BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik dengan menggunakan uap sebagai penggerak utama dan menggunakan bahan bakar residu (Sunarni dkk, 2012). PLTU memerlukan bahan bakar yang bisa menghasilkan panas yang cukup besar agar dapat terbentuk uap air. Bahan bakar yang banyak digunakan di PLTU adalah batubara. Batubara dipilih karena mampu menghasilkan panas yang besar dan juga harga batubara lebih ekomonis dibandingakan bahan bakar lainnya (Warsito dkk, 2005). Sebelum digunakan, batubara ini disimpan dalam coal yard. Batubara yang berada di coal yard secara rutin perlu diukur volumenya untuk mengetahui cadangan batubaranya. Pengukuran batubara di coal yard ini biasa disebut dengan stock opname. Dalam pelaksanaannya pengukuran stock opname dimaksudkan juga sebagai fungsi pengawasan. Jumlah batubara yang dibeli dari produsen apakah sama dengan jumlah penggunaan batubara. Selama ini pengukuran stock opname batubara di PLTU Paiton 9 menggunakan alat TS (total station). Pengukuran stock opname menggunakan alat TS kurang efektif karena waktu yang diberikan oleh pihak PLN untuk melakukan stock opname hanya 2 hari. Karena terbatasnya waktu pengukuran, berdampak pada tingkat ketelitian/kerapatan spot height, sehingga rata-rata terdapat perbedaan selisih antara 5 s/d 10 % dari hasil perhitungan volume TS dengan stock buku. Oleh karena itu diperlukan alat yang dapat mengukur volume dengan cepat serta menghasilkan data ukuran volume yang detail dan akurat. Hasil ukuran yang akurat diperlukan agar selisih antara cadangan batubara yang ada di coal yard dengan cadangan yang ada di catatan PLTU bisa diminimalisir. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk pelaksanaan stock opname adalah 3D laser scanner. 3D Laser Scanner adalah salah satu alat yang menggunakan laser untuk melakukan proses pengambilan data berupa kumpulan point clouds yang dapat merepresentasikan objek dalam bentuk 3D dan hampir sama dengan bentuk aslinya. 1

2 2 Keunggulan dari alat TLS ini dapat menghasilkan hitungan volumetrik batubara dengan teliti karena objek batubara yang terekam hampir sama dengan bentuk aslinya. Kegiatan aplikatif ini mengaplikasikan alat 3D Laser Scanner Topcon GLS 2000 untuk melakukan pengukuran stock opname dengan lokasi pengukuran di PLTU Paiton 9. I.2. Cakupan Kegiatan Aplikatif Cakupan penelitian yang dibahas dalam kegiatan aplikatif ini adalah : 1. Perangkat lunak yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah ScanMaster dan Maptek I-Site Studio Hasil pengukuran stock opname dengan TLS dibandingkan dengan hasil catatan stock buku PLTU Paiton 9 pada periode TriWulan II (bulan Juni 2015). I.3. Tujuan Tujuan dari kegiatan aplikatif ini adalah : 1. Diketahuinya kecepatan akuisisi data di lapangan menggunakan alat TLS dan pengolahan data TLS menggunakan software Maptek I-Site Studio Diketahuinya prosentase selisih antara volume pengukuran dengan catatan stock buku PLTU Paiton 9. I.4. Manfaat Manfaat dari kegiatan aplikatif ini adalah memberikan gambaran kepada pihak PLN mengenai kemampuan dan kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan alat 3D Laser Scanner untuk pengukuran dan perhitungan stock opname batubara. I.5. Landasan Teori I.5.1. Stock opname Batubara Stock opname merupakan proses menghitung jumlah barang yang ada di gudang/tempat cadangan dan mencocokkan dengan catatan pembukuan persediaan (Himayati, 2008). Stock opname batubara merupakan perhitungan volume cadangan

3 3 batubara yang ada di coal yard (stockpile) dan mencocokkan dengan catatan buku dari PLTU. Coal yard merupakan sebutan untuk tempat penampungan batubara yang ada di PLTU. Coal yard terdiri dari dua bagian batubara yaitu batubara efektif batubara dan bedding batubara. Batubara efektif yaitu cadangan batubara di coal yard yang digunakan pembangkit listrik, sedangkan bedding batubara yaitu lapisan bawah batubara yang dipadatkan berfungsi sebagai pembatas antara batubara dan tanah. Stock opname batubara dilakukan untuk mengetahui apakah cadangan batubara yang ada di coal yard sama dengan catatan pembukuan. Stock opname dilakukan secara berkala agar ada kontrol dalam penggunaan dan cadangan batubara dengan pembelian batubara. I.5.2. Terrestrial Laser Scanner Terrestrial Laser Scanning (TLS) adalah alat yang digunakan untuk akuisisi data spasial di permukaan bumi dengan cara memindai permukaan obyek dengan menggunakan sinar laser (manual Topcon GLS-2000). Keuntungan dalam menggunakan sensor aktif ini adalah tidak adanya pengaruh pencahayaan dalam melakukan scanning. Terdapat beberapa model alat TLS salah satu diantaranya adalah Topcon GLS 2000, seperti pada Gambar I.1. Gambar I.1. Alat TLS Topcon GLS 2000 Terrestrial Laser Scanner dibagi menjadi dua bagian yaitu Laser Scanner Statis dan Dinamis. Perkembangan dari TLS dapat dimanfaatkan oleh beberapa

