BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan. makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan. makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu komunitas yang kemudian disebut masyarakat. Masyarakat (community) adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggotanya, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi dirinya sendiri. 1 Masyarakat yang satu saling berhubungan dengan masyarakat yang lain dari satu daerah ke daerah lain sampai ke negara lain. Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, sehingga dapat dipastikan manusia tidak dapat hidup seorang diri tanpa kehadiran manusia lain. Keharusan untuk melangsungkan hidup bersama merupakan permasalahan mandasar bagi manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan dan kepentingan tersebut harus dapat terlindungi dan terpenuhi, oleh karena itu manusia hidup secara berkelompok di dalam masyarakat. 2 Sudikno, dalam bukunya juga menyampaikan bahwa 1 Burhan Bungin, 2005,PORNOMEDIA,Prenada Media,Jakarta, hlm.26 2 Sudikno Metrokusumo, 2001, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm.3

2 2 masyarakat merupakan salah satu kehidupan bersama yang anggotaanggotanya mengadakan suatu pola tingkah laku yang maknanya dimengerti oleh sesama anggota. 3 Manusia sebagai makhuk sosial tidak bisa berdiri sendiri dalam menjalankan kehidupannya. Manusia hidup secara berkelompok, dimana masing-masing individu melakukan aktivitas untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Terdapat makhluk hidup lain di sekitar kehidupan setiap individu, dapat berupa masyarakat, lingkungan alam, tumbuhan maupun hewan. Sebagian besar makhluk hidup melakukan aktivitasnya seperti makan, bergerak, dan berkembang biak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Semua makhluk hidup yang tinggal dalam suatu tempat saling berinteraksi dan tentunya saling mempengaruhi. Manusia menanam tumbuhan untuk dimanfaatkan buah, daun, maupun batangnya. Begitu juga sebaliknya, dimana tumbuhan membutuhkan manusia dalam hal perawatannya. Manusia juga memelihara hewan ternak untuk dimanfaatkan daging atau telurnya, sebaliknya hewan ternak juga bergantung pada manusia dalam hal penyediaan makanan. Manusia juga memelihara hewan untuk kesenangan dan hobi, mulai dari hewan bertubuh besar, hingga kecil, pemilihan jenis hewan yang dipelihara pun bermacam-macam, mulai dari unggas, reptil, hingga mamalia, mulai dari yang liar sekalipun hingga yang jinak. Manusia dan hewan peliharaan harus tetap hidup saling berdampingan, 3 Ibid. hlm 1.

3 3 karena saling menguntungkan satu sama lainnya, sehingga terbentukah hubungan timbal balik antara makhluk hidup. Dalam penulisan hukum ini akan lebih di fokuskan pada pembahaasn mengenai hewan peliharaan, namun sebelum banyak membahas mengenai hewan peliharaan, ada baiknya apabila penulis memaparkan sedikit perbedaan antara hewan peliharaan dengan hewan ternak. Hewan ternak berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan hewan yang dengan sengaja dipelihara sebagai sumber pangan, sumber bahan baku industri, atau sebagai pembantu pekerjaan manusia. Pada umumnya hewan ternak dikembangkan dalam suatu peternakan. Pasal 1 (1) Undang-undang No. 41 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 18 Tahun Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (UU Peternakan dan Kesehatan Hewan), menyatakan bahwa: Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya fisik, benih, bibit, bakalan, ternak ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen, Pasca panen, pengolahan, pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana. Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Peternakan tidak hanya terbatas pada pemeliharaan saja, memelihara dan peternakan perbedaanya terletak pada tujuan yang ditetapkan. Muhammad Rasyaf, dalam bukunya mengatakan bahwa tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip

4 4 manajemen pada faktor-faktor produksi yang telah di kombinasikan secara optimal. 4 Pasal 1 (4) UU Peternakan dan Kesehatan Hewan menyatakan bahwa: hewan peliharaan adalah hewan yang kehidupannya untuk sebagian atau keseluruhan bergantung pada manusia untuk maksud tertentu. Berdasarkan ketentuan tersebut, hewan peliharaan adalah hewan yang kesehariannya dipelihara sebagai teman manusia. Hewan yang pada umumnya populer untuk dijadikan hewan peliharaan adalah hewan yang memiliki karakter setia pada majikannya atau hewan yang menarik, misalnya karena bulunya, atau dapat mengeluarkan suara yang indah. Setiap manusia dapat saja memelihara hewan apa pun, namun pada prakteknya, hanya spesies hewan tertentu saja yang dijadikan hewan peliharaan, misalnya hewan kecil. Hewan peliharaan ini biasanya sering dianggap sahabat oleh pemiliknya, seekor anjing misalnya. Memelihara anjing, khususnya anjing ras kini sudah sangat sering dijumpai di kalangan masyarakat. Pada mulanya, anjing dipelihara sekedar sebagai penyaluran hobi, kini pemeliharaan anjing cenderung mengarah sebagai suatu kegiatan yang dapat menghasilkan uang, misalnya sebagai pemacak atau yang sering dikenal dengan sebutan breeder, membuka pet shop, membuka salon hewan (grooming). Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang sangat digemari manusia, loyalitas dan berbagai macam karakter anjing ini membuat 4 Muhammad Rasyaf, 1994, Manajemen Peternakan Ayam Kampung, Kanisius,Yogyakarta, hlm 13

5 5 manusia memilih anjing sebagai hewan peliharaaan. Saat ini sebagian besar populasi anjing dijadikan sebagai hewan peliharaan, dengan berbagai fungsi tentunya. Secara psikis wajar bila banyak orang menjadikan hewan sebagai objek afeksi, karena mengasihi adalah salah satu kebutuhan setiap orang yang dapat diberikan kepada siapa saja, baik kepada manusia maupun kepada hewan kesayangan. Anjing adalah binatang yang setia. Anjing mempunyai ikatan perasaan yang kuat dengan pemiliknya, anjing juga dapat merasakan kasih sayang dan dapat membalaskan kasih sayang kepada tuannya tanpa pamrih, pemilik anjing yang berada dalam kondisi terpuruk sekalipun tetap dapat dirasakan oleh anjing peliharaannya. 5 Adapun alasan yang paling umum manusia ingin memiliki hewan peliharaan anjing, adalah karena dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 6 a. Persahabatan Bagi para pemilik anjing, hal yang paling utama dari memiliki seekor anjing adalah persahabatan yang dapat terjalin. Persahabatan mungkin sebagai teman bekerja untuk tugas tertentu. Anjing merupakan mitra dan teman kerja yang dapat dipercaya, karena sikapnya yang bersahabat dan loyal terhadap tuannya. b. Kenyamanan 5 Ruby Guo & Angelika Kwee, 2014, The Secret of Animal Minds, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 6 diunduh pada 11 November 2014, pukul 13.25

6 6 Aspek halus dari persahabatan dengan binatang peliharaan adalah kedekatan fisik binatang peliharaan dengan pemiliknya. Rasa nyaman berasal dari kontak fisik secaralangsung seperti mengelus dan bahkan memeluk hewan peliharaan tersebut. c. Relaksasi Hewan peliharaan pada umumnya akan membantu pemiliknya untuk dapat bersikap lebih santai. Denyut jantung dan tekanan darah seseorang yang sedang tegang akan turun ketika melihat binatang peliharaannya. d. Keamanan fisik dan perlindungan Meningkatnya tingkat kriminal mengakibatkan banyak manusia yang memelihara anjing sebagai penjaga untuk melindungi diri dan harta benda dari tindak kejahatan. Jenis anjing yang pada umumnya dipilih untuk kepentingan penjagaan adalah anjing dengan tubuh yang besar, dan pada umumnya sedikit lebih agresif, seperti Doberman, German Sheperd, atau Rottweiler. e. Keamanan emosional Disamping perlindungan fisik, seekor anjing juga dapat memberikan kenyamanan psikologis kepada manusia. Anjing dapat memberikan rasa keamanan emosional untuk menghadapi dan mengatasi rasa takut yang dirasakan manusia, seperti saat kegelapan atau saat berada sendirian di rumah.

7 7 Jenis hewan yang paling banyak dijadikan hewan peliharaan pada saat ini adalah anjing, terutama anjing ras bagi kalangan tertentu yang lebih memilih memiliki anjing dengan ras yang terjamin keasliannya dan dapat dibuktikan dengan sertifikat keturunan. Pada mulanya, anjing tidak serta merta dijadikan hewan peliharaan oleh manusia, namun ada proses domestifikasi yang dilakukan terlebih dahulu. Domestifikasi merupakan proses pengadopsian hewan dari kehidupan liar ke dalam lingkungan sehari-hari manusia. Dalam arti yang lebih sederhana, domestifikasi merupakan proses penjinakan yang dilakukan terhadap hewan liar secara berkelompok. Domestifikasi dilakukan dalam hal perbaikan keturunan (pemuliaan) maupun dalam hal perbaikan sifat atau karakter dari hewan yang didomestifikasi, sehingga mampu menghasilkan puluhan ras anjing yang bervariasi. Perbedaan jenis anjing ini dapat dibedakan mulai dari yang memiliki tubuh beberapa puluh centi meter, hingga anjing yang memiliki tubuh yang tingginya beberapa meter. Warna bulu yang beragam, mulai dari putih hitam, merah, abu-abu dan coklat. Anjing juga memiliki berbagai jenis bulu anjing, misalnya anjing yang bulunya pendek hingga berbulu panjang, dan jenis bulu yang berbeda pula, mulai dari yang keriting, lurus, kasar, hingga lembut seperti wol. Perbedaan jenis anjing dan variasinya tersebut ternyata semakin menarik perhatian kalangan pecinta hewan peliharaan, sehingga mulai dikomersialisasikan keberadaannya.

8 8 Dewasa ini, marak sekali terjadi praktek jual-beli anjing yang terjadi di berbagai pelosok dunia, meskipun ada beberapa negara yang sebenarnya melarang perdagangan hewan tersebut. Di Indonesia, atau di Provinsi D. I. Yogyakarta khususnya, praktek jual-beli anjing ras ini telah ada sejak lama, dan terdapat kennel untuk berbagai macam ras anjing, satu jenis anjing pada umumnya memiliki satu kennel tersendiri, jadi pengembangbiakannya dapat dilakukan secara murni. Semakin meningkatnya jumlah kennel yang di Yogyakarta menunjukkan bahwa semakin banyak pula orang yang berminat untuk memelihara bahkan membiakkannya. Pengembangbiakan dilakukan dengan perantaraan pemilik kennel, sementara para pihaknya adalah pemilik anjing jantan maupun pemilik anjing betina yang akan melakukan pemacakan anjing. Pemilik kennel juga dimungkinkan bertindak sebagai para pihak langsung, baik pihak pemilik anjing jantan maupun pemilik anjing betina. Untuk menghasilkan anjing ras yang baik, bermutu serta memiliki nilai yang tinggi, maka tidak terlepas dari masalah pemacakan anjing ras tersebut. Pemacakan anjing ras ini sudah menyangkut kepentingan bisnis, maka dalam pelaksanaanya dibutuhkan adanya suatu perikatan antar pihak berbentuk perjanjian, yang berfungsi sebagai acuan agar hak para pihak terjamin selama pelaksanaan pemacakan. Penjaminan hak dan kewajiban para pihak dalam pelaksanaan pemacakan anjing ini dilakukan karena anjing pada masa sekarang ini sudah menjadi suatu lahan pencarian

9 9 keuntungan selain memang sebagai sarana penyaluran hobi bagi sebagian kalangan pecinta hewan peliharaan. Pada pemacakan anjing ras, terdapat syarat pemacakan yang diatur dalam Peraturan Pembiakan, Pencatatan dan Pengeluaran Surat Silsilah Anjing Trah Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin), diantaranya dalam pembiakan, pemacakan harus dilaksanakan antara dua anjing sejenis, seekor betina tidak diperkenankan dipacak oleh lebih dari seekor anjing jantan dalam satu masa birahi, adanya larangan perkawinan saudara sekandung (seinduk dan sebapak). Pemacakan terdekat, kecuali untuk jenis yang langka, dan harus tetap mendapatkan persetujuan dari Ketua Perkin Wilayah, dengan didahului pemeriksaan terhadap induknya, karena pada dasarnya kedua anjing tersebut harus memiliki surat-surat silsilah yang diakui dan disahkan oleh pengurus Perkin dan diijinkan untuk dilakukannya pemacakan atas dasar ciri-ciri ras yang berlaku. Ada sebagian masyarakat yang menyebutnya dengan anjing ras dan ada juga yang menyebutnya dengan perkataan anjing trah. Kedua perkataan tersebut memiliki arti yang sama, meskipun penyebutannya berbeda. Dalam penulisan hukum ini, penulis menggunakan istilah anjing ras, karena istilah tersebut sudah umum penggunaannya di tengah masyarakat. Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), menganut sistem terbuka, dalam arti setiap orang bebas untuk membuat suatu perjanjian selama tidak bertentangan dengan undang-undang,

10 10 ketertiban umum dan kesusilaan. Buku III KUHPerdata, sepanjang ini hanya mengatur mengenai perjanjian-perjanjian bernama, yaitu perjanjian yang sering ditemui dalam masyarakat, misalnya jual beli, sewa menyewa, tukar menukar dan pinjam pakai. Perjanjian yang dilakukan antara pemilik anjing jantan dan anjing betina belum diatur dengan perjanjian tertulis dan belum dikategorikan ke dalam salah satu jenis perjanjian, sehingga perjanjian tersebut mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dengan perjanjian bernama yang diatur dalam KUHPerdata. Kennel sebagai perantara para pihak atau bahkan sebagi salah satu pihak, tidak memiliki aturan tertentu yang berfungsi sebagai acuan dasar dalam menyelesaikan sengketa selama pelaksanaan perjanjian pemacakan anjing. Pelaksanaan perjanjian berisi ketentuan yang disepakati antara para pihak, misalnya apabila kelak anjing tersebut memiliki beberapa ekor anak, maka akan dibagi secara merata. Ternyata anjing tersebut hanya memiliki 1 (satu) ekor anak saja, maka langkah penyelesaian sengketa seperti apa yang akan dilakukan, karena memang belum ada aturan yang pasti dalam pelaksanaannya. Contoh lain misalnya, sistem perkawinan dilakukan tidak dengan sistem bagi hasil, namun pemacakan dilakukan dengan cara membayar kepada pemilik pejantan untuk mendapatkan benih dengan cara pemacakan, maka kemudian semua hasil anak anjing yang didapatkan menjadi hak penuh pemilik anjing betina. Anjing betina yang tidak hamil akan menimbulkan permasalahan antara para

11 11 pihak,penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh para pihak pada umumnya dengan cara kekeluargaan dengan asas kesepakatan. Melihat keadaan tersebut, sehingga dianggap penting untuk dibuatnya perjanjian antar pihak sebagai acuan dalam pelaksanaan pemacakan. Melihat kondisi yang ada, maka penulis merasa penting untuk meneliti mengenai pelaksanaan perjanjian bagi hasil dan penyelesaiannya apabila ada terdapat sengketa, karena pada umumnya sering terjadi sengketa antara para pihak dalam perjanjian bagi hasil tersebut. Berlandaskan latar belakang di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan penulisan dengan judul PELAKSANAAN PERJANJIAN PEMACAKAN ANJING RAS DI JOGJA TOWN KENNEL. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan diatas, maka dapat ditentukan perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem bagi hasil dalam Perjanjian Pemacakan Anjing ras dalam praktik di Jogja Town Kennel? 2. Bagaimana penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing ras di Jogja Town Kennel? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis di dalam Penulisan Hukum ini meliputi 2 (dua) hal, yaitu:

12 12 1. Tujuan Objektif a. Mengetahui dan menganalisis sistem bagi hasil dalam perjanjian pemacakan anjing ras yang dilaksanakan antara para pihak, baik pemilik anjing jantan, pemilik anjing betina, maupun pemilik kennel. b. Mengetahui dan menganalisis mekanisme penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing ras, khususnya di Jogja Town Kennel. 2. Tujuan Subjektif a. Untuk memperoleh informasi dan data yang akurat terkait dengan objek penelitian yang sedang diteliti. b. Menjadi bahan di dalam Penulisan Hukum, yang merupakan salah satu mata kuliah wajib di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. D. Keaslian Penelitian Untuk mengetahui keaslian dari penelitian dalam Penulisan Hukum ini, Penulis telah melakukan penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Hukum Universitas Gadjah Mada. Penulisan Hukum dengan judul, Pelaksanaan Perjanjian Pemacakan Anjing Ras Di Jogja Town Kennel, belum pernah dilakukan. Penelitian yang sudah pernah dilakukan pada topik perjanjian dengan objek hewan adalah sebagai berikut:

13 13 1. Penelitian berjudul Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Hewan di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi Yogyakarta 7 yang bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian, bentuk-bentuk wanprestasi dan cara penyelesaiannya pada perjanjian penitipan hewan. 2. Penelitian berjudul Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jasa Penitipan Hewan Peliharaan di Kabupaten Sleman 8 yang bertujuan untuk mengetahui mengenai perlindungan hukum bagi konsumen dan penyelesaian wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan. 3. Penelitian berjudul Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Pemilik Hewan) Dalam Perjanjian Terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi 9 Penelitian ini membahas tentang pelaksanaan perjanjian terapeutik antara klien dengan dokter hewan dan perlindungan hukumnya dalam perjanjian terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi. Ketiga penelitian tersebut di atas memiliki kemiripan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Kemiripan tersebut terletak pada 7 Audy Ferdiananda, 2014, Pelaksanaan Perjanjian Penitipan Hewan di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi Yogyakarta,Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm. 5 8 Tata Hendrata, 2014, Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Dalam Perjanjian Jasa Penitipan Hewan Peliharaan di Kabupaten Sleman, Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm.7 9 Khilmy Rosyidah, 2013, Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Klien (Pemilik Hewan) Dalam Perjanjian Terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, Penulisan Hukum bagian Hukum Perdata FH UGM, Yogyakarta, hlm. 9

14 14 objek perjanjiannya yakni hewan. Namun terdapat perbedaan antara ketiga penelitian tersebut diatas, yakni bahwa penulis memiliki subjek dan lokasi penelitian yang berbeda, yakni: 1. Konsumen dari penitipan hewan di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi, Yogyakarta; 2. Konsumen dalam perjanjian jasa penitipan hewan peliharaan di Kabupaten Sleman; dan 3. Klien (pemilik hewan) dalam perjanjian terapeutik di Rumah Sakit Hewan Prof. Soeparwi. Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan diatas, maka Penulis menganggap bahwa penelitian yang akan dilakukan oleh Penulis adalah asli dan layak untuk diteliti, bukan merupakan duplikasi dari hasil karya orang lain, serta dapat dipertanggungjawabkan keasliannya. Apabila terdapat penelitian mirip diluar pengetahuan Penulis, maka diharapkan penelitian ini dapat saling melengkapi satu sama lain. E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penulisan yang dilakukan oleh penulis, yakni: 1. Bagi Penulis a. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi penulis berupa wawasan ilmu pengetahuan, yakni terkait pelaksanaan

15 15 Perjanjian Pemacakan Anjing ras secara umum, dan secara khusus di Jogja Town Kennel. b. Hasil dari penelitian ini bagi penulis adalah sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan a. Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan ataupun pemikiran yang bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di dalam perkembangan hukum di Indonesia. b. Untuk menambah pengetahuan mengenai penyelesaian sengketa dalam pelaksanaan perjanjian pemacakan anjing ras. 3. Bagi Masyarakat a. Diharapkan hasil daripada penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi para penggemar hewan peliharaan anjing, agar dapat memahami hak dan kewajiban para pihak yang dijamin dalam perjanjian antara para pihak dalam Perjanjian Pemacakan Anjing, khususnya di Jogja Town Kennel. Sehingga dalam melaksanakan Perjanjian Pemacakan Anjing ras nantinya diharapkan mampu untuk menghindari kemungkinan sengketa antara para pihak.

16 16 b. Untuk memberikan informasi dan sumbangan ilmu pengetahuan bagi masyarakat, sehingga masyarakat mengetahui ketentuan-ketentuan dalam pelaksanaan pemacakan anjing ras.

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan-nya yang lain. Manusia juga dihadirkan ke dunia sebagai pemimpin yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari hewan yang berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara tidak sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan hewan untuk dikonsumsi, namun juga untuk beberapa hewan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sumber daya alam hayati yang beranekaragam dan memiliki kedudukan serta peranan penting bagi kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan Pasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat. PENDAHULUAN Latar Belakang Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat. Mereka memiliki beragam alasan dalam memelihara kucing, mulai dari hobi, teman bermain, sebagai lahan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berjanji atau membuat suatu perjanjian merupakan perbuatan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian dan perancangan, serta metodologi penulisan mengenai klinik perawatan anjing di Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan untuk peduli akan hukumnya sangat rendah. Dalam hal ini, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rechtfictie atau yang lazim disebut fiksi hukum, memiliki pengertian bahwa setiap orang dianggap tahu akan hukum, jadi ketika seseorang tidak tahu hukumnya tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamm adalah sejumlah besar orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Richard T. Schaefer dan Robert P. Lamm adalah sejumlah besar orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia lahir dan hidup menjalin hubungan dengan sesamanya dan membentuk kehidupan bersama yang kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah perjanjian bernama (benoemd/nominaat) dan perjanjian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian di Indonesia secara umum ada yang mempunyai suatu nama khusus, maupun yang tidak terkenal dengan suatu nama tertentu, atau sering disebut dengan istilah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hewan sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam bahaya yang dapat mengancam kepentingannya tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong setiap manusia untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingannya masing-masing. Manusia memerlukan bantuan orang lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan flora, fauna juga sering ditulis dengan imbuhan nama geografis di

BAB I PENDAHULUAN. dengan flora, fauna juga sering ditulis dengan imbuhan nama geografis di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia hidup di dunia ini berdampingan dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya seperti flora dan fauna. Manusia, flora, dan fauna saling berhubungan dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 Undang- Undang Nomor 18 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum merupakan hal yang tidak lepas dari kehidupan manusia. Hal ini senada dengan asas Ubi societas ibi ius yang menerangkan bahwa dimana ada manusia disitulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan protein hewani mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi bagi kesehatan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk nongkrong-nongkrong di cafe. Gaya hidup nongkrong di. kita sadari merupakan pengaruh dari globalisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, tingkat arus informasi telah berkembang dengan sedemikian rupa sehingga pengaruhnya dapat dengan cepat terlihat

Lebih terperinci

PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA

PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ARIEL ITVATIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Rasa ketertarikan itu muncul karena anjing memiliki karakter dan

BAB I PENDAHULUAN. kita. Rasa ketertarikan itu muncul karena anjing memiliki karakter dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasa ketertarikan manusia untuk memelihara anjing cukup besar, contohnya dengan munculnya berbagai komunitas pecinta anjing yang ada di sekitar kita. Rasa ketertarikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENERTIBAN TERNAK DALAM WILAYAH KABUPATEN SABU RAIJUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila No.6, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Peternak. Pemberdayaan. Hewan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5391) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis memiliki potensi dalam pengembangan sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi Indonesia yang terletak pada garis

Lebih terperinci

Griya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Griya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Dewasa ini minat masyarakat akan hewan peliharaan cukup tinggi, hewan diminati oleh masyarakat karena dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tidak sedikit manusia menjadikan hewan peliharaan sebagai teman dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehat dengan umur yang panjang adalah harapan bagi setiap orang. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. sehat dengan umur yang panjang adalah harapan bagi setiap orang. Tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan anugerah yang tak ternilai harganya. Hidup sehat dengan umur yang panjang adalah harapan bagi setiap orang. Tidak ada satu orang pun di dunia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, Dalam penelitiannya yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, Dalam penelitiannya yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, 2015. Dalam penelitiannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pusat Perawatan Hewan Peliharaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pusat Perawatan Hewan Peliharaan BAB 1 PENDAHULUAN Munculnya tren atau gaya hidup memelihara hewan peliharaan sudah bukan hal baru bagi kalangan masyarakat Jakarta. Bahkan tidak jarang, banyak orang yang sekedar ingin mengikuti tren yang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELUARAN BIBIT SAPI BALI SENTRA TERNAK SOBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa sapi

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN Disusun Oleh : Nama : Galih Manunggal Putra NIM : 11.12.5794 Kelas : 11-S1SI-06 Kelompok : H ABSTRAK Bisnis budidaya ikan konsumsi memang

Lebih terperinci

MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS HEWAN PELIHARAAN (HAMSTER) OLEH: Nama : Arbie Sholihien NIM: 10.02.7837 Jurusan/Kelas: Manajemen Informatika/C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ringroad Utara Condong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Artinya ia membutuhkan makhluk hidup lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial. Artinya ia membutuhkan makhluk hidup lain dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahluk hidup diciptakan dengan jenis, bentuk dan rupa yang berbeda-beda, namun semua mahluk hidup itu saling terkait satu sama lain dalam banyak hal di kehidupannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas,

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas, jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat pun semakin beragam. Beternak

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang memelihara hewan peliharaan terutama anjing dan kucing semakin banyak pada saat ini. Kebanyakan masyarakat merasa tertarik untuk memelihara

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

Perjanjian yang terjadi antara pedagang klitikan dengan Kantor. pemakaian los Pasar Klitikan Niten juga dipandang menarik untuk diteliti,

Perjanjian yang terjadi antara pedagang klitikan dengan Kantor. pemakaian los Pasar Klitikan Niten juga dipandang menarik untuk diteliti, 3 Perjanjian yang terjadi antara pedagang klitikan dengan Kantor Pengelolaan Pasar Kabupaten Bantul dipandang menarik untuk diteliti karena tidak ada keterangan apakah perjanjian tersebut dilaksanakan

Lebih terperinci

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian Menuju Bibit Ternak Berstandar SNI Jalan pintas program swasembada daging sapi dan kerbau (PSDSK) pada tahun 2014 dapat dicapai dengan melakukan pembatasan impor daging sapi dan sapi bakalan yang setara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengiriman barang di Yogyakarta dari waktu ke waktu jumlahnya semakin bertambah. Pertambahan perusahaan sejenis menimbulkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring meningkatnya pertumbuhan penduduk, kebutuhan pangan semakin meningkat pula. Pangan yang dibutuhkan oleh masyarakat jenisnya beragam, salah satunya pemenuhan

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS ANJING RAS

KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS ANJING RAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS ANJING RAS OLEH ROBINSONLIN SIMBOLON 10.11.4600 S1TI-2N STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 STRATEGI MARKETING ABSTRAK Persaingan didalam bisnis Pasar Anjing Ras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berupa membayarkan sejumlah harga tertentu. mencukupi biaya pendidikan dan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ekonomi atau homo economicus memiliki berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BISNIS PETERNAKAN BEBEK BISNIS PETERNAKAN BEBEK DI SUSUN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS KULIAH LINGKUNGAN BISNIS OLEH : AGUNG NUR ROHMAN 11.01.2897 PROGRAM STUUDI TEKNIK INFORMATIKA (D3) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA A. Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online

Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online Nama : Rizal Alan Yahya Kelas : S1-SI-09 NIM : 11.12.6004 Tugas : Lingkungan Bisnis Karya Ilmiah Bisnis ayam jawa super online 1 A. Abstrak Tujuan dari pembuatan toko online ini adalah untuk pengembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. : Kucing anggora dan peralatan perawatannya : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta

BAB 1 LATAR BELAKANG. : Kucing anggora dan peralatan perawatannya : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta BAB 1 LATAR BELAKANG Nama Perusahaan : Meong pus (Cat shop) Bidang Usaha : Peternakan Jenis Produk : Kucing anggora dan peralatan perawatannya Alamat Perusahaan : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragamnya jenis musik, terdapat salah satu jenis musik yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. beragamnya jenis musik, terdapat salah satu jenis musik yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri musik nasional di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat lingkupnya tidak hanya di dalam negeri tetapi sudah merambah dan bahkan sudah menjadi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah Ayam kampung semula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam kampung merupakan salah satu jenis ternak unggas yang telah memasyarakat dan tersebar di seluruh pelosok nusantara. Bagi masyarakat Indonesia, ayam kampung sudah bukan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber protein hewani daging dan telur. Hal tersebut disebabkan karena ternak unggas harganya relatif murah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG PENAMAAN, PENDAFTARAN DAN PENGGUNAAN VARIETAS ASAL UNTUK PEMBUATAN VARIETAS TURUNAN ESENSIAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai kelestarian alam fauna dengan beragam jenis salah satunya yaitu burung. Para penghobi burung berkicau mungkin sudah tidak

Lebih terperinci

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA

Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Bahan Kuliah ke 9: UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Fakultas Peternakan Unpad KEBIJAKAN DALAM INDUSTRI TERNAK NON RUMINANSIA Pohon Industri Ayam Ras Bagan Roadmap Pengembangan Komoditas Visi Menjadi

Lebih terperinci

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak

PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak PENGATURAN PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH HUNIAN MENURUT PERATURAN PERUNDANGAN DI INDONESIA Muhammad Aini Abstrak Pada hakekatnya sewa menyewa tidak dimaksud berlangsung terus menerus, melainkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu perjanjian tertulis merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tuhan menciptakan manusia, alam, dan hewan beserta isinya sebagai satu kesatuan yang seharusnya tidak terpisahkan. Bilamana diibaratkan dengan sebuah mobil maka manusia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, 1 SALINAN GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN PENYEMBELIHAN TERNAK BETINA PRODUKTIF DAN PENGELUARAN TERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN minggu. Namun, dapat disebut pullet jika sudah memasuki umur 12-

BAB I PENDAHULUAN minggu. Namun, dapat disebut pullet jika sudah memasuki umur 12- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ayam pullet merupakan ayam ras petelur yang dipelihara di umur 0-16 minggu. Namun, dapat disebut pullet jika sudah memasuki umur 12-16 minggu. 1 Ayam pullet

Lebih terperinci

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal Program Studi Keahlian Agribisnis Produksi Ternak A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN. Menjelaskan potensi sektor pean 2. Menjelaskan dasardasar budidaya 3. Menjelaskan sistem organ

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pengangkutan dalam dunia perdagangan, merupakan sarana yang penting dimana dengan adanya angkutan akan memudahkan pendistribusian barang/jasa dari produsen ke

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian negara ke negara bagian lainnya. Peranan transportasi amat sangat

BAB I PENDAHULUAN. satu bagian negara ke negara bagian lainnya. Peranan transportasi amat sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada tiga hal yang membuat sebuah bangsa menjadi besar dan makmur, yaitu tanah yang subur, kerja keras dan kelancaran transportasi orang dan barang dari satu

Lebih terperinci

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad**

Sutrisno Hadi Purnomo*, Zaini Rohmad** IbM AYAM KAMPUNG DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI BERBASIS PERKANDANGAN SEMI INTENSIF DAN PAKAN KONSENTRAT BERBAHAN BAKU LOKAL DI DESA PANDEYAN, KECAMATAN TASIKMADU, KABUPATEN KARANGANYAR Sutrisno Hadi Purnomo*,

Lebih terperinci

SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT

SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT (23 Mar 2017) Scottish Fold - Kucing dengan Telinga Melipat Kucing Scottish Fold adalah salah satu jenis kucing ras alami yang berasal dari Skotlandia, Brittania

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Orang tua akan merasa kesulitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua di era modern ini menemui tantangan yang berat dalam melaksanakan kewajiban utamanya yaitu mengurus dan mendidik buah hati mereka. Pasal 45 ayat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TERNAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TERNAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN TERNAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIKKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein asal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bisnis perumahan di perkotaan maupun di pinggiran merupakan sektor yang sangat menjanjikan. Dewasa ini banyak orang yang membeli rumah di perumahan untuk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, dan pengalaman

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 17 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN HEWAN DAN BAHAN ASAL HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam Undang-Undang Dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian merupakan landasan utama yang menopang kehidupan dari suatu negara. Pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi terlihat dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN. dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka menunjang pembangunan nasional, pembangunan dibidang ekonomi merupakan salah satu yang mendapat prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan. Atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintah dan tugas pembantuan. 1. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintah dan tugas pembantuan. 1. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintah daerah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik ternak tinggi, namun sumber daya genetik tersebut belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan hubungan satu sama lain dalam berbagai bentuk. Hubungan tersebut dapat dilakukan antara individu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang berpeluang sangat besar untuk dikembangkan dan berperan sangat penting dalam penyediaan kebutuhan pangan khususnya protein hewani. Kebutuhan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR NEWS Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tak hanya memiliki fasilitas akademik yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa, tetapi juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan mengakibatkan kebutuhan permintaan

Lebih terperinci

KKN AT033 UNIVERSITAS SYIAH KUALA QANUN PENERTIBAN HEWAN TERNAK

KKN AT033 UNIVERSITAS SYIAH KUALA QANUN PENERTIBAN HEWAN TERNAK QANUN PENERTIBAN HEWAN TERNAK GAMPONG PAYA LIPAH KECAMATAN PEUREULAK KABUPATEN ACEH TIMUR AGUSTUS 2016 QANUN GAMPONG PAYA LIPAH NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN HEWAN TERNAK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI KOTA DUMAI Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 21 Juli 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 10 Tahun 2008 Seri : D Nomor 06 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMELIHARAAN TERNAK DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keharusan untuk melangsungkan kehidupan bersama merupakan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Keharusan untuk melangsungkan kehidupan bersama merupakan permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah S.W.T menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, sehingga dapat dipastikan manusia tidak dapat hidup seorang diri tanpa kehadiran manusia lain. Keharusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segar sampai produk-produk olahan yang berbahan baku susu sapi.

BAB I PENDAHULUAN. segar sampai produk-produk olahan yang berbahan baku susu sapi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Susu sapi merupakan salah satu sumber pangan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan manusia akan susu sapi tidak lepas dari tingginya nilai

Lebih terperinci

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD Nama : Angga Rio Pratama Kelas : S1 TI 2C NIM : 10.11.3699 Lingkungan Bisnis STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010/2011 Peluang Usaha Pengembangbiakan Love Bird (

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hobi memelihara hewan memberikan manfaat melatih diri menjadi sosok yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Hobi memelihara hewan memberikan manfaat melatih diri menjadi sosok yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hobi memelihara hewan memberikan manfaat melatih diri menjadi sosok yang empati dan penyayang. Karena memelihara hewan, membuat sang pemilik, rela menghabiskan waktu,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan di Indonesia sejak zaman kemerdekaan sampai saat ini sudah semakin berkembang dan telah mencapai kemajuan yang cukup pesat. Sebenarnya, perkembangan kearah komersial

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hewan mamalia berkaki empat, yaitu anjing merupakan hewan yang memiliki tingkat kecerdasan yang cukup tinggi, sehingga hewan ini lebih mudah dilatih dan dapat bersosialiasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alkohol atau spirtus. Pabrik ini menjadi satu-satunya pabrik. Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mensukseskan program

BAB I PENDAHULUAN. alkohol atau spirtus. Pabrik ini menjadi satu-satunya pabrik. Istimewa Yogyakarta yang mengemban tugas untuk mensukseskan program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PT. Madu Baru merupakan sebuah perseroan terbatas yang umumnya lebih banyak dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai Madukismo. Madukismo ini sendiri terdiri

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2011 Seri : D PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY

Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY Nama saya, Kho Ricky Prayogo mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Jurusan Manajemen, sedang melakukan penelitian dengan judul ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002).

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut (Muhammad Rasyaf. 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peternakan merupakan salah satu dari lima subsektor pertanian. Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

13 Eunike Yuslina Sunaryo BAB I PENDAHULUAN

13 Eunike Yuslina Sunaryo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pegadaan Proyek Minat masyarakat akan hewan peliharaan semakin tinggi, hewan sangat diminati untuk penjaga, hiburan, dan teman hidup. Salah satu

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2017

BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2017 BUPATI JENEPONTO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS TERNAK DAN ATAU BAHAN ASAL TERNAK BUPATI JENEPONTO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci