I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang beriklim tropis memiliki potensi dalam pengembangan sektor agribisnis. Hal ini dapat dilihat dari lokasi Indonesia yang terletak pada garis khatulistiwa, berada di luar zona angin topan, ketersediaan sarana dan prasarana pendukung berkembangnya agribisnis, dan kemauan politik pemerintah untuk memberikan prioritas. Agribisnis merupakan cara pandang baru dalam memandang pertanian. Pengertian ini ditekankan karena agribisnis sering diartikan secara sempit sebagai perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal konsep agribisnis adalah pertanian secara utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Agribisnis terdiri dari sub-sub sistem yang saling terkait, yaitu sub sistem agribisnis hulu, sub sistem agribisnis on-farm, sub sistem agribisnis hilir, serta subsistem agribisnis layanan penunjang. Dalam agribisnis juga sering dikenal istilah agribisnis pangan dan agribisnis non pangan. Agribisnis pangan merupakan agribisnis yang terkait dengan seluruh sub-sub sistem agribisnis untuk komoditi-komoditi pangan. Sedangkan agribisnis non pangan merupakan agribisnis yang terkait dengan seluruh sub-sub sistem agribisnis untuk komoditi-komoditi non pangan. Contoh dari komoditi agribisnis pangan adalah padi, jagung, bayam, kangkung, jeruk, apel, ayam petelur, sapi potong, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh dari komoditi agribisnis non pangan adalah karet, jarak, tanaman hias, ikan hias, anjing ras, dan lain sebagainya. Salah satu komoditi agribisnis non pangan yang masih jarang diteliti dan dikembangkan adalah anjing ras. Anjing memiliki temperamen yang baik dan bersahabat, oleh karena itu anjing cocok menjadi teman bermain seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak. Sejak jaman dahulu hewan yang konon berasal dari kerabat serigala dipelihara sebagai binatang rumahan, terutama untuk membantu manusia berburu atau menjaga rumah. Dewasa ini ketika dunia pet atau hewan kesayangan makin maju, binatang cerdas itu masih menjadi primadona. Bermacam-macam trah (keturunan) anjing 1

2 berhasil dikembangkan, dan di luar negeri khususnya, berbagai kejuaraan anjing telah digelar. Akhir-akhir ini, di Indonesia pecinta anjing ras juga semakin banyak. Indikator utama tampak dari jumlah forum komunitas hobiis anjing ras yang terus tumbuh di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Populasi anjing pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Populasi Anjing Ras di Indonesia Tahun Tahun Jumlah (ekor) Perubahan (%) , ,15 Sumber : Perkin Pusat (2010) Tabel 1 di atas menunjukkan jumlah populasi anjing ras di Indonesia pada tahun 2008 meningkat sebesar 29,33 persen. Hal ini dikarenakan pada tahun 2008 semakin banyak kennel-kennel yang berdiri di Indonesia karena semakin banyak pembiak yang membiakkan anjing ras di Indonesia. Hal ini terkait dengan semakin banyak orang yang berminat terhadap anjing ras, baik orang yang ingin membiakkan ataupun orang yang ingin memelihara. Pada tahun 2009, populasi juga meningkat sebesar 0,15 persen. Pada tahun 2009 peningkatan jumlah populasi anjing ras di Indonesia tidak terlalu signifikan karena hanya sedikit pembiak yang mendirikan kennel. Bisnis yang berkaitan dengan hobi ini juga semakin banyak bermunculan, seperti pet shop anjing, jasa grooming (salon binatang), breeding (pembiakan), jasa pawang anjing, bahkan kini ada juga sekolah pelatihan anjing atau sekolah melatih anjing 1. Pet shop merupakan toko yang menjual hewan peliharaan beserta perlengkapannya, seperti pakan, shampo, bedak, kandang, mainan, dan lain sebagainya. Hewan peliharaan yang dijual di pet shop biasanya tidak hanya anjing tetapi juga kucing, kelinci, hamster, dan kura-kura. Jasa grooming atau salon binatang juga semakin berkembang. Para pemilik anjing lebih senang 1 Masa Depan Bening, Sekolah Anjing. Diakses tanggal 30 Juli

