BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
|
|
- Yandi Lesmana
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat dari bahan rangkaian baja yang sangat rumit. Baja merupakan komponen penting dalam konstruksi menara SUTET. Baja yang digunakan dalam konstruksi menara SUTET juga memiliki kapasitas beban setiap saluran. Pemantauan dan pengelolaan tidak dapat dilakukan dengan menyentuh objek secara langsung. Secara tradisional, konstruksi menara SUTET disurvei dengan peralatan dan metode konvensional. Proses tersebut memerlukan alat dan tenaga kerja yang memiliki keahlian khusus serta waktu yang sangat lama. Konsekuensinya, pekerjaan yang diselesaikan dengan metode konvensional tersebut menyangkut keselamatan para tenaga kerja dan biaya yang sangat besar. Selain hal tersebut, efisiensi menjadi sesuatu yang tidak mudah dicapai. Perkembangan teknologi pemetaan berkembang sangat pesat, khususnya pada bidang Geodesi. Beberapa tahun terakhir ini perkembangan teknologi pemetaan terestris sudah digunakan untuk memetakan rangkaian, yaitu berupa saluran pipa dan besi yang sangat rumit. Salah satu teknologi yang berkembang tersebut adalah Terrestrial Laser Scanner (TLS), yaitu teknik penentuan posisi dan dimensi suatu objek dalam ruang 3D. Disebut Terrestrial karena menggunakan alat yang berada di atas permukaan bumi. TLS memancarkan sinar laser untuk memindai permukaan suatu objek dengan mengarahkan laser pada objek yang diinginkan. Akuisisi data dengan TLS menghasilkan data berupa data pointclouds disetiap scan world (SW), yang kemudian dilakukan tahapan registrasi terlebih dahulu untuk menghasilkan data pointclouds yang utuh sebelum memasuki tahap pemodelan 3D. Pembuatan model objek dengan menggunakan TLS terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap pengambilan data, tahap registrasi, dan tahap pemodelan 3D. Tahap registrasi adalah tahap yang paling menentukan diantara tahaptahap yang lainnya. Tahap registrasi adalah tahap penggabungan hasil data laser 1
2 scanner dari beberapa alat menjadi satu data pointclouds yang sudah menjadi satu yaitu dalam model 3D. Tahapan registrasi dapat menentukan tempat berdiri alat dan metode pengambilan data. Data pointclouds dari tahapan registrasi harus memiliki ketelitian yang bagus agar data pointclouds dari setiap SW yang tergabung menghasilkan data pointclouds teregistrasi dengan sempurna. Registrasi data TLS terdiri dari beberapa metode, yaitu metode target to target, metode clouds to clouds, dan metode kombinasi. Selain ketiga metode registrasi diatas, terdapat juga metode pengukuran yang juga disebut sebagai metode registrasi, yaitu metode traverse. Metode traverse adalah metode pengukuran dan merupakan metode registrasi langsung di lapangan. Metode traverse memutuhkan titik backsight sebagai acuan dalam melakukan registrasi di lapangan. Metode tersebut merupakan metode pengukuran dengan menggunakan TLS yang efektif dan efisien, karena sudah terikat langsung dengan koordinat tanah yang dihasilkan dari pengukuran GPS Geodetik, sehingga saat pengolahan data pointclouds pada software sudah teregistrasi. Metode traverse juga memiliki keunggulan monumentasi lemah dalam tingkat ketelitian hasil registrasi. Kesimpulannya adalah metode traverse perlu dikaji dalam proses pengambilan data dan perencanaan di lapangan yang efektif dan efisien, serta menghasilkan nilai ketelitian registrasi yang baik. I.2. Cakupan Kegiatan Pada kegiatan ini, cakupan kegiatan yang digunakan meliputi: 1. Pengukuran data lapangan menggunakan TLS Leica C Pengukuran menggunakan metode traverse. 3. Registrasi data scan world menggunakan registrasi metode traverse (poligon). 4. Pengolahan data pointclouds dengan menggunakan software cyclone. 5. Data hasil pengolahan dalam bentuk model 3D dengan format model space 3D. 2
