BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat berdiri alat dinamakan Scanworld. Setiap pengukuran dengan TLS biasanya menghasilkan lebih dari satu Scanworld, proses untuk menyamakan sistem koordinat dari Scanworld tersebut dinamakan dengan registrasi. Prinsip utama dari registrasi adalah reseksi dan interseksi dimana diperlukan titik sekutu untuk mentransformasi sistem koordinat Scanworld. Tujuh parameter transformasi adalah dx, dy, dz, Skala, Kappa, Phi, Omega. Parameter skala tidak digunakan karena skala dari setiap scanworld adalah sama. Parameter rotasi yang digunakan hanyalah parameter rotasi terhadap sumbu Z yaitu Kappa karena setiap pengambilan data dilakukan dengan kondisi sumbu Z sejajar terhadap garis gaya berat. Dengan demikian arah sumbu Z diasumsikan selalu sama. Parameter unknown untuk transformasi sistem koordinat berjumlah empat yaitu dx, dy, dz, dan Kappa. Satu titik sekutu memiliki tiga komponen koordinat (X, Y, Z) sehingga satu titik sekutu akan menghasilkan tiga persamaan. Dengan demikian diperlukan minimal dua titik sekutu untuk melakukan proses registrasi. Titik sekutu dalam pengukuran TLS menggunakan target (HDS Target), penempatannya harus diatur sedemikian rupa agar terlihat dari minimal dua tempat berdiri alat dan persebarannya merata pada objek yang diukur. 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran Daerah longsoran biasanya memiliki permukaan tanah yang kurang stabil, oleh karena itu untuk pemantauan daerah longsoran sebaiknya dilakukan tanpa melakukan kontak. Namun untuk penggunaan TLS pada pemantauan longsoran, daerah yang luas, berbukit-bukit, dan memiliki banyak vegetasi tidak memungkinkan pengukuran untuk dilakukan dari luar area longsoran, selain itu ketelitian yang dihasilkan akan semakin rendah pada jarak yang semakin jauh. Oleh karena itu untuk pemantauan longsoran pengukuran tetap harus dilakukan di dalam area. 59

2 Untuk melakukan pemantauan area longsoran, dilakukan proses pembandingan antara dua atau lebih model yang dihasilkan dari pengukuran pada waktu yang berbeda. Untuk melakukannya, sistem koordinat dari model-model tersebut haruslah sama. Sistem koordinat yang mudah untuk digunakan dan dipastikan tidak berubah adalah sistem koordinat bumi, oleh karena itu diperlukan titik referensi yang bergeoreferensi sebagai titik sekutu untuk melakukan proses georeferensi terhadap data ukuran dari TLS. 4.3 Analisis Faktor Lingkungan Cahaya yang merupakan medium pengukuran pada TLS dapat dipengaruhi oleh perubahan pada medium perambaannya yaitu udara, selain itu pengaruh faktor lingkungan lain berupa getaran pada alat saat proses pengambilan data berlangsung akan sangat berpengaruh karena sensitivitas dari ukuran sudut yang digunakan oleh TLS. Faktor lingkungan yang dianalisis karena berkaitan dengan penyediaan data pemantauan longsoran adalah: Faktor suhu dan tekanan Faktor kondisi cuaca Faktor getaran dan stabilitas Vegetasi Air 60

3 4.3.1 Analisis Faktor Suhu dan Tekanan Untuk tekanan, selama pengukuran nilai tekanan kurang lebih sama sehingga tidak bisa dilakukan analisis terhadap faktor tekanan. Informasi pada manual untuk Scanstation C10 (Leica Geosystems,2011) menyatakan bahwa The scanner are preset using the ISO standard atmosphere parameter (15 o C, hpa), a difference in temperatureof 10 o C or in air pressure of 35 hpa leads to a scan distance error of 1mm/100m atau dengan kata lain laser scanner akan bekerja secara optimum pada suhu 15 o C dan tekanan sebesar hpa sesuai standar ISO. Perubahan sebesar 10 o C dan tekanan 35 hpa akan menyebabkan error sebesar 1mm pada jarak 100m. Berdasarkan informasi tersebut diasumsikan bahwa perubahan akibat suhu dan tidak akan terlalu berarti, terutama dikarenakan pada tugas akhir ini objek yang dipetakan berada pada jarak maksimal 80m dari setiap tempat berdiri alat. Namun perubahan tekanan apabila tidak dikoreksikan akan menghasilkan pengukuran dengan error yang cukup besar. Suhu pada saat pengambilan data berkisar antar 19 o -30 o C dan tekanan pada 755hPa. Pada kenyataannya alat yang digunakan pada tugas akhir ini yaitu Leica Scanstation C10, alat sudah memiliki sensor suhu dan tekanan didalamnya sehingga kesalahan akibat suhu dan tekanan dapat dikurangi. Namun akan diuji apakah pengoreksian yang dilakukan oleh alat sudah cukup baik. Untuk membandingkan dengan lebih jelas, ketelitian dari setiap target akan dibandingkan pada waktu target discan, suhu dan keadaan cuaca dicatat, berikut tabel perbandingannya. Setiap target discan dari dua scanworld yang berbeda, Temp1 merupakan suhu saat target discan dari scanworld pertama dan Temp2 merupakan suhu saat target discan dari scanworld kedua. 61