4 4 bidang keilmuan. Pemanfaatan TLS di berbagai bidang dapat dilihat pada Gambar I.2. Gambar I.2. Aplikasi dari TLS (Quintero dkk, 2008) I.5.3. Prinsip Kerja Laser Scanner Laser scanner tidak memerlukan reflektor dalam proses perekaman objek yang diinginkan, kelebihan ini lebih di kenal dengan istilah reflektorless atau reflektornya adalah objek itu sendiri. Sinar gelombang laser ditransmisikan ke objek kemudian objek tersebut akan memantulkan kembali gelombang sinar laser ke sistem penerima dinamakan pulse based (times of flight Pulse) (Kholiq, 2006). Cahaya laser yang di pantulkan dengan kecepatan yang konstan dan akan memantul lagi pada alat dan diterima oleh receiver. Perbedaan waktu saat menerima dan memantulkan cahaya tersebut yang akan digunakan untuk mengukur jarak objek yang diukur. Jarak tempuh ini dapat diketahui dengan mengetahui kecepatan cahaya laser dan waktu tempuh laser tersebut (Quintero dkk, 2008), sesuai dengan persamaan I.1 ini : d = (c x t)/2... (I.1) Dimana : d : jarak dari alat ke objek (m) c : kecepatan rambat gelombang (m/detik) t : waktu tempuh (detik)

5 5 Dari persamaan I.1 jarak dari alat ke objek dapat diilustrasikan seperti Gambar I.3 dibawah ini: Gambar I.3. Prinsip kerja pulse based (diadaptasi dari Quintero dkk, 2008) Data yang dierekam berupa sudut horizontal (α), sudut vertikal (β), dan jarak antara pusat koordinat scanner dengan objek yang direkam (R) seperti pada persamaan I.2 dan seperti dapat dilihat pada Gambar I.4 merupakan prisnsip perekaman data TLS. Gambar I.4. Prinsip perekaman data dengan scanner (Reshetyuk, 2009) Koordinat objek dapat diperoleh dengan persamaan: X p = R cos β sin α Y p = R cos β cos α...(i.2) Z p = R sin β

6 6 Keterangan: X p Y p Z p R β = koordinat X titik P = koordinat Y titik P = koordinat Z titik P = jarak antara pusat koordinat scanner dengan objek yang di rekam = sudut horizontal = sudut vertikal I.5.4. Point Cloud Point Cloud adalah suatu kumpulan data titik dalam ruang tiga dimensi pada suatu sistem koordinat (Sitek et al, 2006). Pada saat akuisisi data di lapangan menggunakan alat TLS akan dihasilkan data berupa scan world. Scan world merupakan data sekumpulan point cloud hasil pemindaian. Data point cloud hasil dari TLS dapat digunakan untuk pemodelan objek sesuai dengan aslinya. Hasil pemodelan objek yang sesuai dengan aslinya tersebut bisa digunakan untuk analisa selanjutnya, misalkan untuk perhitungan volume. Gambar I.5. Point Cloud batubara. Gambar I.5 merupakan tampilan dari point cloud batubara. Kerapatan point cloud tergantung pada setting alat sebelum melakukan pengukuran. Semakin rapat point cloud maka detil objek yang dihasilkan semakin bagus. I.5.5. Registrasi data Laser Scanner Registrasi adalah suatu proses penggabungan data hasil scan world ke dalam sistem koordinat yang sama (Wibowo, 2015). Pada saat pembentukan model 3D tidak mungkin dapat dilakukan hanya dengan satu kali scan sehingga perlu dilakukan beberapa kali pindah agar dapat merekam seluruh penampakan objek yang akan.

7 7 Hasil dari scan adalah berupa point clouds dari tempat berdiri alat yang berbeda dan mengacu pada koordinat lokal. Untuk menggabungkan koordinat lokal dari beberapa scan world maka perlu dilakukan registrasi. Registrasi dapat dibedakan menjadi 4 metode. Keempat metode tersebut adalah Metode Traverse, metode Tie-Point, metode Shape Matching, metode Occupation and Backsight (sumber: I Metode Traverse. Metode registrasi traverse adalah metode poligon. Jenis metode poligon yang digunakan adalah metode poligon tertutup. Poligon tertutup yang dimaksud adalah koordinat awal sama dengan koordinat akhir. Pada Gambar I.6 merupakan gambaran mengenai metode traverse. Gambar I.6. Metode Travers (sumber : leica.geosystem.com ) Metode Traverse tersebut membutuhkan tiga titik acuan dalam satu kali berdiri alat, yaitu titik acuan depan sebagai foresight dan satu titik acuan belakan sebagai backsight. Titik berdiri alat maupun titik acuan harus diketahui koordinatnya agar mudah dalam melakukan registrasi. Keuntungan dengan menggunakan metode traverse ini adalah untuk bentuk permukaan yang rumit dan pengukuran jarak antar scan world cukup panjang, karena metode ini memudahkan dalam melakukan registrasi. I Metode Tie-Point. Metode registrasi ini menentukan posisi titik scan world dengan mengikatkan beberapa titik yang sama menggunakan target. Target diletakkan pada lokasi yang sekiranya bisa terpindai dari dua kali berdiri scan world. Apabila target tidak dapat terpindai dua kali berdiri alat maka akan mempengaruhi kualitas dari registrasi.