3 menyerahkan perawatan anjingnya kepada jasa grooming karena mereka umumnya tidak memiliki waktu untuk merawat anjingnya. Jasa grooming meliputi kegiatan memandikan, menyisir bulu, membersihkan mata dan telinga, serta memotong kuku, bahkan pada beberapa usaha grooming terdapat layanan mandi kutu atau mandi jamur untuk membasmi kutu dan jamur yang menyerang anjing atau hewan peliharaan lainnya. Usaha breeding atau pembiakan anjing juga semakin menjamur. Para pembiak yang membiakkan ras anjing yang berbeda-beda ini memberikan pilihan bagi para pecinta anjing untuk memilih anjing ras jenis apa yang ingin mereka pelihara. Semakin banyaknya kasus jual-beli narkoba dan teror bom juga semakin menambah jajaran anjing pelacak untuk membantu tugas kepolisian. Oleh karena itu, usaha jasa pawang anjing dan pelatihan anjing juga semakin berkembang. Selain munculnya bisnis-bisnis yang berkaitan dengan anjing, terbentuk pula Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin) yang merupakan organisasi nirlaba yang menjadi induk organisasi penggemar anjing ras (anjing trah) di Indonesia. Organisasi ini adalah satu-satunya lembaga pendaftaran yang berwenang mengeluarkan surat silsilah (stamboom) anjing trah di Indonesia, dan menetapkan standar anjing trah Indonesia (Anjing Kintamani). Perkin adalah tempat pendaftaran ganti nama pemilik, kelahiran anak anjing, nama panggilan, nama kandang, pembuatan duplikat silsilah, dan registrasi ulang anjing impor 2. Selain itu, Perkin dengan dukungan klub-klub anjing trah adalah satu-satunya penyelenggara resmi kontes anjing trah di Indonesia. Kecintaan akan anjing juga diwujudkan dengan adanya Pameran Anjing Trah Perkin, yang dapat diikuti oleh suatu Himpunan Trah dan menjadi pedoman penyelenggaraan bagi pameran trahnya. Tujuan dari pameran ini adalah untuk menggalakkan para pecinta atau penggemar anjing trah untuk lebih mencintai dan mengenal anjing trah, sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pembiakan serta memanfaatkan daya guna masing-masing anjing trah, sebagai sarana untuk suatu 2 Perkumpulan Kinologi Indonesia. Diakses tanggal 30 Juli

4 tinjauan terhadap hasil pembiakan, serta sebagai sarana lainnya guna kepentingan sosial atau amal serta kepentingan-kepentingan lain demi perikemanusiaan 3. Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia membuka peluang bagi berbagai macam jenis usaha untuk berkembang. Salah satunya sebagai peluang bagi para pembiak untuk mendirikan usaha pembiakan anjing. Semakin hari semakin banyak trah anjing yang dibiakkan, mulai dari anjing trah kecil, trah sedang, hingga trah besar. Banyak jenis anjing ras yang sudah dibiakkan oleh para pembiak di Indonesia, mulai dari trah kecil sampai trah besar. Golongan yang cukup terkenal dan banyak dipelihara oleh hobiis anjing ras dari trah anjing besar adalah golongan Retreiver, yang terdiri dari Golden Retreiver dan Labrador Retreiver. Keduanya memiliki ciri fisik dan karakteristik yang hampir sama. Kedua jenis anjing ini memiliki sifat bersahabat, penurut, cerdas, dan lembut terhadap anakanak. Ciri fisik yang membedakan kedua jenis anjing ini adalah kelebatan bulu dan warna bulu. Golden Retreiver memiliki bulu yang lebat berwarna kuning, sedangkan Labrador Retreiver memiliki bulu yang tipis dengan tiga macam variasi warna, yaitu kuning, hitam, dan coklat. Di Indonesia, nama Golden Retreiver lebih terkenal dan jumlah pembiak yang membiakkan jenis anjing ini sangat banyak. Oleh karena itu, para hobiis anjing ras di Indonesia banyak yang memelihara Golden Retreiver. Sedangkan untuk Labrador Retreiver, lebih banyak orang asing yang menjadi hobiis anjing ini. Walaupun pecinta Labrador Retreiver lebih sedikit, namun nilai ekonomis anjing ini cukup tinggi. Satu anakan Labrador Retreiver bisa dijual seharga Rp ,00 - Rp ,00 bahkan beberapa pembiak ada yang menjual anjing ini sampai Rp ,00. Harga yang ditawarkan biasanya bergantung dari jenis kelamin, anatomi (struktur dan organisasi tubuh), warna, serta karakteristik anakan. Selain itu, Labrador Retreiver tidak hanya berfungsi sebagai anjing peliharaan, tetapi juga berfungsi sebagai anjing pelacak yang banyak dimanfaatkan oleh kepolisian dan perusahaan security, di luar negeri anjing ini juga dimanfaatkan sebagai penuntun orang buta. 3 Pedoman Dasar Penyelenggaraan Pameran Anjing Trah. Diakses tanggal 4 Agustus