3 I.3. Tujuan Kegiatan Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan dalam pengambilan data dengan metode traverse yang teregistrasi secara langsung serta kualitas data pointclouds yang dihasilkan untuk dilakukannya proses pemodelan 3D. I.4. Manfaat Manfaat dari kegiatan ini untuk memberikan gambaran kinerja TLS dalam membangun model 3D dan untuk berikutnya dapat dipertimbangkan penggunaan metode traverse yang teregistrasi secara langsung dalam pengambilan data di lapangan yang efektif dan efisien. I.5. Landasan Teori Pemahaman mengenai konsep teori dan konsep pengukuran perlu dilakukan sebagai dasar pemikiran untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan TLS. Berikut adalah penjelasan mengenai konsep teori dan konsep pengukuran menggunakan TLS. I.5.1. Terrestrial Laser Scanner (TLS) TLS adalah suatu peralatan yang memanfaatkan aplikasi sinar laser yang digunakan untuk penyiaman kenampakan suatu objek dengan memanfaatkan sensor aktif. Light Amplification by Simulated Emission of Radiation (Laser) merupakan mekanisme alat yang memancarkan radiasi gelombang Elektromagnetik. Pada umumnya laser tidak dapat dilihat oleh mata normal, melalui proses pancaran testimulasi. Sensor aktif memberikan keuntungan terhadap kondisi pencahayaan yang mungkin berbeda di setiap lokasi pengukuran yang berbeda (Yogiswara, 2014). Tipe TLS terdiri dari dua bagian seperti terlihat pada Gambar 1. Secara garis besar tipe TLS terdiri dari dynamic laser scanner dan static laser scanner. Dimana static laser scanner memiliki ketelitian dan kepadatan titik yang lebih baik dari pada dynamic laser scanner. Perekaman dynamic laser scanner membutuhkan alat pendukung untuk pendefinisian posisi 3D suatu pointclouds, misalnya Inertia 3
4 Measurment Unit (IMU) dan GPS, sehingga membutuhkan biaya yang sangat tinggi untuk perekaman dengan TLS pada tipe dynamic laser scanner. Gambar 1. Tipe dan aplikasi dari Terrestrial Laser Scanner (Quintero, et al., 2008) Transmitter Transmitted beam Clocking electronics Receiver Reflected beam Target Surface Gambar 2. Pengukuran jarak berdasarkan laser (Quintero, et al., 2008) R = (C T) 2...(I.1) Dimana: R C : Jarak scanner dari objek. : Kecepatan gelombang sinar laser (3 x 10 8 m/s). 4
5 ΔT : Beda waktu gelombang sinar laser pergi dan kembali. Prinsip perekaman data dengan laser scanner adalah mentransmisikan sinar gelombang laser sampai mengenai objek yang akan diukur kemudian objek tersebut memantulkan kembali gelombang sinar laser ke sistem penerima (Kholiq, 2006). Pancaran sinar laser akan menimbulkan perbedaan waktu saat sinar laser mengenai objek dan kembali lagi ke sistem penerima. Perbedaan waktu tersebut yang akan digunakan untuk menentukan jarak ukuran antara scan head dari objek. Perhitungan jarak ukuran antara scan head dari objek didapat dari persamaan I.1. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 3. Prinsip perekaman data dengan scanner (Soeta at, 2005). Prinsip perekaman data dengan scanner pada bidang X dan Y yang dijadikan reference plane dalam koordinat scan dapat dilihat pada Gambar 3. Dalam perekaman data, data yang direkam adalah sudut horisotal (α), sudut vertical (β), dan jarak atara pusat scanner dengan objek. Laser bergerak sesuai dengan perputaran arah jarum jam (Wicaksono, 2006). Dari hasil perekaman data yang diperoleh, maka dapat ditentukan koordinat 3D dengan persamaan sebagi berikut: X = R.cos β.sin α...(i.2) Y = R.cos β.cos α...(i.3) Z = R.sin β...(i.4) Dimana: 5
6 R : Jarak dari scanner ke titik objek. α : Sudut horizontal titik objek. β : Sudut vertikal objek. X,Y,Z : Koordinat titik data pointclouds. Secara garis besar prinsip perekaman data pada alat TLS sampai didapatkan koordinat pointcloud, dapat dilihat pada Gambar 3. I.5.2. Spesifikasi TLS Leica C10 Dalam kegiatan ini, peneliti menggunakan alat TLS Leica C10. Spesifikasi dari alat TLS Leica C10 dapat dilihat pada Tabel 1. Gambar TLS Leica C10 dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 1. Spesifikasi TLSLeica C10 (sumber: Tipe Warna Panjang gelombang Kerja laser Jangkauan Kecepatan scanner Resolusi scanner Ukuran spot Pemilihan Space antar titik Density Field of view Horizontal Vertical Penembak target Image digital Sistem Laser Scanner Pulse Hijau 532 nm (green) 3R 90% ; 18% ; albedo Up to titik/detik 0 50m : 4.5mm (FWHH based) 7mm (Gausian based) Independen 1mm space minimum <1mm 360 maksimum 270 maksimum Optik Kecil, Sedang, Tinggi Single image : pixels (4 mega resolusi Tinggi 6
7 Lanjutan Tabel 1 Peforma dari sistem Akurasi untuk satu pengukuran Posisi 6mm Jarak 4mm Sudut (horizontal/vertical) 60μ rad / 60μ rad, 1 sigma Presisi permukaan model/noise 2mm, 1 sigma Target akuisisi 2mm std deviasi Gambar 4. Gambar TLS Leica C10 (sumber: Survei dengan menggunakan TLS ini memiliki beberapa tahapan, yaitu meliputi tahap survei lokasi, tahap perencanaan, tahap pengambilan data, tahap registrasi, tahap georeferensi, dan tahap pemodelan 3D. Tahap registrasi adalah tahapan yang menentukan untuk mendapatkan data pointclouds yang utuh (Sulaiman, 2012). I.5.3. Registrasi Pada proses penyiaman menara SUTET dengan metode traverse, maka tidak dibutuhkan bagian sisi yang bertampalan. Hal ini dikarenakan pada metode traverse sudah langsung didapatkan data pointclouds yang sudah teregistrasi, sehingga proses di studio hanya untuk pemodelan dan menghilangkan noise. Data pointclouds dari hasil penyiaman metode traverse dengan TLS sudah teregistrasi karena menggunakan 7
8 titik backsight sebagai referensi berdiri alat selanjutnya. Titik backsight tersebut sudah memiliki nilai koordinat dengan sistem koordinat yang sama. Registrasi merupakan proses penggabungan beberapa data hasil penyiaman atau SW kedalam sistem koordinat yang sama. Penggabungan tersebut dengan melakukan transformasi koordinat 3D antara SW satu dengan SW yang lainnya. Parameter yang digunakan untuk melakukan transformasi koordinat didapatkan dari data konstrain agar ada kesamaan antar SW. Data konstrain merupakan titik referensi yang tetap antara dua penyiaman atau SW dan memiliki bentuk Geometri tertentu. Registrasi dapat di bedakan menjadi tiga metode berdasarkan data konstrain di atas (Reddington, 2005). Ketiga metode tersebut yaitu: 1. Metode target to target. Metode yang pada dasarnya menggabungkan beberapa data hasil SW dengan menggunakan target sebagai acuannya. Target tersebut memiliki beberapa jenis, diantaranya planar dan sphere. Untuk menggabungkan beberapa data SW, terlebih dahulu menentukan koordinat pusat atau koordinat konstrain dari target yang sejenis dan terekam pada data SW yang akan digabungkan. Gambar 5. Ilustrasi metode target to target registration (Pfeifer, 2007) Konsep metode target to target membutuhkan minimal 3 target yang tersebar merata untuk memecahkan 6 parameter orientasi luar (roll, pitch, yaw, translasi x, translasi y, translasi z) laser scanner dari satu berdiri alat. 2. Metode cloud to cloud. Metode ini pada dasarnya menggabungkan beberapa data hasil SW dengan menentukan pointcloud yang sama dan terekam pada data SW yang akan digabungkan. Untuk menentukan pointcloud agar mudah diidentifikasi yaitu 8
9 dengan menggunakan pojok-pojok bangunan, ujung-ujung menara, dan sebagainya. Penggunaan metode tersebut menjadikan hasil pekerjaan di lapangan lebih efisien, karena registrasi dilakukan di studio, selain itu proses registrasi dapat dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan ketelitian yang diinginkan. Gambar 6. Ilustrasi ICP (Interactive Cloud Registration) (Pfeifer, 2007) Ilustrasi yang dijelaskan pada Gambar 6 dapat menjelaskan konsep yang digunakan metode cloud to cloud. Maksud dari konsep tersebut adalah mencari offset atau jarak terdekat secara berulang-ulang dari kedua titik yang saling berdekatan antara kedua SW. 3. Metode kombinasi. Metode yang pada dasarnya merupakan gabungan dari metode target to target dan cloud to cloud dalam satu pekerjaan. Dimana konstrain yang digunakan adalah penerapan target konstrain dan cloud constraint. Untuk menggunakan metode ini perlu perencanaan antar SW mana yang akan menggunakan target konstrain atau cloud constraint. Selain ketiga metode registrasi di atas, terdapat metode pengukuran yang sekaligus merupakan metode registrasi secara langsung yang dilakukan di lapangan, yaitu metode traverse. I.5.4. Metode Traverse Metode traverse adalah metode poligon. Metode poligon yang digunakan dalam metode ini adalah metode poligon tertutup. Polygon tertutup merupakan poligon dengan koordinat awal dan akhir yang mempunyai koordinat sama. Metode poligon tertutup ini membutuhkan titik acuan dalam setiap kali berdiri alat. 9
