGAN S1 Teknik Informatika 1 Definisi Bayangan (shading) adalah bidang yang terbentuk akibat hilangnya sebuah sinar oleh objek yang tidak bisa ditembus oleh sinar tersebut. Bayangan adalah proses penentuan
Lebih terperinciAPLIKASI PEMINDAI ULTRASONIK UNTUK REKONSTRUKSI 3D MENGGUNAKAN METODE DELAUNAY TRIANGULATION
APLIKASI PEMINDAI ULTRASONIK UNTUK REKONSTRUKSI 3D MENGGUNAKAN METODE DELAUNAY TRIANGULATION FAUZI RAHADIAN PUTRA 2206100100 DOSEN PEMBIMBING : HARRIS PIRNGADI DJOKO PURWANTO JUDUL TUGAS AKHIR APLIKASI
Lebih terperinciFORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA
FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /
Lebih terperinciBab IV Kalibrasi dan Pengujian
Bab IV Kalibrasi dan Pengujian 4.1 Kalibrasi Rumus untuk mencari jarak yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya mempunyai dua konstanta yang perlu dicari nilainya, yaitu jarak antara kamera dengan
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Perbedaan Medium Air dan Udara Terhadap Kalibrasi Kamera Dengan Menggunakan Metode Zhang
Analisa Pengaruh Perbedaan Medium Air dan Udara Terhadap Kalibrasi Kamera Dengan Menggunakan Metode Zhang Pulung Nurtantio Andono 1, Guruh Fajar Shidik 2, Ricardus Anggi Pramunendar 3, Catur Supriyanto
Lebih terperinci2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI
2. SISTEM OPTIK DALAM FOTOGRAMETRI Agar dapat berfungsi dengan balk, maka secara praktis semua piranti fotometri dalam beberapa hal tergantung kepada bagian-bagian optiknya. Jumlah serta jenis bagian optik
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama
Lebih terperinciBAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR
51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara
Lebih terperinciUntuk terang ke 3 maka Maka diperoleh : adalah
JAWABAN LATIHAN UAS 1. INTERFERENSI CELAH GANDA YOUNG Dua buah celah terpisah sejauh 0,08 mm. Sebuah berkas cahaya datang tegak lurus padanya dan membentuk pola gelap terang pada layar yang berjarak 120
Lebih terperinciRancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (22) -6 Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection Muji Tri Nurismu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat Ukur 3D Manual dan 3D Scanner Articulated Measurement Arms.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini terdiri dari hasil pengukuran serta membandingkan antara Alat Ukur 3D Manual dan 3D Scanner Articulated Measurement Arms. 4.1. Membandingkan hasil pengukuran dengan
Lebih terperinciHASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah
Lebih terperinciACARA I. Pengenalan Sistem Proyeksi Peta Kartografis
ACARA I I. Judul Pengenalan Sistem Proyeksi Peta Kartografis II. Tujuan 1. Melatih mahasiswa untuk memahami pengertian proyeksi peta secara umum. 2. Melatih mahasiswa untuk mengenali dan memahami beberapa
Lebih terperinciLAPORAN R-LAB. Pengukuran Panjang Gelombang Laser
LAPORAN R-LAB Pengukuran Panjang Gelombang Laser Nama : Humuntar Russell N H NPM : 1106052493 Fakultas Departemen Kode Praktikum : Teknik : Teknik Mesin : OR01 Tanggal Praktikum : 19 Oktober 2012 Kelompok
Lebih terperinciModel Citra (bag. 2)
Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi
Lebih terperinciKALIBRASI PARAMETER KAMERA DENGAN MENGGUNAKAN PROJECTOR UNTUK REKONSTRUKSI 3D BERBASIS METODE STRUCTURED LIGHT
KALIBRASI PARAMETER KAMERA DENGAN MENGGUNAKAN PROJECTOR UNTUK REKONSTRUKSI 3D BERBASIS METODE STRUCTURED LIGHT R Dimas Adityo Jurusan Teknik Informatika, Universitas Bhayangkara Surabaya Jl. A.Yani 114
Lebih terperinciPengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting
Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting Braam Delfian Prihadianto 1, Gesang Nugroho 2 1) Mahasiswa S2 Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin dan Industri
Lebih terperinciBAB IV. ANALISA dan PENGUJIAN ALAT
BAB IV ANALISA dan PENGUJIAN ALAT Dalam bab ini akan disampaikan pengujian disertakan teori perhitungan pergerakkan motor DC, motor stepper, interpolasi motor stepper, input digital fotosensor, barcode
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memposisikan diri pada suatu lingkungan baru, sedangkan mapping merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Localisation merupakan proses yang dilakukan oleh robot untuk memposisikan diri pada suatu lingkungan baru, sedangkan mapping merupakan proses untuk membangun peta
Lebih terperinciGLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness
753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan
Lebih terperinciLAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA
LAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA 215 1 Analisa Kekerasan Bahan dengan Metode Citra Spekel Asrofi Khoirul Huda, Diana Ainun Nisa, Ning Rosianah, Diky Anggoro Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut
Lebih terperinciROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER
ROBOT ULAR PENDETEKSI LOGAM BERBASIS MIKROKONTROLER Jefta Gani Hosea 1), Chairisni Lubis 2), Prawito Prajitno 3) 1) Sistem Komputer, FTI Universitas Tarumanagara email : Jefta.Hosea@gmail.com 2) Sistem
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Augmented Reality menjadi semakin luas. Teknologi Computer Vision berperan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi Augmented Reality dapat memvisualisasikan dengan baik model 3 dimensi, video, paparan area, maupun animasi 3 dimensi dengan hanya membutuhkan deteksi visual
Lebih terperinciBAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN
BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang
Lebih terperinciJurnal Coding Sistem Komputer Untan Volume 05, No.2 (2017), hal ISSN : X
RANCANG BANGUN ALAT UKUR GERAK LURUS BERUBAH BERATURAN (GLBB) PADA BIDANG MIRING BERBASIS ARDUINO [1] Vionanda Sheila Deesera, [2] Ilhamsyah, [3] Dedi Triyanto [1][3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)
LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) KALIBRASI KAMERA DENGAN SOFTWARE PHOTOMODELER SCANNER TANGGAL PRAKTIKUM : 2 Desember 2014 Disusun Oleh NAMA NIM KELAS : Nur Izzahudin : 13/347558/TK/40748 :
Lebih terperinciDETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID
DETEKSI WAJAH UNTUK OBJEK 3D MENGGUNAKAN ANDROID Afdhol Dzikri 1, Dwi Ely Kurniawan 2, Handry Elsharry Adriyanto 3 1,2,3 Jurusan Teknik Informatika, Prodi Teknik Multimedia dan Jaringan, Politeknik Negeri
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Penerapan Algoritma Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1]
BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dan pendukung dalam merealisasikan perancangan sistem pada skripsi ini. 2.1. Kajian Pustaka a. Penerapan
Lebih terperinciSISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING
SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING Mohamad Aditya Rahman, Ir. Sigit Wasista, M.Kom Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson akibat perbedaan ketebalan benda transparan dengan metode image processing
Lebih terperinciBAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION
BAB 3 PENANGANAN JARINGAN KOMUNIKASI MULTIHOP TERKONFIGURASI SENDIRI UNTUK PAIRFORM-COMMUNICATION Bab ini akan menjelaskan tentang penanganan jaringan untuk komunikasi antara dua sumber yang berpasangan.
Lebih terperinci