5 Peminat anjing Labrador Retreiver pun semakin banyak. Hal ini ditandai dengan semakin banyak pembiak yang membiakkan trah ini dengan mendirikan kennel (tempat pembiakan) Labrador Retreiver seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Pada tahun 2008, jumlah kennel Labrador Retreiver di Indonesia meningkat sebesar 6,67 persen. Pada tahun 2009, jumlah kennel Labrador Retreiver di Indonesia juga meningkat, dengan peningkatan sebesar 31,25 persen. Seiring dengan peningkatan jumlah kennel Labrador Retreiver, populasi Labrador Retreiver pun juga meningkat. Pada tahun 2008, populasi anjing Labrador Retreiver meningkat sebesar 1,41 persen. Populasi anjing ras ini juga semakin meningkat pada tahun 2009, dengan peningkatan sebesar 5,93 persen. Peningkatan ini terjadi karena semakin banyak orang yang mengenal Labrador Retreiver dan ingin membiakkan atau memeliharanya. Selain itu, Labrador Retreiver juga semakin diminati oleh kepolisian, perusahaan security, serta hotel untuk dijadikan sebagai anjing penjaga atau pelacak. Tabel 2. Tahun Jumlah Kennel Labrador Retreiver dan Jumlah Populasi Anjing Labrador Retreiver di Indonesia Tahun Jumlah Kennel Jumlah Populasi Labrador Retreiver Labrador Retreiver Total (unit) Perubahan (%) Total (ekor) Perubahan (%) , , , ,93 Sumber : Perkin Pusat (2010) Usaha pembiakan tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala umum yang dihadapi oleh para pembiak adalah wabah penyakit, persaingan harga, persaingan dalam berbagai lomba atau pameran, serta risiko produksi. Risiko produksi merupakan risiko yang rentan terjadi dalam usaha pembiakan. Risiko produksi meliputi cuaca, penyakit, kegagalan pemacakan (perkawinan), dan lain sebagainya. Pengelolaan usaha pembiakan yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan pembiak dalam meminimalkan risiko. Kemampuan mengelola risiko yang baik sangat diperlukan 5

6 oleh pembiak untuk meminimalkan risiko, sehingga pembiak bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Manajemen risiko adalah alat bantu bagi pembiak dalam proses pengambilan keputusan untuk menghindari atau mengurangi risiko yang dihadapinya. D Sunflower Kennel merupakan salah satu kennel yang berspesialisasi dalam pembiakan anjing Labrador Retreiver. Kennel ini sudah memiliki nama dalam dunia kinologi, khususnya dalam trah Labrador Retreiver. Menghadapi permasalahan yang disebabkan karena adanya risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver tidak membuat D Sunflower Kennel berhenti berproduksi tetapi tetap bertahan bahkan semakin berjaya. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji dan ditelusuri lebih dalam mengenai strategi perusahaan dalam mengendalikan sumber-sumber yang menyebabkan terjadinya risiko produksi sebagai upaya untuk meminimumkan risiko Perumusan Masalah D Sunflower Kennel merupakan salah satu usaha pembiakan yang berspesialisasi dalam pembiakan anjing Labrador Retreiver. Kennel ini dimiliki oleh Bapak Rodang Baskoro dan Ibu Devi Basuki. Tujuan dari pendirian D Sunflower kennel ini adalah untuk memajukan ras Labrador Retreiver yang ada di Indonesia. Kennel ini melaksanakan program pembiakan selektif sehingga diharapkan akan menghasilkan Labrador Retreiver dengan kualitas yang baik, baik dari sisi anatomi maupun karakternya. Pemilihan Labrador Retreiver sebagai trah yang dibiakkan di sini dikarenakan karakter Labrador Retreiver yang jinak, cerdas, dan bersahabat. Selain itu Labrador Retreiver berbulu pendek, sehingga cocok dibiakkan di Indonesia yang beriklim tropis. Dalam menjalankan pembiakan Labrador Retreiver ini, D Sunflower kennel memiliki beberapa pesaing. Persaingan menjadi ketat mengingat hanya sedikit kennel Labrador Retreiver yang berkembang di Jakarta. Kennel-kennel Labrador Retreiver yang bersaing dengan D Sunflower Kennel diantaranya adalah BlackLiss Labradors Kennel, Beverly Hill Kennel, Simply Gallery Kennel, serta Incognito Kennel. BlackLiss Labradors Kennel berspesialisasi pada Labrador Retreiver warna hitam, sedangkan Beverly Hill Kennel memiliki pejantan dan indukan yang berasal dari Amerika. Simply Gallery Kennel sudah memiliki 6

7 banyak gelar juara, tetapi mereka menggunakan siasat penjualan dengan menahan anakan yang paling baik dan menjualnya dengan harga tinggi. Dan Incognito Kennel tidak hanya berspesialisasi dalam trah Labrador Retreiver saja, melainkan juga membiakkan trah Golden Retreiver. Walaupun memiliki banyak pesaing dengan kelebihan berbeda-beda, D Sunflower Kennel tetap bertahan. Hal ini disebabkan oleh hubungan baik yang terus dibina kepada pelanggan, sehingga pelanggan menjadi loyal. Selain itu, D Sunflower Kennel memiliki pejantan berdaya turun baik (Morgan dan Alto). Untuk menopang usaha pembiakan ini, D Sunflower juga menjalankan usaha sampingan lain, seperti stud service (penyedia pejantan), grooming, menjual dogfood, menjual anjing pelacak, serta jasa pengiriman ke luar kota. Dimana konsumen dari usaha-usaha sampingan ini adalah pelanggan (yang pernah membeli anakan dari D Sunflower Kennel) dari kennel ini. Pada awal pendiriannya di tahun 2002, D Sunflower Kennel mengimpor tujuh ekor Labrador Retreiver untuk dibiakkan, yang terdiri dari satu jantan dan enam betina. Saat ini Labrador Retreiver yang dibiakkan sudah mencapai 24 ekor, yang terdiri dari enam ekor jantan dan 18 ekor betina. Labrador jantan yang dibiakkan di sini bernama Morgan, Alto, Tomtom, Angus, Prince, dan Indiana. Sedangkan Labrador betina yang ada bernama Lala, Lady, Deedee, LaVie, LaRose, Koko, Jazz, Glory, Quinnie, Perla, Madame, Mocca, Tweety, Shiraz, Oliveira, Mulan, Jameela, dan Yasmin. Selama tujuh tahun berdiri, D Sunflower Kennel sudah memiliki beberapa prestasi yang membanggakan, diantaranya predikat Runner Up Best In Show yang disandang oleh Alto pada Pameran Nasional All Breed yang diselenggarakan oleh Perkin tahun 2005, Alto sebagai Labrador pertama yang lulus ujian Karya Guna standar Anjing Sahabat dan Anjing Jaga Madya, serta gelar Juara Indonesia yang disandang oleh Alto dan Prince. Sedangkan Angus (Shaundar Black Shadow) dan Prince (D'sunflower Lemonde Princedh) yang dimiliki oleh Bapak Rodang Baskoro ini merupakan dua dari empat anjing Labrador Retreiver yang sudah bergelar Indonesia Champion pada tahun Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. 7