10 Gambar 7. Ilustrasi metode traverse registration (sumber: leica-geosystems.com) Gambar 7 menjelaskan mengenai ilustrasi pengukuran menggunakan metode traverse. Metode traverse atau yang dikenal dengan metode poligon membutuhkan titik acuan dalam setiap pengukuran. Titik acuan yang dimaksudkan adalah titik acuan yang berada di belakang atau backsight, titik acuan yang berada di depan atau forsight, dan titik acuan berdiri alat. Pada pengukuran TLS di lapangan metode traverse ini merupakan metode poligon (Sulaiman, 2012). Tahapan survei lapangan dengan metode traverse adalah sebagi berikut: 1. target didirikan di titik yang sudah memiliki referensi. 2. alat didirikan di titik berikutnya yang sudah tereferensi, untuk memulai scanning, dilakukan dengan scanning target di titik referensi dan mulai proses scanning untuk n. 3. alat dipindahkan di n+1 dan target berada di n. Setelah itu proses scanning dapat dimulai. 4. mengulangi langkah 2 s.d 3 sampai membentuk poligon tertutup. I.5.5. Cyclone Cyclone merupakan perangkat lunak yang dikembangkan oleh cyra untuk membuat operasional lebih efisien pada semua sistem penyiaman HDS dari Leica (Wibowo, 2013). Secara singkat perangkat lunak cyclone memiliki tiga fungsi utama, yaitu: 1. Mengoperasikan scanner, sehingga dapat dilakukan penyiaman data objek. 2. Mengolah data penyiaman. 3. Mengintegrasikan data hasil pengolahan dengan aplikasi lainnya. 10
11 Manual pemrosesan data dengan software cyclone yang disusun oleh technical support 3D Laser scanner division PT. ALMEGA GEOSYSTEMS. Terdapat beberapa istilah dalam software cyclone yang perlu diketahui, yaitu: 1. Database : merupakan tempat penyimpanan data cyclone. Satu database dapat digunakan untuk menyimpan lebih dari satu project. 2. Project : merupakan data tiap job/pekerjaan yang disimpan di dalam database. 3. Station : merupakan salah satu file dalam project yang merupakan tempat berdiri alat pada saat pengambilan data. 4. Scan world : file dalam folder station yang berisi data scan tiap sekali dalam pengambilan data, sehingga dalam satu station bisa terdapat lebih dari satu SW. 5. Control Space : folder di dalam SW yang berisi informasi titik ikat atau target yang ada dalam data scan. 6. Model Spaces : folder dalam SW yang berisi data tampilan hasil scan. Di dalam model spaces ada model space view yang merupakan file data tampilan. 7. Scan : berisi data asli hasil scanning. 8. Images : berisi data Gambar hasil pengambilan foto dilapangan oleh scanner. 9. Registrations : penggabungan data antara beberapa data/sw yang diambil dari beberapa posisi berdiri alat. Dalam istilah umum biasa disebut rektifikasi/georeferensi data. 10. Point Cloud : istilah untuk menyebut data point hasil scanning, disebut data pointclouds karena jumlah point-nya yang sangat banyak (jutaan point). 11. Target : titik yang digunakan sebagai titik ikat untuk penggabungan/registrasi antar SW. 11
12 I.5.6. Pemodelan 3D Pemodelan adalah membuat bentuk suatu objek atau benda-benda, membuat dan mendesain objek tersebut sehingga terlihat seperti nyata yaitu sesuai dengan objek dan basisnya dimana secara keseluruhan dikerjakan menggunakan komputer. Melalui proses desain dan konsep untuk mendesainnya, keseluruhan objek bisa diperlihatkan secara 3D, sehingga hasil dalam membuat dan mendesain objek atau benda-benda sampai terlihat seperti nyata di media komputer biasa disebut pemodelan 3D. Ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam pemodelan objek menjadi bentuk 3D, yang nantinya akan mempengaruhi pada kualitas hasil akhir. Aspek-aspek tersebut meliputi metode untuk mendapatkan data yang mendeskripsikan objek, tujuan dari model, tingkat kerumitan, perhitungan biaya, kesesuaian dan kenyamanan, serta kemudahan memanipulasi model. Proses pemodelan 3D membutuhkan perancangan yang dibagi menjadi beberapa tahapan untuk pembentukanny, yaitu meliputi apa objek yang akan dijadikan objek dasar, metode pemodelan objek 3D, pencahayaan dan animasi objek sesuai dengan proses yang dilakukan (Yogiswara, 2014). I.5.7. Kontrol kualitas data Kontrol kualitas data merupakan salah satu proses dimana suatu produk hasil dibandingkan dengan spesifikasi dan persyaratan tertentu untuk menentukan tindakan selanjutnya jika terjadi perbedaan antara produk hasil dengan produk yang sebenarnya. Menurut Purnomo (2004), proses dari kontrol kualitas data meliputi dua aspek kegiatan, yaitu : 1. Pengamatan terhadap bentuk peformasi bentuk. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan dari masing-masing produk dengan cara membandingkan, minimal dua buah obyek atau bentuk yang salah satunya dianggap mendekati kebenaran. Dua buah obyek yang digunakan bertujuan untuk mengamati bentuk peformasi yang salah satunya disepakati kebenarannya. 2. Membandingkan peformasi yang ditampilkan dengan standar yang berlaku. 12
13 Membandingkan juga bertujuan untuk membedakan dua obyek atau bentuk yang salah satunya sudah disepakati kebenarannya yang akan dijadikan standar atau dasar dalam perbandingan. Kontrol kualitas data juga dilakukan dengan cara melakukan pengukuran lapangan secara langsung yang akan dijadikan sebagai data yang dianggap benar untuk menguji hasil produk maupun hasil registrasi pada kegiatan ini. 13
BAB 2 STUDI REFERENSI
BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI
4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pengeran Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman,
Lebih terperinciBAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data
BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan data pengukuran terestris menuntut pemenuhan aspek efisien, efektif, presisi dan akurat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam lingkup survei
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Listrik merupakan sumber energi yang paling vital di dunia ini. Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam memasok energi listrik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangunan sejarah mempunyai nilai penting di suatu negara karena dari bangunan bersejarah tersebut dapat diketahui kisah yang terkait dari bangunan tersbut. Pemanfaatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi secara umum merupakan disiplin ilmu kebumian yang mempelajari tentang pengukuran dan perepresentasian bumi dan benda-benda langit lainya, termasuk medan gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam pekejaan monitoring konstruksi, displin ilmu geodesi sangat membantu dalam hal pengukuran dan penyajiaan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk model tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang VICO atau Virginia Indonesia Company, merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Virginia Indonesia Company (VICO) berencana memodifikasi beberapa kilang (plant) yang berlokasi di Pamaguan, Nilam 2, Nilam 4, Nilam 5 dan Badak. VICO perlu membangun
Lebih terperinciBAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA
BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA Bab pembahasan ini berisi tentang proses pengambilan dan pengolahan data. Proses pengambilan dengan TLS dibagi menjadi dua bagian yaitu proses persiapan dan proses pengukuran.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pemodelan balik sering dikenal juga reverse engineering adalah teknik pemodelan ulang dari benda yang sudah ada. Teknik ini berlaku dalam bidang geodesi. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik dengan menggunakan uap sebagai penggerak utama dan menggunakan bahan bakar residu (Sunarni dkk, 2012).