4 Tabel 4.1 Data ketelitian target dari station yang berbeda Name ScanWorld Mean Error vector(m) Horizontal Height Error(m) x y z (m) (m) t t t123t t231b t231t t t t t342b t342t t t t452b t452t t t t562b t562t t t t t672b t672t Temp1 ( o C) Temp2 ( o C) Terlihat bahwa pada saat suhu rendah (lebih mendekati 15 o C) secara umum ketelitian yang didapat lebih baik. Sedangkan saat suhu mulai mendekati 30 o C di siang hari, ketelitian berkurang. Khusus untuk 001, ketelitian yang didapat diperkirakan tidak terlalu bagus karena tempat berdiri alat yang berada di pinggir jalan sehingga getaran dari kendaraan yang lewat mempengaruhi hasil scan yang didapat. Dan untuk 007 kondisi cuaca sedang berkabut, keduanya akan dibahas pada sub-bab selanjutnya Karena error semakin besar dengan semakin menjauhnya suhu dari nilai 15 o C, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat sedikit kesalahan pada pengoreksian suhu yang dilakukan oleh alat. Untuk mencegahnya dapat dilakukan dua cara yaitu: 62

5 t121 t122 t123t t231b t231t t232 t233 t341 t342b t342t t343 t343 t452b t452t t451 t561 t562b t562t t563 t671 t673 t672b t672t Melakukan pengukuran pada suhu yang lebih mendekati kondisi ideal sebisa mungkin. Memasukkan koreksi suhu dan tekanan secara manual dimana terlebih dahulu diukur dengan menggunakan alat ukur suhu dan tekanan yang lebih akurat Target Error Value (mm) Gambar 4.1 Nilai Error target dalam grafik Gambar 4.2 Nilai error target dalam hubungannya dengan suhu Analisis Faktor Kondisi Cuaca Menurut analisis sebelumnya, suhu yang semakin mendekati 15 o C akan memberikan hasil yang lebih baik, namun pada tabel 4.1 terlihat bahwa station-007 memberikan 63

6 ketelitian yang lebih buruk daripada station lain walaupun suhunya lebih mendekati 15 o C. Hal tersebut dikarenakan saat pengambilan data berlangsung, kabut mulai turun di daerah sekitar tempat berdiri alat dan walupun belum tebal, sudah cukup mempengaruhi ketelitian scan. Tabel 4.2 Perbandingan ketelitian pada kondisi cerah (putih) dan berkabut (abu-abu) Gambar 4.3 Kondisi cuaca saat pengambilan data di Station-007 Untuk kasus dimana hujan turun saat proses scan sedang berlangsung, contoh yang paling baik adalah saat pengukuran titik REFB yang dilakukan setelah proses scan pada station-007 dimana hujan turun cukup deras di lokasi, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar berikut. Pada kedua target tidak terdapat objek apapun diantara target dan scanner 64

7 Gambar 4.4 Contoh noise yang terjadi saat kondisi hujan(atas) dan cerah (bawah) Tanda (+) yang berada di kiri bawah gambar merupakan posisi target dan posisi berdiri alat berada pada bagian kanan atas tepat pada titik 0 grid. Terlihat bahwa sepanjang jalur scan antara scanner dan target terdapat banyak titik-titik yang merupakan noise yang dihasilkan oleh air hujan. Kesimpulan tersebut didapat karena antara posisi scanner dan target tidak terdapat obstruksi apapun dan posisi target berada cukup tinggi diatas tanah.terlihat bahwa pada saat proses scan dilakukan di kondisi cuaca cerah, tidak terdapat noise pada hasil scan target. Berdasarkan hasil analisis kondisi cuaca, maka sebaiknya pengukuran dengan laser scanner dilakukan pada kondisi cuaca yang cerah untuk menghindari berkurangnya ketelitian dan noise pada data Analisis Faktor Getaran dan Kestabilan Dari data target yang ada, terlihat bahwa hasil scan pada station-001 yang dilakukan pada kondisi suhu mendekati ideal memiliki error lebih besar. Getaran yang ditimbulkan oleh kendaraan yang melewati jalan mempengaruhi posisi scanner dimana sempat membuat proses scan terhenti karena scanner berubah posisi 65

8 melewati batas kemampuan dual kompensator. Proses scan baru berhasil pada percobaan ketiga dan terlihat dari tabel bahwa error yang diberikan pun cukup besar. Tabel 4.3 Perbandingan ketelitian pada area stabil (putih) dan banyak guncangan (abu-abu) Hal tersebut menunjukkan bahwa walaupun sudah dilengkapi dual kompensator, pergerakan yang cukup besar dan sering seperti yang dihasilkan kendaraan yang lewat akan mempengaruhi ketelitian pengukuran. Hal tersebut dikarenakan adanya jeda waktu antara peristiwa berubahnya posisi scanner dan koreksi yang dilakukan oleh dual kompensator. Walaupun perubahan pada kemiringan alat hanya dalam hitungan detik (derajat), perubahan tersebut tetap akan memberikan pengaruh pada ketelitian hasil scan. Maka untuk pengukuran yang teliti, sebaiknya tempat beridiri alat dipilih pada lokasi yang stabil dan tidak banyak guncangan dari lingkungan sekitar. Gambar 4.5 Lokasi Station-001 yang dinilai kurang stabil Selain kestabilan alat, kestabilan target juga perlu diperhatikan karena perubahan posisi target akan berpengaruh pada ketelitian yang dihasilkan. Pada pengukuran di 66

9 lahan terbuka, sering kali target perlu diputar agar terlihat dari posisi alat selanjutnya, untuk target yang diletakkan pada tribrach dan memiliki poros putaran seperti HDS target 6 inch, target dapat diputar tanpa merubah posisi. Pada twin pole target, apabila target miring sedikit saja terhadap garis normal, maka saat target diputar akan terjadi perubahan posisi. Gambar 4.6 Poros putaran pada HDS Target 6 inch Seperti terlihat pada gambar 4.5, pada target dengan jenis HDS Target 6 inch, poros putaran dapat diputar tanpa merubah posisi target itu sendiri karena letaknya titik tengah target berimpit dengan poros putaran. Dengan demikian, kesalahan yang terjadi akibat perubahan posisi target dapat diminimalkan. Gambar 4.7 Poros putaran pada Twinpole target 67

10 Pada Twinpole target seperti pada gambar diatas, poros putaran berada pada bagian bawah dari tiang penyangga target sehingga target hanya akan terputar tanpa berubah posisi apabila target diletakkan secara tegak lurus sempurna terhadap bidang gaya berat. Jika tidak, maka saat target diputar, posisi akan berubah dari posisi awalnya, walaupun kecil, perubahan ini dapat berpengaruh pada keseluruhan hasil scan karena target digunakan dalam proses registrasi Analisis Faktor Vegetasi Hasil yang diberikan oleh laser scanner sangat bergantung pada jenis permukaan targetnya. Pada tugas akhir ini, sebagian dari permukaan tanah di lokasi studi ditutupi oleh vegetasi yang lebat, untuk kasus tersebut scanner tidak dapat memberikan data permukaan tanah dengan tepat sehingga area tersebut lebih baik dihapuskan dari point clouds. Untuk area dengan vegetasi rumput yang pendek dimana masih ada bagian dari permukaan tanah yang ikut ter-scan, data yang didapatkan masih cukup baik dan relevan. Untuk permukaan tanah yang tidak ditumbuhi vegetasi sama sekali, data yang dihasilkan sangat baik dan geometrinya benar-benar mendekati bentuk aslinya. Selain vegetasi yang lebat, pepohonan yang terlalu rapat juga terbukti akan mengurangi keefektifan laser scanner karena menghalangi pulsa laser yang ditembakkan sehingga diperlukan pengambilan data dari sisi lain seperti yang terlihat pada gambar berikut. Gambar 4.8 Contoh area terhalang vegetasi 68

11 Dari pembagian intensitas hasil scan untuk daerah studi kasus, bisa didapat peta landuse karena nilai intensitas yang akan semakin besar apabila terdapat banyak vegetasi di suatu area. Pembagian intensitas adalah untuk nilai intensitas lebih besar dari dan lebih kecil dari Hasil pembagiannya dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.9 Intensitas >0.205 (kiri) dan intensitas <0.205 (kanan) Selanjutnya kedua peta intensitas tersebut di overlay untuk menghasilkan peta yang menampilkan landuse dari faktor vegetasi sehingga dapat terlihat mana area yang bervegatasi lebat dan jarang. Hasil overlay dapat dilihat pada gambar berikut. 69

12 Gambar 4.10 Overlay peta intensitas Dari hasil overlay dapat dibedakan mana daerah yang memiliki banyak vegetasi (merah) dan daerah yang tidak terlalu banyak vegetasi (hijau-biru) karena intensitas pantulan yang rendah. Persebaran landuse sangat berpengaruh pada TLS karena ketelitian dari pengukuran dapat dianggap kruang baik untuk daerah yang memiliki vegetasi yang lebat dan cukup baik untuk daerah yang vegetasinya tidak terlalu lebat. Untuk pencegahan bencana longsoran pun, data ini dapat digunakan sehingga dapat dilihat mana daerah yang akan menimbulkan kerugian lebih ebsar apabila terkena longsoran Analisis Faktor Air Pulsa sinar laser yang melewati medium air akan diteruskan atau dipantulkan dengan intensitas rendah pada sudut tertentu, oleh karena itu adanya perairan akan mengganggu pengukuran yang bertujuan untuk penyediaan data pemantauan longsoran. Data permukaan tanah yang didapatkan menjadi kurang akurat pada daerah yang memiliki aliran atau genangan air diatasnya. 70

13 Gambar 4.11 Titik-titik yang dihasilkan pada area berair Dari hasil sampling intensitas pada points cloud, didapatkan bahwa intensitas pantulan pada permukaan air tidak melebihi 0.05, sehingga apabila dilakukan intensity cut pada area berair, noise yang ditimbulkan karena pantulan dari permukaan air dapat dihilangkan. Dapat dilihat juga pada gambar 4.9 bahwa intensitas pantulan pada daerah berair tergolong rendah. Penulis menganggap data pada area berair lebih baik dihilangkan karena pulsa laser yang melewati air akan terbias dan mengalami perubahan kecepatan rambat sehingga apabila dipantulkan balik dan dibaca oleh scanner, akan memberikan data ukuran yang salah. Pemantulan hanya akan terjadi apabila permukaan tanah dibawah air cukup rendah, pada perairan yang cukup dalam, energi pulsa laser akan diserap oleh air sehingga energi pantulan akan menjadi lemah atau tidak dapat dipantulkan sama sekali oleh dasar perairan. 71

14 4.3.6 Analisis faktor warna objek Informasi dari parbikan menyatakan bahwa sinar laser yang digunakan pada Leica Scanstation C10 berwarna hijau dan akan diserap oleh objek yang berwarna merah. Pada pengukuran yang dilakukan di tugas akhir ini, hal tersebut dibuktikaan dari salah satu hasil pengukuran yang bisa dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.12 Contoh objek berwarna merah (sebagian dari BTS) yang tidak terscan Objek yang discan pada gambar tersebut adalah sebuah menara BTS yang dicat dengan warna merah dan putih, pada gambar terlihat bahwa sebagian dari menara tersebut tidak terscan karena bagian tersebut berwarna merah. Efek dari warna merah adalah menyerap sebagian besar energi dari warna hijau sehingga pantulannya lemah atau tidak ada sama sekali, karena itulah scanner tidak dapat mendeteksi pantulan pada bagian yang berwarna merah. 4.4 Analisis Hasil Nilai ketelitian dari point clouds bisa dilihat dari ketelitian target yang digunakan untuk registrasi karena penempatan suatu titik pada suatu point clouds bergantung pada target yang digunakan. Ketelitian yang diperlukan dari hasil berbeda-beda untuk seiap lokasi, pada lokasi studi tugas akhir ini yang memiliki longsoran dengan kecepatan lambat, diperlukan ketelitian dalam fraksi millimeter untuk mendeteksi pergerakan tanah yang terjadi. Dari hasil pengolahan data didapatkan : ketelitian pengukuran yang dihasilkan oleh TLS sebesar ±4mm ketelitian titik referensi sebesar ± 1mm. 72

15 Untuk mencari perubahan permukaan tanah dengan membandingkan satu model dengan model yang diambil pada waktu yang berbeda, nilai ketelitian harus diperhitungkan agar dapat dibedakan mana yang merupakan perubahan permukaan tanah dan mana yang merupakan kesalahan dari perhitungan dan pengolahan data. Tabel 4.4 Nilai error titik referensi Titik Error (mm) X Y Z REFA 0.5 mm 1 mm 0.4 mm GPS3 0.4 mm 0.8 mm 0.3 mm Ketelitian titik referensi sangat penting pada penyediaan data pemantauan longsoran dengan TLS. Karena bisa dikatakan bahwa pusat koordinat dari model yang dihasilkan adalah titik referensi yang digunakan. Hasil akhir dari pengolahan data pengukuran dalah model permukaan tanah yang bergeoreferensi dari area longsoran yang dipantau. Model 3D yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4.13 Hasil akhir pengukuran TLS berupa model permukaan 3D Untuk membandingkan hasil pengolahan dengan cara manual dan dengan fungsi find ground pada perangkat lunak Cyclone II Topo, maka kedua model hasil dibandingkan dengan menggunakan perangkat lunak Geomagic Qualify. Hasilnya dapat dilihat pada gambar

16 Gambar 4.14 Deviasi model filter manual dan otomatis Hasil dari proses filtering manual dijadikan nilai dasar / referensi pada proses perbandingan ini. Tingkat deviasi ditampilkan dalam bentuk gradasi warna, sedangkan untuk area berwarna abu-abu adalah area yang tidak tercakup oleh model hasil filtering otomatis. Dari hasil perbandingan, terlihat banyak bagian yang dihapuskan apabila digunakan fungsi filtering secara otomatis. Selain itu nilai deviasi sebesar 49 cm pada 98% area merupakan nilai yang cukup besar sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi filtering otomatis kurang baik apabila digunakan pada area yang tidak rata seperti pada area studi kasus. Untuk validasi terhadap hasil pengukuran, ditempatkan satu titik GPS dengan nama REFB di ujung selatan area longsoran, titik referensi sendiri berada pada ujung utara dari area longsoran. Nilai koordinat dari titik kontrol tersebut dari hasil pengukuran GPS dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.5 Nilai Koordinat REFB hasil pengukuran GPS REFB Geosentrik X(m) Y(m) Z(m) GPS UTM48S Easting(m) Northing(m) Elevation(m)

17 Sedangkan nilai koordinat titik kontrol tersebut dari hasil pengukuran TLS adalah: Gambar 4.14 Nilai koordinat REFB hasil pengukurantls Tabel4.6 Nilai Koordinat REFB hasil pengukuran TLS REFB UTM48S Easting(m) Northing(m) Elevation(m) TLS Setelah dibandingkan, nilai koordinat hasil pengukuran GPS dan TLS hanya memiliki selisih dalam fraksi milimeter, maka nilai koordinat tersebut dapat digunakan sebagai alat validasi dari ketelitian pengukuran sebesar 4mm yang dilaporkan oleh perngkat lunak pengolahan dan juga sebagai validasi dari relevansi model yang dibuat. Koordinat titik A GPS Koordinat titik A TLS Samakan Sistem Koordinat Bandingkan Nilai Koordinat Cek perbedaan nilai koordinat dengan nilai error global points cloud Pengukuran kurang baik Lebih besar Lebih Kecil / sama Pengukuran cukup baik Gambar 4.11 Alur kerja validasi data dengan GPS Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa keuntungan dan kekurangan laser scanner dalam penyediaan data pemantauan longsoran adalah: 75

18 Kelebihan: 1. Pengukuran tanpa kontak langsung dengan kecepatan tinggi ( titik/detik) dan yang menghasilkan data dengan kerapatan tinggi (maksimal 1mm) dengan geometri yang mendekati keadaan aslinya. 2. Kemudahan untuk mengintegrasikan data dengan data sebelumnya apabila data sudah mengacu pada sistem koordinat tertentu sehingga dapat dibandingkan deviasi dari dua atau lebih hasil pengukuran untuk mencari perubahan pada posisi permukaan tanah. 3. Hasil berupa Digital Terrain Model. Setelah melalui proses filtering dapat dijadikan Digital Surface Model. Akurasi model dapat ditentukan saat pembuatan model dimana model dengan deviasi yang lebih rendah daripada data aslinya akan membutuhkan waktu proses yang lebih lama dan perangkat keras komputer yang lebih baik. 4. Konsistensi data dan cakupan yang lengkap dari daerah yang dipetakan sehingga memperluas cakupan penggunaan data pengukuran karena objekobjek lain di daerah pengukuran juga ikut terekam dalam data pengukuran. Kekurangan: 1. TLS sangat terpengaruh oleh kondisi cuaca dan kestabilan posisi scanner. Proses scan tidak dapat dilakukan pada kondisi hujan atau berkabut karena mengakibatkan ketelitian data menurun dan terdapat banyak noise pada points cloud. Perubahan suhu juga berpengaruh terhadap ketelitian data dimana semakin jauh suhu pengukuran dari suhu ideal 15 o C, maka ketelitian semakin menurun. Getaran dari lingkungan sekitar yang melebihi toleransi akan menggagalkan proses scan, walaupun scan berhasil, ketelitian yang dihasilkan akan berkurang. 2. Untuk daerah bervegetasi, perlu dilakukan proses filtering untuk mencari permukaan tanah yang merupakan objek utama dalam penyediaan data pemantauan longsoran. Sedangkan untuk daerah yang tertutup bangunan atau konstruksi lainnya, harus diinterpolasi dari data permukaan tanah di sekitarnya. 76

19 3. Untuk mendapatkan data dari keseluruhan objek yang diinginkan, perlu dilakukan banyak scan dari posisi yang berbeda terutama apabila sudut pandang scanner terhadap objek terhalang oleh obstruksi. 4. Akurasi keseluruhan data bergantung pada akurasi dari titik sekutu berupa target yang digunakan dalam proses registrasi. Semakin baik akurasi target yang digunakan untuk registrasi maka semakin baik pula akurasi points cloud 5. Karena laser yang digunakan berwarna hijau, maka objek berwarna merah akan sulit dipetakan karena warna merah menyerap warna hijau sehingga pulsa sinar laser yang dipantulkan memiliki energi yang lemah dan sulit dideteksi oleh scanner 77

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data

BAB 3. Akuisisi dan Pengolahan Data BAB 3 Akuisisi dan Pengolahan Data 3.1 Peralatan yang digunakan Pada pengukuran TLS, selain laser scanner itu sendiri, receiver GPS tipe geodetik juga digunakan untuk penentuan posisi titik referensi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki daerah pegunungan yang cukup luas. Tingginya tingkat curah hujan pada sebagian besar area pegunungan di Indonesia dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI REFERENSI

BAB 2 STUDI REFERENSI BAB 2 STUDI REFERENSI Bab ini berisi rangkuman hasil studi referensi yang telah dilakukan. Referensi- referensi tersebut berisi konsep dasar pengukuran 3dimensi menggunakan terrestrial laser scanner, dan

Lebih terperinci

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA BAB 3 AKUSISI DAN PENGOLAHAN DATA Bab pembahasan ini berisi tentang proses pengambilan dan pengolahan data. Proses pengambilan dengan TLS dibagi menjadi dua bagian yaitu proses persiapan dan proses pengukuran.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI

BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI 4.1 Analisis Perencanaan BAB 4 ANALISIS DAN DISKUSI Dari segi perencanaan,metode registrasi cloud to cloud adalah metode yang paling praktis. Metode registrasi cloud to cloud ini hanya memperhatikan pertampalan