8 Tabel 3. Daftar Anjing Labrador Retreiver yang Sudah Bergelar Indonesia Champion pada Tahun 2008 No. Perkin Nama Anjing Nama Pemilik 01-E4839 Shaundar Black Shadow Rodang Baskoro 01-E5208 Discovery Lab's Long As you love me Kusno Triantio SE 01-D9976 D'sunflower Le-monde Princedh Rodang Baskoro 01-E0700 Cappucino Blast Of Simply Paul Andow Sumber : (2009) Dalam menjalankan usaha ini, Bapak Rodang dan Ibu Devi mengalami berbagai kendala. Kendala yang rentan dihadapi terkait dengan adanya berbagai permasalahan produksi yang disebabkan oleh risiko produksi. Perkawinan atau yang lebih sering disebut dengan istilah pemacakan dapat dilakukan pada masa loops (haid) dari betina tiba. Untuk melakukan pemacakan, harus diketahui kapan hari pertama betina mengalami loops. Dilihat dari 18 ekor betina yang ada, masing-masing memiliki masa loops yang berbeda-beda. Apabila kennel boy tidak teliti melakukan pemeriksaan kepada betina-betina yang ada, maka masa loops betina akan terlewatkan begitu saja sehingga waktu pemacakan tidak tepat dan mengakibatkan kegagalan kehamilan. Hal ini akan menyebabkan kekosongan produksi untuk satu betina dalam satu periode. Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap penerimaan. Masa kehamilan Labrador Retreiver berkisar antara hari. Dalam masa kehamilannya ini betina perlu selalu dipantau. Apabila pakan, minum, serta aktivitasnya tidak dipantau, kemungkinan akan keguguran ataupun janin yang cacat akan terjadi. Dalam proses persalinan terdapat pula risiko. Apabila janin terlalu besar, perlu dilakukan operasi caesar. Jika operasi caesar terlambat dilakukan, maka janin akan meninggal. Apabila induk tidak dalam kondisi prima, kemungkinan induk meninggal juga bisa terjadi. Risiko produksi lain yang dapat terjadi adalah penyakit menular yang menyerang anakan pada usia 3-8 minggu. Sebelum usia tiga minggu, fisik anakan lebih kuat karena kandungan kolostrum yang terdapat dalam air susu induk masih tinggi. Setelah tiga minggu, kandungan kolostrum menurun sehingga anakan 8

9 rentan penyakit. Barulah setelah berusia delapan minggu anakan memiliki antibodi yang lebih kuat karena pada usia ini vaksinasi pertama sudah bisa dilakukan. Secara umum Labrador Retreiver di D Sunflower Kennel rentan terhadap penyakit batuk dan pilek. Biasanya penyakit ini terjadi pada saat pergantian musim. Calon pembeli anakan biasanya menginginkan anakan dengan warna tertentu, tetapi anakan yang dihasilkan belum tentu memiliki warna sesuai keinginan calon pembeli, bahkan jantan berwarna coklat yang dikawinkan dengan betina yang berwarna coklat belum tentu menghasilkan anak berwarna coklat. Dapat dilihat pada Tabel 4 bahwa jumlah anakan yang dihasilkan berpengaruh pada besarnya penerimaan, dimana rincian produksi (jumlah, nama, jenis kelamin, dan warna anakan) dan penerimaan anakan dapat dilihat di Lampiran 4. Selain itu warna bulu dari anakan Labrador di sini juga ikut menentukan harga penjualan. Pada kelahiran tanggal 8 Juni 2008, penerimaan yang tinggi dapat dicapai karena lima dari tujuh anakan yang dijual berwarna coklat. Berdasarkan Tabel 4 ini juga dapat dilihat adanya risiko mortalitas dari anakan. Mortalitas ini dapat terjadi karena kondisi anakan yang lemah pada saat berada dalam kandungan. Tabel 4. Produksi Anakan Labrador Retreiver di D Sunflower Kennel Selama Juni 2008-April 2009 Tanggal Jumlah Jumlah Hidup Tingkat Total Kelahiran Produksi (ekor) Mortalitas Penerimaan (ekor) (%) (Rp) 8 Juni , Juni Agustus , Januari , April Sumber : D Sunflower Kennel (2009) Berbagai macam risiko produksi yang ada, menyebabkan adanya fluktuasi produktivitas anakan. Pihak D Sunflower memiliki target lima ekor anakan dapat dihasilkan dari setiap kelahiran. Namun, pada kenyataannya jumlah anakan yang 9

10 dihasilkan selalu berfluktuasi. Adanya fluktuasi produktivitas anakan biasanya terjadi karena umur produktivitas dari induk, gen induk, juga kesehatan induk. Fluktuasi dari produktivitas anakan di D Sunflower Kennel dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Produktivitas Anakan di D Sunflower Kennel pada Tahun Sumber : D Sunflower Kennel (2009) Adanya permasalahan produksi dalam usaha pembiakan dan kenyataan bahwa D Sunflower Kennel mampu bertahan dan mengembangkan usahanya, menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti. Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan di atas, maka permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut : 1) Sumber-sumber risiko produksi apa saja yang dihadapi oleh D Sunflower Kennel? 2) Bagaimana probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D Sunflower Kennel? 3) Bagaimana strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang dihadapi oleh D Sunflower Kennel. 2) Menganalisis probabilitas dan dampak risiko dari risiko produksi pada kegiatan pembiakan anjing Labrador Retreiver terhadap D Sunflower Kennel. 10

11 3) Menganalisis strategi penanganan risiko produksi yang dilakukan oleh D Sunflower Kennel untuk mengendalikan risiko produksi dalam usaha pembiakan anjing Labrador Retreiver Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan, antara lain : 1) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi D Sunflower Kennel untuk meminimalisir risiko produksi. 2) Sebagai bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya. 3) Sebagai sarana bagi penulis untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah berdasarkan fakta dan data yang tersedia yang disesuaikan dengan pengetahuan yang diperoleh selama kuliah Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penetian ini dapat dipaparkan sebagai berikut : 1) Produk yang dikaji pada penelitian ini adalah anjing Labrador Retreiver yang dibiakkan di D Sunflower Kennel. 2) Lokasi D Sunflower Kennel yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah lokasinpertama yang berada di Jalan Bangka II No. 97, Mampang, Jakarta Selatan. 3) Objek penelitian berupa data primer dari hasil wawancara dan diskusi langsung di D Sunflower Kennel serta data sekunder berupa data produksi anjing Labrador Retreiver pada tahun 2008 dan ) Lingkup kajian masalah yang diteliti adalah analisis risiko produksi yang dihadapi oleh D Sunflower Kennel. 11

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PEMBIAKAN ANJING LABRADOR RETREIVER DI D SUNFLOWER KENNEL, MAMPANG, JAKARTA SELATAN

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PEMBIAKAN ANJING LABRADOR RETREIVER DI D SUNFLOWER KENNEL, MAMPANG, JAKARTA SELATAN ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA USAHA PEMBIAKAN ANJING LABRADOR RETREIVER DI D SUNFLOWER KENNEL, MAMPANG, JAKARTA SELATAN SKRIPSI KINZA LAURA PERMATASARI H34076087 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sumber-sumber Risiko pada Usaha Pembiakan Anjing Labrador Retreiver Pada kegiatan usaha pembiakan anjing Labrador di D Sunflower Kennel, terdapat beberapa risiko produksi yang

Lebih terperinci

Griya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

Griya Pecinta Anjing Di Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Dewasa ini minat masyarakat akan hewan peliharaan cukup tinggi, hewan diminati oleh masyarakat karena dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian dan perancangan, serta metodologi penulisan mengenai klinik perawatan anjing di Kota

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Dasar Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan. Terdapat tiga karakteristik risiko, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan. makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan. makhluk sosial. Makhluk sosial tersebut kemudian membentuk suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dunia ini tidak akan lepas dari hubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain karena manusia merupakan makhluk sosial. Makhluk sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sebuah Teknologi Informasi sudah menjadi salah satu bagian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan sebuah Teknologi Informasi sudah menjadi salah satu bagian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan sebuah Teknologi Informasi sudah menjadi salah satu bagian penting dalam meningkatkan produktivitas ataupun kemampuan serta kualitas dari sebuah

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BISNIS PET SHOP

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BISNIS PET SHOP TUGAS LINGKUNGAN BISNIS STMIK AMIKOM YOGYAKARTA BISNIS PET SHOP DISUSUN OLEH : BENNY YUNIAWAN PRATAMA 10.12.4421 S1-SI-2A Bisnis Pet Shop Bisnis yang mungkin terbilang tidak ada matinya salah satunya adalah

Lebih terperinci

Tugas Karya Ilmiah Peluang Bisnis Hobi Juga Bisa Menjadi Bisnis

Tugas Karya Ilmiah Peluang Bisnis Hobi Juga Bisa Menjadi Bisnis Tugas Karya Ilmiah Peluang Bisnis Hobi Juga Bisa Menjadi Bisnis Disusun oleh : Herdika Prastowo 11.02.8132 D3MI04 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMASI DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 0 P a g e

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dari hewan yang berada disekitarnya baik hewan yang dipelihara maupun hewan yang secara tidak sengaja

Lebih terperinci

PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA

PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PET AND FLOWER HOUSE DI BANDUNG UTARA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : ARIEL ITVATIA

Lebih terperinci

SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT

SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT SCOTTISH FOLD - KUCING DENGAN TELINGA MELIPAT (23 Mar 2017) Scottish Fold - Kucing dengan Telinga Melipat Kucing Scottish Fold adalah salah satu jenis kucing ras alami yang berasal dari Skotlandia, Brittania

Lebih terperinci

BAB 1 LATAR BELAKANG. : Kucing anggora dan peralatan perawatannya : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta

BAB 1 LATAR BELAKANG. : Kucing anggora dan peralatan perawatannya : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta BAB 1 LATAR BELAKANG Nama Perusahaan : Meong pus (Cat shop) Bidang Usaha : Peternakan Jenis Produk : Kucing anggora dan peralatan perawatannya Alamat Perusahaan : nologaten. Gg selada,seleman Yogyakarta

Lebih terperinci

Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY

Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY Lampiran 1 PERTANYAAN WAWANCARA PRA SURVEY Nama saya, Kho Ricky Prayogo mahasiswa Universitas Katolik Soegijapranata Jurusan Manajemen, sedang melakukan penelitian dengan judul ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin yang memiliki berbagai macam kemampuan. Manusia memiliki kelebihan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang paling sempurna dari makhluk-makhluk ciptaan-nya yang lain. Manusia juga dihadirkan ke dunia sebagai pemimpin yang

Lebih terperinci

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan

Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Budidaya Kelinci Hias Makin Menjanjikan Oleh : Sri Sutanti 08.11.1978 JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA JENJANG STRATA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM

Lebih terperinci

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya TERNAK KELINCI Peluang usaha ternak kelinci cukup menjanjikan karena kelinci termasuk hewan yang gampang dijinakkan, mudah beradaptasi dan cepat berkembangbiak. Secara umum terdapat dua kelompok kelinci,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelinci, burung, ikan, bahkan beberapa ada yang memelihara ular sebagai hewan

BAB I PENDAHULUAN. kelinci, burung, ikan, bahkan beberapa ada yang memelihara ular sebagai hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak orang senang memelihara hewan seperti anjing, kucing, hamster, kelinci, burung, ikan, bahkan beberapa ada yang memelihara ular sebagai hewan peliharaannya.

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21 DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga. Hobi akan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menganggap binatang peliharaan sebagai bagian dari keluarga. Hobi akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak orang yang memelihara binatang peliharaan seperti anjing dan kucing sebagai hobby untuk melepas stress. Dari sekian banyak orang tidak sedikit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi sektor peternakan terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional antara tahun 2004-2008 rata-rata mencapai 2 persen. Data tersebut menunjukkan peternakan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi bumi yang kita tinggali saat ini. Salah satu bentuk interaksi manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. bagi bumi yang kita tinggali saat ini. Salah satu bentuk interaksi manusia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikatan persahabatan antara manusia dan alam, khususnya satwa dan tumbuhan merupakan suatu ikatan yang selalu perlu ditumbuhkan dan dijaga karena interaksi positif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber daya hewan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Tipologi usaha peternakan dibagi berdasarkan skala usaha dan kontribusinya terhadap pendapatan peternak, sehingga bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan rumah. Namun, sebagai makhluk hidup, anjing memerlukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu hewan peliharaan yang banyak diminati oleh masyarakat, baik anak-anak sampai orang dewasa. Sebagian orang memelihara anjing sebagai teman

Lebih terperinci

Re-branding Andrawina Pet Center 2008 BAB 1 PENDAHULUAN

Re-branding Andrawina Pet Center 2008 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial, dimana bersosialisasi merupakan sesuatu yang mutlak dalam kehidupannya karena manusia hidup saling membutuhkan. Berteman termasuk dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

HAMSTER LUCU BISA DIJADIKAN BISNIS

HAMSTER LUCU BISA DIJADIKAN BISNIS Nama : Anggit Pintoko NIM : 10.11.3639 Kelas : S1TI-2B HAMSTER LUCU BISA DIJADIKAN BISNIS ABSTRAK Karya tulis ini menjelaskan tentang peluang kita dalam memulai bisnis hamster. Dimana hamster ini binatang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Rasa ketertarikan itu muncul karena anjing memiliki karakter dan

BAB I PENDAHULUAN. kita. Rasa ketertarikan itu muncul karena anjing memiliki karakter dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rasa ketertarikan manusia untuk memelihara anjing cukup besar, contohnya dengan munculnya berbagai komunitas pecinta anjing yang ada di sekitar kita. Rasa ketertarikan

Lebih terperinci

MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS

MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS HEWAN PELIHARAAN (HAMSTER) OLEH: Nama : Arbie Sholihien NIM: 10.02.7837 Jurusan/Kelas: Manajemen Informatika/C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Jl. Ringroad Utara Condong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan PENDAHULUAN Latar Belakang Ayam kampung merupakan ayam lokal di Indonesia yang kehidupannya sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan ayam buras (bukan ras) atau ayam sayur.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

Di sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area

Di sisi lain ada pula café yang mengizinkan hewan peliharaan makan bersama pemiliknya namun pemilik hewan diminta untuk makan di luar area BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Banyaknya sarana rekreasi saat ini sangat bermanfaat bagi manusia untuk beristirahat sejenak dari rutinitas sehari-hari. Namun sarana rekreasi tersebut tidak memungkinkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. LatarBelakang Negara maju memiliki sedikitnya dua persen penduduk yang berwirausaha. Sejak 18 Maret 2013, pemerintah Indonesia mulai mencanangkan program kewirausahaan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia maka semakin meningkat pula kebutuhan bahan makanan, termasuk bahan makanan yang berasal dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor peternakan merupakan salah satu pilar dalam pembangunan agribisnis di Indonesia yang masih memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Komoditi peternakan mempunyai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia Sapi lokal memiliki potensi sebagai penghasil daging dalam negeri. Sapi lokal memiliki kelebihan, yaitu daya adaptasi terhadap lingkungan tinggi, mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia merupakan makhluk sosial dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tidak sedikit manusia menjadikan hewan peliharaan sebagai teman dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan

Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan Kebun Binatang Mini ala Fakultas Kedokteran Hewan UNAIR NEWS Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga tak hanya memiliki fasilitas akademik yang menunjang kegiatan belajar mahasiswa, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang memelihara hewan peliharaan terutama anjing dan kucing semakin banyak pada saat ini. Kebanyakan masyarakat merasa tertarik untuk memelihara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat. PENDAHULUAN Latar Belakang Akhir-akhir ini, memelihara kucing semakin populer di masyarakat. Mereka memiliki beragam alasan dalam memelihara kucing, mulai dari hobi, teman bermain, sebagai lahan bisnis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sub sektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengembangan sub sektor peternakan perlu untuk dilakukan karena sub

Lebih terperinci

Bisnis Ternak Kucing Persia

Bisnis Ternak Kucing Persia Bisnis Ternak Kucing Persia Nama : Affif Suryo Anggoro NIM : 10.11.3948 Kelas : S1 TI 1F STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 Abstraksi Akhir ini teknologi berkembang dengan begitu cepat. Hampir semua pekerjaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Tapir asia dapat ditemukan dalam habitat alaminya di bagian selatan Burma, Peninsula Melayu, Asia Tenggara dan Sumatra. Berdasarkan Tapir International Studbook, saat ini keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan konsumen, namun sampai

Lebih terperinci

13 Eunike Yuslina Sunaryo BAB I PENDAHULUAN

13 Eunike Yuslina Sunaryo BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pegadaan Proyek Minat masyarakat akan hewan peliharaan semakin tinggi, hewan sangat diminati untuk penjaga, hiburan, dan teman hidup. Salah satu

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor dan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa penemuan fosil dan tes DNA (Vila et al., 1997). Anjing telah menjadi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. berupa penemuan fosil dan tes DNA (Vila et al., 1997). Anjing telah menjadi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anjing adalah mamalia karnivora darat yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak 100.000 tahun silam, hal ini diperkuat dengan bukti genetik berupa penemuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak kelinci mempunyai beberapa keunggulan sebagai hewan percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan penghasil daging. Selain itu kelinci

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang PENDAHULUAN Latar Belakang Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang sering diterapkan di pedesaan terutama di daerah yang memiliki potensi memelihara ayam broiler. Pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan

BAB I PENDAHULUAN. turut meningkatkan angka permintaan produk peternakan. Daging merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan yang meningkat pada masyarakat Indonesia diikuti peningkatan kesadaran akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut meningkatkan angka permintaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Populasi Kambing Kambing sangat digemari oleh masyarakat untuk diternakkan karena ukuran tubuhnya yang tidak terlalu besar, perawatannya mudah, cepat berkembang biak, jumlah anak

Lebih terperinci

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21

DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 21 DINAS PETERNAKAN KABUPATEN KUPANG Bagian Pertama Dinas Pasal 21 Dinas Peternakan mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam melaksanakan sebagian urusan wajib yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH Pita Sudrajad*, Muryanto, Mastur dan Subiharta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09 Usaha agribisnis mempunyai kontribusi besar bagi pembangunan di Indonesia. Sektor pertanian terbukti telah mampu eksis menghadapi krisis ekonomi yang menimpa bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali merupakan salah satu ternak asli dari Indonesia. Sapi bali adalah bangsa sapi yang dominan dikembangkan di bagian Timur Indonesia dan beberapa provinsi di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian ini berisikan tentang gambaran tempat penulis melakukan penelitian, diantaranya tentang sejarah singkat perusahaan, visi dan misi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, Dalam penelitiannya yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, Dalam penelitiannya yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang dipakai dalam penelitian ini didapat dari penelitian yang di lakukan Yohanes Katinja Ubarning, 2015. Dalam penelitiannya

Lebih terperinci

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teman manusia tertua seperti yang dikutip dalam buku Encyclopedia of Pet

BAB I PENDAHULUAN. teman manusia tertua seperti yang dikutip dalam buku Encyclopedia of Pet BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada zaman dulu sampai sekarang hidup berdampingan dengan hewan peliharaan. Manusia memelihara kucing lebih dari 5.000 tahun. Hal ini terbukti dengan arkeolog

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan meningkatnya kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Salah satu produk hasil peternakan yang paling disukai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki Indeks Keanekaragaman Hayati(Biodiversity Index) tertinggi dengan 17% spesies burung dari total burung di dunia (Paine 1997). Sekitar 1598 spesies burung ada

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA + No. 01/3373/4/01/17/Th.IX, 5 Januari 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/LAJU INFLASI KOTA SALATIGA BULAN DESEMBER 2016 INFLASI 0,20 Perkembangan harga kebutuhan secara umum di Kota Salatiga pada

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF Pada bab ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI ANAK KUCING RAS DALAM MASA MENYUSUI DI PASAR MINGGUAN GADING FAJAR II SIDOARJO

BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI ANAK KUCING RAS DALAM MASA MENYUSUI DI PASAR MINGGUAN GADING FAJAR II SIDOARJO BAB III PELAKSANAAN PRAKTIK JUAL BELI ANAK KUCING RAS DALAM MASA MENYUSUI DI PASAR MINGGUAN GADING FAJAR II SIDOARJO A. Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni tahun 2014

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) galur lainnya dan merupakan sumber daya genetik lokal Jawa Tengah yang perlu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persebaran Kambing Peranakan Ettawah (PE) Kambing PE pada awalnya dibudidayakan di wilayah pegunungan Menoreh seperti Girimulyo, Samigaluh, Kokap dan sebagian Pengasih (Rasminati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan sektor yang memiliki peluang sangat besar untuk dikembangkan sebagai usaha di masa depan. Kebutuhan masyarakat akan produk produk peternakan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. timbunan daging baik, dada lebih besar dan kulit licin (Siregar et al, 1981). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler adalah ayam hasil dari rekayasa teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging dengan

Lebih terperinci

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA

LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA LAPORAN REFLEKSI AKHIR TAHUN 2014 DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA UTARA Medan, Desember 2014 PENDAHULUAN Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Suamtera Utara sebagai salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permintaan pangan hewani asal ternak (daging, telur dan susu) dari waktu kewaktu cenderung meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, pendapatan, kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

MUNGKINKAH SWASEMBADA DAGING TERWUJUD?

MUNGKINKAH SWASEMBADA DAGING TERWUJUD? Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 2, Agustus 2014: 105-109 ISSN : 2355-6226 MUNGKINKAH SWASEMBADA DAGING TERWUJUD? 1* 1 1 Juniar Atmakusuma, Harmini, Ratna Winandi 1 Departemen Agribisnis,

Lebih terperinci

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas) Cara Memandikan Kelinci Putih Agar Bersih Via : Tuliat.com Kelinci Putih adalah salah satu warna bulu kelinci yang paling disukai banyak orang atau para pencinta binatang piaraan karena warnanya yang terlihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koperasi dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi sosial negara sedang berkembang dengan membantu membangun struktur ekonomi dan sosial yang kuat (Partomo,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Agribisnis peternakan memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia yaitu sebagai penyedia lapangan pekerjaaan dan berperan dalam pembangunan. Berdasarkan data statistik

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT Oleh NORA MERYANI A 14105693 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung merupakan turunan panjang dari proses sejarah perkembangan genetik perunggasan di tanah air. Ayam kampung diindikasikan dari hasil domestikasi ayam hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi mempunyai peran penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Menurut Xiaoyan dan Junwen (2007), serta Smith (2010), teknologi terkait erat dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas,

I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring perkembangan ilmu pengetahuan di bidang peternakan yang semakin luas, jenis ternak yang dipelihara oleh masyarakat pun semakin beragam. Beternak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa melaksanakan produksi, perdagangan dan distribusi produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan peternakan merupakan tanggung jawab bersama antaran pemerintah, masyarakat dan swasta. Pemerintah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian

Lebih terperinci

Pembahasan dan Analisis

Pembahasan dan Analisis Bab 4 Pembahasan dan Analisis 4.1 Profil Bonnie Exo Pet Shop, Kartini Reptile dan Semawis Reptile Semarang Bonnie Exo Pet Shop ini terletak di Jl. Sisingamangaraja, Semarang. Pemiliknya bernama Pak Boni,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Visi SKPD adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai SKPD melalui penyelenggaraan tugas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI No. 08/74/32/ThXIX, 5 September 2017 PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI AGUSTUS 2017 KOTA CIREBON DEFLASI 0,28 PERSEN Pada Agustus 2017 Kota Cirebon mengalami deflasi sebesar 0,28 persen dengan

Lebih terperinci