8 8 T 1 T 2 T 3 T 4 Gambar I.7. Metode Tie-Point ( Banyaknya target yang harus terpindai dari dua kali berdiri alat minimal 3 buah target. Ilustrasi dapat dilihat pada Gambar I.7 dimana terdapat 4 buah target dengan simbol penamaan T 1, T 2, T 3, dan T 4 yang dapat terpindai dari dua kali berdiri alat. Identifikasi terget dilakukan sebelum melakukan scanning objek. Keuntungan dari penggunaan metode tie-point ini adalah hasil penggabungan scan world sangat akurat dan aman dari beberapa data yang dipindai. I Metode Shape Matching (cloud to cloud). Metode registrasi shape maching yaitu metode penggabungan beberapa scan world dengan menentukan model point clouds yang identik. Biasanya, untuk memudahkan dalam penentuan shape maching ini objek yang dipilih adalah objek yang bersifat tetap misal pojok bangunan, pagar, dan lain lain. Metode ini biasa digunakan apabila tidak bisa menggunakan metode Travers dan Tie-Point. Gambar I.8. Metode Shape Matching ( Ilustrasi registrasi menggunakan metede shape maching dapat dilihat pada Gambar I.8. Objek bangunan depan (1) dan (2) merupakan satu bangunan yang identik hasil dari dua kali scanning. Kedua objek tersebut digabungkan menggunakan metode shape maching sehingga menyatu (1+2). Kelebihan dari

9 9 metode ini adalah mempercepat waktu pada saat akuisisi data di lapangan karena pada saat melakukan scanning alat dapat berdiri di sembarang tempat tanpa harus ada titik acuannya akan tetapi juga harus memperhatikan pertampalan 30% antar scan world satu dengan yang lainnya. I Metode Occupation and backsight. Metode Occupation and backsight memungkinkan untuk dilakukan karena Terrestrial Laser Scanner memiliki prinsip pengukuran sama dengan Total Station (Anonim, 2010). Metode occupation and backsight hampir sama dengan metode Traverse akan tetapi metode ini tidak perlu menggunakan poligon tertutup untuk pengukurannya. Jika terdapat dua buah titik yang telah diketahui koordinat dengan benar maka metode ini bisa digunakan. Gambar I.9. Metode Occupation and Backsight ( Berdasarkan Gambar I.9 target dibidik terlebih dahulu sebelum melakukan scanning. Kelebihan menggunakan metode ini adalah memudahkan dalam melakukan registrasi apabila objek yang diukur didominasi oleh objek tidak rata. Objek tidak rata yang dimaksudkan adalah pohon. Selain itu metode in dapat digunakan apabila objek yang digunakan untuk perampalan terlalu sedikit. Akan tetapi pelaksanaan dalam pengukuran di lapangan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk satu kali berdiri alat. I.5.6. Filtering Filtering merupakan tahap menghilangkan data point clouds yang tidak diperlukan dari data hasil pemindaian yang dianggap sebagai noise (Quintero dkk, 2008). Data point cloud yang dianggap sebagai noise seperti objek pohon, manusia, pagar dan objek lainnya. Filtering diperlukan dalam pelaksanaan stock opname

10 10 apabila noise tidak dibersihkan maka akan mempengaruhi perhitungan nilai dari volume batubara. (a) (b) Gambar I.10. (a) Gambar noise pada batubara, (b) gambar objek alat berat yang bukan objek utama. Filtering dilakukan secara otomatis dan manual. Secara otomatis dilakukan dengan memanfaatkan menu dispike, sedangkan secara manual dilakukan dengan cara memilih objek yang tidak diperlukan kemudian menghapus objek yang telah dipilih tersebut. Filtering untuk noise seperti Gambar I.10 (a) dapat dilakukan secara otomatis dengan memanfaatkan menu dispike. Filtering objek seperti Gambar I.10 (b) dilakukan secara manual, karena objek tersebut tidak akan terhapus secara otomatis menggunakan menu dispike. I.5.7. ScanMaster dan Maptek I-Site Studio 5.1 ScanMaster merupakan software yang digunakan untuk mengolah data hasil akuisisi di lapangan menggunakan alat Topcon GLS 2000 (Anonim, 2010). ScanMaster memungkinkan pengguna unutk melakukan registrasi point clouds, mengelola tampilan, navigasi, pemodelan 3D untuk berbagai tujuan survey. ScanMaster memiliki beberapa fitur, diantaranya: 1. Import yaitu merupakan menu untuk memasukkan sata hasil pengukuran menggunakan alat Topcon GLS Export yaitu menu untuk mengeksport data hasil olahan (registrasi) agar dapa dibaca oleh software Maptek.