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat
Lebih terperinciBAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI
BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya pada daerah perkotaan menyebabkan orientasi pembangunan mengarah secara vertikal pada pemanfaatan ruang baik ke atas maupun
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi
BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang As built drawing adalah produk dan dokumen pemeliharaan konstruksi pada semua instalasi proyek. Sebuah dokumen As built drawing memuat perubahan yang ada di lapangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat dewasa ini dan semakin kompleksnya pekerjaan-pekerjaan engineering yang menuntut ketelitian dan kecepatan tinggi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem 3D Scanner Pemindaian tiga dimensi (3D) merupakan proses pengambilan data berupa bentuk suatu objek untuk membuat pemodelan 3D dari objek tersebut. Model 3D yang tercipta
Lebih terperinciBAB 2 TEKNOLOGI LIDAR
BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER
41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2017
ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN METODE REGISTRASI ANTARA METODE KOMBINASI DAN METODE TRAVERSE DENGAN MENGGUNAKAN TERRESTRIAL LASER SCANNER DALAM PEMODELAN OBJEK 3 DIMENSI Alfred B S Simbolon, Bambang
Lebih terperinciBAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik
83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah yang sangat luas, kekayaan alam yang berlimpah, serta ditempati lebih dari 240 juta penduduk. Pembangunan di segala
Lebih terperinciGambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.
BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia hidup di bumi yang merupakan dunia 3D. Para peneliti dan insinyur kebumian telah lama mencoba membuat tampilan grafis tentang aspek spasial 3D dari dunia nyata
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2017
ANALISIS KETELITIAN DATA PEMODELAN 3 DIMENSI DENGAN METODE TRAVERSE DAN METODE CLOUD TO CLOUD MENGGUNAKAN TERRESTRIAL LASER SCANNER Alvatara Partogi Hutagalung, Yudo Prasetyo, Bandi Sasmito *) Departemen
Lebih terperinciTAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000
BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data
Lebih terperinciBAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA
BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Pemetaan merupakan suatu kegiatan pengukuran, penghitungan dan penggambaran permukaan bumi di atas bidang datar dengan menggunakan metode pemetaan tertentu sehingga
Lebih terperinciAPLIKASI TERRESTRIAL LASER SCANNER UNTUK PEMODELAN TAMPAK MUKA BANGUNAN (STUDI KASUS: GEDUNG PT. ALMEGA GEOSYSTEMS, KELAPA GADING-JAKARTA)
APLIKASI TERRESTRIAL LASER SCANNER UNTUK PEMODELAN TAMPAK MUKA BANGUNAN (STUDI KASUS: GEDUNG PT. ALMEGA GEOSYSTEMS, KELAPA GADING-JAKARTA) Pitto Yuniar Maharsayanto 1) Ir. Sutomo Kahar, M.Si. 2) Bandi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.
Lebih terperinciTugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika
Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang
Lebih terperinciPengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering
Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut
Lebih terperinciBAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR
51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara
Lebih terperinciBAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR
BAB III APLIKASI PEMANFAATAN BAND YANG BERBEDA PADA INSAR III.1 Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) Model Tinggi Digital (Digital Terrain Model-DTM) atau sering juga disebut DEM, merupakan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS)
GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (49-54) ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) Agung Budi Cahyono, Alif Fariq an Setiawan Departemen
Lebih terperinciIntensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.
Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN
BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan
Lebih terperinciBAB 2. Dasar Teori. 2.1 Landslides
BAB 2 Dasar Teori 2.1 Landslides Landslides / longsor merupakan contoh dari proses geologi yang disebut mass wasting. Mass wasting yang sering juga disebut mass movement, merupakan perpindahan massa batuan,
Lebih terperinciBAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON
BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON 3.1 Data dan Area Studi Dalam Tugas Akhir ini data yang digunakan didapat dari PT McElhanney Indonesia. Area tersebut merupakan area perkebunan kelapa sawit yang berada
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input
Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input Mark Budiman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: markbudiman93@gmail.com Abstrak 3D Laser Scanner merupakan alat
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Kenaikan permukaan air laut dari waktu ke waktu [Mackinnon, 2004]
BAB II DASAR TEORI 2.1. Permasalahan Kenaikan Permukaan Air Laut Fenomena kenaikan muka air laut mengemuka seiring dengan terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global pada dasarnya merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan data batimetri semakin meningkat seiring dengan kegunaan data tersebut untuk berbagai aplikasi, seperti perencanaan konstruksi lepas pantai, aplikasi
Lebih terperinciPERBANDINGAN METODE REGISTRASI TERRESTRIAL LASER SCANNER (STUDI KASUS: AULA TIMUR DAN GARDU LISTRIK GKU TIMUR)
PERBANDINGAN METODE REGISTRASI TERRESTRIAL LASER SCANNER (STUDI KASUS: AULA TIMUR DAN GARDU LISTRIK GKU TIMUR) Tugas Akhir Karya tulis ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Oleh Mochtar NIM.