Lebih terperinci

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON

BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON BAB 3 LIDAR DAN PENDETEKSIAN POHON 3.1 Data dan Area Studi Dalam Tugas Akhir ini data yang digunakan didapat dari PT McElhanney Indonesia. Area tersebut merupakan area perkebunan kelapa sawit yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Perkembangan teknologi dalam survey pemetaan pada masa kini berkembang sangat cepat. Dimulai dengan alat - alat yang bersifat manual dan konvensional, sekarang banyak

Lebih terperinci

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR

BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 51 BAB V TINJAUAN MENGENAI DATA AIRBORNE LIDAR 5.1 Data Airborne LIDAR Data yang dihasilkan dari suatu survey airborne LIDAR dapat dibagi menjadi tiga karena terdapat tiga instrumen yang bekerja secara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Analisis Hasil Proses Pengolahan Data LiDAR Setelah seluruh point clouds terklasifikasi ke dalam kelas yang sesuai. Maka dapat dilihat pada gambar di bawah ini, point clouds

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium Dalam percobaan metode videogrametri di laboratorium ini dilakukan empat macam percobaan yang berbeda, yaitu penentuan posisi

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik

BAB VII ANALISIS. Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik 83 BAB VII ANALISIS 7.1 Analisis Komponen Airborne LIDAR Airborne LIDAR adalah survey untuk mendapatkan posisi tiga dimensi dari suatu titik dengan memanfaatkan sinar laser yang ditembakkan dari wahana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang SUTET (Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi) yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan listrik dari pusat tegangan yang memiliki jarak yang jauh. Menara SUTET terbuat

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER

BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 41 BAB IV TINJAUAN MENGENAI SENSOR LASER 4.1 Laser Laser atau sinar laser adalah singkatan dari Light Amplification by Stimulated Emission of Radiation, yang berarti suatu berkas sinar yang diperkuat dengan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik pemodelan balik sering dikenal juga reverse engineering adalah teknik pemodelan ulang dari benda yang sudah ada. Teknik ini berlaku dalam bidang geodesi. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat serta analisis dari hasil pengujian. Tujuan dilakukan pengujian adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI

BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh

Lebih terperinci

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR

BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR 63 BAB VI TINJAUAN MENGENAI APLIKASI AIRBORNE LIDAR Survey airborne LIDAR terdiri dari beberapa komponen alat, yaitu GPS, INS, dan laser scanner, yang digunakan dalam wahana terbang, seperti pesawat terbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi penginderaan jauh kini semakin berkembang sangat pesat dari waktu ke waktu, hal ini ditunjukan oleh aplikasi penggunaan teknologi penginderaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemantauan dan pemeliharaan infrastruktur khususnya bangunan dapat dilakukan dengan bentuk model tiga dimensi (3D) yang diukur dengan Terrestrial Laser Scanner (TLS).

Lebih terperinci

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK

M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK M-5 PENENTUAN PANJANG GELOMBANG CAHAYA TAMPAK I. TUJUAN Tujuan percobaan ini adalah untuk menentukan besar panjang gelombang dari cahaya tampak dengan menggunakan konsep difraksi dan interferensi. II.

Lebih terperinci

Jenis dan Sifat Gelombang

Jenis dan Sifat Gelombang Jenis dan Sifat Gelombang Gelombang Transversal, Gelombang Longitudinal, Gelombang Permukaan Gelombang Transversal Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah pergerakan partikel pada medium (arah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.

BAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PENGGUNAAN TEKNOLOGI LASER SCANNER DALAM PENYEDIAAN DATA PEMANTAUAN LONGSORAN TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Oleh Ilman Hizbullah Hasibuan NIM: 15106060 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera

BAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera BAB 4 ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis dari hasil pengolahan data dan juga proses yang dilakukan pada penelitian kali ini. Analisis akan mencakup kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan,

Lebih terperinci

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR

BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR BAB 2 TEKNOLOGI LIDAR 2.1 Light Detection and Ranging (LiDAR) LiDAR merupakan sistem penginderaan jauh aktif menggunakan sinar laser yang dapat menghasilkan informasi mengenai karakteristik topografi permukaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA

BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA BAB III TEKNOLOGI LIDAR DALAM PEKERJAAN EKSPLORASI TAMBANG BATUBARA 3.1 Kebutuhan Peta dan Informasi Tinggi yang Teliti dalam Pekerjaan Eksplorasi Tambang Batubara Seperti yang telah dijelaskan dalam BAB

Lebih terperinci

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90

HASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah

Lebih terperinci

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002)

BAB III METODA. Gambar 3.1 Intensitas total yang diterima sensor radar (dimodifikasi dari GlobeSAR, 2002) BAB III METODA 3.1 Penginderaan Jauh Pertanian Pada penginderaan jauh pertanian, total intensitas yang diterima sensor radar (radar backscattering) merupakan energi elektromagnetik yang terpantul dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemantulan adalah perubahan arah rambat sinar ke arah sisi (medium) asal, setelah menumbuk antarmuka dua medium (Kerker, 1977). Prinsip pemantulan dalam serat

Lebih terperinci

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]

Gambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007] BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR

BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR Pengolahan data side scan sonar terdiri dari dua tahap, yaitu tahap real-time processing dan kemudian dilanjutkan dengan tahap post-processing. Tujuan realtime

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam pekejaan monitoring konstruksi, displin ilmu geodesi sangat membantu dalam hal pengukuran dan penyajiaan data. Penyajian data dilakukan dalam bentuk model tiga

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat Ukur 3D Manual dan 3D Scanner Articulated Measurement Arms.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Alat Ukur 3D Manual dan 3D Scanner Articulated Measurement Arms. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini terdiri dari hasil pengukuran serta membandingkan antara Alat Ukur 3D Manual dan 3D Scanner Articulated Measurement Arms. 4.1. Membandingkan hasil pengukuran dengan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peta menggambarkan data spasial (keruangan) yang merupakan data yang berkenaan dengan lokasi atau atribut dari suatu objek atau fenomena di permukaan

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)

BAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r) BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah

Lebih terperinci

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA

A. SIFAT-SIFAT CAHAYA A. SIFAT-SIFAT CAHAYA Sebuah benda dapat dilihat karena adanya cahaya, yang memancar atau dipantulkan dari benda tersebut, yang sampai ke mata. Cahaya menurut sumber berasalnya ada 2 macam, yaitu: 1. cahaya

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Penerapan Algoritma Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1]

BAB II DASAR TEORI Kajian Pustaka a. Penerapan Algoritma Flood Fill untuk Menyelesaikan Maze pada Line Follower Robot [1] BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa teori yang digunakan sebagai acuan dan pendukung dalam merealisasikan perancangan sistem pada skripsi ini. 2.1. Kajian Pustaka a. Penerapan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT 55 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA ALAT Untuk tahap selanjutnya setelah melakukan perancangan dan pembuatan alat maka langkah berikut nya adalah pengujian dan menganalisa alat yang telah dibuat, agar tujuan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH

BAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian 18 Gambar 17 Pegujian sistem navigasi: (a) lintasan lurus tanpa simpangan, (b)lintasan lurus dengan penggunaan simpangan awal, (c) lintasan persegi panjang, (d) pengolahan tanah menggunakan rotary harrower

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data-data Umum Jembatan Beton Prategang-I Bentang 21,95 Meter Gambar 4.1 Spesifikasi jembatan beton prategang-i bentang 21,95 m a. Spesifikasi umum Tebal lantai jembatan

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN

BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi GUI GUI diimplementasikan sesuai dengan program pengolah citra dan klasifikasi pada tahap sebelumya. GUI bertujuan untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Penentuan Masalah Penelitian Masalah masalah yang dihadapi oleh penggunaan identifikasi sidik jari berbasis komputer, yaitu sebagai berikut : 1. Salah satu masalah dalam

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA Kevin Gardo Bangkit Ekaristi 115.130.094 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kompilasi dan Kontrol Kualitas Data Radar Cuaca C-Band Doppler (CDR) Teknologi mutakhir pada radar cuaca sangat berguna dalam bidang Meteorologi untuk menduga intensitas curah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.

Lebih terperinci

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas

Pemanasan Bumi. Suhu dan Perpindahan Panas Pemanasan Bumi Meteorologi Suhu dan Perpindahan Panas Suhu merupakan besaran rata- rata energi kine4k yang dimiliki seluruh molekul dan atom- atom di udara. Udara yang dipanaskan akan memiliki energi kine4k

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI

PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan

Lebih terperinci

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...

3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data... DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...

Lebih terperinci

BAB IV. Ringkasan Modul:

BAB IV. Ringkasan Modul: BAB IV REKTIFIKASI Ringkasan Modul: Pengertian Rektifikasi Menampilkan Data Raster Proses Rektifikasi Menyiapkan Semua Layer Data Spasial Menyiapkan Layer Image Menambahkan Titik Kontrol Rektifikasi Menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang VICO atau Virginia Indonesia Company, merupakan salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menunjang tugas akhir ini. Antara lain yaitu pengertian citra, pengertian dari impulse noise, dan pengertian dari reduksi noise.

Lebih terperinci

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr

Gelombang FIS 3 A. PENDAHULUAN C. GELOMBANG BERJALAN B. ISTILAH GELOMBANG. θ = 2π ( t T + x λ ) Δφ = x GELOMBANG. materi78.co.nr Gelombang A. PENDAHULUAN Gelombang adalah getaran yang merambat. Gelombang merambat getaran tanpa memindahkan partikel. Partikel hanya bergerak di sekitar titik kesetimbangan. Gelombang berdasarkan medium

Lebih terperinci

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Gelombang Transversal Dan Longitudinal Gelombang Transversal Dan Longitudinal Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju

Lebih terperinci

ISTILAH DI NEGARA LAIN

ISTILAH DI NEGARA LAIN Geografi PENGERTIAN Ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013 PENGAMATAN LENDUTAN VERTIKAL JEMBATAN KALI BABON DENGAN METODE TERRESTRIAL LASER SCANNER Rizal Adhi Pratama 1), Ir. Sutomo Kahar, M.Si 2), Andri Suprayogi, ST. MT 3) 1) Mahasiswa Teknik Geodesi Universitas

Lebih terperinci

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length

2. Dasar Teori 2.1 Pengertian Bunyi 2.2 Sumber bunyi garis yang tidak terbatas ( line source of infinite length dilakukan penggandaan jarak antara pendengar dengan sumber bunyi [4]. Dalam kehidupan sehari-hari sumber bunyi garis menjadi tidak menguntungkan karena hanya mengalami penurunan sebesar 3 db saat penggandaan

Lebih terperinci

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :

KOREKSI GEOMETRIK. Tujuan : Tujuan : KOREKSI GEOMETRIK 1. rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar kordinat citra sesuai dengan kordinat geografi 2. registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau

Lebih terperinci

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY

BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY BAB II SISTEM KENDALI GERAK SEGWAY Sistem merupakan suatu rangkaian beberapa organ yang menjadi satu kesatuan. Maka sistem kendali gerak adalah suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen pengendali

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH B. PENGINDERAAN JAUH FOTOGRAFIK GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 08 Sesi NGAN PENGINDERAAN JAUH : 1 A. PENGERTIAN PENGINDERAAN JAUH Penginderaan jauh (inderaja) adalah cara memperoleh data atau informasi tentang objek atau

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian tugas akhir ini. Proses ini sangat berpengaruh terhadap hasil akhir penellitan. Pada tahap ini dilakukan

Lebih terperinci

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM)

Disusun oleh : MIRA RESTUTI PENDIDIKAN FISIKA (RM) Disusun oleh : MIRA RESTUTI 1106306 PENDIDIKAN FISIKA (RM) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2013 Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR Diberikan Tanggal :. Dikumpulkan Tanggal : Nama : Kelas/No : / Elektromagnet - - GELOMBANG ELEKTROMAGNET - G ELO MB ANG ELEK TRO M AG NETIK Interferensi Pada

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS)

ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) GEOID Vol. 13, No. 1, 2017 (49-54) ANALISA PERBANDINGAN KOORDINAT HASIL PENGUKURAN TERRESTRIAL LASER SCANNER (TLS) DAN ELECTRONIC TOTAL STATION (ETS) Agung Budi Cahyono, Alif Fariq an Setiawan Departemen

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENELITIAN

BAB IV ANALISIS PENELITIAN BAB IV ANALISIS PENELITIAN Pada bab IV ini akan dibahas mengenai analisis pelaksanaan penelitian sarta hasil yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada bab III. Analisis dilakukan terhadap

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) adalah pembangkit listrik dengan menggunakan uap sebagai penggerak utama dan menggunakan bahan bakar residu (Sunarni dkk, 2012).

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti

BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti yang telah dijelaskan pada bab 3. Berikut ini adalah kerangka dari percobaan yang dilakukan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Koreksi Suhu Koreksi suhu udara antara data MOTIWALI dengan suhu udara sebenarnya (suhu manual) dianalisis menggunakan analisis regresi linear. Dari analisis tersebut dihasilkan

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber:

Gejala Gelombang. gejala gelombang. Sumber: Gejala Gelombang B a b B a b 1 gejala gelombang Sumber: www.alam-leoniko.or.id Jika kalian pergi ke pantai maka akan melihat ombak air laut. Ombak itu berupa puncak dan lembah dari getaran air laut yang

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian simulasi pemindaian dan reonstuksi, juga rekonstruksi tomogram dari citra sinar-x. Sistem rekonstruksi citra yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai tempat terutama daerah tropis khususnya di daerah pegunungan yang nantinya akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu.

1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 1. Jarak dua rapatan yang berdekatan pada gelombang longitudinal sebesar 40m. Jika periodenya 2 sekon, tentukan cepat rambat gelombang itu. 2. Sebuah gelombang transversal frekuensinya 400 Hz. Berapa jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Listrik merupakan sumber energi yang paling vital di dunia ini. Perusahaan Listrik Negara (PLN) terus berupaya memberikan pelayanan terbaik dalam memasok energi listrik

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya

I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya I. Pendahuluan Tanah longsor merupakan sebuah bencana alam, yaitu bergeraknya sebuah massa tanah dan/atau batuan menuruni lereng akibat adanya gaya gravitasi. Tanah longsor sangat rawan terjadi di kawasan

Lebih terperinci

BAB 2. Dasar Teori. 2.1 Landslides

BAB 2. Dasar Teori. 2.1 Landslides BAB 2 Dasar Teori 2.1 Landslides Landslides / longsor merupakan contoh dari proses geologi yang disebut mass wasting. Mass wasting yang sering juga disebut mass movement, merupakan perpindahan massa batuan,

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Parameter Mutu Mentimun Jepang Mentimun jepang yang akan dipasarkan harus memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh konsumen. Parameter mutu untuk mentimun jepang meliputi

Lebih terperinci