11 11 3. Registration manager yaitu untuk melakukan registrasi scan world hasil pengukuran dilapangan. Registrasi ini terdapat beberapa metode cloud to cloud, backsight, resection. 4. View yaitu untuk menampilkan point clouds hasil pengukuran, view ini terdapat view multiple untuk menampilkan dua layar sekaligus dalam satu pekerjaan. 5. Object properties berfungsi untuk melihat dan melakukan edit data atribut dan nilai dari berbagai objek yang tersimpan dalam suatu project. Maptek I-Site Studio 5.1 merupakan software yang digunakan untuk melakukan pengolahan lanjut data hasil scanning. Pengolahan lebih lanjut yang dimaksudkan yaitu registrasi cloud to cloud, filtering, pembuatan mesh, dan perhitungan volume. Software Maptek memiliki beberapa menu utama yang digunakan dalam pengolahan point cloud. Menu-menu tersebut diantaranya adalah: 1. Global Registration yaitu digunakan untuk meregistrasi point cloud dengan metode cloud to cloud. 2. Dispike yaitu salah satu fitur untuk melakukan filtering secara otomatis, dispike ini sangat berguna untuk menghilangkan point cloud yang dihasilkan dari debu yang berterbangan. 3. Select vertices digunakan untuk melakukan select point cloud yang bukan objek utama dan tidak bisa terhapus oleh menu dispike. 4. Topographic Triangulation yaitu fitur yang digunakan untuk pembuatan DTM dari titik point cloud yang dihasilkan dari pengukuran. 5. Surface volume berfungsi untuk perhitungan volume. I.5.8. Digital Terrain Model (DTM) Digital Terrain Model (DTM) merupakan suatu objek atau konsep yang digunakan untuk menampilkan bentuk suatu benda (Djurjani, 1999). Sumber data untuk pembuatan DTM meliputi data titik tinggi dan/atau garis kontur yang dapat diperoleh dari pengukuran langsung di lapangan. DTM menyajikan relief dari terrain, informasi ketinggian dari permukaan bumi tanpa ada feature alam (misal: pohon) dan buatan manusia (misal: bangunan).

12 12 Menurut Djurjani (1999) terdapat beberapa metode dalam pengumpulan data untuk pembuatan DTM, yaitu dengan survey konvensional, survey GNSS, fotogrametri, citra satelit, digitasi peta, dan map scanning. Akuisisi data menggunakan TLS menghasilkan data berupa point cloud. Data point cloud tersebut yang digunakan untuk pembentukan DTM agar objek dapat dihitung nilai volumenya. Gambar I.11. Visualisasi DTM batubara I.5.9. Volume Perhitungan volume secara sederhana dapat dianalogikan seperti berikut, suatu objek berbentuk balok yang mempunyai ukuran panjang 10m, lebar 3m, tinggi 2m akan mempunyai volume sebesar 60m 3 dengan menggunakan rumus panjang x lebar x tinggi. Dalam perhitungan volume yang dimaksudkan adalah volume batubara. Keadaan sebenarnya volume batubara yang akan dihitung tidak berbentuk teratur. Permukaan batubara yang tidak teratur dapar dihitung dengan beberapa metode, diantaranya: I Penentuan Volume dengan Sipat datar dan Penggalian (Borrow Pit/Spot Level). Cara menghitung volume dengan Borrow Pit adalah: 1. Membagi permukaan ke dalam kotak, persegi panjang, atau segitiga, mengambil elevasi tanah di setiap sudut. 2. Mengukur ulang elevasi tanah setiap sudut yang telah dilakukan penggalian. 3. Volume menghitung dari berbagai prisma terpotong vertikal digali, ketinggian yang ditentukan dari perbedaan tingkat di sudut-sudut, dan basis dari dimensi kotak atau segitiga seperti pada Gambar I.12.

13 13 Gambar I.12. Persebaran titik-titik grid (Hickerson, 1959) Dari Gambar I.12 volume prisma empat persegi panjang dipotong atas dan bawah diperoleh rumus (Hickerson, 1959): V = A x Keterangan: V = Volume...(I.3) A = Luas Area persegi A 1 A 2 B 2 B 1 h 1, h 2, h 3, h 4 = Ketinggian sudut, yang di tentukan dari perbedaan tingi sedangkan untuk volume segitiga yang dipotong dari atas dan bawah diperoleh rumus (Hickerson, 1959): V = A x Keterangan: V...(I.4) = Volume A = Luas area segitiga A 1 A 2 B 2 h 1, h 2, h 3 = Ketinggian sudut, yang di tentukan dari perbedaan tingi Untuk mempersingkat waktu, perhitungan volume empat persegi panjang dapat dilakuakan secara berasamaan dengan rumus: V = A x...(i.5) Keterangan:

14 14 V = Volume A = Luas area segitiga A 1 A 2 B 2 B 1 Ʃh 1 = Jumlah tinggi yang digunakan untuk menghitung volum 1 kali Ʃh 2 = Jumlah tinggi yang digunakan untuk menghitung volum 2 kali Ʃh 3 = Jumlah tinggi yang digunakan untuk menghitung volum 3 kali Ʃh 4 = Jumlah tinggi yang digunakan untuk menghitung volum 4 kali I Prinsip perhitungan volume batubara menggunakan metode cut and fill. Prinsip perhitungan volume batubara menggunakan metode cut and fill adalah menghitung luasan dari dua penampang yaitu penampang atas dan penampang bawah. Prinsip perhitungan volume sama dengan borrow pit akan tetapi tebentuk oleh jaring-jaring segitiga atau yang sering dinamakan Triangulated Irrregular Network (TIN) (Geodis-Ale, 2012) yang dihasilkan dari point cloud. Jaring-jaring segitiga inilah yang akan membentuk suatu geometri prisma dari dua permukaan. Dua permukaan ini dinamakan design surface dan base surface. Design surface merupakan permukaan yang akan dihitung volumenya sedangkan base surface merupakan permukaan yang dijadikan alas atau permukaan yang dijadikan sebagai dasar menghitung volume. Gambar I.13. Visualisasi perhitungan volume dengan metode cut and fill (Geodis-Ale, 2012) Dilihat dari Gambar I.13 dapat dibuat rumus perhitungan volume metode prism method, seperti pada persamaan I.6 dibawah ini: V = A i x d i... (I.6) Keterangan :

15 15 V : Volume Prisma A i d i : Luas bidang permukaan proyeksi : Jarak antara pusat massa dua segitiga surface desain dan base desain Luas bidang A i dapat diperoleh dengan menggunakan cara penentuan luas secara numeris. Menurut Basuki, 2006 salah satu penentuan luas secara numeris dapat dilakukan dengan koordinat. Misal bidang tanah pada Gambar I.14 dibatasi oleh titik A, B, C yang telah diketahui koordinatnya: A(X 1, Y 1 ), B(X 2, Y 2 ), C(X 3, Y 3 ). Gambar I.14. Penentuan luas secara numeris dengan koordinat (Basuki, 2006) Luas ABC = (Luas trapesium A1ABB1) + (Luas trapesium B1BCC1) (Luas trapesium A1ACC1) Luas ABC = 0,5 (X 2 X 1 ) (Y 2 + Y 1 ) (X 3 X 2 ) (Y 2 + Y 3 ) 0,5 (X 3 X 1 ) (Y 3 + Y 1 ) Dapat disimpukan, bahwa: Luas ABC = 0,5 (X n (X n-1 )) (Y n (Y n-1 ), apabila diproyeksikan terhadap sumbu x. Luas ABC = 0,5 (Y n (Y n-1 )) (X n (X n-1 ), apabila diproyeksikan terhadap sumbu y. Kedua rumus tersebut dapat disederhanakan menjadi: Luas ABC = 0,5 X n (Y n-1 Y n+1 )...(I.7) Luas ABC = 0,5 Y n (X n+1 Y n-1 )...(I.8)

16 16 I RMSE (Root Mean Square Error) RMSE (Root Mean Square Error) merupakan suatu nilai perbedaan dari hasil pengukuran dengan nilai sesungguhnya (ESRI, 2006). Definisi matematis dari RMSE mirip dengan simpangan baku, yaitu akar kuadrat dari rata-rata jumlah kuadrat residual. Kesalahan baku didefinisikan sebagai akar dari jumlah kuadrat residual. (I.9) Keterangan : RMSE = Root Mean Square Error R = nilai yang dianggap benar R 1 n = nilai hasil ukuran = banyak ukuran yang digunakan Dari persamaan I.9 di atas dapat dijabarkan menjadi:...(i.10) Keterangan: RMSE = Root Mean Square Error X 1 = nilai koordinat X hasil ukuran X = nilai koordinat X yang dianggap benar Y 1 = nilai koordinat Y hasil ukuran Y = nilai koordinat Y yang dianggap benar Z 1 = nilai koordinat Z hasil ukuran Z = nilai koordinat Z yang dianggap benar Nilai RMSE semakin kecil nilainya maka semakin bagus hasil registrasi. Pada registrasi hasil pengukuran di lapangan, bersarnya nilai RMSE akan terlihat setelah registrasi selesai dilakukan. Pada software Maptek hasil RMSE ditunjukkan dengan indikator warna hijau, kuning dan merah. Warna hijau menunjukkan bahwa hasil registrasi tersebut masuk toleransi, batas nilai untuk indikator warna hijau ini yaitu dr 0.100m. Warna kuning yang berarti warning menunjukkan bahwa hasil registrasi belum sempurna, batas range untuk indikator warna kuning ini yaitu 0.100m dan 0.200m. Warna merah berarti error menunjukkan bahwa hasil registrasi jelek, nilai batas toleransi ini adalah 0.200m (sumber: manual Maptek I-Site Studio).