Lebih terperinci3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...
DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...
Lebih terperinciBAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV
BAB 3 PENENTUAN POSISI DAN APLIKASI ROV 3.1. Persiapan Sebelum kegiatan survei berlangsung, dilakukan persiapan terlebih dahulu untuk mempersiapkan segala peralatan yang dibutuhkan selama kegiatan survei
Lebih terperinciLAPORAN KEGIATAN. Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning
LAPORAN KEGIATAN Perekaman Data dan Pendokumentasian Situs Megalitik Lore Sulawesi Tengah dengan Aplikasi 3D Laser Scanning DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI SULAWESI TENGAH Jl. Setia Budi No 9
Lebih terperinciTujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016
Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi
Lebih terperinci2 TINJAUAN PUSTAKA. Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV)
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unmanned Surface Vehicle (USV) Unmanned Surface Vehicle (USV) atau Autonomous Surface Vehicle (ASV) merupakan sebuah wahana tanpa awak yang dapat dioperasikan pada permukaan air.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan berkembangnya permintaan akan pemetaan suatu wilayah dalam berbagai bidang, maka semakin berkembang pula berbagai macam metode pemetaan. Dengan memanfaatkan
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital
LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap
Lebih terperinciC I N I A. Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri Jarak Dekat
C I N I A The 2 nd Conference on Innovation and Industrial Applications (CINIA 2016) Survei dan Pemetaan Untuk Perencanaan Jaringan Gas Bumi Bagi Rumah Tangga Menggunakan Metode Terrestrial dan Fotogrametri
Lebih terperinci3/17/2011. Sistem Informasi Geografis
Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH
BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan bersejarah atau heritage building, yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan (budaya) masa lalu. Keberadaan Museum Benteng
Lebih terperinciKOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :
Tujuan : KOREKSI GEOMETRIK 1. rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar kordinat citra sesuai dengan kordinat geografi 2. registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada BAB III ini akan dibahas mengenai pengukuran kombinasi metode GPS dan Total Station beserta data yang dihasilkan dari pengukuran GPS dan pengukuran Total Station pada
Lebih terperinciBAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN
BAB IV BASIS DATA SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI DAERAH PENELITIAN Untuk keperluan penelitian ini, sangat penting untuk membangun basis data SIG yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan variabel yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah citra, sangat dimungkinkan terdapat berbagai macam objek. Objek yang ada pun bisa terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Salah satu objek yang mungkin
Lebih terperinciBab IV Analisa dan Pembahasan. Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh.
38 Bab IV Analisa dan Pembahasan Dalam bab ini akan dikemukakan mengenai analisa dari materi penelitian secara menyeluruh. IV.1. Analisis Sumber Data Peta-peta Pendaftaran Tanah yang kami jadikan obyek
Lebih terperinciPerancangan Sistem dan Algoritma Identifikasi Obyek 3 Dimensi dengan Pemanfaatan Laser Pointer sebagai Pembangkit Berkas
30 pril 008, Surabaya, Indonesia Perancangan Sistem dan lgoritma Identifikasi Obyek 3 Dimensi dengan Pemanfaatan Laser Pointer sebagai Pembangkit Berkas Stefanus Ongkodjojo 1), Rudi dipranata ), dan Stanley
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip Oktober 2013
PENGAMATAN LENDUTAN VERTIKAL JEMBATAN KALI BABON DENGAN METODE TERRESTRIAL LASER SCANNER Rizal Adhi Pratama 1), Ir. Sutomo Kahar, M.Si 2), Andri Suprayogi, ST. MT 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas
Lebih terperinciStasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran
Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay Fungsi stasiun relay : menerima gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar, kemudian memancar luaskan gelombang itu didaerahnya.
Lebih terperinciII.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data spasial sangat dibutuhkan untuk menyediakan informasi tentang kebumian. Untuk memenuhi data spasial yang baik dan teliti, maka diperlukan suatu metode yang efektif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam memperoleh informasi dan berita pada saat ini. Dengan berkomunikasi kita dapat bertukar informasi dalam
Lebih terperinciJurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR
KARTOGRAFI DIGITAL Oleh Gondang Riyadi hal 1 Perkembangan Teknologi Pemetaan Teknologi pemetaan yang pada awalnya dilakukan secara manual (konvensional) bergeser kearah digital. Termasuk di dalamnya teknik
Lebih terperinciBahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station
Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa
Lebih terperinciANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL
ANALISIS KETELITIAN DATA PENGUKURAN MENGGUNAKAN GPS DENGAN METODE DIFERENSIAL STATIK DALAM MODA JARING DAN RADIAL Oleh : Syafril Ramadhon ABSTRAK Ketelitian data Global Positioning Systems (GPS) dapat
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT
STUDI EVALUASI METODE PENGUKURAN STABILITAS CANDI BOROBUDUR DAN BUKIT Oleh Joni Setyawan, S.T. Balai Konservasi Peninggalan Borobudur ABSTRAK Candi Borobudur sebagai sebuah peninggalan bersejarah bagi
Lebih terperinciBAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR
63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan arus informasi yang semakin transparan, serta perubahan-perubahan dinamis yang tidak dapat dielakkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang memungkinkan rute transportasi melintasi sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api dan lainlain.jembatan merupakan
Lebih terperinciKonsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI
Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar Budaya menjelaskan bahwa cagar budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda
Lebih terperinci1.2 Tujuan. 1.3 Metodologi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penginderaan jauh telah menjadi sarana umum untuk mendapatkan data spasial dengan akurasi yang baik. Data dari penginderaan jauh dihasilkan dalam waktu yang relatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Peta merupakan suatu media informasi yang tidak asing di semua kalangan masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, peta merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. TERSEBUT DIAPLIKASIKAN UNTUK PENDETEKSIAN CACAT DALAM PADA MATERIAL BAJA. DENGAN
BAB IV ANALISA. TERSEBUT DIAPLIKASIKAN UNTUK PENDETEKSIAN CACAT DALAM PADA MATERIAL BAJA. DENGAN BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Simulasi Salah satu teknik untuk memodelkan perambatan ultrasonik dalam medium
Lebih terperinciKelompok Keilmuan Geodesi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung 40132
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 4 No. 1 April 2013: 49-69 Pemanfaatan metode TLS (Terrestrial Laser Scanning) untuk pemantauan deformasi gunung api. Studi kasus: kerucut sinder Gunung Galunggung,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tersedianya data spasial, tidak lepas dari keberadaan ilmu Geodesi dan Geomatika. Ilmu Geodesi dan Geomatika memiliki kompetensi dalam penyediaan data spasial dua
Lebih terperinciGambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas
MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo
Lebih terperinciBab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem
Bab 3 Metode dan Perancangan Sistem 3.1 Metode Pengembangan Sistem Metode yang digunakan untuk pengembangan sistem dalam penelitian ini adalah model proses Prototype. Model prototype (Prototyping model)
Lebih terperinciMODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA
MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo
Lebih terperinciLampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997
LAMPIRAN Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997 17 Lampiran 2. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 2006 18 Lampiran 3. Peta sebaran suhu permukaan Kodya Bogor tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang American Society of Photogrammetry (Falkner dan Morgan, 2002) mendefinisikan fotogrametri sebagai seni, ilmu dan teknologi mengenai informasi terpercaya tentang objek fisik
Lebih terperinciPEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM)
Majalah Sains dan Teknologi Dirgantara Vol. 4 No. 4 Desember 2009 : 154-159 PEMANFAATAN INTERFEROMETRIC SYNTHETIC APERTURE RADAR (InSAR) UNTUK PEMODELAN 3D (DSM, DEM, DAN DTM) Susanto *), Atriyon Julzarika
Lebih terperinciBAB IV ANALISA. tersebut diaplikasikan untuk pendeteksian cacat dalam pada material baja. Dengan
BAB IV ANALISA 4.1 Analisis Simulasi Salah satu teknik untuk memodelkan perambatan ultrasonik dalam medium adalah dengan pulse echo single probe. Pulse echo single probe adalah salah satu probe ultrasonik
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Program Pengolahan Citra untuk Pengukuran Warna pada Produk Hortikultura Pengembangan metode pengukuran warna dengan menggunakan kamera CCD dan image processing adalah dengan
Lebih terperinci