17 17 I ASTM (American Society for Testing and Material) ASTM adalah suatu lembaga organisasi internasional yang bergerak secara sukarela untuk menyusun standarisasi teknik untuk material, produk sistem, dan jasa ( ASTM merupakan singkatan dari American Society for Testing and Material, dibentuk pertamakali oleh sekelompok insinyur dan ilmuan pada tahun Dokumen D6542 yang berjudul Standard Practice for Tonnage Calsulation of Coal in a Stockpile, dokumen ini berisi tentang standar tonnase batubara. Lampiran H menjelaskan mengenai isi dari dokumen D6542. Didalam dokumen ini tercantum toleransi kesalahan dalam perhitungan tonase batubara. Rumus mengenai penghitungan toleransi kesalahan tersebut dapat dilhat pada persamaan I.11 (ASTM, 2002).... (I.11) Keterangan: C : Toleransi perhitungan tonase (%). D : Toleransi bulk density (%). A : Toleransi volumetric survey (%). Dalam dokumen dengan nomor D6347 disebutkan bahwa nilai toleransi densitas sebesar 2,68%. Kemudian pada dokumen dengan nomor D6172 disebutkan bahwa toleransi volumetric survey adalah 0,74%. Jika kedua besaran tersebut dimasukkan pada persamaan I.11, Nilai C diperoleh dengan memasukkan besaran toleransi bulk density dan toleransi volumetric survey. Hasilnya adalah bahwa selisih perhitungan tonase dari perhitungan stock opname dan catatan buku PLTU tidak boleh lebih dari 2,78%. dasar inilah yang digunakan dalam kegiatan aplikatif kali ini untuk perhitungan tonase batubara.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Listrik merupakan sumber energi yang paling vital di dunia ini. Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam memasok energi listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tugu Yogyakarta adalah sebuah monumen yang menjadi simbol Kota Yogyakarta. Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pengeran Mangkubumi, Jalan Jendral Sudirman,

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan

Lebih terperinci

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Manusia hidup di bumi yang merupakan dunia 3D. Para peneliti dan insinyur kebumian telah lama mencoba membuat tampilan grafis tentang aspek spasial 3D dari dunia nyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangunan sejarah mempunyai nilai penting di suatu negara karena dari bangunan bersejarah tersebut dapat diketahui kisah yang terkait dari bangunan tersbut. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI 4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS)

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (49-54) ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) Agung Budi Cahyono, Alif Fariq an Setiawan Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan pembangunan khususnya pada daerah perkotaan menyebabkan orientasi pembangunan mengarah secara vertikal pada pemanfaatan ruang baik ke atas maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan data pengukuran terestris menuntut pemenuhan aspek efisien, efektif, presisi dan akurat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam lingkup survei

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam pekejaan monitoring konstruksi, displin ilmu geodesi sangat membantu dalam hal pengukuran dan penyajiaan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk model tiga

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Perhitungan Tonase Stockpile

Analisis Ketelitian Perhitungan Tonase Stockpile Analisis Ketelitian Perhitungan Tonase Stockpile Batubara Hasil Pengukuran Metode RTK Radio GNSS dengan Teknik Akuisisi Data Secara Point to Point dan Auto Topo Farouki Dinda Rassarandi, S.T., Silvester

Lebih terperinci

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA Bab pembahasan ini berisi tentang proses pengambilan dan pengolahan data. Proses pengambilan dengan TLS dibagi menjadi dua bagian yaitu proses persiapan dan proses pengukuran.

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.2. Lingkup Kegiatan I.3. Tujuan I.4. Manfaat I.5. Landasan Teori... 3

DAFTAR ISI. I.2. Lingkup Kegiatan I.3. Tujuan I.4. Manfaat I.5. Landasan Teori... 3 DAFTAR ISI SKRIPSI... v PERNYATAAN... vi HALAMAN PERSEMBAHAN... vii INTISARI... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR ISTILAH... xvii

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pemodelan balik sering dikenal juga reverse engineering adalah teknik pemodelan ulang dari benda yang sudah ada. Teknik ini berlaku dalam bidang geodesi. Dalam

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat

Lebih terperinci

Analisis Ketelitian Perhitungan Tonase Stockpile Batubara Hasil Pengukuran Metode RTK

Analisis Ketelitian Perhitungan Tonase Stockpile Batubara Hasil Pengukuran Metode RTK Jurnal Integrasi vol. 7, no. 2, 2015, 123-129 ISSN: 2085-3858 (print version) Article History Received 14 August 2015 Accepted 15 September 2015 Analisis Ketelitian Perhitungan Tonase Stockpile Batubara

Lebih terperinci

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017 ANALISIS KETELITIAN DATA PEMODELAN 3 DIMENSI DENGAN METODE TRAVERSE DAN METODE CLOUD TO CLOUD MENGGUNAKAN TERRESTRIAL LASER SCANNER Alvatara Partogi Hutagalung, Yudo Prasetyo, Bandi Sasmito *) Departemen

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan

Lebih terperinci

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON 3.1 Data dan Area Studi Dalam Tugas Akhir ini data yang digunakan didapat dari PT McElhanney Indonesia. Area tersebut merupakan area perkebunan kelapa sawit yang berada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang American Society of Photogrammetry (Falkner dan Morgan, 2002) mendefinisikan fotogrametri sebagai seni, ilmu dan teknologi mengenai informasi terpercaya tentang objek fisik

Lebih terperinci

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PRESENTASI TUGAS AKHIR PRESENTASI TUGAS AKHIR KAJIAN DEVIASI VERTIKAL ANTARA PETA TOPOGRAFI DENGAN DATA SITUASI ORIGINAL TAMBANG BATUBARA Oleh : Putra Nur Ariffianto Program Studi Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Galian dan Timbunan Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang lapangan dengan Cut and Fill adalah bagian yang sangat penting baik pada pekerjaan pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang As built drawing adalah produk dan dokumen pemeliharaan konstruksi pada semua instalasi proyek. Sebuah dokumen As built drawing memuat perubahan yang ada di lapangan

Lebih terperinci

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika

Tugas 1. Survei Konstruksi. Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB. Krisna Andhika Tugas 1 Survei Konstruksi Makalah Pemetaan Topografi Kampus ITB Krisna Andhika - 15109050 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2012 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan.

1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Volume penggalian dan penimbunan suatu material merupakan hal yang penting dalam banyak pekerjaan teknik dan pertambangan. Akurasi bentuk dan estimasi volume dari material

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia

Lebih terperinci

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016

Tujuan. Model Data pada SIG. Arna fariza. Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 4/7/2016 Model Data pada SIG Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengerti sumber data dan model data spasial Mengerti perbedaan data Raster dan Vektor 1 Materi Sumber data spasial Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia, maka ini akan mendorong teknologi untuk dapat membantu dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin banyak penerapan teknologi dalam kehidupan sehari-hari yang berdasarkan perkembangan pemanfaatan energi dan sumber daya alam di laut Indonesia, maka ini

Lebih terperinci

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Bab III Pelaksanaan Penelitian Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2 BAB II TEORI DASAR.1 Identifikasi Bentuk Gelombang Perambatan gelombang pada media bawah permukaan mengikuti beberapa prinsip fisika sebagai berikut : a. Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik yang

Lebih terperinci

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis

3/17/2011. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis Pendahuluan Data yang mengendalikan SIG adalah data spasial. Setiap fungsionalitasyang g membuat SIG dibedakan dari lingkungan analisis lainnya adalah karena berakar pada keaslian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di dalam dunia pertambangan tidak terlepas dari hal mengenai kelerengan. Hal ini dapat dilihat dari struktur dan bentuk dari final wall yang terbentuk akibat proses penambangan

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2017 ANALISIS PERBANDINGAN KETELITIAN METODE REGISTRASI ANTARA METODE KOMBINASI DAN METODE TRAVERSE DENGAN MENGGUNAKAN TERRESTRIAL LASER SCANNER DALAM PEMODELAN OBJEK 3 DIMENSI Alfred B S Simbolon, Bambang

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK Oleh : Sarkawi Jaya Harahap 3511 1000 04 Dosen Pembimbing : Hepi Hapsari Handayani, S.T, Ms.C Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007] BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tersedianya data spasial, tidak lepas dari keberadaan ilmu Geodesi dan Geomatika. Ilmu Geodesi dan Geomatika memiliki kompetensi dalam penyediaan data spasial dua

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station

BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan program study Diploma III Teknik Sipil Politeknik Negeri Manado adalah mencetak tenaga kerja yang profesional. Untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.

II.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4. DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data spasial sangat dibutuhkan untuk menyediakan informasi tentang kebumian. Untuk memenuhi data spasial yang baik dan teliti, maka diperlukan suatu metode yang efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Gambar situasi adalah gambaran wilayah atau lokasi suatu kegiatan dalam bentuk spasial yang diwujudkan dalam simbol-simbol berupa titik, garis, area, dan atribut (Basuki,

Lebih terperinci

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus

dimana, Ba = Benang atas (mm) Bb = Benang bawah (mm) Bt = Benang tengah (mm) D = Jarak optis (m) b) hitung beda tinggi ( h) dengan rumus F. Uraian Materi 1. Konsep Pengukuran Topografi Pengukuran Topografi atau Pemetaan bertujuan untuk membuat peta topografi yang berisi informasi terbaru dari keadaan permukaan lahan atau daerah yang dipetakan,

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA Data yang digunakan merupakan data dari PT. XYZ, berupa peta topografi dan data pemboran 86 titik. Dari data tersebut dilakukan pengolahan sebagai berikut : 4.1 Analisis Statistik

Lebih terperinci

CARA MEMBUAT KONTUR DAN MENGHITUNG VOLUME

CARA MEMBUAT KONTUR DAN MENGHITUNG VOLUME CARA MEMBUAT KONTUR DAN MENGHITUNG VOLUME Berikut merupakan cara dan langkah langkah yang dilakukan untuk membuat kontur dan menghitung volume pada autocad civil 3D 2013 : 1. Pembuatan Kontur a) Buka software

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Proses Pengolahan Data LiDAR Setelah seluruh point clouds terklasifikasi ke dalam kelas yang sesuai. Maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini, point clouds

Lebih terperinci

Laboratorium Geofisika Eksplorasi Sie. Perpetaan Topografi 2011 BAB I PENDAHULUAN

Laboratorium Geofisika Eksplorasi Sie. Perpetaan Topografi 2011 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stake out adalah salah satu metode dengan mengembalikan data ke lapangan, hal ini bertujuan untuk memastikan data yang telah diperoleh dari pengukuran sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Analisis Data DEM/DTM Untuk mengetahui kualitas, persamaan, dan perbedaan data DEM/DTM yang akan digunakan untuk penelitian, maka dilakukan beberapa analisis. Gambar IV.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang VICO atau Virginia Indonesia Company, merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input Pemindaian Geometrik Model 3D Menggunakan 3 Input Mark Budiman Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: markbudiman93@gmail.com Abstrak 3D Laser Scanner merupakan alat

Lebih terperinci

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan

Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan A723 Studi Perbandingan Total Station dan Terrestrial Laser Scanner dalam Penentuan Volume Obyek Beraturan dan Tidak Beraturan Reza Fajar Maulidin, Hepi Hapsari Handayani, Yusup Hendra Perkasa Jurusan

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR 63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Fotogrametri adalah suatu seni, pengetahuan dan teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang suatu obyek fisik dan keadaan sekitarnya melalui proses

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi

Lebih terperinci

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station

Bahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PT. Bukit Asam (Persero) adalah salah satu BUMN di Indonesia yang bergerak dalam bidang penyedia energi yang berada di desa Tanjung Enim, kecamatan Lawang kidul, Kabupaten

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data apparent resistivity dan apparent chargeability dengan menggunakan perangkat lunak Res2dInv dan Rockwork 15 sehingga

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan oleh masyarakat pada saat ini. Masyarakat memerlukan listrik untuk digunakan dalam aktivitas seharihari.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri

BAB II DASAR TEORI 2. 1 Fotogrametri BAB II DASAR TEORI 2. Fotogrametri Salah satu teknik pengumpulan data objek 3D dapat dilakukan dengan menggunakan teknik fotogrametri. Teknik ini menggunakan foto udara sebagai sumber data utamanya. Foto

Lebih terperinci

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT

BAB 3 KOREKSI KOORDINAT BAB 3 KOREKSI KOORDINAT Sebagai langkah awal dalam memproduksi data spasial dalam format digital, petapeta analog (berupa print out atau cetakan) di-scan ke dalam format yang dapat dikenali oleh ArcGIS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 13.466 pulau yang sudah terdaftar dan berkoordinat (BIG, 2014). Indonesia memiliki luas wilayah kurang lebih

Lebih terperinci

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara)

ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) (Studi Kasus: Sei Mangkei, Sumatera Utara) Geoid Vol. No., Agustus 7 (8-89) ANALISIS KETINGGIAN MODEL PERMUKAAN DIGITAL PADA DATA LiDAR (LIGHT DETECTION AND RANGING) Agung Budi Cahyono, Novita Duantari Departemen Teknik Geomatika FTSP-ITS, Kampus

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik 83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK

ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK 65 ACARA IV KOREKSI GEOMETRIK A. TUJUAN: 1) Mahasiswa mampu melakukan koreksi geometric pada foto udara maupun citra satelit dengan software ENVI 2) Mahasiswa dapat menemukan berbagai permasalahan saat

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering

Pengukuran Kekotaan. Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng. Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Pengukuran Kekotaan Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Contoh peta bidang militer peta topografi peta rute pelayaran peta laut

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan

Lebih terperinci

Home : tedyagungc.wordpress.com

Home : tedyagungc.wordpress.com Email : tedyagungc@gmail.com Home : tedyagungc.wordpress.com Subagyo 2003, Permukaan bumi merupakan suatu bidang lengkung yang tidak beraturan, sehingga hubungan geometris antara titik satu dengan titik

Lebih terperinci

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten

Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten Jurnal Integrasi Vol. 8, No. 1, April 2016, 50-55 p-issn: 2085-3858 Article History Received February, 2016 Accepted March, 2016 Pemetaan Situasi dengan Metode Koordinat Kutub di Desa Banyuripan, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Museum Benteng Vredeburg merupakan bangunan bersejarah atau heritage building, yang ditetapkan UNESCO sebagai warisan (budaya) masa lalu. Keberadaan Museum Benteng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi yang tidak rata membuat para pengguna SIG (Sistem Informasi Geografis) ingin memodelkan berbagai macam model permukaan bumi. Pembuat peta memikirkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem 3D Scanner Pemindaian tiga dimensi (3D) merupakan proses pengambilan data berupa bentuk suatu objek untuk membuat pemodelan 3D dari objek tersebut. Model 3D yang tercipta

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Area Penelitian Area penelitian didasarkan pada data LiDAR, antara koordinat 7 50 22.13 LS 139 19 10.64 BT sampai dengan 7 54 55.53 LS 139 23 57.47 BT. Area penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peta merupakan representasi dari permukaan bumi baik sebagian atau keseluruhannya yang divisualisasikan pada bidang proyeksi tertentu dengan menggunakan skala tertentu.

Lebih terperinci

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data... DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...

Lebih terperinci

METODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER

METODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER METODE FADHLI FAME LANER UNTUK ALAT 3D LASER SCANNER Fadhli Umar Lubis Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: fadhli_umar@yahoo.com Abstrak 3D laser scanner yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial

Sistem Informasi Geografis. Model Data Spasial Sistem Informasi Geografis Model Data Spasial Representasi Grafis Untuk Objek Secara umum dikenal tiga jenis data. Ketiganya merupakan abstraksi sederhana dari objek-objek nyata yang lebih rumit. Titik:

Lebih terperinci

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Data pada SIG Mendapatkan data adalah bagian yang sangat penting pada setiap proyek SIG Yang harus diketahui: Tipe-tipe data yang dapat

Lebih terperinci

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP

PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP PENGUKURAN GROUND CONTROL POINT UNTUK CITRA SATELIT CITRA SATELIT RESOLUSI TINGGI DENGAN METODE GPS PPP Oleh A. Suradji, GH Anto, Gunawan Jaya, Enda Latersia Br Pinem, dan Wulansih 1 INTISARI Untuk meningkatkan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci